Dampak Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Kriminologi di Kota Medan

(1)

DAMPAK KENAKALAN REMAJA DALAM PERSPEKTIF

KRIMINOLOGI DI KOTA MEDAN

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – tugas dan memenuhi Syarat – syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

SKRIPSI

Oleh :

AGRY DOLY PURBA NIM : 090200479

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA Diketahui/Disetujui oleh : Ketua Departemen Hukum Pidana

Dr.M.HAMDAN, SH.MH NIP.195703261986011001

Dosen pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Prof.Dr.Ediwarman, SH, M.Hum Nurmalawaty, SH, M.Hum NIP.195405251981031003 NIP.196209071988112001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelasaikan penulisan skripsi ini untuk menyelesaikan studi fakultas hukum Universitas Sumatera Utara yang merupakan kwajiban bagi setiap mahasiswa/i yang akan menyelesaikan perkuliahannya.

Adapun judul skripsi ini adalah ”Dampak Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Kriminologi di Kota Medan”. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dan bekerja keras dalam menyusun skripsi ini. Namun,penulis menyadari masih banyak kekurangan dari segi isi maupun penulisan dari skripsi ini.

Melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaikan skripsi ini,yaitu:

1. Tuhan Yang Maha Esa,atas berkat –Nya dan anugerah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sampai selesai.

2. Buat kedua orang tua tercinta, bapak T. Purba dan ibunda tercinta S.

Hutabarat. Terimakasih buat doa, dukungan, arahan, serta kasih sayang yang begitu besar, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Runtung,SH.M.Hum, selaku dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting,SH.M.hum, selaku Pembantu Dekan I


(3)

5. Bapak Syafruddin Hasibuan,SH.M.Hum,DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Muhammad Husni,SH.M.Hum, selaku Pembantu Dekan III

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Dr. Muhammad Hamdan,SH.MH, selaku Ketua Departemen

Hukum Pidana Universitas Sumatera Utara

8. Ibu Liza Erwina,SH.M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum

Pidana Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Prof. Dr. Ediwarman,SH.M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I

dalam penulisan skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan masukan-masukan bagi penulis sehingga dapat meyelesaikan skripsi ini.

10.Ibu Nurmalawati,SH.M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II dalam

penulisan skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan masukan-masukan bagi penulis sehingga dapat meyelesaikan skripsi ini.

11.Ibu Latifah SH,selaku dosen Pembimbing Akademik dalam penulisan

skripsi ini yang telah memberikan motivasi dalam penulisan skripsi.

12.Bapak/ibu pegawai dan dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan semangat dan arahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.


(4)

13.Buat abang dan adikku yang sangat saya sayangi abang Andrew Purba dan Angela Purba terimakasih buat doa,dukungan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

14.Buat PKPA (Pusat Kajian Perlindungan Anak) yang memberikan masukan

– masukan,data maupun informasi dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

15.Buat sahabat – sahabat tercinta di fakultas hukum universitas sumatera

utara, dan teman – teman lain stambuk 2009 dan terlebih anak pidana yang memberikan doa dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

16.Buat sahabat – sahabat Siantarmen, andri aden, daud purba, suranta,

yohannes, alex naga, samuel, dkk yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

17.Buat Zahara Dewi Puspa Sari Sinambela terimakasih atas doa,dukungan,

dan arahan yang kamu berikan, sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penulisan ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 8

E. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Kenakalan Remaja ... 9

2. Teori – Teori Mengenai Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja ... 13

3. Ruang Lingkup Kriminologi ... 18

4. Obyek Studi Kriminologi ... 22

F. Metode Penelitian ... 24

G. Sitematika Penulisan ... 27

BAB II. DAMPAK TERJADINYA KENAKALAN REMAJA DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI A. Dampak Kenakalan Remaja di Dalam Keluarga ... 28

B. Dampak Kenakalan Remaja di Dalam Pendidikan ... 34


(6)

BAB III FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KENAKALAN REMAJA DI KOTA MEDAN

A. Perkembangan Kenakalan Remaja ... 39 B. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja ... 45

1. Faktor Intenal 2. Faktor Eksternal

BAB IV. UPAYA PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI

A. Klasifikasi Kenakalan Remaja ... 52

B. Upaya – Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja Dalam

Perspektif Kriminologi ... 61

1. Upaya Preventif

2. Upaya Represif

3. Upaya Kuratif

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 69 B. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA ... 71


(7)

ABSTRAKSI

Agry Doly Purba*

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak kenakalan anak remaja baik di dalam keluarga, pendidikan dan pergaulan, faktor penyebab terjadinya kenakalan anak remaja yang untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya dan upaya – upaya penanggulangan kenakalan anak remaja dapat dibagi dalam upaya preventif, upaya represif dan upaya kuratif.

Prof.Dr. Ediwarman,SH.M.Hum**

Nurmalawati,SH.M.Hum***

Masalah kenakalan anak remaja dewasa ini semakin dirasakan meresahkan masyarakat,baik di negara - negara maju maupun negara - negara yang sedang berkembang. Dalam kaitan ini, masyarakat Indonesia telah mulai pula merasakan keresahan tersebut, terutama mereka yang berdomisili di kota – kota besar. Akhir – akhir ini masalah tersebut cenderung menjadi masalah nasional yang dirasa semakin sulit untuk dihindari, ditanggulangi dan diperbaiki kembali.

Keberadaan kenakalan anak remaja di Indonesia saat ini merambah segi – segi kriminal yang secara yuridis formal menyalahi ketentuan yang termasuk di dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) atau perundangan – perundangan pidana di luar KUHP, misalnya Undang – Undang Narkotika.

Untuk menjawab masalah tersebut maka metode penulis gunakan adalah metode gabungan antara penelitian hukum normative yaitu dengan melakukan penelitian kepustakaan yakni penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan – bahan kepustakaan, khususnya perundang – undangan dan kepustakaan hukum yang berkaitan dengan dampak kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi dan penelitian empiris dengan melakukan wawancara langsung dengan objek yang berhubung langsung.

* Mahasiswa Departemen Hukum Pidana

** Pembimbing 1, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara *** Pembimbing 1, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masalah kenakalan anak remaja dewasa ini semakin dirasakan meresahkan masyarakat, baik di negara - negara maju maupun negara - negara yang sedang berkembang. Dalam kaitan ini, masyarakat Indonesia telah mulai pula merasakan keresahan tersebut, terutama mereka yang berdomisili di kota – kota besar. Akhir – akhir ini masalah tersebut cenderung menjadi masalah nasional yang dirasa semakin sulit untuk dihindari, ditanggulangi, dan diperbaiki kembali.

Keberadaan kenakalan anak remaja di Indonesia saat ini merambah segi – segi kriminal yang secara yuridis formal menyalahi ketentuan yang termasuk di dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP), atau perundangan – perundangan pidana di luar KUHP, misalnya Undang – Undang Narkotika. Kondisi ini jauh lebih rumit daripada sekedar kondisi destruktif dalam perspektif norma – norma sosial dan susila.

“Disela - sela kondisi destruktif yang serba rumit itu, para ilmuwan, rohaniawan, pemuka masyarakat dan pemerintah telah berusaha secara ,maksimal untuk melakukan langkah – langkah nyata guna mencegah dan menanggulangi kenakalan remaja. Termasuk juga usaha memperbaiki kembali serta meresosialisasi anak – anak yang terlibat dalam kenakalan remaja. Walaupun usaha tersebut telah dilakukan secara intensif oleh pemerintah bersama

masyarakat,namun tingkat keberhasilannya masih tahap analisis”.2

2


(9)

Anak merupakan ujung tombak perubahan setiap zaman,seseorang anak yang di lahirkan dan di besarkan dalam lingkungan yang baik dengan perhatian dan bimbingan, kasih sayang yang diberikan oleh orang tua akan melahirkan suatu individu yang berkualiatas. Kenakalan sebagai salah satu bentuk problema sosial merupakan sebuah kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap lapisan masyarakat.

Analisa atau diagnosa terhadap kenakalan yang meningkat saat ini belum dapat dilakukan karena keadaan pengetahuan kriminologi ini belum tegas menentukan sebab, mengapa orang melakukan kenakalan, sehingga hanya baru dapat di cari faktor – faktor yang berkaitan dengan kondisi masyarakat tertentu pada masa tertentu pula, yang berhubungan erat dengan timbulnya kenakalan remaja.

Di Indonesia masalah kenakalan remaja dirasa telah mencapai tingkat yang cukup meresahkan bagi masyarakat. Kondisi ini memberi dorongan kuat kepada pihak – pihak yang bertanggung jawab mengenai masalah ini, seperti kelompok edukatif di lingkungan sekolah, kelompok hakim dan jaksa di bidang

penyuluhan dan penegakan kehidupan kelompok.3

Menurut Walter Luden,faktor – faktor yang berperan dalam timbulnya

kenakalan adalah :4

a. Gelombang urbanisasi remaja dari desa ke kota – kota jumlahnya cukup

besar dan sukar dicegah.

3

Ibid,hal 2

4

Ninik Widayanti-Panji Anaroga, Perkembangan Kenakalan dan Masalahnya Ditinjau dari Segi Kriminologi dan Sosial,Pradnya Paramita, Jakarta 1987,hal. 2


(10)

b. Terjadinya konflik antara norma adat pedesaan tradisional dengan norma – norma baru yang tumbuh dalam proses dan pergesaran sosial yang cepat, terutama di kota – kota besar.

c. Memudarnya pola – pola kepribadian individu yang terkait kuat pada pola

kontrol sosial tradisional, sehingga anggota masyarakat terutama remajanya menghadapi “samarpola” untuk melakukan perilakunya.

d. Berkembangnya kenakalan anak remaja yang disebabkan oleh dampak

negatif dari perubahan global yang cepat meliputi ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga anak melakukan perbuatan di luar kesadarannya. Kurangnya perhatian atau perlindungan serta perlakuan yang baik dan wajar dari keluarga dan lingkungan serta komunitas lainnya.

Masyarakat kota pada umumnya disibukkan oleh masalah – masalah bisnis dan tidak semakin perduli terhadap lingkungan sekitarnya dan menipisnya hubungan sosial dan rasa keperdulian terlebih – lebih terhadap masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Pihak lain yang ikut bertanggung jawab dalam proses pembinaan anak remaja adalah para pendidik di sekolah. Pembinaan ini dilakukan secara formal dalam proses belajar – mengajar, interaksi dalam proses belajar – mengajar ini bukan semata – mata menghasilkan hal – hal yang positif, akan tetapi ada pula dampak negatif yang tidak dapat dihindari.

Sikap negatif pendidik yang terjadi selama dalam proses belajar – mengajar akan berpengaruh negatif terhadap perkembangan mental anak.


(11)

Demikian pula interaksi sesama anak didik di sekolah tidak selalu menguntungkan bagi mereka, karena sering terjadi kebiasaan negatif seorang anak didik berpengaruh negatif pula bagi anak didik lain.

Kondisi negatif yang sangat kompleks ini merupakan entitas yang realistik di

lingkungan sekolah, terutama di kota – kota besar.5

1. Mengganggu ketertiban dan kenyamanan orang lain

Karena itu, perlu adanya tindakan – tindakan dan perilaku khusus dari para pendidik agar kondisi lingkungan sekolah dapat menjamin tersedianya lingkungan yang sehat, baik secara fisik maupun secara psikis. Kemiskinan atau masalah ekonomi, penyebab anak putus sekolah juga disebabkan oleh kondisi sekolah yang tidak menyenangkan, termasuk pengajaran yang sangat rendah, kondisi tenaga pengajar yang juga memprihatinkan. Anak – anak miskin, di samping gedung sekolah yang tidak memenuhi syarat dan jarak sekolah yang terlalu jauh.

Munculnya kenakalan anak remaja tanpa disadari dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain :

2. Dapat membahayakan dirinya

3. Memberikan kondisi yang subur bagi tumbunya kriminalitas

4. Memberikan kesan yang kurang baik terhadap eksistensi bangsa dan

negara

5


(12)

Kenakalan remaja tersebut meliputi perbuatan – perbuatan yang sering menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat, sekolah maupun keluarga. Contoh yang sangat sederhana dalam hal ini antara lain pencurian oleh remaja, perkelahian di kalangan sekolah, mengganggu wanita di jalan yang pelakunya anak remaja.

Demikian juga sikap anak yang memusuhi orang tua dan sanak saudaranya, atau perbuatan – perbuatan lain yang tercela seperti menghisap ganja, mengedarkan pornografis dan coret – coret tembok pagar yang tidak pada tempatnya.

Kenakalan – kenakalan yang dilkukan oleh anak – anak dan remaja seyogiyanya diupayahkan penanggulangan secara sunguh – sunguh dalam arti penanggulangan yang setuntas – tuntasnya, upaya ini merupakan aktivitas yang pelik apabila ditinjau secara integral, akan tetapi apabila ditinjau secara terpisah – pisah maka upaya ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara profesional yang menuntut ketekunan dan berkesinambungan dari suatu kondisi menuju kondisi yang lain.

Langkah perdana dalam upaya kompleks ini dapat dilakukan dengan memberi penjelasan secara luas dan rinci kepada anak – anak remaja tentang beberapa aspek yuridis yang relevan dengan perbuatan nakal yang kerap kali mereka lakukan. Dengan demikian, anak remaja akan dapat memiliki pemahaman, penghayatan dan perilaku hukum yang sehat.


(13)

Di samping aspek kesadaran hukum, ada aspek lain yang membimbing kaum remaja untuk dapat menjadi anggota masyarakat dengan perilaku positif. Internalisasi nilai – nilai kaidah sosial dan internalisasi nilai – nilai agama dapat mendidik kaum remaja memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan memiliki penghayatan serta perilaku yang sesuai dengan perintah agama, sedangkan terhadap larangan agama yang dianutnya tetap meninggalkan.

Perspektif ini akan mampu memberi sumbangan positif bagi terwujudnya kehidupan sosial serta lingkungan yang sehat secara material maupun secara moral.

Ditinjau dari aspek sosiologis anak remaja dituntut secara moral memiliki rasa solidaritas sosial yang tebal sehingga mereka merasa ikut memiliki kehidupan sosial dan ikut bertanggung jawab atas keamanan, ketertiban, ketentraman dan kedamaian dalam kelangsungan hidup kelompok sosialnya. Pencapaian kondisi sosial ini penting sekali terutama dalam rangka upaya dasar melakukan prevensi (pencegahan) dan penanggulangan terhadap kenakalan anak

remaja.6

6

Ibid ,hal. 6

Langkah – langkah positif tersebut memerlukan partipasi banyak pihak agar manfaat maksimal dapat dicapai, upaya preventif dan upaya – upaya lain yang relevan perlu keikutsertataan masyarakat agar penyebarluasannya dapat mencapai sebagian terbesar anggota masyarakat, khususnya anak – anak remaja.


(14)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun permasalahan yang dibahas penulis dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Bagaimana dampak terjadinya kenakalan remaja dalam perspektif

kriminologi?

b. Bagaiamana faktor – faktor terjadinya kenakalan remaja di kota Medan?

c. Bagaiamana upaya penanggulangan kenakalan remaja dalam perspektif

kriminologi?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

a.Untuk lebih mengetahui dampak terjadinya kenakalan remaja dalam

perspektif kriminologi

b.Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor penyebab terjadinyanya

kenakalan anak remaja di Kota Medan

c.Untuk mengetahui upaya penanggulangan kenakalan remaja dalam

perspektif kriminologi

Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:

a.Manfaat teoritis

Penulis berharap karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kalangan akademis, dan dapat menambah perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya yang membutuhkan informasi mengenai dampak kenakalan


(15)

anak remaja dan apa upaya yang dapat dilakukan menanggulangi kenakalan anak remaja.

b. Manfaat praktis

Secara praktis skripsi ini diharapkan dapat menjadi menambah wawasan dan cakrawala bagi pihak – pihak yang terkait dalam melakukan suatu tindak pidana yang melanggar hukum yang berkaitan dengan kenakalan remaja dan skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi aparat penegak hukum dalam menanggulangi kenakalan anak remaja.

D. Keaslian Penulisan

Keaslian penulisan skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran dengan mengambil panduan dari buku – buku dan sumber lain yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Adapun yang menjadi judul penulisan skripsi ini adalah “DAMPAK KENAKALAN ANAK REMAJA DITINJAU DARI ASPEK KRIMINOLOGI DI KOTA MEDAN”.

Adapun yang sama tetapi pembahasannya berbeda baik masalah,tujuan, dan metodenya. Yang telah diperiksa di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul yang berkaitan antara lain sebagai berikut:

1. Nama: Rickson P. Hutabarat

Judul : Tinjauan aspek kriminologi terhadap kenakalan anak jalanan di kota Medan


(16)

2. Nama: Yudika D. Margaretha Hutabarat

Judul : Faktor pendorong kenakalan remaja geng motor di kota Medan ditinjau dari aspek kriminologi

3. Nama: Rahmat Alfian Panggabean

Judul : Faktor – faktor yang mempengaruhi kenakalan anak ditinjau dari aspek hukum perlindungan anak (studi di Pusat Kajian dan

Perlindungan Anak) 4. Nama: Sinuraya Marpaung

Judul : Dampak sarana hiburan terhadap kejahatan remaja di kota Medan

E. Tinjauan Kepustakaan

a. Gambaran Kenakalan Remaja

Anak – anak adalah sumber potensial dari suatu negara yang besar. Apabila mereka gagal untuk menyumbangkan darma baktinya kepada kesejeteraan umum, atau yang lebih menyedihkan lagi bila mereka hanya menjadi perusak dan penghalang, maka masyarakat tidak akan mengalami kemajuan

bahkan sebaliknya hanya akan mendapatkan kehancuran.7

Anak dan generasi muda adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena anak merupakan bagian dari generasi muda. Selain anak, di dalam generasi muda ada yang disebut remaja dan dewasa. Generasi muda terdiri atas masa kanak – kanak umur 0 – 12 tahun, masa remaja 13 – 20 tahun dan masa dewasa 21 – 40 tahun.

7


(17)

Masa remaja dimulai dari usia 10 tahun sampai dengan 20 tahun. Masa remaja adalah masa goncang karena banyaknya perubahan yang terjadi dan tidak stabilnya emosi yang kadang – kadang menyebabkan timbulnya sikap dan tindakan yang oleh orang dewasa dinilai sebagai perbuatan nakal.

Mengenai batas umur bagi para remaja yang berlaku di Indonesia perlu pula mendapat perhatian khusus, batas umur tertinggi untuk para remaja menurut KUH Perdata adalah 21 tahun sedangkan menurut KUH Pidana adalah 16 tahun. Mengenai batas umur terendah di Indonesia belum ada kepastian, demi adanya kepastian hukum maka batas umur bagi remaja sangat perlu mendapat keseragaman agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam pengambilan tindakan.

Kenakalan remaja sering disebut dalam bahasa Inggris dengan Juvenile

delinquency, kata delinquency berasal dari kata latin delinquere yang berarti mengingkari yang dalam arti luasnya dapat diinterpretasikan sebagai Penginkaran atau penyimpangan terhadap pola – pola tingkah laku yang telah diterima di suatu masyarakat.

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa, istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

Anak remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak – anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.


(18)

Pada masa remaja merupakan masa seorang anak mengalami perubahan cepat dalam segala bidang, perubahan tubuh, perasaan, kecerdasan, sikap sosial dan kepribadian.

Masa remaja adalah masa goncang karena banyaknya perubahan yang terjadi dan tidak stabilnya emosi yang kadang – kadang menyebabkan timbulnya

sikap dan tindakan yang oleh orang dewasa dinilai perbuatan nakal.8

Adapun macam dan bentuk – bentuk kenakalan yang dilakukan oleh anak dibedakan menjadi beberapa macam:

Di samping itu kenakalan remaja juga disebabkan karena pengaruh lingkungan, terutama lingkungan di luar rumah. Kebanyakan remaja senang bermain di luar rumah, berkumpul dengan teman – temannya baik teman di sekitar rumah, teman satu sekolah atau teman satu kelompok, kalau teman – temannya di lingkungan tersebut berbuat tidak baik, biasanya si anak terpengaruh sikapnya, tanpa menilai terlebih dahulu.

Sikap yang mudah terpengaruh ini tidak terlepas dari perkembangan pribadi si remaja. Kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan yang di lakukan kaum remaja yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku di masyarakat.

9

1. Kenakalan biasa

2. Kenakalan yang menjurus pada tindak kriminal

3. Kenakalan khusus

8

Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta, 2007 hal. 4

9

Akirom Syamsudin Meliala dan E. Sumarsono, cetakan pertama, Kenakalan Anak Suatu Tinjauan dari Psikologi dan Hukum, Liberti,Yogyakarta,1985,hal. 20


(19)

Ad. 1 Kenakalan biasa

Kenakalan biasa adalah bentuk kejahatan yang berupa berbohong, pergi keluar rumah tanpa pamit kepada kedua orang tuanya, keluyuran, berkelahi dengan teman, suka bolos, suka menipu, suka terlambat ke sekolah, dan lain sebagainya.

Ad. 2 Kenakalan yang menjurus pada tindak kriminal

Adalah suatu bentuk kenakalan remaja yang merupakan perbuatan pidana, berupa kenakalan yang meliputi : mencuri, menganiaya, menodong, mencopet, menggugurkan kandungan, membunuh, memperkosa, berjudi, dan mengedarkan film porno, atau menggandakan serta mengedarkan obat – obatan terlarang, dan lain sebagainya.

Ad. 3 kenakalan khusus

Kenakalan khusus adalah kenakalan yang diatur dalam undang – undang

pidana khusus, seperti kenakalan di internet (cyber crime), kenakalan terhadap

HAM. Bentuk lain dari kenakalan remaja berdasarkan ciri kepribadian,yang mendorong mereka menjadi tidak terkontrol.

Anak – anak muda ini umumnya bersifat labil, sangat emosional, agresif, tidak mampu mengenal nilai – nilai etis dan cenderung suka menceburkan diri dalam perbuatan yang berbahaya.


(20)

b. Teori – Teori Mengenai Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja Kejahatan remaja yang merupakan gejala penyimpangan dan patologis secara sosial itu juga dapat dikelompokkan dalam satu kelas detektif secara sosial dan mempunyai sebab – sebab – musabab yang majemuk, jadi sifatnya multi – kausal. Para sarjana menggolongkannya menurut beberapa teori, sebagai berikut :10

c. Melalui pewarisan kelemahan konstitusional jasmaniah tertentu yang menimbulkan tingkah – laku delinkuen atau sosiopatik. Misalnya cacat jasmaniah bawaan brachyda ctylisme (berjari – jari pendek) dan diebetes

1. Teori Biologis

Tingkah – laku sosiopatik atau delinkuen pada anak – anak dan remaja dapat muncul karena faktor – faktor fisiologis dan struktur jasmaniah seseorang, juga dapat oleh cacat jasmaniah yang dibawa sejak lahir. Kejadian ini berlangsung:

a. Melalui gen atau plasma pembawa sifat dalam keturunan, atau melalui kombinasi gen, dapat juga disebabkan oleh tidak adanya gen tertentu, yang semuanya bisa memunculkan penyimpangan tingkah – laku dan anak – anak menjadi delinkuen secara potensial.

b. Melalui pewarisan tipe – tipe kecenderungan yang luar biasa (abnormal), sehingga membuahkan tingkah laku delinkuen.

10 Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Anak, Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal. 25


(21)

insipidius (sejenis penyakit gula) itu erat berkorelasi dengan sifat – sifat

kriminal serta penyakit mental.11

Anak – anak delinkuen itu melakukan banyak kejahatan didorong oleh konflik batin sendiri. Jadi mereka mempratekkan konflik batinnya untuk mengurangi beban tekanan jiwa sendiri lewat tingkah – laku agresif, impulsif dan primitif. Karena itu kejahatan mereka pada umumnya erat berkaitan dengan 2. Teori Psikogenis

Teori ini menekankan sebab – sebab tingkah – laku delinkuen anak – anak dari aspek psikologis atau isi kejiwaannya. Antara lain faktor inteligensi, ciri kepribadian, motivasi, sikap – sikap yang salah, fantasi, rasionalisasi, internalisasi diri yang keliru, konflik batin, emosi yang kontroversial, kecenderungan psikopatologis, dan lain – lain.

Argument sentral teori ini ialah sebagai berikut : delinkuen merupakan “bentuk penyelasaian” atau kompensasi dari masalah psikologis dan konflik batin dalam menanggapi stimuli eksternal/ sosial dan pola – pola hidup keluarga yang patologi. Kurang lebih 90% dari jumlah anak – anak delinkuen berasal dari keluarga berantakan (broken home).

Kondisi keluarga yang tidak bahagia dan tidak beruntung, jelas membuahkan masalah psikologis personal dan adjustmen ( penyesuain diri ) yang terganggu pada diri anak – anak, sehingga mereka mencari kompensasi di luar lingkungan keluarga guna memecahkan kesulitan batinnya dalam bentuk perilaku delinkuen.


(22)

tempramen, konstitusi kejiwaan yang galau semrawut, konflik batin dan frustasi yang akhirnya ditampilkan secara spontan keluar.

Akibat kelalaian orang tua dalam mendidik anak – anaknya dan tidak adanya kontrol yang terus – menerus, serta tidak berkembangnya disiplin – diri, ketiga hal tersebut dengan mudah membawa anak tersebut pada lingkungan sosial yang tergabung dalam gang – gang.

Mereka lalu belajar melakukan adaptasi terhadap masyarakat secara normal, namun justru beradaptasi terhadap masyarakat yang jahat dan menyimpang dari norma – norma sosial. Biasanya anak – anak itu juga ditambahi beban ekstra berupa tekanan – tekanan batin, sakit karena pengaruh alkohol dan bahan – bahan narkotik, dan gangguan mental tertentu.

3. Teori Sosiogenis

Para sosiolog berpendapat penyebab tingkah – laku kenakalan pada anak – anak remaja ini adalah murni sosiologis atau sosial – psikologis sifatnya. Misalnya disebabkan oleh pengaruh struktur sosial yang deviatif, tekanan kelompok, peranan sosial, status sosial atau oleh internalisasi simbolis yang keliru.

Maka faktor – faktor kultural dan sosial itu sangat mempengaruhi, bahkan mendominasi struktur lembaga – lembaga sosial dan peranan sosial setiap individu di tengah masyarakat, status individu di tengah kelompoknya partipasi sosial, dan pendefinisian – diri atau konsep – dirinya.

Jadi sebab – sebab kejahatan anak remaja itu tidak hanya terletak pada lingkungan familial dan tetangga saja, akan tetapi terutama sekali disebabkan oleh


(23)

konteks kulturalnya. Maka kariel kejahatan anak – anak itu jelas dipupuk oleh lingkungan sekitar yang buruk dan jahat, ditambah dengan kondisi sekolah yang kurang menarik bagi anak – anak bahkan adakalahnya justru merugikan perkembangan pribadi anak.

Karena itu, konsep – kunci untuk dapat memahami sebab – musabab terjadinya kenakalan remaja itu ialah: pergaulan dengan anak – anak muda lainnya

yang sudah delinkuen.12

Karena itu sumber utama kemunculan kejahatan remaja ialah subkultur – subkultur delinkuen dalam konteks yang lebih luas dan kehidupan masyarakat slum. Fakta juga menunjukkan, bertambanya jumlah kenakalan remaja terjadi pada masyarakat dengan kebudayaan konflik tinggi, dan terdapat di negara – negara yang mengalami banyak perubahan sosial yang serba cepat.

4. Teori Subkultural Delinkensi

Menurut teori subkultural ini, sumber kenakalan remaja ialah: sifat – sifat suatu struktur sosial dengan pola budaya (subkultural) yang khas dari lingkungan familial, tetangga dan masyarakat yang didiami oleh para remaja delinkuen tersebut.

Sifat – sifat masyarakat tersebut antara lain ialah: a. punya populasi yang padat,

b. status sosial – ekonomis penghuninya rendah, c. kondisi fisik perkampungan yang sangat buruk

d. banyak disorganisasi familial dan sosial bertingkat tinggi.


(24)

Daerah yang mengalami proses perubahan cepat itu antara lain ialah : daerah pelabuhan, basis militer, kawasan industri, pusat perdagangan, ibukota, pangkalan udara dan laut, dan sebagainya. Karena itu negara – negara yang sangat maju secara ekonomis dan teknologi juga mempunyai tingkat kenakalan remaja paling tinggi di dunia. Dengan begitu ada hubungan yang erat antara tingkat kenakalan remaj dengan siklus kesejeteraan dan depresi ekonomisnya.

Remaja banyak yang menjadi nakal disebabkan faktor kejemuan dan kejenuhan (jenuh hidup di tengah kemakmuran). Kemewahan dan kemakmuran membuat anak tadi menjadi terlalu manja, lemah secara mental, bosan karena terlalu lama mengangur, tidak mampu memanfaatkan waktu kosong dengan perbuatan yang bermanfaat, dan terlalu enak hidup santai.

Maka dalam iklim subkultur makmur – santai tadi anak – anak remaja ini menjadi agresif dan memberontak, lalu berusaha mencari kompensasi bagi kehampaan jiwanya dengan melakukan perbuatan delinkuen jahat yang “hebat – hebat”.

“Tipe lain dari tingkah – laku kejahatan remaja ialah: kerusuhan dan kejahatan yang dilakukan pada musim liburan sekolah, berupa perusakan milik orang lain, dengan sengaja melanggar otoritas orang dewasa dan moralitas konvensional, disertai kejahatan impulsif dan agresif. Pada prinsipnya tindak kenakalan remaja mereka itu tidak menjadi tujuan primer mereka, akan tetapi merupakan akibat dari

keisengan dan keliaran anak – anak muda”.13


(25)

Faktor lingkungan itu dapat meliputi sifat individu yang diperoleh sebagai warisan dari orang tuanya, keadaan badaniah, kelamin, umur, intelek, tempramen, dan kesehatan.

3. Ruang Lingkup Kriminologi

Kriminologi merupakan sarana ilmiah bagi studi kejahatan dan

penjahat. Dalam wujud ilmu pengetahuan kriminologi merupakan “the body of

knowledge” yang ditunjang oleh ilmu pengetahuan dan hasil penelitian berbagai disiplin ilmu,sehingga aspek pendekatan terhadap objek studinya luas sekali, dan secara inter – disipliner dari ilmu – ilmu sosial dan humaniora serta dalam pengertian yang luas, mencakup pula kontribusi dari ilmu – ilmu eksakta.

Menurut Bonger, ruang lingkup studi kriminologi dibedakan antara kriminologi murni dan kriminologi terapan.

1. Ruang lingkup kriminologi murni, meliputi: a. Antropologi kriminal

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti mengenai manusia yang jahat dari tingkah laku, karakter dari sifat dan ciri tubunya seperti apa, juga meneliti apa ada hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan dan seterusnya.

Apakah tingkah laku dan budaya masyarakat yang dapat menimbulkan kejahatan dan melahirkan pelaku – pelaku kejahatan. b. Sosiologi Kriminal

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meniliti kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat untuk mengetahui sampai dimana sebab -


(26)

sebab kejahatan dalam masyarakat. Apakah masyarakat yang melahirkan kejahatan termasuk kepatuhan dan ketaatan masyarakat terhadap peraturan perundang – undangan. Apakah norma – norma

masyarakat tidak berfungsi dalam mencegah kejahatan.14

14 H.R. Abdussalam, kriminologi, Restu Agung, Jakarta,2007, hal. 9 c. Psikologi kriminil

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dari sudut kejiwaannya. Apakah kejiwaannya yang melahirkan kejahatan atau karena lingkungan atau sikap masyarakat yang mempengaruhi kejiwaan, sehingga menimbulkan kejahatan.

d. Psikopatologi dan neuropatologi kriminil

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dan penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf. Apakah sakit jiwa atau urat syaraf yang menimbulkan kejahatan dan kejahatan apa yang timbul akibat sakit jiwa atau urat syaraf.

e. Penologi

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dari penjahat – penjahat yang telah dijatuhi hukuman.

Apakah penjahat yang dijatuhi hukuman tersebut akan menjadi warga masyarakat yang baik atau masih melakukan kejahatan, bahkan mungkin lebih meningkat kualitas kejahatannya. Apakah pemidanaan dikaitkan dengan latar belakang dan adanya keseimbangan antara pemidanaan dengan kejahatan yang dilakukan.


(27)

2. Ruang lingkup kriminologi terapan, meliputi:15

Untuk mengungkap kejahatan, menerapkan teknik pengusutan dan penyidikan secara scientific. Dalam mengungkap kejahatan dengan menggunakan scientific criminalistik antara lain yaitu identifikasi, laboratorium kriminal, alat mengetes golongan darah (DNA), alat a. Higiene kriminil

Tujuannya untuk mencegah terjadinya kejahatan, maka usaha – usaha pemerintah yaitu menerapkan undang – undang secara konsisten, menerapkan sistem jaminan hidup dan kesejahteraan yang dilkukan semata – mata untuk mencegah timbulnya kejahatan. Apakah menu dan jenis makanan yang dapat menimbulkan kejahatan serta sejauhmana pemerintah memperhatikan hygiene warganya untuk mencegah terjadinya kejahatan.

b. Politik kriminil

Pencurian dan penjambretan banyak dilakukan oleh para penganggurpenganggur yang tidak memiliki pendidikan dan keterampilan kerja, maka pemerintah harus melaksanakan program pendidikan keterampilan kepada para penganggur sesuai dengan bakat yang dimiliki dan menyediakan pekerjaan serta penampungannya. c. Kriminalistik


(28)

mengetest kebohongan, balistik, alat penentu keracunan, kedokteran kehakiman, forensic toksionology, dan lain – lain scientific kriminalistik lainnya sesuai dengan perkembangan kriminologi.

Sutherland, kriminologi meliputi ruang lingkup: 1. Sosiologi hukum

Iimu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan terhadap kondisi – kondisi masyarakat yang mempengaruhi perkembangan hukum pidana.

Kepatuhan dan ketaatan masyarakat terhadap hukum positif atau peraturan perundang – undangan serta meneliti norma – norma hukum

positif dalam masyarakat yang menimbulkan kejahataan.16

16 Ibid, hal. 12

2. Etiologi kejahatan

Iimu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti mencari sebab – musabab kejahatan. Yang diteliti adalah latar belakang akibat serta faktor yang menimbulkan kejahatan.

Dengan mengetahui etiologi kejahatan tersebiut dapat mencegah untuk meniadakan atau mengurangi kejahatan.

3. Penologi

Ilmu yang mempelajari dan meneliti perkembangan penerapan hukuman termasuk manfaatnya dan faedahnya bagi penjahat maupun masyarakat.


(29)

4. Obyek Studi Kriminologi

Obyek studi kriminologi meliputi kejahatan, pelaku atau penjahat dan reaksi masyarakat terhadap kejahatan dan pelaku atau penjahat.

1. Kejahatan

Untuk mempelajari dan meneliti kejahatan menurut hukum (yuridis) dan

menurut non hukum (yuridis) atau menurut sosiologis. a. Kejahatan menurut hukum (yuridis)

“Sutherland, kejahatan sebagai perbuatan yang telah ditetapkan oleh negara

sebagai kejahatan dalam hukum pidananya dan diancam dengan satu sanksi”.17

17Ibid, hal. 15

Dalam buku referensi dari Anglo saxon, kejahatan menurut hukum

dikelompokkan dalam istilah conventoinal crime yaitu kejahatan (tindak pidana)

yang dicantumkan dalam KUHP.

Istilah victimless crime (kejahatan tanpa korban, meliputi pelacuran, perjudian, pornografi, pemabukan dan penyalahgunaan narkoba yang diatur dalam

peraturan perundangan – undangan tersendiri. Istilah white collar crime

(kejahatan kerah putih) meliputi tindak pidana korupsi, pelanggaran pajak, dan penyalahgunaan wewenang yang dilkukan oleh tingkat elite dikenal dengan istilah korupsi, kolusi dan nepotisme.

b. Kejahatan menurut non hukum (yuridis) atau kejahatan menurut sosiologis Kejahatan merupakan suatu perilaku manusia yang diciptakan oleh masyarakat. Walaupun masyarakat memiliki berbagai macam perilaku yang berbeda – beda, akan tetapi memiliki pola yang sama.


(30)

Gejala kejahatan terjadi dalam proses interaksi antar bagian – bagian dalam masyarakat yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perumusan tentang kejahatan dengan kelompok – kelompok masyarakat mana yang memang

melakukan kejahatan.18

18 Ibid, hal. 17

Kejahatan (tindak pidana) tidak semata – mata dipengaruhi oleh besar kecilnya kerugian yang ditimbulkan atau karena bersifat amoral, melainkan lebih dipengaruhi oleh kepentingan – kepentingan pribadi atau kelompoknya, sehingga perbuatan – perbuatan tersebut merugikan kepentingan masyarakat luas, baik kerugian materi maupun kerugian/bahaya terhadap jiwa dan kesehatan manusia, walaupun tidak diatur dalam undang – undang pidana.

2. Pelaku atau penjahat

Penjahat atau pelaku kejahatan merupakan para pelaku pelanggar hukum pidana dan telah diputus oleh pengadilan atas pelanggarannya dan dalam hukum pidana dikenal dengan istilah narapidana.

Dalam mencari sebab – sebab kejahatan, kriminologi positive, dengan asumsi dasar bahwa penjahat berbeda dengan bukan penjahat, perbedaan mana ada pada aspek biologik, psikologis, maupun sosio – kultural.

Oleh karena itu dalam mencari sebab – sebab kejahatan dilakukan terhadap narapidana atau bekas narapidana, dengan cara mencarinya pada ciri – ciri biologiknya dan aspek kultural.


(31)

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Metode Pendekatan

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan metode yuridis normative dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normative dimaksudkan untuk melakukan pengkajian terhadap hukum pidana dan penerapan pidana badan sebagai sarana kebijakan hukum pidana, dalam rangka pembangunan dan pembaharuan hukum pidana di Indonesia, yaitu : pendekatan yang bertitik tolak dari ketentuan peraturan perundang – undang dan diteliti dilapangan untuk

memperoleh faktor pendukung dan hambatannya.19

Pendekatan yuridis normative ini merupakan pendekatan dengan berdasarkan norma – norma atau peraturan perundang – undangan yang mengikat serta mempunyai konsekuensi hukum yang jelas.

Melalui pendekatan yuridis normative ini diharapkan dapat mengetahui tentang Undang – Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang dapat diterapkan dalam mengkaji dan membahas permasalahan – permasalahan dalam penelitian ini. Pendekatan yuridis empiris dimaksudkan untuk melakukan penelitian terhadap dampak kenakalan remaja melalui wawancara pada lembaga perlindungan anak yakni PKPA ( Pusat Kajian Perlindungan Anak ).

19 Soerjono Soekanto dan Sri Mumujdi, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta, Rajawali, 1985, halaman 17


(32)

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum yang bersifat deskriptif. Jenis penelitian ini bertujuan mendiskripsikan atau mengambarkan tentang suatu peristiwa yang lebih luas dan umum. Sehingga penelitian ini mencoba menggambarkan dan menjelaskan dampak kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer, sumber data sekunder, dan sumber data tersier. Sumber data primer adalah asal data yang diperoleh langsung dari sumbernya, sumber data sekunder adalah asal data yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya dan sumber data tersier adalah data yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Dalam hal ini sumber data primernya adalah bang Iwan S.H, selaku salah satu pegawai di PKPA ( Pusat Kajian Perlindungan Anak ). Sedangkan sumber data sekundernya adalah berupa buku – buku literatur tentang kenakalan remaja, catatan – catatan yang relevan, koran, Undang – undang, majalah, serta hasil riset yang berhubungan dengan permasalahan yang dikemukakan dan sumber data tersiernya adalah seperti Kamus Besar Indonesia, serta kamus – kamus keilmuan lainnya.

4. Prosedur Pengumpulan dan Pengelolahan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dua cara yaitu studi lapangan, dengan memperoleh data – data


(33)

tentang dampak kenakalan remaja di PKPA ( Pusat Kajian Perlindungan Anak ), kemudian studi kepustakaan. Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer atau data yang langsung dari sumbernya dengan mengadakan wawancara dan observasi. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Dalam wawancara ini pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal. Wawancara dilakukan dengan Iwan S.H selaku staf pegawai PKPA ( Pusat Kajian Perlindungan Anak ) di

Medan.20

Analis data adalah proses menafsirkan atau memaknai suatu data. Analisis data sebagai tindak lanjut proses pengelolahan data merupakan pekerjaan seorang peneliti yang memerlukan ketelitian dan pencurahan daya pikir secara optimal dan secara nyata kemapuan metodelogis peneliti diuji.

Kemudian studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data sekunder atau data yang tidak langsung dari sumbernya dengan metode documenter, yaitu dengan cara membaca dan menelaah buku – buku literatur, Undang – undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, serta hasil penelitian yang ada hubungannya dengan judul skripsi saya ini.

5. Analisis Data

21

20 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, 1996, halaman 72

21 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2002, halaman 7

Hasil analisis ini diharapkan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam skripsi ini dan akhirnya dapat digunakan untuk menarik suatu kesimpulan serta memberikan saran seperlunya. Adapun analisis data yang saya lakukan adalah menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan


(34)

secara lengkap kualitas dan karateristik dari data – data yang sudah terkumpul dan sudah dilakukan pengelolahan, kemudian dibuat kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini dibagi atas 5 (lima) bab, yang tiap bab dibagi pula atas beberapa sub bab yang disesuaikan dengan isi dan maksud dari penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini secara singkat adalah sebagai berikut.

Bab I : “Pendahuluan” adalah sebagai bab pengantar dari permasalahan, terdiri dari 7 (tujuh) sub bab yaitu : Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II : “Dampak terjadinya kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi” yang terdiri dari 3 (tiga) sub bab yaitu : dampak kenakalan remaja di dalam keluarga, dampak kenakalan remaja di dalam pendidikan dan dampak kenakalan remaja di dalam pergaulan.

Bab III: “Faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja di kota Medan” yang terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu : perkembangan kenakalan remaja dan faktor penyebab kenakalan remaja.

Bab IV: “Upaya penanggulangan kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi” yang terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu : klasifikasi kenakalan remaja dan upaya – upaya penanggulangan kenakalan anak remaja.

Bab V : “Kesimpulan dan saran”, bab ini merupakan penutup dari keseluruhan materi skripsi yang terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu : kesimpulan dan saran.


(35)

BAB II

DAMPAK TERJADINYA KENAKALAN REMAJA DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI

A. Dampak Kenakalan Remaja Di Dalam Keluarga

Kenakalan adalah perilaku yang selalu menarik untuk dibicarakan. Kenakalan tidak pandang bulu, artinya bisa melanda siapa saja, kapan saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, latar belakang, pendidikan, jenis kelamin, atau status sosial. Setiap orang mempunyai kenakalannya sendiri yang ekspresinya muncul dalam berbagai bentuk, baik terang – terangan maupun tersamar.

Keluarga adalaha unit sosial yang paling kecil yang peranannya besar sekali terhadap perkembangan anak. Jadi anak tergantung sepenuhnya kepada keluarga. Keluarga sangat berperan besar pada kehidupan anak, karena keluargalah yang langsung dan tidak langsung berhubungan terus menerus dengan anak, memberikan perangsang melalui berbagai corak komunikasi antara orangtua dan anak.

Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal yang mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. Ada kalanya orangtua bertindak atau bersikap sebagai patokan untuk ditiru oleh anak dan meresap dalam diri anak tersebut dan menjadi bagian dari kebiasaan bersikap, bertingkah laku dan bagian dari kepribadiannya. Keluarga masa kini sudah banyak kehilangan fungsi dan artinya sebagai keluarga.


(36)

Sebagai fungsi pendidikan yang sudah di serahkan kepada lembaga – lembaga pendidikan seperti sekolah, membuat orang tua tidak lagi berperan dalam perkembangan intelektual anak.

Fungsi rekreasi juga sudah jadi berpindah dari pusat dalam keluarga ke tempat hiburan – hiburan di luar rumah, baik bagi anak maupun orang tuanya. Dengan demikian fungsi keluarga menjadi sangat berkurang dan arti keluarga dan ikatannya seolah – olah mengalami guncangan.

Agar terjaminnya hubungan yang baik dalam keluarga, dibutuhkan peran aktif orang tua untuk membina hubungan – hubungan yang serasi dan harmonis antara semua pihak dan keluarga. Berbagai macam masalah umum tidak akan menjadi masalah dan tidak akan menyebabkan penderitaan bila mana

ditangani seawal mungkin, yakni penanganan masalah dalam keluarga.22

Dalam kenyataannya pola kehidupan keluarga dan masyarakat dewasa ini jauh berbeda dibandingkan dengan pola kehidupan beberapa tahun silam. Terjadi berbagai pergeseran dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Bertambahnya penduduk yang semakin pesat,

Hambatan eksternal adalah dengan berbagai ciri khusus mengenai peranan yang sangat besar terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian dalam anak apalagi kalau tidak didukung oleh kepribadian dasar yang terbentuk dalam keluarga. Kegoncangan memang timbul, karena setiap manusia berhadapan dengan berbagai perubahan yang ada dalam masyarakat.

22 Ny. Singgih, Psikologi Untuk Keluarga, Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia, 2003, hal.20


(37)

khususnya di kota – kota besar, menimbulkan ruang hidup dan ruang lingkup

kehidupan menjadi bertambah sempit.23

23 Hasil wawancara denga Iwan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak di Kampung Susuk Ujung pada tanggal 11 Mei 2013

Tanpa mengikuti penyesuaian terhadap perubahan dengan corak yang baru yang mungkin jauh berbeda dengan yang lama, akan mengalami kesenjangan yang sering menimbulkan macam – macam kesulitan dan persoalan. Terlalu kaku untuk mempertahankan pola lama akan sering menimbulkan masalah dalam keluarga maupun masyarakat.

Sebaliknya, terlalu mengikuti arus juga bisa menimbulkan kecanggungan, disamping menunjukan kurang adanya prinsip yang kuat, gambaran kepribadian yang mantab karena mudah mengikuti dan berpengaruh oleh rangsangan dari lingkungannya.

Lingkungan pergaulan buat anak adalah sesuatu yang harus dimasuki karena lingkungan pergaulan seseorang anak bisa terpengaruh kepada kepribadiannya, tentunya diharapkan terpengaruh oleh hal – hal yang baik, di samping bahwa lingkungan pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam perkembangan diri untuk hidup bermasyarakat.

Karena itu, lingkungan masyarakat sewajarnya menjadi perhatian semua orang, agar bisa menjadi lingkungan yang baik yang bisa meredam dorongan – dorongan negatif atau patologi pada anak maupun remaja. Upaya perbaikan lingkungan sosial membutuhkan kerja sama yang terpadu dari berbagai pihak, termasuk peran serta masyarakat sendiri.


(38)

Salah satu kelompok masyarakat yang dikaitkan dengan kenakalan adalah remaja, kelompok mereka seakan – akan tidak bisa dilepaskan dari kenakalan sehingga selalu menjadi target orang – orang dewasa untuk di persalahkan.

Padahal, belum tentu seluruh kenakalan mereka akibat inisiatif mereka sendiri, melainkan karena situasi dan kondisi yang mendorong mereka melakukan kenakalan.

Dua aspek yang selalu berkaitan dengan remaja adalah kemerdekaan (independence) dan identitas diri (self identity). Seiring berjalannya waktu mereka terus – menerus melepaskan keterikatan emosional dari orang tua. Secara universal, kedua hal inilah yang menjadi ciri utama kelompok remaja, kedua hal inilah yang menjadi ciri utama kelompok remaja, siapa pun mereka dan dimanapun mereka berada.

Hal yang turut memengaruhi pola perubahan identitas remaja maupun kebebasannya adalah situasi dan kondisi masyarakat tempat remaja tersebut bertumbuh, misalnya, budaya, pendidikan, atau teknologi.

“Seringkali remaja memandang orang tua mereka terlalu lamban, dan dalam banyak hal mereka lebih unggul ketimbang orang tua mereka. Meskipun tidak salah, namun pandangan ini juga tidak sepenuhnya benar. Kebanyakan orang tua terlambat menyadari kondisi dan jalan pikiran anak remaja mereka sehingga

menimbulkan konflik”.24

Tidak sedikit orang tua bingung menghadapi sikap anak – anak remaja merka yang mulai berani melancarkan protes atau penentangan, terutama

24 E.B. Surbakti, Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2008, hal. 3


(39)

menentang otoritas orang tua yang mereka anggap membelenggu kemerdekaan mereka. Dalam berbagai hal tampaknya mereka kurang sopan atau kurang mengharagai maupun menghormati keberadaan orang tua yang telah bersusah payah mengasuh mereka.

Di dalam keluarga, para remaja menuntut supaya pendapat, pikiran, gagasan dan ide – ide mereka didengarkan dan dipertimbangkan ketika rumah tangga sebagai sebuah institusi membuat keputusan atau kebijakan. Mereka melakukan protes keras atau mengkritik dengan tajam kalau merasakan keadilan tidak berpihak kepada kelompok mereka.

Penentangan, pemberontakkan, atau pembangkangan merupakan ciri khas remaja yang selalu memusingkan orang tua dan keluarga. Hampir semua keputusan yang diambil orang tua kemungkinan besar bermasalah dengan mereka sehingga mereka protes dengan keras.

Selain melakukan penentangan, anak – anak remaja juga seringkali terlihat seolah – olah tidak menghormati atau menghargai orang tua, sering memotong pembicaraan, tidak sabar, acuh tak acuh, mengabaikan tata krama dan memiliki sopan santun yang rendah. Semua tindakan ini bukanlah merupakan sikap permanen remaja, setelah melewati masa remaja mereka akan menemukan

pola tata aturan yang lebih santun, menghargai etika, dan kesopanan.25

Kuatnya keinginan untuk melepaskan diri secara emosional dengan orang tua dan keluarga di sekeliling kehidupan mereka, seringkali menjadi pendorong kuat bagi para remaja untuk tidak menghargai atau mengabaikan tata


(40)

aturan dan kesantunan. Seringkali remaja memandang tata aturan sebagai kemapanan perilaku orang – orang dewasa yang membelenggu kebebasan mereka.

Meskipun argumentasi mereka mungkin mengandung unsur – unsur kebenaran, namun belum tentu orang tua mereka sepenuhnya membuat kesalahan. Oleh karena itu, kecenderungan mereka adalah melepaskan diri dari belenggu tersebut, misalnya dengan mengabaiakan atau dengan sengaja melanggarnya sebagai upaya untuk menyatakan ketidaksetujuan mereka.

Tidak sedikit anak – anak remaja yang dulu pada masa kecil penurut dan ceria, kini berubah menjadi remaja pembangkang, pemberontak dan mau menang sendiri. Tuntutan mereka acapkali tidak mempertimbangkan situasi dan kondisi, jika keinginan mereka tidak dipenuhi, mereka melakukan protes keras atau murung dan mengurung diri di dalam kamar selama berhari – hari.

Salah satu pangkal perseteruan keluarga dengan anak remaja adalah

menyangkut kemerdekaan (freedom). Anak remaja selalu menuntut kemerdekaan

untuk menentukan sendiri pendapat, pilihan, pikiran, maupun keputusan mereka. Sebaliknya orang tua selalu ingin mendominasi kebebasan anak remajanya.

Perseteruan ini disebabkan kebanyakan orang tua secara emosional tidak siap melepaskan anak remajanya untuk merancang sendiri masa depannya sesuai dengan cita – cita mereka. Ini merupakan kepicikan pola pikir orang tua yang selalu ingin terlibat terlalu jauh dengan hal – hal yang sebenarnya sudah

berada di luar kapasitas dan kapabilitasnya.26


(41)

B. Dampak Kenakalan Remaja Di Dalam Pendidikan

Pendidikan formal dilaksanakan dalam semesta pendidikan nasional. Menurut TAP MPR No. II/MPR/1988, Pendidikan nasional berdasarkan pancasila, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Mahaesa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, pekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cedas dan terampil serta sehat jasmani dan

rohani.27

27 R. Sudarsono, op cit, hal. 129

Sekolah merupakan satu – satunya tempat anak mendapatkan pendidikan secara formal dengan kesungguhannya melaksanakan tugas untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang diharapkan adalah membimbing anak didik menjadi warga negara pancasila yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, bermoral, berkesadaran masyarakat serta bertanggung jawab terhadap kesejeteraan masyarakat.

Tidak jarang sekolah menjadi tempat yang turut mempengaruhi pola kejahatan anak remaja, diantaranya :

a. Sekolah yang selalu berusaha memanjakan anak – anak yang sebenarnya kurang mampu.

b. Guru bersifat menolak (reject)

c. Sekolah menerapkan disiplin secara kaku, tanpa menghiraukan perasaan anak serta suasana sekolah yang buruk menimbulkan anak – anak yang suka


(42)

Dalam konteks ini sekolah merupakan ajang pendidikan yang kedua setelah lingkungan keluarga bagi anak remaja. Di kota – kota besar di Indonesia masah remaja masih merupakan masa di sekolah terutama pada masa – masa permulaan. Dalam masa terebut pada umumnya remaja duduk di bangku sekolah menengah pertama atau yang lebih setingkat.

Selama mereka menempuh pendidikan formal di sekolah terjadi interaksi antara remaja dengan sesamanya, juga interaski antar remaja dengan pendidik. Interaksi yang mereka lakukan di sekolah sering menimbulkan akibat sampingan yang negatif bagi perkembangan mental sehingga anak remaja menjadi nakal.

Anak – anak yang memasuki sekolah tidak semua berwatak baik,

misalnya penghisap ganja, cross boy dan cross girl yang memberikan kesan

kebebasan tanpa kontrol dari semua pihak terutama dalam lingkungan sekolah. Dalam sisi lain, anak – anak yang masuk sekolah ada yang berasal dari keluarga yang kurang memperhatikan kepentingan anak dalam belajar yang kerap kali berpengaruh pada teman yang lain. Sesuai dengan keadaan seperti ini sekolah – sekolah sebagai tempat pendidikan anak – anak dapat menjadi sumber terjadinya konflik – konflik psikologis yang pada prinsipnya memudahkan anak

menjadi nakal.28

Pengaruh negatif yang menangani lansung proses pendidikan antara lain kesulitan ekonomi yang di alami pendidik dapat mengurangi perhatiannya


(43)

terhadap anak didik. Pendidik sering tidak masuk, akibatnya anak – anak didik terlantar, bahkan sering terjadi pendidik marah kepada muridnya.

“Biasanya guru marah apabila terjadi sesuatu yang menghalangi keinginannya tertentu, dia akan marah apabila kehormatannya direndahkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, atau sumber rejekinya dan sebangsanya dalam

keadaan bahaya, sebagian atau seluruh atau lain dari itu”.29

Dewasa ini sering terjadi perlakuan guru yang tidak adil hukuman/sanksi – sanksi yang kurang menunjang terjadinya tujuan pendidikan, ancaman yang tiada putus – putusnya disertai disiplin yang terlalu ketat, disharmonis antara didik dan pendidik, kurangnya kesibukan belajar di rumah. Proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak

kerap kali memberih pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap peserta

didik di sekolah sehingga dapat menimbulkan kenakalan remaja.30

Adapaun beberapa hal yang terdapat dalam masyarakat kita yang mempengaruhi pola kehidupan remaja, antara lain:

C. Dampak Kenakalan Remaja Di Dalam Masyarakat

Masyarakat adalah keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifat dan tersusun dari berbagai sistem dan sub sistem salah satunya adalah keluarga. Dalam proses untuk membentuk seseorang individu masyarakat mendapat perang penting terutama dalam membentuk mentalitas hidup seseorang remaja.

31

29 Zakiah Drajat, Pokok – pokok Kesehatan Jiwa/Mental, hal. 292 30 Sudarsono, op cit, hal. 130


(44)

a. Sulit memperhatikan kepentingan anak dan melindungi hak anak khususnya berhadapan dengan berbagai perilaku kekerasan terhadap anak yang marak terjadi belakangan ini.

b. Masyarakat kita sulit memberikan kesempatan bagi anak untuk melaksanakan kehidupan sosial dan tidak mampu menyalurkan emosi anak secara sehat.

c. Perilaku masyarakat yang suka memilah – milah atau mengkategorikan masyarakat berdasarkan umur. Hal ini menjadikan para remaja seolah – olah tersisih dari suatu.

Hubungan yang positif, bermakna, langgeng dan mendalam dengan generasi yang lebih tua yang seharusnya bisa membantu mereka dalam pertumbuhannya. Anak remaja sebagai anggota masyarakat selalu mendapat pengaruh dari keadaan masyarakat dan lingkungannya baik langsung maupun tidak langsung.

Pengaruh yang dominan adalah akselarasi perubahan sosial yang ditandai dengan peristiwa – peristiwa yang sering menimbulkan ketegangan seperti persaingan dalam perekonomian, pengangguran, mass media dan fasilitas rekreasi. Di dalam kehidupan sosial adanya kekayaan dan kemiskinan mengakibatkan bahaya besar bagi jiwa manusia sebab kedua hal tersebut akan mempengaruhi keadaan jiwa manusia di dalam hidupnya termasuk remaja.

Dalam kenyataan ada sebagian remaja miskin yang memiliki perasaan rendah diri dalam masyarakat sehingga anak – anak tersebut melakukan perbuatan melawan hukum terhadap hak milik orang lain, seperti pencurian, penipuan dan penggelapan.


(45)

Dengan hal ini ada anggapan bahwa kenakalan remaja tersebut timbul sebagai konpensasi untuk menyamakan dirinya dengan kehidupan para keluarga kaya yang biasa hidup gemerlapan dan berfoya – foya. Kemiskinan keluarga ekonomi lemah bukanlah penyebab satu – satunya bagi timbulnya kenakalan remaja akan tetapi memiliki titik singgung di dalamnya.

Adanya pengangguran di dalam masyarakat terutama anak – anak remaja akan menimbulkan peningkatan kejahatan bahkan timbulnya niat jahat di kalangan masyarakat maupun anak – anak remaja di sebabkan karena menganggur.

Di kalangan masyarakat sudah sering terjadi kejahatan seperti pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, pemerasan, gelandangan dan pencurian. Kejahatan – kejahatan tersebut dilkukan oleh penjahat dari tingkatan umur yang beraneka ragam, terdiri dari orang lanjut usia, orang dewasa dan remaja. Bagi anak remaja keinginan/kehendak untuk berbuat jahat kadang – kadang timbul karena bacaan, gambar – gambar dan film.

Bagi mereka yang mengisi waktu senggangnya dengan bacaan – bacaan yang buruk (misalnya novel seks), maka hal itu akan berbahaya dan dapat menghalang – halangi mereka untuk berbuat hal – hal yang baik. Demikian pula tontonan yang berupa gambar – gambar porno akan memberi rangsangan seks terhadap remaja, rangsangan seks tersebut akan berpengaruh negatif terhadap

perkembangan jiwa anak remaja.32


(46)

BAB III

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KENAKALAN REMAJA DI KOTA MEDAN

A. Perkembangan Kenakalan Remaja

Kenakalan anak remaja tidak dapat dipisahkan dari perkembangan zaman dari era ke era. Sebab setiap zaman memiliki ciri khas yang berbeda dan memiliki tantangan yang berbeda khususnya kepada generasi mudanya, sehingga anak – anak muda ini bereaksi dengan cara yang khas pula terhadap situasi atau zaman yang berbeda.

Pada tahun 50 sampai pada 60-an di Indonesia yang menjadi masalah rumit bagi orang muda ialah adaptasi terhadap situasi sosial politik yang baru, yaitu setelah menjalin kemelut merebut kemerdekaan. Kenakalan anak remaja pada saat itu umumnya berupa penodong sekolah – sekoah untuk mendapatkan izasah dan penonjolan diri yang berlebihan bak pahlawan kesiangan.

Kenakalan remaja pada zaman ini juga berupa keberandalan dan tindakan kriminal ala anak remaja, menirukan pola – pola perilaku anak – anak muda di luar negeri yang mereka hayati dengan hadirnya film –film impor dan buku – buku bacaan sadisitis dan buku – buku porno.

Adapun faktor – faktor kenakalan mereka adalah karena ketidak mampuan si anak memanfaatkan waktu kosong dan kurangnya pengendalian terhadap dorongan meniru. Sayangnya yang mereka tiru justru perbuatan yang tidak terpuji, misalnya: hidup bermalas – malasan dan hidup seperti hippis,


(47)

melakukan tindak kriminal untuk memuaskan ambisi sosial yang semakin meningkat.

Pada tahun 70-an ke atas, kenakalan remaja di kota – kota besar di tanah air sudah menjurus pada kenaklan yang lebih serius, antara lain berupa tindak kekerasan, penjambretan, penggarongan, perbuatan seksual dalam bentuk perkosaan sampai pada perbuatan pembunuhan dan perbuatan kriminal lain.

Kenakalan dan kenakalan tersebut erat kaitannya dengan makin derasnya arus urbanisasi dan semakin banyaknya jumlah remaja desa berimigrasi ke daerah perkotaan tanpa jaminan sosial yang mantap, ditambah sulitnya, mencari pekerjaan yang cocok dengan keinginan mereka.

Proses sosial di kota – kota besar mengakibatkan adanya perubahan – perubahan sosial yang ditimbulkan karena berbagai masalah: antara lain masalah urbanisasi, industrialisasi, kemajuan teknologi yang mengakibatkan adanya mobilitas horisontal dan mobilitas vertikal yang tinggi, sedangkan kesemuanya itu akan mempertemukan manusia – manusia dari berbagai masyarakat, suku dan bangsa, di kota modern, masing – masing dengan membawa ikatan norma – norma/nilai – nilai yang hidup yang saling berbeda ataupun yang bertentangan dengan satu sama lain.

Suasana ini selain menimbulkan culture conflict, juga bisa menimbulkan suasana samarpola (dubicus patters of life) di mana orang karena banyaknya norma – norma/nilai – nilai hidup yang sekaligus berlaku di suatu


(48)

tempat menjadi bingung, sehingga berpegangan pada norma/nilai – nilai hidup

mana yang akhirnya pola hidup menjadi samar – samar.33

33 Ninik Widiyanti dan Yulias Waskita, cetakan pertama, Kejahatan Dalam Masyarakat dan Pencegahannya, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hal. 117

Pada tahun berikutnya kenakalan remaja semakin meluas baik dalam frekuensinya maupun dalam kualitas kenakalannya. Dapat dilihat dari semakin banyaknya pengedaran dan penggunaan ganja dan narkotika di tengah masyarakat dan memasuki ruang sekolah. Seiring dengan berkembangnya zaman, tidak dapat kita pungkiri kenakalan remaja pun semakin berkembang. Pada masa sekarang ini yang dikenal dengan masa atau era reformasi dan kebebasan sepertinya membawa dampak yang nyata dalam perkembangan kenakalan remaja.

Masa sekarang ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengutarakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Sering ditanggapi orang tua sebagai pembangkangan, remaja tidak ingin diperlakukan seperti anak kecil lagi, mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya.

Anak juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan – peraturan yang menurut anak kurang beralasan.Kenakalan remaja yang semula hanya merupakan masalah lokal di kota – kota besar terutama di Jawa, sekarang berkembang di berbagai kota seluruh Indonesia dan kota – kota kecil di beberapa daerah tertentu.


(49)

Malahan ada kekawatiran bahwa masalah itu sudah memasuki beberapa daerah – daerah pedesaan. Semula hanya dilakukan oleh anak – ank golongan ekonomi lemah untuk bentuk kenakalan atau kejahatan berlatar belakang ekonomi, sekarang dilkukan oleh anak dari berbagai golongan ekonomi, baik lemah, menengah dan kuat.

Sementara untuk kenakalan atau kejahatan susila, kejahatan dengan kekerasan dan penyalagunaan narkotika yang semula dilakukan oleh kebanyakan anak – anak golongan ekonomi kuat dan berkedudukan sosial yang tinggi dan sedang, sekarang telah dilkukan oleh sebagian dari anak golongan ekonomi lemah dan berkedudukan sosial yang rendah.

Kelompok pelaku yang bergerak dalam wadah “gang” semula bersifat monogen, sedang proses perkembangannya menjadi kelompok gang yan g heterogen. Bahkan perkelahian – perkelahian massal justru sering terjadi pada

kelompok anak sekolah.34

Ada kemungkinan pola – pola lama secara lambat menghilang dan pola baru muncul secara lambat (proses desintegrasi lambat). Proses seperti itu tidak begitu berbahaya karena masih ada kesempatan bernafas. Tetapi sangat dramatis bila pola – pola lama lenyap sebelum pola – pola baru muncul, sehingga Dengan munculnya pola – pola baru dalam perubahan berarti lenyapnya pola – pola lama. Lenyapnya pola – pola kelakuan tradisional dan munculnya pola – pola baru menimbulkan ketegangan – ketegangan.


(50)

masyarakat kehilangan pegangan. Masa transisi seperti itu menimbulkan ketegangan – ketegangan, problema sosial dan neurose.

Dalam masyarakat terdapat social different dan social differen ini

membentuk differential organization (kelompok yang berbeda), sedang differential organization menimbulkan differential asscoation memiliki norma tersendiri yang berkemungkinan saling bertentangan. Individu anggota asscoation

yang berlainan merasa asing terhadap norma organisasi sosial yang lain.35

Steven Box dalam bukunya yang berjudul Deviance, Reality dan

Society mengemukakan bahwa ada anak – anak dan remaja yang mempunyai kemauan untuk melakukan kenakalan tetapi tidak perna terwujud. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, ada beberapa hal yang diperlukan yaitu:

Karena samarnya norma, maka sering individu bertindak trial dan error (tubrukan). Samarnya norma membuat individu tak memiliki norma yang seharusnya. Norma lama di buang, sedang norma baru belum ada. Nilai – nilai hidup bergeser tanpa diiringi nilai – nilai baru yang tetap, seakan – akan terjadi kekosongan nilai – nilai.

Kebudayaan sebagai sumber nilai – nilai yang tidak memberi pegangan, keran norma lama tidak lagi mempunyai kekuatan, sedang norma baru belum ada maka tidak mengherankan timbulnya bentrokan satu sama lain, bagaikan orang berjalan dalam gelap gulita tanpa lampu.

36

1. Keahlian (skills)

35 B. Simanjuntak, Latar Belakang Kenakalan Remaja (Etiologi Juvenile Delinqency), Alumni, Bandung, 1979, hal. 21


(51)

a. Anak – anak remaja yang mempunyai keinginan untuk melakukan kenaklan, mungkin harus menunda keinginannya mengingat mereka tidak mempunyai tingkat pengetahuan yang khusus atau keahlian (skills).

b. Keahlian dalam melakukan kenakalan merupakan proses belajar, yang diperoleh dari teman – teman sekelompok. Cara – cara mengompas, mengancam, menggunakan senjata tajam merupakan keahliannya yang harus dipelajari.

2. Perlengkapan (Suplay)

Seseorang yang mempunyai keinginan untuk melakukan kenakalan akan mengabaikan keinginannya bila tidak mempunyai perlengkapan yang memadai. Perlengkapan ini tidak mudah diperoleh. Hanya mereka yang dikenal dan termasuk dalam kelompok yang mudah memperoleh perlengkapan.

3. Adanya dukungan sosial

Anak yang mempunyai keinginan untuk melakukan penyimpangan kenakalan baru dapat melaksanakan keinginannya bila terdapat dukungan kelompok. Dukungan sosial, yang berbentuk dukungan kelompok sangat penting bagi pelaksanaan kenakalan.

Dengan adanya dukungan kelompok ini segala perbuatan yang akan dilakukan dapat direncanakan dengan baik. Dan yang lebih penting lagi, dengan dukungan sosial ini akan memperoleh pembenaran dari perbuatan tersebut.


(52)

4. Para remaja yang mempunyai kemauan dan kemampuan dalam melaksanakan kenakalan, memerlukan dukungan simbolis sebagai dasar pembenaran dari perbuatan yang dilkukan.

B. Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Anak Remaja

Kenakalan remaja tidak timbul dan ada begitu saja dalam setiap kehidupan, karena kenakalan – kenakalan tersebut mempunyai penyebab yang merupakan faktor – faktor terjadinya kenakalan remaja. Mengetahui sebab musabab timbulnya kenakalan anak remaja harus diperhatikan faktor – faktor dari dalam diri anak tersebut, faktor keluarga, lingkungan dan lain – lainnya yang dapat mempengaruhi seseorang anak itu melakukan kenakalan.

Kenakalan anak remaja sering terjadi dalam masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri. Kenakalan anak remaja tersebut timbul karena adanya beberapa sebab dan tiap – tiap sebab dapat ditanggulangi dengan cara – cara tertentu.

1. Faktor Internal

Faktor internal, yaitu faktor kejahatan/kenakalan berasal dari kemampuan

fisik, dan moral anak itu sendiri seperti:37

37 Bunadi Hidayat, Pemidanaan dan Pertanggungjawaban Pidana Anak di Bawah Umur, Alumni Bandung, Bandung, 2010, hal. 77

a. Faktor pembawaan sejak lahir/keturunan yang bersifat biologis, misalnya: cacat fisik, cacat mental dan sebagainya.

b. Pembawaan (sifat, watak) yang negatif, yang sulit diarahkan/dibimbing dengan baik, misalnya terlalu bandel, mokong atau betik.


(53)

c. Jiwa anak yang masih terlalu labil, misalnya: kekanak – kanakan, manja dan sebagainya. Perkembangan jiwa anak akan selalu mengikuti perkembangan fisik anak itu dendiri dan sifat – sifat tadi hanya dimiliki oleh anak remaja.

d. Tingkat intelegensi yang kurang menguntungkan, misalnya berpikir lamban/kurang cerdas.

e. Kurangnya tingkat pendidikan anak baik dari visi agama maupun ilmu pengetahuan.

f. Pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan keinginan anak/remaja.

g. Tidak memiliki hobi dan bakat yang jelas dan kuat, sehingga mudah dipengaruhi oleh hal – hal negatif.

h. Tingkatan usia yang masih rendah, misalnya di bawah usia 7 tahun yang belum dapat diminta pertanggung – jawaban hukum (pasal 4 undang – undang Nomor 3 Tahun 1997) (LN Tahun 1997 Nomor 3) tentang peradilan anak.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal ini tidak kalah pentingnya dengan faktor internal. Hal ini disebabkan jiwa anak yang masih labil, acapkali lebih mudah dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor ini berasal dari lingkungan orang tua,

keluarga atau masyarakat yang kurang menguntungkan, seperti:38


(54)

a. Cinta kasih orang tua yang kurang harmonis, kesenjangan kasih sayang antara orang tua dan anak, pemerataan kasih sayang yang tidak seimbang (perlakuan yang tidak adil) dalam keluarga, terjadi broken home (keluarga yang tidak utuh) dan sebagainya.

b. Kemampuan ekonomi yang tidak menunjang atau ada kesenjangan sosial ekonomi bagi keluarga si anak.

c. Kesalahan pendidikan yang diterapkan orang tua terhadap anak, baik dalam pendidikan keluarga, formal maupun masyarakat dan akibat dari rendahnya tingkat pendidikan orang tua.

d. Kurangnya sosok teladan yang baik dari orang tua dalam mendidik dan membimbing anak, termasuk tingkat kejujuran dan kedisiplinan orang tua itu sendiri.

e. Kurang tertanamnya rasa tanggung jawab yang terlatih di rumah, misalnya tanpa ada jadwal kegiatan tertentu bagi anak, seperti; waktu belajar, membantu orang tua, bermain, makan dan sebagaianya.

f. Lingkungan rumah yang kurang menguntungkan bagi anak

g. Bergaul dengan teman yang kurang menguntungkan, misalnya; di masyarakat, di sekolah dan sebagainya.

Faktor – faktor penyebab kenakalan remaja yang telah diuraikan di atas, ada beberapa faktor lain yang ditinjau dari lingkungan tempat anak bertumbuh dan berkembang. Faktor – faktor lingkungan tersebut terdiri:


(55)

1. Lingkungan Keluarga

Keluarga menjadi tolak ukur orang menilai kepribadian dan keberadaan anak di luar lingkungan keluarga. Keluarga adalah satu – satunya tempat pendidikan awal sebelum berlangsung ke instansi lain di luar keluarga. Berbagai problem yang menyangkut kenakalan anak ahkir – ahkir ini tidak lepas dari keterkaitannya dengan lingkungan keluarga.

2. Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan satu – satunya tempat anak mendapatkan pendidikan secara formal dengan kesungguhannya melaksanakan tugas untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang diharapkan adalah membimbing anak didik menjadi warga negara pancasila yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, bermoral, berkesadaran masyarakat serta bertanggungjawab terhadap kesejateran masyarakat.

3. Lingkungan Masyarakat

Masyarakat adalah keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya tersusun dari berbagai sistem dan sub sistem sala satunya adalah keluarga. Proses untuk membentuk seorang individu masyarakat mendapat peranan penting terutama dalam membentuk mentalitas hidup seorang anak. Keberadaan kenakalan remaja di Kota Medan sudah menjadi perhatian yang sangat serius di kalangan masyarakat. Menurut PKPA (Pusat Kajian dan Penelitian Anak) keberadaan anak atau remaja yang nakal sering melakukan tindakan – tindakan kriminal yang mereka lakukan seperti perkelahian yang tidak


(56)

diinginkan, yang melakukan pencopetan, mengganggu ketentraman pengguna

jalan atau memaki, mencoret, atau merampak hak orang lain.39

1. Andri Saragih adalah anak berumur 16 tahun bertempat tinggal di daerah

Terminal Amplas Medan dan biasanya sering mangkal di terminal Amplas. Andri ini seorang anak putus sekolah dikarenakan keluarga yang broken home, ayah dan ibunya menikah lagi dengan orang lain. Andri sendiri ini adalah anak ketiga dari empat bersaudara.

Dalam hal ini Lembaga Dinas Sosial belum ada melakukan kerjasama atau memberikan perhatian dalam penanggulangan dan pencegahan kenakalan remaja di Kota Medan. Adapun bentuk terjadinya kenakalan remaja di Kota Medan adalah sebagai berikut:

Sejak kecil dia tidak perna merasakan kasih sayang kedua orang tuanya dan Andri ini sudah terbiasa hidup di terminal Amplas sejak usia 11 tahun. Dengan kondisi keluarga yang broken home, Andri pun merasa tidak mempunyai harapan untuk bersekolah dan mencapai cita – citanya lagi menjadi seorang polisi. Seiring waktu berjalan Andri pun stres terkadang dia melamun dan merenung di suatu tempat.

Tiba – tiba kawannya datang dan mengajak dia pergi ke suatu tempat, awalnya dia di tawarkan untuk merokok, berlanjut keenakan menghisap sebatang rokok dan ahkirnya ketagihan.

39 Hasil wawancara dengan Pusat Kajian Dan Perlindungan Anak di Kampung Susuk Ujung pada tanggal 10 Mei 2013


(57)

Dengan rasa tidak puasnya lagi, awalnya mencoba dengan ganja kemudian akhirnya ketagihan dan hampir setiap harinya dia memakai ganja, karena menurut Andri apabila dia memakai ganja dapat menghilangkan stres dan semua beban pikiran yang di dalam benaknya hilang begitu saja. Dan segala sesuatu apapun itu bentuknya Andri sanggup melakukan apapun demi memenuhi kebutuhan memakai ganja, seperti merampok dan

menodong orang – orang.40

2. Vany simanjuntak seorang anak perempuan berumur 17 tahun bertempat

tinggal di Terminal Amplas, anak pertama dari empat bersaudara. Vany terjun ke jalanan semenjak dia berumur 15 tahun, dimana dia terikut dengan kawan – kawannya yang hidup di jalanan.

Vany mempunyai kedua orang tua yang masih ada, akan tetapi ayahnya seorang pekerja supir angkot, sedangkan ibunya bekerja sebagai pedagang asongan di pinggiran terminal Amplas.

Vany putus sekolah dikarenakan faktor ekonomi dari keluarga yang tidak mampu membiayai pendidikan sekolahnya. Bagi vany makan sehari – hari sangat sulit sulit apalagi untuk bersekolah.

Vany ingin sekali mendapatkan pendidikan sekolah, akan tetapi keterbatasan ekonomi kedua orang tuanya yang tidak mampu memberika dia bersekolah akhirnya dia memutuskan untuk terjun dalam kehidupan jalanan.

40 Hail wawancara dengan Andri salah seorang anak remaja di sekitar Terminal Amplas Medan pada tanggal 10 Juni 2013


(58)

Pada saat Vany mengamen terkadang orang pengguna jalan, terutama pennguna mobil seperti orang kaya, tidak mau memberikan uang dari hasil ngamennya.

Orang kaya ini mau memarahi atau mengusir Vany ketika pada saat dia mengamen, bukan mendapat uang dari hasil mengamen akan tetapi di marah – marahi oleh pengguna jalan tersebut. Terkadang Vany kesal dengan tindakan yang mereka perbuat tersebut, dengan rasa kesalnya Vany

pun membalas dengan memaki dan mencoret mobil pribadi tersebut.41

3. Menurut Andri: bentuk terjadinya kenakalan yang lain yaitu penganiayaan.

Contohnya , beberapa anak – anak SMP yang sekolahnya berada di sekitar amplas, pulang dari sekolah tidak ada sebab tiba – tiba salah seorang dari anak SMP tersebut menyerang teman Andri yang sesama anak jalanan. Mereka tidak terima karena memukuli temannya ini tanpa sebab, apalagi yang mereka pukuli ini adalah seorang anak perempuan yang tidak tahu apa – apa. Andri dengan teman – temannya tidak terima dengan perbuatan seperti itu, akhirnya mereka menyerang balik anak SMP tersebut dengan

memukuli sama seperti apa yang mereka lakukan terhadap temannya.42

41 Hail wawancara dengan Vany salah seorang anak remaja di sekitar Terminal Amplas Medan pada tanggal 10 Juni 2013

42 Hasil wawancara, op.cit, pada tanggal 9 Juni 2013

Penuturan beberapa anak remaja di atas, adapun bentuk – bentuk kenakalan yang mereka lakukan adalah kebiasaan memakai ganja, memaki – maki, mencoret mobil pengguna jalan dan mencopet.


(59)

BAB IV

UPAYA PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI

A. Klasifikasi Kenakalan Remaja

Pembagian klasik lainnya sangat populer pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 ialah mengikuti tiga kriteria, yaitu: kebetulan, kadang – kadang dan habitual sebagai kebiasaan, yang menampilkan tingkat penyesuaian dengan titik patah yang tinggi, medium dan rendah. Kenakalan dalam diri seorang anak merupakan perkara yang lazim terjadi.

Tidak seorangpun yang tidak melewati tahap/fase negatif ini atau sama sekali tidak melakukan perbuatan kenakalan. Masalah ini tidak hanya menimpa beberapa golongan anak remaja di suatu daerah tertentu saja. Keadaan ini terjadi di setiap tempat, lapisan dan kawasan masyarakat. Bentuk kenakalan anak remaja terbagi mengikuti tiga kriteria, yaitu:

“Kebetulan, kadang – kadang dan sebagai kebiasaan, yang menampilkan tingkat penyesuaian dengan tingkat titik patahan yang tinggi, medium dan rendah. Klasifisikasi ilmiah lainnya menggunakan penggolongan Tripartite, yaitu: historis, instinktual dan mental. Semua ini dapat saling berkombinasi. Misalnya berkenaan dengan sebab – musabab terjadinya kenakalan instinktual bisa dilihat dari aspek keserakahan, agresivitas, seksualitas, kepecahan keluarga dan anomali – anomali

dalam dorongan berkumpul”.43

43 Kartini Kartono, op.cit, hal. 47

Klasifikasi ini dilengkapi dengan kondisi mental dan hasilnya menampilkan kondisi kenakalan remaja dengan tipe detektif, agresif dan kebetulan; tipe normal, serakah dan habitual dan seterusnya.


(1)

Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus, hal sama sering ditanggulangi oleh lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini. Dari pembahasan mengenai penanggulangan masalah kenakalan anak jalanan ini perlu ditekankan bahwa segala usaha harus ditunjukkan ke arah tercapainya kepribadian yang mantap, serasi dan dewasa.

Remaja diharapkan akan menjadi orang dewasa yang berkepribadian kuat, sehat badani dan rohani, teguh dalam kepercayaan dan iman sebagai anggota masyarakat, bangsa dan tanah air.

Tindakan – tindakan kuratif bagi usaha penyembuhan anak delinquen juga antara lain berupa:

a. Menghilangkan semua sebab – musabab timbulnya kenakalan remaja,baik yang berupa pribadi familiar, sosial dan kultural.

b. Melakukan perubahan lingkungan dengan jalan mencarikan orang tua angkat/asuh dan memberikan fasilitas yang diperlukan bagi perkembangan jasmani dan rohani yang sehat bagi anak – anak remaja.

c. Memindahkan anak – anak ke sekolah yang lebih baik, atau ke tengah lingkungan sosial yang baik.

d. Memberikan tempat latihan bagi para remaja untuk hidup teratur, tertib dan berdisiplin.

e. Memanfaatkan waktu senggang di kamar latihan, untuk membiasakan diri bekerja, belajar dan melakukan rekreasi sehat dengan disiplin tinggi.


(2)

f. Menggiatkan organisasi pemuda dengan program – program latihan vokasional untuk mempersiapkan anak remaja delinquen itu bagi pasaran kerja dan hidup di tengah masyarakat.

g. Memperbanyak lembaga latihan kerja dengan program kegiatan pembangunan. h. Mendirikan klinik psikologi untuk meringankan dan memecahkan konflik

emosional dab gangguan kejiwaan lainnya. Memberikan penobatan medis dan terapi psikoanalitis bagi mereka yang mengalami gangguan kejiwaan.56

Usaha – usaha penanggulangan kenakalan remaja secara umum yang konsepsional menurut Soedjono Dirdjosisworo, dilakukan dengan memadukan berbagai unsur yang berhubungan dengan mekanisme peradilan pidana serta partipasi masyarakat, yang dapat di jelaskan sebagai berikut:57

a. Peningkatan dan pemantapan aparatur penegak hukum, meliputi pemantapan organisasi, personil dan sarana prasarana untuk penyelasaian perkara pidana. b. Perundang – undangan yang dapat berfungsi mengklanalisir dan membendung

kenakalan dan mempunyai jangkauan ke masa depan.

c. Mekanisme peradilan pidana yang efektif dengan syarat – syarat cepat, murah, tepat dan sederhana.

d. Partipasi masyarakat untuk membantu kelancaran pelaksanaan penanggulangan kriminalitas.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Dampak terjadinya kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi merupakan sebuah kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap lapisan masyarakat, terutama di dalam keluarga sebagai awal pembentukan kepribadian anak. Untuk menganalisa atau mengadakan diagnosa terhadap kenakalan – kenakalan yang meningkat saat ini belum dapat dilakukan, karena keadaan pengetahuan tentang dampak kenakalan remaja itu sendiri belum dapat dipahami sepenuhnya oleh keluarga, sekolah, lingkungan tempat tinggal dan keadaan pengetahuan kriminologi dewasa ini belum memungkinkan untuk tegas menentukan sebab mengapa anak remaja melakukan kenakalan.

2. Faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja karena kenakalan tersebut mempunyai penyebab yang merupakan faktor terjadinya kenakalan remaja. Untuk mengetahui sebab musabab timbulnya kenakalan remaja harus di perhatikan faktor – faktor dari dalam diri anak, seperti faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan anak remaja yang dapat mempengaruhi anak remaja tersebut melakukan kenakalan – kenakalan.

3. Upaya penanggulangan kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi yaitu upaya yang dilakukan dalam bentuk preventif, represif dan kuratif yang dapat membawa pengaruh positif baik bagi remaja itu sendiri maupun bagi masyarakat dan negara.


(4)

B. SARAN

1. Perlu sebaiknya anak remaja diperlukan mawas diri dalam melihat kelemahan dan kekurangan diri sendiri dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang telah di lakukan. Sebaliknya, orang tua dan para pembina anak harus memperhatikan anak, perkembangan anak dan memperbanyak kearifan, kebaikan dan keadilan, agar orang dewasa dapat di jadikan penuntut bagi anak – anak remaja demi perkembangan dan proses kultivasi generasi muda penerus bangsa.

2. Dengan mengingat bahwa faktor kemiskinan merupakan faktor utama munculnya kenakalan pada remaja di Indonesia, disarankan pada pemerintah melalui dinas sosial dapat membuat suatu program yang memberdayakan keluarga tersebut, sehingga dengan diangkatnya ekonomi keluarga maka anak – anak diberikan sarana dan prasarana untuk menunjang kreatifitasnya agar tidak terjerumus dalam hal – hal negatif.

3. Perlu sebaiknya masalah tindak kenakalan yang dilakukan oleh remaja di kota Medan di atur secara khusus dalam sebuah peraturan daerah yang tentu saja secara yuridis harus mengacu pada perundang – undangan yang lebih tinggi. Isi perda memuat ketentuan penanganan masalah kenakalan remaja yang meliputi empat unsur, yaitu unsur preventif, unsur represif, unsur kuratif dan unsur koordinatif.


(5)

DAFTAR PUSTAKA I. BUKU – BUKU

Abdussalam, H.R, Kriminologi, Restu Agung, Jakarta, 2007.

Akirom Syamsudin Meliala, dkk, Cetakan Pertama Kenakalan Anak Suatu Tinjauan dari Psikologi dan Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1985.

Darma Weda, Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996.

Dirdjonosisworo Soedjono, Penanggulangan Kenakalan, Alumni, Bandung, 1983.

Gultom Maidin, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Anak di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2008.

Hidayat Bunadi, Pemidanaan dan Pertanggungjawaban Pidana Anak di Bawah Umur, Alumni, Bandung, 2010.

Kartono Kartini, Patologi Sosial 2 Kenakalan Anak, Grafindo Persada, Jakarta, 2010.

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Bumi Aksara, Jakarta, 2010.

Simanjuntak, B, Latar Belakang Kenakalan Remaja (Etiologi Juvenile Delinqency), Alumni, Bandung, 1979.

Sudarsono, S.H., Drs; Kenakalan Remaja, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1991. Supramono Gatot, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta, 2007.

Surbakti, E.B., M.A., Drs; Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2008.


(6)

Widiyanti-Yulius Ninik Waskita, Kejahatan Dalam Masyarakat dan Pencegahannya, Bina Aksara, Jakarta, 1987.

II. UNDANG – UNDANG

Subekti R, Tjitrosudibio R, Kitab Undang – Undang Hukum Perdata, Jakarta, PT. Pradnya Paramita, 2004.

Susilo R, Kitab Undang – Undang Hukum Pidana, Bogor, Politeia, 1994.

III. INTERNET

http;//golingkara.blogspot.com/2013/8/ kenakalan anak remaja.html

http;//beb7n.wordpres.com/2008/08/13/menanggulangi kenakalan anak remaja/13 mei 2012, hal. 1.