KH Wahid Hasyim bisa Jadi Insipirasi Kaum Muda

Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
www.umm.ac.id

KH Wahid Hasyim bisa Jadi Insipirasi Kaum Muda
Tanggal: 2011-05-31
Sarasehan budaya "Pesantren Masa Depan" dalam rangka memperingati 100 tahun
K.H. Wahid Hasyim.

Sebagai tokoh bangsa yang memiliki peran besar dalam membangun tradisi pendidikan modern dan meletakkan dasar
kemerdekaan negara Republik Indonesia, KH Abdul Wahid Hasyim layak menjadi inspirasi bagi kaum muda. Sebab,
dengan usia hidupnya yang relatif pendek, Abdul Wahid merupakan tokoh reformis di jamannya yang bisa bergaul
dengan banyak kalangan. Demikian salah satu kesimpulan dari sambutan putra KH A Wahid Hasyim, Salahuddin Wahid
dan rektor UMM Muhadjir Effendy. Keduanya memberi sambutan dalam pembukaan Sarasehan Budaya “Pesantren
Masa Depan, Format dan Harapan” dalam rangka memperingati 1 abad K.H. Wahid Hasyim, Sabtu (28/05) di ruang
Theatre, UMM Dome.
Gus Solah, panggilan akrab Salahuddin Wahid, berharap acara ini bisa lebih mengenalkan sosok KH Wahid Hasyim di
kalangan kaum muda. Dengan dipilihnya UMM sebagai tempat penyelenggaraan, pihaknya juga berharap agar tidak
hanya di kalangan NU saja Wahid Hasyim dikenal, tetapi juga di kalangan Muhammadiyah. “KH Wahid Hasyim adalah
sosok tokoh milik semua anak bangsa,” katanya.
Rektor menambahkan, dunia sekarang ini sudah mulai absurd, sehingga butuh tokoh-tokoh. Sangat ironis di mana

kaum muda mengidolakan seorang polisi yang seharusnya bertugas sebagai polisi tetapi malah menjadi penyanyi.
Begitupun, ironis seorang polisi bawahan dikawal oleh atasannya untuk dipamerkan ke media-media massa.
Itulah sebabnya, Muhadjir berharap agar sosok Wahid Hasyim itu dapat menjadi tokoh idola bagi generasi muda
sekarang. “Orang yang soleh itu saat dia meninggalkan tempat, maka dia meninggalkan tanda-tanda yang soleh juga.
K.H. Wahid Hasyim adalah salah satunya,” tutur Muhajir Effendy.
Muhadjir juga menjelaskan bahwa hidup ini ada dua pilihan, yaitu usia pendek memberikan makna luar biasa atau usia
panjang tidak memberikan apa-apa. Dalam hal ini, Wahid Hasyim adalah salah seorang yang memberikan makna serta
perubahan yang luar biasa untuk bangsa ini dalam usianya yang masih sangat muda pada waktu itu.
Sementara itu Gus Solah berharap acara ini bisa menjadi sumbangsih yang besar bagi pengembangan dan
peningkatan pendidikan di Indonesia. “Selama ini pemerintah dan kita menyianyiakan pesantren yang sebenarnya bisa
menjadi masa depan. Padahal sebelum ada pendidikan formal seperti sekarang, Indonesia sudah punya pendidikan
yang dididik oleh para kiayi itu,” ungkap Gus Solah.
Namun Gus Solah juga berpendapat bahwa tanpa pendidikan tinggi, pesantren tidak akan bisa mengembalikan
pendidikan seperti dulu. Beliau menyatakan bahwa pesantren memberikan manfaat supaya dapat menangkap
semangat Islam yang ramah serta dapat membantu membentuk akhlak dan karakter Indonesia. “Indonesia adalah
Islam. Jika Indonesia tidak bisa menjawab tantangan ini berarti Indonesia kalah,” jelas Gus Solah.
Acara sarasehan tersebut merupakan salah satu dari serangkaian acara lain dalam memperingati seratus tahun K.H.
Wahid Hasyim, seperti seminar, bedah buku, gerak jalan, bakti sosial, dan lain sebagainya. Pada sarasehan
sebelumnya ditempat lain, membahas tentang “Bentuk Pesantren”. Sarasehan tersebut menghasilkan kesimpulan
untuk membentuk pesantren perlu mencetak kader ulama. Sedang pada sarasehan kali ini, kesimpulan yang dihasilkan

yaitu, format pesantren masa depan adalah kembali mencetak mahasiswa yang sebenar-benarnya.
Di UMM sarasehan menghadirkan pembicara Prof Imam Suprayogo (Rektor UIN Malang), K.H. Zamakhsyari Dhofier,
serta K.H. Muh. Najih Maimoen. Sebelum sarasehan dimulai, panitia UMM memutarkan video documenter tentanh KH
Wahid Hasyim yang diproduksi oleh Humas UMM. (han/nas)

page 1 / 1