Advokasi Kebijakan Tata Kelola Wilayah Menuju Desa Tangguh

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Gambar 7.27 Sosialisasi Kepada Masyarakat Terkait Rencana Pembangunan di Dusun Ketawang Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti Gambar 7.28 Sosialisasi Kepada Masyarakat Terkait Rencana Pembangunan di Dusun Gares dan Karanggongso Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Selanjutnya tindak lanjut perencanaan program yang telah disosialisasikan kepada masyarakat oleh pemerintah desa adalah melaksanakan pembangunan yang sudah direncanakan dengan pelibatan partisipasi masyarakat secara gotong royong. Pembangunan yang pertama adalah memperbaiki jalan desa dengan melakukan pavingisasi serta menambal jalanan rusak dengan menggunakan aspal korea. Tujuan dari perbaikan jalan ini adalah untuk memberikan kemudahan akses bagi seluruh masyarakat desa yang sewaktu-waktu harus melakukan evakuasi ketika terjadi bencana tsunami, banjir ataupun tanah longsor. Pada pembahasan sebelumnya, peneliti sudah memaparkan bahwa akses penyelamatan diri juga mendukung dalam proses evakuasi. Salah satunya dengan kemudahan untuk mengakses jalan bagi pejalan kaki menuju tempat evakuasi yang jauh dari lokasi bencana. Perbaikan jalan ini tidak hanya dilakukan di satu tempat, melainkan merupakan program berkelanjutan yang menyentuh pada akses-akses vital menuju dataran tinggi pegunungan. Gambar 7.29 Perbaikan Jalan Pavingisasi Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Selanjutnya adalah proses pengecoran jembatan dan pengadaan plengsengan di beberapa titik jembatan yang merupakan penghubung menuju titik aman tempat evakuasi. Selain itu juga, dengan adanya perbaikan jembatan ini merupakan salah satu upaya agar risiko banjir maupun daerah rawan banjir dapat diminimalisir. Gambar 7.30 Pengecoran Jembatan Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti Berikut adalah gambaran perencanaan pembuatan sungai baru yang menjadi pembahasan pembangunan yang akan dilaksanakan mulai tahun 2018. Hal ini juga menjadi perencanaan berkelanjutan yang kemudian membutuhkan pemahaman yang lebih rinci dan perencanaan anggaran yang matang. Rencana pembuatan sungai baru ini merupakan salah satu solusi yang diambil sebagai upaya untuk membuat manipulasi pembangunan dalam mengatasi kondisi geografis desa yang kurang menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya jalur pembuangan air menuju laut yang kemudian menjadikan areal ini tergenang banjir dari dua sungai yang berbeda Sungai Pesu dan Sungai Wancir. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Gambar 7.31 Rencana Pembuatan Sungai Baru di Area Tergenang Banjir Sumber: Hasil Perencanaan Wilayah Desa Tasikmadu diolah menggunakan QGIS 2017

C. Membangun Jaringan Kelompok PRB

Dalam Proses Pembuatan SID, maka tahap sebelum melakukan sebuah gerakan perubahan adalah membangun jaringan kelompok baru dengan mengoptimalkan seluruh relasi masyarakat yang ada di Desa Tasikmadu. Dengan undangan yang telah disebutkan di tanggal 17 Desember 2016 tersebut, maka seluruh stakeholder yang berkumpul melakukan beberapa proses diskusi dan penentuan untuk membuat kelompok baru yang bertujuan untuk melakukan proses perubahan. Kelompok ini tidak membuat kelompok dari relasi yang belum ada, melainkan melalui penguatan seluruh komponen dalam satuan terkecil masyarakat yakni dengan relasi dari seluruh ketua RT yang berjumlah 41 orang dan 3 Kepal digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dusun dan Dibina langsung oleh Kepala Desa Tasikmadu dan Sekretaris Desa Tasikmadu. Kelompok ini diharapkan dapat menjadi bagian dalam proses penyadaran yang akan dilakukan dimasa mendatang maupun yang sudah dilakukan saat ini. Fungsi kelompok dalam Penyadaran Bencana merupakan sebuah sistem yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kelompok ini diharapkan dapat menjadi masyarakat yang memiliki keahlian dalam hal meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ancaman bencana dan menjadi pioneer perubahan menuju desa tangguh bencana. berikut adalah hasil dokumentasi kegiatan pembentukan kelompok PRB baru di Ruang Serba Guna Balai Desa Tasikmadu pada 17 Desember 2016. Gambar 7.32 Proses Penjelasan SID dan Pembentukan Tim PRB Baru Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti 238 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB VIII MEMBANGUN KETANGGUHAN DESA BERSAMA MASYARAKAT

A. Refleksi Teoritik Dan Metodologi

Dalam proses pemberdayaan ini, memberikan banyak pelajaran baik bagi peneliti maupunmmasyarakat itu sendiri. dalam segala proses pendampingan ini, peneliti tidak terlepas dari acuan teori dan metodologi yang membantu peneliti dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat maupun mengarahkan topik pembelajaran bersama subjek dampingan. Dalam melakukan program pendampingan ini, peneliti menggunakan beberapa kajian teori. Diantaranya: bencana hidrometeorologi, konsep dasar Pengurangan risiko bencana PRB dalam upaya CBDRM Community –Based Disaster Risk Management, urgensi SIG dan SID. Bagi peneliti, teori-teori tersebut sangat sesuai dan mendukung fokus kajian yang diteliti. Hal ini disebabkan oleh adanya relasi kajian antara teori yang digunakan dengan fokus masalah yang dikaji. Bersama masyarakat peneliti juga melakukan identifikasi-identifikasi mengacu pada teori yang digunakan. Dalam mengidentifikasi ancaman, peneliti menggunakan ciri-ciri dan karakteristik dari masing-masing bencana hidrometeorologi yang dijadikan sebagai indikator dalam pengamatan di lapangan. Baik dalam mengkategorikan bencana berdasarkan kelas dan kategorinya. Dalam bencana banjir misalnya, peneliti bersama subjek dampingan melakukan analisa terhadap pola perilaku masyarakat yang menjadi penyebab dari bencana. Selain itu, dalam mengkategorikan kelas rawan, peneliti juga menggunakan teori jarak wilayah dengan sungai dalam membuat peta digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id bersama masyarakat. Begitu pula dengan bencana longsor dimana kami melakukan penghitungan mandiri untuk mengetahui jumlah tanah yang terangkut oleh air di aliran sungai yang mengindikasikan bahwa terjadi pengikisan tanah di lereng-lereng bukit. Selain itu, konsep dasar PRB juga menjadi acuan kami dalam mengidentifikasi maupun melakukan perencanaan-perencanaan tindakan perubahan. Baik penyadaran dengan menggunakan media-media yang aplikatif. Juga menggunakan pendekatan-pendekatan keilmuan dalam menganalisa tata ruang Desa Tasikmadu. Membangun kesadaran masyarakat memang membutuhkan proses yang cukup lama dan tidak bisa jika hanya dilakukan satu atau dua kali. Begitu halnya dengan membangun keberdayaan masyarakat atas kekuasaan tata ruang wilayah desa mereka sendiri. Banyak yang beranggapan bahwa kesadaran atas kepemilikan ruang ini bukanlah hal yang penting. Namun, sebenarnya masyarakat wajib untuk mengetahui secara gamblang bagaimana keseluruhan wilayah desanya. Hal ini dapat menjadi salah satu upaya untuk membangun kesadaran atas potensi wilayah, tata ruang wilayah, serta rasa kepemilikan atas wilayah desanya. Dengan memiliki rasa kepemilikan bersama, masyarakat dapat secara bersama- sama terlibat dalam pembangunan yang berdasarkan pada kebutuhan grass root dan membangun kembali nilai gotong royong yang hampir pudar. Selain itu, pengetahuan yang mendalam mengenai tata ruang wilayah sekali lagi bukan hanya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan satu pihak, melainkan dapat direlasikan dalam banyak aspek dalam kehidupan masyarakat desa. Lebih lanjut lagi, masyarakat dapat mengimplementasikannya dalam proses digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id perencanaan dalam upaya pembangunan yang mengacu pada isu kebencanaan. Dimana dengan mengetahui tata ruang desa ini akan memberikan kemudahan untuk menilai daerah-daerah yang strategis untuk pembangunan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, dalam prosesnya peneliti sangat berhati-hati untuk melakukan pendekatan keilmuan dengan masyarakat. Karena dalam beberapa sisi masih banyak yang salah dalam memahami pentingnya proses pendampingan ini. Sehingga dalam proses pendampingan, ada beberapa hal yang dilakukan diantaranya: 1. Melakukan mapping dan transek menentukan titik rawan bencana hidrometeorologi 2. Membuat SIG dan SID sebagai media belajar dan Penyadaran Bencana Bersama masyarakat 3. Melaksanakan pelatihan SID dan SIG bersama masyarakat Yang diharapkan dapat memberikan perubahan positif dalam kehidupan masyarakat desa Tasikmadu. Selain dalam membangun kesadaran akan kebencanaan, juga membangun kesadaran dalam melakukan perencanaan wilayah desa yang didasarkan pada PRB pengurangan risiko bencana. Terbangunnya kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya pengurangan risiko bencana dan penguasaan tata ruang wilayah menjadi indikator adanaya perubahan menuju arah yang lebih baik. Sehingga masyarakat dapat menjadikan proses ini sebagai refleksi untuk menghadapi bencana dimasa mendatang. Selanjutnya adalah refleksi metodologi, dalam pendampingan ini peneliti menggunakan pendekatan PAR Participatory Action Research dan dalam