Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818
3
B. Metode Sistimatika Hukum
Metode harus dilakukan dengan empat metode : 1.
Metode Logika menggunakan asas dan hukum-hukum logika sebagai sarana intelektual untuk membangun struktur logical dalam masa aturan-aturan
hukum yang volumenya semakin tidak terbayangkan dan selalu berubah , sehingga seluruh aturan hukum itu dalam suatu sistem hukum yang koheren,
asas logika yang digunakan induksi, deduksi, analogi ,a kontrario .
2. Metode tipologi yakni menerapkan tipe normal yang digunakan sebagai
penataan tipe normal dalam setiap kejadian 3.
Teleologikal yang menggunakan nilai dan akedah yang melandasi teks undang-undang sebagai patokan sistematisasi.
4. Metode INterdisipliner gaya pneniltian memanfaatkan produk berbagai ilim
seperti ilmu social, ilmu sejarah , ilmu kedokteran, ilmu ekonomi. Ilmu psikologi. Ilmu antropologi.
Pengetahuan tentang gejala ,asas dan kebenaran hukum dilakukan dengan cara -
Hipotesis – Verifikasi -
Hipotesis – Falsifikasi.
C. Pengertian Analisa Hukum
Pengertian analisa hukum ialah cara pemecahan permasalahan hukum berkaitan masalah hukum mikro dan masalah hukum makro terhadap sesuatu
objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milah pengertian yang satu dengan pengertian-pengertian yang lain. Dengan demikian cara pemecahan tersebut harus
dipahami terlebih dahulu dari dua pengertian ini : a.
Masalah hukum mikro berkenaan dengan hubungan antar subjektif ,yang penyelesaianya dilakukan dengan penemuan hukum dan penerapan hukum
secara kontekstual dengan mengacu tujun yang mau dicapai dengan aturan hukum dengan aturan hukum terkait dalam rangka tujuan hukum pada
umumnya.
b. Masalah hukum makro berkenaan dengan masyarakat sebagai keseluruhan
,yang berintikan ihwal menentukan dan menata pola hubungan antar manusia yang berkekuatan normatif dan secara rasional memungkinkan masing-
masing mencapai tujuan secara wajar, sehingga disatu pihak penyelenggaraan ketertiban berkeadilan tetap terjamin,dan mendorong kemajuan masyarakat.
Penyelesaian masalah hukum makro ini dilakukan dengan pembentukan hukum secara kontekstual dengan mengantisipasi perkembangan dimasa
depan dalam kerangka tujuan hukum pada umumnya dengan mengacu pada cita hukum, yaitu produknya berupa aturan hukum yang secara obyektif
berlaku umum.
2
Dengan memahami pengertian diatas , penelitian hukum harus mengambil sikap mengarah kemana penelitian itu dilakukan. Dua permasalahan hukum itu
berkaitan erat dengan Tujuan hukum dan sifat hukum, yaitu ketertiban dan
2
B.Arief Sidarta, Ilmu Hukum Indonesia ,Uapaya Pengembangan Suatu Ilmu Hukum Sitemik
Yang Responsif Terhadap Perubahan Masyarakat, Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan ,Bandung 2010. Halm 93
Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818
4 keadilan, maka untuk mempertajam penelitian , peniliti harus memahami betul
apa yang diingin kan dengan tujuan yaitu “ ketertiban “ dan bagimana
memenangkanya. D. Masalah Hukum Makro
Bagaimana memenangkan ketertiban, dan bagaimana keadilan didapatkan dari memenangkan ketertiban itu? permasalahan hukum makro ini memunculkan
banyak teori yang memunculkan paham hukum terhadap terjadinya ketidak tertiban dan ketidak adilan. Pandangan untuk mememenagkan ketertiban masing-
masing berangkat dari logika dedukasi tentang penegakan hukum dimulai dari mana dalam kodisi yang berbeda, Sarjana Normatif yang terkenal Hans Kellsen
menyatakan bahwa ketertiban akan dapat dimenangkan bila tertib hukum dimulai dengan pembentuk ground norm hukum tertinggi dikenal dengaan teori norma
hukum berjenjang
3
, Sarjana lainnya Philippe Nonet – Selznick , berpendapat
penegakan hukum tergantung pada kondisi dan situasi, sehingga penrapan hukum dalam keadaan normal akan berbeda dengan dalam keadaan tidak normal
4
. Friedman memaparkan konsep dengan memaparkan konsepnya terhadap
upaya penegakan hukum , menurut pendapatnya , untuk mencapai kemenangan terhadap tujuan hukum , sitem hukum harus dibangun harus dibangun dengan
struktur structur adalah kerangka badan-badan hukumnya, adanya subsatnsi substance dari peraturan-peraturan dan bagaimana instansi itu bekerja, yang
terakhir terbentuknya budaya culture
5
. Peneliti sudah menyiapkan dalam angan pikiranya mempertanyakan yang manakah terhadap model dari sistem hukum
dialam realitas yang tersaji gegiven . Menurut Kelsen bahwa semua hukum artinya hukum posiitif yang manakah yang hendak diteliti, di Indonesiakah atau
hukum positif dinegara lain. Hukum positif adalah pengaturan yang ditetapkan dan dipaksakan oleh kekuasaan negara yang berlaku pada suatu waktu tertenu dan
pada suatu wilayah tertentu.
Ketika kita sudah bisa membentuk logika penalaran hukum , maka peneliti haru dapat mengembangkan pilihan-pilihan penalaran hukumnya terhadap
peraturan tersaji yang menurut Bermen peniliti harus menyiapkan model penalaran hukum untuk mengadakan bidang mana yang hendak diteliti sebagai
berikut : a
Berupaya untuk mengetahui perwujudan konsistensi dalam aturan-aturan hukum dan putusan-putusan hukum. Dasar penalaranya hukum harus berlaku
sama bagi semua orang yang termasuk kedalam juridiksinya. Kasus yang sama harus diberi putusan yang sama berdasarkan asas similia similibus
persamaan
3
Hans Kelsen ,general theory of law and state ,Rusel Rusel New York ,hal 112
4 4
Philippe Nonet and Philip Selznick, Law and Society in Transition: Toward Responsive Law,
Terjemah, Raisul Muttaqiem, Hukum Resposive Philippe Nonet dan Philip Selznick, Nusamedia, 2007, hlm 1-32
5
Lawrence M Friedman , The Legal System , A Social Science Perpective , Russel Sege Foundation , New York 1975 page 16
Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818
5 b
Berupaya untuk mengetahui adakah kontinuitas dalam waktu konsistensi historikal penelitian akan mengacu pada aturan-aturan hukum yang sudah
terbentuk sebelumnyadan putusan hukum terdahulusehingga menjamin stabilitas dan prediktabilitas.
c Perdebatan paham tentang makna profilerasi pengembang biakan structural
kekuasaan baik dibidang kekuasaan pemerintahan daerah, kekuasaan kehakiman, kekuasaan moneter. Pada penelitian ini obyek yang ingin
diketahu oleh peniliti ; seberapa jauhkonflik norma yang terdapat dalam suatu ketentuan undang-undang . Rechtvinding dibutuhkan karena konsep norma
yang terbuka open texture dan norma yang kabur Vague norm misalnya mengenai sistem negara didalam negara yang mempengaruhi sistem
pemerintah pusat dan daerah, karena ada atau lebih undang-undang , yang secara bersamaan yang diterapkan pada permasalahan tersebut. Penerpan
structural kekuasaan Kehakiman dengan manajemen modern seperti MK, KY dan KPK serta peradilan peradilan khusus seperti Pengadilan Niaga
Pengadilan Hubungan Industrial, Pengadilan Perikanan, Pengadilan Pajak , Pengadilan HAM, dan Pengadilan Tipikor. Manajemen modern pengembang
biakan kekuasaan mengacu pada gagsan yang dikenalkan oleh Reine yang kemudian diterapkan Tony Balir pada waktu ia berkuasa yang
mengintroduksi tujuh Prinsip ABCDEFG , yaitu Doing it the justice, All Together , Better , Coss effectively Democraticcally, Efficiently , Faster ,
unsure ke 8 ditambahkan dengan P yaitu doing for the People menegakan hukum demi keadilan dan untuk kesejahteraan rakyat
6
- Penerapan struktural pemekaran Daerah, misalnya dimekarkanya
propinsi, kabupaen dan kota adakah sumber konflik social dan norma hukumnya.
- Penerapan strujtural kekuasaan moneter, BI, KSSK, LPS, PUPN, OJK,
Lembaga Keuangan Perbankan dan Non Perbankan.
E. Masalah Hukum Mikro