13.58 Analisis Peranan Komoditas Jagung dalam Perekonomian Indonesia.

5 Berdasarkan pemaparan diatas terlihat peranan komoditas jagung yang mencakup 3F food, feed, dan fuel menunjukkan bahwa jagung memiliki rantai nilai bisnis yang memiliki keterkaitan antara sektor hulu dan sektor hilirnya. Sehingga, pertumbuhan komoditas jagung ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain dalam perekonomian nasional yang nantinya dapat mewujudkan pembangunan secara komprehensif sehingga diharapkan pada akhirnya dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi, mengurangi tingkat kemiskinan, dan menciptakan lapangan pekerjaan. Untuk itu diperluan kajian atau penelitian untuk membahas peranan komoditas jagung dan seberapa besar keterkaitan komoditas jagung terhadap sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia. Perumusan Masalah Jagung merupakan salah satu komoditas subsektor tanaman pangan yang memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional yaitu mencakup 3F food, feed, dan fuel. Penggunaan jagung yang sebelumnya hanya sebagai bahan pangan, berkembang menjadi bahan baku pakan untuk ternak, dan bahan bakar nabati. Industri pakan ternak merupakan pengguna jagung terbesar bahkan hampir 50 dari konsumsi jagung nasional. Perkembangan jagung dilihat dari sisi produksi dalam kurun waktu lima tahun terakhir 2008-2012 mengalami perkembangan yang fluktuatif, namun tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2008 Tabel 3, produksi jagung nasional sebesar 16.32 juta ton dan tahun 2012 menjadi 19.39 juta ton. Terjadi peningkatan sebesar 3.07 juta ton selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Akan tetapi, selama kurun waktu tersebut impor jagung Indonesia juga memiliki kecenderungan meningkat secara fluktuatif. Hal itu terlihat dari jumlah impor jagung yang juga mengalami peningkatan dari tahun 2008 sebesar 393.3 ribu ton menjadi 1 888.9 ribu ton di tahun 2012, walaupun tahun sebelumnya di tahun 2011 terjadi peningkatan impor yang lebih besar yaitu sebesar 3.31 juta ton. Menurut Bayu Krisnamurthi 2010, masih adanya impor jagung karena ada beberapa jenis jagung untuk pakan ternak yang belum bisa dipenuhi produksinya di dalam negeri. Mengingat industri pakan merupakan pengguna jagung terbesar di dalam negeri dan jenis jagung yang digunakan sebagai bahan baku pakan belum banyak diproduksi oleh petani jagung dalam negeri, maka kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan dipenuhi melalui impor. Kebijakan impor jagung dipilih sebagai cara untuk mengatasi kekurangan dan kontinuitas pasokan jagung gigi kuda Zea mays indentata yang digunakan sebagai bahan baku industri pakan. Peningkatan impor jagung juga berdampak negatif pada terkurasnya devisa negara dan neraca perdagangan ekspor-impor jagung Indonesia yang semakin defisit Timor, 2008. Ketersediaan jagung dalam negeri sangat berpengaruh terhadap kinerja industri peternakan yang selama ini erat kaitannya dengan industri pakan. Apabila pasokan bahan baku jagung mengalami kelangkaan akan berpengaruh terhadap ketersediaan pakan ternak. Sebaliknya, dengan adanya kecukupan bahan baku jagung dapat mendorong kelancaran ketersediaan pakan ternak.