KAJIAN PUSTAKA 1. PROPOSAL PENELITIAN UNGGULAN PT 2012 (INSIH WILUJENG)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Hakikat Sains

Guru sains mengajak siswa-siswa secara efektif dalam mempelajari sejarah, filosofi dan praktik sains. Guru-guru sains memberi peluang siswa-siswa untuk membedakan sains dari non-sains, memahami evolusi dan praktik sains sebagai usaha manusia, dan secara kritis menganalisis tuntutan yang dibuat dalam memahami sains. Upaya untuk 1 mewujudkannya, maka siswa-siswa disiapkan untuk diberi hakikat sains dengan demikian guru-guru sains harus menunjukkan bahwa mereka : a. memahami sejarah dan budaya perkembangan sains dan evolusi pengetahuan beserta disiplinnya, b. memahami secara filosofis prinsip-prinsip, asumsi-asumsi, tujuan- tujuan dan nilai-nilai yang membedakan sains dari teknologi dan dari cara-cara lain dalam memahami dunia, c. mengajak siswa-siswa secara berhasil dalam belajar hakikat sains yang terkait, menganalisis secara kritis kesalahan atau keragu-raguan tuntutan yang dibuat dalam menamai sains. NSTA, 2003: 16 Penelitian menunjukkan banyak siswa dan guru tidak secara berkecukupan memahami hakikat sains. Contoh yang bisa dipaparkan adalah banyak guru dan siswa tidak percaya bahwa semua penyelidikan ilmiah melekat pada sebuah identitas dari tahap-tahap pengetahuan sebagai metode ilmiah, dan bahwa teori secara sederhana adalah hukum- hukum yang belum matang. Bahkan ketika guru-guru memahami dan mendukung keperluan yang terkait dengan hakikat sains dalam pengajaran mereka, mereka tidak selalu melakukannya. Akibatnya mereka mungkin salah mengasumsikan tentang inkuiri yang memandu pemahaman sains. Secara eksplisit pengajaran memerlukan dua hal, yaitu mempersiapkan guru-guru dan memandu siswa-siswa untuk memahami hakikat sains Khishfe dan Khalick, E. L., 2002:554 Semua mahasiswa sains apakah sebagai calon guru atau bukan calon guru, harus memiliki pengetahuan tentang hakikat sains, karena merupakan suatu aspek standar dan untuk mahasiswa calon guru harus memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengajak siswa-siswa secara kritis menganalisis keputusan ilmiah atau semi ilmiah dalam cara yang tepat. Calon guru sains harus melipat gandakan kesempatan untuk mempelajari dan menganalisis literatur yang berhubungan dengan sejarah dan hakikat sains. Calon guru sains perlu menganalisis, mendiskusikan dan berdebat tentang topik-topik dan laporan- laporan dalam media yang berhubungan dengan hakikat sains dan pengetahuan ilmiah dalam pembelajaran dan seminar-seminar yang bertema tidak hanya dalam konteks pendidikan. Calon guru sains perlu menunjukkan bahwa mereka menjadi efektif dengan mengajak siswa-siswa dalam mempelajari hakikat sains. Asesmen perlu memperhatikan 1 pada pemahaman yang terkait seperti kemungkinan penyelesaian pembelajaran, seminar- seminar atau tugas-tugas, seperti proyek, paper, dan analisis studi kasus.

2. Standar-standar untuk Guru Sains

NSTA 2003: 4 -30, menyebutkan ada 10 standar untuk persiapan guru sains, yaitu standar isi content; standar hakikat sains nature of science; standar inkuiri; standar issues; standar keterampilan umum mengajar; standar kurikulum; standar sains dan masyarakat; standar asesmen; standar keselamatan dan kesejahteraan; serta standar pertumbuhan professional. Rekomendasi isi content untuk guru-guru sains sekolah dasar dan menengah dapat dirangkum dalam Tabel 1 berikut ini NSTA, 2003: 8-9 Tabel 1. Rangkuman rekomendasi isi untuk guru-guru sains sekolah dasar dan menengah Standar No Isi Biologi 1 Faktor-faktor yang membangun struktur, fungsi-fungsi dan perilaku sistem hidup 2 Sistem ganda untuk klasifikasi organisme 3 Siklus materi dan aliran energi, melalui jalur benda hidup dan tidak hidup 4 Sifat-sifat seleksi, adaptasi, perbedaan dan spesifikasi 5 Struktur, fungsi dan reproduksi sel-sel yang terkait dalam mikroorganisme 6 Tingkatan-tingkatan organisasi sel 7 Reproduksi dan sifat menurun, termasuk reproduksi manusia dan kontrasepsi 8 Perilaku sistem hidup dan peran umpan balik dalam peraturan-peraturan mereka 9 Resiko yang berhubungan dengan benda hidup meliputi alergi, racun, penyakit dan serangan Kimia dan Fisika 10 Sifat-sifat dan aplikasi-aplikasi bunyi, cahaya, magnet dan listrik 11 Energi Potensial dan energi Kinetik serta konsep Kerja 12 Aliran energi dalam sistem fisika dan sistem kimia, termasuk pesawat sederhana 13 Wujud zat dan ikatan dalam hubungan pada perilaku molekul dan energi 14 Konservasi zat dan energi 15 Klasifikasi unsur-unsur dan senyawa-senyawa 16 Pelarut khususnya air dan larutan 17 Sifat kimia dari bumi dan organisme hidupnya 18 Sifat-sifat substansi radioaktif 19 Resiko kimia, listrik dan radiasi. 20 Struktur benda-benda dan sistem di ruang angkasa 21 Struktur Bumi, evolusi, sejarah dan tempat dalam sistem tata surya 22 Karakteristik dan pentingnya lautan, danau, sungai, dan siklus air 23 Karakteristik atmosfer termasuk cuaca dan iklim 1 Standar No Isi 24 Perubahan-perubahan bumi disebabkan oleh gaya fisika, kimia dan biologi 25 Sebab-sebab terjadinya resiko seperti tornado, badai dan gempabumi 26 Karakteristik dan pentingnya siklus zat seperti oksigen, karbon dan nitrogen 27 Karakteristik dari sumber-sumber alam yang dapat diperbarui dan tidak dapat diperbarui dan aplikasinya untuk kehidupan 28 Interaksi antara populasi, sumber-sumber alam dan lingkungan. Zajkov, O. et al. 2001: 2 dalam penelitiannya menyebutkan standar isi untuk sains-fisika siswa sekolah menengah 14-15 tahun, meliputi topik-topik:  Apakah fisika dan penelitian ilmiah, satuan SI, ketepatan dan presisi  Skalar dan Vektor  Gerak partikel, kerangka acuan, gerak dengan kecepatan konstan, gerak dengan percepatan konstan, kecepatan rata-rata dan sesaat, bagaimana menjelaskan gerak dengan vektor dan koordinat, grafik posisi versus waktu dan kecepatan versus waktu, gerak relatif, percepatan gravitasi  Gerak dua dimensi perpindahan, kecepatan, percepatan, gerak melingkar, kecepatan anguler, gerak periodik, percepatan centripetal  Kerangka acuan inersial dan non inersial, hukum-hukum Newton, pengukuran gaya, aplikasi hukum hukum Newton dalam pemecahan masalah, hukum hukum Keppler tentang gerak planet, gravitasi umum, medan gravitasi, elastisitas, hukum Hooke, gaya gesek, prinsip Galileo untuk relativitas  Kerja, energi kinetik, energi potensial, potensial gravitasi, hukum konservasi, konservasi energi mekanik, impuls dan momentum, sistem terisolasi, konservasi momentum, daya, transformasi energi, koefisien efesiensi, tumbukan elastik dan non elastik.  Kinetik gerak rotasi, percepatan anguler, torsi torka, dinamika gerak rotasi, pengungkit, rotasi dan konservasi momentum, energi kinetik benda berotasi Berdasarkan analisis Bencmarks For Science Literacy AAAS, 1993:59-93, maka standar isi sains meliputi: setting fisika; kebumian; proses pembentukan bumi; struktur materi; transportasi energi; gerak; sifat gaya; keanekaragaman hidup, hereditas; sel; saling ketergantungan; aliran zat dan energi; evolusi; identitas manusia; pertumbuhan manusia; fungsi-fungsi dasar; kesehatan fisik; dan kesehatan mental. Standar-standar isi sains tersebut dianalisis untuk grade 7, 8 dan 9 guna menyesuaikan jenjang SMP. Rutherford, F.J. dan Ahlgren, A. 1990: 35-50 dalam bukunya Science For All 1 Americans menyebutkan, bahwa standar isi untuk sains meliputi: bidang biologi keanekaragaman makhluk hidup, hereditas, sel, saling ketergantungan dalam kehidupan, aliran materi dan energi, evolusi makhluk hidup, siklus hidup, fungsi-fungsi dasar dan kesehatan fisik-mental; bidang kimia konsep awal api, hukum Lavoisier, kimia baru, membelah atom, atom bukan lagi bagian terkecil materi, fisi menghasilkan energi yang sangat besar dan pengembangan senjata nuklir; bidang fisika struktur bahan, transportasi energi, gerak benda, gaya-gaya alam dan relativitas; bidang kebumian daan antariksa alam semesta, tata surya, penyatuan langit dan bumi, hukum gravitasi, pergerakan permukaan bumi, teori tektonik lempeng

3. Metode-metode Dalam Pembelajaran Sains

Hasil penelitian yang berkembang akhir-akhir ini mengenai metode atau pendekatan dalam pembelajaran sains, terutama yang terkait dengan collaborative learning antara lain : model interogatif inkuiri dan pembelajaran kolaboratif dukungan komputer Hakkarainen, K., dan Sintonen, M., 2003 : 35. Dalam pendekatan ini mengkonsepkan dua model pertanyaan interogatif, pertama adalah pertanyaan prinsip PQ dan yang kedua adalah pertanyaan-pertanyaan sub ordinat SQ dalam lingkungan pembelajaran dukungan komputer Pendekatan lain adalah Collaborative Discovery oleh suatu piranti penyajian. Saab, N. and Joolingen, W.V., 2005: 541 . Dalam pendekatan ini menggabungkan dua pendekatan konstruktivis yatu pembelajaran collaborative dan pembelajaran discovery. Pembelajaran collaborative discovery juga memerlukan dukungan. yang dapat dibangun dalam lingkungan pembelajaran seperti piranti kognitif yang dikenal dengan Collaborative Hypothesis Tool CHT. Hasil penelitian menyimpulkan, bahwa terdapat korelasi signifikan positip antara jumlah total hipotesis turunan dalam CHT dengan aktivitas komunikasi r = 0,58; p0,05. Dua pendekatan pembelajaran yang berbasis collaborative, ternyata telah mendapatkan respon dari pihak mahasiswa, dosen maupun observer. Hal ini nampak dalam penelitian Aman, C., et.al 2007: 2-8. Beberapa aspek yang mendapat respon mahasiswa antara lain fungsi kelompok kolaboratif untuk belajar dari anggota kelompok sebesar 77 mahasiswa menjawab “ya”; serta aspek belajar dari dosen instruktur sebesar 71 mahasiswa menjawab “ya” dengan jumlah sampel penelitian adalah 16 tim kolaboratif mahasiswa setiap tim 5 mahasiswa. 1 Dalam penelitian yang berjudul Learning Science Online: A Descriptive Study of Online Science Courses For Teacher, Clarke, J. A. and Rowe, R. 2007; 107-110 menyebutkan beberapa jenis metode pengajaran yang digunakan dalam pembelajaran guru sains, yaitu metode Pen-and Paper; hands-on; minds-on; dan collaborative. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa untuk metode pembelajaran dengan pen and paper, rata-rata tertinggi bahan yang digunakan adalah buku rata-rata 3 berarti penggunaan dua atau tiga kali sebulan; metode pembelajaran hands-on, rata-rata tertinggi adalah merancang penyelidikan ilmiah sendiri dan melaksanakan prosedur penyelidikan ilmiah oleh dosen rata-rata 1,9 berarti satu atau dua kali selama pembelajaran; metode minds-on, rata-rata tertinggi adalah mengemukakan ide-ide ilmiah dalam diskusi online rata-rata 4,5 berarti dua sampai tiga kali seminggu. Upaya lain dalam meningkatkan pembelajaran sains adalah dengan menggunakan komputer dan perangkat penyelidikan hasil pengembangan proyek Technology Enhanced Elementary and Middle School Science TEEMSS II oleh Zucker, A.A., et al. 2007 : 5. Program perangkat penyelidikan meliputi pembuat grafik bunyi, sensor temperatur, sensor tekanan gas, sensor tegangan listrik, sensor gaya, sensor gerak, sensor kelembaban cahaya, dan model komputer yang diterapkan dalam penyelidikan sains. Penciptaan konstruktivis fisika juga dapat digunakan sebagai metode dalam pengantar kelas-kelas universitas, seperti penelitian yang dilakukan oleh Wilhelm, J., 2007:24-29. Dalam pendekatan konstruktivis ini siswa mengembangkan prosedur ilmiah dan matematis yang dipandu hasil pengamatan otentik ilmiah dan matematika yang berhubungan dengan dunia nyata. Contohnya membuat grafik posisi dan waktu serta kecepatan dan waktu suatu gerak mobil-mobilan naik dan turun suatu lintasan; membuat grafik hubungan gaya dan percepatan, gaya dan waktu, percepatan dan waktu suatu mobil mainan yang diberi beban 500 gram massa dalam lintasan mendatar; siswa menguji dan membandingkan rekaman gerak softball, bola tennis yang jatuh pada lantai beberapa saat; membuat grafik hubungan energi potensial dan waktu rekaman gerak bola golf, membuat grafik hubungan energi kinetik dan waktu dari rekaman gerak bola golf. Fokus penelitian Wilhelm, J. adalah untuk pengujian apakah dengan pendekatan konstruktivistik pemahaman konsep sains-fisika lebih bermakna bagi siswa. Metode penelitian adalah metode penelitian campuran triangulasi data. Data yang dikumpulkan : presentasi dan proyek akhir siswa; FCI pre tes dan post tes; interview di akhir 1 pembelajaran dengan interview menggunakan aturan interview open ended. Komentar siswa di akhir proyek juga menggunakan instrumen aturan open ended. Hasil penelitian menunjukkan, rata rata skor pre test 28,6 dengan SD 14,5 Rata rata skor post test 57,7 dengan SD 18,2. Berdasasarkan uji ANOVA pemahaman konsep FCI F 1,37 = 126.655, p0,001, dengan 77,4 gain dalam pemahaman FCI berdistribusi secara langsung akibat pembelajaran fisika konstruktivistik. Tujuh dari delapan mahasiswa merasa senang dengan pendekatan pengajaran konstruktivistik. Para mahasiswa calon guru menyatakan akan menggabungkan inkuiri dalam pembelajaran mereka kelak. Siswa menyatakan bahwa kelas fisika mampu membuat mereka berpikir aktual dan melakukan eksperimen secara aktual dan meletakkan masalah dalam situasi kehidupan nyata. Beberapa alternatif metode atau pendekatan dalam pembelajaran sains ditawarkan, namun hal mendasar yang perlu diperhatikan adalah pemilihan metode pembelajaran hendaknya selalu mengacu pada standar-standar yang sudah ditetapkan bagi National Science Education Standards.

4. Integrated Science

Model pembelajaran IPA terpadu direkomendasikan di tingkatan SMPMTs, karena ternyata memiliki beberapa tujuan, yaitu: meningkatkan efesiensi dan efektivitas pembelajaran; meningkatkan minat dan motivasi, serta beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus. Model pembelajaran IPA terpadu juga memiliki beberapa kekuatan dan manfaat, yaitu: penggabungan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena tiga disiplin ilmu fisika, kimia dan biologi dapat dibelajarkan sekaligus Depdiknas, 2005: 1 Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan; peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antara konsep dari tiga bidang kajian; meningkapkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena mereka dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih mendalam ketika menghadapi situasi pembelajaran; menyajian penerapanaplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA; motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan; membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi 1 lebih terorganisasi dan mendalam, sehingga memudahkan memahami hubungan materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya; serta mampu meningkatkan kerja sama antara guru, guru dengan peserta didik, peserta didik degan peserta didik, peserta didikguru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna Depdiknas, 2005: 2 Kekuatan atau manfaat model pembelajaran IPA terpadu juga didukung oleh Sam Barrett, et al dalam A Glencoe Program Merrill Physical Science yang mendesain pembelajaran IPA dengan beberapa unsur keterpaduan dalam Activities; Mini-Labs; Problem Solving; Technology; Skill Builders; Global Connections; Careers, dan Science and LiteraturArt. Activities memberikan petunjuk tentang penggunaan peralatan laboratorium atau pendekatan hands-on science; mini-labs memberi pedoman agar peserta didik dapat merancang dan melakukan sendiri percobaan dengan peserta didik lain di luar kelas dengan menggunakan bahan-bahan di sekitar tempat tinggal; problem solving memberikan tantangan untuk memecahkan masalah dunia nyata atau pemahaman prinsip IPA; technology menggambarkan penemuan baru, dan pengembangan instrumen baru serta aplikasi teknologi; skill builders mengajak peserta didik mempertajam keterampilan IPA Science Skill; global connections membantu pada peserta didik untuk melihat bagaimana peserta didik melihat sains fisika dihubungkan dengan sains lainnya; careers memberikan gambaran tentang pekerjaan karier apa yang berhubungan dengan konsep IPA yang dipelajari; sedangkan science and literaturart memberi petujuk pada peserta didik untuk mengetahui bahan bacaan literature yang terkait erat dengan konsep yang dipelajari serta contoh-contoh seni yang berhubungan dengan konsep Sam Barrett, et al , 1996 : xx-xxii Trefil, J. dan Hazen, R. M, 2007: xi - xxviii dalam bukunya yang berjudul The Sciences: An Integrated Approach, menjelaskan, bahwa ada dua ciri utama yang membolehkan kita memberikan satu teks yang menekankan tujuan membantu siswa memperoleh scientific literacy, yaitu adanya organisasi ide-ide utama dan integrasi jelas dalam sains. Ide-ide utama yang dijelaskan dalam buku tersebut diorganisasikan dalam tema- tema antara lain: sains: suatu cara untuk mengetahui; urutan alam semesta; energi, panas dan hukum kedua termodinamika; listrik dan magnet; radiasi gelombang elektromagnetik; Albert Einstein dan teori relativitas; atom; mekanika kuantum; kombinasi atom; ikatan 1 kimia; materi dan sifat-sifatnya; inti atom; struktur akhir materi; bintang; kosmologi; bumi dan planet-planet lain; tektonik lempeng; beberapa siklus bumi;, strategi hidup; sel-sel hidup; molekul-molekul kehidupan; genetika klasik dan modern; sains baru bagi kehidupan dan evolusi. Tema-tema tersebut diuraikan dalam ide-ide utama dan setiap ide utama diintegrasikan dalam seluruh bidang sains, yaitu fisika, kimia, lingkungan, geologi, kesehatan dan keamanan, astronomi, teknologi, dan biologi. Contoh yang bisa dipaparkan, yaitu tema utama : Energi: Mengapa hewan-hewan harus makan untuk tetap hidup?; ide besar : Banyak bentuk-bentuk energi berbeda dapat berubah, dan jumlah total energi dalam sistem terisolasi adalah kekal; integrasi bidang fisika : Ketika pemain bola bowling memukul pasak, energi kinetik dari bola bowling ditransfer untuk memencarkan pasak; integrasi bidang kimia : Tersedianya energi kimia dalam bahan bakar fosil dikonversikan menjadi energi panas selama proses pembakaran; integrasi bidang biologi : Tumbuh-tumbuhan mengkonversikan energi matahari menjadi energi kimia yang diperlukan untuk mempertahankan hidup organisme pada setiap permukaan tropis; integrasi bidang astronomi : Bintang mengkonversikan unsur hidrogen menjadi helium dan meradiasikan energi melalui proses fusi inti; integrasi bidang geologi: Selama gempabumi energi potensial gravitasi yang dihasilkan batuan dengan segera dikonversikan menjadi energi kinetik; integrasi bidang teknologi: Generasi baru baterai mengkonversikan energi kimia menjadi energi listrik yang diperlukan untuk menjadi sumber energi listrik bagi mobil; integrasi bidang lingkungan : Angin dan hujan mendapatkan energi melalui konversi energi radiasi matahari; serta integrasi bidang kesehatan dan keselamatan : Latihan olah raga yang kuat mengkonversikan energi kimia tubuh menjadi energi panas dan energi kinetik Trefil, J. dan Hazen, R. M., 2007: 49 Hasil penelitian Cho, I. Y. dan Anderson, C. W. 2005 : 5-7, khusus untuk topik transformasi materi dalam perubahan fisika dan kimia, diterapkan pendekatan environmental literacy pada pendidikan sains; pendekatan trans-disciplinary dan multidisciplinary; serta pendekatan ecological science. Bidang kimia-fisika yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan belajar jangka panjang, Huo, Y. 2006: 24-25 dalam penelitiannya menerapkan strategi pendidikan modern, seperti demonstrasi, cerita sejarah sains, teknologi multimedia, studi kasus, pembelajaran berbasis masalah serta menggunakan penilaian peta konsep. 1

5. Outdoor Learning System

Sains IPA sebagai ilmu pengetahuan merupakan aktivitas manusia yang secara aktif harus dipecahkan peserta didik melalui proses asimilasi dan sintesis yang pada akhirnya menjadi pengetahuan bagi pebelajar. Asimilasi mengacu pada kecenderungan untuk mencocokkan informasi baru ke dalam kerangka-kerangka berpikir yang sudah ada Allyn Bacon, 1995: 1, sedangkan sintesis memadukan ide-ide yang berbeda, pengaruh atau berbagai hal untuk membuat suatu keseluruhan yang baru atau berbeda Bloom, 1956: 162. Proses pembelajaran bersifat eksternal yang direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku dapat dilakukan di luar ruangan kelas outdoor Sistem pembelajaran di luar ruangan aotdoor learning system adalah sistem pembelajaran yang menciptakan kegiatan-kegiatan pembelajaran di luar ruangan, yang sangat sulit didefinisikan secara khusus, karena bukanlah sebuah terminologi teknis melainkan sebuah konsep umum yang menggunakan area di luar ruangan sebagai alat pembelajaran. Oleh sebab itu outdoor learning system dapat dilakukan dengan banyak cara Broda, 2007: 5-6. Ciri khas dari sistem pembelajaran di luar ruangan mengacu pendapat Fraser dan Walberg 1995: 79, bahwa berbeda dengan kelas sains konvensional, outdoor learning system di lakukan di lingkungan yang lebih terbuka dengan sangsi yang lebih sedikit serta fleksibel juga dapat pula dengan proses evaluasi yang berbeda. Koran dan baker fraser dan Walberg, 1995: 79, agar kegiatan sistem pembelajaran di luar ruangan dapat menjadi sebuah strategi pembelajaran, maka harus dipastikan bahwa: a. Guru telah familiar dengan area yang akan dijadikan lokasi pembelajaran di luar ruangan b. Para peseta didik lebih siap dan mengerti akan tujuan pembelajaran di luar ruangan yang dilaksanakan c. Pembelajaran memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. 1

BAB III METODE PENELITIAN