KEASLIAN PENULISAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. Untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja 2. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor pendorong terbentuknya geng motor kalangan remaja di kota Medan. 3. Untuk mengetahui hambatan apa yang dihadapidalam menanggulangi kenakalan remaja serta upaya penanggulangannya. 2. MANFAAT PENULISAN Atas dasar tujuan tersebut, maka manfaat dari penulisan skripsi ini adalah: a Secara Teoritis Penulis berharap karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kalangan akademis pada khususnya dan masyarakat pada umumnya yang membutuhkan informasi mengenai karateristik pembentukan geng motor yang brutal serta faktor penyebab terbentuknya geng motor yang brutal dikalangan remaja. Skripsi ini juga diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang hukum pidana serta yang berkaitan dengan kriminologi. b Secara Praktis secara praktis, skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi aparat penegak hukum khususnya kepolisian dalam menanggulangi kenakalan remaja geng motor.

4. KEASLIAN PENULISAN

Universitas Sumatera Utara Penulisan skripsi yang berjudul “Faktor Pendorong Kenakalan Remaja geng Motor di kota Medan ditinjau dari Aspek Kriminologi” yang diangkat sebagai judul skripsi telah diperiksa melalui penelusuran kepustakaan Fakultas Hukum dan tidak ditemukan judul yang sama. Berdasarkan hasil penelusuran penulis di perpustakaan Fakultas Hukum Unifersitas Sumatera Utara, adapun skripsi yang berjudul “Suatu Tinjauan Psikologi Kriminal tentang Kenakalan Remaja dan Timbulnya Perkelahian Massal dikalangan Remaja” tidak memiliki kesamaan dengan skripsi penulis. Data yang dipakai guna melengkapi penulisan skripsi ini memanfaatkan informasi yang diperoleh langsung dari responden, dan info yang diperoleh dari media, baik itu media cetak ataupun melalui media internet. Sehingga data-data yang dipakai secara garis besar adalah data yang faktual. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

5. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. Pengertian RemajaAnak Masa remaja apabila diperhatikan perkembangan manusianya sejak masih berada dalam kandungan sampai dengan masa kelahiran terlihat bahwa setiap orang akan mengalami perubahan. Bila dilihat dari perubahan fisik, biasanya perubahan tersebut hampir sama antara satu dengan lainnya. Seolah-olah ada batas-batas perubahan yang sama antara satu dengan yang lainnya, selama proses perkembangan berjalan. Tetapi ketika manusia memasuki masa remaja, perkembangan antara pria dengan wanita terlihat perbedaan karena kodratnya. Hal ini disebabkan mulai bekerjanya kelenjar kelamin pada setiap remaja. Masa Universitas Sumatera Utara remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khas dan perannya yang menentukan dalam kehidupan dan lingkungan orang dewasa. Masalah mengenai kenakalan anak atau remaja merupakan masalah yang selalu menarik, hal ini disebabkan karena kenakalan anak atau remaja akan selalu terjadi pada setiap generasi bangsa. Apabila berbicara tentang anak atau remaja, seringkali timbul pertanyaan, umur berapakah seseorang tersebut dikatakan remaja?. Sebenarnya batasan umur seorang remaja tidak dapat ditentukan begitu saja. Karena di samping belum ada kesepakatan pendapat diantara para ahli mengenai klasifikasi umur, juga disebabkan karena masalah tersebut bergantung pada keadaan masyarakat di mana remaja tersebut hidup dan bergantung dari sudut mana pengertian itu ditinjau. Pengertian yang dikemukakan oleh pakar psikologi Dr. Kartini Kartono, remaja adalah suatu tingkatan umur, dimana seorang anak tidak lagi bersikap seperti anak-anak, tetapi belum dapat juga dipandang sebagai orang dewasa. Jadi seorang anak atau remaja adalah batasan umur yang menjembatani antara umur anak-anak dengan dewasa. Pada masa remaja ini adalah merupakan masa-masa yang rawan bagi suatu generasi. Karena pada masa ini remaja ditempatkan disuatu pilihan menuju tahap kedewasaan antara mempertahankan potensi keremajaannya dengan hal-hal negatif yang dapat membuat remaja tersebut terperosok ke dalam kenakalan. Oleh Universitas Sumatera Utara dari itu masalah kenakalan anak atau remaja ini bukanlah merupakan masalah yang baru pada tiap-tiap kehidupan generasi bangsa, serta dapat dipastikan bahwa pada masa-masa ini akan timbul suatu bentuk kenakalan antara satu dengan yang lainnya yang berbeda-beda ukuran kenakalannya. Hanya saja bentuk kenakalan tersebut tidaklah sama antara generasi satu dengan seterusnya, ada kemungkinan kenakalan anak atau remaja tersebut semakin melampaui batas-batas kewajaran nakal. Adapun batasan-batasan mengenai kapan seseorang anak itu dianggap dewasa: a Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah dua puluh satu tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan. 5 b Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu menikah. Apabila perkawinan dibubarkan sebelum umur mereka genap dua puluh satu tahun, maka mereka tidak kembali lagi dalam kedudukan belum dewasa. 6 c Belum cukup umur minderjarig karena melakukan perbuatan sebelum umur enam belas tahun. 7 5 Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Departemen Agama RI-Badan Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000, hal.50. 6 R. Subekti dan R. Tjitrosudibyo, Cetakan ketiga puluh tiga, Kitab Undang-Undang Hukum Perdaata, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1990, hal. 90. 7 Moeljatno, Cetakan kedua puluh satu, kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, 2001, hal 22. Universitas Sumatera Utara d Menurut Hukum Adat “anak-anak dibawah umur” adalah mereka yang belum menunjukkan tanda-tanda fisis yang konkrit, bahwa ia telah dewasa. 8 Setelah ditelusuri dan dilihat dari peraturan perundang-undangan, maka seseorang itu dapat diklasifikasikan sebagai seorang remaja apabila belum berumur 21 tahun atau terlebih dahulu menikah sebelumnya. Dari keterangan yang dikemukakan di atas terlihat adanya keanekaragaman pendapat mengenai batasan umur remaja. Karena selama masa remaja akan timbul masalah-masalah yang menentukan bagaimana anak atau remaja itu bersikap dan menghadapi. 2. Pengertian Kenakalan Remaja W.A. Bonger dalam kitab kecilnya Inleiding tot de Criminologi antara lain mengemukakan : “ kejahatan anak-anak dan pemuda-pemuda sudah merupakan bagian yang besar dalam kejahatan, lagi pula kebanyakan penjahat yang sudah dewasa umumnya sudah sejak kecil. Siapa menyelidiki sebab-sebab kejahatan anak-anak dapat mencari tindakan-tindakan pencegahan kejahatan anak-anak yang dapat mencari tindakan-tindakan pencegahan kejahatan anak-anak yang kemudian akan berpengaruh baik pula terhadap pencegahan kejahatan orang dewasa “. 9 Istilah baku perdana untuk kenakalan remaja dalam konsep psikologis adalah juvenile deliquency, yang memiliki arti perilaku jahatdursila, atau kejahatankenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit patologis secara 8 Soedjono Dirdjosisworo, Penanggulangan Kejahatan, cetakan Ketiga, Alumni, Bandung, 1983, hal 152. 9 Ninik Widiyanti-Yulus Waskita, Kejahatan Dalam Masyarakat dan Pencegahannya, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hal 115. Universitas Sumatera Utara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabdian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Juvenile berasal dari bahasa latin “ juvenilis” yang artinya : anak-anak, anak muda, ciri karateristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja. Delinquent berasal dari bahasa latin “delinquere” yang berarti : terabaikan, mengabaikan ; yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain. 10 Pengertian secara etimologis telah beberapa kali mengalami pergeseran, akan tetapi hanya menyangkut aktifitasnya, yakni istilah kejahatan menjadi kenakalan. Dalam perkembangan selanjutnya pengertian subjek atau pelaku pun mengalami pergeseran. Psikolog Bimo Waljito merumuskan arti selengkapnya dari juvenile deliquency, yaitu tiap perbuatan jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi merupakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh anak, khususnya remaja. 11 Sedangkan Fuad Hasan merumuskan juvenile deliquency adalah perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja bilamana dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan. 12 10 Dr. Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hal 6. 11 Sudarsono, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hal 11 12 Ibid Universitas Sumatera Utara Dalam perumusan arti juvenile deliquency oleh Fuad Hasan dan Bimo Waljito nampak adanya pergesaran mengenai kualitas subjek, dari kualitas anak menjadi remaja atau anak remaja. Bertitik tolak dari konsepsi dasar inilah maka juvenile deliquency pada gilirannya mendapat pengertian “kenakalan remaja”. Dalam arti luas tentang kenakalan remaja adalah perbuatan kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila dan menyalahi norma-norma agama. 13 Deliquency itu selalu mempunyai konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak mudaremaja. Purnianti mendefinisikan kenakalan remaja berdasarkan perspektif sosiologis, dalam tiga kategori, yaitu : a. Definisi hukum, menekankan pada tindakanperlakuan yang bertentangan dengan norma yang diklasifikasikan secara hukum, b. Definisi peranan, dalam hal ini penekanannya pada pelaku, remaja yang peranannya diidentifikasikan sebagai kenakalan, c. Definisi masyarakat, perilaku ini ditentukan oleh masyarakat. 14 Paham kenakalan remaja dalam arti luas meliputi perbuatan-perbuatan anak remaja yang bertentangan dengan kaidah-kaidah hukum tertulis, baik yang terdapat dalam KUHP maupun dalam perundang-undangan di luar KUHP pidanan khusus. Dapat pula terjadi perbuatan anak remaja tersebut bersifat anti 13 Sudarsono, Opcit, hal 11. 14 Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia: Pengembangan Konsep Diversi dan Restrorative Justice, Refika Aditama, Medan, 2009, hal 40 Universitas Sumatera Utara sosial yang menimbulkan keresahan dalam masyarakat pada umumnya. Selanjutnya kenakalan remaja tersebut semakin luas cakupannya dan lebih dalam bobot isinya. Kenakalan remaja tersebut meliputi perbuatan-perbuatan yang sering menimbulkan keresahan dilingkungan masyarakat, sekolah maupun keluarga. Contoh yang sangat sederhana dalam hal ini yaitu perkelahian antar sekolah, pencurian dan pembentukan geng-geng motor yang suka menimbulkan keresahan masyarakat. Secara umum remaja dianggap ada dalam satu periode transisi dengan tingkah laku anti sosial yang potensial, disertai dengan banyak pergolakan hati atau kekisruhan batin pada fase-fase remaja dan adolesens. Maka segala gejala keberandalan dan kejahatan yang muncul itu merupakan akibat dari proses perkembangan pribadi anak yang mengandung unsur dan usaha : 1 Kedewasaan seksual 2 Pencaharian suatu identitas kedewasaan 3 Adanya ambisi materil yang tidak terkendali 4 Kurang atau tidak adanya disiplin diri. 15 Maka berdasarkan pandangan perspektif periodefase remaja yang delinquen itu dianggap sebagai manifestasi kebudayaan remaja dan tidak dilihat sebagai bagian dari gang kriminal orang-orang dewasa. kenakalan anak-anak remaja ini merupakan produk sampingan dari : 15 Kartini Kartono, Opcit, hal 8 Universitas Sumatera Utara 1 pendidikan massal yang tidak menekankan pendidikan watak dan kepribadian anak; 2 kurangnya usaha orang tua dan orang dewasa dalam menanamkan moralitas dan keyakinan beragama pada anak muda; 3 kurang ditumbuhkannya tanggung jawab sosial pada anak-anak remaja. 16 anak-anak remaja yang melakukan kejahatan itu pada umumnya kurang memiliki kontrol diri, atau justru menyalahgunakan kontrol diri tersebut, dan suka menegakkan standar tingkah laku sendiri, disamping meremehkan keberadaan orang lain. kejahatan yang mereka lakukan itu pada umumnya disertai unsur- unsur mental dengan motif-motif sumbjektif, yaitu untuk mencapai suatu objek tertentu dengan disertai kekerasan dan agresi. pada umumnya anak-anak muda tadi sangat egoistis, dan suka sekali menyalahgunakan atau melebih-lebihkan harga dirinya. 3. Pengertian Geng istilah geng umumnya dipakai untuk kelompok yang lebih besar dan terbatas pada kelompok yang kecil. Devinisi tentang geng sangat jelas identik dengan kehidupan berkelompok. Hanya saja geng memang memiliki makna yang sedemikian negatif. Geng bukan sekedar kumpulan remaja yang bersifat informal. Geng dalam bahasa inggris adalah sebuah kelompok penjahat yang terorganisasi secara rapi. Dalam sebuah konsep yang moderat, geng merupakan sebuah 16 ibid Universitas Sumatera Utara kelompok kaum muda yang pergi secara bersama-sama dan sering kali menyebabkan keributan. 17 Kaum remaja yang terlibat dalam kehidupan geng sebenarnya sedang mengalami distorsi komunikasi. Kaum remaja tidak mampu memahami atau sengaja tidak sudi untuk menyepakati aturan-aturan budaya, masyarakat, dan komunitas tempat berfungsinya dengan baik. Dalam hal kenakalan remaja yang terbentuk dalam suatu geng-geng atau gerombolan-gerombolan anak muda, fokusnya bukan lagi pelanggaran individuil tetapi sudah terhadap kelompok sebagai keseluruhan dalam arti bahwa kolektifitas itu dipandang sebagai suatu kesatuan yang mengandung kualitas-kualitas di luar jumlah individu anggota semata-mata. Menurut Albert K. Cohen dan James F. Short dua orang ahli kriminologi, pada tingkat kolektifgeng, kenakalan dibagi ke dalam beberapa bentuk atas dasar type-type berbeda dari sub kebudayaan yang terdiri dari sebagai berikut : a. Yang mewujudkan dirinya dalam kelompok-kelompok kecil atau klik dengan bentuk-bentuk kenakalan yang tanpa tujuan, bersifat jahil, tidak tetap, dan bercirikan pengejaran kesenangan sesaat serta otonomi kelompok. b. Yang merupakan jenis perkembangan lebih tinggi dalam kenakalan kolektif, dipertunjukkan dalam bentuk geng-geng yang besar, keanggotaannya mungkin berkisar ratusan orang, mereka diketemukan mempunyai organnisasi yang rapi dengan adanya peranan-peranan 17 Mulyani hasan, op cit, hal 9. Universitas Sumatera Utara pimpinan, nama, hasrat yang kuat untuk menegakkan identitas geng, serta mempunyai kepribadian umum dalam dunia geng. c. Dalam tipe ini para remaja mengelompokkan diri dalam suatu sub kebudayaan obat bius, tindakannya pada umumnya tidak menggunakan kekerasan dan kerapkali disertai usaha-usaha yang bisa menghasilkan uang untuk memelihara keberlangsungan kebiasaan mereka menghhisap narkotika yang tersedia hanya lewat cara-cara gelap serta memakan biaya yang besar. d. Sub kebudayaan pencuri profesionil. Ini adalah suatu tahapan khusus sebelum kenakalan itu mencapai tingkat pencurian elite seperti yang dilakukan oleh orang-orang dewasa secara profesionil. e. Tipe sub kebudayaan lain adalah remaja yang mengekspresikan kenakalan khas kelas menengah. f. Tipe sub kebudayaan pemudi. Menurut Chohen dan Short pengelompokan dan status pemudi terutama menyangkut status pemudi terutama menyangkut “status dari laki-laki terhadap siapa ia mengidentifikasikan dirinya”. Sebagai kecuali, misalnya, pemudi-pemudi yang mengorganisir diri dalam geng-geng dalam rangka aktifitas seksuil atau narkotika. 18 4. Pengertian Geng Motor dan Sejarah Geng Motor dibeberapa Negara. Geng motor berbeda dengan club motor. Geng motor adalah kumpulan orang-orang pecinta motor yang doyan kebut-kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai. Sedangkan club motor biasanya mengusung merek 18 Mulyana W. Kusuman, Aneka Permasalahan Dalam Ruang Lingkup Kriminologi, Alumni, Bandung, 1981, hal 100. Universitas Sumatera Utara tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC harley davidson club, scooter kelompok pecinta vespa, kelompok honda, kelompok suzuki, tiger, mio, dan lain sebagainya. Ada juga brotherhood, yaitu kelompok pecinta motor besar tua. 19 Geng motor bukanlah hal yang baru di negara Indonesia, sebenarnya geng motor sudah ada dari tahun 1978 yang namanya melegenda saat itu adalah geng motor “M2R” atau Moonraker. 20 Kelahiran geng motor, rata-rata diawali dari kumpulan remaja yang doyan balapan liar dan aksi-aksi menantang bahaya pada malam menjelang dini hari di jalan raya. Setelah terbentuk kelompok, bukan hanya hubungan emosi para remaja saja yang menguat, dorongan untuk unjuk gigi sebagai komunitas bikers juga ikut meradang. Mereka ingin tampil beda dan dikenal luas. Caranya yaitu dengan membuat aksi-aksi yang sensasional. Mulai dari kebut-kebutan, tawuran antar geng, tindakan kriminal tanpa pandang bulu, hingga perlawanan terhadap aparat keamanan. 21 Ada 4 empat geng motor yang paling besar di Bandung antara lain yaitu: 1. Moonraker Moonraker didirikan pada tahun 1978 oleh siswa SMA yang ada di jalan Dago yang mencintai balap motor. Nama moonraker diambil dari salah satu judul film James Bond yang kondang saat itu. Awalnya mereka mengusung bendera berwarna putih-biru-dan merah dengan gambar palu arit ditengahnya. Namun, karena pemerintahan indonesia saat itu melarang ideologi tertentu yang identik 19 Mulyani hasan, op cit, hal 5. 20 ibid 21 Kompasiana, op cit. Universitas Sumatera Utara dengan komunisme yang bersimbol palu arit, mereka lalu mengganti bendera kebangsaannya dengan warna merah-putih-biru, bergambar kelelawar. Gambar ini mereka adopsi dari lambang “Hell Angel”, sebuah kelompok motor di Amerika Serikat. Kelompok ini konsisten dengan sistem keorganisasiannya. Setiap tahun ada penggantian kepengurusan dan membuat program-program kerja. Struktur organisasinya terdiri atas Divisi Balap, Panglima Perang, dan Tim SWAT regu penyelamat . Panglima perang bertugas mengkoordinir anggota pada saat terjadi tawuran, atau sebagai pembuat keputusan pada saat terjadi bentrok dengan kelompok lain. 22 2. XTC Exalt To Coitus XTC lahir pada tahun 1982 oleh 7 oleh 7 orang pemuda. Belakangan nama itu diganti menjadi Exalt To Creativity, karena nama semula agak berbau porno. Mereka mengusung bendera berwarna putih-biru muda-biru tua, dan di tengahnya ada gambar lebah yang menggambarkan solidaritas antar anggota. Bila salah satu diantara mereka ada yang diserang maka yang lainnya akan membela. Pasukan XTC juga memiliki koordinator perang yang bertugas untuk mempermudah kordinasi pada saat terjadi tawuran dan pada saat akan melakukan perebutan wilayah. 23 3. Brigez Brigade Seven Brigade seven berdiri pada tahun 1980-an. Awal terbentuknya tak lebih hanya sekedar kumpul-kumpul biasa. Warna bendera Irak menjadi lambang identitas 22 Mulyani hasan, op cit, hal 1. 23 Ibid, hal 2. Universitas Sumatera Utara kelompok ini dengan gambar kelelawar hitam sebagai simbolnya. Tiga doktirn utama seperti musuhi polisi, lawan orang tua, dan berlaku jahat di tengah malam terus dilestarikan pada tubuh geng yang semula beranggotakan siswa SMA 7 bandung ini. Setiap anggota baru harus melakukan uji nyali mulai dari keterampilan dan beraksi hingga minum darah hewan tertentu yang mereka percayai bisa menumbuhkan keberanian pada diri anggota. 24 4. GBR Grab on Road GBR juga lahir pada tahun 1980-an. Kelompok yang anggotanya mayoritas anak SMP ini mengidentifikasikan diri dengan segala sesuatu yang berbau Jerman. Mereka mengusung bendera berwarna merah-kuning-hitam. 25 5. Pengertian kriminologi dan Metode Pendekatan kriminologi. Secara harafiah, kriminologi berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Apabila dilihat dari kata tersebut, maka kriminologi mempunyai arti sebagai pengetahuan tentang kejahatan. 26 Pengertian secara harafiah tersebut memberikan pengertian yang sempit bahkan dapat mengarah pada pengertian yang salah. Pengertian kriminologi secara harafiah tersebut menimbulkan suatu persepsi bahwa hanya kejahatan saja yang dibahas dalam kriminologi. 24 Kompasiana, op cit hal 2. 25 Ibid. 26 Made Darma Weda, Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hal 1. Universitas Sumatera Utara Sutherland mengatakan kriminologi adalah keseluruhan ilmu-ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kejahatan sebagai gejala masyarakat. Termasuk terjadinya undang-undang dan pekanggaran atas itu. Sedangkan Michael dan Adle merumuskan bahwa kriminologi adalah keseluruhan keterangan tentang perbuatan dan sifat, lingkungan penjahat dan pejabat memperlakukan penjahat serta reaksi masyarakat, terhadap penjahat. 27 Kriminologi terbagi dalam dua arti, antara lain kriminologi dalam arti sempit yaitu ilmu pengetahuan yang membahas masalah-masalah kejahatan istimewa mengenai : a. Bentuk-bentuk kejahatan paenomenologi b. Sebab-sebab kejahatan aetiologi c. Akibat-akibat kejahatan penologi Kriminologi dalam arti luas adalah kriminologi dalam arti sempit ditambah dengan kriminalistik. 28 Dalam rangka mempelajari kejahatan, ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan, antara lain : 1 Pendekatan Deskriptif Yang dimaksud dengan pendekatan deskriptif adalah suatu pendekatan dengan cara melakukan observasi dan pengumpulan data yang berkaitan dengan fakta-fakta tentang kejahatan dan pelaku kejahatan seperti : 27 Simanjuntak dan Pasaribu, Kriminologi, Tarsito, Bandung, 1984, hal 27. 28 Ridwan Hasibuan, Kriminologi Dalam Arti Sempit dan Ilmu-Ilmu Forensik,USU pers, Medan, 1994, hal 7. Universitas Sumatera Utara a. bentuk tingkah laku kriminal, b. bagaimana kejahatan dilakukan, c. frekuensi kejahatan pada waktu dan tempat yang berbeda, d. ciri-ciri khas pelaku kejahatan, seperti usia, jenis kelamin, dan sebaginya, e. perkembangan karir seorang pelaku kejahatan. Di kalangan ilmuan, pendekatan deskriptif sering dianggap sebagai pendekatan yang bersifat sangat sederhana. Meskipun demikian pendekatan ini sangat bermanfaat sebagai studi awal sebelum melangkah pada studi yang bersifat lebih mendalam. 29 2 Pendekatan Sebab-Akibat. Pendekatan sebab-akibat berarti fakta-fakta yang terdapat di dalam masyarakat dapat ditafsirkan untuk mengetahui sebab-musabab kejahatan, baik dalam kasus-kasus yang bersifat individual maupun yang bersifat umum. Hubungan sebab-akibat dalam kriminologi berbeda dengan hubungan sebab-akibat yang terdapat dalam hukum pidana. Dalam hukum pidana, agar suatu perkara dapat dilakukan penuntutan harus dapat dibuktikan adanya hubungan sebab-akibat antara suatu perbuatan dengan akibat yang dilarang, sedangkan sebab-akibat dalam kriminologi yaitu sebab-akibat dicari setelah hubungan sebab- akibat dalam hukum pidana terbukti. Usaha untuk mengetahui kejahatan dengan 29 Made Darma Weda, opcit, hal 2. Universitas Sumatera Utara menggunakan pendekatan sebab-akibat ini dikatakan sebagai etiologi kriminil etiologi of crime. 30 3 Pendekatan Secara Normatif Kriminologi dikatakan sebagai idiographic-discipline dan nomothetic- discipline. Dikatakan sebagai “ideographic discipline”, karena kriminologi mempelajari fakta-fakta, sebab-akibat, dan kemungkinan-kemungkinan dalam kasus yang bersifat individual. Sedangkan yang dimaksud dengan “nomotethic- discipline” adalah bertujuan untuk menemukan dan mengungkapkan hukum- hukum yang bersifat ilmiah, yang diakui keseragaman dan kecenderungan- kecenderungannya. H. Bianchi menyatakan, apabila kejahatan itu merupakan konsep yuridis, berarti merupakan dorongan bagi kriminologi untuk mempelajari norma-norma. Oleh karena itu kriminologi merupakan disiplin yang normatif. 31

6. METODE PENELITIAN