MODEL CONNECTED DALAM PEMBELAJARAN IPS BERKARAKTER

(1)

ABSTRACT

CONNECTED MODEL IN SOCIAL STUDIES CHARACTER LEARNING

By

Ignatius Sulistyo

The purpose of this research were: (1) produce the connected model in social studies that can be used as an alternative to improve the learning outcomes of students in junior high (2) Connected model to analyze the effectiveness of testing in social studies in grades VII semester in SMP 2 Bukit Kemuning school year 2013/2014. This research method uses Research and development (R & D). The collection of data through observation, interviews, documentation and literature. Data analysis techniques include: needs assessment, planning, product design and validation of data.

Results showed: (1) Connected product development models in social studies learning models developed using the research design development adopted measures as Dick and Carey instructional design model, and then tested with the results of the development steps Borg and Gall development research, conducted through 6 stages, namely: making needs analysis, planning or product development, or expert review of the expert validation, product revision, the test is limited, and, so models and reporting. Validation involves expert design expert and expert material, whereas in limited trials conducted small-scale trials involving 2 groups representing high, 2 representing moderate group, and 2 represent the low group, whereas large-scale test involving one experimental class and control class 1.

(2) Connected model in the IPS learning effectively used in teaching social studies at SMPN 2 Bukitkemuning. It is known from the results of the pretest and posttest that there is an increase in learning outcomes or an increased number of students who achieve KKM in class 7A (experimental class) after the model of connected learning in social studies learning.


(2)

ABSTRAK

MODEL CONNECTED DALAM PEMBELAJARAN IPS BERKARAKTER

Oleh

Ignatius Sulistyo

Tujuan Penelitian ini adalah (1) menghasilkan Model connected pada mata pelajaran IPS yang dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di SMP (2) menganalisis pengujian efektifitas Model Connected

pada mata pelajaran IPS di kelas VII semester ganjil di SMPN 2 Bukit Kemuning tahun pelajaran 2013/2014. Metode penelitian ini menggunakan Research and

development (R&D). Pengumpulan data melalui observasi, wawancara,

dokumentasi dan studi literatur. Teknik analisis data meliputi: assesment

kebutuhan, perencanaan desain produk dan validasi data.

Hasil penelitian menunjukkan (1) pengembangan produk model Connected dalam pembelajaran IPS dikembangkan menggunakan model rancangan penelitian pengembangan mengadopsi langkah-langkah Dick and Carey sebagai model desain pembelajaran, kemudian hasil pengembangan diuji cobakan dengan langkah-langkah penelitian pengembangan Borg and Gall, yang dilaksanakan melalui 6 tahap, yaitu: membuat analisis kebutuhan, perencanaan atau pengembangan produk, validasi ahli atau reviu ahli, revisi produk, uji terbatas, dan, model jadi dan pelaporan. Validasi ahli melibatkan ahli desain dan ahli materi, sedangkan dalam uji terbatas dilaksanakan uji skala kecil yang melibatkan 2 orang mewakili kelompok tinggi, 2 orang mewakili kelompok sedang, dan 2 orang mewakili kelompok rendah, sedangkan uji skala besar melibatkan 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol.

(2) model Connected dalam pembelajaran IPS efektif digunakan dalam pembelajaran IPS di SMPN 2 Bukitkemuning. Hal ini diketahui dari hasil pretest

dan postest bahwa terdapat peningkatan hasil belajar atau peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM di kelas 7A (kelas eksperimen) setelah dilakukan pembelajaran dengan model connected dalam pembelajaran IPS.

Kata kunci: model pembelajaran, model pembelajaran connected, Pendidikan karakter.


(3)

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Model Connected (Forgaty, 1991:14)... 29 2. Diagram Model Connected yang Akan Dikembangkan dari Model

Forgaty (1991:14) ... 29 3. Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial (Pargito, 2010:74)... 35 4. Model Connected IPS ... 43 5. Kerangka Pikir Pengembangan Model Connected ... 45 6. Desain Awal Pembelajaran IPS Model Connected ... 52 7. Komponen-Komponen Materi Ajar IPS Terintegrasi dengan Nilai-

Nilai Karakter Bangsa... 59 8. Model Desain Instruksional (Dick and Carey) Diintegrasikan dengan

Prosedur Pengembangan Borg and Gall ... 60 9. Organisasi Materi IPS Berkarakter ... 63 10. Langkah-langkah Pengembangan Model Connected ... 64 11. Model Prosedural Pengembangan Model Connected Pembelajaran

IPS di SMP ... 67 12. Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Bermacam-macam Kegiatan 82 13. Rancangan Penelitian Desain One Group Pretest-Postest ... 88 14. Teknik Analisis Data ... 95 15. Prosedur Pengembangan Model Borg and Gall yang Diintegrasikan


(5)

17. Pengembangan Desain Model Connected diadopsi dari Model

Forgaty (1991: 14) ... 113

18. Peta Indonesia dan Keadaan Alam ... 114

19. Pemukiman Desa dan Kota ... 115

20. Manusia Purba dan Manusia Modern ... 115

21. Peta Konsep Bahan Ajar Model Connected Pembelajaran IPS Berkarakter ... 117


(6)

MODEL

CONNECTED

DALAM PEMBELAJARAN

IPS BERKARAKTER

(Tesis)

Oleh

IGNATIUS SULISTYO

PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2014


(7)

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 10

1.3. Pembatasan Masalah ... 11

1.4. Rumusan Masalah ... 11

1.5. Tujuan Penelitian ... 11

1.6. Manfaat Penelitian ... 12

1.7. Definisi Istilah ... 12

1.8. Ruang Lingkup Penelitian ... 14

1.8.1. Ruang Lingkup Ilmu ... 14

1.8.2. Ruang Lingkup Objek Penelitian... 15

1.8.3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian ... 15

1.8.4. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

1.8.5. Spesifik Produk yang Dikembangkan ... 16

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 17

2.1.1. Teori Belajar ... 17

2.1.1.1. Teori Konstruktivisme ... 19

2.1.2. Model Pembelajaran Terpadu ... 23

2.1.3. Pembelajaran Terpadu ModelConnected (Terhubung) ... 26

2.1.3.1. Pengembangan Desain Pembelajaran Model Connected ... 27


(8)

2.1.3.2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Model

Connected ... 31

2.1.4. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 33

2.1.4.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 33

2.1.4.2. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial ... 37

2.1.4.3. Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial .... 38

2.1.5. Pendidikan IPS Terpadu di SMP/MTs ... 39

2.1.5.1. Pendidikan IPS Terpadu Model Connected ... 40

2.1.5.2. Pendidikan IPS Terpadu Model Connected di SMP ... 41

2.2. Kerangka Berpikir ... 42

2.3. Produk yang Akan Dihasilkan ... 45

2.4. Pendekatan Penelitian ... 46

2.5. Penelitian yang Relevan ... 48

III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pengembangan ... 52

3.1.1. Model Pengembangan ... 52

3.2. Desain Penelitian ... 59

3.2.1. Desain Pengembangan Dick and Carey ... 59

3.2.2. Desain Awal Pengembangan Model Connected dan Langkah-langkah Pengembangan Model Connected dalam Pembelajaran IPS Berkarakter ... 62

3.2.3. Penelitian Pengembangan Tahap I... 66

3.2.3.1. Reviu oleh Ahli Materi ... 69

3.2.3.2. Reviu oleh Ahli Desain dan Sintak Pembelajaran Model Connected ... 70

3.2.3.3. Uji Skala Kecil ... 74

3.2.3.4. Uji Skala Besar ... 76

3.2.3.5. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif 79 3.2.3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 79

3.2.3.7. Instrumen Analisis Data ... 82

3.2.3.8. Teknik Analisis Data ... 82

3.2.3.9. Perencanaan Desain Produk ... 83


(9)

3.2.4. Penelitian Pengembangan Tahap II ... 85

3.2.4.1. Model Rancangan Uji Produk ... 85

3.2.4.2. Populasi dan Sampel ... 89

3.2.4.3. Instrumen Penelitian ... 90

3.2.4.4. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 91

3.2.4.4.1. Teknik Pengumpulan Data ... 91

3.2.4.4.2. Teknis Analisis Data ... 93

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengembangan Model Connected dalam Pembelajaran IPS 96 4.1.1 Analisis Kebutuhan ... 96

4.1.1.1 Deskripsi Pembelajaran IPS di SMPN 2 Bukit Kemuning ... 96

4.1.1.2 Observasi Awal ... 99

4.1.1.3 Analisis Kurikulum ... 99

4.1.2 Pembelajaran Pendidikan IPS Berkarakter ... 104

4.1.2.1 Bentuk Pembelajaran Pendidikan IPS Berkarakter ... 104

4.1.2.2 Model Penilaian Pendidikan IPS Berkarakter ... 105

4.1.3 Pengembangan Model Connected dalam Pembelajaran IPS ... 105

4.1.3.1 Analisis Produk ... 108

4.1.3.2 Pengembangan Produk Awal ... 109

4.1.3.3 Desain Model Connected dalam Pembelajaran IPS ... 112

4.1.3.3.1 Pemetaan Silabus Materi IPS yang Berpotensi Terpadu Model Connected Berdasarkan Tema ... 118

4.1.3.3.2 Hasil Analisis SKL, KI, KD ... 119

4.1.3.3.3 Silabus Pembelajaran IPS Model Connected Berkarakter ... 122 4.1.3.3.4 Desain/Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) Terpadu Model Terhubung (Connected) Berkarakter 127


(10)

4.1.3.4 Langkah-langkah Model Connected ... 132

4.1.3.5 Penyusunan Silabus, RPP, dan Bahan Ajar ... 134

4.2 Validasi Produk Model Connected dalam Pembelajaran IPS ... 135

4.2.1 Hasil Evaluasi Ahli Materi ... 135

4.2.2 Hasil Evaluasi Ahli Desain Pembelajaran ... 137

4.3 Revisi Produk Awal ... 139

4.4 Penilaian Guru Mata Pelajaran IPS ... 139

4.5 Hasil Uji Coba Lapangan ... 142

4.5.1 Hasil Evaluasi dan Efektifitas Produk ... 143

4.5.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa dengan Model Connected dalam Pembelajaran IPS ... 145

4.5.3 Hasil Angket Penilaian Siswa Terhadap Model Connected dalam Pembelajaran IPS Berkarakter ... 149

4.6 Pembahasan Produk... 150

4.6.1 Proses Pengembangan Model Connected dalam Pembelajaran IPS Berkarakter ... 151

4.6.2 Aspek Efektifitas Produk ... 155

4.6.2.1 Aspek Efektifitas Produk Dilihat dari Tingkat Pencapaian KKM ... 156

4.6.2.2 Aspek Efektifitas Produk Dilihat dari Aktifitas Belajar Siswa ... 157

4.6.3 Kesesuaian Produk yang Dihasilkan dengan Tujuan Pengembangan ... 157

4.6.4 Keunggulan Produk Hasil Pengembangan ... 158

4.6.5 Keterbatasan Produk Hasil Pengembangan ... 159

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 161

5.2 Implikasi ... 163

5.2.1 Implikasi Teoritis ... 163

5.2.2 Implikasi Praktis ... 163

5.3 Saran ... 164 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian ... 1

2. Persetujuan Penelitian ... 2

3. Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Model Connected Berbasis Karakter ... 3

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 41

5. Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan 1 ... 52

6. Format Lembar Observasi Diskusi ... 53

7. Format Lembar Presentasi Diskusi ... 54

8. Format Lembar Penilaian Dokumen Laporan Praktik ... 55

9. Format Lembar Pengamatan Nilai Karakter ... 56

10. Soal-soal Quiz untuk Pertemuan Kesatu ... 58

11. Kunci Jawaban Quiz Kesatu ... 59

12. Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan 2 ... 60

13. Gambar-gambar Tentang Keadaan Alam Sebagai Sumber Bahan Diskusi ... 61

14. Format Lembar Penilaian Sikap ... 64

15. Format Penilaian Kinerja Siswa ... 65

16. Soal-soal Quiz untuk Pertemuan Kedua ... 66

17. Kunci Jawaban Quiz Pertemuan Kedua ... 67


(12)

20. Pedoman Jawaban Diskusi II ... 73 21. Lembar soal untuk Pretest dan Postest ... 75 22. Kunci Jawaban Pretest dan Postest ... 80 23. Hasil Penilaian Sumatif Semester Ganjil TP. 2013/2014 SMPN 2

Bukit Kemuning ... 81 24. Hasil Perbandingan Nilai Pretest dan Postest ... 83


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Guru di SMP Negeri 2 Bukit Kemuning Tahun Pelajaran

2012/2013 ... 2

2. Jumlah Guru Berdasarkan Mata Pelajaran Yang Diampu dan Tenaga Kependidikan ... 2

3. Jumlah Guru Berdasarkan Kualifikasi Akademik, Status, dan Gender... 3

4. Data Siswa Dalam 3 Tahun Terakhir... 3

5. Hasil Belajar IPS pada Kelas VII SMPN 2 Bukit Kemuning Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 5

6. Sintak Pembelajaran Model Connected ... 65

7. Instrumen Analisis Kebutuhan ... 68

8. Kisi-Kisi Reviu oleh Ahli Materi Pembelajaran IPS Model Connected ... 69

9. Kisi-Kisi Reviu oleh Ahli Desain dan Sintak Pembelajaran Model Connected ... 70

10. Kisi-Kisi Penilaian oleh Ahli Desain Pembelajaran tentang Penelaahan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 71

11. Kisi-Kisi Uji Skala Kecil ... 74

12. Kisi-Kisi Uji Skala Besar ... 77

13. Subjek Penelitian Pendahuluan ... 92

14. Subjek Uji Coba Utama ... 93

15. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS Kelas VII Semester Ganjil ... 100


(14)

Agama yang Dianutnya ... 102

17. Tabel Aktivitas Guru ... 110

18. Tabel Aktivitas Siswa ... 111

19. Langkah-langkah Model Connected dalam Pembelajaran IPS ... 132

20. Hasil Evaluasi oleh Ahli Materi ... 136

21. Hasil Evaluasi oleh Ahli Desain Model Pembelajaran ... 137

22. Hasil Angket Penilaian Guru IPS terhadap Model Connected dalam Pembelajaran IPS Berkarakter ... 140

23. Hasil Belajar IPS Peserta Didik di Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 143

24. Hasil Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran ... 146

25. Perbandingan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Model Connected dan Hasil Observasi Awal ... 147

26. Hasil Angket Penilaian Siswa terhadap Pembelajaran Model Connected ... 149

27. Tahapan dan Hasil Penelitian Pengembangan Model Connected dalam Pembelajaran IPS ... 152


(15)

M O T O

nafasmu adalah hembusan terakhir orang lain jadi berhentilah mengeluh

belajarlah untuk menjalani hidupmu dengan

apa yang kamu miliki…


(16)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas seizin dan ridho-Nya, penulis persembahkan sebuah karya yang sederhana kepada orang-orang tercinta, tersayang, dan yang terdekat dalam perjalanan hidupku.

1. Bapak dan Ibu mulai dari aku lahir semasa hidupnya selalu mendoakanku untuk keberhasilan dan kebahagiaanku.

2. Istriku Rosa Delima S, S.Pd yang selalu membantu, mendorong, memberikan kenyamanan dan mendoakanku.

3. Anak-anakku tersayang: Desideria Setya Mentari, Hans David Fegriawan, dan Marcellinus Fridolin, yang selalu jadi kebahagiaan dan harapanku. 4. Untuk kedua orang tua istriku.

5. Buat Mas Raden Gunawan dan Mbak Tati, spesial thanks. 6. Saudara-saudaraku yang tercinta.

7. Teman-teman seperjuangan Magister IPS angkatan 2012. 8. Almamater Universitas Lampung yang tercinta.

9. Siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bukit Kemuning. 10. Dewan guru dan staf SMP Negeri 2 Bukit Kemuning.


(17)

(18)

(19)

(20)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Magelang pada tanggal 21 Januari 1961, sebagai anak pertama dari lima bersaudara, dari pasangan orang tua penulis, yaitu Bapak C. Sutrisno dengan Ibu C. Yumaiyah.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan pada SD Sumberejo II Mertoyudan Magelang pada tahun 1973 dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan pada SMP A. Yani Panca Arga Magelang pada tahun 1976, sedangkan sekolah menengah atas diselesaikan di SPGN Magelang pada tahun 1980. Pendidikan Diploma 1 (D1/A1) pada IKIP Sanata Dharma pada tahun 1981, lalu pendidikan Diploma 3 (D3/A3) pada Universitas Terbuka (UT) pada tahun 2002. Penulis menyelesaikan pendidikan Strata 1 pada Universitas Terbuka (UT) pada tahun 2005.

Pada tahun 1983 penulis diterima dan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil dan ditugaskan mengajar di SMPN 2 Kotabumi Lampung Utara sampai tahun 2010. Dan pada tahun 2010 diangkat menjadi Kepala SMPN 2 Bukit Kemuning sampai saat ini.

Pada tahun 1991, tepatnya di Yogyakarta, penulis menikah dengan Rosa Delima S. S.Pd yang merupakan guru TK Xaverius Kotabumi. Dari pernikahan tersebut dikaruniai tiga (3) anak. Yang pertama bernama Desideria Setya Mentari lahir pada tanggal 23 Mei 1994. Putra yang kedua bernama Hans David Fegriawan lahir pada tanggal 29 Februari 1996 dan putra yang ketiga bernama Marcellinus Fridolin yang lahir pada tanggal 5 September 2002.


(21)

SAN WACANA

Dengan mengucapkan rasa syukur dan berkat serta rahmat Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penyusunan dan penulisan tesis ini banyak melibatkan berbagai pihak yang telah membantu baik dalam pemikiran, tenaga dan juga material, sehingga tesis ini dapat diwujudkan walaupun belum sempurna. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung serta sekaligus sebagai Pembahas serta pemberi semangat dan motivasi dalam penulisan tesis.

3. Bapak Dr. Hi. Pargito, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Magister IPS dan sekaligus sebagai Pembahas serta pemberi semangat dan motivasi dalam penulisan tesis.

4. Bapak Dr. R. Gunawan S., S.Pd., S.E., M.M. selaku Sekretaris Program Pascasarjana PIPS FKIP Universitas Lampung serta pemberi semangat dan motivasi dalam penulisan tesis.

5. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan masukan, bimbingan penulisan, saran, arahan dan semangat kepada penulis. 6. Ibu Dr. Pujiati, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan


(22)

Lampung yang sudah tulus dan ikhlas memberikan ilmu dan pengetahuan dan saran kepada penulis.

8. Istriku tercinta Rosa Delima S, S.Pd serta anak-anaku tersayang: Desideria Setya Mentari, Hans David Fegriawan, dan Marcellinus Fridolin, yang memberikan dorongan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tesis. 9. Teman-temanku angkatan 2012 Program Pascasarjana PIPS, …… dan lain

-lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas kerja sama, bantuan, doa dan kebersamaannya.

10. Bapak Wahyudin, S.Pd selaku Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Bukit Kenuning yang sudah membantu dorongan semangat dan nasehat kepada penulis.

11. Ibu Dra. Nely Gusti selaku Pengawas Kabupaten Lampung Utara yang sudah membantu dorongan semangat dan nasehat kepada penulis.

12. Bapak dan Ibu Guru SMP Negeri 2 Bukit Kemuning yang telah memberikan motivasi semangat kepada penulis.

13. Seluruh siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Bukit Kemuning yang sudah menjadi siswa yang baik dan tertib.

14. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tesis ini.

Dan akhir kata penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, namun besar harapan penulis agar tesis yang sederhana ini ada manfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, April 2014 Penulis,


(23)

I. PENDAHULUAN

Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa sub-bab yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, fokus dan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi penelitian dan ruang lingkup penelitian. Setiap sub-bab tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang Masalah

SMP Negeri 2 Bukit Kemuning secara geografis terletak di Desa Tanjung Baru, Kecamatan Bukit Kemuning, Kabupaten Lampung Utara yang berjarak 50 km dari Ibukota Kabupaten Lampung Utara Kotabumi. SMP Negeri 2 Bukit Kemuning berada di daerah Pegunungan yang berhawa cukup sejuk, berbatasan dengan Kecamatan Sumberjaya Kabupeten Lampung Barat. Sekolah ini berada kurang lebih 300 meter dari jalan lintas yang menghubungkan Kabupaten Lampung Utara dengan Kabupaten Lampung Barat. SMP Negeri 2 Bukit Kemuning didirikan tahun 1993 dan mulai beroperasi tahun 1993, yang sampai sekarang sudah dipimpin oleh empat Kepala Sekolah. Adapun keadaan guru di SMP Negeri 2 Bukit Kemuning sebagai berikut.


(24)

Tabel 1. Data Guru di SMP Negeri 2 Bukit Kemuning Tahun Pelajaran 2012/2013

NO JUMLAH GURU PNS KETERANGAN

1 Guru Tetap/PNS/GTY 14 Orang

2 Guru Honor 10 Orang

3 TU Tetap 1 Orang

4 TU Honor 4 Orang

Tabel 2. Jumlah Guru Berdasarkan Mata Pelajaran Yang Diampu dan Tenaga Kependidikan

NO. GURU MATA PELAJARAN

GURU YANG ADA

JML

SERTIFIKAT PENDIDIK

PNS HNR MEMILIKI BELUM

MEMILIKI

1 Pendidikan Agama 1 1 Ya

2 PKn 1 1 2 Ya

3 Bahasa Indonesia 3 3 Ya

4 Bahasa Inggris 1 1 2 Ya

5 Matematika 2 2 Ya

6 Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 Ya

7 Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 Ya (1) Belum (1)

8 Seni Budaya 1 1 Ya

9 Penjaskes 1 1 Belum

10 Keterampilan 1 1 Belum

11 Bimbingan Konseling

12 Muatan Lokal 1 1 Belum


(25)

Tabel 3. Jumlah Guru Berdasarkan Kualifikasi Akademik, Status, dan Gender

No. Kualifikasi Akademik

Status

PNS NON PNS

LK PR LK PR

1 > S2 2

2 S1 5 6 6

3

< S1 ( Belum S1 ) D3 D2 D1 SMA - - 1 - - 1 - - 1 - - - - - 1 - Ket. Jumlah guru IPS ada 2 orang, satu sudah bersertifikasi yang satu belum. Tabel 4. Data Siswa Dalam 3 Tahun Terakhir

TAHUN JML Pendaftar Calon Siswa Baru

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX JML Total

Jml Siswa Jml Rombel Jml Siswa Jml Rombel Jml Siswa Jml Rombel Jml Siswa Jml Rombel

2011/2012 75 100 3 105 3 99 3 304 9

2012/2013 72 96 3 95 3 101 3 292 9

2013/2014 73 93 3 97 3 93 3 283 9

Mata pelajaran IPS di SMP Negeri 2 Bukit Kemuning diampu oleh 2 (dua) orang guru masing –masing berkualifikasi S1 Jurusan Ekonomi dan S1 Jurusan Sejarah pada jenjang kelas 7, 8, dan 9 dengan beban 3 jam setiap minggu. Pembelajaran IPS yang seharusnya diberikan secara terpadu dalam prakteknya masih disampaikan secara terpisah, karena guru mengacu pada kualifikasi pendidikannya sehingga mengalami kesulitan untuk mengintegrasikan pembelajaran IPS.


(26)

Pembelajaran yang terpisah-pisah antara materi geografi, ekonomi, sejarah dan sosiologi menyebabkan pembelajaran menjadi kurang bermakna. Terlebih lagi jika mata pelajaran ini disampaikan dengan cara-cara konvensioanal. Penggunaan model pembelajaran yang monoton oleh guru dan kurang variatif. Hal ini menyebabkan tidak terciptanya suasana belajar dan lingkungan peserta didik yang mampu menghayati dan memahami permasalahan sosial di lingkungannya. Kejenuhan peserta didik akan lebih cepat muncul dalam kondisi seperti itu.

Maka peran guru dalam mengelola pembelajaran akan sangat berpengaruh dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Proses membangkitkan motivasi belajar, mempertahankan motivasi belajar dan mengontrol motivasi belajar menjadi bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Jadi tanpa motivasi belajar yang memadai, sangat sulit bagi pihak-pihak yang terkait khususnya guru yang masih menggunakan model pembelajaran konvensional untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam belajar, memerlukan keterlibatan dan keaktifan pebelajar secara penuh yang menuntut keterlibatan intelektual, emosional siswa dalam kegiatan belajar (Pargito, 2010: 10).

Berdasarkan hasil pengamatan dari survei lapangan dalam pembelajaran IPS di SMPN 2 Bukit Kemuning masih dilaksanakan proses pembelajaran terpisah, karena guru berpikir atas kompetensi kependidikannya sesuai dengan ijazah yang dimiliki di mana belum ada guru IPS yang memiliki ijazah IPS terintegrasi.

Pembelajaran guru yang searah (teacher centered) menyebabkan penumpukan informasi dan konsep saja, yang menyebabkan siswa tidak menerapkan belajar


(27)

berpikir objektif, berpikir kritis dan argumentatif. Hal tersebut terlihat pada hasil belajar IPS Ulangan Harian 1 di kelas VII SMPN 2 Bukit Kemuning TP. 2012-2013 sebagai berikut.

Tabel 5 Hasil Belajar pada Kelas VII SMP Negeri 2 Bukit Kemuning Tahun Pelajaran 2012/2013

No. Kelas Kriteria Ketuntasan Minimum Jumlah

≥75 <75

1 VII A 18 12 30

2 VII B 16 14 30

3 VII C 19 24 33

Jumlah 53 50 93

Sumber: Guru Mata Pelajaran IPS

Keadaan hasil belajar IPS SMPN 2 Bukit Kemuning Tahun Pelajaran 2012-2013 pada peserta didik Kelas 7. Berdasarkan data Tabel 5, dapat dianalisis bahwa hasil belajar IPS masih belum mencapai indikator keberhasilan. Sesuai dengan pendapat Djamarah (2006: 97), bahwa setiap interaksi edukatif selalu menghasilkan prestasi belajar. Keberhasilan proses interaksi edukatif dibagi atas beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut.

Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar (76% - 90%) bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik. Baik/minimal, apabila bahan pelajaran dikuasai oleh anak didik hanya 66% - 75% saja. Kurang, apabila bahan pelajaran dikuasai oleh anak didik kurang 60%.

Beberapa hal penyebab motivasi belajar peserta didik rendah dikarenakan, antara lain: (1) penggunaan model pembelajaran yang dilakukan guru mata pelajaran IPS di SMPN 2 Bukit Kemuning kurang tepat, (2) bahan ajar yang dipakai guru tidak


(28)

sesuai dengan analisis kebutuhan peserta didik sehingga menjadi tidak menarik, (3) pemberian informasi dari guru kurang komunikatif sehingga materi pelajaran sulit diterima oleh peserta didik, (4) kondisi hasil intake, yang diberikan guru mata pelajaran IPS di SD masih kurang maksimal sehingga hasil belajar peserta didik relatif rendah. Hal ini menyebabkan semakin sulitnya peserta didik menguasai materi mata pelajaran IPS di SMP.

Mengacu pada visi dan misi sekolah, tujuan SMP Negeri 2 Bukit Kemuning yaitu (1) terpenuhinya perangkat pembelajaran dengan mempertimbangkan pengembangan nilai religius, jujur, disiplin, dan demokratis, (2) terwujudnya peningkatan prestasi di bidang akademik dan non akademik, dan (3) terwujudnya lingkungan sekolah yang memiliki kepedulian sosial dan lingkungan, cinta damai, cinta tanah air, semangat kebangsaan, serta hidup demokratis.

Berdasarkan tujuan, visi dan misi sekolah jelas bahwa sekolah memiliki harapan agar setelah mengikuti pendidikan di SMPN 2 Bukit Kemuning, diharapkan siswa-siswi akan memiliki pengetahuan, ketrampilan dan juga sikap yang menunjukkan sebagai manusia berakhlak mulia dan memiliki budi pekerti yang luhur. Karena ada semboyan “ rekrutlah karena karakternya, karena ketrampilan

bisa dilatih”. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya suatu karakter dalam

perekrutan suatu jabatan. Karena itu harapan yang terbesar dari lulusan SMPN 2 Bukit kemuning menghasilkan lulusan-lulusan yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual akan tetapi yang lebih utama dan terpenting adalah juga memiliki karakter yang berorientasi nilai-nilai karakter yang tertuang dalam 18 indikator pendidikan karakter.


(29)

Harapan seperti ini tidak berlebihan mengingat dalam kenyataannya sekarang ini semakin banyak kita jumpai siswa-siswi SMPN 2 Bukit Kemuning yang kurang menaruh hormat terhadap orang tua dan guru, tidak jujur dengan kebiasaan menyontek dalam ulangan, dan kebiasaan tidak jujur ini dalam perkembangan selanjutnya adalah sumber perilaku korupsi. Masih banyak siswa-siswa yang suka membolos tidak disiplin, merokok, menghisap lem aibon, tidak sopan, bertutur kata kasar dan kotor, tidak peduli terhadap lingkungan, membuang sampah sembarangan dan lain sebagainya. Marcus Tullius Cicero, pakar hukum dan negara dari Romawi (106-43M) adalah peletak dasar dari pendidikan karakter, mengatakan bahwa “within the character of the citizen, lies the welfare of the nation”, (Santosa, 2008:iii). Berdasarkan pendapat Cicero tersebut dapat diartikan bahwa akhlak yang mulia setiap warga negara terdapat negara yang sejahtera. Hal ini dapat dipahami bahwa manusia yang berkarakter adalah manusia yang dalam setiap pikiran dan tindakannya akan memberikan manfaat dan nilai tambah pada lingkungannya. Sebaliknya, pikiran dan tindakan manusia yang berkarakter buruk akan banyak membawa kerusakan di muka bumi. Apabila dalam suatu bangsa banyak manusia yang berkarakter buruk maka bangsa tersebut akan buruk pula. Memang tidak seluruh remaja seperti itu, namun jika tanda-tanda itu sudah ada, maka itu berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju kehancuran. Kesepuluh tanda-tanda itu adalah: (1) Violence and vandalism, (2) Stealing, (3) Cheating, (4) Disrespest for authority, (5) Peer cruelty, ( 6) Bigotry, ( 7) Bad language, (8) Sexual precocity and abuse, ( 9) Increasing self-centeredness and declining civic responsibility, ( 10) Self destructive behavior.


(30)

Lickona, (2013: 15) mengemukakan sepuluh tanda dari perilaku manusia yang menunjukkan arah kehancuran bangsa.

1) Meningkatnya kekerasan vandalisme di kalangan pelajar.

2) Kebiasaan mencuri, seprti menyontek, menyobek artikel di perpustakaan. 3) Curang, dalam melaksanakan tugas.

4) Tidak menghormati pihak otoritas. 5) Kekejaman teman sebaya.

6) Kefanatikan, sehingga tidak menghargai kelompok-kelompok yang berbeda. 7) Bahasa yang kasar.

8) Pelecehan dan perkembangan seksual yang terlalu cepat.

9) Meningkatnya sifat mementingkan diri sendiri dan menurunnya tanggung jawab sebagai warga negara.

10) Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti narkoba, kegiatan seksual yang prematur, minuman keras.

Tanda-tanda yang dikemukakan oleh Lickona tersebut di atas, sepertinya telah muncul di dalam masyarakat Indonesia. Untuk mengentaskan bangsa Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir semakin terpuruk, yang dibutuhkan adalah tindakan atau langkah kongkret.

Kegiatan pembelajaran yang monoton, kurang variatif dan berpusat pada guru menyebabkan siswa pasif. Kegiatan belajar belum menyentuh aspek afektif dan aspek lain yang mendukung proses pengembangan kemandirian dalam berpikir, bersikap dan berperilaku. Pembelajaran yang diberikan secara terpisah pisah dan tidak terhubungkan antara tema atau topik yang satu dengan yang lain menyebabkan peserta didik tidak mendapatkan pengetahuan yang utuh dan menjadikan pendidikan IPS itu menjadi tidak bermakna.

Untuk itulah perlu dikembangkan pendidikan IPS terpadu yang terkoneksi antara tema atau topik yang satu dengan yang lain, sehingga pembelajaran IPS di sekolah itu seperti keadaan dunia nyata. Dengan demikian siswa terlatih untuk dapat


(31)

menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik dan aktif, sehingga dapat memberikan makna bagi siswa dengan siswa diajak untuk mengalami sendiri, karena mengalami sendiri merupakan kunci untuk kebermaknaan, dengan harapan terjadinya perkembangan sosial anak secara menyeluruh dan membawa kematangan pribadi sosial anak.

Sistem pembelajaran IPS yang terintegrasi dalam pendidikan karakter akan membantu pendidik dalam membina sikap dan jiwa peserta didik, terutama pada usia anak Sekolah Menengah Pertama yang sedang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan kemampuan berpikir logis, konsep-konsep nilai-nilai moral, etika, sopan santun, yang akan membawa pada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kenyataannya, kreativitas penyampaian materi IPS di SMPN 2 Bukit Kemuning masih perlu ditingkatkan, belum memanfaatkan potensi peserta didik untuk belajar aktif sehingga proses pembelajaran menjadi membosankan, dan pesan yang disampaikan belum dapat diterima dengan baik oleh peserta didik, terbukti dengan nilai akademik rata-rata 7 untuk materi IPS kelas VII SMPN 2 Bukit Kemuning Tahun Pelajaran 2012/2013 dan belum mencapai nilai minimal 7,0 serta masih adanya perilaku peserta didik yang kurang sesuai dengan prinsip- prinsip hidup yang baik, seperti membuang sampah tidak pada tempatnya, berkata tidak sopan, tidak jujur dengan masih adanya kebiasaan menyontek dalam ulangan dan belum memiliki nilai–nilai etika yang baik.

Berdasarkan permasalahan yang ada di SMPN 2 Bukit Kemuning, penulis mencoba mengembangkan sistem pembelajaran inovatif yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Rancangan pembelajaran yang akan dikembangkan ialah


(32)

rancangan pembelajaran model connected. Diharapkan dengan model ini, siswa mampu memahami pengertian serta seluk beluk materi IPS secara komprehensif. Pembelajaran IPS model keterhubungan (connected) adalah model pembelajaran yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu ketrampilan dengan ketrampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya dalam satu bidang studi. (Tim Pengembang PGSD, 1997: 14).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS tergolong rendah dan belum mampu membangun karakter siswa.

2. Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah.

3. Sebagian besar guru masih menggunakan metode konvensional di dalam kegiatan pembelajaran dan materi diberikan secara terpisah.

4. Sebagian besar siswa dalam mengikuti pelajaran IPS sering mengalami kejenuhan karena proses pembelajaran yang masih bersifat monoton dan pembelajaran berpusat kepada guru.

5. Kurangnya kompetensi guru dalam pembelajaran IPS terpadu yang berkarakter, sehingga pembelajaran belum bermakna.


(33)

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka fokus penelitian ini, maka permasalahan dibatasi pada pengembangan model connected pada mata pelajaran IPS di SMPN 2 Bukit Kemuning sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah dapat dibuat rumusan masalah berkaitan dengan penelitian model connected sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pengembangan model connected pembelajaran IPS berkarakter di SMP?

2. Bagaimana efektifitas model connected pada pembelajaran IPS berkarakter di kelas VII Semester Ganjil di SMPN 2 Bukit Kemuning tahun pelajaran 2013/2014?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian maka dapat dirumuskan bahwa tujuan penelitian ini dilakukan dalam penyusunan model connected pada pembelajaran IPS berkarakter sebagai berikut.

1. Menghasilkan model connected pada mata pelajaran IPS yang dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di Sekolah Menengah Pertama.


(34)

2. Menganalisis pengujian efektifitas model connected pada pembelajaran IPS di Kelas VII Semester Ganjil di SMP Negeri 2 Bukit Kemuning tahun pelajaran 2013/ 2014.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun praktis. 1. Manfaat teoritis.

a. Memberi kesempatan untuk penelitian selanjutnya.

b. Memperkaya khasanah referensi karya ilmiah tentang model pembelajaran.

2. Manfaat praktis.

a. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberikan sumbangan ide untuk memecahkan masalah rendahnya hasil belajar siswa.

b. Memfasilitasi siswa untuk belajar aktif, nyaman, dan menyenangkan. c. Memperkaya model pembelajaran terutama untuk mata pelajaran IPS. 1.7 Definisi Istilah

Definisi istilah yang berkaitan dengan judul penelitian akan dijelaskan pada uraian di bawah ini.

1. Model pembelajaran adalah langkah-langkah sistematis berisi kegiatan yang dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas, yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.


(35)

2. Pengembangan model pembelajaran adalah upaya untuk mendesain, merencanakan, merekayasa atau memodifikasi langkah-langkah sistematis berisi kegiatan dalam proses pembelajaran di kelas, yang didasarkan pada analisis kebutuhan. Pengembangan model pembelajaran bertujuan untuk memperkaya model pembelajaran yang telah ada agar pembelajaran semakin bervariasi, memotivasi.

3. Model connected merupakan model pembelajaran yang menunjukkan keterkaitan dengan seluruh bidang, keterkaitan antar topik, keterkaitan antar konsep, keterkaitan antar keterampilan, mengaitkan tugas pada hari ini dengan selanjutnya bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan ide-ide yang dipelajari semester berikutnya.

4. Mata pelajaran IPS adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari pada Sekolah Menengah Pertama. IPS pada hakekatnya berfungsi untuk membantu perkembangan peserta didik memiliki konsep diri yang baik, membantu pengenalan dan apresiasi tentang masyarakat global dan komposisi budaya, sosialisasi proses sosial, ekonomi, politik, membantu siswa untuk mengetahui waktu lampau dan sekarang sebagai dasar untuk mengambil keputusan, mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah dan keterampilan menilai, membantu perkembangan peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan masyarakat.

5. Efektifitas model pembelajaran adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai dalam proses pembelajaran. Makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. Efektivitas dalam penelitian ini dibatasi pada


(36)

peningkatan hasil belajar yang diukur dari pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil belajar siswa diperoleh dari tes formatif (pretest dan

postest) setelah pembelajaran denganmodel connected. 1.8 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini terdiri dari ruang lingkup ilmu, ruang lingkup objek penelitian, ruang lingkup subjek penelitian, ruang lingkup tempat dan waktu penelitian.

1.8.1 Ruang Lingkup Ilmu

IPS sebagai program pendidikan persekolahan yang dikembangkan atas dasar relevansinya dengan minat, kebutuhan, praktis kehidupan keseharian siswa atau program pendidikan yang diorganisasi secara terpadu. IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain, yakni kajian yang bersifat terpadu. Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran di sekolah cakupan materinya semakin meluas seiring dengan semakin kompleks dan rumitnya permasalahan sosial yang memerlukan kajian secara terintegrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, geografi, sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik, dan psikologi.

Penelitian ini termasuk dalam lingkup konsep-konsep pendidikan ilmu pengetahuan sosial. IPS sebagai pendidikan reflektif mengarahkan murid-murid agar menjadi warga negara yang efektif, tidak hanya menghafalkan isi materi pelajaran tetapi dapat mengambil keputusan dalam kehidupannya sehari-hari. Sedangkan IPS sebagai pengembangan pribadi, artinya melalui pendidikan IPS


(37)

akan membekali kemampuan seseorang dalam pengembangan diri melalui berbagai keterampilan sosial dalam kehidupannya. Pendidikan IPS harus membekali siswa tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, sehingga dapat membentuk jati diri siswa yang mampu hidup di tengah masyarakat dengan damai, dapat menjadi contoh tauladan serta dapat memberi kelebihannya pada orang lain.

1.8.2 Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah desain model connected yang diaplikasikan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan proses atau kegiatan pembelajaran IPS dengan menggunakan model connected.

1.8.3 Runag Lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bukit Kemuning.

1.8.4 Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada SMP Negeri 2 Bukit Kemuning yang berlokasi di Kecamatan Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara. Waktu penelitian pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014, tepatnya bulan Agustus 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013.


(38)

1.8.5 Spesifik Produk yang Dikembangkan

Produk yang dikembangkan dalam penelitian pengembangan ini adalah desain model connected yang diaplikasikan dalam bentuk berupa bahan ajar kemudian rencana pelaksanaan pembelajaran, pemetaan silabus dan silabus pembelajaran IPS yang berintegrasi dengan pendidikan karakter.


(39)

17

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Pembahasan dalam tinjauan pustaka ini difokuskan pada. (1) Landasan teori, menjelaskan tentang teori belajar, model pembelajaran IPS, relevansi teori pembelajaran IPS dengan pengembangan desain pembelajaran IPS terpadu. (2) IPS SMP sebagai pembelajaran IPS terpadu. (3) Pengembangan pembelajaran IPS model connected berkarakter. (4) Teori dan model pembelajaran IPS terpadu dalam desain pembelajaran.

2.1.1 Teori Belajar

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (Herpratiwi, 2009: 110) merupakan proses pembudayaan yaitu suatu usaha yang dapat memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan maksud memajukan dan mengembangkan kebudayaan menuju keluhuran kemanusiaan. Secara spesifik pendidikan merupakan segala daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak menuju kesempurnaan hidup yaitu penghidupan dan kehidupan yang selaras dengan dunianya.


(40)

18 Pelaksanaan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (Herpratiwi, 2009: 110) dapat berlangsung dalam berbagai tempat yang diberi nama Tri Sentra Pendidikan. (1) Alam keluarga, dalam alam keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama karena dalam alam keluarga inilah anak pertama kali diperkenalkan dengan nilai-nilai budi pekerti dan laku sosial. (2) Alam perguruan, di sinilah merupakan pusat pendidikan yang bertanggung jawab mengusahakan kecerdasan pikiran serta pemberian ilmu pengetahuan. (3) Alam pemuda, di sini merupakan wahana bagi pemuda berkiprah dalam pergerakan untuk membina pembentukan watak maupun kecerdasan jiwa.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan sumber belajar dan peserta didik dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran akan bermakna bagi peserta didik jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan aman. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual. Dengan demikian penting bagi guru mempelajari dan menambah wawasan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap dan ketrampilan (Rusman, 2012: 131).


(41)

19 2.1.1.1 Teori Konstruktivisme

Teori pembelajaran konstruktivisme menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman realita melalui pengalaman dan interaksi mereka (Trianto, 2007: 27) Konstrutivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan menjadi lebih dinamis. Pendekatan kontruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:

1. Pelajar aktif membina pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah ada. 2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri

pengetahuan mereka.

3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.

4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.

5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seseorang pelajar menyadari gagasan-gagasan tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.

6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.


(42)

20 Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan–aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Slavin, dalam Triyanto, 2012: 74).

Menurut teori ini, satu prinsip paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan siswa kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan membelajarkan siswa dengan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri harus memanjatnya. (Slavin, dalam Triyanto, 2012: 74).

Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa harus siswa sendiri yang menemukan dan menstransformasikan sendiri suatu informasi kompleks apabila mereka menginginkan informasi itu menjadi miliknya. Konstruktivisme adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi meraka. Menurut pandangan kontruktivisme anak secara aktif membangun pengetahuan dengan terus menerus


(43)

21 mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru, dengan kata lain konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita. (Slavin, dalam Triyanto, 2012: 74).

Pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya. (Slavin, dalam Triyanto, 2012: 75). Contoh aplikasi pendekatan kontruktivisme dalam pembelajaran adalah siswa belajar bersama dalam kelompok–kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, campuran siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Siswa tetap berada dalam kelompoknya selama beberapa minggu. Mereka diajarkan ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, selama kerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang ditugaskan guru dan saling membantu teman sekelompok mencapai ketuntasan belajar. Pada saat siswa sedang bekerja dalam kelompok guru berkeliling memberikan pujian kepada kelompok yang sedang bekerja dengan baik, dan memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Belajar menurut pandangan kontruktivisme merupakan hasil konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang. Pandangan ini memberi penekanan bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri. (Suparno, dalam Triyanto, 2012: 75).


(44)

22 Prinsip-prinsip yang sering diambil dari kontruktivisme .

Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah.

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.

2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.

3. Murid aktif mengontruksi secara terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.

4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar.

5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.

6. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan. 7. Mencari dan menilai pendapat siswa.

8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari prinsip-prinsip tersebut yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.


(45)

23 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teori konstruktivisme sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori ini adalah sebagai fasilitator atau moderator. Teori konstruktivisme merupakan pengembangan dari teori belajar kognitif.

Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukan gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.

Menurut pandangan dan teori konstruktivisme, (Trianto, 2012: 74) prinsip paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak sekedar memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik harus membangun sendiri pengetahuan di benaknya.Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri. Guru dapat memberi peserta didik anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan peserta didik sendiri yang harus memanjatnya. (Slavin, 1994: 225). 2.1.2 Model Pembelajaran Terpadu

Terpengaruh oleh filsafat John Dewey (1938, 1966), (dalam Drake: 10), gerakan progresif itu populer dalam pendidikan dan mempromosikan satu kurikulum integratif, yang akan memotivasi siswa karena relevan dan mengikuti prinsip-prinsip konstruktivisme.


(46)

24 Pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan holistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema/topik/peristiwa tersebut peserta didik belajar sekaligus proses dan isi berbagai mata pelajaran secara serempak.

Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna di sini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.

Menurut Prabowo (dalam Pargito, 2010: 14) pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan / mengaitkan berbagai bidang studi atau merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui


(47)

25 pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.

Adapun model-model pembelajaran terpadu sebagaimana yang dikemukakan oleh Forgaty, (1991: 61–65) yaitu sebanyak sepuluh model pembelajaran terpadu. Kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut adalah :

1. the fragmented model (model fragmen)

2. the connected model (model terhubung)

3. the nested model (model tersarang) 4. the sequenced model (model terurut) 5. the shared model (model terbagi)

6. the webbed model (model jaring laba-laba)

7. the threaded model (model pasang benang)

8. the integrated model (model integrasi)

9. the immersed model (model terbenam), dan

10. the networked model (model jaringan)

Berdasarkan kesepuluh model pembelajaran terpadu di atas dipilih tiga model pembelajaran yang dipandang layak dan sesuai untuk dapat dikembangkan di program D-II PGSD yaitu: (1) model keterhubungan (connected), (2) model jaring laba-laba (webbed), dan (3) keterpaduan (integrated). Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pembelajaran pada hakikatnya ialah pelaksanaan dari kurikulum sekolah untuk menyampaikan isi atau materi mata pelajaran tertentu kepada siswa dengan segala daya upaya, sehingga siswa dapat menunjukkan aktivitas belajar.


(48)

26 2.1.3 Pembelajaran Terpadu Model Connected (Terhubung)

Pengertian pembelajaran terpadu Connected Model Fogarty (dalam Prabowo, 2000) merupakan model integrasi interbidang studi. Model ini secara nyata mengintegrasikan satu konsep, ketrampilan atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, ketrampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain dalam satu bidang studi. Pembelajaran yang menunjukkan keterkaitan dalam seluruh bidang, keterkaitan antar topik, keterkaitan antar konsep, keterkaitan antar keterampilan, mengaitkan tugas pada hari ini dengan selanjutnya bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan ide-ide yang dipelajari pada semester berikutnya dalam satu bidang studi.

Model connected (Tim Pengembang PGSD) adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu ketrampilan dengan ketrampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan semester berikutnya di dalam satu bidang studi.

Menurut Tim Pengembang PGSD (1996/1997: 15) pada dasarnya ada tiga tahap yang dilalui dalam setiap pembelajaran terpadu, yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap kulminasi.

Untuk pembelajaran terpadu model connected (keterhubungan), maka proses pembelajaran terpadu dapat dilukiskan dalam matriks berikut:


(49)

27

Perencanaan Pelaksanaan Kulminasi

Peta konsep satu bidang studi Konsep-konsep yang

berhubungan

Rancangan aktivitas belajar

Pelaksanaan tugas Analisis hasil pelaksanaan tugas Penyusunan laporan

Penyajian laporan Evaluasi

Bila kita memandang konsep koneksi ini, rincian dari satu disiplin ilmu terfokus kepada bagian-bagian yang sebenarnya saling berhubungan. Sehingga akan terjadi serangkaian materi satu menjadi prasarat materi berikutnya atau satu materi mendukung materi berikutnya, atau materi satu menjadi prasarat atau berhubungan sehingga apa yang dipelajari menjadikan belajar yang bermakna. Sebagai catatan kaitan antar konsep, topik, atau tema terjadi hanya pada satu mata pelajaran.

Perhatian utama dalam penerapan model pembelajaran ini yaitu kejelian dalam mengidentifikasi dan menetapkan indikator yang akan dipetakan pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan. Penerapan model connected ini lebih mudah diterapkan pada jenjang pendidikan sekolah dasar dibandingkan diterapkan di jenjang SMP atau SMA, hal ini dikarenakan di sekolah dasar masih menerapkan sistem guru kelas.

2.1.3.1 Pengembangan Desain Pembelajaran Model Connected

Pembelajaran IPS model connected yang dilakukan dalam penelitian ini berawal dari kurikulum SMP yaitu adanya keterpaduan antara masing-masing SK/KD yang tumpang tindih, serta adanya perbedaan yang signifikan dari rumusan


(50)

28 KD/SK tersebut. Maka perlu diadakan satu inovasi pembelajaran model connected dapat terintegrasi dengan baik, baik dalam penalaran dan kepahaman peserta didik untuk menerima materi pelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013. Desain pembelajaran ini mengacu pada pola pembelajaran tematik (model connected), yang diselaraskan dengan tingkat pengetahuan, pendidikan dan kemampuan peserta didik di SMP.

Perlakuan yang dilaksanakan pada analisis produk SI, SK/KD dan indikator yaitu dengan menentukan tema pembelajaran IPS model connected, di mana tema berhubungan dengan penekanan KD/KI dan indikator pencapaian yang sesuai dengan kompetensi pada waktu tertentu, yaitu sesuai dengan alur yang dibuat untuk menentukan KD/KI dan indikator yang diharapkan.


(51)

29

Gambar 1. Model Connected (Forgaty, 1991:14)

KARAKTER

Sejarah

Ekonomi Geografi

Sosiologi

Gambar 2. Diagram Model Connected yang Akan Dikembangkan dari Model Forgaty (1991:14)

Desain/skenario awal Pembelajaran terpadu model terhubung (connected) diambil dari Tim Pengembang PGSD.

Bidang Studi : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Kelas : 7 (Tujuh ) SMP Negeri 2 Bukit Kemuning Tema : diambil dari salah satu indikator karakter


(52)

30 A. Tahap Perencanaan

Tujuan Pembelajaran 1.

2. 3.

Langkah-langkah Perencanaan

1. Guru menetapkan konsep-konsep yang diketahui oleh siswa

2

1

3

Pemahaman konsep 1 dapat digunakan untuk menjelaskan konsep 2 dan 3. 2. Guru menetapkan ketrampilan proses IPS yang dapat dikembangkan. 3. Guru menetapkakn alat dan bahan yang dibutuhkan.

4. Guru menetapkan pertanyaan kunci. B. Tahap Pelaksanaan

1. Pengelolaan kelas 2. Kegiatan proses 3. Kegiatan pencatat data 4. Diskusi

C. Evaluasi

1. Evaluasi proses 2. Evaluasi hasil


(53)

31 D. Alat Evaluasi

1. Evaluasi proses (dilaksanakan selama melaksanakan kegiatan pembelajaran).

2. Evaluasi hasil (dilaksanakan pada akhir pembelajaran).

Langkah-langkah perencanaan pembelajaran terpadu model connected adalah sebagai berikut.

1. Guru menentukan tema-tema yang dapat dihubungkan yang terdapat dalam silabus.

2. Tema-tema yang telah ditentukan diorganisasikan pada tema induk. 3. Guru menjelaskan materi pembelajaran yang terdiri dari beberapa tema. 4. Guru memberikan tanya jawab kepada peserta didik tentang materi yang telah

diajarkan.

5. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil.

6. Tiap-tiap kelompok diperintahkan untuk mengerjakan tugas yang telah disiapkan oleh guru.

7. Guru memberikan kesimpulan, penegasan, dan mengadakan evaluasi.

8. Guru memberikan tugas portofolio kepada peserta didik untuk dijadikan pekerjaan rumah.

2.1.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Terpadu Tipe Terhubung (Connected)

Dalam penerapan pembelajaran terpadu model connected tidak selamanya dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan sempurna sesuai dengan yang diharapkan, hal ini disebabkan model pembelajaran connected memiliki kelebihan dan


(54)

32 kekurangan.

1. Kelebihan:

a. guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dan kemampuan/ indikator yang digabungkan;

b. kegiatan anak lebih terarah untuk mencapai kemampuan yang tertera pada indikator;

c. siswa memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep sehingga transfer pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok dikembangkan terus-menerus;

d. siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pendalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.

2. Kekurangan:

a. model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran yang lain; b. Model ini kurang mendorong guru bekerja sama karena relatif mudah

dilaksanakan secara mandiri;

c. Bagi guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.


(55)

33 Secara umum proses pembelajaran sebagai suatu sistem dipengaruhi oleh tiga faktor masukan, yaitu raw input, instrumental input, dan environmental input. Demikian halnya dengan pembelajaran terpadu connected, maka sistem itu dapat digunakan. Raw input terdiri dari guru dan siswa, maksudnya kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan sangat dipengaruhi oleh pemahaman dan pengetahuan guru tentang pembelajaran terpadu model connected maupun pengalaman mengajar guru. Selanjutnya kemampuan, sikap, minat dan motivasi merupakan faktor siswa yang akan berpengaruh pada kegiatan pembelajaran. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran terpadu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) kejelian profesional guru dalam memanfaatkan berbagai kemungkinan arahan pengait konseptual intra atau pun antar bidang studi, (2) penguasaan materi dan metodologi terhadap bidang-bidang studi yang diperlukan, (3) wawasan kependidikan yang mampu membuat guru selalu waspada untuk memanfaatkan setiap keputusan dan tindakannya untuk memberikan urunan nyata bagi pencapaian tujuan utuh pendidikan. (Tim Pengembang PGSD, 1996/1997).

2.1.4 Ilmu Pengetahuan Sosial

2.1.4.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah terjemahan dari “social studies“ yang dikenal di

dunia pendidikan dasar di Amerika Serikat, yang dapat diartikan sebagai

“penelaahan masyarakat“ dengan segala permasalahannya dan perkembangan yang semakin komplek dan mengglobal, selain berdasarkan pada pengalaman


(56)

34 kehidupan sehari-hari juga didasarkan pada teori-teori sosial yang dapat memprediksi kehidupan yang akan datang.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. (pagito, 2010: 73). Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti ini digunakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi sosial.


(57)

35

Ilmu Pengetahuan

Sosial

ILMU POLITIK

EKONOMI

PSIKOLOGI SOSIAL

FILSAFAT SEJARAH

GEOGRAFI

SOSIOLOGI

ANTROPOLOGI

Gambar 3.

Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial (Sumber: Pargito, 2010: 74). Materi IPS adalah penyatuan dari beberapa ilmu sosial yang kemudian diharapkan dapat melahirkan sebuah ide pengembangan sesuai dengan tuntutan zaman dan mempermudah aktivitas seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungnnya.

Bahan pelajaran IPS bersumber dari masyarakat dan alam sekeliling kita. Bahan tersebut disusun dalam topik yang berisikan konsep-konsep dan generalisasi yang harus disajikan kepada siswa-siswa sesuai dengan perumusan arti IPS, konsep dan generalisasi berasal dari berbagai cabang ilmu sosial: sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ekonomi, psikologi sosial, dan filsafat. (Pargito, 2010: 74).

Perkembangan anak usia dini bersifat holistik, terpadu, di mana aspek perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan yang lainnya. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun sebaliknya, yang kesemuanya terpadu dengan pengalaman, kehidupan dan lingkungannya.


(58)

36 NCSS mendefinisikan Ilmu Sosial sebagai berikut: Social Studies as “the

integrated study of the social sciences and humanities to promote civic

competence “ Within the school program, social studies provides coordinated,

systematic study drawing upon such disiplines as anthoprology arcaelogy, economics, geography, history, law, phylosophy, political, science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content,from the humanities, mathematics, and natural sciences. In essence social studies promotes knowledge of and involvement in civic affairs. And bicause civic issues – such as health care, crime, and foreign policy – are multydisiplinary in nature, understanding these issues and developing resolutions to them require multydisiplinary education.

These characteristics are the key defining aspects of social studies.

(http://en.wikipedia.org/wiki/national Council for the Social Studies, diakses 5 Mei 2013).

NCSS mendefinisikan bahwa ilmu-ilmu sosial merupakan kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk mempromosikan kompetensi kemasyarakatan. Dalam program sekolah ilmu sosial terkoordinir dengan sistematik yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu, seperti: antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi, serta konten yang sesuai dari humaniora, matematika, dan ilmu-ilmu alam. Pada intinya, ilmu-ilmu sosial berkaitan dengan perkembangan dan kondisi masyarakat dengan segala problematiknya. Oleh karena itu dibutuhkan multidisiplin ilmu pengetahuan agar dapat menguasai pembelajaran IPS.

Lingkungan sosial dan alam terdekat pada siswa digunakan sebagai pedoman dalam penyususunan bahan pembelajaran sehingga apa yang akan disajikan berkaitan dengan masyarakatnya dan lingkungan alam yang tidak asing bagi mereka.

Jadi tujuan utama dari pembelajaran IPS adalah memperkaya dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam penyesuaiannya dengan


(59)

37 lingkungan dan melatih mereka untuk untuk dapat menempatkan diri dalam masyarakat demokratis, dam menjadikannya negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik dan membentuk warga negara yang baik (good citizenship). 2.1.4.2 Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan mesyarakat global selalu menghadapai perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakt yang dinamis.

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. (Kurikulum, 2013).

Karateristik mata pelajaran IPS SMP/MTs antara lain sebagai berikut (Pargito, 2010: 75).

1. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur: geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama (Numan Soemantri, 2001). 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur

keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.


(60)

38 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.

2.1.4.3 Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. (Pargito, 2010: 76). Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut. (Kurikulum, 2013).

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.


(61)

39 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memcahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik di tingkat lokal, nasional maupun global. 2.1.5 Pendidikan IPS Terpadu di SMP/MTs

Pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan autentik. Bentuk kegiatan belajar mengajar dengan struktur dan program satuan pembelajaran dipayungi tema dengan muatan materi yang dibelajarkan dikaji dari empat keilmuan seperti: geografi, sosiologi, ekonomi, dan sejarah. Makna terpadu dalam IPS adalah: (1) adanya keterkaitan antara berbagai aspek dan meteri yang tertuang dalam KD IPS, (2) Pembelajaran terpadu juga dapat dikatakan pembelajaran yang memadukan materi beberapa mata pelajaran atau kajian ilmu dalam satu tema, (3) keterpaduan dalam pembelajaran IPS dimaksudkan agar pembelajaran IPS lebih bermakna, efektif, dan efisisen. (Dokumen Kurikulum, 2013).

Pendidikan IPS menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang atau space wilayah NKRI. IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran


(62)

40 Pengetahuan Sosial merupakan keterpaduan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari stuktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa sehingga dapat dikembangkan menjadi pokok bahasan atau topik/tema tertentu. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan mulitidisipliner.

2.1.5.1 Pendidikan IPS Terpadu Model Connected

Model connected (keterhubungan) adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada pembentukan yang tegas dalam menghubungkan suatu mata pelajaran, keterhubungan satu topik dengan topik, satu konsep, antar keterampilan, tugas yang dikaitkan dalam satu hari dengan tugas yang dikerjakan dengan hari-hari berikutnya, ide yang dipelajari pada satu cawu/semester dengan ide yang akan dipelajari pada cawu/semester berikutnya di dalam satu bidang studi. Model connected ini berperan dalam mengatasi kesulitan siswa ketika mereka menemukan seolah-olah adanya kontradiksi antara konsep yang ada pada mata pelajaran lain pada topik yang sama atau sekurang-kurangnya relevan, model ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pendalaman, melakukan review rekonseptualisasi, mengedit dan mengasimilasi gagasan-gagasan secara bertahap dan bahkan pada tahap tertentu dapat melakukan transfer. Adapun kekurangan dari model connected yaitu rancangan pembelajaran keragaman mata pelajaran dalam model ini tetap terpisah dan nampak tidak terhubungkan. Guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk bekerja sama


(1)

162

(related). Melalui pendidikan karakter, diharapkan peserta didik di SMPN 2 Bukit Kemuning yang mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan karakter di SMPN 2 Bukit Kemuning diarahkan pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan, keseharian dan simbol-simbol yang dipraktekkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas atau citra sekolah di masyarakat luas.

2. Model connected dalam pembelajaran IPS efektif digunakan dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Bukit Kemuning. Hal ini diketahui dari hasil pretest dan postest bahwa terdapat peningkatan hasil belajar atau peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM di kelas VII A setelah dilakukan pembelajaran dengan model connected dalam pembelajaran IPS. Hasil pretest siswa kelas VII A yang menggunakan model pembelajaran connected menunjukan tidak ada siswa yang mencapai nilai KKM (0% siswa tuntas KKM), sedangkan pada postest terdapat sebanyak 15 siswa dari 30 siswa (50% siswa tuntas). Jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa kelas VII B yang menggunakan model pembelajaran konvensional, hasil pretest menunjukkan tidak ada siswa yang mencapai KKM, pada postest menunjukkan hanya 5 siswa (16% siswa tuntas). Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran connected lebih efektif digunakan daripada model pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar sebelum dan


(2)

163

sesudah menggunakan model pembelajaran connected nilai ≥ KKM (Nilai KKM adalah 70).

5.2 Implikasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model connected dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS. Hal ini dapat dilihat dari sikap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan pencapaian hasil belajar yang mengalami peningkatan.

5.2.1 Implikasi Teoritis

Implikasi pembelajaran dengan menggunakan model connected dalam pembelajaran IPS memberi masukan kepada guru untuk selalu berinovasi dalam mengatasi permasalahan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini seorang guru harus mampu merancang kegiatan pembelajaran yang efektif yang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model connected dalam pembelajaran IPS mengarahkan siswa untuk dapat meningkatkan kerja sama antar siswa, menumbuhkan rasa percaya diri dalam mengeluarkan pendapat saat presentasi di depan kelas. Dengan demikian model connected dalam pembelajaran dapat dijadikan alternatif dalam kegiatan pembelajaran khususnya mata pelajaran IPS.

5.2.2 Implikasi Praktis

Melalui penelitian dan pengembangan model pembelajaran yang mengikuti langkah penelitian Borg and Gall yang dipadukan dengan langkah pengembangan


(3)

164

desain Dick and Carey, peneliti dapat melaksanakan penelitian dengan baik dan dapat menghasilkan produk model connected dalam pembelajaran IPS berkarakter. Model pembelajaran ini dapat dijadikan alternatif model pembelajaran efektif terutama dalam pembelajaran IPS di SMP. Dengan demikian, langkah-langkah dalam penelitian ini dapat menjadi landasan praktis bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian dan mengembangkan model-model pembelajaran lain yang sesuai dengan kebutuhan.

5.3 Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi, saran yang dapat diberikan berkaitan dengan pengembangan model connected pembelajaran IPS adalah.

1. Guru harus kreatif dalam mengatasi masalah dalam pembelajaran melalui penggunaan model-model pembelajaran yang sesuai.

2. Guru dapat menjadikan model connected dalam pembelajaran sebagai salah satu alternatif pembelajaran efektif dalam kegiatan pembelajaran.

3. Guru harus dapat memfasilitasi siswa dengan memberikan model pembelajaran yang efektif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Lif, Khoiri & Amri Sofyan. 2011. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran (Pengaruhnya terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum). Prenada Media Group. Jakarta

Borg, Walter R and Meredith D Gall. 1983. Educational Research Forth Edition. New York: Longman.

Borg, Walter R and Meredith D Gall. 1989. Educational Research. San Fransisco. DMC and Company.

Darsono. 2008. Pengembangan Model Inkuiri Sosial dalam Penmbelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar (Disertasi). Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Depdiknas. Jakarta.

Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu. Depdiknas. Jakarta.

Depdiknas. 2013. Kurikulum 2013. Depdiknas. Jakarta.

Dick. W, Carey. L. Carey. J.O. 2001. The Systematic Design of Instruction. Addison-Wesley Educational Publisher Inc.

Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar Universitas Negeri Malang. Rineka Cipta. Jakarta.

Drake. 2013. Menciptakan Kurikulum Terintegrasi Yang Berbasis Standar. PT.Indeks. Jakarta.

Forgaty R. 1991. The Mindful School: How to Integrate The Curricula. Patine Illinois: IRI/Skylight Publishing Inc.

Hergenhahn and Matthew H.Olson, 2010. Theories of Learning (Teori Belajar). Kencana Prenada Media Group. Jakarta.


(5)

Herpratiwi, 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Jaya Wijaya. 2012. Pengembangan Pembelajaran IPS Model Webbed di SMKN 1 Kalianda (Tesis). Program Pasca Sarjana Magister Pendidikan IPS. FKIP UNILA. Bandarlampung.

Lickona. 2013. Pendidikan Karakter. Nusa Media. Bandung.

NCSS diambil dari http://en.wikipedia.org/wiki/nation council for the Social Studies, tanggal Mei 2013.

Pargito, 2010. Dasar-Dasar IPS. Jurusan Pendidikan IPS Universitas Lampung. Pargito, 2010. IPS Terpadu. Jurusan Pendidikan IPS Universitas Lampung.

Pargito, 2009. Penelitian dan Pengembangan Bidang Pendidikan. Jurusan Pendidikan IPS Universitas Lampung.

Prabowo. 1999. Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar. Makalah. Disampaikan pada Panel Diskusi Sosialisasi Pembelajaran Terpadu Sekolah Dasar Unggulan di Lamongan. Unesa. LPM Unesa.

Prabowo. 2000. Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Terpadu dalam Menghadapi Perkembangan IPTEK Milenium III. Makalah. Disampaikan pada Seminar dan Lokakakarya Jurusan Fisika FMIPA UNESA bekerja sama dengan Himpunan Fisika Indonesia (HFI) dengan tema: Optimalisasi Peranan Fisika Menghadapi Perkembangan IPTEK Milenium III Tanggal 10 Februari 2010. Unesa.

Rosada. 2009. Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran IPS untuk Pengamalan Nilai Moral Siswa SMPN 1 dan SMPN 4 di Mataram (Tesis). Program Studi PIPS. Program Pasca Sarjana Universitas Yogyakarta. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Santoso, Imam Budhi. 2008. Budi Pekerti Bangsa. Arti Bumi Intaran. Jakarta. Sapriya. 2000. Studi Sosial Konsep dan Model Pembelajaran. Rindi Press.

Bandung.


(6)

Slavin. 1994. Educational Psychology: Theory and Practice. Fourth Edition. Allyn and Bacon. Masschussetts.

Sugeng Bastio. 2012. Analisis Komparatif Koefisien Pembelajaran IPS Terpadu Model Connected dan Integrated dalam Mata Pelajaran IPS Kelas VIII di SMPN 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah (Tesis) Program Studi PIPS Program Pascasarjana Unila.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung

Sumaatmadja, Nursid. 2007. Konsep Dasar IPS. UT. Jakarta.

Susan M. Drake. 2013. Menciptakan Kurikulum Terintegrasi yang Berbasis Standar. PT. Indeks. Jakarta.

Tim Pengembang PGSD. 1996/1997. Pembelajaran Terpadu D II PGSD dan S2 Pendidikan Dasar. Depdiknas. Jakarta.

Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prenada Media Group: Jakarta.

Trianto. 2010. Psycology for Effective Teaching. Bumi Aksara. Jakarta.

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara. Jakarta.

Tim Penulis, 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah, Edisi Revisi ke-3 Universitas Lampung.

Umar Hamalik. 2011. Psikologi Belajar dan Mengajar.

Library.um.ac.id/…/psikologi belajar. Diakses 7 Mei 2013.

Winata Putra. 2007. Materi dan Pembelajaran IPS SD. UT. Jakarta.