PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN METAKOGNISI DI SMK SWASTA PAB 2 HELVETIA.

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS

DAN SELF EFFICACY SISWA MELALUI PENDEKATAN

PEMBELAJARAN METAKOGNISI DI

SMK SWASTA PAB 2 HELVETIA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Megister Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

DIAH RETNO INDRATI NIM. 8146171017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

DIAH RETNO INDRATI. Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis dan Self Efficacy Siswa dengan Pendekatan Pembelajaran Metakognisi Di SMK Swasta PAB 2 Helvetia. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2017.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis: (1) Peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan pembelajaran metakognisi lebih tinggi daripada kemampuan representasi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa; (2) Peningkatan self efficacy siswa yang belajar dengan pendekatan pembelajaran metakognisi lebih tinggi daripada self efficacy siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa; (3) Interaksi antara model pembelajaran dan KAM terhadap kemampuan representasi matematis siswa; (4) Interaksi antara model pembelajaran dan KAM terhadap self efficacy siswa. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMK Swasta PAB 2 Helvetia. Sampel penelitian sebanyak 60 orang siswa yang terdiri dari 2 kelas. Analisis data dilakukan dengan ANAVA Dua Jalur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan pembelajaran metakognisi lebih tinggi daripada kemampuan representasi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa; (2) Peningkatan Self efficacy siswa yang belajar dengan pendekatan pembelajaran metakognisi lebih tinggi daripada self efficacy siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa; (3) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan KAM terhadap kemampuan representasi matematis siswa; (4) Terdapat interaksi model pembelajaran dan KAM terhadap self efficacy siswa.

Kata Kunci: Pendekatan Pembelajaran Metakognisi, Representasi Matematis, dan Self Efficacy.


(7)

ii ABSTRACT

DIAH RETNO INDRATI. Improving on Students’ Mathematical Representation and Self efficacy Taught with Metacognitive Approach. A Thesis: Medan: Postgraduate Program, State University of Medan, 2017.

Keywords: Metacognitive Approach, Mathematical Representation and Self efficacy.

The purpose of this study to analysis: (1) Is the enhancement in mathematical representation ability of students taught through metacognitive approach is higher than students taught through regular learning?; (2) Is the enhancement self efficacy of students taught through metacognitive approach is higher than students taught through regular learning?; (3) Is there an interaction between the learning ability of students to the mathematical initial increase students' mathematical representation skills ?; (4) Is there an interaction between the learning with student’s initial math ability to enhancement of self efficacy?. The study population was all students of grade X SMK PAB 2 Helvetia. Samples were 2 classes of 60 students. Data were analyzed by two ways ANAVA. The results of this study indicate that (1) Enhancement of mathematical representation ability of students taught through metacognitive approach is higher than students taught through regular learning (significant 0.000 < 0.05); (2) Enhancement student’s self efficacy who are taught through metacognitive approach is higher than students taught through regular learning (significant 0.00 < 0.05); (3) There is a learning interaction with initial math ability to representation ability (significant 0.027); (4) There is a learning interaction with initial math ability to self efficacy (significant 0.000).


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Dan Self Efficacy Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Metakognisi di SMK Swasta PAB 2 Helvetia”. Shalawat beserta salam penulis sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai pembawa risalah islam kepada seluruh ummat manusia. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis sampai terselesaikannya tesis ini. Semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan yang setimpal. Terima kasih dan penghargaan peneliti sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED.

2. Bapak Dr. Kms. M. Amin Fauzi, M.Pd, selaku Pembimbing I dan Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi yang sangat bermanfaat dan berharga bagi penulis dalam penyusunan tesis ini sampai dengan selesai.

3. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, dan Dr. Mulyono, M.Si selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan dan menjadi motivator dalam penyelesaian tesis ini.


(9)

iv

4. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Prodi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna selama menjalani pendidikan.

5. Bapak Drs. H. Ahmad Nasution, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMK Swasta PAB 2 Helvetia yang telah memberi kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Teristimewa kepada Ayahanda H. M. Yusuf Wijaya, S.H. dan Ibunda Hj. Mardiana, S.Pd, yang telah memberikan doa, rasa kasih sayang, perhatian dan dukungan penuh dalam setiap langkah penulis untuk menyelesaikan perkuliahan. Adik tersayang Teguh Sanditomo, S.Kom, yang telah mendoakan dan memberi dukungan moril bagi penulis dalam menyelesaikan tesis.

7. Sahabat seperjuangan Dikmat A-3 2014 sebagai penyemangat untuk menyelesaikan pendidikan dan memberikan hasil yang terbaik.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik atas bantuan, dukungan dan bimbingan yang diberikan. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis berharap semoga tesis ini dapat memberi sumbangan dalam memperkaya khasanah ilmu dalam bidang pendidikan dan menjadi masukan bagi penelitian lebih lanjut.

Medan, Februari 2017 Penulis


(10)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 11

1.3Batasan Masalah ... 11

1.4Rumusan Masalah ... 11

1.5Tujuan Penelitian ... 13

1.6Manfaat Penelitian ... 13

1.7Definisi Operasional ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1Kerangka Teoritis... 17

2.2Hakikat Belajar Matematika ... 17

2.3Kemampuan Representasi Matematis... 22

2.4Self Efficacy ... 25

2.5Pendekatan Pembelajaran Metakognisi... ... 34

2.6Pembelajaran Biasa... 38

2.7Perbedaan Pedagogik... ... 40

2.8Kemampuan Awal Matematika... 41

2.9Teori Belajar Pendukung... 43

2.10Penelitian yang Relevan ... 47

2.11Kerangka Konseptual ... 51

2.12Hipotesis Penelitian ... 57

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 59

3.2Tempat dan Waktu Penelitian ... 59

3.3Populasi dan Sampel ... 59

3.3.1 Populasi ... 59

3.3.2 Sampel ... 60

3.4Desain Penelitian ... 60

3.5Variabel Penelitian ... 61

3.6Instrumen Penelitian ... 64

3.6.1 Tes Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 64

3.6.2 Tes Kemampuan Representasi Matematis... 66

3.6.3 Angket Self Efficacy... 67

3.7Uji Coba Instrumen... 69


(11)

vi

3.9Uji Hipotesis... ... 83

3.10Prosedur Penelitian.. ... 84

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 87

4.1.1 Deskripsi Kemampuan Awal Matematika (KAM) Siswa ... 87

4.1.2 Deskripsi Kemampuan Representasi Matematis... 92

4.1.2.1 Deskripsi Data Pretest Kemampuan Representasi Matematis... 92

4.1.2.2 Deskripsi Data Posttest Kemampuan Representasi Matematis... 93

4.1.2.3 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis... 94

4.1.3 Deskripsi Self Efficacy Siswa... 97

4.1.3.1 Deskripsi Pretest Self Efficacy Siswa... 97

4.1.3.2 Deskripsi Postest Self Efficacy Siswa... 98

4.1.3.3 Deskripsi Peningkatan Self Efficacy Siswa... 99

4.1.4 Pengujian Hipotesis... 102

4.1.4.1 Pengujian Hipotesis Pertama... 102

4.1.4.2 Pengujian Hipotesis Kedua... 108

4.1.4.3 Pengujian Hipotesis Ketiga... 113

4.1.4.4 Pengujian Hipotesis Keempat... 115

4.2Pembahasan Hasil Penelitian... 118

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1Simpulan ... 127

5.2Implikasi ... 128

5.3Saran ... 130


(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Salah Satu Jawaban yang menunjukkan Rendahnya

Kemampuan Representasi Matematis... 3

Gambar 3.1 Tahapan Alur Penelitian... 86

Gambar 4.1 Diagram Rata-rata dan Standar Deviasi Data KAM ... 88

Gambar 4.2 Diagram Pengelompokkan KAM Siswa ... 89

Gambar 4.3 Diagram Rata-rata dan Standar Deviasi Data Skor Pretest Kemampuan Representasi Matematis... 92

Gambar 4.4 Diagram Rata-rata dan Standar Deviasi Data Skor Postest Kemampuan Representasi Matematis... 93

Gambar 4.5 Diagram Rata-rata dan Standar Deviasi Data Indeks N_Gain Kemampuan Representasi Matematis... 94

Gambar 4.6 Diagram Rata-rata Indeks N_Gain Kemampuan Representasi Matematis Setiap Indikator... 95

Gambar 4.7 Diagram Rata-rata Data Indeks N_Gain Kemampuan Representasi Matematis Berdasarkan KAM... 96

Gambar 4.8 Diagram Rata-rata dan Standar Deviasi Data Pretes Self Efficacy Siswa... 97

Gambar 4.9 Diagram Rata-rata dan Standar Deviasi Data Postes Self Efficacy Siswa... 98

Gambar 4.10 Diagram Rata-rata dan Standar Deviasi Data Indeks N_Gain Self Efficacy Siswa... 99

Gambar 4.11 Diagram Rata-rata Indeks N_Gain Self Efficacy Siswa Setiap Indikator... 100

Gambar 4.12 Diagram Rata-rata Data Indeks N_Gain Self Efficacy Siswa Berdasarkan KAM... 102


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan dan mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak mengherankan jika pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi bahkan merupakan pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional. Selain itu dilihat dari waktu yang digunakan dalam pelajaran matematika yang diberikan lebih banyak dibanding pelajaran yang lain.

Adapun alasan tentang perlunya siswa belajar matematika untuk semua siswa dari SD hingga SMA dan bahkan juga di perguruan tinggi yaitu (1) Sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) Sarana untuk mengembangkan krestivitas, dan (5) Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya (Cornelius dalam Abdurrahman, 2011).

Demikian pula tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran matematika oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). NCTM (2000) menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation).


(14)

2

Berdasarkan uraian tersebut, kemampuan representasi termuat pada NCTM. Artinya, kemampuan ini merupakan kemampuan yang penting dikembangkan dan harus dimiliki oleh siswa. Melalui representasi matematis, diharapkan siswa dapat menjangkau beberapa aspek untuk penyelesaian masalah, baik di dalam maupun di luar sekolah yang pada akhirnya secara tidak langsung siswa memperoleh banyak pengetahuan yang dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan.

Untuk dapat mengkomunikasikan sesuatu, seseorang perlu representasi baik berupa gambar, grafik, diagram, maupun bentuk representasi lainnya. Dengan representasi, masalah yang semula terlihat sulit dan rumit dapat dilihat dengan lebih mudah dan sederhana, sehingga masalah yang disajikan dapat dipecahkan dengan lebih mudah.

Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa kemampuan representasi matematis yang baik harus dimiliki oleh siswa. Namun faktanya kemampuan representasi matematis siswa masih sangat rendah. Salah satu bukti rendahnya kemampuan representasi matematis siswa juga dapat dilihat dari hasil jawaban siswa SMK Swasta PAB 2 Helvetia tahun pelajaran 2015/2016 yang diberikan soal tes yang berhubungan dengan kemampuan representasi matematika, sebagai berikut:

1. Terdapat sebuah kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 6 cm. Titik P perpotongan diagonal sisi EFGH.

a. Sajikan kembali gambar garis dari titik P ke titik B pada kubus ABCD,EFGH tersebut!

b. Berapa panjang ruas garis AC?


(15)

3

Gambar 1.1 Salah satu Jawaban Siswa yang Menunjukkan Rendahnya Kemampuan Representasi Matematis.

Berdasarkan jawaban siswa terlihat bahwa tidak terpenuhinya indikator kemampuan representasi yaitu representasi visual (menyajikan kembali data atau informasi dari suatu representasi ke representasi gambar), kata-kata atau teks tertulis (menjawab soal dengan menggunakan kata-kata, teks tertulis atau model matematika) dan persamaan atau ekspresi matematika (menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematika) Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang memperlihatkan bahwa siswa belum mampu merepresentasikan hal-hal yang diketahui dari awal sehingga siswa tidak mampu membuat sketsa gambar sesuai permintaan soal. Melihat kenyataan ini, kemampuan representasi matematis siswa harus segera dilatih dan ditingkatkan demi tercapainya tujuan pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

Siswa tidak mampu menyajikan kembali data atau informasi dari suatu representasi ke representasi gambar.

Siswa salah dalam menjawab soal dengan menggunakan kata-kata, teks tertulis atau model matematika.

Siswa tidak mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematika.


(16)

4

Selain kemampuan representasi matematis, ada kemampuan lain yang tidak kalah pentingnya yang harus dimiliki oleh siswa (Permendikbud, 2013). Slameto (2011) berpendapat bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor intern (jasmaniah, psikologi dan kelelahan) dan faktor ekstern (keluarga, sekolah, masyarakat). Ada teori yang meyakini bahwa ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan representasi matematis yakni self efficacy.

Self efficacy memegang peranan penting dalam kemajuan pendidikan karena self efficacy akan membantu siswa merasa percaya pada kemampuan diri yang mereka miliki serta mampu menangani secara efektif kesulitan yang mereka hadapi dalam pengalaman belajar. Self efficacy merupakan suatu kecakapan yang dapat dilatih dan diajarkan agar menjadi semakin baik (Baron dan Byrne dalam Walgito, 2011).

Bandura (Zimmerman, 2011) menyatakan “Self efficacy as personal judgement of one’s capabilities to organize and execute courses of action to attain designated goals, and he shought to assess its level, generality, and strength across activities and contexts” yang berarti bahwa self efficacy merupakan penilaian diri terhadap kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan rangkaian tindakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, mampu mengukur kemampuan diri dalam melakukan berbagai tindakan sesuai tingkatan, keumuman, kekuatan dalam berbagai situasi/keadaan.

Bandura (Lunenburg, 2011) menyatakan bahwa “Individu yang memiliki tingkat self efficacy yang tinggi memiliki keyakinan bahwa ia mampu mengerjakan tugas-tugas yang sulit sedangkan individu yang memiliki self


(17)

5

efficacy rendah memiliki keyakinan bahwa dirinya hanya mampu mengerjakan tugas yang mudah”.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa self efficacy memainkan peranan penting karena keberadaanya akan memotivasi seseorang untuk memiliki keteraturan lebih sebagai bentuk persiapan diri dalam mengahadapi tantangan agar mencapai tujuan yang direncanakan.

Namun pada kenyataannya, pentingnya peran self efficacy tidak dirasakan oleh beberapa siswa. Terkadang siswa menganggap bahwa jika mereka pandai pasti mereka selalu mendapatkan nilai yang bagus, begitu sebaliknya. Meskipun begitu, siswa yang pandai belum tentu selalu memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Jika faktor tersebut menghambat siswa, maka akan berpengaruh pada hasil belajarnya.

Demikian halnya dengan self efficacy yang dimiliki oleh siswa SMK Swasta PAB 2 Helvetia. Peneliti melakukan observasi dengan beberapa siswa dan diperoleh hasil bahwa beberapa siswa berkeyakinan bahwa nilai yang bagus didapat jika ia pandai, begitu sebaliknya, jika ia kurang pandai maka ia akan selalu mendapatkan nilai yang kurang bagus. Ketika akan menghadapi tantangan (dalam hal ini ulangan) beberapa dari mereka tidak berusaha melakukan persiapan yang lebih untuk menghadapinya. Mereka tidak berusaha menambah jam belajar dan mengurangi jam bermain, atau membuat jadual untuk belajar dalam mendisiplinkan dirinya dalam menghadapi ulangan. Tidak adanya persiapan membuat mereka mendapatkan nilai buruk. Pengalaman tersebut tidak membuat mereka berusaha untuk memperbaikinya. Setelah mendapatkan nilai buruk yang berulang-ulang, mereka akan merasa saat ulangan berikutnya mereka pasti akan


(18)

6

mendapatkan nilai buruk juga. Hal ini, karena setelah beberapa kali mendapatkan nilai buruk mereka menjadi yakin bahwa mereka memang tidak bisa mengerjakan soal ulangan karena kurangnya kemampuan. Hal ini menunjukkan bahwa Self efficacy siswa masih rendah.

Dengan demikian dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan representasi matematis dan self efficacy harus ditingkatkan, karena peningkatan keduanya memang sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam memahami matematika itu sendiri, yang tentunya akan mempengaruhi minat siswa dalam menguasai materi pelajaran matematika, yang akan berkelompok pada peningkatan prestasi dan hasil belajar matematika siswa.

Namun pada kenyataannya untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis dan self efficacy bukan merupakan hal yang mudah. Bagian terbesar dari matematika yang dipelajari siswa di sekolah tidak diperoleh melalui eksplorasi matematik, tetapi melalui pemberitahuan. Kenyataan di lapangan juga menunjukkan demikian, bahwa kondisi pembelajaran yang berlangsung dalam kelas membuat siswa pasif. Komentar tentang kondisi persekolahan juga datang dari berbagai praktisi yang umumnya mengemukakan bahwa merosotnya kemampuan representasi siswa di kelas anatara lain karena : (a) Dalam mengajar guru sering menjelaskan pada siswa bagaimana menyelesaikan soal, (b) Siswa belajar dengan cara mendengar dan melihat guru melakukan matematik kemudian guru mencoba memecahkan sendiri, (c) Pada saat mengajar matematika, guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian contoh, dan soal untuk latihan.


(19)

7

Penjelasan di atas salah satu penyebab rendahnya kualitas representasi siswa. Akibatnya kemampuan representasi siswa tidak berkembang sebagaimana mestinya. Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda-beda dalam membangun pengetahuannya. Dalam hal ini, sangat memungkinkan bagi siswa untuk mencoba berbagai representasi dalam memahami suatu konsep. Karena itu kemampuan representasi menjadi penting untuk dilatihkan dan dibiasakan kepada siswa untuk mencapai kebenaran secara rasional, karena representasi dalam matematika memiliki kesamaan dengan representasi dalam kehidupan sehari-hari dalam memecahkan berbagai masalah.

Untuk mengantisipasi masalah tersebut maka perlu menggunakan suatu pendekatan pembelajaran yang tepat. Suatu pendekatan mempunyai peranan penting karena pendekatan dalam pembelajaran pada hakikatmya merupakan cara yang teratur dan terpikir secara sempurna untuk mencapai suatu tujuan pengajaran. Pendekatan ini merupakan peran yang penting untuk menentukan berhasil dan tidaknya pembelajaran yang diinginkan. Pendekatan pembelajaran matematika yang mempertimbangkan kemampuan awal siswa, pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan representasi matematis dan self efficacy siswa, pembelajaran yang menjadikan guru bukan lagi sebagai pemberi informasi, tetapi sebagai pendorong siswa belajar agar dapat mengkontruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas. Pendekatan pembelajaran metakognisi dapat dijadikan alternatif yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan represenatasi matematis dan self efficacy, dan diharapkaan pendekatan ini dapat membantu guru dalam membantu guru dalam membantu siswa untuk mengkontruksi pemikirannya melalui interaksi sosial.


(20)

8

Pendekatan pembelajaran metakognisi merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang membelajarkan peserta didik untuk mampu berpikir kreatif dalam memecahkan suatu permasalahan (Listiani, 2014). Dalam hal ini siswa tidak hanya sekedar berpikir, tetapi lebih dari itu siswa diajak untuk belajar berpikir mengenai bagaimana menyelesaikan suatu permasalahan, mulai dari merencanakan, melaksanakan, hingga merefleksi kegiatan yang telah dilakukan. Aktivitas metakognitif terjadi saat siswa secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan suatu tujuan (Purwanto, 2011).

Senada dengan penjelasan di atas Sudiarta (2011) menyatakan bahwa model pembelajaran metakognitif dapat dibagi menjadi tiga komponen yaitu, perencanaan diri (self planning), pemantauan diri (self monitoring), dan evaluasi diri (self evaluation). Perencanaan diri ini mempunyai indikator-indikator tentang tujuan belajar yang akan dicapai. Pemantuan diri ini lebih ditekankan pada pemantauan ketercapaian tujuan belajar. Sedangkan evaluasi diri mempunyai indikator-indikator tentang evaluasi ketercapaian tujuan belajar, evaluasi waktu yang digunakan.

Pada prinsipnya jika dikaitkan dengan proses belajar, kemampuan metakognisi adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol proses belajarnya, mulai dari tahap perencanaan, memilih strategi yang tepat sesuai masalah yang dihadapi, kemudian memonitor kemajuan dalam belajar dan secara bersamaan mengoreksi jika ada kesalahan yang terjadi selama memahami konsep, menganalisis keefektifan dari starategi yang dipilih dan bagian akhir sebagai bentuk upaya refleksi, biasanya seseorang yang memiliki kemampuan


(21)

9

metakognisi yang baik selalu mengubah kebiasaan belajar dan jika strateginya jika diperlukan, karena mungkin hal itu tidak cocok lagi dengan keadaan tuntutan lingkungan dalam mengembangkan kemampuannya. Hal ini dapat terwujud melalui suatu bentuk pembelajaran alternatif yang dirancang sedemikian rupa sehingga mencerminkan keterlibatan siswa secara aktif dalam merespon kesadaran metakognisinya.

Berdasarkan definisi yang disajikan di atas, dapat dikatakan bahwa metakognisi adalah kesadaran dan self efficacy proses kognisi. Selanjutnya, menurut pengelompokan yang telah dinyatakan sebelumnya, secara umum ada dua dimensi metakognisi ketika belajar atau pemecahan masalah, yaitu: (1) Kesadaran tentang kognisi dan, (2) Kontrol atau regulasi proses kognisi. Kesadaran tentang kognisi mencakup penilaian tentang apa yang diketahui dan tidak diketahui, serta metode yang digunakan untuk mengatur proses kognisi. Sedangkan kontrol atau regulasi kognisi proses meliputi rencana dan memantau kegiatan kognisi.

Selain pendekatan pembelajaran metakognisi, kemampuan awal matematis juga perlu dipertimbangakan dalam proses pembelajaran matematika. Konsep-konsep yang sudah ada dalam diri siswa merupakan kemampuan awal matematis. Kemampuan awal matematis berpengaruh dalam proses pembentukan pengetahuan siswa sehingga perlu diperhatikan agar proses pembentukan pengetahuan dalam diri siswa berjalan dengan baik (Adams dan Bruce, dalam Irawati, 2014). Sebagian besar guru jarang memperhatikan aspek kemampuan awal matematis, sehingga pada saat pembelajaran kemampuan awal matematis belum dipertimbangkan.


(22)

10

Kemampuan awal matematis merupakan persyaratan yang harus dimiliki oleh setiap siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan lancar. Akan tetapi berbagai fakta yang ditemukan membuktikan bahwa kemampuan awal matematis masih kurang. Hal ini disebabkan pada saat proses pembelajaran guru lebih fokus dalam menyelesaikan materi pembelajaran sesuai dengan silabus yang telah ditentukan. Guru mempercepat pembelajaran karena mengejar waktu yang telah direncanakan meskipun siswa belum sepenuhnya mengerti. Siswa juga hanya menghafal pelajaran dan kurang berlatih mengerjakan soal-soal latihan matematika. Maka dari itu siswa akan selalu mengalami kesulitan jika kesalahan sebelumnya tidak diperbaiki.

Hal ini jelas akan semakin mempersulit siswa dalam meningkatkan kemampuan representasi matematis dan self efficacy, selain itu siswa yang memiliki kemampuan awal rendah akan merasa semakin tidak tertarik untuk belajar matematika, dan merasa diasingkan dari kelompok siswa yang memiliki kemampuan sedang dan tinggi. Hal ini jelas akan sangat berdampak buruk bagi hasil belajar siswa.

Hal lain yang perlu dilihat lebih jauh yaitu berkaitan dengan interaksi antara kemampuan awal matematika siswa (KAM) yang dibedakan ke dalam kategori kelompok tinggi, sedang, dan rendah, pendekatan pembelajaran metakognisi terhadap peningkatan kemampuan representasi matematis dan self efficacy siswa. Apakah kemampuan awal matematika siswa yang dibedakan ke dalam kelompok kemampuan tinggi, sedang dan rendah, mempengaruhi siswa dalam menerima pendekatan pembelajaran metakognisi. Hal ini mengingat banyak orang berpendapat jika kemampuan awal matematika siswa tinggi maka


(23)

11

siswa tersebut akan mudah untuk diajarkan. Namun jika kemampuan awal matematika siswa rendah maka akan sulit diajarkan. Pernyataan diatas dapat diterima sesuai dengan logika, karena setiap perbedaan-perbedaan siswa yang meliputi, KAM, tempat tinggal, lingkungan, fasilitas belajar, gizi, penghasilan orang tua, dan faktor-faktor lain, tentunya akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Namun haruslah disadari, kita harus melihat seberapa besar pengaruh perbedaan tersebut terhadap hasil belajar siswa. Maka dari itu perlu diteliti apakah ada hubungan atau interaksi kemampuan awal matematika siswa (KAM) bila diajarkan dengan pendekatan pembelajaran metakognisi terhadap peningkatan kemampuan representasi matematis dan self efficacy siswa.

Berdasarkan analisis penulis, titik awal dalam pembelajaran matematika pada setiap pembelajaran adalah belum memanfaatkan kemampuan awal matematika siswa sebagai jembatan dalam memahami konsep-konsep matematika. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi self efficacy siswa. Siswa dengan kemampuan representasi matematis yang lebih tinggi tentu saja akan memiliki self efficacy yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan representasi matematis sedang atau rendah. Sehingga diharapkan pendekatan pembelajaran metakognisi akan mampu menjembatani perbedaan tersebut. Hal ini sangat dimungkinkan. Sebab dengan pendekatan pembelajaran metakognisi, siswa diajak memahami konsep matematika dengan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Maka dengan penjelasan di atas, pendekatan pembelajaran metakognisi sangat berpeluang untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis dan self efficacy. Untuk itu peneliti tertarik mengadakan studi penelitian di SMK Swasta PAB 2 Helvetia dengan judul: “Peningkatan


(24)

12

Kemampuan Representasi Matematis Dan Self Efficacy Siswa dengan Pendekatan Pembelajaran Metakognisi di SMK Swasta PAB 2 Helvetia”.

1.2Identifikasi Masalah

Sesuai dengan judul penelitian dan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Hasil belajar matematika siswamasih rendah. 2. Kemampuan representasi matematis siswa rendah. 3. Self efficacy siswa rendah.

4. Strategi pembelajaran masih bersifat (teacher centered) dan belum pernah menerapkan pendekatan pembelajaran metakognisi.

5. Kemampuan awal siswa rendah.

6. Terdapat perbedaan kemampuan representasi matematis siswa dan self efficacy siswa akibat perbedaan kemampuan awal matematika siswa (tinggi,sedang,rendah).

1.3Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang memiliki cakupan begitu luas, agar lebih fokus dalam mencapai tujuan penelitian ini, perlu batasan masalah terhadap


(25)

13

penelitian ini. Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup lokasi, subjek penelitian, waktu penelitian dan variabel-variabel penelitian. Penelitian ini dibatasi pada SMK PAB 2 Helvetia. Penelitian ini melibatkan siswa kelas X, dengan melibatkan variabel kontrol KAM siswa (tinggi,sedang,rendah), variabel bebas pendekatan pembelajaran metakognisi dan pembandingnya pembelajaran yang diterapkan dilokasi penelitian yaitu: pembelajaran biasa. Variabel terikatnya adalah kemampuan representasi matematis dan self efficacy siswa. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti permasalahan sebagai berikut :

1. Kemampuan representasi matematis siswa masih rendah. 2. Self efficacy siswa masih rendah.

3. Interaksi antara KAM siswa (tinggi,sedang,rendah) dengan pendekatan pembelajaran metakognisi terhadap peningkatan kemampuan representasi matematis siswa.

4. Interaksi antara kemampuan awal matematika (KAM) siswa dengan pendekatan pembelajaran metakognisi terhadap peningkatan self efficacy siswa.

1.4Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan pembelajaran metakognisi lebih tinggi daripada kemampuan representasi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa?

2. Apakah peningkatan self efficacy siswa yang belajar dengan pendekatan pembelajaran metakognisi lebih baik daripada self efficacy siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa?


(26)

14

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan KAM terhadap kemampuan representasi matematis siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan KAM terhadap self efficacy siswa?

1.5Tujuan Penelitian

Dalam setiap penelitian memiliki tujuan yang akan dicapai yaitu untuk: 1. Untuk menganalisis apakah peningkatan kemampuan representasi matematis

siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran metakognisi lebih tinggi daripada kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

2. Untuk menganalisis apakah peningkatan self efficacy siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran metakognisi lebih tinggi daripada self efficacy siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

3. Untuk menganalisis interaksi antara model pembelajaran dan KAM terhadap kemampuan representasi matematis siswa.

4. Untuk menganalisis interaksi antara model pembelajaran dan KAM terhadap self efficacy siswa.

1.6Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi guru

Sebagai bahan pengembangan dan alternatif tentang kemampuan representasi dan self-efficacy dengan pendekatan pembelajaran metakognisi dalam proses


(27)

15

pembelajaran berlangsung terutama dalam pelajaran matematika sehingga guru dapat merancang suatu rencana pembelajaran yang berinteraksi sehingga belajar akan lebih baik jika siswa dapat menemukan sendiri apa yang menjadi kebutuhan belajarnya dan bukan karena diberitahukan oleh guru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

2. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa dan self efficacy siswa melalui pendekatan pembelajaran metakognisi sehingga kompetensi dalam mata pelajaran matematika dapat tercapai secara optimal.

3. Bagi peneliti

Sebagai salah satu acuan/referensi untuk penelitian lain dan penelitian yang relevan. Dan juga memberi gambaran atau informasi tentang peningkatan kemampuan representasi matematis dan self efficacy siswa selama pembelajaran berlangsung dan variasi jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah pada masing-masing pembelajaran.


(28)

127 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap temuan peneliti tentang peningkatan kemampuan representasi matematis dan self efficacy siswa melalui pendekatan pembelajaran metakognisi. Diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pada rumusan masalah, yaitu:

1. Peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran metakognisi lebih tinggi daripada kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

2. Peningkatan self efficacy siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran metakognisi lebih baik daripada self efficacy siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan KAM terhadap kemampuan representasi matematis siswa.

4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan KAM terhadap self efficacy siswa.


(29)

128

5.2. Implikasi

Berdasarkan simpulan di atas diketahui bahwa penelitian ini, berfokus pada kemampuan representasi matematis dan self efficacy siswa melalui pendekatan pembelajaran metakognisi. Terdapat perbedaan kemampuan representasi matematis yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran metakognisi dan pembelajaran biasa secara signifikan. Ditinjau dari indikator kemampuan representasi matematis yang terdiri dari tiga indikator yaitu representasi visual (diagram, grafik, atau tabel dan gambar), kata-kata atau teks tertulis dan persamaan atau ekspresi matematika. Dari hasil penelitian terlihat bahwa pada kedua kelas indikator tertinggi adalah indikator 1 yaitu representasi visual (diagram, grafik, atau tabel dan gambar) daripada indikator yang lainnya. Hal itu terjadi karena pada indikator 1 siswa tidak mengalami kesulitan untuk mengubah ke dalam bentuk visual yaitu gambar, diagram, tabel atau chart dibandingkan indikator lainnya siswa mengalami kesulitan untuk mengubah ke dalam bentuk persamaan atau ekspresi matematis dan mengubah ke dalam bentuk tulisan atau kata-kata. Hal ini sejalan dengan penelitian dari (Abdullah, 2012) membuktikan bahwa indikator kemampuan representasi matematis yang paling tinggi diperoleh 14 siswa atau 53,84 % siswa menjawab dengan benar soal yang berkaitan dengan

representasi visual, dibandingkan 12 siswa atau 46,15% menjawab dengan benar

soal yang berkaitan dengan persamaan atau ekspresi matematika dan 5 siswa

atau 19,23% menjawab dengan benar soal yang berkaitan dengan kata-kata atau


(30)

129

Terdapat perbedaan self efficacy siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran metakognisi dan pembelajaran biasa secara signifikan.Ditinjau dari indikator self efficacy siswa yang terdiri dari tujuh indikator yaitu penghakiman dari kemampuan pribadi, mengatur penguasaan dan keterampilan, disiplin diri, mencapai prestasi, prediksi usaha dan motivasi, hasil pemikiran, dan menghasilkan prestasi. Dari hasil penelitian terlihat bahwa pada kelas eksperimen indikator tertinggi adalah indikator 5 yaitu prediksi usaha dan motivasi daripada indikator yang lainnya. Hal itu terjadi karena motivasi merupakan faktor psikologi sehingga faktor tersebut juga berpengaruh dalam menentukan hasil belajar. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Hairida dan Astuti (2012) membuktikan bahwa “faktor internal yang terbentuk dari dalam diri siswa itu sendiri antara lain kesehatan jasmani rohani, sikap, intelegensi dan bakat, minat, motivasi, kebiasaan belajar, dan lain sebagainya, sedangkan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa itu antara lain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, guru, masyarakat serta ling-kungan sekitar”, sedangkan pada kelas kontrol indikator tertinggi adalah indikator 7 yaitu menghasilkan prestasi daripada indikator yang lainnya. Hal itu terjadi karena semakin seseorang mengalami keberhasilan dalam hidupnya, semakin tinggi pula self efficacy-nya.Hal ini sejalan dengan penelitian dari Mahardikawati (2014) membuktikan bahwa semakin tinggi self-efficacy, maka semakin tinggi prestasi belajar siswa, sebaliknya semakin rendah self- efficacy semakin rendah prestasi belajar siswa.


(31)

130

5.3.Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, maka disarankan :

1. Untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis lebih baik menggunakan pendekatan pembelajaran metakognisi daripada pembeljaran biasa,

2. Untuk meningkatkan self efficacy lebih baik menggunakan pendekatan pembelajaran metakognisi daripada pembeljaran biasa,

3. Interaksi dalam peningkatan kemampuan representasi matematis siswa dengan pendekatan pembelajaran metakognisi digunakan lebih baik pada kategori KAM tinggi,

4. Interaksi dalam peningkatan self efficacy siswa dengan pendekatan pembelajaran metakognisi digunakan lebih baik pada kategori KAM tinggi.


(32)

134

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2012. Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Smp Melalui Pembelajaran Kontekstual Yang Terintegrasi Dengan Soft Skill Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan Matematika, pada tanggal 10 November 2012, ISBN : 978-979-16353-8-7. Program Pascasarjana Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Pdf.

Abdurrahman, Mulyono. 2011. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Ahmad. (2012). Keefektifan Pendekatan Pembelajaran Metakognisi Terhadap Kemampuan Representasi Matematis dan Self Efficacy Siswa. Unnes Journal of Mathematics Education. Vol. 1 (1): 1-6.

Arikunto & Suharsini. 2011. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Ariwahyuni. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Metakognitif Terhadap Pemahaman Konsep Matematika. e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014).

Aryanti, Devi, dkk. 2013. Kemampuan Representasi Matematis Menurut Tingkat Kemampuan Siswa pada Materi Segi Empat di SMP.

Asri, Khairul,dkk. 2014. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematis Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal Didaktik Matematika ISSN: 2355-4185 (Vol. 1, No. 2, September 2014).

Caprara ,Gian Vittorio. 2012. “Longitudinal Analysis of the Role of Perceived

Self-Efficacy for Self-Regulated Learning in Academic Continuance and Achievement. Journal of Educational Psychology.

Dimyati & Mujiono. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Djamarah, Bahrim & Zain, Aswan. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :

Rineka Cipta.

Effendi, Leo. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan (Vol: 13 No: 2 Tahun 2012.

Hairida dan Astuti. 2012. Self Efficacy dan Prestasi Belajar siswa dalam Pembelajarn IPA- Kimia. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA. Vol 3.No.1. Januari 2012.


(33)

135

H. Schunk, Dale and Frank Pajares. 2011. Self Efficacy Theory. Handbook Motivation. 35-55.

Irawati, Ratna Kartika. 2014. Pengaruh Model Problem Solving dan Problem Posing serta Kemampuan Awal terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan Sains Vol 2, No. 4, December 2014, Hal 184-192.

Irjayanti. 2015. Keefektifan Strategi React Ditinjau Dari Prestasi Belajar, Kemampuan Penyelesaian Masalah, Koneksi Matematis, Self Efficacy. Jurnal Riset Pendidikan Matematika Volume 2 – Nomor 2, November 2015, (262 - 272).

Jones, A.D. 2012. The Fifth Process Standart: An Argument to Include Representation in Standards 2011.

Kirk, Karin. 2013. Self-Efficacy: Helping Student Believe in Themselves. Carleton

College’s.

Laelasari, dkk. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7e Dalam Kemampuan Representasi Matematis Mahasiswa. Jurnal Euclid, Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon (ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136).

Listiani, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Metakognitif Berbasis Masalah Terbuka Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sd Gugus 8 Blahbatuh. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014).

Lunenburg, F.C. (2011). Self efficacy in the workplace: implication for motivation and performance. International Journal of Management, Bussiness, and Administration, vol 14, no 1.

Lyn, D. 2012. English-Handbook of International Research in Mathematics Education. London. LEA(Lawrence Erlbaum Associates).

Mahardikawati, D. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Self-efficacy Siswa SMP dengan Menggunakan Pendekatan Diskursif. Jurnal didaktik Matematika.vol 1 No.1 April 2014. ISSN : 2355-4185.

Miranda, Yula. 2011. “Dampak Pembelajaran Metakognitif dengan Strategi Kooperatif terhadap Kemampuan Metakognitif Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri Palangka Raya”. Jurnal Penelitian Kependidikan, TH. 20 No. 2, Oktober 2011.

National Council of Teachers of Mathematic (NCTM). (2000). Principle and Standards for School Mathematics. NCTM.


(34)

136

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 64 Tahun 2013.

Praptiwi. 2012. Efektivitas Metode Kooperatif Tipe GI dan STAD Ditinjau dari Kemampuan Awal. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, ISSN: 2086-2407, Vol. 3 No. 1 April 2012.

Purwanto, Ngalim. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Rukoyah, Siti Yoyoh. 2013. Peningkatan Self Efficacy Siswa dan Motivasi Berprestasi Siswa Dalam Pendekatan Pembelajaran Metakognisi. Universitas PGRI Yogyakarta, Vol 4, No. 1. Hal. 41.

Sabirin, Muhamad. 2014. Peningkatan Representasi Dalam Pendekatan Pembelajaran Metakognisi. JPM IAIN Antasari Vol. 01 No. 2 Januari – Juni 2014, h. 33-44.

Sardiman, AM. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Saripudin, Agus. 2013. “Metakognisi dan Peran serta Implikasinya bagi

Pembelajaran Membaca”. Jurnal Bahasa dan Sastra Lingua, Vol. 8, No. 2,

Juni 2013.

Slameto. 2011. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudiarta, P. (2011), Penerapan Strategi Metakognitif dalam Perkuliahan Statistika Matematika I untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA Singaraja, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA Singaraja, Volume 40, No 3 Juli 2011.

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Sudjana. 2012. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sukardinata, N.S. 2011. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Sugiono. 2012. MetodePenelitianPendidikan (PendekatanKuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung :Alfabeta.

Suzana, Y. (2014). “Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa SMU”. Jurnal


(35)

137

Svinicki, M. 2013. What They Don’t Know Can Hurtthem: The Role of Prior Knowledge in Learning. The Professional & Organizational Development Network in Higher Education, 5(4):1-5.

Walgito, Bimo. 2011. Teori-teori Psikologi Sosial. Yogyakarta : C.V Andi Offset. Wiradnyana, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Metakognitif

Berorientasi Pemecahan Masalah Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Siswa Kelas V Sd Gugus X Kecamatan Buleleng. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014).

Yazid, A. 2012. Kooperative TTW Strategy Mathematical Representation Ability. Universitas Negeri Semarang. Journal of Primary Education.

Zimmerman, B. J. (2011). Self efficacy: an essential motive to learn. Contemporary Educational Psychology 25, 82-91. Graduate School and University Center of City University of New York.

Zulkosky, Kristen. 2012. Self Efficacy: A Concept Analysis. In Journal Compilation Vol. 44 No.2 Hlm. 93 – 102.


(1)

Terdapat perbedaan self efficacy siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran metakognisi dan pembelajaran biasa secara signifikan.Ditinjau dari indikator self efficacy siswa yang terdiri dari tujuh indikator yaitu penghakiman dari kemampuan pribadi, mengatur penguasaan dan keterampilan, disiplin diri, mencapai prestasi, prediksi usaha dan motivasi, hasil pemikiran, dan menghasilkan prestasi. Dari hasil penelitian terlihat bahwa pada kelas eksperimen indikator tertinggi adalah indikator 5 yaitu prediksi usaha dan motivasi daripada indikator yang lainnya. Hal itu terjadi karena motivasi merupakan faktor psikologi sehingga faktor tersebut juga berpengaruh dalam menentukan hasil belajar. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Hairida dan Astuti (2012) membuktikan bahwa “faktor internal yang terbentuk dari dalam diri siswa itu sendiri antara lain kesehatan jasmani rohani, sikap, intelegensi dan bakat, minat, motivasi, kebiasaan belajar, dan lain sebagainya, sedangkan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa itu antara lain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, guru, masyarakat serta ling-kungan sekitar”, sedangkan pada kelas kontrol indikator tertinggi adalah indikator 7 yaitu menghasilkan prestasi daripada indikator yang lainnya. Hal itu terjadi karena semakin seseorang mengalami keberhasilan dalam hidupnya, semakin tinggi pula self efficacy-nya.Hal ini sejalan dengan penelitian dari Mahardikawati (2014) membuktikan bahwa semakin tinggi self-efficacy, maka semakin tinggi prestasi belajar siswa, sebaliknya semakin rendah self- efficacy semakin rendah prestasi belajar siswa.


(2)

130

5.3.Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, maka disarankan :

1. Untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis lebih baik menggunakan pendekatan pembelajaran metakognisi daripada pembeljaran biasa,

2. Untuk meningkatkan self efficacy lebih baik menggunakan pendekatan pembelajaran metakognisi daripada pembeljaran biasa,

3. Interaksi dalam peningkatan kemampuan representasi matematis siswa dengan pendekatan pembelajaran metakognisi digunakan lebih baik pada kategori KAM tinggi,

4. Interaksi dalam peningkatan self efficacy siswa dengan pendekatan pembelajaran metakognisi digunakan lebih baik pada kategori KAM tinggi.


(3)

134

Abdullah. 2012. Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Smp Melalui Pembelajaran Kontekstual Yang Terintegrasi Dengan Soft Skill Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan Matematika, pada tanggal 10 November 2012, ISBN : 978-979-16353-8-7. Program Pascasarjana Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Pdf.

Abdurrahman, Mulyono. 2011. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Ahmad. (2012). Keefektifan Pendekatan Pembelajaran Metakognisi Terhadap Kemampuan Representasi Matematis dan Self Efficacy Siswa. Unnes Journal of Mathematics Education. Vol. 1 (1): 1-6.

Arikunto & Suharsini. 2011. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Ariwahyuni. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Metakognitif Terhadap Pemahaman Konsep Matematika. e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014).

Aryanti, Devi, dkk. 2013. Kemampuan Representasi Matematis Menurut Tingkat Kemampuan Siswa pada Materi Segi Empat di SMP.

Asri, Khairul,dkk. 2014. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematis Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal Didaktik Matematika ISSN: 2355-4185 (Vol. 1, No. 2, September 2014).

Caprara ,Gian Vittorio. 2012. “Longitudinal Analysis of the Role of Perceived Self-Efficacy for Self-Regulated Learning in Academic Continuance and Achievement. Journal of Educational Psychology.

Dimyati & Mujiono. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Djamarah, Bahrim & Zain, Aswan. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :

Rineka Cipta.

Effendi, Leo. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan (Vol: 13 No: 2 Tahun 2012.

Hairida dan Astuti. 2012. Self Efficacy dan Prestasi Belajar siswa dalam Pembelajarn IPA- Kimia. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA. Vol 3.No.1. Januari 2012.


(4)

135

H. Schunk, Dale and Frank Pajares. 2011. Self Efficacy Theory. Handbook Motivation. 35-55.

Irawati, Ratna Kartika. 2014. Pengaruh Model Problem Solving dan Problem Posing serta Kemampuan Awal terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan Sains Vol 2, No. 4, December 2014, Hal 184-192.

Irjayanti. 2015. Keefektifan Strategi React Ditinjau Dari Prestasi Belajar, Kemampuan Penyelesaian Masalah, Koneksi Matematis, Self Efficacy. Jurnal Riset Pendidikan Matematika Volume 2 – Nomor 2, November 2015, (262 - 272).

Jones, A.D. 2012. The Fifth Process Standart: An Argument to Include Representation in Standards 2011.

Kirk, Karin. 2013. Self-Efficacy: Helping Student Believe in Themselves. Carleton

College’s.

Laelasari, dkk. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7e Dalam Kemampuan Representasi Matematis Mahasiswa. Jurnal Euclid, Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon (ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136).

Listiani, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Metakognitif Berbasis Masalah Terbuka Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sd Gugus 8 Blahbatuh. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014).

Lunenburg, F.C. (2011). Self efficacy in the workplace: implication for motivation and performance. International Journal of Management, Bussiness, and Administration, vol 14, no 1.

Lyn, D. 2012. English-Handbook of International Research in Mathematics Education. London. LEA(Lawrence Erlbaum Associates).

Mahardikawati, D. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Self-efficacy Siswa SMP dengan Menggunakan Pendekatan Diskursif. Jurnal didaktik Matematika.vol 1 No.1 April 2014. ISSN : 2355-4185.

Miranda, Yula. 2011. “Dampak Pembelajaran Metakognitif dengan Strategi Kooperatif terhadap Kemampuan Metakognitif Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri Palangka Raya”. Jurnal Penelitian Kependidikan, TH. 20 No. 2, Oktober 2011.

National Council of Teachers of Mathematic (NCTM). (2000). Principle and Standards for School Mathematics. NCTM.


(5)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 64 Tahun 2013.

Praptiwi. 2012. Efektivitas Metode Kooperatif Tipe GI dan STAD Ditinjau dari Kemampuan Awal. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, ISSN: 2086-2407, Vol. 3 No. 1 April 2012.

Purwanto, Ngalim. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Rukoyah, Siti Yoyoh. 2013. Peningkatan Self Efficacy Siswa dan Motivasi Berprestasi Siswa Dalam Pendekatan Pembelajaran Metakognisi. Universitas PGRI Yogyakarta, Vol 4, No. 1. Hal. 41.

Sabirin, Muhamad. 2014. Peningkatan Representasi Dalam Pendekatan Pembelajaran Metakognisi. JPM IAIN Antasari Vol. 01 No. 2 Januari – Juni 2014, h. 33-44.

Sardiman, AM. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Saripudin, Agus. 2013. “Metakognisi dan Peran serta Implikasinya bagi

Pembelajaran Membaca”. Jurnal Bahasa dan Sastra Lingua, Vol. 8, No. 2,

Juni 2013.

Slameto. 2011. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudiarta, P. (2011), Penerapan Strategi Metakognitif dalam Perkuliahan Statistika Matematika I untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA Singaraja, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA Singaraja, Volume 40, No 3 Juli 2011.

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Sudjana. 2012. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sukardinata, N.S. 2011. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Sugiono. 2012. MetodePenelitianPendidikan (PendekatanKuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung :Alfabeta.

Suzana, Y. (2014). “Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa SMU”. Jurnal


(6)

137

Svinicki, M. 2013. What They Don’t Know Can Hurtthem: The Role of Prior Knowledge in Learning. The Professional & Organizational Development Network in Higher Education, 5(4):1-5.

Walgito, Bimo. 2011. Teori-teori Psikologi Sosial. Yogyakarta : C.V Andi Offset. Wiradnyana, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Metakognitif

Berorientasi Pemecahan Masalah Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Siswa Kelas V Sd Gugus X Kecamatan Buleleng. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014).

Yazid, A. 2012. Kooperative TTW Strategy Mathematical Representation Ability. Universitas Negeri Semarang. Journal of Primary Education.

Zimmerman, B. J. (2011). Self efficacy: an essential motive to learn. Contemporary Educational Psychology 25, 82-91. Graduate School and University Center of City University of New York.

Zulkosky, Kristen. 2012. Self Efficacy: A Concept Analysis. In Journal Compilation Vol. 44 No.2 Hlm. 93 – 102.