KOMODIFIKASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM PERFILMAN INDONESIA (Analisis Isi Pada Film " Kawin Kontrak Lagi " )

(1)

KOMODIFIKASI SENSUALITAS WANITA DALAM PERFILMAN INDONESIA (Analisis Isi Pada Film “ Kawin Kontrak Lagi “ )

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh :

Nur Usailatil Andiyah 06220392

KONSENTRASI AUDIO VISUAL

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2010

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Nur Usailatil Andiyah

NIM : 06220392

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Judul Skripsi :” KOMODIFIKASI SENSUALITAS WANITA

DALAM PERFILMAN INDONESIA “

( Analisis Isi Pada Film Kawin Kontrak Lagi ) Disetujui untuk ujian,

Pembimbing I

Joko Susilo, S.Sos, M.Si

Pembimbing II

Dra. Juli Astutik, M.Si

Mengetahui, Dekan

FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Nur Usailatil Andiyah

NIM : 06220392

Konsentrasi : Audio Visual

Judul Skripsi : “KOMODIFIKASI SENSUALITAS WANITA

DALAM PERFILMAN INDONESIA“

( Analisis Isi Pada Film Kawin Kontrak Lagi )

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Ilmu Komunikasi

Dan dinyatakan LULUS Pada Hari : Sabtu

Tanggal : 22 Januari 2011

Tempat : Ruang Pusat Kajian FISIP

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, MSi

Dewan Penguji:

1. Muslimin Machmud,M.Si ( )

2. Tri Sulityaningsih,Dra.M.Si ( )

3. Joko Susilo,S.Sos, M.Si ( )


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Nur Usailatil Andiyah

Tempat Tanggal Lahir : Pasuruan, 15 November 1988 Nomor Induk Mahasiswa : 06220392

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) yang berjudul:

“KOMODIFIKASI SENSUALITAS WANITA DALAM PERFILMAN

INDONESIA”

( Analisis Isi Pada Film Kawin Kontrak Lagi )

adalah bukan karya ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan atau footnote yang telah saya sebutkan sumbernya.

Dengan surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 25 Januari 2011 Penulis,


(5)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Nur Usailatil Andiyah

2. NIM : 06220392

3. Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

4. Jurusan : Ilmu Komunikasi

5. Konsentrasi : Audio Visual

6. Judul Skripsi : “ KOMODIFIKASI SENSUALITAS WANITA

DALAM PERFILMAN INDONESIA “ ( Analisis Isi Pada Film Kawin Kontrak Lagi ) 7. Pembimbing : 1. Joko Susilo, S.Sos, M.Si

2. Juli Astutik, S.Sos, M.Si 8. Kronologi Bimbingan

Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan

Pembimbing I Pembimbing II

15-12-2009 Acc Judul

06-05-2010 Acc Proposal seminar

12-05-2010 Acc Proposal

12-08-2010 Acc BAB I-IV

20-10-2010 Acc BAB V

20-10-2010 Acc BABVI

20-10-2010 Acc seluruh naskah

Pembimbing I

Joko Susilo, S.Sos, M.Si

Malang, 26 Oktober 2010 Disetujui,

Pembimbing II

Dra. Juli Astutik, M.Si

Mengetahui, Dekan FISIP UMM


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘Aalamiin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya sampai akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas akhir (skripsi). Sholawat serta salam saya haturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai panutan, atas terselesaikannya kuliah ini.

Peran film dalam pendidikan masyarakat kembali dipertanyakan publik. Pasalnya, film kian terasa sebagai ajang komersialisasi dan provokasi daripada sebagai alat pendidikan dan penyadaran masyarakat. Budaya konsumerisme, kekerasan, dan eksploitasi erotisme kian menjadi bagian yang dijejalkan dan dianggap layak untuk dinikmati oleh para pecinta film.

Melalui skripsi ini, penulis ingin memaparkan tentang citra sensualitas wanita yang dimunculkan melalui adegan dan dialog dalam film Kawin Kontrak Lagi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi yang memiliki fungsi tepat untuk mengurai isi pesan komunikasi, serta mengukur berapa besarnya sebuah pesan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kepada Dekan FISIP Dr. Wahyudi, M.Si atas managemen programnya sehingga dapat terlaksana kegiatan akhir akademik secara efektif. 2. Terima kasih kepada Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Frida

Kusumastuti, M.Si telah membagi ilmu.

3. Penelitian ini dapat berjalan lancar berkat bimbingan yang di berikan oleh Joko Susilo, S.Sos, M.Si dan Dra. Juli Astutik, M.Si.

4. Serta seluruh dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada saya.

5.

Malang, 7 Januari 2011 Peneliti


(7)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik secara moral maupun materi oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada : 1. Allah SWT, pencipta alam semesta dan Maha Segalanya. Yang

telah memberikan banyak Hidayah serta Rahmatnya sehingga skripsi ini lancar dan selesai.

2. Nabi Muhammad SAW. Melalui Beliau Ajaran Islam itu disampaikan sehingga Umat Islam dapat mengikuti kebaikannya. 3. Kedua orang tua Eko Wihanto,S.Ag dan Siti Aminah terima kasih

tak terhingga atas semua do’a dan dukungannya, serta beribu kata maaf atas keterlambatan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 4. Terima kasih banyak kepada “Rifki bin Thalib” sudah memberikan

support lebih.

5. Untuk kakakku yang tidak bosan-bosannya memberi dukungan serta semangat. Mas Adin dan untuk adikku afid makasih sudah menceriakan hari-hariku bersama kalian semua.

6. Untuk Syakinah Nabilah dan Dwi Jaya Saputra atas dukungan, bantuan, kesabaran, perhatiannya selama ini. Sekali lagi terimakasih banyak.

7. Untuk teman-temanku tercinta, terima kasih atas semua pengalaman, kebersamaan, dan suka-cita selama ini.

8. Dan buat sahabat-sahabatku evi, conny, septian dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas kerjasamanya dan supportnya.

Malang, 7 Januari 2011 Peneliti


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Pernyataan Orisinalitas ... iv

Berita Acara Bimbingan ... v

Abstraksi ... vi

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... ix

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 6

3. Tujuan Penelitian ... 6

4. Manfaat Penelitian ... 6

 Manfaat Akademis ... 6

 Manfaat Akademis ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

1. Media Massa ... 8

1.1.Definisi Media Massa ... 8

1.2.Jenis-jenis Media Massa ... 10


(9)

3. Pola Konsumsi dan Peran Wanita dalam Media Massa... 13

4. Sensualitas Wanita ... 17

5.Komoditas Wanita dalam Media Massa ... 21

6.Teori Feminisme ... 20

6.1.Wanita dari Perspektif Klasik ... 23

6.2.Kelompok-kelompok Teori Feminisme ... 24

7.Film (Layar Lebar) ... 25

7.1.Sejarah Film Indonesia ... 25

7.2.Pengertian Film ... 26

7.3.Fim dan Tanda ... 27

7.4.Film dan Ideologi ... 28

7.5. Film dan Realita... 28

7.6. Film sebagai Media Komunikasi Massa ... 30

8. Jenis-jenis Film ... 31

9. Film Komedi... 37

10.Sensualitas Wanita dan Film Komedi... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

1. Pendekatan dan Perspektif Penelitian ... 41

2. Tipe Penelitian ... 41

3. Ruang Lingkup Obyek Penelitian ... 42


(10)

a. Definisi Konseptual ... 42

b. Definisi Operasional ... 43

5. Unit Analisis dan Satuan Ukur... 45

5.1. Unit Analisis ... 45

5.2. Satuan Ukur ... 46

6. Sumber Data ... 46

7. Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data... 46

7.1. Teknik Pengumpulan Data ... 46

7.2. Teknik Analisa Data ... 49

8. Uji Realibilitas ... 55

BAB IV OBYEK PENELITIAN ... 59

a.Sekilas tentang Film Kawin Kontrak Lagi ... 59

b. Profil Sutradara ... 60

c. Kru dalam Produksi Film ... 60

d. Pemain ... 61

e. Sinopsis Film ... 62

BAB V PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA ... 65

A. Kemunculan Sensualitas pada film Kawin Kontrak Lagi

...

65


(11)

... ..

B.1. Uji realibilitas Kategori Sensualitas Verbal ... 99

B.2. Uji Realibilitas Kategori Sensualitas Non Verbal ... 102

BAB VI PENUTUP ... 106

A. Kesimpulan ... 106


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel Koding ... 65 Tabel 1.2 Tabel Distribusi Frekuensi Verbal ... 67 Tabel 1.3 Tabel Distribusi Frekuensi NonVerbal ... 68 Tabel 1.4 Expected Agreement Unit Analisis Verbal

...

99

Tabel 1.5 Expected Agreement Unit Analisis Non Verbal ...


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Indikasi Mendesah scene 23 ... 70

Gambar 2 Indikasi Mendesah scene 31 ... 71

Gambar 3 Indikasi Rayuan Kata scene 1... 72

Gambar 4 Indikasi Rayuan Kata scene 15 ... 72

Gambar 5 Indikasi Rayuan Kata scene 17 ... 73

Gambar 6 Indikasi Rayuan Kata scene 20 ... 73

Gambar 7 Indikasi Rayuan Kata scene 23 ... 74

Gambar 8 Indikasi Rayuan Kata scene 32 ... 74

Gambar 9 Indikasi Rayuan Kata scene 48 ... 75

Gambar 10 Indikasi Manja scene 1 ... 76

Gambar 11 Indikasi Manja scene 6 ... 76

Gambar 12 Indikasi Manja scene 12 ... 77

Gambar 13 Indikasi Manja scene 31 ... 77

Gambar 14 Indikator Manja scene 39 ... 78

Gambar 15 Indikasi Manja scene 41 ... 78

Gambar 16 Indikasi Manja scene 42 ... 79

Gambar 17 Indikasi Manja scene 44 ... 79


(14)

Gambar 19 Indikator Penampilan Erotis scene 6 ... 81

Gambar 20 Indikator Penampilan Erotis scene 13 ... 81

Gambar 21 Indikator Penampilan Erotis scene 14 ... 82

Gambar 22 Indikator Penampilan Erotis scene 17 ... 82

Gambar 23 Indikator Penampilan Erotis scene 18 ... 83

Gambar 24 Indikator Penampilan Erotis scene 20... 83

Gambar 25 Indikator Penampilan Erotis scene 23... 84

Gambar 26 Indikator Penampilan Erotis scene 24 ... 84

Gambar 27 Indikator Penampilan Erotis scene 28... 85

Gambar 28 Indikator Penampilan Erotis scene 30 ... 85

Gambar 29 Indikator Penampilan Erotis scene 31... 86

Gambar 30 Indikator Penampilan Erotis scene 32 ... 86

Gambar 31 Indikator Penampilan Erotis scene 33... 87

Gambar 32 Indikator Penampilan Erotis scene 41 ... 87

Gambar 33 Indikator Penampilan Erotis scene 47 ... 88

Gambar 34 Indikator Penampilan Erotis scene 49 ... 88

Gambar 35 Indikator Penampilan Erotis scene 50 ....... 89

Gambar 36 Indikator Penampilan Erotis scene 52... 89

Gambar 37 Indikator Penampilan Erotis scene 58 ... 90

Gambar 38 Indikator Penampilan Erotis scene 61 ... 90

Gambar 39 Indikator Penampilan Erotis scene 65 ... 91

Gambar 40 Indikator Penampilan Erotis scene 75 ... 91

Gambar 41 Indikator Penampilan Erotis scene 76 ... 92


(15)

Gambar 43 Indikator Penampilan Erotis scene 79 ... 93

Gambar 44 Indikator Penampilan Erotis scene 80 ... 93

Gambar 45 Indikator Berciuman scene 1 ... 94

Gambar 46 Indikator Berciuman scene 15 ... 95

Gambar 47 Indikator Berciuman scene 40 ... 95

Gambar 48 Indikator Rangsangan Seksual scene 1 ... 96

Gambar 49 Indikator Rangsangan Seksual scene 20 ... 96

Gambar 50 Indikator Rangsangan Seksual scene 31 ... 97


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Fisher, B. Audrey. 1986. Teori-teori Komunikasi (Penyunting Jalaludin Rahmat). Bandung : Remadja Karya.

Dennys, McQuail. 1987. Teori Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga

Dominick, Joseph R. dan Wimmer, Roger D.1997. Mass Media Research: An Introduction. Wadsworth Publishing Company. USA

Flournoy, Don Michael. 1989. Analisa Isi Surat Kabar-Surat Kabar Indonesia. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press

Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press. Handayani,Trisakti,Dra & Sugiarti,Dra.2008. Konsep dan Teknik Penelitian

Gender edisi Revisi. Malang : UMM Pres

Kerlinger, Fred N. 1986. Foundations of Behavioral Research. New York : Holt, Rinehart and Winston.

Kriperndorf, Klaus. 1993. Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis: Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group

Lembaga Studi Realino. 1992. Citra Wanita dan Kekuasaan ( Jawa ). Jogjakarta: Studi Realino.

Moh. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mc Quail, Dennis, 1996. Teori Komunikasi Massa:Suatau Pengantar, Erlangga, Jakarta

Nurudin, M.Si.2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Oey, Hong Lee. 1965. Publistik Film. Jakarta : Ichtiar

Rakhmat, Jalaludin,Drs. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Sen,Krisna. 1994. Indonesia Cinema : Framing the New Order. London and Atlantic Highlands,NJ: Zed Books.


(17)

Siregar, Ashadi.Rondang Pasaribu dan Ismay Prahastuti. 2000. Ekplorasi Gender Di Ranah Jurnalisme dan Hiburan. Yogyakarta : Galang Printika Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Jakarta : Rosdakarya

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta

Storey, John. 2006. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Jakarta : Jalasutra Sukmana, Oman.2007. Metode Penelitian Sosial. Malang: Materi Kuliah

Strinati, Dominic. 1995. Popular Culture. Jogjakarta :Ar- Ruzz Media.

http://www.adiarifin.web.id. Debat panjang definisi pornografi dan pornoaksi menurut anda.

Diakses tanggal 2mei 2010 pukul 12.33

http://www.bataviase.co.id. Terjebak Trend Masyarakat. Di akses tanggal 2 mei 2010 pukul 13.57

www.Google.com. Sensualitas/Maspati Winarno. Diakses 13 Juni 2010

pkl.20.17 Wib

http://id.shvoong.com. Definisi Komunikasi Massa. Di akses tanggal 23 Maret 2010 Pukul 05.01

http://jagatalun.com. Seks dan horor menu film terkini yang saling melengkapi. Di akses tanggal 4 mei 2010 pukul 22.30

http://www.m.kompasiana.com. Pornografi identik dengan wanita?. Di akses tanggal 25 januari 2011 pukul 20.18

http://muftiali.multiply.com. Film dan kita. Di akses tanggal 24 Maret 2010 pukul 04.58

www.teorisastera.blogspot.com. Teori Feminisme. Di akses tanggal 25 januari 2011 pukul 19.00

http://www.uslit2.petra.ac.id. Pengaruh Media Komunikasi Massa Terhadap Popular Culture Dalam Kajian Budaya. Di akses tanggal 4 mei 2010 pukul 21.18


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.

LATAR BELAKANG

Film pertama kali ditemukan pada abad 19, tetapi memiliki fungsi yang sama dengan medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya pada masyarakat umum. Kehadiran film sebagian merupakan respon terhadap “penemuan” waktu luang di luar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu senggang secara hemat dan sehat bagi seluruh anggota keluarga. Dengan demikian, jika ditinjau dari segi perkembangan fenomenalnya akan terbukti bahwa peran

yang dimainkan oleh film dalam memenuhi kebutuhan tersembunyi memang sangat besar (Mc Quail,1996, p.13).

Film adalah salah satu sarana yang suka atau tidak di tonton oleh banyak orang. Setelah film Indonesia “mati suri” (menurut J.B Kristanto lewat katalog film Indonesia yang terbaru, film Indonesia tidak pernah berhenti berkarya, lepas dari bagus atau tidak mutunya). Film Indonesia mulai mengggeliat, banyak film di produksi. Semangat bikin film juga bagaikan virus yang menyebar.

Film di Indonesia mulai bermunculan kembali beberapa tahun terakhir ini. Pencarian identitas ke-Indonesia-an dalam dunia perfilman Indonesia berlangsung panjang. Tetapi pada kenyataannya, hingga saat ini, film nasional yang menghadirkan identitas “cultural pribumi” masih bisa di hitung jari. Padahal dalam Mukadimmah Anggaran Dasar Karya Film dan televisi 1995 dijelaskan bahwa film mempunyai fungsi yang amat mulia. Jika fungsi ini berjalan normal, seharusnya identitas cultural bangsa Indonesia akan hadir dalam setiap film yang dibuat oleh Indonesia.


(19)

2 Masyarakat Indonesia banyak mengadopsi budaya barat yang tidak dapat dipungkiri telah melupakan nilai-nilai sejarah yang telah ada. Dalam pertumbuhan film hiburan Hollywood ataupun seni kadang tumbuh berdampingan, saling memberi juga bersitegang. Masing-masing memiliki karakter dan pola perkembangannya sendiri.

Sementara pada proses pertumbuhan Indonesia tidak mengalami proses kelahiran kembali, yang awalnya di cap rendahan menjadi sesuai dengan nilai-nilai seluruh lapisan masyarakat, termasuk menengah ke atas, juga intelektual dan budayawan.

Sedikit banyak film mempengaruhi kehidupan para remaja. Beberapa tahun belakangan ini banyak film yang muncul berbau komedi sex, seperti film “KAWIN KONTRAK“. Ini mengingatkan kita pada tahun 80-90an seperti film “WARKOP DKI“.

Ketika media mendominasi budaya, setelah film-film remaja merubah hidup anak remaja dan dilanjutkan dengan film-film komedi seks yang bisa menjadi budaya bangsa.

Sebagai penonton yang masih belum cukup punya filter untuk membedakan mana yang bisa di ambil sebagai hikmah dan mana yang perlu kita buang jauh-jauh, film-film tersebut bias (kembali) menjadi sebuah cara untuk kembali merubah gaya hidup. Film yang mempunyai bukti bahwa film-film syarat makna dan tak mengumbar aurat tetap bisa memegang rating tinggi dan membuat “ketagihan penonton”.

Peran-peran wanita dalam realitas film ini kalau di kaji lebih dalam akan terlihat secara jelas proses ketidakadilan gender yang diberikan oleh dunia pencitraan (Imagologi) atas peran wanita pada wilayah domestik. Wanita dalam film jarang sekali (kalau tidak boleh mengatakan tidak pernah) diberikan posisi secara profesional dan proporsional sebagai orang yang mampu juga bergelut pada wilayah domestik layaknya laki-laki. Sosok wanita yang menyebarkan berbagai macam penanda eksotis dari setiap inci tubuhnya kemudian banyak digunakan sebagai alat untuk mengikat berbagai macam petanda, baik itu pada wilayah ekonomi, sosial dan budaya.


(20)

3 Selanjutnya, dalam tulisan ini akan ditelusuri sejauh mana film mampu membentuk stereotip wanita yang hanya dijadikan obyek pemanis pada setiap produksi film. Tawaran apa yang mesti dilakukan untuk meminimalisir sensualitas wanita dalam film tersebut baik dalam wilayah agama maupun realitas sosiologisnya.

Fenomena kawin kontrak telah menarik bagi industri film untuk ditampilkan dalam layar lebar. Hal ini disebabkan karena isu kawin kontrak sudah bukan menjadi rahasia umum bahkan pemerintah sempat secara terbuka melalui wakil presiden Jusuf Kalla mengeluarkan pernyataan yang kontroversial mengenai kawin kontrak sebagai aset Negara, pernyataan ini sangat menyudutkan kaum wanita. Setelah adanya pernyataan ini disampaikan ramai-ramai LSM wanita menentang keras pernyataan Jusuf Kalla tersebut.

Setelah ramai dibicarakan maka seorang seorang sutradara film mengangkat isu ini dalam film yang berjudul Kawin Kontrak, film ini mendapat respon yang cukup luas dari masyarakat banyak. Bioskop-bioskop yang memutar film tersebut selalu penuh dan laku keras meski tidak mencapai Box Office di Indonesia. Melihat kesuksesan itu film ini dibuat kembali dengan judul Kawin Kontrak Lagi, jalan ceritanya.

Di balik kesuksesan yang besar film tersebut ada beberapa catatan dan kritikan karena banyak mengandung beberapa aspek yang perlu di analisis secara kritis. Karena film ini secara tersirat banyak mengandung unsur-unsur rasis, gender dan seks yang patut di kritisi kalau di perhatikan keseluruhan isi atau makna film tersebut tidak akan menggambarkan citra wanita yang baik. Film ini akhirnya hanya berisi hiburan yang mengandung unsur seks remaja dan petualangan seks itu sendiri, film-film bertema ini sekarang sedang mulai menjamur dalam industri film Indonesia. Peneliti akan menganalisis isi, makna dari film tersebut sesuai dengan pandangan kritis.

Kehadiran wanita (model, aktris, penyanyi) sebagai ilustrasi di dalam berbagai acara hiburan televisi khususnya acara lawak dan musik telak mengangkat 3 persoalan yaitu


(21)

4 menyangkut eksistensi kaum wanita di dalam wacana ekonomi politik, khususnya di dalam dunia komoditi.

Pertama, persoalan ekonomi politik tubuh, yaitu bagaimana tubuh wanita di gunakan di dalam berbagai aktifitas ekonomi, berdasarkan pada konstruksi sosial atau ideologi tertentu. Kedua, persoalan ekonomi politik tanda di dalam sebuah sistem pertandaan (sign system) yaitu bagaimana wanita di produksi sebagai tanda-tanda (signs) di dalam sebuah sistem pertandaan (sign system) khususnya di dalam masyarakat kapitalis yang membentuk citra (image), makna (meaning) dan identitas (identity) diri mereka di dalamnya. Ketiga, persoalan ekonomi politik hasrat, yaitu bagaimana “hasrat“ wanita disalurkan atau direpresi di dalam berbagai bentuk komoditi, khususnya komoditi hiburan dan tontonan.

Persoalan ekonomi politik tubuh berkaitan dengan sejauh mana eksistensi wanita di dalam kegiatan ekonomi politik, khususnya di dalam proses produksi komoditi. Persoalan ekonomi politik tanda berkaitan dengan eksistensi wanita sebagai citra di dalam berbagai media (televisi, film, video, musik, majalah, koran, komik, seni lukis, fashion). Sedangkan ekonomi politik hasrat berkaitan dengan tubuh dan citra yang berkaitan dengan pembebasan atau represi hasrat. Yang pertama melukiskan eksistensi wanita di dalam dunia fisik, yang kedua di dalam dunia citra dan yang ketiga didalam dunia psikis, meskipun ketiga dunia tersebut saling berkaitan satu sama lainnya.

Penggunaan tubuh dan representasi tubuh (body sign) sebagai komoditi (komodifikasi) di dalam berbagai media hiburan masyarakat kapitalis, telah mengangkat

berbagai persoalan yang tidak saja menyangkut relasi ekonomi (peran ekonomi wanita) akan tetapi lebuh jauh relasi ideologi yaitu bagaimana penggunaan tubuh dan citra tersebut menandakan seuah relasi sosial khususnya relasi gender yang di konstruksi berdasarkan ideologi tertentu.


(22)

5 Komoditi khususnya media hiburan televisi, film, musik, lawak, video, disini menjadi wahana bagi sebuah proses pengalamiahan (naturalsation) berbagai posisi ketimpangan, subordinasi, marjinalisasi dan seksisme di dalam relasi gender.

Di dalam dunia perfilman, sebagai aktor terutama aktris selalu berlomba-lomba memberikan citra yang baik untuk menjadi panutan oleh massa, meskipun acapkali tidak benar dan tidak realistis. Wanita dalam film di anggap ada dan dikesankan sebagai makhluk nyata yang bisa di tiru.

2.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada latarbelakang yang telah dikemukakan rumusan masalah yang ditetatapkan peneliti yaitu : “Berapa lama durasi komodifikasi sensualitas wanita dalam perfilman Indonesia melalui film kawin kontrak lagi ? “.

3.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian dari film ini adalah untuk mengetahui lama durasi komodifikasi wanita yang menjalani hidup kawin kontrak yang di sampaikan dalam film “kawin kontrak lagi“.

4.

MANFAAT PENELITIAN

 MANFAAT AKADEMIS

Penelitian diharapkan dapat menjadi referensi dalam melakukan penelitian sejenis, dan juga sebagai pertimbangan bagi peneliti yang ingin mengadakan penelitian terhadap masalah yang sama di masa yang akan datang.


(23)

6

 MANFAAT PRAKTIS

Penelitian ini diharapkan adanya pemikiran dan pengetahuan yang lebih mendalam akan adanya film komedi tanpa adanya unsur sensualitas di dalamnya, sehingga masyarakat luas dapat menerima dan memahami makna film.


(1)

1

1.

LATAR BELAKANG

Film pertama kali ditemukan pada abad 19, tetapi memiliki fungsi yang sama dengan medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya pada masyarakat umum. Kehadiran film sebagian merupakan respon terhadap “penemuan” waktu luang di luar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu senggang secara hemat dan sehat bagi seluruh anggota keluarga. Dengan demikian, jika ditinjau dari segi perkembangan fenomenalnya akan terbukti bahwa peran

yang dimainkan oleh film dalam memenuhi kebutuhan tersembunyi memang sangat besar (Mc Quail,1996, p.13).

Film adalah salah satu sarana yang suka atau tidak di tonton oleh banyak orang. Setelah film Indonesia “mati suri” (menurut J.B Kristanto lewat katalog film Indonesia yang terbaru, film Indonesia tidak pernah berhenti berkarya, lepas dari bagus atau tidak mutunya). Film Indonesia mulai mengggeliat, banyak film di produksi. Semangat bikin film juga bagaikan virus yang menyebar.

Film di Indonesia mulai bermunculan kembali beberapa tahun terakhir ini. Pencarian identitas ke-Indonesia-an dalam dunia perfilman Indonesia berlangsung panjang. Tetapi pada kenyataannya, hingga saat ini, film nasional yang menghadirkan identitas “cultural pribumi” masih bisa di hitung jari. Padahal dalam Mukadimmah Anggaran Dasar Karya Film dan televisi 1995 dijelaskan bahwa film mempunyai fungsi yang amat mulia. Jika fungsi ini berjalan normal, seharusnya identitas cultural bangsa Indonesia akan hadir dalam setiap film yang dibuat oleh Indonesia.


(2)

Masyarakat Indonesia banyak mengadopsi budaya barat yang tidak dapat dipungkiri telah melupakan nilai-nilai sejarah yang telah ada. Dalam pertumbuhan film hiburan Hollywood ataupun seni kadang tumbuh berdampingan, saling memberi juga bersitegang. Masing-masing memiliki karakter dan pola perkembangannya sendiri.

Sementara pada proses pertumbuhan Indonesia tidak mengalami proses kelahiran kembali, yang awalnya di cap rendahan menjadi sesuai dengan nilai-nilai seluruh lapisan masyarakat, termasuk menengah ke atas, juga intelektual dan budayawan.

Sedikit banyak film mempengaruhi kehidupan para remaja. Beberapa tahun belakangan ini banyak film yang muncul berbau komedi sex, seperti film “KAWIN KONTRAK“. Ini mengingatkan kita pada tahun 80-90an seperti film “WARKOP DKI“.

Ketika media mendominasi budaya, setelah film-film remaja merubah hidup anak remaja dan dilanjutkan dengan film-film komedi seks yang bisa menjadi budaya bangsa.

Sebagai penonton yang masih belum cukup punya filter untuk membedakan mana yang bisa di ambil sebagai hikmah dan mana yang perlu kita buang jauh-jauh, film-film tersebut bias (kembali) menjadi sebuah cara untuk kembali merubah gaya hidup. Film yang mempunyai bukti bahwa film-film syarat makna dan tak mengumbar aurat tetap bisa memegang rating tinggi dan membuat “ketagihan penonton”.

Peran-peran wanita dalam realitas film ini kalau di kaji lebih dalam akan terlihat secara jelas proses ketidakadilan gender yang diberikan oleh dunia pencitraan (Imagologi) atas peran wanita pada wilayah domestik. Wanita dalam film jarang sekali (kalau tidak boleh mengatakan tidak pernah) diberikan posisi secara profesional dan proporsional sebagai orang yang mampu juga bergelut pada wilayah domestik layaknya laki-laki. Sosok wanita yang menyebarkan berbagai macam penanda eksotis dari setiap inci tubuhnya kemudian banyak digunakan sebagai alat untuk mengikat berbagai macam petanda, baik itu pada wilayah ekonomi, sosial dan budaya.


(3)

Selanjutnya, dalam tulisan ini akan ditelusuri sejauh mana film mampu membentuk stereotip wanita yang hanya dijadikan obyek pemanis pada setiap produksi film. Tawaran apa yang mesti dilakukan untuk meminimalisir sensualitas wanita dalam film tersebut baik dalam wilayah agama maupun realitas sosiologisnya.

Fenomena kawin kontrak telah menarik bagi industri film untuk ditampilkan dalam layar lebar. Hal ini disebabkan karena isu kawin kontrak sudah bukan menjadi rahasia umum bahkan pemerintah sempat secara terbuka melalui wakil presiden Jusuf Kalla mengeluarkan pernyataan yang kontroversial mengenai kawin kontrak sebagai aset Negara, pernyataan ini sangat menyudutkan kaum wanita. Setelah adanya pernyataan ini disampaikan ramai-ramai LSM wanita menentang keras pernyataan Jusuf Kalla tersebut.

Setelah ramai dibicarakan maka seorang seorang sutradara film mengangkat isu ini dalam film yang berjudul Kawin Kontrak, film ini mendapat respon yang cukup luas dari masyarakat banyak. Bioskop-bioskop yang memutar film tersebut selalu penuh dan laku keras meski tidak mencapai Box Office di Indonesia. Melihat kesuksesan itu film ini dibuat kembali dengan judul Kawin Kontrak Lagi, jalan ceritanya.

Di balik kesuksesan yang besar film tersebut ada beberapa catatan dan kritikan karena banyak mengandung beberapa aspek yang perlu di analisis secara kritis. Karena film ini secara tersirat banyak mengandung unsur-unsur rasis, gender dan seks yang patut di kritisi kalau di perhatikan keseluruhan isi atau makna film tersebut tidak akan menggambarkan citra wanita yang baik. Film ini akhirnya hanya berisi hiburan yang mengandung unsur seks remaja dan petualangan seks itu sendiri, film-film bertema ini sekarang sedang mulai menjamur dalam industri film Indonesia. Peneliti akan menganalisis isi, makna dari film tersebut sesuai dengan pandangan kritis.

Kehadiran wanita (model, aktris, penyanyi) sebagai ilustrasi di dalam berbagai acara hiburan televisi khususnya acara lawak dan musik telak mengangkat 3 persoalan yaitu


(4)

menyangkut eksistensi kaum wanita di dalam wacana ekonomi politik, khususnya di dalam dunia komoditi.

Pertama, persoalan ekonomi politik tubuh, yaitu bagaimana tubuh wanita di gunakan di dalam berbagai aktifitas ekonomi, berdasarkan pada konstruksi sosial atau ideologi tertentu. Kedua, persoalan ekonomi politik tanda di dalam sebuah sistem pertandaan (sign system) yaitu bagaimana wanita di produksi sebagai tanda-tanda (signs) di dalam sebuah sistem pertandaan (sign system) khususnya di dalam masyarakat kapitalis yang membentuk citra (image), makna (meaning) dan identitas (identity) diri mereka di dalamnya. Ketiga, persoalan ekonomi politik hasrat, yaitu bagaimana “hasrat“ wanita disalurkan atau direpresi di dalam berbagai bentuk komoditi, khususnya komoditi hiburan dan tontonan.

Persoalan ekonomi politik tubuh berkaitan dengan sejauh mana eksistensi wanita di dalam kegiatan ekonomi politik, khususnya di dalam proses produksi komoditi. Persoalan ekonomi politik tanda berkaitan dengan eksistensi wanita sebagai citra di dalam berbagai media (televisi, film, video, musik, majalah, koran, komik, seni lukis, fashion). Sedangkan ekonomi politik hasrat berkaitan dengan tubuh dan citra yang berkaitan dengan pembebasan atau represi hasrat. Yang pertama melukiskan eksistensi wanita di dalam dunia fisik, yang kedua di dalam dunia citra dan yang ketiga didalam dunia psikis, meskipun ketiga dunia tersebut saling berkaitan satu sama lainnya.

Penggunaan tubuh dan representasi tubuh (body sign) sebagai komoditi (komodifikasi) di dalam berbagai media hiburan masyarakat kapitalis, telah mengangkat

berbagai persoalan yang tidak saja menyangkut relasi ekonomi (peran ekonomi wanita) akan tetapi lebuh jauh relasi ideologi yaitu bagaimana penggunaan tubuh dan citra tersebut menandakan seuah relasi sosial khususnya relasi gender yang di konstruksi berdasarkan ideologi tertentu.


(5)

Komoditi khususnya media hiburan televisi, film, musik, lawak, video, disini menjadi wahana bagi sebuah proses pengalamiahan (naturalsation) berbagai posisi ketimpangan, subordinasi, marjinalisasi dan seksisme di dalam relasi gender.

Di dalam dunia perfilman, sebagai aktor terutama aktris selalu berlomba-lomba memberikan citra yang baik untuk menjadi panutan oleh massa, meskipun acapkali tidak benar dan tidak realistis. Wanita dalam film di anggap ada dan dikesankan sebagai makhluk nyata yang bisa di tiru.

2.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada latarbelakang yang telah dikemukakan rumusan masalah yang ditetatapkan peneliti yaitu : “Berapa lama durasi komodifikasi sensualitas wanita dalam perfilman Indonesia melalui film kawin kontrak lagi ? “.

3.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian dari film ini adalah untuk mengetahui lama durasi komodifikasi wanita yang menjalani hidup kawin kontrak yang di sampaikan dalam film “kawin kontrak lagi“.

4.

MANFAAT PENELITIAN

 MANFAAT AKADEMIS

Penelitian diharapkan dapat menjadi referensi dalam melakukan penelitian sejenis, dan juga sebagai pertimbangan bagi peneliti yang ingin mengadakan penelitian terhadap masalah yang sama di masa yang akan datang.


(6)

 MANFAAT PRAKTIS

Penelitian ini diharapkan adanya pemikiran dan pengetahuan yang lebih mendalam akan adanya film komedi tanpa adanya unsur sensualitas di dalamnya, sehingga masyarakat luas dapat menerima dan memahami makna film.