PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR MENERAPKAN TEORI KELISTRIKAN DAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR SISWA KELAS X PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN SMK NEGERI 2 BINJAI TAHUN AJARAN 2

(1)

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TERHADAP HASIL BELAJAR MENERAPKAN TEORI

KELISTRIKAN DAN MENGGUNAKAN ALAT

UKUR SISWA KELAS X PROGRAM STUDI

TEKNIKKOMPUTER DAN JARINGAN

SMK NEGERI 2 BINJAI TAHUN

AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidkan

Jurusan Pendidikan Teknik Elektro

Oleh :

VIVI WULAN RATNA SARI NAINGGOLAN

5123331029

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Puji dan Syukurku panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karna kasih dan sayang nya aku dapat mengelesaikan skripsi ini, tidak lupa juga aku mengucapkan banyak

terima kasih atas segala dukungan kedua orang dan kedua saudaraku yang selalu memeberiku semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Kupersembahkan skripsi ini:

Kepada kedua orang tua ku, untuk sekarang hanya ini yang dapat kupersembahkan kepada Kalian, terima kasih karna sudah memberikan kesempatan kepada anakmu ini untuk

dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S-!. terkhusus kepada ibuku, terima kasih karna telah melahirkan aku dan terimah kasih telah mendidikku. Kepada ayah ku terima kasih karna telah megajarkan kepada ku apa arti hidup yang sesungguh nya. Kepada kedua saudaraku, terima kasih karna telah memahami kesibukan ku didalam

penyelesaian skripsi ini.

Dan yang teristimewa kepada seluruh teman-teman ku, terima kasih karna tidak pernah bosan selalu mendukungku didalam pengelesaian skripsi ini

“Perjuangan merupakan pengalaman berharga yang dapat menjadikan kita manusia yang berkualitas, dan perjuangan tidak pernah menghianati hasil. Jadi terus lah berjuang


(6)

ABSTRAK

Vivi Wulan Ratna Sari Nainggolan, NIM. 5123331029,”Perbedaan Model

Pembelajaran Probing Prompting Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Menerapkan Teori Kelistrikan Dan Menggunakan Alat Ukur Siswa Kelas X Program Studi Teknik Komputer Dan Jaringan SMK Negeri 2 Binjai Tahun Ajaran 2016/2017”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan 2016.

Pembelajaran yang dilakukan di sekolah adalah pembelajaran konvensional yang pada dasarnya menimbulkan kebosanan bagi siswa secara umum. Siswa perlu dilibatkan secara aktif dalam proses belajar mengajar untuk mengasah kemampuan belajar serta melatih rasa tanggung jawab dalam dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan model pembelajaran probing prompting dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar menerapkan teori kelistrikan dan menggunakan alat ukur siswa kelas X TKJ SMK Negeri 2 Binjai.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen, dimana dalam pelaksanaannya melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok konrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran probing prompting, sedangkan pada kelas kontrol siswa dibiarkan belajar dengan model pembelajaran konvensional. Kedua kelompok dalam penelitian ini merupakan kelompok yang homogen dimana tidak ada perbedaan secara khusus. Penentuan kelas dilakukan denggan menggunakan metode claster sampling, dan kelas eksperimen adalah kelas X TKJ 1 dengan jumlah siswa 29 orang dan kelas kontrol adalah kelas X TKJ 2 dengan jumlah siswa 29 orang. Jadi, total siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah 58 orang.

Berdasarkan analisi data pada kompetensi dasar menerapkan teori kelistrikan dan menggunakan alat ukur, terdapat perbandingan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran probing prompting dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat hasil pengujian hipotesis. Dimana pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji t, dengan taraf signifikan 5%. Uji t dimana Ha diterima jika thitung > ttabel. Harga thitung didapatkan sebesar 9.745 dan data tabel diketahui 1.672. Maka, kriteria pengujian data diperoleh thitung > ttabel yaitu 9.745 > 1,672 artinya Ha diterima yang berarti terdapat perbandingan hasil belajar kompetensi dasar menerapkan teori kelistrikan dan menggunakan alat ukur siswa yang menggunakan model pembelajaran probing prompting dengan yang menggunakan model pembelajaran Konvensional Kelas X SMK Negeri 2 Binjai Tahun Ajaran 2016/2017.


(7)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat TuhanYang Maha Esa atas rakhmat dan karunia yang dilimpahkan kepada saya sehingga dapat menyusun skripsi ini berjudul “Perbedaan Model Pembelajaran Probing Prompting Dengan Model Pembelajaran Konvensional Tehadap Hasil Belajar Kompetensi Dasar Menerapkan Teori Kelistrikan Dan Menggunakan Alat Ukur Siswa Kelas X Program Studi Teknik Komputer Dan Jaringan SMK Negeri 2 Binjai”. Skripsi ini diajukan sebagai sebagiab dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Pendidikan Teknnik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini secara khusus kepada dosen pembimbing skripsi saya, Bapak Baharrudin, S.T, M.Pd yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada saya dalam meyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, saya juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Baharrudin, S.T, M.Pd selaku ketua jurusan di jurusan Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Medan.

2. Dra. Pintauli Saragih, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik dan dosen narasumber.

3. Dr. Asahan Pasaribu, S.T, M.Pd, selaku dosen narasumber. 4. Dr. Arif Rahman, M.Pd, selaku dosen narasumber.

5. Dr. Salman Bintang selaku Sekretaris Jurusan di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Univesitas Negeri Medan.

6. Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Teknikk

7. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, Selaku Rektor Universitas Negeri Medan 8. Pegawai dan Staf Jurusan dan Fakultas.

9. Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah SMK Negeri 2 Binjai yang telah memberikan izin kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di SMK Negeri 2 Binjai.

10.Rinawati Sitepu,S.T selaku guru mata pelajaran menerapkan menerapkan teknik elektronika analog dan digital dasar atau kk1 di SMK Negeri 2 Binjai.


(8)

ii

11.Irma Agustina Br. Manalu, Dahrani Pasaribu, Putri Ernawaty Munthe, Lasro P Sihite dan seluruh teman-teman satu angkatan penulis di jurusan Pendidikan Teknik Elekto 2012 yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dan turut mendoakan penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

Teristimewa kepada orang tua HT Nainggolan/ R E br. Siallagan, S.Pd dengan kasih dan sayang yang terlalu besar bagi saya, dukungan materi dan motivasi yang selalu ada, juga kakak saya Monika Cristiani Nainggolan, Amkeb dan adik Ruth Jesika Krisna Nainggolan, terima kasih unjtuk setiap dukungannya.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pengerjaan ini dan penulis berharap semoga skripsi ini akan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2016

Vivi Wulan Ratna Sari Nainggolan NIM. 5123331021


(9)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Batasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN TEORI dan HIPOTESIS A. Deskripsi teori ... 13

1. Hakekat Hasil Belajar Kompetensi Dasar Menerapkan Teori Kelistrikan Dan Menggunakan Alat Ukur... 13

a) Belajar ... 13

b) Hasil Belajar ... 18

c) Kompetensi Dasar Menerapkan Teori Kelistrikan Dan Menggunakanan Alat Ukur ... 21

d) Hasil Belajar Kompetensi Dasar Menerapkan Teori Kelistrikan Dan Menggunakan Alat Ukur ... 24

2. Hakekat Model Pembelajaran ... 27

a) Model Pembelajaran Probing Promting ... 31

b) Model Pembelajran Konvensional ... 43


(10)

iv

C. Kerangka Berpikir ... 49

D. Pengajuan Hipotesis ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 53

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 57

1. Tempat Penelitian ... 57

2. Waktu Penelitian ... 57

C. Defenisi Operasional Variable Penelitian ... 57

1. Variabel Penelitian ... 57

2. Defenisi Operasional ... 57

D. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 58

1. Populasi Penelitian ... 58

2. Sampel Penelitian ... 58

E. Instrument Dan Teknik Pengumpulan Data ... 59

1. Alat Pengumpulan Data ... 59

2. Uji Coba Instrumen ... 62

a. Validitas Tes ... 62

b. Reliabilitas Tes ... 64

c. Indeks Kesukaran ... 65

3. Hasil Uji Instrumen ... 66

F. Teknik Analisis Data ... 67

1. Menghitung Nilai Rata-Rata, Median, Modus, Standart Deviasi Dan Varians ... 67

2. Uji Normalitas ... 67

3. Uji Homogenitas Data ... 68

4. Uji Hipotesis ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 70


(11)

v

C. Uji Persyaratan Analisis ... 74

1. Uji Normalitas ... 74

2. Uji Homogenitas ... 74

D. Pengujian Hipotesis ... 75

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79


(12)

(13)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Diagram Histogram Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ... 74 Gambar 4.2 Diagram Histogram Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ... 75


(14)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar ... 23

Tabel 2.2 Rincian Kompetensi Dasar... 25

Tabel 3.1 Desain Penelitian... 53

Tabel 3.2 Langkah-langkah penelitian ... 56

Tabel 3.3 Kisi - Kisi Tes Belajar Menerapkan Teori Kelistrikan Dan Menggunakan Alat Ukur ... 60

Tabel 3.4 Perhitungan Validitas Tes Hasil Belajar ... 63

Tabel 3.5 Ringkas Uji Coba Instrumen ... 66

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pada Kelas Eksperimen ... 70

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pada Kelas Kontrol ... 71

Tabel 4.3 Kecenderungan Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 72

Tabel 4.4 Kecenderungan Hasil Belajar Kelas Kontrol ... 73

Tabel 4.5 Uji Normalitas Data ... 74

Tabel 4.6 Uji Homogenitas ... 74


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan merupakan titik sentral yang sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu negara. Melalui pendidikan harkat dan martabat bangsa dapat di tingkatkan dan dengan demikian tujuan untuk memajukan negara ke arah yang lebih baik lagi dapat terwujud. Peningkatan mutu pendidikan telah banyak dilakukan oleh setiap negara untuk memajukan negaranya. Salah satunya adalah Indonesia yang menjadikan pendidikan sebagai jalan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Dalam peningkatan mutu pendidikan ini diharapkan dapat menghasilkan manusia yang dapat memberikan banyak kontribusi bagi masyarakat, bangsa, dan negara sehingga mampu hidup dan bersaing dalam era globalisasi yang akan datang tanpa kehilangan identitas nasionalnya.

Menurut hamalik (2001), pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri terhadapap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannnya untuk berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan banyak pihak khususnya keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal sebagai tripusat pendidikan (Tirtarahardja dan sulo, 2005).

Pendidikan menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dikembangkan, sehingga pembangunan sumber daya manusia dibidang pendidikan merupakan


(16)

2

modal utama dalam pembangunan bangsa. Untuk menghadapi persaingan dalam era globalisasi, pemerintah berusaha mengantipasi melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, dilakukan dengan peningkatan kualitas pendidikan.

Ilmu pengetahuan dan teknologi mengambil peranan yang sangat besar dalam sejarah perkembangan hidup manusia untuk memenuhi segala kebutuhannya. Hal ini tidak dapat dipungkiri mengingat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membawa peradapan manusia ke era globalisasi.

Dewasa ini, dalam kurun waktu memasuki abad millenium ke tiga, pendidikan bangsa Indonesia belum menunjukkan partisipasi yang tinggi dalam menghasilkan metode – metode pembelajaran yang signifikan dan berkualitas dalam membentuk lulusan yang siap berkompetisi di dunia teknologi dan pasar globalisasi dengan tetap berorientasi kepada pendidikan. Untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia sebagai tenaga – tenaga pembangunan dalam masyarakat, bangsa dan negara, maka sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan perkembangan tuntutan pembangunan yang memerlukan berbagai jenis keterampilan dan keahlian di segala bidang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang.

Salah satu lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan menengah adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK dengan berbagai jurusan bertujuan mempersiapkan siswa untuk memiliki keterampilan dan siap memasuki dunia kerja sesuai dengan bidangnya. Selain itu, SMK juga mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Untuk mencapai


(17)

3

tujuannya, SMK memiliki dan melaksanakan kurikulum berdasarkan keputusan kemendikbud. Mulyoto (2013:56) mengatakan dalam bukunya bahwa SMK memang dirancang untuk mempersiapkan lulusan yang siap kerja. Sebagaimana dijelaskan dalam UU No 20 Tahun 2003 pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sistem belajar mengajar di SMK, berupa pembelajaran teori dan praktek yang dilaksakan bukan hanya di sekolah, melainkan juga di industri yang dikenal dengan PSG (Pendidikan Sistem Ganda) atau yang sekarang dikenal dengan PKL (Praktek kerja Lapangan). SMK harus fokus menyiapkan lulusan yang siap dipakai di dunia kerja dengan tidak mengesampingkan akan adanya ujian nasional. Terlepas dari tujuan SMK tersebut, lulusan SMK juga diharapkan untuk terus mengembangkan kemampuan dalam bidangnya ataupun dalam bidang lainnya.

Sebagai bagian dari lembaga pendidikan, SMK melaksanakan proses belajar mengajar, baik belajar di kelas maupun di luar kelas, secara teori maupun praktek. Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku berdasarkan pengalaman dan latihan. Kegiatan belajar mengajar ini dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum kegiatan tersebut dilakukan. Belajar mengajar yang baik akan menghasilkan pencapaian yang baik, yaitu tercapainya tujuan dari pembelajaran.

Tujuan pembelajaran dapat tercapai bila proses dari kegiatan belajar mengajar tersebut baik. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan, seperti mutu dari seorang tenaga pengajar, kondisi fisik dan psikis dari siswa yang kemugkinan


(18)

4

besar berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lain, kondisi lingkungan tempat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar, maupun system belajar yang diikuti.

Interaksi yang baik antara guru dan siswa tercipta jika kedua pihak saling menerima dan menyadari tujuan mereka dalam melaksanakan suatu kegiatan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Guru perlu berhati-hati dalam memilih model pembelajaran karena hal itu sangat mempengaruhi interaksi yang dihasilkan di dalam kelas yang juga akan mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka kerja yang terstruktur yang juga dapat sebagai pemandu untuk mengembangkan lingkungan dan aktivitas belajar yang kondusif. Dengan model yang baik dan tepat bagi siswa akan mendapatkan hasil belajar yang baik.

Kenyataan yang dialami guru adalah bahwa interaksi yang baik antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar sulit didapatkan. Hal itu terjadi oleh karena beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah variasi dan perbedaan dari setiap pribadi siswa. Perbedaan tersebut ada dari dalam diri siswa dan dari luar dirinya. Dari dalam diri seperti minat, motivasi, intelektual, psikologi, biologis dan lain sebagainya. Dari luar diri siswa seperti latar belakang, lingkungan, kondisi ekonomi, pekerjaan orang tua dan lain sebagainya. Jadi, sekolah atau guru perlu melihat kebutuhan dari setiap siswa dalam belajar dengan memperhatikan perbedaan setiap pribadi siswa.

Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan penulis dengan salah seorang guru di SMK N 2 Binjai, Ibu Khairiah Parinduri S.Pd bahwa sejauh ini model


(19)

5

yang digunakan di sekolah secara khusus dalam pembelajaran siswa pada mata pelajaran menerapkan teknik elektronika analog dan digital dasar adalah menggunakan model konvensional. Model ini merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru. Masalah utama dalam penggunaan model ini adalah terjadinya komunikasi satu arah. Situasinya mengakibatkan siswa bersikap pasif dan hanya menunggu informasi dari penyampaian guru. Kondisi yang demikian mengakibatkan hasil belajar siswa yang rendah atau belum mencapai kriteria ketuntasan minimum. Dengan penggunaan model pembelajaran yang demikian juga mengakibatkan motivasi belajar siswa yang rendah yang tentu akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Pada dasarnya beliau menggunakan model konvensional pada setiap kompetensi dasar dalam mata pelajaran menerapkan teknik elektronika analog dan digital dasar yang menuntut pemahaman teori.

SMK N 2 Binjai adalah salah satu sekolah menengah kejuruan negeri yang ada di kota Binjai yang berada di Jl. Bejomuna Kel. Timbang Langkat Kec. Binjai Timur. Sekolah ini masih menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau yang biasa disingkat dengan KTSP, namun dalam kurun waktu yang belum dipastikan sekolah ini akan menerapkan kurikulum 2013. Waktu belajar yang di gunakan SMK N 2 Binjai saat ini adalah menerapkan waktu belajar pagi karena ruangan untuk menampung seluruh siswa/ siswi mencukupi.

Adapun nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang di terapkan sekolan SMK N 2 Binjai dalam mata pelajaran menerapkan teknik elektronika analog dan digital dasar kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah 70.


(20)

6

Pada kenyataannya, hasil belajar siswa secara umum masih berada pada batas minimum atau bahkan di bawah nilai KKM tersebut. Secara khusus untuk hasil belajar mata pelajaran menerapkan teknik elektronika analog dan digital dasar masih rendah.

Berdasarkan KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) ini disusun dengan mengacu pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dan Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Diberlakukannya KTSP ini sebagai penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu KBK (kurikulum 2004). Dengan kurikulum KTSP ini siswa dituntut lebih mandiri, aktif serta kreatif sesuai minat kejuruan yang dia miliki, namun pada kenyataannya banyak dari siswa lulusan SMK yang kurang berkompeten. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi disalah satu SMK yang ada di Indonesia yaitu SMK N 2 Binjai, oleh sebab itu diperlu langkah khusus untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa, secara khusus dilihat pada mata pelajaran menerapkan teknik elektronika analog dan digital dasar. Model pembelajaran probing prompting adalah pembelajaran dengan menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali gagasan siswa sehingga dapat melejitkan proses berpikir yang mampu mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

Suyatno (2009:63) mengatakan bahwa, ”probing prompting adalah pembelajaran dengan guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggalih, sehingga terjadi proses berfikir yang menyatakan pengetahuan sikap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang


(21)

7

sedang dipelajari”. Terdapat dua aktivitas siswa yang saling berhubungan dalam pembelajaran probing prompting, yaitu aktivitas siswa yang meliputi, aktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang berusaha membangun pengetahuannya, serta aktivitas guru yang berusaha membimbing siswa dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran tingkat rendah sampai pemikiran tingkat tinggi (Suherman, 2001:55). Sementara itu Shoimin menyatakan bahwa model pembelajaran probing prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali, sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan sikap peserta didik dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari (Shoimin, 2014:126).

Pembelajaran model probing prompting diharapkan mampu membuat pembelajaran semakin efektif. Siswa mampu mengikuti tujuan pelajaran yang diharapkan. Selain itu, mampu mengikuti langkah-langkah pembelajaran model probing prompting. Guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggalih, mengarahkan siswa akan jawaban yang sesuai dengan harapan guru sehingga terjadi proses berfikir yang mengaitkan pengetahuan sikap siswa dan pengalaman dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Siswa diharapkann aktif secara keseluruan. Ini diakibatkan pertanyaan diberikan secara acak hal inilah yang mendorong siswa memberikan jawaban terbaik. Situasi ini diharapkan berdampak baik dalam meningkatkan kemampuan mengidentifikasi masalah menerapkan teknik elektronika analog dan digital dasar dengan baik.


(22)

8

Dengan demikian, hasil belajar siswa dapat dicapai sesuai dengan yang ditetapkan dan diharapkan.

Bila dibandingkan dengan model pembelajaran yang digunakan saat ini disekolah, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena model konvensional pada dasarnya hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Tingkatan belajar siswa terendah adalah mendengar dan tingkatan ini ada pada proses belajar mengajar yang menggunakan cara ceramah. Tingkatan berikutnya adalah melihat dan tingkatan berikutnya adalah melakukan. Pada model pembelajaran, tingkatan belajar yang diterapkan mencakup mendengar dan melihat. Dengan begitu, perbandingan antara model probing prompting dan konvensional dapat terlihat dengan jelas dilihat dari tingkatan belajarnya.

Sebelum mecoba untuk melakukan penelitian yang lebih dalam terhadap model pembelajaran ini, peneliti sudah terlebih dahulu melakukan riset terhadap beberapa hasil penelitian yang membahas mengenai model pembelajaran probing promting, dan dari riset yang coba peneliti lakukan terhadap beberapa hasil penelitian terbukti bahwa model pembelajaran probing prompting sangat baik digunakan sebagai model pembelajaran. Salah satu penelitian yang membehas mengenai model pemebelajaran probing prompting adalah Simanjuntak (2010) dalam penelitian yang berjudul “penerapan model pembelajaran probing prompting untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMA Bintang Timur Pematang Siantar Tahun Ajaran 2010/2011”, dalam peneliatianNya ini Simanjuntak memperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar


(23)

9

setelah diterapkan model pembelajaran probing prompting ternyata mengalami peningkatan. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 69 dan presentase ketuntasan belajar siswa sebesar 64,29%. Selanjutnya pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 76,7 dengan presentase ketuntasan sebesar 94,65% dari jumlah siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasana minimal. Dimana peningkatan nilai kemampuan siswa anatara siklus I dan II adalah 7,7 untuk hasil belajar ekonomi dengan peningkatan presentase sebesar 30,36%. Dengan demikian penelitian ini sudah dikatakan tuntas karena sudah lebih dari 70% siswa telah mencapai daya serap ≥ 70%.Dengan penjelasan tersebut, maka model probing prompting ini akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa di SMK N 2 Binjai tepatnya di kelas X Teknik Komputer dan Jaringan. Pembelajaran menerapkan teori kelistrikan dn menggunakan alat ukur dengan model pembelajaran ini akan menununtut pola pikir siswa dalam menyelesaikan permasalahan terkait dengan teori dasar listrik, sumber tegangan dan menggunakan alat ukur multimeter.

Melihat dari masalah di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan judul “PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING

PROMPTING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVESIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR MENERAPKAN TEORI KELISTRIKAN DAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR SISWA KELAS X PROGARAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN SMK NEGERI 2 BINJAI TAHUN AJARAN 2016/2017”.


(24)

10

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidetifikasi masalah berikut ini : 1. Pembelajaran yang dilakukan guru dengan model konvensional

menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses belajar-mengajar. 2. Siswa terkesan malas dengan pembelajaran yang monoton. 3. Kurang tertariknya siswa pada materi yang disampaikan. 4. Motivasi belajar siswa yang rendah.

5. Hasil belajar siswa rendah dan rata-ratanya berada di bawah nilai ketuntasan minimum.

C. Pembatasan Masalah

Melihat cakupan masalah yang ada, dianggap perlu pembatasan masalah untuk lebih memfokuskan penelitian terhadap masalah yang ada. Penelitian ini akan melihat perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran probing prompting dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional terhadap siswa kelas X TKJ pada kompetensi dasar menerapkan teori kelistrikan dan menggunakan alat ukur tahun ajaran 2016/2017 dengan melihat kemampuan belajar kognitif siswa.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas X TKJ pada kompetensi dasar

menerapkan teori kelistrikan dan menggunakan alat ukur yang menggunakan model pembelajaran probing prompting ?


(25)

11

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas X TKJ pada kompetensi dasar menerapkan teori kelistrikan dan menggunakan alat ukur yang menggunakan model konvensional (ekspositori) ?

3. Apakah hasil belajar siswa kelas X TKJ pada kompetensi dasar menerapkan teori kelistrikan dan menggunakan alat ukur yang diajarkan menggunakan model pembelajaran probing prompting lebih tinggi dari model pembelajaran konvensional ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas X TKJ pada kompetensi dasar menerapkan teori kelistrikan dan menggunakan alat ukur yang menggunakan model probing prompting.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas X TKJ pada kompetensi dasar menerapkan teori kelistrikan dan menggunakan alat ukur yang menggunakan model konvensional.

3. Untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran probing promting dengan model pembelajaran konvensional dengan melihat perbedaan hasil belajar siswa kelas X TKJ pada kompetensi dasar menerapkan teori kelistrikan dan menggunakan alat ukur.


(26)

12

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran probing prompting dengan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa sehingga dapat mencapai nilai KKM yang ditentukan. 2. Memberikan motivasi baru bagi siswa dalam mempelajari

menerapkan teknik analog dan digital dasar.

3. Memberikan sumbangan pemikiran kepada lembaga pendidikan mengenai model yang lebih efektif untuk digunakan di kelas atau di sekolah.

4. Memberikan wawasan baru bagi guru tentang penerapan dari model pembelajaran probing prompting dalam proses belajar mengajar tekhusus pada mata pelajaran menerapkan teknik elektronika analog dan digital dasar dengan kompetensi dasar menerapkan teori kelistrikan dan menggunakan alat ukur.

5. Sebagai bahan referensi penelitian dan tambahan pengetahuan di waktu yang akan datang.


(27)

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa data dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar siswa kelas X TKJ pada kompetensi dasar menerapkan teori kelistrikan dan menggunkan alat ukur yang menggunakan model pembelajaran Probing prompting memiliki rata - rata nilai 16.72 dengan nilai tertinggi diperoleh siswa adalah 25 dan nilai terendah 9. Setelah melihat kecenderungan datanya, kategori hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model Probing prompting ada 10 siswa pada kategori tinggi, 6 pada kategori cukup, dan 13 pada kategori rendah. Dapat dikatakan bahwa hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Probing prompting adalah baik.

2. Hasil belajar siswa kelas X TKJ pada kompetensi dasar menerapkan teori kelistrikan dan menggunkan alat ukur yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Memiliki rata - rata nilai 16.00 dengan nilai tertinggi diperoleh siswa adalah 22 dan nilai terendah 10. Kecenderungan data pada kelas kelas yang diajarkan dengan model konvensional adalah adanya 9 siswa pada kategori tinggi, 5 siswa pada kategori cukup dan 15 siswa pada kategori kurang. Melihat nilai rata – rata dan adanya rendahnya siswa pada kategori tinggi, dapat dikatakan bahwa hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional di sekolah masih kurang baik.


(28)

79

3. Hasil belajar siswa kelas X TKJ pada kompetensi dasar menerapkan teori kelistrikan dan menggunakan alat ukur yang diajarkan menggunakan model pembelajaran probing prompting lebih tinggi dari model pembelajaran konvensional. Hal ini dapat di buktikan dengan melihat uji hipotesis atau uji t, yaitu t thitung = 9,745 > t tabel = 1,672.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisa data dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka disarankan hal - hal sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Dalam melaksanakan proses belajar sebaiknya menggunakan model pembelajaran probing prompting, untuk menciptakan suasana yang berbeda di dalam kelas untuk memampukan siswa lebih mudah menerima pelajaran dengan suasana yang menyenangkan bagi mereka.

2. Bagi guru

Dengan menerapkan model pembelajaran probing prompting tentu akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan partisipasinya didalam kelas. Hal yang perlu disadari adalah bahwa siswa memiliki kemampuan awal masing – masing yang akan di kembangkan lewat tanggung jawab yang diberikan guru kepada mereka. Dengan begitu, siswa perlu diberikan tanggung jawab dan terlibat langsung dalam proses belajar mengajar baik itu didalam kelas secara keseluruan maupun dalam kelompok – kelompok belajar yang lebih kecil. Jadi, guru tidak lagi menjadi sumber informasi satu –


(29)

80

satu nya karena siswa dapat bereksplorasi dengan lingkungan sekitar bahkan teman sebayanya untuk mendapatkan informasi.

3. Bagi siswa

Dalam mengikuti pembelajaran dengan model probing prompting ini, siswa perlu melihat bahwa keaktifan menjawab sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. Karena dari keaktifan tersebut guru dapat mengetahui sampai dimanakah pembelajaran yang telah dimiliki siswa pada pembelajan yang telah, sedang, ataupun belum dipelajari. Selain itu, siswa sebagai peserta didik perlu melatih diri untuk aktif dan fokus dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.


(30)

81

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Budiningsih, C. Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.

Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Sayiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Eka Swarjawa, Md. Suarjana, Ni Nym. Garminah. 2012.

Pengaruh Model Pembelajaran Probing Prompting Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Di SD Negeri 1 Sebatu. Singaraja: Program Strata 1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group.

http://mettaanugrahdewi.blogspot.co.id/2014/01/ model – pembelajaran konvensional -vs.html yang diakses pada rabu, 29 juni 2016, pukul 20.00 wib

http://yudi-wiratama.blogspot.co.id/2014/01/pembelajaran - konvensional - pembelajaran.html yang diakses pada rabu, 29 juni 2016, pukul 20.00 wib

Irwandy, (2013), Penilaian Hasil Belajar. Medan: UNIMED PRESS

Nasution, S, (1982), Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bina Aksara

Puji, Aisyah, (2015), Keefektifan Model Pembelajaran Probing Prompting Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Viii Mts Nu 19 Protomulyo Kabupaten Kendal Pada Materi Pokok Energi Tahun Pelajaran 2014/201. Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo

Sudjana, Nana. (1989), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sudjana.1992. Metode Statistik : Bandung : Tarsito.


(31)

82

Slameto, (2003), Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana, (1992), Metode Statistik, Bandung: Tarsito.

Sulistiyono, Arif, (2011), Penggunaan Model Pembelajaran Probing – Prompting Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X.5 Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X Di Sma N 1 Bangsri Kabupaten Jepara Tahun Ajaran 2010/201. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Suryosubroto. (1997). Proses Belajar-Mengajar Di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.

Shoimin, aris. (2014). 68 Pembelajaran Inofatif Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

Simanjuntak, (2010), Penerapan Model Pembelajaran Probing Promting Unttuk Meningkatkan Kreatifitas Dan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMA Bintang Timur Pematang Siantar Tahun Ajaran 2010/2011. Medan: Skripsi

Susanto, Ahmad . 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

Sudarti, T. 2008. Perbandingan Kemampuan Penalaran Adatif Siswa SMP Antara yang Memperoleh Pembelajaran Matematika Melalui Teknik Probingdengan Metode Ekspositori. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif. Jakarta: PRENADA MEDIA GROUP

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) . Jakarta: PT Bumi Aksara. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press.


(1)

12

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran probing prompting dengan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa sehingga dapat mencapai nilai KKM yang ditentukan. 2. Memberikan motivasi baru bagi siswa dalam mempelajari

menerapkan teknik analog dan digital dasar.

3. Memberikan sumbangan pemikiran kepada lembaga pendidikan mengenai model yang lebih efektif untuk digunakan di kelas atau di sekolah.

4. Memberikan wawasan baru bagi guru tentang penerapan dari model pembelajaran probing prompting dalam proses belajar mengajar tekhusus pada mata pelajaran menerapkan teknik elektronika analog dan digital dasar dengan kompetensi dasar menerapkan teori kelistrikan dan menggunakan alat ukur.

5. Sebagai bahan referensi penelitian dan tambahan pengetahuan di waktu yang akan datang.


(2)

78 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa data dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar siswa kelas X TKJ pada kompetensi dasar menerapkan teori kelistrikan dan menggunkan alat ukur yang menggunakan model pembelajaran

Probing prompting memiliki rata - rata nilai 16.72 dengan nilai tertinggi

diperoleh siswa adalah 25 dan nilai terendah 9. Setelah melihat kecenderungan datanya, kategori hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model Probing

prompting ada 10 siswa pada kategori tinggi, 6 pada kategori cukup, dan 13

pada kategori rendah. Dapat dikatakan bahwa hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Probing prompting adalah baik.

2. Hasil belajar siswa kelas X TKJ pada kompetensi dasar menerapkan teori kelistrikan dan menggunkan alat ukur yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Memiliki rata - rata nilai 16.00 dengan nilai tertinggi diperoleh siswa adalah 22 dan nilai terendah 10. Kecenderungan data pada kelas kelas yang diajarkan dengan model konvensional adalah adanya 9 siswa pada kategori tinggi, 5 siswa pada kategori cukup dan 15 siswa pada kategori kurang. Melihat nilai rata – rata dan adanya rendahnya siswa pada kategori tinggi, dapat dikatakan bahwa hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional di sekolah masih kurang baik.


(3)

79

3. Hasil belajar siswa kelas X TKJ pada kompetensi dasar menerapkan teori kelistrikan dan menggunakan alat ukur yang diajarkan menggunakan model pembelajaran probing prompting lebih tinggi dari model pembelajaran konvensional. Hal ini dapat di buktikan dengan melihat uji hipotesis atau uji t, yaitu t thitung = 9,745 > t tabel = 1,672.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisa data dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka disarankan hal - hal sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Dalam melaksanakan proses belajar sebaiknya menggunakan model pembelajaran probing prompting, untuk menciptakan suasana yang berbeda di dalam kelas untuk memampukan siswa lebih mudah menerima pelajaran dengan suasana yang menyenangkan bagi mereka.

2. Bagi guru

Dengan menerapkan model pembelajaran probing prompting tentu akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan partisipasinya didalam kelas. Hal yang perlu disadari adalah bahwa siswa memiliki kemampuan awal masing – masing yang akan di kembangkan lewat tanggung jawab yang diberikan guru kepada mereka. Dengan begitu, siswa perlu diberikan tanggung jawab dan terlibat langsung dalam proses belajar mengajar baik itu didalam kelas secara keseluruan maupun dalam kelompok – kelompok belajar yang lebih kecil. Jadi, guru tidak lagi menjadi sumber informasi satu –


(4)

80

satu nya karena siswa dapat bereksplorasi dengan lingkungan sekitar bahkan teman sebayanya untuk mendapatkan informasi.

3. Bagi siswa

Dalam mengikuti pembelajaran dengan model probing prompting ini, siswa perlu melihat bahwa keaktifan menjawab sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. Karena dari keaktifan tersebut guru dapat mengetahui sampai dimanakah pembelajaran yang telah dimiliki siswa pada pembelajan yang telah, sedang, ataupun belum dipelajari. Selain itu, siswa sebagai peserta didik perlu melatih diri untuk aktif dan fokus dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.


(5)

81

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Budiningsih, C. Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.

Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Sayiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Eka Swarjawa, Md. Suarjana, Ni Nym. Garminah. 2012.

Pengaruh Model Pembelajaran Probing Prompting Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Di SD Negeri 1 Sebatu. Singaraja: Program Strata 1 Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group.

http://mettaanugrahdewi.blogspot.co.id/2014/01/ model – pembelajaran konvensional -vs.html yang diakses pada rabu, 29 juni 2016, pukul 20.00 wib

http://yudi-wiratama.blogspot.co.id/2014/01/pembelajaran - konvensional - pembelajaran.html yang diakses pada rabu, 29 juni 2016, pukul 20.00 wib

Irwandy, (2013), Penilaian Hasil Belajar. Medan: UNIMED PRESS

Nasution, S, (1982), Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bina Aksara

Puji, Aisyah, (2015), Keefektifan Model Pembelajaran Probing Prompting Learning

Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Viii Mts Nu 19 Protomulyo Kabupaten Kendal Pada Materi Pokok Energi Tahun Pelajaran 2014/201. Semarang:

Universitas Islam Negeri Walisongo

Sudjana, Nana. (1989), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sudjana.1992. Metode Statistik : Bandung : Tarsito.


(6)

82

Slameto, (2003), Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana, (1992), Metode Statistik, Bandung: Tarsito.

Sulistiyono, Arif, (2011), Penggunaan Model Pembelajaran Probing – Prompting Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X.5 Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X Di Sma N 1 Bangsri Kabupaten Jepara Tahun Ajaran 2010/201.

Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Suryosubroto. (1997). Proses Belajar-Mengajar Di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.

Shoimin, aris. (2014). 68 Pembelajaran Inofatif Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

Simanjuntak, (2010), Penerapan Model Pembelajaran Probing Promting Unttuk

Meningkatkan Kreatifitas Dan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMA Bintang Timur Pematang Siantar Tahun Ajaran 2010/2011. Medan: Skripsi

Susanto, Ahmad . 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

Sudarti, T. 2008. Perbandingan Kemampuan Penalaran Adatif Siswa SMP Antara yang

Memperoleh Pembelajaran Matematika Melalui Teknik Probingdengan Metode Ekspositori. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak

diterbitkan

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif. Jakarta: PRENADA MEDIA GROUP

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) . Jakarta: PT Bumi Aksara. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PELAJARAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR KELAS X SMK PUTRA ANDA BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017.

0 2 21

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR INSTALASI TENAGA LISTRIK PADA SISWA KELAS XI TPTL DI SMK N 2 MEDAN.

9 16 22

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN BAHAN MAKANAN SISWA KELAS X SMK PUTRA ANDA BINJAI.

0 2 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBING PROMPTING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MEKANIKA TEKNIK SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 1 LUBUK PAKAM.

0 2 30

STUDI KOMPARATIF HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN ALAT UKUR PRESISI KELAS X TEKNIK PEMESINAN SMK NEGERI 5 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 1 23

PERBEDAAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN SMALL GROUP DISCUSSION DAN PROBLEM POSING SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 BINJAI TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 4 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DAN PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS X AK SMK NEGERI 1 PEMATANGSIANTAR TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015.

1 7 20

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN DASAR-DASAR GAMBAR TEKNIK ANTARA PEMBELAJARAN RECIPROCAL DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIKONSTRUKSI BATU DAN BETON SMK NEGERI 2 BINJAI.

0 2 16

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL (CERAMAH) PADA STANDART KOMPETENSI MENGGUNAKAN ALAT-ALAT UKUR KELAS X DI SMK TEKNIK REKAYASA SINAR HARAPAN DELI SERD

0 1 20

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN DASAR-DASAR GAMBAR TEKNIK ANTARA PEMBELAJARAN RECIPROCAL DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KONSTRUKSI BATU DAN BETON SMK NEGERI 2 BINJAI TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 3 28