Analisis input-output peranan industri kertas dalam perekonomian indonesia

(1)

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI KERTAS

DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

OLEH RUSLI RAMLI

H14101122

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(2)

Proses industrialisasi di Indonesia telah yang dimulai dari sejak pelita I telah mengakibatkan transformasi struktural dalam perekonomian Indonesia. Hal ini ditandai dengan semakin menurunnya kontribusi sektor primer (pertanian) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sementara sektor sekunder dan tersier seperti industri pengolahan kontribusinya terhadap PDB terus mengalami peningkatan.

Salah satu sektor industri pengolahan yang berkembang pesat adalah sektor industri kertas. Hal yang menyebabkan industri ini terus berkembang pesat di Indonesia antara lain adalah kemudahan mendapatkan baku dan tenaga kerja yang murah. Pada akhir tahun 2000 kapasitas terpasang industri kertas nasional telah mencapai sekitar 9,1 juta ton per tahun, produksi sebesar 6,8 juta ton, ekspor sebesar 2,8 juta ton, dan konsumsinya yang telah mencapai 4,2 juta ton. Data-data tersebut di atas menunjukkan bahwa industri kertas sangat potensial untuk terus dikembangkan khususnya untuk meningkatkan penerimaan devisa negara. Selain perkembangannya yang pesat tersebut, industri kertas juga mempunyai pengaruh dan hubungan timbal balik terhadap industri atau sektor lainnya karena komoditi kertas yang dihasilkan oleh industri ini dapat sebagai input sektor industri lain dan sebaliknya industri kertas juga membutuhkan input dari sektor lain tersebut. Berdasarkan kondisi di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana peran sektor industri kertas bagi perekonomian Indonesia

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari BPS Pusat Jakarta dan instansi terkait lainnya. Analisis yang digunakan yaitu Analisis Input-Output (I-O) dari Tabel I-O Indonesia Tahun 2000 transaksi domestik atas dasar harga produsen klasifikasi 175 sektor melalui program Microsoft Excel 2003. Pendekatan model I-O yang digunakan dalam penelitian ini adalah model sisi permintaan (demand-side model), hal ini dikarenakan faktor permintaan merupakan faktor eksogen yang mempengaruhi perekonomian.

Berdasarkan analisis deskriptif dari Tabel I-O Indonesia tahun 2000 transaksi domestik atas dasar harga produsen yang diagregasi menjadi 22 sektor, industri kertas memiliki peran yang tidak begitu besar terhadap struktur perekonomian Indonesia seperti struktur permintaan, nilai tambah bruto, struktur ketenagakerjaan, ekspor-impor dan pembentukan output sektoral. Hal ini dapat dilihat dari kecilnya nilai industri kertas pada masing-masing struktur tersebut bila dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya. Dilihat dari sisi permintaan antara dan permintaan akhir, industri kertas memiliki permintaan akhir (Rp 10.800.775 juta) yang lebih besar daripada permintaan antaranya (Rp 13.970.847 juta) yang menandakan bahwa output industri kertas lebih banyak digunakan untuk konsumsi langsung (masyarakat, pemerintah, dan ekspor) daripada sebagai input untuk sektor lainnya.


(3)

Dilihat dari rasio upah gaji terhadap surplus usaha (0,43) dalam struktur nilai tambah bruto, dapat identifikasi bahwa pada industri kertas terjadi ketimpangan distribusi pendapatan antara pihak perusahaan dengan tenaga kerjanya. Kemudian dari struktur ketenagakerjaan dapat diketahui bahwa industri ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 118.454 jiwa. Berdasarkan analisis struktur ekspor-impor dapat diketahui bahwa industri kertas mengalami surplus perdagangan sebesar Rp 4.617.531 juta sedangkan dari pembentukan output sektoral industri kertas menyumbang sebesar Rp 24.771.662 juta atau sekitar 0,92 persen dari total output sektoral perekonomian.

Dari hasil analisis keterkaitan per sektornya (keterkaitan industri kertas terhadap berbagai sektor perekonomian Indonesia), industri ini memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor hulu dan hilirnya. Pada keterkaitan ke depan industri kertas memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor industri barang dari kertas (0,3183) dan industri percetakan (0,2448), sedangkan pada keterkaitan ke belakangnya, industri kertas memiliki keterkaitan kuat terhadap industri pulp (0,0944) yang merupakan sektor penghasil input bahan bakunya.

Berdasarkan hasil analisis koefisien penyebaran dapat diketahui bahwa industri kertas kurang memiliki kemampuan untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya. Sedangkan dari hasil analisis kepekaan penyebaran industri kertas merupakan industri yang memiliki kemampuan yang kuat dalam mendorong sektor hilirnya.

Pada analisis elastisitas input-output dapat diketahui bahwa industri kertas cukup responsif terhadap perubahan permintaan akhir sektor lainnya dalam hal output dengan nilai elastisitas output sebesar 1,0023. Sementara dari hasil elastisitas pendapatannya (0,0522) industri ini kurang responsif terhadap perubahan permintaan akhir sektor lain dalam hal pendapatan dan jika dilihat dari hasil elastisitas tenaga kerjanya (0,6093), perubahan permintaan akhir sektor lain kurang berpengaruh terhadap perubahan tenaga kerja dalam sektor industri kertas tersebut.

Berdasarkan ranking elastisitas, industri kertas termasuk dalam salah satu dari sepuluh sektor kunci perekonomian Indonesia (peringkat keenam). Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri ini memiliki respon yang tinggi terhadap perubahan permintaan akhir sektor lain dalam hal peningkatan output, pendapatan, maupun tenaga kerjanya, sehingga sektor ini mempunyai kemampuan yang cukup besar dalam berkontribusi untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. Bersama dengan sektor kunci lainnya, industri kertas merupakan sektor prioritas yang harus dikembangkan oleh pemerintah sebagai policy makers


(4)

Oleh RUSLI RAMLI

H14101I22

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Rusli Ramli

Nomor Registrasi Pokok : H14101122 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Input-Output Peranan Industri Kertas dalam Perekonomian Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec. NIP. 131 644 945

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872


(6)

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juni 2006

Rusli Ramli H14101122


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rusli Ramli lahir pada tanggal 20 Juli 1983 di Karawang, Propinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari satu bersaudara, dari pasangan Apun Sanusi dan Yoyoh. Jenjang pendidikan penulis dilalui dengan lancar, penulis menamatkan Sekolah Dasar pada SDN Ciwaringin 1, kemudian melanjutkan ke SLTPN 1 Telagasari dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 1 Karawang dan lulus pada tahun 2001.

Pada tahun 2001 penulis melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi untuk meraih gelar sarjana. Penulis masuk IPB melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasi intra dan ekstra kampus seperti BEM-H, Formasi, dan HMI Komisariat FEM.


(8)

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Input-Output Peranan Industri Kertas dalam Perekonomian Indonesia“. Judul ini dipilih penulis karena merupakan topik yang menarik dalam perkembangan industri nasional dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Penulis mengharapkan adanya hasil positif sebagai masukan dalam pembangunan industri kertas nasional selanjutnya. Selain itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Bapak Dr.1r. Arief Daryanto, M.Ec. yang telah memberi masukan, saran serta bimbingan dalam pembuatan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh pihak lainnya yang telah membantu terlaksananya penelitian ini baik dari instansi maupun perorangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya ini dapat bermanfaat, bagi penulis khususnya dan kalangan pendidikan umumnya.

Bogor, Juni 2006

Rusli Ramli

H14101122


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Ruang Lingkup... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

2.1. Definisi dan Sejarah Kertas... 7

2.2. Konsep Pembangunan Industri Kertas ... 8

2.3. Integrasi Vertikal Pada Industri Kertas ... 11

2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 13

2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 16

2.5.1. Model Input-Output ... 16

2.5.2. Struktur Tabel Input-Output... 19

2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 22

III. METODE PENELITIAN... 25

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 25

3.2. Metode Analisis ... 25

3.2.1. Koefisien Input... 26

3.2.2. Analisis Keterkaitan ... 27

3.2.3. Analisis Dampak Penyebaran ... 29

3.2.3. Elastisitas Input-Output... 31

V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI ... 33

4.1. Profil Industri Kertas... 33


(10)

5.1. Peranan Industri Kertas Dalam Perekonomian Indonesia... 47

5.1.1. Struktur Permintaan Industri Kertas ... 47

5.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto ... 49

5.1.3. Struktur Ketenagakerjaan... 51

5.1.4. Struktur Ekspor dan Impor... 53

5.1.5. Struktur Output Sektoral ... 55

5.2. Analisis Keterkaitan ... 56

5.2.1. Keterkaitan Langsung Sektor-Sektor Perekonomian ... 56

5.2.2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ... 58

5.2.3. Keterkaitan ke Depan Industri Kertas ... 59

5.2.4. Keterkaitan ke Belakang Industri kertas ... 61

5.3. Analisis Koefisien dan Kepekaan Penyebaran... 62

5.3.1. Koefisien Penyebaran... 63

5.3.2. Kepekaan Penyebaran ... 65

5.4. Elastisitas Input-Output... 67

5.4.2. Elastisitas Output ... 67

5.4.2. Elastisitas Pendapatan ... 68

5.4.2. Elastisitas Tenaga Kerja... 70

5.5. Sektor-Sektor Kunci dalam Perekonomian Indonesia ... 71

5.6. Implikasi Kebijakan ... 73

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

6.1. Kesimpulan ... 75

6.2. Saran... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(11)

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI KERTAS

DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

OLEH RUSLI RAMLI

H14101122

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(12)

Proses industrialisasi di Indonesia telah yang dimulai dari sejak pelita I telah mengakibatkan transformasi struktural dalam perekonomian Indonesia. Hal ini ditandai dengan semakin menurunnya kontribusi sektor primer (pertanian) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sementara sektor sekunder dan tersier seperti industri pengolahan kontribusinya terhadap PDB terus mengalami peningkatan.

Salah satu sektor industri pengolahan yang berkembang pesat adalah sektor industri kertas. Hal yang menyebabkan industri ini terus berkembang pesat di Indonesia antara lain adalah kemudahan mendapatkan baku dan tenaga kerja yang murah. Pada akhir tahun 2000 kapasitas terpasang industri kertas nasional telah mencapai sekitar 9,1 juta ton per tahun, produksi sebesar 6,8 juta ton, ekspor sebesar 2,8 juta ton, dan konsumsinya yang telah mencapai 4,2 juta ton. Data-data tersebut di atas menunjukkan bahwa industri kertas sangat potensial untuk terus dikembangkan khususnya untuk meningkatkan penerimaan devisa negara. Selain perkembangannya yang pesat tersebut, industri kertas juga mempunyai pengaruh dan hubungan timbal balik terhadap industri atau sektor lainnya karena komoditi kertas yang dihasilkan oleh industri ini dapat sebagai input sektor industri lain dan sebaliknya industri kertas juga membutuhkan input dari sektor lain tersebut. Berdasarkan kondisi di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana peran sektor industri kertas bagi perekonomian Indonesia

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari BPS Pusat Jakarta dan instansi terkait lainnya. Analisis yang digunakan yaitu Analisis Input-Output (I-O) dari Tabel I-O Indonesia Tahun 2000 transaksi domestik atas dasar harga produsen klasifikasi 175 sektor melalui program Microsoft Excel 2003. Pendekatan model I-O yang digunakan dalam penelitian ini adalah model sisi permintaan (demand-side model), hal ini dikarenakan faktor permintaan merupakan faktor eksogen yang mempengaruhi perekonomian.

Berdasarkan analisis deskriptif dari Tabel I-O Indonesia tahun 2000 transaksi domestik atas dasar harga produsen yang diagregasi menjadi 22 sektor, industri kertas memiliki peran yang tidak begitu besar terhadap struktur perekonomian Indonesia seperti struktur permintaan, nilai tambah bruto, struktur ketenagakerjaan, ekspor-impor dan pembentukan output sektoral. Hal ini dapat dilihat dari kecilnya nilai industri kertas pada masing-masing struktur tersebut bila dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya. Dilihat dari sisi permintaan antara dan permintaan akhir, industri kertas memiliki permintaan akhir (Rp 10.800.775 juta) yang lebih besar daripada permintaan antaranya (Rp 13.970.847 juta) yang menandakan bahwa output industri kertas lebih banyak digunakan untuk konsumsi langsung (masyarakat, pemerintah, dan ekspor) daripada sebagai input untuk sektor lainnya.


(13)

Dilihat dari rasio upah gaji terhadap surplus usaha (0,43) dalam struktur nilai tambah bruto, dapat identifikasi bahwa pada industri kertas terjadi ketimpangan distribusi pendapatan antara pihak perusahaan dengan tenaga kerjanya. Kemudian dari struktur ketenagakerjaan dapat diketahui bahwa industri ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 118.454 jiwa. Berdasarkan analisis struktur ekspor-impor dapat diketahui bahwa industri kertas mengalami surplus perdagangan sebesar Rp 4.617.531 juta sedangkan dari pembentukan output sektoral industri kertas menyumbang sebesar Rp 24.771.662 juta atau sekitar 0,92 persen dari total output sektoral perekonomian.

Dari hasil analisis keterkaitan per sektornya (keterkaitan industri kertas terhadap berbagai sektor perekonomian Indonesia), industri ini memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor hulu dan hilirnya. Pada keterkaitan ke depan industri kertas memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor industri barang dari kertas (0,3183) dan industri percetakan (0,2448), sedangkan pada keterkaitan ke belakangnya, industri kertas memiliki keterkaitan kuat terhadap industri pulp (0,0944) yang merupakan sektor penghasil input bahan bakunya.

Berdasarkan hasil analisis koefisien penyebaran dapat diketahui bahwa industri kertas kurang memiliki kemampuan untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya. Sedangkan dari hasil analisis kepekaan penyebaran industri kertas merupakan industri yang memiliki kemampuan yang kuat dalam mendorong sektor hilirnya.

Pada analisis elastisitas input-output dapat diketahui bahwa industri kertas cukup responsif terhadap perubahan permintaan akhir sektor lainnya dalam hal output dengan nilai elastisitas output sebesar 1,0023. Sementara dari hasil elastisitas pendapatannya (0,0522) industri ini kurang responsif terhadap perubahan permintaan akhir sektor lain dalam hal pendapatan dan jika dilihat dari hasil elastisitas tenaga kerjanya (0,6093), perubahan permintaan akhir sektor lain kurang berpengaruh terhadap perubahan tenaga kerja dalam sektor industri kertas tersebut.

Berdasarkan ranking elastisitas, industri kertas termasuk dalam salah satu dari sepuluh sektor kunci perekonomian Indonesia (peringkat keenam). Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri ini memiliki respon yang tinggi terhadap perubahan permintaan akhir sektor lain dalam hal peningkatan output, pendapatan, maupun tenaga kerjanya, sehingga sektor ini mempunyai kemampuan yang cukup besar dalam berkontribusi untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. Bersama dengan sektor kunci lainnya, industri kertas merupakan sektor prioritas yang harus dikembangkan oleh pemerintah sebagai policy makers


(14)

Oleh RUSLI RAMLI

H14101I22

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Rusli Ramli

Nomor Registrasi Pokok : H14101122 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Input-Output Peranan Industri Kertas dalam Perekonomian Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec. NIP. 131 644 945

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872


(16)

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juni 2006

Rusli Ramli H14101122


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rusli Ramli lahir pada tanggal 20 Juli 1983 di Karawang, Propinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari satu bersaudara, dari pasangan Apun Sanusi dan Yoyoh. Jenjang pendidikan penulis dilalui dengan lancar, penulis menamatkan Sekolah Dasar pada SDN Ciwaringin 1, kemudian melanjutkan ke SLTPN 1 Telagasari dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 1 Karawang dan lulus pada tahun 2001.

Pada tahun 2001 penulis melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi untuk meraih gelar sarjana. Penulis masuk IPB melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasi intra dan ekstra kampus seperti BEM-H, Formasi, dan HMI Komisariat FEM.


(18)

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Input-Output Peranan Industri Kertas dalam Perekonomian Indonesia“. Judul ini dipilih penulis karena merupakan topik yang menarik dalam perkembangan industri nasional dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Penulis mengharapkan adanya hasil positif sebagai masukan dalam pembangunan industri kertas nasional selanjutnya. Selain itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Bapak Dr.1r. Arief Daryanto, M.Ec. yang telah memberi masukan, saran serta bimbingan dalam pembuatan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh pihak lainnya yang telah membantu terlaksananya penelitian ini baik dari instansi maupun perorangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya ini dapat bermanfaat, bagi penulis khususnya dan kalangan pendidikan umumnya.

Bogor, Juni 2006

Rusli Ramli

H14101122


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Ruang Lingkup... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

2.1. Definisi dan Sejarah Kertas... 7

2.2. Konsep Pembangunan Industri Kertas ... 8

2.3. Integrasi Vertikal Pada Industri Kertas ... 11

2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 13

2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 16

2.5.1. Model Input-Output ... 16

2.5.2. Struktur Tabel Input-Output... 19

2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 22

III. METODE PENELITIAN... 25

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 25

3.2. Metode Analisis ... 25

3.2.1. Koefisien Input... 26

3.2.2. Analisis Keterkaitan ... 27

3.2.3. Analisis Dampak Penyebaran ... 29

3.2.3. Elastisitas Input-Output... 31

V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI ... 33

4.1. Profil Industri Kertas... 33


(20)

5.1. Peranan Industri Kertas Dalam Perekonomian Indonesia... 47

5.1.1. Struktur Permintaan Industri Kertas ... 47

5.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto ... 49

5.1.3. Struktur Ketenagakerjaan... 51

5.1.4. Struktur Ekspor dan Impor... 53

5.1.5. Struktur Output Sektoral ... 55

5.2. Analisis Keterkaitan ... 56

5.2.1. Keterkaitan Langsung Sektor-Sektor Perekonomian ... 56

5.2.2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ... 58

5.2.3. Keterkaitan ke Depan Industri Kertas ... 59

5.2.4. Keterkaitan ke Belakang Industri kertas ... 61

5.3. Analisis Koefisien dan Kepekaan Penyebaran... 62

5.3.1. Koefisien Penyebaran... 63

5.3.2. Kepekaan Penyebaran ... 65

5.4. Elastisitas Input-Output... 67

5.4.2. Elastisitas Output ... 67

5.4.2. Elastisitas Pendapatan ... 68

5.4.2. Elastisitas Tenaga Kerja... 70

5.5. Sektor-Sektor Kunci dalam Perekonomian Indonesia ... 71

5.6. Implikasi Kebijakan ... 73

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

6.1. Kesimpulan ... 75

6.2. Saran... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1.1. Komposisi Sektoral PDB 1960-2003 Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 1993 ... 2

1.2. Kapasitas Produksi, Impor, Ekspor dan Konsumsi Industri Kertas Indonesia Tahun 1994-2003... 3

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Keterkaitan ... 13

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Dampak Penyebaran... 14

2.3. Struktur Tabel Input-Output... 19

4.1. Profil Industri Pulp dan Kertas Indonesia Tahun 2003 ... 34

4.2. Konsumsi Kertas Per Kapita Penduduk Indonesia 1993-2002.... 35

4.3. Kapasitas Terpasang Perusahaan Industri Kertas 2003... ... 38

4.4. Boards PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk per 30 September 2004 ... 40

4.5. Boards PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills per 30 September 2004 ... 42

4.6. Boards PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk per 30 September 2004 ... 43

4.7. Boards PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry per 30 Desember 2004 ... 46

5.1. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2000... 48

5.2. Nilai Tambah Bruto Sektor-sektor Perekonomian Indonesia Indonesia Tahun 2000 ... 50

5.3. Rasio Upah Terhadap Surplus Usaha... 51

5.4. Jumlah Tenaga kerja, Produktifitas dan Nilai Upah Sektoral Indonesia Tahun 2000 ... 52


(22)

5.7. Nilai Keterkaitan Berbagai Sektor Perekonomian di Indonesia .. 57 5.8. Keterkaitan ke Depan Industri Kertas terhadap Sektor-Sektor

Perekonomian Indonesia ... 60 5.9. Keterkaitan ke Belakang Industri Kertas terhadap Berbagai

Sektor Perekonomian Di Indonesia ... 61 5.10. Koefisien Penyebaran Industri Kertas terhadap Berbagai

Sektor Perekonomian Di Indonesia... 64 5.11. Kepekaan Penyebaran Industri Kertas terhadap Berbagai

Sektor Perekonomian Di Indonesia... 66 5.12. Elastisitas Input-Output Sektor-sektor Perekonomian

Indonesia Tahun 2000 ... 69 5.13. Sektor Kunci Perekonomian Menurut Ranking Elastisititas


(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Bagan Alur Pendekatan Studi ... 24


(24)

1. Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2000 ... 81 2. Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2000 Klasifikasi 22 Sektor ... 82 3. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 22 Sektor ... 86 4. Matriks Kebalikan Leontief Klasifikasi 22 Sektor... 88


(25)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Proses industrialisasi di Indonesia yang dimulai sejak Pelita I telah mengakibatkan transformasi struktural di Indonesia. Pola pertumbuhan ekonomi secara sektoral di Indonesia agaknya sejalan dengan kecenderungan proses transformasi struktural yang terjadi di berbagai negara di dunia, dimana terjadi penurunan kontribusi sektor pertanian (sektor primer) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sementara kontribusi sektor sekunder dan tersier cenderung meningkat. Perubahan struktural mengandung arti peralihan dari masyarakat pertanian tradisional menjadi ekonomi industri modern, yang mencakup peralihan lembaga, sikap sosial, dan motivasi yang secara radikal. Perubahan struktur semacam ini menyebabkan kesempatan kerja semakin banyak, produktifitas buruh, stok modal, dan pendayagunaan sumber-sumber baru serta perbaikan teknologi akan semakin tinggi (Jhingan, 2002).

Pada tahun 1960, sektor pertanian merupakan sektor penyumbang terbesar terhadap PDB (53,9 persen), sementara sektor industri khususnya industri pengolahan baru menyumbang 8,4 persen dari PDB (Tabel 1.1). Kemudian pada tahun 1967 industri pengolahan telah menyumbang 51,8 persen terhadap PDB sedangkan sektor pertanian mempunyai kontribusi terhadap PDB sebesar 8,4 persen. Pada tahun-tahun berikutnya dapat dilihat bahwa sektor industri pengolahan terus mengalami kenaikan dalam hal kontribusinya terhadap PDB sedangkan sektor pertanian sebaliknya terus mengalami penurunan kontribusi terhadap PDB. Hal tersebut menjadi salah satu indikasi bahwa sektor industri


(26)

pengolahan telah menggeser peranan sektor pertanian dalam pembangunan nasional berkaitan dengan peralihan struktur perekonomian masyarakat Indonesia dari orientasi pada sektor primer (pertanian) kepada orientasi sektor industri. Salah satu dari sektor industri pengolahan tersebut yang berkembang pesat sampai saat ini adalah industri pulp dan kertas.

Tabel 1.1. Komposisi Sektoral PDB 1960-2003 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 (persen)

Lapangan Usaha 1960 1967 1973 1983 1989 1993 1998 2003

Pertanian 53.9 51.8 40.1 22.8 20.6 17.6 17.2 16.6

Pertambangan dan

penggalian 3.7 3.7 12.3 20.7 15.6 13.9 1.84 10.7 Industri Pengolahan 8.4 8.4 9.6 12.7 18.5 21.1 25.3 24.7

Listrik dan air minum 0.3 0.5 0.5 0.4 0.6 0.7 1.52 2.2

Bangunan/konstruksi 2.0 1.6 3.9 5.9 5.5 6.6 5.64 6.0

Perdagangan, hotel dan

restoran 14.3 15.8 16.6 14.9 16.1 16.4 15.9 16.3 Pengangkutan dan

komunikasi 3.7 3.5 3.8 5.3 5.3 5.9 7.49 6,3 Keuangan, sewa dan

jasa perusahaan 1.0 0.8 1.2 3.0 4,0 5.1 7.57 6.9 Jasa-jasa 6.2 6.4 3.9 3.9 3.5 3.5 9.57 10.4

Sumber : BPS, 2003.

Industri pulp dan kertas adalah industri yang berkembang dengan tingkat pertumbuhan 20 persen per tahun pada beberapa dekade terakhir. Pasar bagi hasil industri pulp dan kertas masih terbuka luas karena konsumsi kertas per kapita terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari sisi kontribusi terhadap penerimaan negara, sektor industri pulp dan kertas telah menyumbang 90 persen dari total penerimaan ekspor kehutanan. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai eksportir


(27)

3

pemimpin dalam bidang kehutanan di dunia sejak 1987 (Karseno dan Mulyaningsih, 2002).

Tabel 1.2. Kapasitas, Produksi, Impor, Ekspor, dan Konsumsi Industri Kertas Indonesia Tahun 1994-2003 (ton)

Tahun Kapasitas Produksi Impor Ekspor Konsumsi 1994 3.882.350 3.054.000 171.300 826.200 2.399.100 1995 4.472.500 3.425.800 140.110 924.520 2.641.390 1996 5.595.280 4.120.490 197.700 1.198.220 3.119.970 1997 7.168.290 4.821.600 261.000 1.800.000 3.282.600 1998 7.479.530 5.487.260 130.130 2.833.960 2.783.430 1999 9.097.180 6.720.560 143.800 2.950.800 3.913.560 2000 9.116.180 6.849.000 212.630 2.837.210 4.224.420 2001 9.904.080 6.951.240 199.840 2.345.135 4.805.945 2002 10.065.580 7.212.970 249.695 2.446.730 5.015.935 2003 10.300.000 8.200.000 250.000 2.600.000 5.800.000 Sumber: Asosiasi Pulp dan Kertas, 2003.

Sementara itu fokus khusus pada sektor industri kertas (diluar dari industri pulp), industri ini merupakan salah satu industri yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi pentingnya sumbangan industri ini, pertama, adalah bahwa produk kertas harganya banyak ditentukan dalam nilai dolar, alasan kedua, yaitu komponen impor yang digunakan dalam proses produksi nilainya tidak lebih dari 30 persen, dan ketiga, ialah bahwa produk kertas cenderung banyak yang ditujukan untuk pasar luar negeri, sehingga dalam masa krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia, industri ini masih dapat diandalkan dalam membantu penerimaaan devisa negara (Rosadi dan Vidyatmoko, 2002). Hal itu ditambah apabila melihat dalam sekitar satu dekade terakhir ini, baik kapasitas, jumlah produksi, ekspor maupun


(28)

konsumsi dalam industri kertas terus mengalami kenaikan setiap tahunnya (Tabel 1.2). Berdasarkan kondisi inilah dirasakan penting untuk melakukan analisis lebih lanjut tentang peranan industri kertas terhadap perekonomian Indonesia.

I.2. Perumusan Masalah

Pentingnya industri kertas yang besar tidak terlepas dari kondisi yang dimilikinya. Sampai saat ini industri kertas Indonesia memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan negara lain. Keunggulan yang lebih banyak mengandalkan sumber bahan baku yang berlimpah dengan harga yang relatif murah serta tenaga kerja dengan upah buruh yang relatif rendah. Dalam hal bahan baku, misalnya, Indonesia termasuk negara penyedia bahan baku pulp terbesar karena mempunyai hutan terluas kedua di dunia, sehingga bahan baku untuk pembuatan kertas tersedia banyak di Indonesia. Begitu juga dalam hal tenaga kerja, angkatan kerja produktif di Indonesia mencapai puluhan juta orang. Namun pentingnya industri kertas ini tidak semata-mata hanya karena keunggulan komparatifnya saja tapi juga karena peranannya dalam hubungannya terhadap sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia baik sektor industri maupun non-industri dan bagaimana sektor-sektor lain tersebut mempengaruhi industri kertas sehingga terjadinya hubungan timbal balik yang mengarah pada peningkatan pertumbuhan sektor-sektor dalam perekonomian secara keseluruhan. Peran industri kertas dalam hubungannya dengan sektor-sektor perekonomian tersebut dapat dilihat dari bagaimana struktur perekonomiannya bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dan keterkaitannya dengan sektor-sektor lainnya


(29)

5

tersebut, bagaimana kemampuan industri kertas dalam mendorong sektor hulu dan hilirnya dan bagaimana peran industri kertas dalam sektor kunci perekonomian Indonesia.

Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Berapa besar peranan sektor industri kertas terhadap perekonomian Indonesia dalam struktur permintaan, nilai tambah, ketenagakerjaan, ekspor-impor dan output sektoral?

2. Bagaimana keterkaitan sektor industri kertas dengan sektor-sektor lainnya di Indonesia?

3. Bagaimana peran sektor industri kertas dalam mendorong dan menarik pertumbuhan sektor hulu dan hilirnya?

4. Bagaimana peran sektor industri kertas dalam sektor kunci perekonomian Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Menganalisis peranan sektor industri kertas terhadap perekonomian Indonesia dalam struktur permintaan, nilai tambah, ketenagakerjaan, ekspor-impor dan output sektoral

2. Menganalisis keterkaitan sektor industri pengolahan dengan sektor-sektor perekonomian lainnya di Indonesia


(30)

3. Menganalisis peran sektor industri kertas dalam mendorong dan menarik pertumbuhan sektor hulu dan hilirnya

4. Menganalisis peran sektor industri kertas dalam sektor kunci perekonomian Indonesia

1.4. Ruang Lingkup

Industri kertas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah industri yang terdiri dari perusahaan-perusahaan yang mengolah bahan baku kertas menjadi produk kertas yang merupakan barang jadi yang dapat di langsung dikonsumsi ataupun barang setengah jadi yang akan digunakan sebagai input oleh industri lain. Kertas yang dimaksud adalah jenis kertas seperti kertas tulis cetak ( writing-printing paper), kertas lapis dan non lapis (coated and uncoated paper), kertas tissue (tissue paper), kertas rokok (cigarette paper) dan sebagainya. Dengan kata lain industri kertas dalam penelitian ini bukan industri pulp, industri barang-barang dari kertas yang tidak memproduksi kertasnya terlebih dahulu dan bukan pula industri percetakan atau penerbitan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat berkontribusi secara positif terhadap perencanaan kebijakan pembangunan industri kertas nasional pada khususnya maupun industri lain pada umumnya oleh pihak-pihak yang terkait didalamnya maupun bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan penelitian tentang industri kertas Indonesia.


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1. Definisi dan Sejarah Kertas

Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat. Serat yang digunakan biasanya adalah alami dan mengandung selulosa (Wikipedia 2005).

Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya

sebagai kertas pembersih (tissue) yang dapat digunakan untuk hidangan maupun

kebersihan. Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah liat yang dibakar. Hal ini dapat ditemui dari pennggalan peradaban bangsa Sumeria, prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutera, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti yang telah ditemukan pada naskah-naskah kuno nusantara beberapa abad yang lalu.

Peradaban Mesir kuno menyumbangkan papirus sebagai media tulis menulis. Penggunaan papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan pada peradaban Mesir kuno pada masa bangsa Fir’aun kemudian menyebar keseluruh Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan ke seluruh Eropa, meskipun

pengunaan papirus masih dirasakan sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus)

itulah dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda,

Jerman, Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol yang berarti kertas


(32)

Tercatat dalam sejarah adalah peradaban Cina yang menyumbangkan kertas bagi dunia. Tsai Lun menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah didapat di seluruh Cina pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa Cina ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia. Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuk ke tangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam pertempuran sungai Talas pada tahun 751 Masehi dimana para tawanan-tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang arab sehingga dizaman Abbasiyah, munculah pusat-pusat industri kertas baik di Baghdad maupun Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian meyebar ke Italia dan India lalu Eropa khususnya setelah perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia (Wikipedia, 2005).

2.2. Konsep Pembangunan Industri Kertas

Ada beberapa pengertian industri secara definisi yang sekurang-kurangnya akan disampaikan dua definisi. Bintaro (1968) dalam Muchtar (1997) mengemukakan industri pengolahan ialah setiap usaha yang merupakan unit produksi yang membuat barang untuk kebutuhan masyarakat di suatu tempat tertentu. Menurut Puspitawati (2000) industri pengolahan merupakan suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah


(33)

9

jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir.

Berdasar pada dua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

industri kertas merupakan suatu kegiatan atau usaha mengolah barang dasar atau bahan baku kertas agar memiliki nilai yang lebih baik untuk keperluan masyarakat di suatu tempat tertentu. Pada hakekatnya pembangunan industri ditujukan untuk menciptakan struktur ekonomi yang kokoh dan seimbang, yakni struktur ekonomi dengan titik berat pada industri yang maju dan didukung oleh pertanian yang tangguh. Oleh karenanya, pembangunan industri secara nyata harus menjadi penggerak utama peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan sekaligus dapat menjadi penyedia lapangan kerja yang sudah mulai tidak tertampung pada sektor pertanian (Muchtar, 1997).

Kendati perkembangan sektor industri kertas mengalami kemajuan yang pesat salah satunya terlihat dari perkembangan produksi, konsumsi, kapasitas maupun ekspornya, akan tetapi banyak masalah dan tantangan yang dihadapi dalam perjalanannya untuk memiliki keunggulan daya saing yang tinggi, khususnya pada era ekolabelling dan otonomi daerah pada saat ini.

Menurut Saragih dalam Sipayung dan Pambudy (2000), ada 3 fase

pembangunan industri pulp dan kertas agar memiliki keunggulan daya saing, sebagai berikut :

1. Sumber pertumbuhan agribisnis pulp dan kertas terutama bersumber dari

pemanfaatan sumber daya alam dan tenaga kerja tidak terampil (fase


(34)

mengandalkan kayu hutan (forest based) misalnya Hak Penguasaan Hutan

(HPH). Sehingga dampak penurunan mutu lingkungan akibat aktivitas industri tersebut biasanya cukup besar. Selain itu keterkaitan kegiatan perusahaan masih dengan masyarakat juga masih sedikit. Dengan demikian, meskipun

biaya produksi relatif rendah, bila diboboti dengan atribut global value dan

national/local value, nilai produk kertas dapat dipersepsikan masyarakat

(perceive value) sebagai barang inferior.

2. Fase kedua adalah agribisnis (industri) pulp dan kertas yang digerakkan oleh

modal (capital-driven) yakni modal dan tenaga kerja semi terampil (capital

and smi-skill labor). Industri pulp dan kertas pada fase ini dicirikan dengan

pengembangan perkebunan kayu (timber plantation) sebagai sumber bahan

baku, sehingga telah terjadi pemutusan hubungan dengan hutan alam. Artinya, penyediaan bahan baku kayu tidak lagi bersumber dari penebangan kayu hutan alam, melainkan telah bergeser pada kayu hasil budidaya. Dengan demikian dampak penurunan mutu lingkungan akibat penebangan kayu hutan alam dapat diminimumkan atau lebih rendah dari fase pertama.

3. Fase ketiga adalah industri pulp dan kertas yang digerakkan oleh inovasi (innovation-driven) yakni penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

tenaga kerja terampil (knowledge based and skill labor based). Karakteristik

industri pulp dan kertas pada fase ini adalah pertumbuhan output terutama bersumber dari kemajuan teknologi baik pada penyediaan bahan baku maupun dalam pengolahan. Efisiensi pengolahan makin meningkat melalui perbaikan teknologi yang terus menerus sehingga selain menurunkan biaya produksi juga


(35)

11

mengurangai polutan ke lingkungan. Oleh karena itu, kemampuan Riset and

Development (R&D) menjadi tulang punggung dalam fase ini.

Pada saat ini industri pulp dan kertas indonesia sebagian besar sedang

bergeser dari factor-driven kepada capital-driven. Bahkan beberapa diantaranya

sudah mulai memasuki innovation–driven. Mentransformasi industri pulp dan

kertas dari factor-driven kepada innovation-driven akan memberi manfaat ganda,

yakni meningkatkan daya saing dan meminimumkan dampak negatif kegiatan industri pulp dan kertas pada lingkungan hidup.

2.3. Integrasi Vertikal Pada Industri Kertas

Hasibuan (1994) mendefinisikan integrasi vertikal adalah pengabungan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kelanjutan proses produksi. Jenis

integrasi ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu integrasi ke hulu (upstream) dan

integrasi ke hilir (downstream). Perusahaan yang menerapkan strategi integrasi

vertikal ke hulu (upstream) adalah perusahaan yang memperoduksi sendiri input

yang dibutuhkannya. Sedangkan integrasi vertikal ke hilir (downstream) adalah

perusahaan yang memutuskan untuk menyalurkan output yang dihasilkan kepada konsumen melalui perusahaan yang terintegrasi dengannya.

Integrasi vertikal yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilakukan dilakukan dengan dua cara, antara lain:

1. Full Integration

Perusahaan melakukan full integration bila perusahaan tersebut


(36)

menyalurkan semua output yang dihasilkan melalui anak perusahaan yang terintegrasi dengannya.

2.Taper Integration

Perusahaan melakukan taper integration bila perusahaan tersebut membeli

input yang dibutuhkannya dari perusahaan lain selain input yang dihasilkan sendiri atau menyalurkan hasil produksinya melalui perusahaan terintegrasi dengannya dan juga perusahaan lain yang tidak terintegrasi

Perusahaan-perusahaan seperti PT. Indah Kiat Pulp & Paper, PT. Lontar Papyrus dan PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia merupakan perusahaan-perusahaan besar dalam industri kertas yang terintegrasi vertikal dengan industri pulpnya.

Jenis integrasi vertikal perusahaan-perusahaan tersebut adalah full integration,

mereka mempunyai pabrik pulp sendiri sebagai sumber bahan baku produksi kertasnya. Menurut Karseno dan Mulyaningsih (2002) integrasi vertikal oleh perusahaan kertas akan meningkatkan efisiensi perusahaan dalam industri kertas tersebut karena dapat mengamankan pasokan bahan baku dan meminimumkan biaya transaksi dalam rangka untuk mengantisipasi pertumbuhan permintaan terhadap produk kertasnya.

2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang peran dan keterkaitan dengan menggunakan alat analisis Input-Output telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan selama ini antara lain meliputi, yaitu: (1) penelitian terhadap keseluruhan sektor perekonomian, (2) penelitian terhadap sektor agroindustri dan non agroindustri


(37)

13

(sektor industri pengolahan), (3) penelitian terhadap sektor pertanian dan industri pengolahan, dan (4) penelitian terhadap salah satu sektor perekonomian misalnya pariwisata, transportasi dan sebagainya (Setyawan, 2005).

Pada dasarnya penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang sama yaitu

mempelajari keterkaitan (linkages), baik keterkaitan langsung ke belakang (direct

backward linkages) dan ke depan (direct forward linkages) maupun keterkaitan

langsung dan tidak langsung ke belakang dan ke depan (Tabel 2.1). Disamping mempelajari keterkaitan tersebut penelitian-penelitian tersebut juga mempelajari dampak penyebaran (Tabel 2.2).

Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Keterkaitan

Penelitian Keterkaitan Ke Depan Keterkaitan Ke Belakang Wilayah

Tahun Input-Output

Langsung Langsung &

Tdk Langsung Langsung

Langsung & Tdk Langsung 1. Indonesia* Agroindustri Non Agroindustri 2. DKI Jakarta** Pertanian Ind. Pengolahan 3. Jawa Barat*** Pertanian Agroindustri 4. Jepara**** Ind. Pengolahan 1990 1993 1988 2001 0.54759 1.27222 0.00619 0.48518 0.59448 0.62204 0.4432 1.75861 2.95855 1.00802 1.64866 2.13908 2.11877 1.6293 0.58216 0.45022 0.05931 0.29125 0.17604 0.76281 0.4267 1.81150 1.63396 1.07819 1.38949 1.31431 2.34572 1.6028 Sumber: *Tjandrawan (1994) ; **Sahara (1998) ; ***Setiyaji (1995); ****Setyawan (2005).

Ada beberapa informasi yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 yaitu; (1) keterkaitan langsung ke depan sektor industri pengolahan lebih kecil di bandingkan keterkaitan ke belakangnya. Gambaran ini memberikan indikasi bahwa sektor/subsektor industri pengolahan secara langsung lebih mempunyai


(38)

kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor yang menyediakan input bagi keperluan proses produksi dibandingkan dengan kepekaannya dalam menciptakan kenaikan output apabila terjadi peningkatan satu-satuan permintaan akhir terhadap sektor industri, dan (2) Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor industri pengolahan lebih kecil dibandingkan dengan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakangnya. Hal ini berarti sektor/sub sektor industri pengolahan secara langsung dan tidak langsung lebih kuat mendorong pertumbuhan sektor yang menyediakan input untuk keperluan proses produksinya dibandingkan dengan kemampuannya untuk mendorong peningkatan produksi terhadap sektor yang membutuhkan input dari sektor ini.

Tabel 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Dampak Penyebaran Penelitian

Wilayah Tahun Input-Output Koefisien Penyebaran Kepekaan Penyebaran 1. Indonesia* Agroindustri Non Agroindustri 2. DKI Jakarta** Pertanian Ind. Pengolahan 3. Jawa Barat*** Pertanian Agroindustri 4. Jepara**** Ind. Pengolahan 1990 1993 1988 2001 1.1719 1.0570 - 1.38525 0.74816 1.33528 1.2908 1.1376 1.9139 - 1.48422 1.21765 1.20609 1.2698 Sumber: *Tjandrawan (1994) ; **Sahara (1998) ; ***Setiyaji (1995); ****Setyawan (2005).

Selanjutnya pada Tabel 2.3 menyajikan informasi mengenai koefisien dan kepekaan penyebaran. Ada beberapa hal yang dapat diidentifikasi dalam penelitian-penelitian tersebut yaitu: (1) Koefisien penyebaran menunjukkan


(39)

15

kemampuan suatu sektor dalam perekonomian untuk mendorong sektor hilirnya sedangkan kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk menarik sektor hulunya, dan (2) Kepekaan penyebaran industri pengolahan DKI Jakarta lebih besar dibandingkan kabupaten Jepara. Besarnya kepekaan penyebaran industri pengolahan di DKI Jakarta tersebut menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan di wilayah tersebut bersifat ekspansif yaitu mampu melakukan perluasan pasar dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah dibandingkan dengan Jepara dan apabila dilihat dari koefisien penyebaran, industri pengolahan DKI Jakarta mempunyai kemampuan untuk menarik industri hulunya dibandingkan dengan kabupaten Jepara.

Secara umum keempat penelitian mengenai koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran tersebut mempunyai peranan penting dalam pembangunan wilayah, hal ini terbukti dari nilai koefisien dan kepekaan penyebaran yang mempunyai nilai lebih besar dari satu (kecuali pertanian di Jawa Barat).

Studi literatur yang telah dilakukan menunjukkan bahwa analisis I-O telah banyak digunakan sebagai alat untuk penelitian. Peneliti juga melihat bahwa penelitian tentang industri kertas di Indonesia berdasarkan Analisis Input-Output belum pernah dilakukan.

2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis 2.5.1. Model Input-Output

Menurut BPS (2000) pengertian Tabel Input-Output (Tabel I-O) adalah suatu tabel yang yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa


(40)

yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matrik. Isian sepanjang baris Tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, dan pada baris nilai tambah yang menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur penciptaan input yang digunakan oleh setiap sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer.

Sejak dirilis oleh Leontief pada tahun 1930-an, Tabel I-O telah berkembang menjadi salah satu metode paling luas diterima, tidak hanya untuk mendeskripsikan struktur suatu perekonomian tetapi juga mencakup cara untuk memprediksi perubahan-perubahan struktur tersebut. Leontief mengemukakan

bahwa Tabel I-O termasuk dalam model General Equilibrium. Sifat

keseimbangan inilah yang merupakan salah satu kelebihan Tabel I-O yang dibandingkan dengan alat analisa lainnya dalam ilmu ekonomi perencanaan dan pembangunan (BPS, 2000)

Data yang disajikan dalam Tabel I-O merupakan informasi rinci tentang input dan output sektoral yang mampu menggambarkan keterkaitan antar sektor dalam kegiatan perekonomian. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam proses penyusunannya. Tabel I-O bersifat statis dan terbuka. Adapun asumsi dasar penyusunan Tabel I-O adalah :

1. Keseragaman (homogenity), yaitu asumsi bahwa setiap sektor ekonomi hanya


(41)

17

(seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dan output sektor yang berbeda

2. Kesebandingan (proportionality), yaitu asumsi bahwa hubungan antar input

dan output pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linear, artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut.

3. Penjumlahan (additivity), yaitu asumsi bahwa total efek dan kegiatan produksi

di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan.

Berdasarkan asumsi tersebut maka Tabel I-O sebagai model kuantitatif memiliki keterbatasan, yaitu koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan) selama periode analisa atau proyeksi. Karena koefisien teknis dianggap konstan, maka teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output. Namun demikian, Tabel I-O masih merupakan alat analisis yang lengkap dan komprehensif. Beberapa kegunaan Tabel I-O antara lain adalah :

1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja di sektor industri. 2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa

terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.


(42)

3. Untuk analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output. 4. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap

pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian.

5. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.

Sebagai metode kuantitatif Tabel I-O memberikan gambaran menyeluruh tentang:

1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah

masing-masing sektor.

2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar

sektor-sektor produksi.

3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri

maupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut.

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh berbagai

sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor.

2.5.2. Struktur Tabel Input-Output

Format Tabel I-O terdiri dari suatu kerangka matrik berukuran n x n dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendiskripsikan suatu hubungan tertentu. Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap, maka disajikan format Tabel I-O pada Tabel 2.4 di bawah ini.


(43)

19

Tabel 2.3. Struktur Tabel Input-Output

Permintaan Antara Sektor Produksi Alokasi Output

Susunan Input 1 2 … n

Permintaan Akhir Jumlah Output Input Antara Sektor produksi 1 2 3 . N x11 x21 x31 .

.xn1

x12 x22 x32 . xn2 … … … . … x1n x2n x3n . xnn F1 F2 F3 . Fn X1 X2 X3 . Xn

Jumlah Input Primer V1 V2 … Vn

Jumlah Input X1 X2 … Xn

Sumber : Tabel I-O Indonesia, BPS, 2000.

Isian sepanjang baris pada ilustrasi Tabel I-O tersebut memperlihatkan bagaimana output dari suatu sektor dialokasikan, yaitu sebagian untuk memenuhi permintaan antara dan sebagian lainnya untuk memenuhi permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolomnya menujukkan pemakaian input antara dan input primer oleh suatu sektor.

Apabila Tabel 2.4 di atas dilihat secara baris (bagian horisontal) maka alokasi output secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut:

X11 + X12 + … X1n + F1 = X1

X21 + X22 + … X2n + F2 = X2

: : : : :

Xn1 + Xn2 + … Xnn + Fn = Xn


(44)

∑Xij + Fi = Xi ; untuk semua i = 1, 2, 3, dst (2.1) Dimana :

Xij = output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j

Fi = permintaan akhir terhadap sektor i

Xi = jumlah output sektor i

Apabila angka-angka dibaca menurut kolom, khususnya pada transaksi antara, maka angka pada kolom (sektor) itu menunjukkan berbagai input yang diperlukan dalam proses produksi pada sektor tersebut. Berdasarkan ilustrasi Tabel Input-Output, maka persamaan aljabar untuk input yang digunakan oleh masing-masing sektor dapat dituliskan sebagai berikut :

X11 + X21 + … + Xn1 + V1 = X1

X12 + X22 + … + Xn2 + V2 = X2

: : : : :

X1n + X2n + … + Xnn + Vn = Xn

atau dalam bentuk persamaan umum dapat dituliskan sebagai :

∑Xij + Vj = Xj ; untuk semua j = 1, 2, 3, dst (2.2)

Dalam analisis I-O sistem persamaan di atas memiliki peran penting, yaitu sebagai dasar analisa ekonomi mengenai keadaan perekonomian suatu wilayah. Secara umum matrik dalam Tabel I-O dapat dibagi menjadi 4 kuadran, sebagai berikut :

1. Kuadran I (intermediate quadrant)

Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Dalam Analisa I-O kuadran ini memiliki peran yang sangat penting karena kuadran inilah yang


(45)

21

menunjukkan keterkaitan antara sektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya.

2. Kuadran II (final demand quadrant)

Menunjukan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suaru sektor yang langsung digunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentuk modal tetap, perubahan stok dan ekspor.

3. Kuadran III (primary input quadrant)

Menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah/gaji), pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.

4. Kuadran IV (primary input-final demand quadrant)

Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara. Informasi di Kuadran IV ini bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan Tabel I-O sering diabaikan.

2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual

Strategi pengembangan yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi menganggap bahwa kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan dengan cepat


(46)

melalui peningkatan satu atau beberapa sektor ekonomi kunci. Peningkatan output sektor kunci tersebut akan ikut meningkatkan output sektor-sektor lainnya melalui

proses keterkaitan (linkages) dan dampak penyebaran antar sektor. Peningkatan

output berbagai sektor ekonomi, kemudian, melalui suatu proses yang disebut

sebagai penetesan ke bawah (trickle down effect) akan menyebabkan peningkatan

pendapatan berbagai golongan masyarakat di negara (wilayah) bersangkutan. Peningkatan pendapatan ini sekaligus mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat (Setyawan, 2005).

Kebijakan prioritas pembangunan sektor industri pengolahan khususnya industri kertas merupakan upaya pemerintah Indonesia dalam mewujudkan perekonomian yang lebih baik untuk kesejahteraan masyarakat. Sektor industri ini dijadikan unggulan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian mengingat dalam kondisi sekarang ini, sektor industri pengolahan lebih banyak dapat menyediakan lapangan kerja dan mempunyai aktifitas ekonomi yang lebih intensif untuk satuan unit usaha bila dibandingkan dengan unit usaha sektor lainnya. Selain itu sektor ini juga dianggap sebagai sektor yang mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat pada tingkat yang layak dari sebelumnya.

Sehubungan dengan itu, pada penelitian ini akan dilihat tentang peranan sektor industri kertas terhadap perekonomian nasional, karena tentunya kebijakan yang ditetapkan tersebut mengharapkan hasil pada perkembangan ekonomi yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam menganalisis peranan sektor industri kertas teradap perekonomian Indonesia ini digunakan analisis I-O dengan berbagai


(47)

23

keterbatasan analisis yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. Adapun alur konsep pemikiran dapat dilihat pada gambar 1.

Dengan teridentifikasinya peranan sektor industri kertas melalui proses keterkaitan dengan sektor-sektor lain baik sebagai pengguna input maupun penghasil output, kemampuan mendorong dan menarik sektor hulu-hilirnya, dan perannya dalam sektor kunci perekonomian seperti yang terlihat pada gambar 1, maka diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas bagi pemerintah Indonesia tentang perkembangan sektor yang menjadi prioritas ini dalam mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengannya. Pada akhirnya dapat dijadikan acuan pemerintah Indonesia sendiri dalam menentukan kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia ke depan sehingga permasalahan pembangunan seperti kemiskinan dan pengengguran dapat diturunkan.


(48)

Keterangan : Ruang lingkup penelitian ( ) Analisis yang digunakan

Gambar 1. Bagan Alur Pemikiran Konseptual Perekonomian

Indonesia

Perubahan Struktur Perekonomian

Kemampuan mendorong dan menarik pertumbuhan sektor hulu dan hilirnya

(Analisis Dampak Penyebaran)

Kebijakan Pembangunan Industri

Peran Industri Kertas Sektor Kunci Perekonomian

(Elastisitas Input-Output)

Keterkaitan dengan sektor lain dalam hubungannya sebagai pengguna input dan penghasil output

(Analisis Keterkaitan) Industri Kertas


(49)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan antara lain berasal dari Tabel Input-Output (I-O) transaksi domestik atas dasar harga produsen tahun 2000 klasifikasi 175 sektor dari Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat yang kemudian diagregasi oleh penulis menjadi 22 sektor dan beberapa data sekunder lainnya dari instansi dan dinas terkait lainnya. Penggunaan tabel I-O Indonesia tahun 2000 tersebut dikarenakan tabel I-O tersebut merupakan tabel terbaru selama penelitian ini berlangsung.

3.2. Metode Analisis

Untuk mengetahui peranan sektor industri kertas terhadap perekonomian Indonesia ini sebagai sektor penyedia input maupun sebagai sektor pemakai input, kemampuan untuk mendorong atau menarik sektor hulu dan hilirnya serta perannya dalam sektor kunci perekonomian dapat di kaji berdasarkam analisis keterkaitan, dampak penyebaran dan elastisitas input-output. Pada analisis keterkaitan, dampak penyebaran dan elastisitas ini alat yang digunakan adalah

Microsoft Excel 2003.

Pendekatan model I-O yang digunakan adalah model sisi permintaan

(demand-side model), hal ini dikarenakan faktor permintaan merupakan faktor

eksogen yang mempengaruhi perekonomian. Pada analisisnya nanti dapat terlihat bahwa perekonomian dapat tumbuh apabila terdapat dorongan atau peningkatan pada permintaan akhir yang eksogen tersebut. Oleh karenanya, model analisis ini


(50)

sering pula disebut dengan dengan model yang dikendalikan oleh sisi permintaan (demand-driven model).

3.2.1. Koefisien Input

Pada Tabel I-O, koefisien input atau koefisien teknologi merupakan

perbandingan antara jumlah output sektor i yang digunakan dalam sektor j (Xij)

dengan input total sektor j (Xj). Koefisien ini dapat diterjemahkan sebagai jumlah

input dari sektor i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output sektor j. Secara matematik dapat dituliskan :

Xij

aij = (3.1)

Xj

Dimana : aij adalah koefisisen input.

Dengan demikian dapat disusun matriks sebagai berikut : a11 X1 + a12 X2 +………+ a1n Xn + F1 = X1

a21 X1 + a22 X2 +………+ a2n Xn + F2 = X2 (3.2)

: : : : :

an1 X1 + an2 X2 +………+ ann Xn + Fn = Xn Atau persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi :

a11 ……. a1n X1 F1 X1

a21 ……. a2n X2 F2 = X2 (3.3) : : : + : :

a31 ……..… ann X3 Fn Xn A X F X


(51)

27

Jika terdapat perubahan pada permintaan akhir, maka akan ada perubahan pola pendapatan nasional. Jika ditulis dalam bentuk persamaan, maka dapat dituliskan sebagai berikut :

AX + F = X Atau F = X - AX X = ( I - A )-1F (3.5)

Dimana :

I = Matriks identitas berukuran nxn yang elemennya memuat angka satu

pada diagonalnya dan nol pada selainnya,

F = Permintaan akhir,

X = Output,

( I – A ) = Matriks Leontief,

( I – A )-1 = Matriks kebalikan Leontief.

Dalam analisis input-output matriks kebalikan Leontief memiliki peranan yang sangat penting sebagai alat analisis ekonomi yang mencerminkan efek langsung dan tidak langsung dari perubahan permintaan akhir terhadap output sektor-sektor di dalam perekonomian.

3.2.2. Analisis Keterkaitan (linkages)

Koefisien keterkaitan sangat berguna dalam penyusunan prioritas sektor perekonomian untuk mencapai tujuan pembangunan. Beberapa jenis koefisien keterkaitan yang sering digunakan dalam analisis ekonomi wilayah sektoral antara lain adalah keterkaitan langsung ke depan dan ke belakang serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang.

1. Keterkaitan Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut secara


(52)

langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengetahui besarnya keterkaitan langsung ke depan, dengan rumus sebagai berikut:

n

KDi = ∑ aij (3.6)

j=1

Dimana:

KDi = Keterkaitan langsung ke depan

aij

= Unsur matrik koefisien teknis

2. Keterkaitan Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.

n

KBj= ∑ aij (3.7)

i=1

Dimana:

KBj = Keterkaitan langsung ke belakang

aij = Unsur matrik koefisien teknis

3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan

Analisa keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan mengukur akibat dari adanya suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.

KDLTi =

= n

j ij 1

α

(3.8) Dimana:

KDLTi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i


(53)

29

4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang

Analisa keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menyatakan akibat suatu sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.

KBLTj =

=

n

i ij 1

α

(3.10) Dimana:

BLTLj = Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang

αij = Unsur matrik kebalikan Leontief terbuka

3.2.3. Analisis Dampak Penyebaran

Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang di atas belumlah memadai dipakai sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu kedua indeks tersebut haruslah dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini disebut dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

1. Koefisien Penyebaran (Coefficient of Dispersion)

Koefisien penyebaran tersebut juga indeks daya penyebaran ke belakang. Analisa ini menunjukkan koefisien kaitan yang memberikan gambaran tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu unit permintaan akhir untuk semua sektor didalam suatu sistem perekonomian. Koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang dinormalkan dengan sektor dan


(54)

jumlah seluruh koefisien matrik kebalikan Leontief. Secara matematis dituliskan dalam bentuk rumus sebagai berikut:

Pdj =

∑∑

= = = n i n j ij n i ij n 1 1 1 α α (3.10) Dimana:

Pdj = Koefisien penyebaran sektor j

ij = Unsur matrik kebalikan Leontief

2. Kepekaan Penyebaran (Sensitivity of Dispersion)

Kepekaan penyebaran disebut juga indeks daya penyebaran ke depan. Kepekaan penyebaran ini memberikan gambaran tentang pengaruh yang timbul oleh suatu unit permintaan akhir terhadap semua sektor di dalam perekonomian. Kepekaan penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang dinormalkan dengan jumlah sektor dam jumlah seluruh koefisien matrik kebalikan Leontief. Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan sebagai berikut:

Sdi =

∑∑

= = = n i n j ij n j ij n 1 1 1 α α (3.11) Dimana:

Sdi = Kepekaan penyebaran sektor i


(55)

31

3.2.4. Elastisitas Input-Output

Elastisitas input-output menyediakan pandangan baru untuk penentuan sektor prioritas. Pendekatan ini dianggap lebih baik daripada analisis keterkaitan

dan analisis multiplier karena memperhitungkan share suatu sektor dalam output.

Pendekatan ini mempermudah policy makers untuk berkonsentrasi tidak hanya

pada nilai-nilai keterkaitan dan multiplier tertinggi tetapi juga pada share suatu

sektor ekonomi.

1. Elastisitas Output

Elastisitas Output adalah perubahan persentase dalam total output suatu sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya. Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan sebagai berikut:

EO

xyj= b (yj/x)

i ij

(3.12) Dimana:

EO

xyj = Elastisitas output

x =

xj

bij = Elemen matriks Leontief

yj = Permintaan akhir sektor j

2. Elastisitas Tenaga Kerja

Elastisitas tenaga kerja adalah perubahan persentase tenaga kerja suatu sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya. Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan sebagai berikut:

ETxyj=

⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡

i j j ij j

i x b l x

l / ) /( / ) (yj /x) (3.13)

Dimana:


(56)

i

l = Jumlah tenaga kerja

j i x

l / = Koefisien tenaga kerja

3. Elastisitas Pendapatan

Elastisitas pendapatan adalah perubahan persentase dalam pendapatan suatu sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya. Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan sebagai berikut:

EPxyj= )h /x )b /(h /x ) (yj /x

i

j j ij j

i

⎦ ⎤ ⎢

⎣ ⎡

(3.14)

Dimana:

EPxyj = Elastisitas Pendapatan

j

h = Upah dan gaji

j i x


(57)

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI

4.1. Profil Industri Kertas

Saat ini, jumlah perusahaan di Indonesia yang memproduksi pulp dan kertas adalah tiga kelompok perusahaan besar. Ketiga produsen besar industri pulp dan kertas tersebut adalah; Group Sinar Mas, Group Raja Garuda Mas dan Barito Pasifik. Jumlah perusahaan tersebut belum mampu mencukupi konsumsi domestik. Untuk memenuhi kebutuhan kertas tersebut, minimal harus ada tambahan beberapa perusahaan lagi untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Oleh karena itu, sektor industri ini membutuhkan investasi baru atau industri ini harus meningkatkan efisiensi agar dapat bersaing dengan industri asing, dan dapat memenuhi kebutuhan kertas dalam negeri yang terancam kekurangan pasokan dalam sepuluh tahun mendatang (Mansur, 2005).

Menurut Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), sampai dengan tahun 2003, Indonesia mempunyai 77 perusahaan produsen kertas dan 10 diantaranya terintegrasi dengan pabrik pulp. Perusahaan-perusahaan tersebut terdiri dari 65 perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), 12 perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dan 3 perusahaan negara. Sekitar 64 perusahaan berlokasi di pulau Jawa, 14 perusahaan di Sumatera dan dua perusahan berlokasi di Kalimantan. Industri kertas memiliki kapasitas total sebesar 10,045,580 ton yang terdiri dari kapasitas terpasang perusahaan swasta-negara sebesar 337.900 ton, investasi dalam negeri swasta sebesar 5.041.180 ton, dan investasi luar negeri sebesar 4.666.500 ton (Tabel 4.1).


(58)

Tabel 4.1. Profil Industri Pulp dan Kertas Indonesia Tahun 2003 Status/Lokasi Jumlah Perusahaan Kapasitas Terpasang Pulp (Ton) Pulp % Kapasitas Terpasang Kertas (Ton) Kertas % Perusahaan Negara

Swasta 3 240.000 3,8 337.900 3,4 Investasi Dalam

Negeri Swasta 65 3.322.100 52,8 5.041.180 50,2 Investasi Luar

Negeri 12 2.725.000 43,3 4.666.500 46,5

Total 80 6.287.100 100 10.045.580 100

Integrated

(Pulp dan Kertas) 10 5.072.100 80,7 2.517.000 25,1 Non Integrated

Pulp 3 1.215.000 19,3

Kertas 67 7.528,580 74,9

Total 80 6.287.100 100 10.045.580 100

Jawa 64 340.500 5,4 8.554.440 85,2

Sumatera 14 5.382.000 85,6 1.491.140 14,8 Kalimantan 2 564.600 9,0

Total 80 6.287.100 100 10.045.580 100

Sumber : Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2003.

4.2. Perkembangan Industri Kertas

Industri kertas tumbuh dan berkembang lebih baik bila dibandingkan dengan kebanyakan industri lain di Indonesia, hal ini terjadi didasarkan pada ketersediaan bahan baku dan upah tenaga kerja yang murah di dalam negeri. Industri-industri yang mengandalkan bahan baku impor tetap mengalami kemerosotan pertumbuhan, tetapi industri kertas tetap melanjutkan perkembangannya dengan pertumbuhan sekitar 9,8 persen pada periode 1997-2001. Pada periode yang sama ekspor kertas juga meningkat sekitar 19,1 persen per tahun. Sementara konsumsi kertas juga meningkat 4,7 persen per tahun (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2003).


(1)

SEKTOR 301 302 303 304 305 306 309 310 401 402 403 1 107,161,321 - 189,210 1,400,697 6,943,933 - 115,695,160 260,672,575 - - - 2 835,614 - - 937,437 124,016 - 1,897,067 17,340,028 - - - 3 794,582 - - 68,188 394,247 - 1,257,018 2,698,944 - - - 4 2,730 - - 2,187,837 77,225,466 - 79,416,034 196,815,151 - - - 5 209,202,573 - - 32,696 29,525,337 - 238,760,605 329,325,254 - - - 6 20,013,435 - 29,581 668,398 73,883,620 - 94,595,034 131,412,099 - - - 7 4,008,568 - 64,766 613,086 37,162,305 - 41,848,724 57,534,424 - - - 8 - - - 112,559 5,473,550 - 5,586,108 8,739,849 - - - 9 646,416 - - 199,045 13,125,385 - 13,970,847 24,771,622 - - - 10 2,114,513 - - 25,673 1,634,413 - 3,774,599 8,850,620 - - - 11 2,483,96 - - (68,033) 3,485,110 - 5,901,036 13,627,408 - - - 12 42,949,071 - - 5,111,785 107,268,814 - 155,329,670 243,805,705 - - - 13 1,553,327 - 15,480 158,747 6,048,326 - 7,775,881 23,821,379 - - - 14 - - - 942,643 12,942,842 - 13,885,485 33,729,613 - - - 15 1,267,471 - 6,036,239 115,281 31,857,365 - 39,276,356 64,119,165 - - - 16 38,479,294 - 8,561,393 292,158 57,162,042 1,001,733 105,496,620 139,438,593 - - - 17 8,689,621 - - - - - 8,689,621 30,637,695 - - - 18 - - 208,389,887 - - - 208,389,887 227,677,063 - - - 19 133,927,374 - 9,211,076 1,193,491 41,707,413 15,387,495 201,426,849 396,214,278 - - - 20 51,457,373 - 2,243,592 474,282 14,790,238 11,777,571 80,743,056 151,272,169 - - - 21 55,167,642 - - - - 11,957,617 67,125,259 161,353,916 - - - 22 67,539,933 88,965,935 110,209 301 77,200 8,534,136 165,227,713 177,242,287 - - - 190 748,294,818 88,965,935 234,851,433 14,466,269 520,831,623 48,658,552 1,656,068,629 2,701,099,837 200 108,503,497 1,813,665 37,786,438 4,316,514 - - 152,420,114 441,988,447 314,865,480 15,241,044 8,028,454

201

202

203

204

205

209 - - - - - - - -

210 856,798,315 90,779,600 272,637,871 18,782,783 520,831,623 48,658,552 1,808,488,743 3,143,088,284 314,865,480 15,241,044 8,028,454 1000


(2)

Lampiran 2. (Lanjutan)

SEKTOR 404 501 502 503 509 600 700 1 - - - - - 260,672,575 260,672,575 2 - - - - - 17,340,028 17,340,028 3 - - - - - 2,698,944 2,698,944 4 - - - - - 196,815,151 196,815,151 5 - - - - - 329,325,254 329,325,254 6 - - - - - 131,412,099 131,412,099 7 - - - - - 57,534,424 57,534,424 8 - - - - - 8,739,849 8,739,849 9 - - - - - 24,771,622 24,771,622 10 - - - - - 8,850,620 8,850,620 11 - - - - - 13,627,408 13,627,408 12 - - - - - 243,805,705 243,805,705 13 - - - - - 23,821,379 23,821,379 14 - - - - - 33,729,613 33,729,613 15 - - - - - 64,119,165 64,119,165 16 - - - - - 139,438,593 139,438,593 17 - - - - - 30,637,695 30,637,695 18 - - - - - 227,677,063 227,677,063 19 - - - - - 396,214,278 396,214,278 20 - - - - - 151,272,169 151,272,169 21 - - - - - 161,353,916 161,353,916 22 - - - - - 177,242,287 177,242,287 190 - - - - 2,701,099,837 2,701,099,837 200 103,853,469 - - - - - 441,988,447 201

202 203 204 205

209 - - - - - - -

210 103,853,469 - - - - 2,701,099,837 3,143,088,284 1000


(3)

SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 0.0734 0.0362 0.0009 0.0000 0.3052 0.0220 0.0008 0.0233 0.0031 0.0000 0.0000 0.0355 0.0009 2 0.0002 0.0142 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.1780 0.0424 0.0071 0.0003 0.0000 0.0000 0.0003 3 0.0000 0.0004 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0224 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0002 0.0000 4 0.0000 0.0000 0.0000 0.0730 0.0005 0.0009 0.0013 0.0020 0.0023 0.0000 0.0000 0.2445 0.2130 5 0.0802 0.0000 0.0000 0.0000 0.1247 0.0116 0.0021 0.0000 0.0045 0.0023 0.0008 0.0040 0.0002 6 0.0002 0.0003 0.0006 0.0002 0.0002 0.2497 0.0023 0.0000 0.0002 0.0005 0.0006 0.0026 0.0002 7 0.0002 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 0.1335 0.0015 0.0007 0.0001 0.0001 0.0001 0.0008 8 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0934 0.0944 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 9 0.0001 0.0006 0.0025 0.0000 0.0022 0.0013 0.0003 0.0057 0.0015 0.3183 0.2448 0.0003 0.0047 10 0.0001 0.0000 0.0008 0.0001 0.0025 0.0011 0.0004 0.0006 0.0037 0.0094 0.0119 0.0014 0.0027 11 0.0000 0.0005 0.0007 0.0000 0.0003 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0002 0.0021 0.0002 0.0008 12 0.0243 0.0105 0.0056 0.0047 0.0073 0.0464 0.0310 0.0213 0.0401 0.0428 0.0433 0.0800 0.0836 13 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0013 0.0000 0.0000 0.0002 0.0001 0.0004 0.0153 14 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 15 0.0007 0.0182 0.0016 0.0073 0.0010 0.0022 0.0083 0.0025 0.0017 0.0086 0.0022 0.0026 0.0036 16 0.0016 0.0003 0.0015 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0002 0.0001 0.0002 0.0001 17 0.0003 0.0012 0.0028 0.0003 0.0010 0.0201 0.0083 0.0010 0.0181 0.0238 0.0107 0.0035 0.0436 18 0.0073 0.0352 0.0446 0.0097 0.0002 0.0011 0.0005 0.0000 0.0002 0.0005 0.0001 0.0005 0.0044 19 0.0350 0.0319 0.0599 0.0078 0.1354 0.0646 0.1094 0.0718 0.0621 0.0506 0.0535 0.0217 0.0519 20 0.0090 0.0119 0.0061 0.0066 0.0168 0.0239 0.0385 0.0782 0.0731 0.0555 0.0280 0.0155 0.0317 21 0.0059 0.0171 0.0096 0.0087 0.0059 0.0211 0.0289 0.0477 0.0199 0.0171 0.0053 0.0073 0.0250 22 0.0004 0.0008 0.0022 0.0003 0.0007 0.0009 0.0010 0.0042 0.0050 0.0050 0.0041 0.0011 0.0016

Total

0.2391 0.1794 0.1393 0.1188 0.6039 0.4673 0.5687 0.3957 0.3378 0.5356 0.4078 0.4217 0.4842


(4)

Lampiran 3. (Lanjutan)

SEKTOR 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Total

1 0.0000 0.0000 0.0035 0.0000 0.0000 0.0278 0.0020 0.0002 0.0147 0.5495

2 0.0000 0.0002 0.0002 0.0000 0.0187 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.2619

3 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0002 0.0236

4 0.2790 0.0163 0.0009 0.4633 0.0589 0.0000 0.0001 0.0000 0.0020 1.3580

5 0.0000 0.0001 0.0007 0.0000 0.0000 0.0502 0.0226 0.0008 0.0272 0.3319

6 0.0000 0.0046 0.0025 0.0001 0.0001 0.0022 0.0014 0.0008 0.0071 0.2764

7 0.0000 0.0085 0.0023 0.0000 0.0295 0.0010 0.0001 0.0000 0.0003 0.1790

8 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.1877

9 0.0001 0.0004 0.0008 0.0001 0.0002 0.0020 0.0001 0.0009 0.0128 0.5997

10 0.0000 0.0007 0.0030 0.0002 0.0005 0.0047 0.0003 0.0032 0.0012 0.0485

11 0.0000 0.0001 0.0004 0.0007 0.0006 0.0044 0.0023 0.0038 0.0258 0.0431

12 0.0508 0.0532 0.0465 0.0371 0.0495 0.0220 0.0572 0.0074 0.0319 0.7964

13 0.0001 0.0037 0.0055 0.0001 0.0620 0.0003 0.0001 0.0001 0.0007 0.0900

14 0.0939 0.1548 0.0180 0.0000 0.0400 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000 0.3072

15 0.0047 0.0150 0.0099 0.0049 0.0604 0.0027 0.0010 0.0131 0.0019 0.1737

16 0.0002 0.0013 0.0804 0.0001 0.0016 0.0348 0.0336 0.0007 0.0058 0.1631

17 0.0331 0.0180 0.0100 0.0771 0.0007 0.0158 0.0048 0.0053 0.0108 0.3103

18 0.0010 0.0024 0.0011 0.0091 0.0008 0.0078 0.0223 0.0200 0.0230 0.1919

19 0.0261 0.0626 0.1097 0.0315 0.0867 0.0889 0.1082 0.0373 0.1006 1.4070

20 0.0369 0.0364 0.0352 0.0105 0.0276 0.0317 0.0791 0.0226 0.0277 0.7027

21 0.0244 0.0369 0.0360 0.0172 0.0474 0.0817 0.0511 0.1020 0.0275 0.6438

22 0.0130 0.0010 0.0007 0.0009 0.0033 0.0039 0.0081 0.0221 0.0179 0.0980


(5)

SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 1.1178 0.0446 0.0058 0.0012 0.4000 0.0483 0.0221 0.0394 0.0172 0.0134 0.0109 0.0474 0.0100 2 0.0006 1.0155 0.0013 0.0004 0.0005 0.0003 0.2088 0.0481 0.0121 0.0044 0.0031 0.0003 0.0009 3 0.0001 0.0004 1.0001 0.0000 0.0000 0.0002 0.0260 0.0001 0.0001 0.0001 0.0000 0.0002 0.0001 4 0.0112 0.0109 0.0106 1.0826 0.0122 0.0386 0.0260 0.0163 0.0304 0.0397 0.0291 0.2921 0.2872 5 0.1068 0.0076 0.0055 0.0012 1.1920 0.0303 0.0166 0.0133 0.0155 0.0148 0.0108 0.0123 0.0074 6 0.0007 0.0009 0.0012 0.0004 0.0013 1.3337 0.0046 0.0009 0.0011 0.0018 0.0017 0.0042 0.0011 7 0.0008 0.0015 0.0017 0.0005 0.0008 0.0006 1.1548 0.0024 0.0014 0.0009 0.0006 0.0004 0.0014 8 0.0001 0.0001 0.0004 0.0000 0.0005 0.0003 0.0002 1.1038 0.1045 0.0337 0.0261 0.0001 0.0007 9 0.0009 0.0012 0.0035 0.0002 0.0049 0.0032 0.0021 0.0076 1.0043 0.3235 0.2508 0.0012 0.0067 10 0.0008 0.0005 0.0014 0.0002 0.0042 0.0024 0.0017 0.0017 0.0046 1.0116 0.0137 0.0019 0.0036 11 0.0005 0.0010 0.0013 0.0002 0.0016 0.0011 0.0015 0.0013 0.0011 0.0014 1.0030 0.0006 0.0016 12 0.0345 0.0192 0.0133 0.0078 0.0294 0.0775 0.0542 0.0394 0.0584 0.0749 0.0681 1.0938 0.1031 13 0.0007 0.0025 0.0030 0.0007 0.0007 0.0005 0.0026 0.0006 0.0005 0.0008 0.0004 0.0009 1.0163 14 0.0007 0.0036 0.0026 0.0013 0.0008 0.0009 0.0024 0.0010 0.0008 0.0014 0.0007 0.0008 0.0013 15 0.0022 0.0220 0.0053 0.0090 0.0034 0.0052 0.0166 0.0061 0.0042 0.0118 0.0044 0.0059 0.0080 16 0.0052 0.0034 0.0052 0.0011 0.0099 0.0063 0.0093 0.0086 0.0077 0.0082 0.0062 0.0028 0.0050 17 0.0021 0.0032 0.0052 0.0010 0.0059 0.0322 0.0153 0.0050 0.0230 0.0359 0.0196 0.0055 0.0508 18 0.0097 0.0378 0.0463 0.0112 0.0065 0.0054 0.0138 0.0072 0.0054 0.0058 0.0036 0.0051 0.0105 19 0.0648 0.0494 0.0767 0.0137 0.2025 0.1140 0.1683 0.1133 0.0991 0.1048 0.0943 0.0382 0.0770 20 0.0170 0.0193 0.0130 0.0097 0.0357 0.0440 0.0626 0.1036 0.0965 0.0981 0.0602 0.0240 0.0452 21 0.0164 0.0287 0.0221 0.0134 0.0327 0.0474 0.0636 0.0782 0.0452 0.0467 0.0275 0.0180 0.0441 22 0.0014 0.0021 0.0034 0.0009 0.0030 0.0033 0.0043 0.0080 0.0079 0.0094 0.0072 0.0021 0.0037

Total

1.3950 1.2751 1.2287 1.1567 1.9484 1.7956 1.8775 1.6059 1.5409 1.8431 1.6424 1.5577 1.6858


(6)

Lampiran 4. (Lanjutan)

SEKTOR 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Total

1 0.0067 0.0084 0.0182 0.0051 0.0116 0.0599 0.0239 0.0056 0.0377 1.9552 2 0.0003 0.0013 0.0012 0.0005 0.0254 0.0008 0.0009 0.0007 0.0011 1.3283 3 0.0000 0.0001 0.0002 0.0000 0.0008 0.0001 0.0001 0.0000 0.0003 1.0291 4 0.3732 0.0558 0.0416 0.5581 0.1194 0.0235 0.0298 0.0120 0.0267 3.1272 5 0.0059 0.0090 0.0139 0.0044 0.0105 0.0724 0.0404 0.0068 0.0449 1.6422 6 0.0009 0.0038 0.0056 0.0008 0.0014 0.0040 0.0032 0.0018 0.0105 1.3855 7 0.0004 0.0050 0.0041 0.0007 0.0348 0.0020 0.0015 0.0010 0.0016 1.2191 8 0.0001 0.0001 0.0004 0.0001 0.0002 0.0006 0.0003 0.0004 0.0022 1.2750 9 0.0010 0.0013 0.0038 0.0009 0.0020 0.0062 0.0024 0.0041 0.0212 1.6529 10 0.0007 0.0013 0.0054 0.0008 0.0018 0.0063 0.0018 0.0041 0.0028 1.0734 11 0.0010 0.0010 0.0017 0.0013 0.0018 0.0058 0.0039 0.0053 0.0274 1.0653 12 0.0715 0.0450 0.0816 0.0516 0.0755 0.0395 0.0802 0.0173 0.0498 2.1857 13 0.0007 0.0025 0.0082 0.0012 0.0638 0.0016 0.0024 0.0018 0.0026 1.1150 14 1.1049 0.0856 0.0247 0.0018 0.0502 0.0025 0.0028 0.0026 0.0020 1.2955 15 0.0098 1.0237 0.0184 0.0115 0.0661 0.0068 0.0058 0.0171 0.0057 1.2689 16 0.0045 0.0183 1.1062 0.0031 0.0095 0.0454 0.0468 0.0048 0.0137 1.3310 17 0.0420 0.0170 0.0198 1.0855 0.0102 0.0219 0.0104 0.0088 0.0166 1.4368 18 0.0082 0.0054 0.0063 0.0171 1.0073 0.0134 0.0284 0.0246 0.0274 1.3066 19 0.0517 0.1095 0.1589 0.0522 0.1284 1.1331 0.1550 0.0607 0.1395 3.2051 20 0.0532 0.0544 0.0537 0.0216 0.0487 0.0488 1.0999 0.0338 0.0441 2.0874 21 0.0444 0.0481 0.0718 0.0343 0.0772 0.1116 0.0828 1.1247 0.0515 2.1306 22 0.0166 0.0038 0.0042 0.0025 0.0071 0.0078 0.0119 0.0261 1.0208 1.1575