Analisis input-output peranan industri minyak goreng dalam perekonomian indonesia

(1)

ANALISIS INPUT-OUTPUT

PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM

PEREKONOMIAN INDONESIA

OLEH:

NURLAELA WIJAYANTI H14101038

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(2)

Goreng Dalam Perekonomian Indonesia dibawah bimbingan ARIEF DARYANTO.

Suatu negara yang mengalami proses pembangunan ekonomi secara jangka panjang akan membawa perubahan yang mendasar dalam struktur ekonomi negara itu sendiri. Salah satu indikator dari perubahan tersebut adalah bergesernya struktur ekonomi tradisional yang menitikberatkan pada sektor pertanian ke arah struktur ekonomi modern yang lebih didominasi oleh sektor industri sebagai roda penggerak dari pertumbuhan ekonomi. Begitu juga yang terjadi dalam struktur ekonomi Indonesia, peranan sektor industri semakin besar dan mengalami pertumbuhan yang paling cepat jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Sektor industri, khususnya industri pengolahan mampu berperan sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto.

Industri minyak goreng Indonesia dari tahun ke tahun semakin pesat perkembangannya. Hal ini diperlihatkan dengan meningkatnya angka produksi minyak goreng tiap tahunnya. Kebutuhan minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang pesat sejalan dengan peningkatan konsumsi per kapita.

Selain penggunannya oleh rumah tangga, minyak goreng juga diperlukan sebagai input antara dalam industri pangan. Sebagai input antara, ketersediaan minyak goreng dalam jumlah yang cukup dan dengan harga yang bersaing sangatlah perlu untuk mendorong peningkatan input-input industri terkait. Di samping itu, pada proses produksi minyak goreng dibutuhkan berbagai sarana dan prasarana produksi. Sarana dan prasarana produksi ini sebagian berasal dari industri minyak goreng itu sendiri dan sebagian besar lainnya dihasilkan oleh industri lain. Dengan demikian peningkatan produksi minyak goreng akan dapat meningkatkan produk industri-industri yang menggunakan minyak goreng sebagai input dalam proses produksinya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji peranan industri minyak goreng di Indonesia dalam pembentukan output, permintaan antara dan permintaan akhir, menganalisis keterkaitan industri minyak goreng dengan sektor lainnya, menganalisis pengaruh industri minyak goreng terhadap sektor lainnya berdasarkan indeks penyebaran ke depan dan ke belakang, menganalisis dampak industri minyak goreng terhadap perekonomian Indonesia berdasarkan efek multiplier output, multiplier pendapatan dan multiplier tenaga kerja.

Hasil penelitian menunjukkan Industri minyak goreng merupakan salah satu industri yang mempunyai keterkaitan yang besar terhadap sektor-sektor lain dalam penyediaan input. Hal ini terlihat dari dominasi input antara dalam struktur input industri minyak goreng. Dalam hal output, kontribusi industri minyak


(3)

goreng dalam perekonomian baik secara keseluruhan maupun dalam sektor industri masih kurang.

Dari analisis keterkaitan baik langsung maupun langsung, industri minyak goreng memiliki keterkaitan ke belakang yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan keterkaitan ke depannya. Hal ini disebabkan industri minyak goreng mempunyai keterkaitan yang kuat dengan sektor perdagangan dan kelapa sawit. Nilai keterkaitan yang rendah tersebut diakibatkan oleh penggunaan output dari industri minyak goreng yang lebih banyak dikonsumsi langsung oleh rumah tangga daripada digunakan sebagai input antara oleh sektor produksi lainnya.

Dari hasil analisis koefisien penyebaran dapat disimpulkan bahwa industri minyak goreng adalah industri yang memiliki kemampuan yang kuat dalam mendorong pertumbuhan industri hulunya. Hasil analisis kepekaan penyebaran, industri minyak goreng merupakan industri yang mempunyai kemampuan yang kurang dalam menarik pertumbuhan sektor hilirnya. Hal ini sesuai dengan analisis keterkaitan, dimana nilai keterkaitan ke belakang lebih besar daripada keterkaitan ke depannya. Namun dari ke dua analisis tersebut industri minyak goreng merupakan industri yang layak untuk dikembangkan.

Jika dilihat dari analisis multiplier, industri minyak goreng merupakan industri yang memiliki nilai multiplier yang cukup tinggi baik dilihat dari segi output, pendapatan dan tenaga kerja. Hal tersebut berarti bahwa industri minyak goreng merupakan industri penting yang mampu meningkatkan output, pendapatan dan lapangan kerja di sektor-sektor lainnya.

Hasil simulasi dari dampak penerapan kebijakan pengurangan volume ekspor CPO yang mengakibatkan kenaikan pasokan minyak goreng domestik, dialami juga dampaknya oleh sektor-sektor dalam perekonomian dimana output akan bertambah sebesar Rp 4,029 miliar. Sedangkan dari sisi pendapatan penambahan pasokan minyak goreng akan meningkatkan pendapatan total sektor perekonomian sebesar Rp 0,661 miliar. Dan untuk tenaga kerja akan mengalami pertambahan sebesar 98,73 ribu orang. Dampak kenaikan pasokan minyak goreng terhadap perubahan output sektoral, industri minyak goreng merupakan industri yang menerima dampak paling besar. Nilai perubahan output yang disebabkan adanya kenaikan pasokan minyak goreng sebesar Rp 2,025 miliar akan meningkatkan output industri minyak goreng sebesar lebih dari Rp 2,840 miliar atau sekitar 70,50 persen dari total output perekonomian.

Perubahan dalam pembentukan pendapatan rumah tangga yang disebabkan oleh kenaikan pasokan minyak goreng terbesar terdapat pada sektor industri minyak goreng sebesar Rp 0,472 miliar atau 71,46 persen dari total pendapatan rumah tangga seluruh perekonomian. Pertambahan pasokan minyak goreng juga memberikan pengaruh dalam penyerapan jumlah tenaga kerja. Sektor yang paling besar responnya jika diberlakukan kebijakan tersebut adalah sektor kelapa sawit, dimana akibat kebijakan tersebut menyebabkan pertambahan jumlah penyerapan tenaga kerja pada sektor kelapa sawit sebesar 29,387 ribu orang atau sebesar 29,765 persen dari penyerapan total seluruh sektor perekonomian.


(4)

Oleh:

NURLAELA WIJAYANTI H14101038

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul ”ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA”. Minyak goreng merupakan salah satu komponen dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sehingga dalam pengendalian harga dan pasokannya perlu campur tangan pemerintah. Perkembangan industri minyak goreng juga relatif pesat dari tahun ke tahun. Disamping itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Bapak Dr.Ir. Arief Daryanto, M.Ec yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih juga penulis tujukan kepada Bapak Ir. Idqan Fahmi, M.Ec yang bersedia untuk menguji karya ilmiah ini. Semua kritik dan saran beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tanti Novianti, S.P, M.Si selaku wakil dari komisi pendidikan, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Meskipun demikian, segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini, sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak (alm) dan Ibu tercinta serta saudara-saudara penulis. Do’a, pengertian dan dukungan mereka begitu berarti dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(6)

bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pihak yang membutuhkan pada umumnya.

Bogor, Juni 2006

Nurlaela Wijayanti H14101038


(7)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Nurlaela Wijayanti

Nomor Registrasi Pokok : H14101038 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Input-Output Peranan Industri Minyak Goreng Dalam Perekonomian Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr.Ir. Arief Daryanto, M.Ec NIP.131 644 945

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr.Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872


(8)

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN

Bogor, Juni 2006

Nurlaela Wijayanti H14101038


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Agustus 1983 di Indramayu, sebuah kota kecil di Jawa Barat dengan nama Nurlaela Wijayanti. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Tapsir (alm) dan Wurjaningsih. Penulis mengawali pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah Persatuan Umat Islam (PUI) Sindang Indramayu, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 2 Sindang Indramayu dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri I Sindang Indramayu dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 2001.

Pada tahun 2001 juga, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dalam melanjutkan pendidikannya. Melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.


(10)

DAFTAR GAMBAR ... i

DAFTAR TABEL... ii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan ... 8

1.4. Ruang Lingkup... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

2.1. Tinjauan Pustaka ... 10

2.1.1. Definisi dan Klasifikasi Minyak Goreng ... 10

2.1.2. Gambaran Umum Industri Minyak Goreng Indonesia ... 12

2.2. Kerangka Teori ... 15

2.2.1. Model Input-Output ... 15

2.2.2. Asumsi dan Keterbatasan Tabel Input-Output... 17

2.2.3. Struktur Tabel Input-Output ... 19

2.2.4. Analisis Input-Output... 22

2.2.4.1. Analisis Keterkaitan ... 22

2.2.4.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 23

2.2.4.3. Analisis Multiplier ... 23

2.3. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 27

2.3.1. Studi Pustaka Minyak Goreng...27

2.3.2. Studi Pustaka Input-Output... 29

2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian... 31

III. METODE PENELITIAN... 32

3.1 Waktu dan Wilayah Penelitian... 32

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 32


(11)

ANALISIS INPUT-OUTPUT

PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM

PEREKONOMIAN INDONESIA

OLEH:

NURLAELA WIJAYANTI H14101038

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(12)

Goreng Dalam Perekonomian Indonesia dibawah bimbingan ARIEF DARYANTO.

Suatu negara yang mengalami proses pembangunan ekonomi secara jangka panjang akan membawa perubahan yang mendasar dalam struktur ekonomi negara itu sendiri. Salah satu indikator dari perubahan tersebut adalah bergesernya struktur ekonomi tradisional yang menitikberatkan pada sektor pertanian ke arah struktur ekonomi modern yang lebih didominasi oleh sektor industri sebagai roda penggerak dari pertumbuhan ekonomi. Begitu juga yang terjadi dalam struktur ekonomi Indonesia, peranan sektor industri semakin besar dan mengalami pertumbuhan yang paling cepat jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Sektor industri, khususnya industri pengolahan mampu berperan sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto.

Industri minyak goreng Indonesia dari tahun ke tahun semakin pesat perkembangannya. Hal ini diperlihatkan dengan meningkatnya angka produksi minyak goreng tiap tahunnya. Kebutuhan minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang pesat sejalan dengan peningkatan konsumsi per kapita.

Selain penggunannya oleh rumah tangga, minyak goreng juga diperlukan sebagai input antara dalam industri pangan. Sebagai input antara, ketersediaan minyak goreng dalam jumlah yang cukup dan dengan harga yang bersaing sangatlah perlu untuk mendorong peningkatan input-input industri terkait. Di samping itu, pada proses produksi minyak goreng dibutuhkan berbagai sarana dan prasarana produksi. Sarana dan prasarana produksi ini sebagian berasal dari industri minyak goreng itu sendiri dan sebagian besar lainnya dihasilkan oleh industri lain. Dengan demikian peningkatan produksi minyak goreng akan dapat meningkatkan produk industri-industri yang menggunakan minyak goreng sebagai input dalam proses produksinya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji peranan industri minyak goreng di Indonesia dalam pembentukan output, permintaan antara dan permintaan akhir, menganalisis keterkaitan industri minyak goreng dengan sektor lainnya, menganalisis pengaruh industri minyak goreng terhadap sektor lainnya berdasarkan indeks penyebaran ke depan dan ke belakang, menganalisis dampak industri minyak goreng terhadap perekonomian Indonesia berdasarkan efek multiplier output, multiplier pendapatan dan multiplier tenaga kerja.

Hasil penelitian menunjukkan Industri minyak goreng merupakan salah satu industri yang mempunyai keterkaitan yang besar terhadap sektor-sektor lain dalam penyediaan input. Hal ini terlihat dari dominasi input antara dalam struktur input industri minyak goreng. Dalam hal output, kontribusi industri minyak


(13)

goreng dalam perekonomian baik secara keseluruhan maupun dalam sektor industri masih kurang.

Dari analisis keterkaitan baik langsung maupun langsung, industri minyak goreng memiliki keterkaitan ke belakang yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan keterkaitan ke depannya. Hal ini disebabkan industri minyak goreng mempunyai keterkaitan yang kuat dengan sektor perdagangan dan kelapa sawit. Nilai keterkaitan yang rendah tersebut diakibatkan oleh penggunaan output dari industri minyak goreng yang lebih banyak dikonsumsi langsung oleh rumah tangga daripada digunakan sebagai input antara oleh sektor produksi lainnya.

Dari hasil analisis koefisien penyebaran dapat disimpulkan bahwa industri minyak goreng adalah industri yang memiliki kemampuan yang kuat dalam mendorong pertumbuhan industri hulunya. Hasil analisis kepekaan penyebaran, industri minyak goreng merupakan industri yang mempunyai kemampuan yang kurang dalam menarik pertumbuhan sektor hilirnya. Hal ini sesuai dengan analisis keterkaitan, dimana nilai keterkaitan ke belakang lebih besar daripada keterkaitan ke depannya. Namun dari ke dua analisis tersebut industri minyak goreng merupakan industri yang layak untuk dikembangkan.

Jika dilihat dari analisis multiplier, industri minyak goreng merupakan industri yang memiliki nilai multiplier yang cukup tinggi baik dilihat dari segi output, pendapatan dan tenaga kerja. Hal tersebut berarti bahwa industri minyak goreng merupakan industri penting yang mampu meningkatkan output, pendapatan dan lapangan kerja di sektor-sektor lainnya.

Hasil simulasi dari dampak penerapan kebijakan pengurangan volume ekspor CPO yang mengakibatkan kenaikan pasokan minyak goreng domestik, dialami juga dampaknya oleh sektor-sektor dalam perekonomian dimana output akan bertambah sebesar Rp 4,029 miliar. Sedangkan dari sisi pendapatan penambahan pasokan minyak goreng akan meningkatkan pendapatan total sektor perekonomian sebesar Rp 0,661 miliar. Dan untuk tenaga kerja akan mengalami pertambahan sebesar 98,73 ribu orang. Dampak kenaikan pasokan minyak goreng terhadap perubahan output sektoral, industri minyak goreng merupakan industri yang menerima dampak paling besar. Nilai perubahan output yang disebabkan adanya kenaikan pasokan minyak goreng sebesar Rp 2,025 miliar akan meningkatkan output industri minyak goreng sebesar lebih dari Rp 2,840 miliar atau sekitar 70,50 persen dari total output perekonomian.

Perubahan dalam pembentukan pendapatan rumah tangga yang disebabkan oleh kenaikan pasokan minyak goreng terbesar terdapat pada sektor industri minyak goreng sebesar Rp 0,472 miliar atau 71,46 persen dari total pendapatan rumah tangga seluruh perekonomian. Pertambahan pasokan minyak goreng juga memberikan pengaruh dalam penyerapan jumlah tenaga kerja. Sektor yang paling besar responnya jika diberlakukan kebijakan tersebut adalah sektor kelapa sawit, dimana akibat kebijakan tersebut menyebabkan pertambahan jumlah penyerapan tenaga kerja pada sektor kelapa sawit sebesar 29,387 ribu orang atau sebesar 29,765 persen dari penyerapan total seluruh sektor perekonomian.


(14)

Oleh:

NURLAELA WIJAYANTI H14101038

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(15)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul ”ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA”. Minyak goreng merupakan salah satu komponen dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sehingga dalam pengendalian harga dan pasokannya perlu campur tangan pemerintah. Perkembangan industri minyak goreng juga relatif pesat dari tahun ke tahun. Disamping itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Bapak Dr.Ir. Arief Daryanto, M.Ec yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih juga penulis tujukan kepada Bapak Ir. Idqan Fahmi, M.Ec yang bersedia untuk menguji karya ilmiah ini. Semua kritik dan saran beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tanti Novianti, S.P, M.Si selaku wakil dari komisi pendidikan, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Meskipun demikian, segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini, sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak (alm) dan Ibu tercinta serta saudara-saudara penulis. Do’a, pengertian dan dukungan mereka begitu berarti dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(16)

bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pihak yang membutuhkan pada umumnya.

Bogor, Juni 2006

Nurlaela Wijayanti H14101038


(17)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Nurlaela Wijayanti

Nomor Registrasi Pokok : H14101038 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Input-Output Peranan Industri Minyak Goreng Dalam Perekonomian Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr.Ir. Arief Daryanto, M.Ec NIP.131 644 945

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr.Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872


(18)

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN

Bogor, Juni 2006

Nurlaela Wijayanti H14101038


(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Agustus 1983 di Indramayu, sebuah kota kecil di Jawa Barat dengan nama Nurlaela Wijayanti. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Tapsir (alm) dan Wurjaningsih. Penulis mengawali pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah Persatuan Umat Islam (PUI) Sindang Indramayu, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 2 Sindang Indramayu dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri I Sindang Indramayu dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 2001.

Pada tahun 2001 juga, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dalam melanjutkan pendidikannya. Melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.


(20)

DAFTAR GAMBAR ... i

DAFTAR TABEL... ii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan ... 8

1.4. Ruang Lingkup... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

2.1. Tinjauan Pustaka ... 10

2.1.1. Definisi dan Klasifikasi Minyak Goreng ... 10

2.1.2. Gambaran Umum Industri Minyak Goreng Indonesia ... 12

2.2. Kerangka Teori ... 15

2.2.1. Model Input-Output ... 15

2.2.2. Asumsi dan Keterbatasan Tabel Input-Output... 17

2.2.3. Struktur Tabel Input-Output ... 19

2.2.4. Analisis Input-Output... 22

2.2.4.1. Analisis Keterkaitan ... 22

2.2.4.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 23

2.2.4.3. Analisis Multiplier ... 23

2.3. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 27

2.3.1. Studi Pustaka Minyak Goreng...27

2.3.2. Studi Pustaka Input-Output... 29

2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian... 31

III. METODE PENELITIAN... 32

3.1 Waktu dan Wilayah Penelitian... 32

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 32


(21)

3.2.1 Koefisien Input... 33

3.2.2. Analsis Keterkaitan ... 35

3.2.3. Analisis Dampak Penyebaran ... 37

3.2.4. Analisis Multiplier ... 39

3.4. Definisi Operasional Data ... 40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Peranan Industri Minyak Goreng Dalam Perekonomian Indonesia... 45

4.2 Analisis Keterkaitan ... 47

4.2.1. Keterkaitan Langsung Beberapa Sektor Perekonomian... 48

4.2.2. Keterkaitan Langsung Dan Tidak Langsung Beberapa Sektor Perekonomian Indonesia ... 50

4.2.3. Keterkaitan Ke Depan Industri Minyak Goreng Terhadap Beberapa Sektor Perekonomian Indonesia... 53

4.2.4. Keterkaitan Ke Belakang Industri Minyak Goreng Terhadap Beberapa Sektor Perekonomian Indonesia... 54

4.3. Analisis Dampak Penyebaran ... 55

4.4. Analisis Multiplier ... 58

4.4.1. Multiplier Output Sektor Perekonomian Indonesia ... 58

4.4.2. Multiplier Pendapatan Sektor Perekonomian Indonesia ... 59

4.4.3. Multiplier Tenaga Kerja Sektor Perekonomian Indonesia... 60

4.4.4. Multiplier Output Sub Sektor Industri Minyak Goreng... 62

4.4.5. Multiplier Pendapatan Sub Sektor Industri Minyak Goreng... 63

4.4.6. Multiplier Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Minyak Goreng .... 64

4.5. Analisis Multiplier Menurut Dampaknya ... 65

4.6. Dampak Kenaikan Pasokan Minyak Goreng Terhadap Perekonomian Indonesia ... 70

4.7. Implikasi Kebijakan Pengembangan Industri Minyak Goreng Indonesia ... 73

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 77

5.1. Kesimpulan ... 77

5.2. Saran... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(22)

1.1. Grafik Perkembangan Produksi Minyak Goreng Indonesia ... 3 1.2. Grafik Konsumsi Per Kapita Minyak Goreng Indonesia ... 5 2.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian... 31


(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1.1. Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Lapangan Usaha Atas

Dasar Harga Berlaku ... 1 1.2. Neraca Perdagangan Luar Negeri Minyak Goreng Periode 1996-2002 ... 4 2.1. Klasifikasi Minyak Goreng Nabati Menurut Klasifikasi Komoditi

Indonesia ... 11 2.2. Produsen Minyak Goreng Menurut Status Operasional... 13 2.3. Market Size dan Market Value Minyak Goreng Menurut Merek,

Tahun 2002 ... 14 2.4. Bentuk Umum Tabel Transaksi Input-Output ... 19 3.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja ... 39 4.1. Komposisi Besaran Input Industri Minyak Goreng ... 46 4.2. Kontribusi Industri Minyak Goreng Dalam Perekonomian Indonesia ... 46 4.3. Nilai Keterkaitan Berbagai Sektor Perekonomian Indonesia... 49 4.4. Keterkaitan Ke Depan Industri Minyak Goreng Terhadap Berbagai

Sektor Perekonomian Indonesia... 53 4.5. Keterkaitan Ke Belakang Industri Minyak Goreng Terhadap Berbagai

Sektor Perekonomian Indonesia ... 55 4.6. Dampak Penyebaran Berbagai Sektor Perekonomian Indonesia ... 57 4.7. Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Masing-Masing

Sektor Perekonomian Indonesia... 59 4.8. Total Peringkat Multiplier Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia... 62 4.9. Kontribusi Terbesar Industri Minyak Goreng Terhadap Pembentukan

Output Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia... 63 4.10. Kontribusi Terbesar Industri Minyak Goreng Terhadap Peningkatan

Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia. ... 64 4.11 Kontribusi Terbesar Industri Minyak Goreng Terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia. ... 65 4.12. Simulasi Dampak kenaikan Pasokan Minyak Goreng Terhadap Perubahan Jumlah Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja ... 72


(24)

Nomor Halaman 1. Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2000 ... 83 2. Tabel Input-Output Transaksi Domestik 26 x 26 Sektor ... 89 3. Tabel Koefisien Teknis Transaksi Domestik 26 x 26 Sektor... 93 4. Tabel Matriks Kebalikan Leontief Terbuka Transaksi Domestik

26 x 26 Sektor ... 97 5. Tabel Matriks Kebalikan Leontief Tertutup Transaksi Domestik

26 x 26 Sektor ... 100 6. Tabel Multiplier Output Transaksi Domestik Sektor-Sektor

Perekonomian Indonesia Tahun 2000... 103 7. Tabel Multiplier Output Transaksi Domestik Sub Sektor Industri

Minyak Goreng Indonesia Tahun 2000... 103 8. Tabel Multiplier Pendapatan Transaksi Domestik Sektor -Sektor

Perekonomian Indonesia Tahun 2000... 104 9. Tabel Multiplier Pendapatan Transaksi Domestik SubSektor Industri

Minyak Goreng Indonesia Tahun 2000... 104 10. Tabel Multiplier Tenaga Kerja Transaksi Domestik Sektor-Sektor

Perekonomian Indonesia Tahun 2000... 106 11. Tabel Multiplier Tenaga Kerja Transaksi Domestik SubSektor Industri

Minyak Goreng Indonesia Tahun 2000... 106


(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu negara yang mengalami proses pembangunan ekonomi secara jangka panjang akan membawa perubahan yang mendasar dalam struktur ekonomi negara itu sendiri. Salah satu indikator dari perubahan tersebut adalah bergesernya struktur ekonomi tradisional yang menitikberatkan pada sektor pertanian ke arah struktur ekonomi modern yang lebih didominasi oleh sektor industri sebagai roda penggerak dari pertumbuhan ekonomi. Begitu juga yang terjadi dalam struktur ekonomi Indonesia, peranan sektor industri semakin besar dan mengalami pertumbuhan yang paling cepat jika dibandingkan dengan sektor lainnya.

Tabel 1.1. Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Yang Berlaku (dalam milliar rupiah)

No Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005 1 Pertanian,

Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

433.662,8 526.655,6 594.634,1 651.307,6 663.106 731.119,2

2 Pertambangan dan Penggalian

323.838,6 349.903,2 330.643,4 319.975,6 370.579,2 543.611,2 3 Industri

Pengolahan

1.102.514 1.455.615 1.677.607 429.513 1.830.092 2.163.916 4 Listrik, Gas dan

Air Bersih

8.393,6 10.854,7 14.714,2 19.540,82 22.066,7 24.993,2 5 Bangunan 76.573,3 89.298,9 99.366,1 112.571,3 143.052,3 173.440,6 6 Perdagangan, Hotel

dan Restoran

263.898 311.345,7 383.729,1 412.045,2 450.609,4 523.463,6 7 Pengangkutan dan

Komunikasi

130.024,3 154.375,3 195.940,5 236.534,7 284.584 361.937,4 8 Keuangan,

Persewaan dan Jasa Perusahaan

230.926,7 270.739,6 30.7716,2 348.647,3 388.858,6 456.275,8

9 Jasa Lainnya 259.507,6 30.4515,9 328.384,6 396.138,6 469.240,8 551.281,8 PDB 2.820.945 3.473.303 3.932.735 6.794.274 4.622.189 5.530.039 Sumber: Bank Indonesia (2005)


(26)

Sektor industri, khususnya industri pengolahan mampu berperan sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto. Rata-rata nilai kontribusi industri pengolahan terhadap produk domestik bruto indonesia sebesar 44,27 peresen. Dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 164,27 persen. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2003 (Tabel 1.1).

Industri minyak goreng merupakan salah satu komponen dari sistem industri pengolahan pertanian yang sangat luas, mulai dari usaha pertanian kelapa dan kelapa sawit sebagai bahan baku dari minyak goreng hingga industri yang menggunakan minyak goreng sebagai salah satu dari faktor produksinya maupun pedagang yang memasarkan minyak goreng untuk konsumsi rumah tangga. Selain itu, industri pengolahan pertanian di Indonesia merupakan satu dari beberapa sektor yang mampu bertahan dalam menghadapi goncangan ekonomi, seperti yang terjadi saat krisis ekonomi tahun 1997-1998. Hal tersebut dikarenakan bahan baku dalam industri pengolahan pertanian merupakan produk-produk pertanian yang tidak perlu diimpor. Bahkan dengan mengekspor produk-produk tersebut dapat meningkatkan nilai tambah akibat selisih nilai dolar terhadap rupiah. Selisih nilai mata uang tersebut yang menyebabkan produk industri pengolahan pertanian mampu bersaing di pasar luar negeri karena secara relatif harganya akan lebih murah.

Industri minyak goreng Indonesia dari tahun ke tahun semakin pesat perkembangannya. Hal ini diperlihatkan dengan meningkatnya angka produksi minyak goreng tiap tahunnya. Berdasarkan informasi yang terdapat pada Gambar 1.1, selama periode 1998-2005 peningkatan produksi minyak goreng sebesar


(27)

3

14,15 persen per tahunnya. Pada tahun 1998 total produksi minyak goreng Indonesia mencapai angka 2,18 juta ton dan untuk tahun selanjutnya produksi minyak goreng relatif meningkat hingga mencapai 6,43 juta ton pada tahun 2005. Peningkatan tersebut disebabkan oleh semakin bertambahnya permintaan akan minyak goreng itu sendiri baik di tingkat domestik maupun luar negeri (www.wartaekonomi.com, 2006).

2,18 2,5

3,73 4,11

4,43 5,17

5,76 6,43

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Produksi Minyak Goreng Indonesia (juta ton) Sumber: www.wartaekonomi.com, 2006

Berdasarkan Tabel 1.2, dapat dilihat bahwa pada periode 1996-2002 neraca perdagangan luar negeri minyak goreng Indonesia relatif meningkat. Pada periode tersebut, peningkatan rata-rata volume ekspor minyak goreng mencapai 11,1 persen per tahun. Nilai rata-rata ekspor meningkat 11,6 persenn pada tahun 1996 sebesar dari 736,0 ribu ton (US$ 565,6 juta) menjadi 1,3 juta ton (US $565,6 juta) pada 2002. Jika dilihat dari nilai dan volume impor, selama periode1996-2002 meningkat rata-rata 565,7 persen dan 23,9 persen per tahun. Volume impor pada tahun 1996 sebesar 3,3 ribu ton (US $3,7 juta) meningkat


(28)

menjadi 14,9 ribu ton (US $8,5 juta) pada tahun 2002. Peningkatan tersebut akibat adanya kenaikan kapasitas ekspor dari Crude Palm Oil (CPO) sebagai bahan baku yang lebih sering dipakai dalam proses produksi pabrik minyak goreng, sehingga kekurangan tersebut ditutup dengan membuka kran impor minyak goreng (CIC, 2003).

Tabel 1.2 Neraca Perdagangan Luar Negeri Minyak Goreng 1996-2002

Ekspor Impor Tahun Volume (Ton) Trend ( % ) Nilai (US $ ribu)

Trend ( % ) Volume (Ton) Trend ( % ) Nilai (US $ ribu)

Trend ( % )

1996 736.028 369.726 3.267 3.746

1997 985.177 33,85 490.001 32,53 2.296 (29,7) 3.163 (15,6) 1998 1.241.342 26,01 622.047 26,95 9.618 318,8 7.785 146,1 1999 1.309.778 5,51 508.100 (18,32) 8.707 (9,5) 6.195 (20,4) 2000 1.111.781 (15,12) 373.673 (26,46) 10.120 16,2 6.528 5,4 2001 1.271.908 14,40 350.052 (6,32) 13.893 36,7 7.166 9,8 2002 1.296.366 1,92 565.589 61,57 14.922 7,8 8.479 18,3

Rata-rata

1.136.054,29 11,1 468.169,71 11,69 8974.71 56,7 6151.71 23,9

Sumber: Corinthian Infopharma Corpora (2003)

Minyak goreng dikonsumsi hampir seluruh masyarakat, baik itu di tingkat rumah tangga maupun industri makanan. Fungsi minyak goreng di kedua tingkat konsumen pada umumnya bukan sebagai bahan baku namun hanya sebagai bahan pembantu. Fungsi minyak goreng sangat penting dalam menciptakan aroma, rasa, warna, daya simpan dan dalam beberapa hal juga dapat sebagai alat peningkat gizi.

Kebutuhan minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang pesat sejalan dengan peningkatan konsumsi perkapita. Kecenderungan meningkatnya rata-rata konsumsi per kapita tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, perubahan


(29)

5

pola konsumsi penduduk, pendapatan dan sedikit banyak dipengaruhi pula oleh perkembangan dalam budaya masak memasak.

Menurut hasil riset Warta Ekonomi (2006) yang dijelaskan dalam Gambar 1.2, selama periode 1998-2005 konsumsi minyak goreng per kapita masyarakat Indonesia relatif meningkat dari tahun ke tahunnya. Peningkatan paling besar terjadi pada tahun 2000. Konsumsi perkapita pada tahun tersebut sebesar 14,2 kg, sedangkan tahun 1999 sebesar 12,1 kg dan konsumsi rata-rata sebesar 12,5 kg.

10,7 12,1

14,2 14,9 15

15,4 16

16,5

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Gambar 1.2. Grafik Konsumsi Per Kapita Minyak Goreng Indonesia (kg) Sumber: www.wartaekonomi.com (2006)

Minyak goreng juga merupakan salah satu dari komponen sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Hampir semua masyarakat Indonesia mengkonsumsinya. Minyak goreng digunakan untuk keperluan rumah tangga. Selain itu industri juga memerlukannya sebagai salah satu bahan pendukung dalam proses produksinya. Industri yang memerlukan minyak goreng tersebut yaitu industri pangan baik itu industri yang skalanya kecil maupun besar


(30)

seperti industri fast food, snack food dan biskuit. Selain itu dilihat dari bahan bakunya, industri minyak goreng merupakan industri yang memegang peranan penting sebagai pengguna output industri hulunya. Industri hulu yang dimaksud yaitu industri minyak kelapa sawit, industri minyak kelapa dan industri lainnya yang dari produknya dapat dihasilkan produk turunan sebagai bahan baku minyak goreng. Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak kelapa dan minyak kelapa sawit terbesar di dunia setelah Malaysia. Hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat membantu dalam mengembangkan industri minyak goreng nasional.

1.2 Perumusan Masalah

Minyak goreng adalah salah satu komoditas yang cukup strategis. Minyak goreng dapat berpengaruh baik dari segi sosial, politik maupun ekonomi, sehingga sangat diperlukan sekali intervensi pemerintah dalam pemantauan kestabilan harga dan ketersediaan pasokannya di pasar (Amang, 1996). Alasan utama pemantauan dan pengelolaan harga dan pasokan minyak goreng yaitu untuk menjaga agar inflasi tetap pada tingkat yang diharapkan dan konsumen dalam hal ini masyarakat luas dapat membayar dengan harga yang wajar. Diharapkan dengan pengendalian terhadap laju inflasi tersebut dapat mengurangi beban masyarakat akibat kenaikan harga komoditas lainnya.

Selain penggunannya oleh rumah tangga, minyak goreng juga diperlukan sebagai input antara dalam industri pangan. Sebagai input antara, ketersediaan minyak goreng dalam jumlah yang cukup dan dengan harga yang bersaing


(31)

7

sangatlah perlu untuk mendorong peningkatan input-input industri terkait. Di samping itu, pada proses produksi minyak goreng dibutuhkan berbagai sarana dan prasarana produksi. Sarana dan prasarana produksi ini sebagian berasal dari industri minyak goreng itu sendiri dan sebagian besar lainnya dihasilkan oleh industri lain. Dengan demikian peningkatan produksi minyak goreng akan dapat meningkatkan produk industri-industri yang menggunakan minyak goreng sebagai input dalam proses produksinya.

Seperti halnya sub sektor agroindustri atau industri hasil pertanian lainnya, produk minyak goreng mempunyai sifat keterkaitan industrial ke depan dan ke belakang yang cukup tinggi. Industri hilir minyak goreng yang cukup strategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak adalah industri pengolahan makanan dan minuman, sehingga pemerintah perlu menaruh perhatian yang tinggi terhadap struktur pasar domestik minyak goreng. Tetapi serangkaian kebijakan pemerintah tersebut masih terlalu memfokuskan pada CPO dan melupakan seperangkat permasalahan pada struktur industri minyak goreng.

Setelah memperhatikan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka permasalahan yang akan dikemukakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Berapa besar peranan sektor industri minyak goreng dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan antara dan permintaan akhir di Indonesia?


(32)

2. Berapa besar keterkaitan antara sektor industri minyak goreng dengan sektor-sektor lainnya di Indonesia baik keterkaitan dari sisi output maupun dari sisi input?

3. Berapa besar dampak penyebaran sektor industri minyak goreng dan bagaimana pengaruhnya?

4. Berapa besar dampak yang ditimbulkan oleh sektor industri minyak goreng dilihat berdasarkan efek multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja?

1.3Tujuan

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengkaji peranan industri minyak goreng di Indonesia dalam pembentukan output, permintaan antar dan permintaan akhir.

2. Menganalisis keterkaitan industri minyak goreng dengan sektor lainnya. 3. Menganalisis pengaruh industri minyak goreng terhadap sektor lainnya

berdasarkan indeks penyebaran kedepan dan kebelakang.

4. Menganalisis dampak industri minyak goreng terhadap perekonomian Indonesia berdasarkan efek multiplier output, multiplier pendapatan dan multiplier tenaga kerja.

1.4 Ruang Lingkup

Pada dasarnya kebijaksaan pengelolaan dan pengembangan industri minyak goreng haruslah dipandang sebagai salah satu dari sekian bentuk


(33)

9

kebijaksaan pembangunan secara umum. Oleh karena itu, pemerintah sebagai pengambil kebijakan baik dalam hal pengelolaan maupun pengembangan industri minyak goreng harus memperhatikan apakah pengembangan industri tersebut sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dalam konteks upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional secara keseluruhan. Berdasarkan hal tersebut, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi peranan industri minyak goreng dalam perekonomian nasional.

Beberapa peranan penting industri minyak goreng yaitu (1) pengeluaran konsumsi dan pemenuhan gizi rumah tangga; (2) stabillitas perekonomian; (3) produksi nasional dan penciptaan nilai tambah; (4) penyedia lapangan kerja; serta (5) penopang dan pendorong industri nasional.

Penulis membatasi ruang lingkup penelitian terbatas hanya pada peranan industri minyak goreng dalam hal produksi nasional dan penciptaan nilai tambah, penyediaan lapangan pekerjaan serta penopang dan pendorong industri nasional.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian pada sub bab sebelumnya, penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan kebijakan pembangunan khususnya yang berkaitan dengan kebijakan pembangunan industri minyak goreng, serta dalam hal implementasi kebijakan industri pada umumnya dengan menciptakan koordinasi yang baik antar sektor khususnya sektor industri sehingga tercapai kesejatheraan rakyat dengan jalan pembangunan yang adil dan merata.


(34)

2.1.1 Definisi dan Klasifikasi Minyak Goreng

CIC (2003) menyatakan bahwa minyak goreng atau cooking oil

didefiniskan sebagai minyak yang diperoleh dengan cara memurnikan minyak nabati. Pemurnian tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kandungan logam, bau, asam bebas dan zat-zat warna.

Berdasarkan Amang (1996), minyak goreng dapat dikelompokkan menurut bahan bakunya menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama adalah minyak yang dihasilkan dari hewan yang secara awam sering diistilahkan sebagai

lemak (fat). Penggunaan minyak hewani untuk konsumsi langsung rumah tangga

sebagai bahan pangan relatif terbatas. Biasanya minyak hewani sebagai bahan pangan lebih bersifat tidak langsung yakni ikutan dari konsumsi daging. Pengggunaan minyak goreng hewani masih terbatas hanya pada kalangan masyarakat tertentu saja. Hal ini dikarenakan kandungan lemak pada minyak goreng jenis ini sangat tinggi, sehingga dapat membahayakan kesehatan.

Kelompok kedua adalah minyak nabati, yakni minyak yang dihasilkan dari ekstrak kandungan asam lemak dari tumbuh-tumbuhan. Minyak nabati yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah hasil olahan dari ekstrak minyak yang berasal dari sawit, kelapa, kacang tanah, kedelai, jagung, bunga matahari dan lobak. Di Indonesia, lebih dari 95 persen minyak goreng berasal dari minyak nabati adalah berasal dari sawit dan kelapa. Murahnya harga bahan baku dan


(35)

11

ketersediaan yang relatif stabil merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut.

Menurut Klasifikasi Komoditi Indonesia (1999), minyak goreng nabati diklasifikasikan dalam tiga kelompok. Pertama adalah kelompok Industri minyak goreng dari kelapa dengan kode KKI 15143. Kelompok selanjutnya, kode 15144 untuk minyak goreng dari kelapa sawit dan yang terakhir minyak goreng nabati lainnya dari bahan nabati dengan kode 15145 (Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Klasifikasi Minyak Goreng Nabati Menurut Klasifiskasi Komoditi Indonesia

No KKI Keterangan No. HS Comodity Description 1 15143.01xx

- 0100

Industri Minyak goreng dari minyak Kelapa

Minyak Goreng Kelapa 1513.19.000 Other Copra Oil 2 15144.01xx

- 0101 - 0102

Industri Minyak Goreng dari Minyak kelapa sawit

Minyak Goreng Kelapa Sawit Minyak Goreng Inti Kelapa sawit

1511.90.000 1513.29.000

Other Palm Oil Other Palm Kernel Oil

3 15145.01xx - 0101 - 0102 - 0103

- 0104 - 0105

- 0106 - 0107 - 0108 - 0109

Minyak Goreng lainnya dari bahan nabati

Minyak Bekatul Minyak Goreng Jagung Minyak Goreng Kacang Kedelai Dinetralkan dan Dikelantang Lain-lain

Minyak Goreng Kacang Tanah Minyak Goreng Biji Bunga Matahari

Minyak Goreng Biji Kapas Minyak Goreng wijen Minyak Goreng Biji Kapuk Minyak Goreng Lainnya dari nabati

1515.90.900 1515.29.000 1507.90.000 1507.90.100 1507.90.900 1508.90.000 1512.19.000 1512.29.000 1515.50.000 1515.90.120 1515.90.900 Other Fixed Vegetable Fats

Other Maize Oil Other Soya Bean Oil

Neutralized and Bleached Oil

Other

Other Ground Nut Oil

Other Sunflower Oil or Sunflower Seed Oil

Other Cotton Seed Oil

Sesame Oil and Its Fraction

Refined of Kapok Seed Oil

Other Fixed Vegetable fats and Oil


(36)

2.1.2 Gambaran Umum Industri Minyak Goreng Indonesia

Industri minyak goreng di Indonesia umumnya menggunakan bahan baku minyak kelapa dan minyak kelapa sawit. Minyak goreng kelapa dahulu lebih banyak dipakai tapi sekarang kedudukannya telah digeser oleh minyak kelapa sawit, karena diperkirakan sebagai penyebab penyakit jantung koroner. Selain itu, minyak kelapa sawit mempunyai keunggulan dibandingkan minyak kelapa. Harga minyak kelapa relatif lebih murah, juga lebih jernih warnanya sehingga lebih aman bagi kesehatan. Bagi masyarakat yang sudah paham pentingnya kesehatan mereka lebih memilih minyak goreng yang berbahan baku minyak kelapa sawit.

Pada awal masa perkembangannya, industri minyak goreng Indonesia dimulai dari skala rumah tangga dengan menggunakan bahan baku yang berasal dari minyak kelapa. Sistem perdagangan minyak goreng saat itu dilakukan dalam bentuk minyak goreng curah, dan selanjutnya mulailah bermunculan minyak goreng bermerek seperti Barco dan Vetco yang merupakan pelopor minyak goreng kemasan bermerek. Sejalan dengan diperkenalkannya tanaman kelapa sawit sebagai salah satu tanaman perkebunan di Indonesia, minyak kelapa mulai tergeser posisinya sebagai bahan baku minyak goreng oleh minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit mendominasi penggunannya sebagai bahan baku industri minyak goreng nasional. Pergeseran posisi tersebut dikarenakan minyak sawit mentah yang berasal dari pohon kelapa sawit lebih mudah dibudidayakan. Budidaya kelapa sawit tidak tergantung musim tertentu, lebih tahan hama dan dapat diusahakan dalam skala besar sehingga dapat mencapai skala ekonomi tertentu.


(37)

13

Pangsa pasar produk minyak goreng saat ini diperebutkan oleh sekitar 120

produsen lokal yang masih aktif berproduksi (in production) dengan kapasitas

produksi sebesar 8,5 juta ton. Sementara 119 produsen lainnya tidak dapat

dikonfirmasikan atau Utl (Unable to located) dengan kapasitas sekitar 580,8 ribu

ton, 16 produsen (822,0 ribu ton) yang telah menghentikan operasi produksi

minyak gorengnya (Stop Operation) serta 5 produsen (612,0 ribu ton) yang

berinvestasi dalam industri minyak goreng (Tabel 2.2).

Tabel 2.2. Produsen Minyak Goreng Menurut Status Operasional, 2002

Total Minyak Goreng

Kelapa Sawit Minyak Goreng Kelapa Minyak Goreng Nabati Lainnya Status

Operasional Jumlah Kapasitas

(ribu ton) Jumlah Kapasitas (ribu ton) Jumlah Kapasitas (ribu ton) Jumlah Kapasitas (ribu ton)

Produksi 120 8.527.583 53 7.217.885 60 1.157.101 7 152.000

Utl (Unable

to Located) 119 580.802 10 474.825 109 105.977 0 0 Rencana

(Planed) 16

1.079.360 7 806.152 9 273.208 0 0

Tidak Produksi (Stop Operation)

48 822.015 14 666.408 33 146.607 1 9.000

Investasi baru

5 612000 2 522.000 3 90.000 0 0

Sumber: Corinthian Infopharma Corpora (2003)

Seperti yang telah disebutkan pada uraian sebelumnya, minyak kelapa sawit lebih banyak digunakan sebagai bahan baku dalam proses produksi minyak goreng, maka banyak konglomerat yang terjun dalam bisnis perkebunan dan pengolahan kelapa sawit, diantaranya sepert Salim grup, Sinar Mas grup, Astra grup, Bakrie grup, Musim Mas grup, Hasil Karsa grup, Bukit Kapur grup dan Raja Garuda Mas. Kelompok di atas memiliki industri terpadu mulai dari perkebunan sawit, pengolahan CPO dan pabrik minyak goreng. Sebagian produsen dalam industri minyak goreng berafiliasi dengan grup perkebunan


(38)

kelapa sawit, seperti Grup salim (produsen Bimoli), Grup Sinarmas (produsen Filma).

Saat ini produsen telah banyak memenuhi pasar minyak goreng kemasan bermerek. Beberapa diantaranya merupakan pemain lama dan sudah dikenal oleh masyarakat, seperti Bimoli, yang memiliki market size paling tinggi diantara yang

lainnya (307.687 ton). Disusul ditempat kedua oleh Filma dengan market size

sebesar 179.945 ton. Untuk share dari market size dan market value minyak

goreng tidak bermerek (curah) cukup besar yaitu masing-masing sebesar 43,1 persen dan 31,5 persen (Tabel 2.3). Hal ini berarti minyak goreng curah masih menjadi pilihan dalam mengkonsumsi minyak goreng.

Tabel 2.3. Market Size dan Market Value Minyak Goreng Menurut Merek, Tahun

2002

No Merek Market Size

(Ton) Share (%) Market Value (Rp Juta) Share (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Bimoli Filma Sania Tropical Kunci Mas Avena 999 Sunrise Vetco Mas Cap Sendok Delima Camar Tawon Palma Damai Spesial Marunda Ratu Masak Tani Fortune Merek Lainnya 307.687 179.945 137.366 119.778 98.704 86.460 74.768 73.261 66.368 54.003 46.344 33.907 25.111 20.986 18.250 16.938 16.800 16.473 12.804 99.863 11,6 6,8 5,2 4,5 3,7 3,3 2,8 2,8 2,5 2,0 1,8 1,3 0,9 0,8 0,7 0,6 0,6 0,6 0,5 3,8 2.187.684 1.229.080 937.698 808.939 670.85 692.611 518.760 548.544 483.015 360.017 283.100 157.889 129.000 141.189 86.231 79.186 76.104 73.387 56.595 446.894 15,3 8,6 6,6 5,7 4,7 3,6 2,7 3,8 3,4 2,5 2,0 1,1 0,9 1,0 0,6 0,6 0,5 0,5 0,4 3,1

Tidak Bermerek 1.140.528 43,1 4.505.084 31,5

Total 2.646.342 100 14.306.557 100


(39)

15

2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Model Input-Output

Input-Output merupakan suatu teknik perencanaan yang diperkenalkan oleh Prof. Wassily W. Leontief pada tahun 1930-an. Teknik ini dipergunakan untuk menelaah hubungan antar industri dalam rangka memahami saling ketergantungan dan kompleksitas perekonomian serta kondisi untuk mempertahankan keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Tehnik ini juga dikenal sebagai "analisis antar industri" (Nasution, 2002).

Input-Output menunjukan bahwa di dalam perekonomian secara keseluruhan terjadi interaksi saling berhubungan dan saling ketergantungan industrial. Input suatu industri merupakan output industri lainnya, dan sebaliknya, sehingga hubungan tersebut membawa kearah ekuilibrium antara penawaran dan permintaan di dalam perekonomian secara keseluruhan. Sebagian besar kegiatan ekonomi memproduksi barang-barang antara (input) untuk digunakan lebih lanjut dalam pembuatan barang-barang akhir (output). Pada hakikatnya, analisis input-output mengandung arti bahwa dalam keadaan ekuilibrium, jumlah input-output agregat dari keseluruhan perekonomian harus sama dengan jumlah input antar industri dan jumlah output antar industri (Nasution, 2002).

Pengaruh timbal balik yang terjadi antar satu industri dengan industri lain dapat dikelompokkan menjadi:

1. Hubungan langsung, yaitu pengaruh yang secara langsung dirasakan oleh

sektor yang menggunakan masukan dari keluaran sektor yang bersangkutan. Contohnya jika industri makanan menaikkan produksinya sebesar dua kali


(40)

lipatnya, maka permintaan akan minyak goreng, tepung dan gula juga akan naik lebih kurang dua kali lipat.

2. Hubungan tak langsung, yaitu pengaruh terhadap industri yang outputnya tidak digunakan sebagai input bagi output industri yang bersangkutan. Contohnya, pengaruh industri minyak goreng terhadap pengangkutan.

3. Hubungan sampingan, yaitu pengaruh tak langsung yang lebih panjang lagi jangkauannya daripada pengaruh langsung tersebut diatas. Contoh peningkatan produksi pada sektor industri terjadilah peningkatan pendapatan buruh industri, atau peningkatan jumlah buruh yang berarti pula peningkatan pendapatan sejumlah buruh tersebut. Peningkatan pendapatan ini dapat meningkatkan permintaan atas kebutuhan beras.

Menurut BPS (2000), pengertian Tabel Input-Output adalah tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matriks. Isian sepanjang baris Tabel I-O menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer. Sebagai metode kuantitatif, tabel ini memberikan gambaran menyeluruh tentang:

1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah

masing-masing sektor.

2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar


(41)

17

3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri

maupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut.

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh berbagai

sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor. Beberapa tahun belakangan ini, model I-O telah dikembangkan untuk keperluan yang lebih luas dalam analisis ekonomi. Beberapa kegunaan analisis I-O menurut BPS (2000), antara lain:

1. Memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja diberbagai sektor produksi.

2. Melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya. 3. Mengetahui sektor-sektor yang berpengaruh paling dominan terhadap

pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian.

4. Menganalisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output.

5. Menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.

2.2.2 Asumsi dan Keterbatasan Tabel Input-Output

Data yang disajikan dalam tabel I-O merupakan informasi rinci tentang input dan output sektoral yang mampu menggambarkan keterkaitan antar sektor dalam kegiatan perekonomian. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam


(42)

proses penyusunannya, model input ouput bersifat statis dan terbuka. Dalam BPS (2000), asumsi dasar dalam penyusunan tabel I-O adalah:

1. Keseragaman (Homogenity)

Masing-masing sektor memproduksi suatu input melalui satu cara dengan struktur input tertentu serta tidak ada substitusi diantara masing-masing input atau output tersebut.

2. Kesebandingan (Proporsionality)

Input antara bagi suatu sektor merupakan fungsi linear terhadap tingkat output yang bersangkutan. Dengan kata lain, jumlah input yang digunakan oleh suatu sektor akan meningkat atau berkurang secara proporsional linear terhadap kenaikan atau penurunan output sektor yang bersangkutan.

3. Penjumlahan (Additivity)

Asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek masing-masing kegiatan.

Berdasarkan asumsi tersebut, maka tabel I-O sebagai model kuantitatif memiliki keterbatasan, yaitu koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan) selama periode analisis atau proyeksi. Karena koefisien teknis dianggap konstan, maka teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksipun dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output.

Begitu juga dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan tabel I-O dengan metode survey serta semakin banyak agregasi


(43)

19

terhadap sektor-sektor yang ada maka semakin banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak terungkap dalam analisanya.

2.2.3 Struktur Tabel Input-Output

Format dari tabel I-O terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang terbagi menjadi empat kuadran yang tiap kuadran menggambarkan transaksi antar komponen-komponen suatu perekonomian pada satu titik tertentu.(Nazara, 1997)

Tabel 2.4. Bentuk Umum Tabel Transaksi Input-Output Permintaan Antara

Sektor Produksi Susunan Input

Alokasi Output

1 2 …. n

Permintaan Akhir Total Output Input a n t a r a Sektor p r o d u k s i 1 2 . . . . . . n x11 x21 . . . . . . xn1 x12 x22 xn2 …. …. …. x1n x2n xnn F1 F2 . . . . . . Fn X1 X2 Xn Jumlah Input Primer V1 V2 …. Vn

Jumlah input X1 X2 …. Xn

Sumber: Biro Pusat Statistik (2000)

Pada Tabel 2.4, isian angka-angka pada seluruh baris menunjukkan pengalokasian output suatu sektor, baik itu untuk memenuhi permintaan antara (intermediate demand) maupun untuk memenuhi permintaan akhir (final demand). Isian sepanjang kolom menggambarkan penggunaan input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor lain untuk kegiatan produksi suatu sektor. Tabel 2.4 dapat digambarkan dalam persamaan aljabar sebagai berikut:


(44)

x11 + x12 + …….+ x1n + F1 = X1 x21 + x22 + …….+ x2n + F2 = X2 : : : : : . . . . .

xn1 + xn2 + …… + xnn + Fn = Xn (Persamaan 1)

Secara matematis persamaan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

=

= +

n

j

i i j

i F X

x

1

; untuk i = 1, 2, ..., n

dimana:

Xi : Total output sektor i

xij : Besarnya output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j Fi : Permintaan akhir sektor ke-i

Sektor dalam kolom menunjukkan penggunaan input yang disediakan oleh sektor lain untuk aktivitas produksi, maka persamaan aljabar menurut kolom dapat dituliskan menjadi:

x11 + x12 + …….+ x1n + V1 = X1 x21 + x22 + …….+ x2n + V2 = X2 : : : : : . . . . .

xn1 + xn2 + …… + xnn + Vn = Xn (Persamaan 2)

dan secara ringkas dituliskan dalam persamaan:

=

= +

n

i

j j

ij V X

x

1


(45)

21

Dimana:

X j : Total input sektor j

xij : Besarnya output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j Vj : Input primer sektor ke-j

Secara umum matriks dalam Tabel I-O di bagi menjadi 4 kuadran, yaitu:

a. Kuadran 1 (Intermediate Quadrant)

Setiap sel pada Kuadran 1 merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian. Dalam analisa I-O, kuadran ini memiliki peranan yang sangat penting karena kuadran inilah yang menunjukkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya.

b. Kuadran 2 (Final Demand Quadrant)

Menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan ekspor.

c. Kuadran 3 (Primary Input Quadrant)

Menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah / gaji), pajak tak langsung, surplus usaha, penyusutan serta


(46)

impor. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan Produk Domestik Bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.

d. Kuadran 4 (Primary Input-Final Demand Quadrant)

Merupakan kudran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input-primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.

2.2.4 Analisis Input-Output 2.2.4.1 Analisis Keterkaitan

Nazara (1999) mengungkapkan bahwa konsep keterkaitan biasa digunakan dalam perumusan kebijakan pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antara sektor dalam suatu perekonomian. Konsep keterkaitan tersebut antara lain

meliputi keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang mendeskripsikan

hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian

input yang digunakan dalam proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward

linkage) yang menunjukkan penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya.

Berdasarkan konsep ini dapat diketahui besarnya pertumbuhan suatu sektor yang dapat menstimulir pertumbuhan sektor lainnya melalui proses induksi. Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsungnya ditunjukkan oleh Matriks Kebalikan Leontief. Matriks Kebalikan Leontief (alfa) disebut sebagai koefisien keterkaitan, karena matriks ini


(47)

23

mengandung informasi yang penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menggunakan tingkat keterkaitan antar sektor.

2.2.4.2 Analisis Dampak Penyebaran

Analisis dampak penyebaran sebenarnya merupakan pengembangan dari analisis keterkaitan terutama keterkaitan langsung dan tidak langsung karena analisis ini membandingkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung yang telah dikalikan dengan jumlah sektor yang ada dengan total nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung di semua sektor.

Analisis ini terdapat dua macam yaitu koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Kepekaan penyebaran digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan suatu sektor dalam mendorong peretumbuhan sektor hulunya. Sedangkan kepekaan penyebaran digunakan dalam untuk mengetahui seberapa besar keamampuan suatu sektor dapat dalam mendorong pertumbuhan sektor sektor hilirnya. Adapun dalam penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat mengetahui besarnya kemampuan industri minyak goreng dalam mendorong sektor-sektor hulu maupun hilir.

2.2.4.3. Analisis Multiplier

Analisis multiplier digunakan dalam menghitung dampak yang ditimbulkan akibat peningkatan suatu sektor terhadap sektor lainnya. Pada kasus multiplier input-output, pendorong perubahan ekonomi pada umumnya diasumsikan sebagai peningkatan penjualan sebesar satu satuan mata uang kepada permintaan akhir suatu sektor. Pendorong ekonomi yang sering dimaksud adalah dapat berupa pendapatan atau kesempatan kerja


(1)

Lampiran 5. Tabel Matriks Kebalikan Leontif Tertutup Transaksi Domestik 26 x 26 sektor (Lanjutan)

SEKTOR

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

1

0,14609

0,28753

0,29869

0,32647

0,23859

0,43840

0,10449

0,66347

0,15823

0,10407

2

0,00542

0,00736

0,00501

0,02118

0,01437

0,00316

0,14929

0,00927

0,00288

0,00191

3

0,08543

0,01346

0,00615

0,00178

0,00296

0,00244

0,00281

0,00360

0,00221

0,00167

4

0,12235

0,00336

0,00687

0,00108

0,00160

0,00141

0,00194

0,00301

0,00131

0,00240

5

0,00443

0,00576

0,00491

0,00368

0,00354

0,00498

0,00384

0,00795

0,00346

0,00278

6

0,02020

0,01719

0,01658

0,01240

0,01393

0,02024

0,01340

0,01617

0,01809

0,13645

7

0,02138

0,03041

0,02420

0,01391

0,01545

0,01983

0,01491

0,03665

0,01781

0,01483

8

0,00469

0,01355

0,00388

0,00370

0,00801

0,00427

0,00313

0,00315

0,00425

0,00265

9

0,00082

0,00096

0,00073

0,00054

0,00086

0,00078

0,00097

0,00058

0,00216

0,00046

10

0,02433

0,00189

0,00152

0,00032

0,00051

0,00037

0,00108

0,00088

0,00043

0,00026

11

1,41667

0,03396

0,07670

0,01027

0,01523

0,01324

0,02031

0,03135

0,01207

0,00978

12

0,00409

1,00417

0,00316

0,00297

0,00273

0,00369

0,00272

0,00276

0,00303

0,00233

13

0,00379

0,00322

1,00394

0,00223

0,00251

0,00341

0,00249

0,00252

0,00279

0,00216

14

0,00092

0,00381

0,00080

1,02241

0,03576

0,00079

0,05781

0,00095

0,00165

0,00047

15

0,00193

0,00237

0,00209

0,00126

1,13048

0,00198

0,00133

0,00310

0,00485

0,00119

16

0,00428

0,00365

0,00331

0,00254

0,00405

1,09295

0,00283

0,00291

0,04339

0,00248

17

0,00577

0,00605

0,00609

0,00369

0,00411

0,00530

1,08362

0,00870

0,00451

0,00331

18

0,05809

0,30887

0,40602

0,09419

0,09402

0,07527

0,07481

1,12092

0,09500

0,03577

19

0,00352

0,00302

0,00274

0,00211

0,00239

0,00320

0,00234

0,00236

1,01274

0,00207

20

0,16151

0,13450

0,12856

0,09920

0,11122

0,16156

0,10802

0,11779

0,14563

1,29190

21

0,02953

0,02480

0,02367

0,01742

0,01990

0,02874

0,01836

0,02150

0,02520

0,03014

22

0,21365

0,29021

0,27144

0,18693

0,21710

0,22550

0,21259

0,18616

0,23933

0,11156

23

0,03855

0,03436

0,03132

0,02378

0,02680

0,03573

0,02679

0,02681

0,03444

0,02604

24

0,10079

0,09386

0,09305

0,06663

0,08204

0,10251

0,07538

0,07251

0,08747

0,08939

25

0,07849

0,08509

0,07498

0,05452

0,06258

0,08879

0,06168

0,06079

0,07510

0,07279

26

0,03786

0,03299

0,02993

0,02296

0,02601

0,03496

0,02551

0,02575

0,03027

0,02436

TOTAL 2,59458

2,44640

2,52635

1,99819

2,13677

2,37353

2,07250

2,43162

2,02827

1,97323

HH1 0,41785

0,35197

0,31899

0,24509

0,27530

0,37552

0,27334

0,27670

0,30458

0,23486


(2)

Lampiran 5. Tabel Matriks Kebalikan Leontif Tertutup Transaksi Domestik 26 x 26 sektor (Lanjutan)

SEKTOR

21

22

23

24

25

26

TOTAL

HH1

TOTAL

1

0,10726

0,07115

0,26935

0,08894

0,06361

0,21120

6,31630

0,30248

6,61878

2

0,00256

0,00217

0,00696

0,00246

0,00196

0,00624

1,37077

0,01001

1,38078

3

0,00207

0,00176

0,00556

0,00194

0,00156

0,00473

1,82826

0,00800

1,83626

4

0,00148

0,00105

0,00320

0,00135

0,00093

0,00274

1,20752

0,00434

1,21185

5

0,00323

0,00274

0,01549

0,00442

0,00240

0,00779

1,26820

0,01135

1,27954

6

0,15844

0,02189

0,02023

0,03890

0,01851

0,04466

1,82958

0,04078

1,87036

7

0,01748

0,01559

0,10734

0,02779

0,01347

0,04418

1,63580

0,06215

1,69795

8

0,00358

0,00301

0,00515

0,00338

0,00274

0,00826

1,14767

0,01432

1,16199

9

0,00062

0,00052

0,00090

0,00061

0,00048

0,00145

1,01926

0,00249

1,02175

10

0,00031

0,00026

0,00082

0,00029

0,00023

0,00071

1,06760

0,00118

1,06878

11

0,01124

0,00944

0,03369

0,01048

0,00835

0,02534

1,98849

0,04239

2,03088

12

0,00315

0,00276

0,00801

0,00329

0,00241

0,00719

1,08623

0,01239

1,09862

13

0,00292

0,00248

0,00652

0,00307

0,00224

0,00668

1,07865

0,01151

1,09016

14

0,00062

0,00052

0,00154

0,00060

0,00047

0,00145

1,15480

0,00242

1,15722

15

0,00151

0,00127

0,00392

0,00145

0,00114

0,00345

1,19865

0,00584

1,20450

16

0,00334

0,00292

0,01505

0,00352

0,00258

0,00761

1,22674

0,01290

1,23963

17

0,00447

0,00384

0,01448

0,00437

0,00343

0,01088

1,21354

0,01747

1,23101

18

0,04465

0,03689

0,11484

0,04448

0,03350

0,11941

3,53111

0,16577

3,69688

19

0,00279

0,00254

0,01004

0,00391

0,00272

0,00659

1,08916

0,01046

1,09962

20

0,38018

0,15565

0,16130

0,32473

0,13291

0,33656

5,19585

0,34714

5,54299

21

1,03393

0,04978

0,02935

0,04564

0,04061

0,06555

1,79688

0,03982

1,83670

22

0,14584

1,06787

0,30926

0,12107

0,05505

0,18225

5,61460

0,18696

5,80156

23

0,03609

0,04030

1,03464

0,03990

0,02785

0,08757

1,85150

0,10641

1,95791

24

0,09993

0,11782

0,09721

1,18255

0,10295

0,17959

3,42099

0,17903

3,60002

25

0,11142

0,17874

0,08652

0,11163

1,15146

0,13301

3,09313

0,14457

3,23769

26

0,03355

0,03222

0,03460

0,03498

0,04683

1,08185

1,81786

0,10931

1,92717

TOTAL 2,21263

1,82520

2,39597

2,10575

1,72036

2,58695

55,04913

1,85149

56,90062

HH1 0,31789

0,26564

0,34509

0,28788

0,24248

0,71387

8,06588

1,27900

9,34488

TOTAL 2,53052

2,09084

2,74107

2,39363

1,96284

3,30082

63,11501

3,13049

66,24550


(3)

(4)

Lampiran 6. Tabel Multiplier Output Transaksi Domestik Sektor-Sektor

Perekonomian Indonesia tahun 2000

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────

SECTOR INITIAL FIRST INDUST CONS'M TOTAL ELAST TYPE I TYPE II

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────

1 1.0000 0.2025 0.1317 0.4177 1.7519 0.0674 1.3342 1.7519 2 1.0000 0.1324 0.0500 0.2390 1.4214 0.0091 1.1824 1.4214 3 1.0000 0.1550 0.0834 0.3577 1.5960 0.0232 1.2383 1.5960 4 1.0000 0.2893 0.1521 0.5250 1.9664 0.0051 1.4413 1.9664 5 1.0000 0.2688 0.2120 0.4342 1.9150 0.0417 1.4808 1.9150 6 1.0000 0.1188 0.0397 0.2793 1.4379 0.5802 1.1585 1.4379 7 1.0000 0.6394 0.2927 0.4094 2.3416 0.3386 1.9322 2.3416 8 1.0000 0.6539 0.4159 0.4457 2.5155 0.1011 2.0698 2.5155 9 1.0000 0.5264 0.2205 0.5496 2.2965 0.8009 1.7469 2.2965 10 1.0000 0.7426 0.2132 0.4229 2.3787 0.3997 1.9557 2.3787 11 1.0000 0.5765 0.4132 0.6049 2.5946 0.7029 1.9897 2.5946 12 1.0000 0.5439 0.3930 0.5095 2.4464 0.0337 1.9369 2.4464 13 1.0000 0.5829 0.4817 0.4618 2.5264 0.0688 2.0646 2.5264 14 1.0000 0.4420 0.2013 0.3548 1.9982 0.2912 1.6434 1.9982 15 1.0000 0.4714 0.2668 0.3985 2.1368 0.4333 1.7382 2.1368 16 1.0000 0.5674 0.2626 0.5436 2.3735 0.5799 1.8299 2.3735 17 1.0000 0.4544 0.2224 0.3957 2.0725 0.0175 1.6768 2.0725 18 1.0000 0.7222 0.3089 0.4006 2.4316 0.0206 2.0311 2.4316 19 1.0000 0.3692 0.2182 0.4409 2.0283 0.0521 1.5874 2.0283 20 1.0000 0.4284 0.2049 0.3400 1.9732 0.9416 1.6332 1.9732 21 1.0000 0.5079 0.2445 0.4602 2.2126 1.7850 1.7524 2.2126 22 1.0000 0.2842 0.1565 0.3845 1.8252 0.3655 1.4407 1.8252 23 1.0000 0.5606 0.3358 0.4996 2.3960 0.3847 1.8964 2.3960 24 1.0000 0.4255 0.2636 0.4167 2.1058 0.3290 1.6890 2.1058 25 1.0000 0.2400 0.1293 0.3510 1.7204 0.1275 1.3694 1.7204 26 1.0000 0.3390 0.2146 1.0334 2.5870 1.4258 1.5535 2.5870

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────

Lampiran 7. Tabel Multiplier Output Transaksi Domestik Sub Sektor Industri

Minyak Goreng Indonesia, Tahun 2000

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────

SECTOR INITIAL FIRST INDUST TOTAL (%) CONS'M TOTAL (%)

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────

1 0.0000 0.0170 0.0302 0.0473 2.38 0.0988 0.1461 5.63 2 0.0000 0.0014 0.0007 0.0022 0.11 0.0033 0.0054 0.21 3 0.0000 0.0482 0.0346 0.0828 4.16 0.0026 0.0854 3.29 4 0.0000 0.0854 0.0355 0.1209 6.08 0.0014 0.1223 4.72 5 0.0000 0.0001 0.0007 0.0007 0.04 0.0037 0.0044 0.17 6 0.0000 0.0000 0.0069 0.0069 0.35 0.0133 0.0202 0.78 7 0.0000 0.0001 0.0010 0.0011 0.05 0.0203 0.0214 0.82 8 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0047 0.0047 0.18 9 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0008 0.0008 0.03 10 0.0000 0.0171 0.0069 0.0239 1.20 0.0004 0.0243 0.94 11 1.0000 0.2870 0.1158 1.4028 70.50 0.0138 1.4167 54.60 12 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0040 0.0041 0.16 13 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0038 0.0038 0.15 14 0.0000 0.0001 0.0000 0.0001 0.01 0.0008 0.0009 0.04 15 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0019 0.0019 0.07 16 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 0.00 0.0042 0.0043 0.16 17 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 0.00 0.0057 0.0058 0.22 18 0.0000 0.0001 0.0039 0.0039 0.20 0.0542 0.0581 2.24 19 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 0.01 0.0034 0.0035 0.14 20 0.0000 0.0081 0.0400 0.0481 2.42 0.1134 0.1615 6.22 21 0.0000 0.0006 0.0160 0.0165 0.83 0.0130 0.0295 1.14 22 0.0000 0.0975 0.0550 0.1526 7.67 0.0611 0.2137 8.23 23 0.0000 0.0001 0.0037 0.0038 0.19 0.0348 0.0386 1.49 24 0.0000 0.0115 0.0308 0.0423 2.13 0.0585 0.1008 3.88 25 0.0000 0.0022 0.0291 0.0313 1.57 0.0472 0.0785 3.03 26 0.0000 0.0001 0.0020 0.0021 0.11 0.0357 0.0379 1.46

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────

TOTAL 1.0000 0.5765 0.4132 1.9897 100.00 0.6049 2.5946 100.00 MULTIPLIER 1.0000 0.5765 0.4132 1.9897 0.6049 2.5946


(5)

Lampiran 8. Tabel Multiplier Pendapatan Transaksi Domestik Sektor-Sektor

Perekonomian Indonesia tahun 2000

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────

SECTOR INITIAL FIRST INDUST CONS'M TOTAL ELAST TYPE I TYPE II

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────

1 0.1818 0.0248 0.0190 0.0629 0.2885 0.0611 1.2410 1.5872 2 0.1061 0.0164 0.0065 0.0360 0.1651 0.0099 1.2162 1.5555 3 0.1595 0.0228 0.0109 0.0539 0.2471 0.0225 1.2114 1.5494 4 0.2199 0.0437 0.0199 0.0791 0.3627 0.0043 1.2894 1.6491 5 0.1761 0.0263 0.0322 0.0654 0.2999 0.0371 1.3320 1.7036 6 0.1300 0.0156 0.0053 0.0421 0.1930 0.5988 1.1604 1.4841 7 0.0795 0.1023 0.0393 0.0617 0.2828 0.5142 2.7801 3.5558 8 0.0901 0.0897 0.0610 0.0672 0.3079 0.1373 2.6729 3.4186 9 0.1845 0.0823 0.0301 0.0828 0.3797 0.7178 1.6092 2.0582 10 0.0824 0.1163 0.0298 0.0637 0.2922 0.5961 2.7735 3.5472 11 0.1664 0.0961 0.0642 0.0911 0.4179 0.6802 1.9630 2.5107 12 0.1577 0.0586 0.0589 0.0768 0.3520 0.0308 1.7451 2.2319 13 0.1199 0.0559 0.0736 0.0696 0.3190 0.0724 2.0801 2.6604 14 0.0971 0.0665 0.0281 0.0535 0.2451 0.3680 1.9745 2.5253 15 0.1146 0.0634 0.0373 0.0601 0.2753 0.4873 1.8789 2.4031 16 0.1636 0.0933 0.0367 0.0819 0.3755 0.5609 1.7950 2.2958 17 0.1284 0.0546 0.0307 0.0596 0.2733 0.0179 1.6646 2.1290 18 0.0552 0.1184 0.0427 0.0604 0.2767 0.0425 3.9167 5.0094 19 0.1561 0.0508 0.0313 0.0664 0.3046 0.0501 1.5255 1.9511 20 0.1017 0.0548 0.0271 0.0512 0.2349 1.1017 1.8051 2.3088 21 0.1526 0.0635 0.0324 0.0693 0.3179 1.6809 1.6290 2.0835 22 0.1468 0.0394 0.0216 0.0579 0.2656 0.3624 1.4153 1.8101 23 0.1462 0.0754 0.0482 0.0753 0.3451 0.3791 1.8458 2.3607 24 0.1354 0.0545 0.0352 0.0628 0.2879 0.3321 1.6621 2.1258 25 0.1323 0.0393 0.0179 0.0529 0.2425 0.1358 1.4326 1.8323 26 0.4798 0.0492 0.0292 0.1557 0.7139 0.8201 1.1634 1.4880

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────

Lampiran 9. Tabel Multiplier Pendapatan Transaksi Domestik Sub Sektor

Industri Minyak Goreng Indonesia, Tahun 2000

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────

SECTOR INITIAL FIRST INDUST TOTAL (%) CONS'M TOTAL (%)

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────

1 0.0000 0.0031 0.0055 0.0086 2.63 0.0180 0.0266 6.36 2 0.0000 0.0001 0.0001 0.0002 0.07 0.0003 0.0006 0.14 3 0.0000 0.0077 0.0055 0.0132 4.04 0.0004 0.0136 3.26 4 0.0000 0.0188 0.0078 0.0266 8.14 0.0003 0.0269 6.44 5 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 0.04 0.0007 0.0008 0.19 6 0.0000 0.0000 0.0009 0.0009 0.27 0.0017 0.0026 0.63 7 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 0.03 0.0016 0.0017 0.41 8 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0004 0.0004 0.10 9 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0001 0.0002 0.04 10 0.0000 0.0014 0.0006 0.0020 0.60 0.0000 0.0020 0.48 11 0.1664 0.0478 0.0193 0.2335 71.46 0.0023 0.2358 56.42 12 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0006 0.0006 0.15 13 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0005 0.0005 0.11 14 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0001 0.0001 0.02 15 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0002 0.0002 0.05 16 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0007 0.0007 0.17 17 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0007 0.0007 0.18 18 0.0000 0.0000 0.0002 0.0002 0.07 0.0030 0.0032 0.77 19 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0005 0.0005 0.13 20 0.0000 0.0008 0.0041 0.0049 1.50 0.0115 0.0164 3.93 21 0.0000 0.0001 0.0024 0.0025 0.77 0.0020 0.0045 1.08 22 0.0000 0.0143 0.0081 0.0224 6.85 0.0090 0.0314 7.50 23 0.0000 0.0000 0.0005 0.0006 0.17 0.0051 0.0056 1.35 24 0.0000 0.0016 0.0042 0.0057 1.75 0.0079 0.0136 3.27 25 0.0000 0.0003 0.0038 0.0041 1.27 0.0063 0.0104 2.49 26 0.0000 0.0001 0.0010 0.0010 0.32 0.0171 0.0182 4.35

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────

TOTAL 0.1664 0.0961 0.0642 0.3267 100.00 0.0911 0.4179 100.00 MULTIPLIER 1.0000 0.5772 0.3858 1.9630 0.5477 2.5107


(6)

Lampiran 10. Tabel Multiplier Tenaga Kerja Transaksi Domestik Sektor-Sektor

Perekonomian Indonesia tahun 2000

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────

SECTOR INITIAL FIRST INDUST CONS'M TOTAL ELAST TYPE I TYPE II

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────

1 0.1468 0.0120 0.0092 0.0194 0.1874 0.0491 1.1445 1.2767 2 0.3233 0.0220 0.0026 0.0111 0.3591 0.0071 1.0762 1.1106 3 0.1055 0.0093 0.0028 0.0166 0.1342 0.0185 1.1141 1.2716 4 0.1200 0.0198 0.0054 0.0244 0.1696 0.0037 1.2099 1.4131 5 0.0398 0.0130 0.0185 0.0202 0.0914 0.0501 1.7919 2.2991 6 0.0042 0.0012 0.0009 0.0130 0.0193 1.8514 1.4960 4.5884 7 0.0099 0.0528 0.0145 0.0190 0.0962 1.4095 7.8198 9.7465 8 0.0112 0.0393 0.0223 0.0207 0.0935 0.3360 6.5105 8.3629 9 0.0229 0.0462 0.0077 0.0255 0.1024 1.5599 3.3577 4.4730 10 0.0021 0.0710 0.0087 0.0196 0.1014 8.2372 39.5215 49.0178 11 0.0042 0.0260 0.0186 0.0281 0.0769 4.9803 11.6617 18.3833 12 0.0196 0.0253 0.0297 0.0237 0.0983 0.0693 3.8138 5.0232 13 0.0133 0.0188 0.0388 0.0215 0.0924 0.1895 5.3442 6.9598 14 0.0107 0.0462 0.0120 0.0165 0.0855 1.1587 6.4184 7.9521 15 0.0127 0.0303 0.0156 0.0185 0.0772 1.2333 4.6231 6.0825 16 0.0181 0.0531 0.0140 0.0253 0.1104 1.4893 4.7012 6.0955 17 0.0142 0.0525 0.0164 0.0184 0.1015 0.0601 5.8454 7.1384 18 0.0164 0.0848 0.0189 0.0186 0.1386 0.0717 7.3260 8.4620 19 0.0147 0.0184 0.0115 0.0205 0.0651 0.1135 3.0266 4.4159 20 0.0111 0.0121 0.0059 0.0158 0.0448 1.9352 2.6264 4.0554 21 0.0171 0.0114 0.0066 0.0214 0.0564 2.6680 2.0546 3.3072 22 0.0622 0.0049 0.0043 0.0179 0.0892 0.2874 1.1479 1.4352 23 0.0236 0.0333 0.0188 0.0232 0.0988 0.6735 3.2098 4.1947 24 0.0237 0.0092 0.0079 0.0194 0.0602 0.3966 1.7222 2.5388 25 0.0090 0.0048 0.0035 0.0163 0.0336 0.2772 1.9238 3.7408 26 0.0673 0.0105 0.0083 0.0480 0.1341 1.0988 1.2798 1.9936

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────

Lampiran 11. Tabel Multiplier Tenaga Kerja Transaksi Domestik Sub Sektor

Industri Minyak Goreng Indonesia, Tahun 2000

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────

SECTOR INITIAL FIRST INDUST TOTAL (%) CONS'M TOTAL (%)

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────

1 0.0000 0.0025 0.0044 0.0069 14.23 0.0145 0.0214 27.89 2 0.0000 0.0005 0.0002 0.0007 1.43 0.0011 0.0018 2.28 3 0.0000 0.0051 0.0037 0.0087 17.93 0.0003 0.0090 11.73 4 0.0000 0.0102 0.0043 0.0145 29.77 0.0002 0.0147 19.10 5 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.06 0.0001 0.0002 0.23 6 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.06 0.0001 0.0001 0.11 7 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.02 0.0002 0.0002 0.27 8 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0001 0.0001 0.07 9 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0000 0.0000 0.02 10 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.10 0.0000 0.0001 0.07 11 0.0042 0.0012 0.0005 0.0059 12.03 0.0001 0.0059 7.71 12 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0001 0.0001 0.10 13 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0000 0.0001 0.07 14 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0000 0.0000 0.01 15 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0000 0.0000 0.03 16 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0001 0.0001 0.10 17 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0001 0.0001 0.11 18 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 0.13 0.0009 0.0010 1.24 19 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00 0.0001 0.0001 0.07 20 0.0000 0.0001 0.0004 0.0005 1.09 0.0013 0.0018 2.32 21 0.0000 0.0000 0.0003 0.0003 0.58 0.0002 0.0005 0.66 22 0.0000 0.0061 0.0034 0.0095 19.46 0.0038 0.0133 17.28 23 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 0.18 0.0008 0.0009 1.18 24 0.0000 0.0003 0.0007 0.0010 2.06 0.0014 0.0024 3.11 25 0.0000 0.0000 0.0003 0.0003 0.58 0.0004 0.0007 0.92 26 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 0.30 0.0024 0.0025 3.31

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────

TOTAL 0.0042 0.0260 0.0186 0.0488 100.00 0.0281 0.0769 100.00 MULTIPLIER 1.0000 6.2182 4.4435 11.6617 6.7215 18.3833