PENELITIAN STRUKTUR ILMU HUKUM

(1)

Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818

1

PENELITIAN STRUKTUR ILMU HUKUM Agus Pandoman

Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

pandomanpower@yahoo.com

Keywords: legal science research structure

A. Penelitian Disiplin Hukum

Penelitian yang obyeknya mengenai displin hukum adalah kegiatan ilmiah untuk mempelajari hukum dengan pendekatan internal,yakni mempelajari hukum dari dalam hukum itu sendiri sebagai partisipasi dalam hukum yang dipelajarinya itu. Disiplin hukum mencakum Ilmu Hukum ,Teori Hukum, dan Filsafat Hukum.

Disiplin ini dibedakan dari “disiplin non hukum yang obyek telaahnya hukum “

yakni kegiatan ilmiah yang mempelajari hukum dengan pendekatan eksternal )dari luar hukum itu sendiri ,dari titik berdiri seseorang pengamat (observer) dengan mempelajari prilaku orang dalam kaitan dengan berlakunya kaedah-kaedah hukum positif ,dengan menggunakan metode-metode ilmu social, Disiplin non hukum ini menckup antara lain Sosiologi Hukum, Antropologi Hukum, Psikologi Hukum , Sejarah Hukum1.

1. Kedudukan Ilmu Hukum

Ilmu hukum adalah ilmu yang termasuk dalam kelompok ilmu Praktikal Normologikal Otoritatif bertujuan untuk mengubah keadaan, menawarkan penyelesaian terhadap masalah konkrit. Termasuk kedalam kelompok ilmu ini adalah Etika, Teologi. Ilmu prkatikal dan penerapnya berlaku kaidah moral yang disebut sebagai moral keahlian atau etika profesi. Kelompok ilmu ini dalam dinamika kegiatan ilmiahnya terbuka bagi berbagai pengaruh dari luar lingkungan dan nilai-nilai manusiawi. Setidaknya pengaruh tersebut lebih besar ketimbang bagi kelompok ilmu teoritikal

2. Kelompok Ilmu Praktikal

Kelompok ilmu praktikal dibagi Ilmu Praktikal Nomologikal dan Praktikal Normologikal . Kelompok ilmu Nomologikal berusaha memperoleh pengetahuan factual empirical ,yakni pengetahuan tentang hubungan ajeg yang ceteris paribus niscaya berlaku anatar dua hal atau lebih seperti ilmu empiric, dalam rumus Jika A (ada atau terjadi, maka B (ada atau terjadi (When A is , Then B is… ) Disini proses berlakunya asas kausalitas tidak dipengaruhi oleh kemauan manusia.

1

B.Arief Sidarta, Ilmu Hukum Indonesia ,Uapaya Pengembangan Suatu Ilmu Hukum Sitemik Yang Responsif Terhadap Perubahan Masyarakat, Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan ,Bandung ,2010. Halm

Abstract

This article explains what exactly is the definition of legal science research structure, but it also describes the systematic method of law, legal analysis and other matters relating to research the structure of jurisprudence


(2)

Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818

2 Termasuk jenis ilmu ini adalah Ilmu Kedokteran, jika sudah dapat dipastikan

bahwa “X” menyebabkan penyakit “Y” , maka centeris paribus untuk mnyembuhkan orang yang mengindap penyaakit “Y” harus diberi terapi yang

menghilangkan atau menetralisir “X” dan jika “X” sudah ditiadakan atau

dinetralisir maka penyakit “Y” niscaya hilang.

Ilmu Praktikal Normologikal , yang disebut juga ilmu normative , berupaya menemukan hubungan antara dua hal atau lebih berdasarkan asas imputasi (menautkan tanggungjawab atau kewajiban ) untuk menempatkan apa yang seharusnya menjadi keawajiban subjek dalam situasi konkrit tertentu sehubungan dengan terjadinya perbuatan atau peristiwa atau keadaan tertentu , namun dalam kenyataan apa yang seharusnya terjadi itu tidak nisvaya (selalu)

dengan sendirinya terjadi. (dalam dunia mngkin ) Rumus logikanya berbunyi “

jika A ( terjadi atau ada ) maka seyoianya B ( terjadi ) (When A is B ‘Ought “to be even though B perhaps actually is not )

Berlakunya proses asas kausalitas atau asas imutatif itu dipengaruhi oleh kemauan manusia yang terkait dalam peristiwa itu. Ilmu ini dibedakan kedalam ilmu Praktikal Normologikal otoritatif (ilmu normatif otoritatif ) dan Ilmu paktikal yang Normologikal Non Otoritatif ( Normatif Non-Otoritatif ).

Ilmu Normatif otoritatif adalah ilmu praktikal yang obyek telaahnya adalah tatanan secara yuridik bersifat mengkaidahi perilaku, dan produknya juga secara yuridik mempunyai dampak mengkaidahi prilaku contohnya Ilmu hukum

Sedangkan Imu Normatif Non Otoritatif tidak bersifat mengkaidahi perilaku, contohnya Etika, Pedagogik, Manajemen.

Ciri Ilmu hukum pertanyaan pokoknya adalah dengan mengacu dan dalam kerangka tatanan hukum yang berlaku , apa hukumnya yang paling tepat atau akseptabel bagi situasi konkrit individual tertentu . Ini berarti menentukan apa yang menurut hukum yang berlaku menjadi hak dan kewajiban para pihak yang terlibat dalam situasi konkrit itu . Jadi sesungguhnya obyek telaah ilmu hukum terdiri atas dua unsure , yang saling berkaitan , yakni fakta kemasyarakatan dan kaedah hukum.

Pengetahuan tentang cara penerapan kaedah hukum secara benar yakni dapat dipertanggung jawabkan secara rational. Maka pentingnya kaedah hukum yang dipilih atau dikwalifikasi sebagai fakta Oleh karena itu kegiatan pengembangan ilmu hukum itu berwujud menghimpun dan mensistematisasi material hukum berupa teks otoritatif yang terdiri atas undang-undang, putusan hukum,hukum tidak tertulis, dan doktrin pakar paara hukum yang berwibwa. Ada dua penarikan substansi muatannya pertama sifat ideografikal yakni terarah untuk mengindividualisasi makna obyektif yang sah menurut aturan hukum yang menurut hakekatnya bersifat umum dengan selalu mengacu milai (cita-hukum ) , namun pada sisi lain sifat nomotetikal yakni mengarah untuk menggeneralisir dengan mengacu asas persamaan karena putusan yang dihasilkan harus tetap memlihara ketertiban ( bagaimana memenagkan ketertiban )yang berkeadilan dan prediktabilitas (konsisten dan koherensi ).


(3)

Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818

3

B. Metode Sistimatika Hukum

Metode harus dilakukan dengan empat metode :

1. Metode Logika menggunakan asas dan hukum-hukum logika sebagai sarana intelektual untuk membangun struktur logical dalam masa aturan-aturan hukum yang volumenya semakin tidak terbayangkan dan selalu berubah , sehingga seluruh aturan hukum itu dalam suatu sistem hukum yang koheren, asas logika yang digunakan induksi, deduksi, analogi ,a kontrario .

2. Metode tipologi yakni menerapkan tipe normal yang digunakan sebagai penataan tipe normal dalam setiap kejadian

3. Teleologikal yang menggunakan nilai dan akedah yang melandasi teks undang-undang sebagai patokan sistematisasi.

4. Metode INterdisipliner gaya pneniltian memanfaatkan produk berbagai ilim seperti ilmu social, ilmu sejarah , ilmu kedokteran, ilmu ekonomi. Ilmu psikologi. Ilmu antropologi.

Pengetahuan tentang gejala ,asas dan kebenaran hukum dilakukan dengan cara - Hipotesis – Verifikasi

- Hipotesis – Falsifikasi.

C. Pengertian Analisa Hukum

Pengertian analisa hukum ialah cara pemecahan permasalahan hukum berkaitan masalah hukum mikro dan masalah hukum makro terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milah pengertian yang satu dengan pengertian-pengertian yang lain. Dengan demikian cara pemecahan tersebut harus dipahami terlebih dahulu dari dua pengertian ini :

a. Masalah hukum mikro berkenaan dengan hubungan antar subjektif ,yang penyelesaianya dilakukan dengan penemuan hukum dan penerapan hukum secara kontekstual dengan mengacu tujun yang mau dicapai dengan aturan hukum dengan aturan hukum terkait dalam rangka tujuan hukum pada umumnya.

b. Masalah hukum makro berkenaan dengan masyarakat sebagai keseluruhan ,yang berintikan ihwal menentukan dan menata pola hubungan antar manusia yang berkekuatan normatif dan secara rasional memungkinkan masing-masing mencapai tujuan secara wajar, sehingga disatu pihak penyelenggaraan ketertiban berkeadilan tetap terjamin,dan mendorong kemajuan masyarakat. Penyelesaian masalah hukum makro ini dilakukan dengan pembentukan hukum secara kontekstual dengan mengantisipasi perkembangan dimasa depan dalam kerangka tujuan hukum pada umumnya dengan mengacu pada cita hukum, yaitu produknya berupa aturan hukum yang secara obyektif berlaku umum.2

Dengan memahami pengertian diatas , penelitian hukum harus mengambil sikap mengarah kemana penelitian itu dilakukan. Dua permasalahan hukum itu berkaitan erat dengan Tujuan hukum dan sifat hukum, yaitu ketertiban dan

2

B.Arief Sidarta, Ilmu Hukum Indonesia ,Uapaya Pengembangan Suatu Ilmu Hukum Sitemik

Yang Responsif Terhadap Perubahan Masyarakat, Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan ,Bandung 2010. Halm 93


(4)

Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818

4 keadilan, maka untuk mempertajam penelitian , peniliti harus memahami betul apa yang diinginkan dengan tujuan yaitu “ ketertiban “ dan bagimana memenangkanya.

D. Masalah Hukum Makro

Bagaimana memenangkan ketertiban, dan bagaimana keadilan didapatkan dari memenangkan ketertiban itu? permasalahan hukum makro ini memunculkan banyak teori yang memunculkan paham hukum terhadap terjadinya ketidak tertiban dan ketidak adilan. Pandangan untuk mememenagkan ketertiban masing-masing berangkat dari logika dedukasi tentang penegakan hukum dimulai dari mana dalam kodisi yang berbeda, Sarjana Normatif yang terkenal Hans Kellsen menyatakan bahwa ketertiban akan dapat dimenangkan bila tertib hukum dimulai dengan pembentuk ground norm ( hukum tertinggi) dikenal dengaan teori norma hukum berjenjang 3, Sarjana lainnya Philippe Nonet – Selznick , berpendapat penegakan hukum tergantung pada kondisi dan situasi, sehingga penrapan hukum dalam keadaan normal akan berbeda dengan dalam keadaan tidak normal 4.

Friedman memaparkan konsep dengan memaparkan konsepnya terhadap upaya penegakan hukum , menurut pendapatnya , untuk mencapai kemenangan terhadap tujuan hukum , sitem hukum harus dibangun harus dibangun dengan struktur (structur ) adalah kerangka badan-badan hukumnya, adanya subsatnsi (substance ) dari peraturan-peraturan dan bagaimana instansi itu bekerja, yang terakhir terbentuknya budaya (culture)5. Peneliti sudah menyiapkan dalam angan pikiranya mempertanyakan yang manakah terhadap model dari sistem hukum dialam realitas yang tersaji (gegiven ) . Menurut Kelsen bahwa semua hukum artinya hukum posiitif yang manakah yang hendak diteliti, di Indonesiakah atau hukum positif dinegara lain. Hukum positif adalah pengaturan yang ditetapkan dan dipaksakan oleh kekuasaan negara yang berlaku pada suatu waktu tertenu dan pada suatu wilayah tertentu.

Ketika kita sudah bisa membentuk logika penalaran hukum , maka peneliti haru dapat mengembangkan pilihan-pilihan penalaran hukumnya terhadap peraturan tersaji yang menurut Bermen peniliti harus menyiapkan model penalaran hukum untuk mengadakan bidang mana yang hendak diteliti sebagai berikut :

a) Berupaya untuk mengetahui perwujudan konsistensi dalam aturan-aturan hukum dan putusan-putusan hukum. Dasar penalaranya hukum harus berlaku sama bagi semua orang yang termasuk kedalam juridiksinya. Kasus yang sama harus diberi putusan yang sama berdasarkan asas similia similibus ( persamaan )

3

Hans Kelsen ,general theory of law and state ,Rusel & Rusel New York ,hal 112

4 4

Philippe Nonet and Philip Selznick, Law and Society in Transition: Toward Responsive Law,

Terjemah, Raisul Muttaqiem, Hukum Resposive Philippe Nonet dan Philip Selznick, (Nusamedia, 2007), hlm 1-32

5

Lawrence M Friedman , The Legal System , A Social Science Perpective , Russel Sege Foundation , New York 1975 page 16


(5)

Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818

5 b) Berupaya untuk mengetahui adakah kontinuitas dalam waktu (konsistensi historikal) penelitian akan mengacu pada aturan-aturan hukum yang sudah terbentuk sebelumnyadan putusan hukum terdahulusehingga menjamin stabilitas dan prediktabilitas.

c) Perdebatan paham tentang makna profilerasi/ pengembang biakan structural kekuasaan baik dibidang kekuasaan pemerintahan daerah, kekuasaan kehakiman, kekuasaan moneter. Pada penelitian ini obyek yang ingin diketahu oleh peniliti ; seberapa jauhkonflik norma yang terdapat dalam suatu ketentuan undang-undang . Rechtvinding dibutuhkan karena konsep norma yang terbuka (open texture) dan norma yang kabur (Vague norm ) misalnya mengenai sistem negara didalam negara yang mempengaruhi sistem pemerintah pusat dan daerah, karena ada atau lebih undang-undang , yang secara bersamaan yang diterapkan pada permasalahan tersebut. Penerpan structural kekuasaan Kehakiman dengan manajemen modern seperti MK, KY dan KPK serta peradilan peradilan khusus seperti Pengadilan Niaga Pengadilan Hubungan Industrial, Pengadilan Perikanan, Pengadilan Pajak , Pengadilan HAM, dan Pengadilan Tipikor. Manajemen modern pengembang biakan kekuasaan mengacu pada gagsan yang dikenalkan oleh Reine yang kemudian diterapkan Tony Balir pada waktu ia berkuasa yang mengintroduksi tujuh Prinsip ABCDEFG , yaitu ( Doing it (the justice), All Together , Better , Coss effectively Democraticcally, Efficiently , Faster , unsure ke 8 ditambahkan dengan P yaitu doing for the People menegakan hukum demi keadilan dan untuk kesejahteraan rakyat 6

- Penerapan struktural pemekaran Daerah, misalnya dimekarkanya propinsi, kabupaen dan kota adakah sumber konflik social dan norma hukumnya.

- Penerapan strujtural kekuasaan moneter, BI, KSSK, LPS, PUPN, OJK, Lembaga Keuangan Perbankan dan Non Perbankan.

E. Masalah Hukum Mikro .

Fokus penelitian pada masalah hukum mikro adalah berkaitan dengan pembagian hukum posisitf . Hukum positif diklasifikasi atas hukum public dan hukum privat, yang masing-masing terdiri dari berbagai disiplin ilmu. pembedaan hukum publik dan hukum privat berdasarkan hubungan hukumnya. Hukum publik mengatur hubungan antara negara dan individu, sedangkan hukum privat berhubungan dengan hubungan hukum antar individu. 7

Bellefroid mengemukakan bahwa, hukum publik adalah kaidah-kaidah yang mengatur hal-hal ketatanegaraan, khususnya yang menyangkut cara-cara: a. Badan-badan/lembaga-lembaga negara menjalankan tugasnya dan

wewenangnya;

b. perwujudan hubungan hukum antara pemerintah (negara) dengan masyarakat;

6

Siti Fatimah , Proliferasi Kekuasaan Kehakiman Setelah Perubahan UUD 1945, Disertasi UII

Yogyakarta 2014, hal 34

7

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 1999), hlm 122-123.


(6)

Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818

6 c. perwujudan hubungan hukum antara lembaga-lembaga negara/pemerintahan.

Misalnya hukum public terdiri atas hukum Tata Negara, Hukum Administrasi , Hukum Pidana, Hukum Internasional, disamping itu juga ada yang memiliki karakter campuran yaitu Hukum Perburuhan.

Sedangkan hukum privat mengatur tata tertib masyarakat yang menyangkut kepentingan individual perseorangan para warga masyarakat, khususnya dalam urusan-urusan tentang :

a. Hubungan kekeluargaan; b. pengurusan kekayaan pribadi;

c. hubungan-hubungan antar pribadi/perorangan di dalam masyarakat; d. hubungan-hubungan yang menyangkut

Jenis hukum ini misalnya Hukum Perdata dan Hukum Dagang.

Berdasarkan pengertian ini penelitian hukum mikro harus memperhatikan rumusan masalah yang bertujuan untuk menemukan hal-hal yang berkaitan dengan:

a. Penemuan hukum b. Klasifikasi hakekat c. Pemilihan Isu hukum d. Hubungan Kausal. e. Fakta hokum

a. Penemuan Hukum

Penulusuran peraturan perundang-undangan (berdasarkan ketentuan UU No 10 Tahun 2004 Pasal 1 angka 2 peraturan per undang-undangan adalah produk hukum tertulis yang dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang yang isinya mengikat umum. Langkah ini merupakan langkah pertama yang dikenal sebagai statue approach . Langkah yang kedua adalah mengidentifikasi norma. Rumusan norma merupakan suatu proposional. Dengan demikian ,sesuai dengan hakekat proposisi , norma terdiri atas rangkaian konsep. Ketiga langkah untuk memahami norma harus diawali dengan memahami konsep.(conceptual approach .

Contoh Norma pasal 1365 setiap perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian ,mewajibkan yang menimbulkan kerugian itu untuk membayar ganti rugi. Dengan memahami ini kita dalam melangkah mengadakan penilitian harus pematangan pemahaman terhadap : Konsep Perbuatan, karena konsep ini tidak dijelaskan akan menimbulkan kesulitan , apakah kerugian terhadap gempa bumi dapat digugat di Pengadilan ? Prtanyaan hukum yang muncul adalah apakah gempa bumi termasuk konsep perbuatan. Pertanyaan menyususl adalah itu perbuatan siapa yang bertanggung jawab. Konsep melanggar hukum , harus dimaknai secara jelas unsure-unsur melanggar hukum dalam bidang hukum perdata dan hukum pidana , kita harus mengetahu apakah peristiwa hukum tersebut eksistensinya sama antara perdata dan pidana . Kapan perbuatan itu ada tentu akan berbeda bila kajian hukum mikronya sebagai basic penelitianya berbeda pula. Dalam penelitian tentang perbuatan melawan hukum dalam kajian perdta orang akan berpaling pada yurisprudensi.( Berdasarkan yurisprudensi [erbuatan melawan hukum terjadi ;- melanggar hak orang lain, bertentangan


(7)

Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818

7 dengan kewajiban hukumnya, melanggar kepatutan, melanggar kesusilaan ). Konsep kerugian harus memenuhi unsur-unsur kerugian yaitu (shade : kerusakan yang diderita, Winst Keutungan yang diharapkan , Konsten : biaya yang dikeluarkan ) . Langkah selanjtnya adalah teknik penemuan hukumnya yaitu dengan cara Interprestasi dan kedua kontruksi hukum yang meliputi penghapusan atau penyempitan hukum dan argumentum a contrario. Fungsi penemuan hukum adalah menemukan norma konkrit diterapkan pada fakta hukum terkait.

b. Klasifikasi permasalahan hukum

Pemilihan kompentensi kekuasaan kehakiman berkaitan dengan kompentensi absolute dan kompentensi Relatif.

c. Pemilihan Isu Hukum

Isu hukum berisi tentang fakta dan pertanyaan tentang hukum yang didukung dengan alat bukti misalnya hendak meneliti tentang mirnda principle. Contoh lainya tentang permasalahan malprktek apakah merupakan tindakan wanprestasi ataukah perbuatan mealwan hukum. Dalam menganilsa masalah pertama harus dirumuskan hukum yang berkaitan dengan konsep wanprestasi. Analisa pada dasarnya mengandung makna penilaian dalam unsure-unssur yang lebih kecil . Analisa atas isu wanprestasi dilakukan dengan memilah-milah unsure-unsur mutlak , yaitu ; Adakah hubungan kontraktual dalam tindakan dokter dengan pasien. Untuk rumusan Perbuatan melawan hukum dapat dipertanyakan : Apakah tindakan dokter suatu perbuatan melanggar hukum, apakah criteria perbuatan melawan dokter, apa kerugian yang diderita pasien ,apakah kerugian itu adalah akibat langsung perbuatan dokter. Selanjutnya kita membuat pemahaman hasil penelitian dari masing-masing isu tersebut didasakan fakta (hubungan dokter pasien )dikaitkan dengan hukum kedokteran dan teori malpraktek dan asas-asas hukumnya.

d. Hubungan Kausal.

Hubungan kausal memainkan penting dalam penelitian terhadap pengan perkara dipengadilan atau menganalisa putusan pengadilan . Hubungan kausal dalam hukum sangat tergantung dari jenis hukum atau macam-macam hubungan hukum . Hubungan kausal dalam hukum pidana belum tentu cocok untuk hukum perdata atau hukum administrasi untuk sengketa Tata Usaha Negara (TUN)

Hubungan kausal dalam hukum pidna , hubungan kausal diperlukan terhadap delik materil dan delik yang dikwalifikasi oleh akibatnya.

Contoh : Kelakuan --- Mati Sebab---akibat

Apakah suatu perbuatan tertentu menimbulkan matinya seseorang dapat dijelaskan dengan menggunakan teori hubungan kausal .

Teori hubungan kausal dalam pidana :

a). teori Conditio sinequa non (teori ekuivalensi ) b) teori adquat

c) teori yang mengenalisir d) teori obyektif


(8)

Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818

8 e) teori relevansi

dari berbagai teori tersebut, yurisprudensi berpegang pada : a) Akibat langsung

b) Teori adequate (secara wajar dapat diduga menimbukan akibat )8 Hubungan Kausal dalam hukum perdata

Contoh perbuatan melawan hukum --- kerugian sebab --- akibat Dalam hukum Perdata dikenal hubungan kausal

a) Teori condition sinequa non b) Teori causa proxima

c) Teori Adequat.

Dalam Hukum TUN teori yang digunakan adalah hubungan langsung Keputusan TUN --- Kerugian

Sebab ---Akibat.

e. Fakta hukum

Adalah kejadian empiris yang menunjukan adanya sebab dan akibat yang kejadiannya dapat dilihat dan dibuktikan sebagai suatu peristiwa . peristiwa adalah hubungan sebab akibat dalam suatu obyek yang menimbulkan perkara. Keberadaan fakta adalah suatu hal yang bisa membawa kemungkinan-kemungkinan dalam pandangan terhadap objeknya. Fakta hukum bisa berupa , perbuatan ,peristiwa atau keadaan. Pembunuhan adalah perbuatan hukum pidana, perikatan adalah perbuatan hukum perdata, kelahiran adalah peristiwa hukum, dibawah umur adalah suatu keadaan. Misalnya penelti hendak mengetahui tentang tuntutan ganti rugi terhadap perbuatan melawan hukum maka peneltian mengacu pada ketntuan 1365 bW

Fakta hukum misalnya adalah suatu keadaan dimana peristiwa terjadi karena adanya hubungan subjek dengan subjek terhadap objek tertentu.Ketika peristiwa itu timbul maka kita akan berbicara suatu fakta , yang menuntut pandangan hukum untuk dapat memprediksi apakah peristiwa tersebut dikatagorikan sebuah peristiwa kejahatan atau peristiwa keperdataan. Hubungan diantara peristiwa dengan fakta memberikan arah , kepada suatu pembuktian apakah peristiwa itu memiliki nilai kebenaran. Maka perlu memperhatikan mengenai.

1) Subjek hukum

Peristiwa hukum itu timbul dikarenakan adanya hubungan hukum baik dibidang keperdataan maupun dibidang hukum publik ( Pidana dan administrasi negara ) Nilai kebenaran adalah suatu syarat adanya pembuktisn atas peristiwa yang terjadi sehingga ada unsur-unsur yang harus dipenuhi :

Asas legalitas Waktu terjadinya Wilayah/kompentensi Prosedur penyelesaiannya. Kewenangan.

Pelaksanaan /eksekusi

8


(9)

Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818

9 2) Obyek

Objek analisis adalah pandangan empiris atas suatu kejadian peritiwa terhadap hubungan subjek atas hak-hak kebendaan yang memberikan kebaikan dan kebahagiaan didalam kehidupan bermasyarakat. Ketika objek ini menunjukan arah yang berbeda pada hak-hak yang ditimbulkannya maka hak-hak tersebut meninggalkan kepentingan pemiliknya disebabkan adanya pengakuan dari pendukung hak yang lainnya. Sehingga objek hukum dapat didifiniskan sebagai berikut : Obyek hukumadalah hak kebendaan yang dapat dimiliki sebagai kebutuhan dan dapat dinikmati hasilnya. Pengertin benda (zaak ) secara juridis menurut pasal 499 BW adalah segala sesuatu yang dapat dihaki atau menjadi obyek hak milik ,. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan benda menurut undang-undang hanyalah segala sesuatu yang dapat di HaKi atau dapat dimiliki orang. Maka segala sesuatu yang tidak dapat dimiliki orang bukanlah termasuk pengertian benda. Seperti bulan matahari, laut dlsb. Contoh pengertian objek hukum dalam pangan hukum publik ( hukum pajak ) yang menjadi objek hukum adalah jumlah uang yang harus dipungut dan wajib dibayar oleh wajib pajak . Menurut Subekti pengertian benda menjadi tiga :

a. Benda dalam arti luas adalah segala sesuatu yang dapat di hak oleh seseorang .

b. Benda dalam arti sempit adalah barang yang dapat terlihat saja. c. Benda adalah sebagai objek hukum.

Dalam sistem Hukum Perdata Barat BW yang berlaku di Indfonesia ,pengertian benda sebgai obyek hukum tidak hanya meliputi “ benda yang berwujud “ yang

ditangkap dengan panca indera, akan tetapi juga “ benda yang tidak berwujud “ ,

yakni hak-hak atas barang yang berwujud . a. Klasifikasi benda :

Sebagaimana dalam BW benda dapat dibeda-bedakan sebagai berikut : (1) Benda tak bergerak dan benda bergerak.

(2) Benda yang musnah dan yang tetap ada.

(3) Benda yang dapat diganti dan tidak dapat digati. (4) Benda yang dapat diibagai dan yang tidak dapat dibagi (5) Benda yang diperdagangan dan yang tak diperdagangkan. (6) Benda bergerak tak bergerak menurut pasal 508 BW , a. Benda tak bergerak menurut sifatnya ada tiga macam :

(1) Tanah Segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena tumbuh dan berakar serta bercabang ( seperti tumbuh-tumbuhan buah yang belum dipetik ). Segala sesuatu yag bersatu dengan tanah karena didirikan diatas tanah, seperti bangunan.

(2) Benda menurut tujuan pemakaiannya bersatu dengan benda tak bergerak terdiri dari pabrik, segala macam mesin ,ketelketel dan alat-alat lain yang dimaksud supaya terus menerus berada disitu untuk digunakan untuk menjalankan pabrik. Pada rumah kediaman segala yang melekat ,sarang burung walet kaca dinding dll Pada suatu perkebunan ,segala sesuatu yang digunakan untuk rabuk. Benda-benda reruntuhan dari suatu bangunan yang dipakai guna mendirikan kembali bangunan tersebut.


(10)

Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818

10 (3) Benda menurut penetapan undang-undang, sebagai benda tak

bergerak.Hak-hak atau penagihan mengenai suatu benda yan tak bergerak ( seperti Hak Opstal, hak hipotek, hak tanggungan ).Kapal-kapalyang berukuran 20 meter kubik keatas ( WvK ).

(4) Benda Bergerak adalah karena sifatnya atau juannya atau penetapannya undang-undang dinyatakan sebagai benda bergerak , pasal 509 ,510, 511 Benda menurut sifatnya dalam arti benda itu dapat dipindah atau dipindahkan dari suatu tempat ketempat lain. Benda yang menurut penetapan undang-undang segala hak atas benda-benda bergerak misalnya hak memitik hasil ,hak memakai , hak atas bunga,hak menuntut dimuka pengadilan agar uang tunai atau benda-benda bergerak diserahkan kepada seseorang ( penggugat ), saham-saham dari perseroan, hak surat berharga lainnya, hak kekayaan intelektual ( Intelectual Propertty Rights ) ,dan hak penemuan ( octooirecht ), hak cipta ( auteirecht ), hak paten, dan hak merk.

(5) Pembagian obyek dari benda-benda tersebut sangat penting karena adanya ketentuan yang berlaku bagi golongan benda-benda tersebut misalnya pengaturan mengenai : Pembebanan ( Bezwaring ) Terhadap benda bergerak dilakukan lembaga jaminan pand ( gadai ) Hak Bezit Untuk benda bergerak ada ketentuan pasal 1977 ayat 1 BW – Barang siapa yang menguasai barang bergerak dianggaplah ia sebagai pemiliknya, akan tetapi tidak seperti barang tidak bergerak , barang siapa yang menguasai barang tidak bergerak belum tentu ia pemiliknya. Penyerahan ( Levering )- Penyerahan benda bergerak dapat dilakukan dengan penyerahan nyata pasal 612 BW, sedangkan terhadap benda tak bergerak harus dilakukan dengan balik nama, Mengenai kadaluwarsa.

(6) Terhadap benda bergerak tak dikenal kadaluwarsa,sebab bezit sama dengan eigendom. Sedangkan benda tak bergerak mengenai kadaluwarsa. Seseorang dapat memperoleh hak milik karena lampaunya waktu 20 tahun ( dalam ada alas hak yang sah ) atau 30 tahunyang disebut dengan “ Aquisitieve verjaring

“ Mengenai Penyitaan ( Beslag ) Revindicatoir beslag untuk barang bergerak

sedang executoir beslag untuk barang yang tidak bergerak.

(7) Benda yang Musnah , Benda-benda yang dalam pemakainnya akan musnah maka kegunaan benda-benda tersebut justru pada kemusnahannya Misalnya : makanan dan minuman, kalau dimakan artinya musnah , memberi manfaat bagi kesehatan.demikian juga kayu bakar dan arang untuk masak.

(8) Benda yang Tetap Ada ialah benda-benda yag dalam pemakainya tidak mengakibatkan benda itu musnah , tetapi memberi manfaat bagi pemiliknya, seperti cangkir ,sendok , mangkok, mobil , motor dan sebagainya. Perbedaan antara benda yang musnah dan benda yang tetap ada , baik dalam hukum perjanjian maupun hukum benda . Dalam hukum perjanjian misalnya perjanjian pinjam pakai yang diatur dalam pasal 1740 sampai dengan 1760 dilakukan terhadap benda yag dapat musnah. Dalam hukum benda pasal 756 sampai dengan 817 hak memetikhasil dapat dilakukan terhadap benda yang musnah, hak memaki Pasal 818 sampai dengan 829 dapat dilakukan terhadap benda yang tetap ada. Pasal 822 BW apabila hak memakai diadakan terhadap benda yang dapat musnah , maka ia dapat dianggap hak memetik hasil. Pasal


(11)

Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818

11 765 terhadap hak memtik hasil pemakai pada waktu berakhirnya ,hak itu tidak harus mengembalikan benda-benda tersebut seperti dalam keadaan semula,seperti dalam wujud seperti keadaanya pada waktu itu berakhir hak itu.

(9) Benda yang dapat diganti dan Benda yang tidak dapat diganti Perbedaan antara benda yang dapat diganti dan benda yang tidak dapat diganti ini tidak dapat disebut secara tegas dalam BW, akan tetapi perbedaan itu ada dalam pengaturan perjanjian, misalnya dalam pasal yang mengatur perjanjian penitipan barang.Menurut Pasal 1694, BW pengembalian barang oleh penerima titipan harus in natura, artinya tidak boleh diganti dengan benda lain. Oleh karena itu,maka perjanjian penitipan barang pada umumnya hanya dilakukan mengenai benda yang tidak musnah.Bilamana benda yang dititipkan berupa uang, maka menurut Pasal 1714 BW, jumlah uang yang harus dikembalikan harus dalam bentuk mata uang yang sama pada waktu dititipkan, baik mata uang itu telah naik ataupun telah turun nilainya. Lain halnya jika uang tersebut tidak dititipkan tetapi dipinjamkan mengantikannya, maka yang menerima pinjaman hanya diwajibkan mengembalikan sejumlah uang yang sama banyaknya saja,sekalipun dengan mata uang yang berbeda daripada waktu perjanjian (pinjam mengganti) diadakan.

(10)Benda yang dapat dibagi. Benda yang dapat dibagi adalah benda yang apabila wujudnya dibagi tidak mengakibatkan hilangnya hakikat daripada benda itu sendiri. Misalnya : beras, gula pasir,tepung dll.

(11)Benda yang tak dapat dibagi Benda yang tidak dapat dibagi adalah benda yang apabila wujudnya dibagi mengakibatkan hilangnya atau lenyapnya hakikat daripada benda itu sendiri. Misalnya : kuda, sapi, uang dll.

(12) Benda yang Diperdagangkan Benda yang diperdagangkan adalah benda-benda yang dapat dijadikan objek pokok suatu perjanjian . jadi semua benda-benda yang dapat dijadikan pokok perjajia dilapangan harta kekayaan termasuk benda yang diperdagagkan.

(13) Benda Yang Tak Diperdagangkan Benda yang tak diperdagangkan adalah benda-benda yang tidak dapa dijadika objek pokok suatu perjanjian dilapangan harta kekayaan , Biasanya benda-benda yang digunakan untuk kepentingan umum.

(14)Disamping benda-benda tersebut diatas ada benda terdaftar dan benda yang tak terdaftar , dalam BW benda-benda tersebut tidak dikenal tapi diatur dalam perundang-undangan lainnya seperti peraturan pendaftaran tanah, peraturan tentang pendaftaran kapal, peraturan tentang pendaftaran bermotor dsb.


(12)

Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818

12

Daftar Pustaka

B.Arief Sidarta, 2010, Ilmu Hukum Indonesia ,Uapaya Pengembangan Suatu Ilmu Hukum Sitemik Yang Responsif Terhadap Perubahan Masyarakat, Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan ,Bandung

_____________,2010, Hukum Yang Responsif Terhadap Perubahan Masyarakat, Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan ,Bandung.

____________, Ilmu Hukum Indonesia: Upaya Pengembangan Suatu Ilmu Hukum Sistemik, Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan ,Bandung.

Hans Kelsen, General Theory of Law and State, Rusel & Rusel, New York. Lawrence M Friedman, 1975, The Legal System, A Social Science Perpective,

Russel Sege Foundation, New York.

Moeljono, 2002, Asas-asas Hukum Pidana, Cet 7 Rhineka Cipta, Jakarta.

Philippe Nonet and Philip Selznick, Law and Society in Transition: Toward Responsive Law,

Siti Fatimah, Proliferasi Kekuasaan Kehakiman Setelah Perubahan UUD 1945, Disertasi UII

Sudikno Mertokusumo, 1999, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta.

Terjemahan, Raisul Muttaqiem, 2007, Hukum Resposive Philippe Nonet dan Philip Selznick, Nusamedia.


(1)

Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818

7 dengan kewajiban hukumnya, melanggar kepatutan, melanggar kesusilaan ). Konsep kerugian harus memenuhi unsur-unsur kerugian yaitu (shade : kerusakan yang diderita, Winst Keutungan yang diharapkan , Konsten : biaya yang dikeluarkan ) . Langkah selanjtnya adalah teknik penemuan hukumnya yaitu dengan cara Interprestasi dan kedua kontruksi hukum yang meliputi penghapusan atau penyempitan hukum dan argumentum a contrario. Fungsi penemuan hukum adalah menemukan norma konkrit diterapkan pada fakta hukum terkait.

b. Klasifikasi permasalahan hukum

Pemilihan kompentensi kekuasaan kehakiman berkaitan dengan kompentensi absolute dan kompentensi Relatif.

c. Pemilihan Isu Hukum

Isu hukum berisi tentang fakta dan pertanyaan tentang hukum yang didukung dengan alat bukti misalnya hendak meneliti tentang mirnda principle. Contoh lainya tentang permasalahan malprktek apakah merupakan tindakan wanprestasi ataukah perbuatan mealwan hukum. Dalam menganilsa masalah pertama harus dirumuskan hukum yang berkaitan dengan konsep wanprestasi. Analisa pada dasarnya mengandung makna penilaian dalam unsure-unssur yang lebih kecil . Analisa atas isu wanprestasi dilakukan dengan memilah-milah unsure-unsur mutlak , yaitu ; Adakah hubungan kontraktual dalam tindakan dokter dengan pasien. Untuk rumusan Perbuatan melawan hukum dapat dipertanyakan : Apakah tindakan dokter suatu perbuatan melanggar hukum, apakah criteria perbuatan melawan dokter, apa kerugian yang diderita pasien ,apakah kerugian itu adalah akibat langsung perbuatan dokter. Selanjutnya kita membuat pemahaman hasil penelitian dari masing-masing isu tersebut didasakan fakta (hubungan dokter pasien )dikaitkan dengan hukum kedokteran dan teori malpraktek dan asas-asas hukumnya.

d. Hubungan Kausal.

Hubungan kausal memainkan penting dalam penelitian terhadap pengan perkara dipengadilan atau menganalisa putusan pengadilan . Hubungan kausal dalam hukum sangat tergantung dari jenis hukum atau macam-macam hubungan hukum . Hubungan kausal dalam hukum pidana belum tentu cocok untuk hukum perdata atau hukum administrasi untuk sengketa Tata Usaha Negara (TUN)

Hubungan kausal dalam hukum pidna , hubungan kausal diperlukan terhadap delik materil dan delik yang dikwalifikasi oleh akibatnya.

Contoh : Kelakuan --- Mati Sebab---akibat

Apakah suatu perbuatan tertentu menimbulkan matinya seseorang dapat dijelaskan dengan menggunakan teori hubungan kausal .

Teori hubungan kausal dalam pidana :

a). teori Conditio sinequa non (teori ekuivalensi ) b) teori adquat

c) teori yang mengenalisir d) teori obyektif


(2)

Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818

8 e) teori relevansi

dari berbagai teori tersebut, yurisprudensi berpegang pada : a) Akibat langsung

b) Teori adequate (secara wajar dapat diduga menimbukan akibat )8 Hubungan Kausal dalam hukum perdata

Contoh perbuatan melawan hukum --- kerugian sebab --- akibat Dalam hukum Perdata dikenal hubungan kausal

a) Teori condition sinequa non b) Teori causa proxima

c) Teori Adequat.

Dalam Hukum TUN teori yang digunakan adalah hubungan langsung Keputusan TUN --- Kerugian

Sebab ---Akibat. e. Fakta hukum

Adalah kejadian empiris yang menunjukan adanya sebab dan akibat yang kejadiannya dapat dilihat dan dibuktikan sebagai suatu peristiwa . peristiwa adalah hubungan sebab akibat dalam suatu obyek yang menimbulkan perkara. Keberadaan fakta adalah suatu hal yang bisa membawa kemungkinan-kemungkinan dalam pandangan terhadap objeknya. Fakta hukum bisa berupa , perbuatan ,peristiwa atau keadaan. Pembunuhan adalah perbuatan hukum pidana, perikatan adalah perbuatan hukum perdata, kelahiran adalah peristiwa hukum, dibawah umur adalah suatu keadaan. Misalnya penelti hendak mengetahui tentang tuntutan ganti rugi terhadap perbuatan melawan hukum maka peneltian mengacu pada ketntuan 1365 bW

Fakta hukum misalnya adalah suatu keadaan dimana peristiwa terjadi karena adanya hubungan subjek dengan subjek terhadap objek tertentu.Ketika peristiwa itu timbul maka kita akan berbicara suatu fakta , yang menuntut pandangan hukum untuk dapat memprediksi apakah peristiwa tersebut dikatagorikan sebuah peristiwa kejahatan atau peristiwa keperdataan. Hubungan diantara peristiwa dengan fakta memberikan arah , kepada suatu pembuktian apakah peristiwa itu memiliki nilai kebenaran. Maka perlu memperhatikan mengenai.

1) Subjek hukum

Peristiwa hukum itu timbul dikarenakan adanya hubungan hukum baik dibidang keperdataan maupun dibidang hukum publik ( Pidana dan administrasi negara ) Nilai kebenaran adalah suatu syarat adanya pembuktisn atas peristiwa yang terjadi sehingga ada unsur-unsur yang harus dipenuhi :

Asas legalitas Waktu terjadinya Wilayah/kompentensi Prosedur penyelesaiannya. Kewenangan.

Pelaksanaan /eksekusi

8


(3)

Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818

9 2) Obyek

Objek analisis adalah pandangan empiris atas suatu kejadian peritiwa terhadap hubungan subjek atas hak-hak kebendaan yang memberikan kebaikan dan kebahagiaan didalam kehidupan bermasyarakat. Ketika objek ini menunjukan arah yang berbeda pada hak-hak yang ditimbulkannya maka hak-hak tersebut meninggalkan kepentingan pemiliknya disebabkan adanya pengakuan dari pendukung hak yang lainnya. Sehingga objek hukum dapat didifiniskan sebagai berikut : Obyek hukumadalah hak kebendaan yang dapat dimiliki sebagai kebutuhan dan dapat dinikmati hasilnya. Pengertin benda (zaak ) secara juridis menurut pasal 499 BW adalah segala sesuatu yang dapat dihaki atau menjadi obyek hak milik ,. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan benda menurut undang-undang hanyalah segala sesuatu yang dapat di HaKi atau dapat dimiliki orang. Maka segala sesuatu yang tidak dapat dimiliki orang bukanlah termasuk pengertian benda. Seperti bulan matahari, laut dlsb. Contoh pengertian objek hukum dalam pangan hukum publik ( hukum pajak ) yang menjadi objek hukum adalah jumlah uang yang harus dipungut dan wajib dibayar oleh wajib pajak . Menurut Subekti pengertian benda menjadi tiga :

a. Benda dalam arti luas adalah segala sesuatu yang dapat di hak oleh seseorang .

b. Benda dalam arti sempit adalah barang yang dapat terlihat saja. c. Benda adalah sebagai objek hukum.

Dalam sistem Hukum Perdata Barat BW yang berlaku di Indfonesia ,pengertian benda sebgai obyek hukum tidak hanya meliputi “ benda yang berwujud “ yang

ditangkap dengan panca indera, akan tetapi juga “ benda yang tidak berwujud “ ,

yakni hak-hak atas barang yang berwujud . a. Klasifikasi benda :

Sebagaimana dalam BW benda dapat dibeda-bedakan sebagai berikut : (1) Benda tak bergerak dan benda bergerak.

(2) Benda yang musnah dan yang tetap ada.

(3) Benda yang dapat diganti dan tidak dapat digati. (4) Benda yang dapat diibagai dan yang tidak dapat dibagi (5) Benda yang diperdagangan dan yang tak diperdagangkan. (6) Benda bergerak tak bergerak menurut pasal 508 BW , a. Benda tak bergerak menurut sifatnya ada tiga macam :

(1) Tanah Segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena tumbuh dan berakar serta bercabang ( seperti tumbuh-tumbuhan buah yang belum dipetik ). Segala sesuatu yag bersatu dengan tanah karena didirikan diatas tanah, seperti bangunan.

(2) Benda menurut tujuan pemakaiannya bersatu dengan benda tak bergerak terdiri dari pabrik, segala macam mesin ,ketelketel dan alat-alat lain yang dimaksud supaya terus menerus berada disitu untuk digunakan untuk menjalankan pabrik. Pada rumah kediaman segala yang melekat ,sarang burung walet kaca dinding dll Pada suatu perkebunan ,segala sesuatu yang digunakan untuk rabuk. Benda-benda reruntuhan dari suatu bangunan yang dipakai guna mendirikan kembali bangunan tersebut.


(4)

Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818

10 (3) Benda menurut penetapan undang-undang, sebagai benda tak

bergerak.Hak-hak atau penagihan mengenai suatu benda yan tak bergerak ( seperti Hak Opstal, hak hipotek, hak tanggungan ).Kapal-kapalyang berukuran 20 meter kubik keatas ( WvK ).

(4) Benda Bergerak adalah karena sifatnya atau juannya atau penetapannya undang-undang dinyatakan sebagai benda bergerak , pasal 509 ,510, 511 Benda menurut sifatnya dalam arti benda itu dapat dipindah atau dipindahkan dari suatu tempat ketempat lain. Benda yang menurut penetapan undang-undang segala hak atas benda-benda bergerak misalnya hak memitik hasil ,hak memakai , hak atas bunga,hak menuntut dimuka pengadilan agar uang tunai atau benda-benda bergerak diserahkan kepada seseorang ( penggugat ), saham-saham dari perseroan, hak surat berharga lainnya, hak kekayaan intelektual ( Intelectual Propertty Rights ) ,dan hak penemuan ( octooirecht ), hak cipta ( auteirecht ), hak paten, dan hak merk.

(5) Pembagian obyek dari benda-benda tersebut sangat penting karena adanya ketentuan yang berlaku bagi golongan benda-benda tersebut misalnya pengaturan mengenai : Pembebanan ( Bezwaring ) Terhadap benda bergerak dilakukan lembaga jaminan pand ( gadai ) Hak Bezit Untuk benda bergerak ada ketentuan pasal 1977 ayat 1 BW – Barang siapa yang menguasai barang bergerak dianggaplah ia sebagai pemiliknya, akan tetapi tidak seperti barang tidak bergerak , barang siapa yang menguasai barang tidak bergerak belum tentu ia pemiliknya. Penyerahan ( Levering )- Penyerahan benda bergerak dapat dilakukan dengan penyerahan nyata pasal 612 BW, sedangkan terhadap benda tak bergerak harus dilakukan dengan balik nama, Mengenai kadaluwarsa.

(6) Terhadap benda bergerak tak dikenal kadaluwarsa,sebab bezit sama dengan eigendom. Sedangkan benda tak bergerak mengenai kadaluwarsa. Seseorang dapat memperoleh hak milik karena lampaunya waktu 20 tahun ( dalam ada alas hak yang sah ) atau 30 tahunyang disebut dengan “ Aquisitieve verjaring

“ Mengenai Penyitaan ( Beslag ) Revindicatoir beslag untuk barang bergerak

sedang executoir beslag untuk barang yang tidak bergerak.

(7) Benda yang Musnah , Benda-benda yang dalam pemakainnya akan musnah maka kegunaan benda-benda tersebut justru pada kemusnahannya Misalnya : makanan dan minuman, kalau dimakan artinya musnah , memberi manfaat bagi kesehatan.demikian juga kayu bakar dan arang untuk masak.

(8) Benda yang Tetap Ada ialah benda-benda yag dalam pemakainya tidak mengakibatkan benda itu musnah , tetapi memberi manfaat bagi pemiliknya, seperti cangkir ,sendok , mangkok, mobil , motor dan sebagainya. Perbedaan antara benda yang musnah dan benda yang tetap ada , baik dalam hukum perjanjian maupun hukum benda . Dalam hukum perjanjian misalnya perjanjian pinjam pakai yang diatur dalam pasal 1740 sampai dengan 1760 dilakukan terhadap benda yag dapat musnah. Dalam hukum benda pasal 756 sampai dengan 817 hak memetikhasil dapat dilakukan terhadap benda yang musnah, hak memaki Pasal 818 sampai dengan 829 dapat dilakukan terhadap benda yang tetap ada. Pasal 822 BW apabila hak memakai diadakan terhadap benda yang dapat musnah , maka ia dapat dianggap hak memetik hasil. Pasal


(5)

Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818

11 765 terhadap hak memtik hasil pemakai pada waktu berakhirnya ,hak itu tidak harus mengembalikan benda-benda tersebut seperti dalam keadaan semula,seperti dalam wujud seperti keadaanya pada waktu itu berakhir hak itu.

(9) Benda yang dapat diganti dan Benda yang tidak dapat diganti Perbedaan antara benda yang dapat diganti dan benda yang tidak dapat diganti ini tidak dapat disebut secara tegas dalam BW, akan tetapi perbedaan itu ada dalam pengaturan perjanjian, misalnya dalam pasal yang mengatur perjanjian penitipan barang.Menurut Pasal 1694, BW pengembalian barang oleh penerima titipan harus in natura, artinya tidak boleh diganti dengan benda lain. Oleh karena itu,maka perjanjian penitipan barang pada umumnya hanya dilakukan mengenai benda yang tidak musnah.Bilamana benda yang dititipkan berupa uang, maka menurut Pasal 1714 BW, jumlah uang yang harus dikembalikan harus dalam bentuk mata uang yang sama pada waktu dititipkan, baik mata uang itu telah naik ataupun telah turun nilainya. Lain halnya jika uang tersebut tidak dititipkan tetapi dipinjamkan mengantikannya, maka yang menerima pinjaman hanya diwajibkan mengembalikan sejumlah uang yang sama banyaknya saja,sekalipun dengan mata uang yang berbeda daripada waktu perjanjian (pinjam mengganti) diadakan.

(10)Benda yang dapat dibagi. Benda yang dapat dibagi adalah benda yang apabila wujudnya dibagi tidak mengakibatkan hilangnya hakikat daripada benda itu sendiri. Misalnya : beras, gula pasir,tepung dll.

(11)Benda yang tak dapat dibagi Benda yang tidak dapat dibagi adalah benda yang apabila wujudnya dibagi mengakibatkan hilangnya atau lenyapnya hakikat daripada benda itu sendiri. Misalnya : kuda, sapi, uang dll.

(12) Benda yang Diperdagangkan Benda yang diperdagangkan adalah benda-benda yang dapat dijadikan objek pokok suatu perjanjian . jadi semua benda-benda yang dapat dijadikan pokok perjajia dilapangan harta kekayaan termasuk benda yang diperdagagkan.

(13) Benda Yang Tak Diperdagangkan Benda yang tak diperdagangkan adalah

benda-benda yang tidak dapa dijadika objek pokok suatu perjanjian dilapangan harta kekayaan , Biasanya benda-benda yang digunakan untuk kepentingan umum.

(14)Disamping benda-benda tersebut diatas ada benda terdaftar dan benda yang tak terdaftar , dalam BW benda-benda tersebut tidak dikenal tapi diatur dalam perundang-undangan lainnya seperti peraturan pendaftaran tanah, peraturan tentang pendaftaran kapal, peraturan tentang pendaftaran bermotor dsb.


(6)

Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818

12 Daftar Pustaka

B.Arief Sidarta, 2010, Ilmu Hukum Indonesia ,Uapaya Pengembangan Suatu Ilmu Hukum Sitemik Yang Responsif Terhadap Perubahan Masyarakat, Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan ,Bandung

_____________,2010, Hukum Yang Responsif Terhadap Perubahan Masyarakat, Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan ,Bandung.

____________, Ilmu Hukum Indonesia: Upaya Pengembangan Suatu Ilmu Hukum Sistemik, Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan ,Bandung.

Hans Kelsen, General Theory of Law and State, Rusel & Rusel, New York. Lawrence M Friedman, 1975, The Legal System, A Social Science Perpective,

Russel Sege Foundation, New York.

Moeljono, 2002, Asas-asas Hukum Pidana, Cet 7 Rhineka Cipta, Jakarta.

Philippe Nonet and Philip Selznick, Law and Society in Transition: Toward Responsive Law,

Siti Fatimah, Proliferasi Kekuasaan Kehakiman Setelah Perubahan UUD 1945, Disertasi UII

Sudikno Mertokusumo, 1999, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta.

Terjemahan, Raisul Muttaqiem, 2007, Hukum Resposive Philippe Nonet dan Philip Selznick, Nusamedia.