TUGAS Bekerjalah secara kelompok, 1 satu kelompok terdiri dari 2 dua atau REFERENSI Brown, Dauglas.2004. Language Assessment: Principle and Classroom

14 Tri Kusnawati kusnawatiuny.ac.id

F. CECRL-DELF 1. CECRL

CECRL atau Cadre Europeen Cadre Reference de Langue adalah kerangka acuan umum Eropa tentang bahasa. CECRL ini dikembangkan melalui proses penelitian dan diskusi panjang yang akhirnya menghasilkan perangkat praktis dan susunan standar yang harus ditempuh secara bertahap dalam mempelajari bahasa. CECRL juga sekaligus memuat cara pengajaran dan penilaiannya secara Internasional. Jadi bukan hanya berlaku untuk bahasa Prancis saja. Pada tahun 2001 Uni Eropa menyetujuai adanya system validasi kompetensi bahasa-bahasa di Eropa, yang diikuti juga dengan penetapan Portofolio bahasa-bahasa di Eropa, dan deklarasi hari bahasa. CECRL dibagi dalam tingkatan-tingkatan sebagai berikut: a Niveau tingkat A1 b Niveau tingkat A2 c Niveau tingkat B1 d Niveau tingkat B2 e Niveau tingkat C1 f Niveau tingkat C2 Sampai saat ini ada beberapa Negara di luar Uni Eropa yang juga mengadopsi CECRL ini, misalnya Jepang dan Taiwan.

2. DELF

DELF atau Diplome D’Etudes en Langue Françaises adalah satu- satunya sertifikat penguasaan bahasa Prancis sebagai bahasa asing yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Prancis. Sampai saat ini ujian DELF diselenggarakan di 163 negara di dunia.

G. TUGAS Bekerjalah secara kelompok, 1 satu kelompok terdiri dari 2 dua atau

3tiga orang. Buatlah kunjungan ke SMA SMK MA untuk mendokumentasikan penilaian dalam 1 satu kelas selama 1 satu semester. Selanjutnya, analisis tes instrument tes yang diberikan sesuai dengan criteria jenis tes dan bentuk tes yang telah kita bahas dalam halaman-halaman sebelumnya. Kemudian, simpulkan kelebihan dan kelemahan masing-masing tes dan atau penilaian dalam kelas yang menjadi objek penelitian Anda.

H. REFERENSI Brown, Dauglas.2004. Language Assessment: Principle and Classroom

Practices.New York: Longman Buba, Egon G Lincoln, Yvonne S. 1989. Fourt Generation Evaluation.Newberry Park: Sabe Publication 15 Tri Kusnawati kusnawatiuny.ac.id http:www.ciel-strasbourg.orgniveau_a1.html Lamme Yhsmith. 1991.Portfolio approaches to assessing literacy have been described in a wide variety of publications Nurgiyantoro, Burhan.2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: PT. BPFE Valencia, Sheila, et al.1990. Assessing reading and writing. In Gerald G. Duffy Ed., Reading in the Middle School 2nd ed. 16 Tri Kusnawati kusnawatiuny.ac.id

BAB 3 KRITERIA INSTRUMEN

A. PENDAHULUAN

Instrumen sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, diharapkan mampu memberikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Artinya, instrument dapat memberikan informasi tentang siswa sesuai dengan keadaan yang mendekati sesungguhnya. Agar instrumen dapat memberikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, instrumen tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan sebagai alat penilaian yang baik. Untuk itu, kita membutuhkan informasi apakah alat tes yang disusun telah memenuhi syarat ”baik” yang dimaksud. B. KRITERIA KELAYAKAN ALAT TES Untuk mengetahui apakah tes yang telah disusun memenuhi kriteria kelayakan, maka dapat dengan cara menjawab pertanyaan berikut yang jawabannya dapat menunjukkan kadar kelayakan alat tes tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Apakah butir-butir tes itu telah sesuai dengan tujuan ? a. Apakah paling tidak telah ada dua butir soal untuk tiap tujuan? b. Apakah semua butir soal mempunyai tujuan, atau telah dimaksudkan untuk mengukur tujuan tertentu? c. Apakah jumlah butir soal per tujuan telah secara tepat mencerminkan kadar pentingnya tujuan itu? 2. Apakah butir-butir soal telah mencerminkan tingkah laku yang sesuai dengan kata-kata kerja operasional yang terdapat dalam tujuan kompetensi dasar ?

C. PENTINGNYA TUJUAN

Untuk menentukan tingkat kelayakan alat tes, kesesuaian dengan tujuan merupakan kriteria utama. Tes yang dapat mengukur keluaran hasil belajar sesuai dengan yang disarankan oleh tujuan itulah tes yang memenuhi kriteria kelayakan. Tiap butir tes harus secara jelas dapat mengacu pada tujuan tertentu. Sebaliknya, setiap tujuan harus mempunyai alat ukurnya dan harus dapat ditunjuk butir-butir soal nomor berapa, berapa jumlah, apakah telah sesuai dengan tingkat pentingnya dan cakupan bahan yang ditunjuk. Kadang-kadang terjadi adanya satu atau beberapa tujuan yang tidak mempunyai butir-butir tes yang dimaksudkan untuk mengukur ketercapaiannya. Atau mungkin sebaliknya, ada sejumlah butir soal yang tidak mempunyai tujuan, tidak jelas yang dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian tujuan yang mana. Jika kasus seperti ini terjadi, berarti alat tes tersebut tidak memenuhi kriteria kelayakan, karena itu instrumen tersebut bukanlah alat ukur yang baik.