FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KETIDAKKAMBUHAN PADA PENDERITA SKIZOFRENIA

FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG MELATARBELAKANGI
KETIDAKKAMBUHAN PADA PENDERITA SKIZOFRENIA
(Studi pada individu yang pernah mengalami skizofrenia)

SKRIPSI

Disusun oleh :
Dian Gupitasari
07810009

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG MELATARBELAKANGI
KETIDAKKAMBUHAN PADA PENDERITA SKIZOFRENIA
(Studi pada individu yang pernah mengalami skizofrenia)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Dian Gupitasari
07810009

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor Internal Yang Melatarbelakangi
Ketidakkambuhan Pada Penderita Skizofrenia (Studi Pada Individu Yang Pernah
Mengalami Skizofrenia)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan

dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarnyabesarnya kepada :
1. Drs. Tulus Winarsunu, M. Si, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Dra. Cahyaning Suryaningrum, S.Psi, M.Si, selaku dosen Pembimbing I dan
dosen wali yang selalu memberikan bimbingan dan masukan serta nasehatnasehat yang sangat berguna dalam kelancaran skripsi ini.
3. Dosen Pembimbing II, M. Salis Yuniardi, M. Psi dan Adib Asrori, S.Psi, M.Psi
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan serta masukan yang
berharga kepada penulis, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibunda tercinta Lelia Herdina dan ayahanda Iskandar Djamaah yang tak pernah
henti-hentinya mendukung dan mendoakan penulis hingga proses skripsi ini
selesai dengan hasil yang memuaskan.
5. Saudara-saudara penulis, M. Yusuf (fusoi) Al-Ghazali yang sangat berjasa
kepada subyek dalam proses pengambilan data skripsi, dan Dita (ichi)
Permatasari, terimakasih atas dukungan dan semangat serta kasih sayang yang
diberikan kepada penulis.

6. Budeku tersayang, bude Trien Hariyati yang sudah memotivasi subyek, pakde
Mufat dan bude Hana yang memberikan semangat kepada subyek.
7. Sahabatku, teman seperjuanganku para “Rangers”, Ria Lyka Febrina, I love u

full bestfriend, jangan pernah patah semangat yah, kita selalu ada buat kamu,
Putri Fadhilah Amri, terimakasih atas masukan, saran, dan mau mendengarkan
uneg-uneg subyek, Merlina Nourmalita yang telah memberikan motivasi dan
menjadi teman seperjuangan pada detik-detik akhir dalam skripsi ini.
8. Untuk seseorang yang datang tepat pada waktunya, Yuda Novianto yang
memberikan support dan perhatian yang tiada henti kepada penulis hingga
menumbuhkan semangat untuk menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.
9. Mbok Juminten Larasati, F.I.M, terimakasih atas kesediaannya membantu dan
memudahkan subyek dalam proses penelitian ini.
10. Teman-teman Psikologi angkatan 2007, Ratih Ayu Suryaningrum, Mutia
Mayarizka,

M. Gengki, Siska Triana Niagara, dan yang lainnya yang tidak

dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan semangat sehingga
penulis terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan
bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tiada satu pun karya manusia yang sempurna,
sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis

harapkan. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Malang, 14 Agustus 2011
Penulis

Dian Gupitasari

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….

i

INTISARI …………………………………………………………………....

iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………


iv

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………

vi

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………

vii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN …………………………………………….....

1

1.1


Latar Belakang …………………………………………......

1

1.2

Rumusan Masalah ………………………………………….

6

1.3

Tujuan Penelitian ……………………………………………

6

1.4

Manfaat Penelitian ………………………………………….


6

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

2.2

Konsep Skizofrenia …………………………………………

7

2.1.1

Pengertian Skizofrenia ……………………………..

8

2.1.2

Kriteria Diagnostik Skizofrenia ……………………


8

2.1.3

Gejala-Gejala Skizofrenia …………………………

9

2.1.4

Perspektif Teoritis Penyebab Skizofrenia ………….

10

2.1.5

Tipe-Tipe Skizofrenia …………………………........

19


Konsep Relaps
2.2.1

Pengertian Relaps ………………………………......

22

2.2.2

Faktor Penyebab Relaps ………………………........

22

2.2.3

Pencegahan Relaps …………………………………

24


BAB III

BAB IV

BAB V

METODE PENELITIAN
3.1

Rancangan Penelitian …………………………………………

30

3.2

Batasan Istilah ………………………………………………...

30

3.2.1


Skizofrenia ……………………………………............

31

3.2.2

Faktor Internal ……………………………………......

31

3.2.3

Ketidakkambuhan …………………………………….

31

3.3

Subyek Penelitian …………………………………………......

31

3.4

Teknik Pengumpulan Data ……………………………….…...

32

3.5

Jenis Data dan Instrumen Penelitian ………………………….

33

3.6

Konteks Penelitian ……………………………………………. 33

3.7

Tahapan Penelitian ……………………………………………. 34

3.8

Analisa data …………………………………………………… 34

3.9

Keabsahan Data ……………………………………………….. 35

HASIL PENELITIAN
4.1

Identitas Subyek ………………………………………………. 36

4.2

Deskribsi Data Hasil Penelitian ……………………………...... 37

4.3

Analisis Data …………………………………………………..

4.4

Pembahasan ……………………………………………………. 65

47

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan …………………………………………………… 72

5.2

Saran ………………………………………………………….. 72

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………. 74

DAFTAR TABEL

4.1

Identitas subyek penelitian ………………………………........................ 35

4.2

Deskribsi subyek F ………………………………………………… …... 46

4.3

Deskribsi subyek M ………………………………………………......... 54

4.4

Rangkuman hasil analisis subyek F dan M ……………………............... 63

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Guide Interview

Lampiran 2 : Verbatim Subyek

Lampiran 3 : Informed Concert

DAFTAR PUSTAKA

Arif, I. S. (2006). Skizofrenia : Memahami dinamika keluarga pasien. Bandung : PT.
Refika Aditama.
Davison, G. C., Neale, J. M., Kring, A. M. (2010). Psikologi abnormal (Ed.
Kesembilan). Jakarta : Rajawali Pers.
Kembaren, L. (2009). Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia. Diakses 12 April
2011 diperoleh dari http://sehatjiwa.blogspot.com/2009/11/psikoedukasikeluarga-pada-pasien.html
Moran, M. (1998). Pengobatan psikososial sering hilang dari rejimen skizofrenia
Diakses 3 Agustus 2011 diperoleh dari http://translate.google.com/translate.
http://pn.psychiatryonline.org/
Moleong, L. J. (2010). Metodologi penelitian kualitatif (Ed Revisi). Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nevid, J., Rathus, S., & Greene, B. (2003). Psikologi abnormal (Ed. Kelima). Jakarta:
Erlangga.
Semium, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta : Kanisius.
Sirait, A. (2008). Pengaruh koping keluarga terhadap kejadian relaps pada skizofrenia
remisi sempurna di rumah sakit jiwa daerah propinsi sumatera utara tahun
2006 (Tesis) Diakses 23 mei 2011 diperoleh dari http://repository.usu.ac.id
/123456789/6815/ 1/047023001.pdf.
Simanjuntak, Y.P. (2008). Faktor risiko terjadinya relaps pada pasien skizofrenia
paranoid
(Tesis)
Diakses
5
mei
2011
diperoleh
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ 6360/3/08E00835.pdf.
Sugiyono. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.
Veague, H. B. (2004). Skizofrenia mencegah relaps. Diakses 23 mei 2011 diperoleh dari
http://www.health.am/psy/more/schizophrenia-psychological-treatments/.
Wiramihardja, S. A. (2005). Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : PT. Refika
Aditama.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang bersifat kronis atau
kambuh ditandai dengan parahnya kekacauan pribadi, distorsi realita dan
ketidakmampuan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Pasien dapat
kehilangan pekerjaan, teman, dan minat, karena mereka tidak mampu berbuat
sesuatu, bahkan ada pasien yang hidup menggelandang di jalan atau dipasung di
rumah (Atkinson,dkk, 1996). Menurut data hasil penelitian, di Indonesia terdapat
sekitar 1-2% penduduk yang menderita skizofrenia, itu berarti sekitar 2-4 juta
jiwa, dari jumlah tersebut diperkirakan penderita yang aktif sekitar 700.000-1,4
juta jiwa. Demikian juga pendapat Irmansyah (2006), bahwa penderita yang
dirawat di bagian psikiatri di Indonesia hampir 70% karena skizofrenia (Chandra,
2006).
Dalam teori Psikoanalitik, Freud beranggapan bahwa skizofrenia adalah
hasil dari fiksasi perkembangan, yang muncul lebih awal daripada gangguan
neurosis. Neurosis merupakan konflik antara id dan ego, maka psikosis
merupakan konflik antara ego dan dunia luar. Menurut Freud, kerusakan ego (ego
defect) memberikan kontribusi terhadap munculnya simptom skizofrenia.
Disintegrasi ego yang terjadi pada pasien skizofrenia merepresentasikan waktu
dimana ego belum atau masih baru terbentuk. Konflik intrapsikis yang berasal
dari fiksasi pada masa awal serta kerusakan ego yang mungkin merupakan hasil
dari relasi obyek yang buruk turut memperparah simptom skizofrenia. Hal utama
dari teori Freud tentang skizofrenia adalah dekateksis obyek dan regresi sebagai
respon terhadap frustasi dan konflik dengan orang lain. Harry Stack Sullivan
mengatakan bahwa gangguan skizofrenia disebabkan oleh kesulitan interpersonal
yang terjadi sebelumnya, terutama yang berhubungan dengan apa yang
disebutnya pengasuhan ibu yang salah, yaitu cemas berlebihan.
1

2

Dalam perjalanannya, penderita skizofrenia seringkali mengalami
kekambuhan setelah ia selesai menjalani masa perawatan di Rumah Sakit Jiwa.
Data yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Sumatera Utara tahun 2004, pasien gangguan jiwa yang dirawat berjumlah 1.387
orang, dari jumlah tersebut penderita gangguan jiwa yang dirawat berjumlah
1.183 orang (88,15%). Pada tahun 2005 pasien gangguan jiwa yang dirawat
berjumlah 1.694 orang, dari jumlah tersebut penderita skizofrenia sebanyak 1.543
orang (91,09%). Dari 1.543 orang penderita skizofrenia yang dirawat pada tahun
2005 sebanyak 1493 orang penderita remisi sempurna (96,76%), dan dari jumlah
tersebut penderita yang mengalami relaps sebanyak 876 orang penderita
(58,67%). Data di atas menunjukkan adanya peningkatan penderita skizofrenia
dari tahun ke tahun di Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara dan
juga menunjukkan tingginya angka relaps pada penderita remisi sempurna
(Medical Record RSJD Provinsi Sumatera Utara, 2005). Penyakit skizofrenia
seringkali kronis dan kambuh, sehingga penderita memerlukan terapi/perawatan
lama.
Tingginya angka kekambuhan pada skizofrenia disebabkan karena oleh
beberapa faktor, salah satu faktor yang berperan sangat penting adalah hubungan
pasien dengan keluarga. Menurut hasil Penelitian di Inggris (Vaugh, 1992) dan di
Amerika serikat (Snyder, 1992) memperlihatkan bahwa keluarga dengan ekspresi
emosi yang tinggi (bermusuhan,mengkritik) diperkirakan kambuh dalam waktu 9
bulan. Hasilnya 57% kembali dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi yang
tinggi dan 17% kembali dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi yang
rendah, (Arif, 2006). Kemudian dijelaskan oleh Prabowo (2010), berdasarkan
keterangan dari petugas di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang,
didapatkan gambaran umum tentang pengetahuan dan sikap keluarga klien
Skizofrenia rata-rata masih kurang hal ini ditandai dengan klien yang sudah
sembuh dan dipulangkan ke lingkungan keluarga umumnya beberapa hari,
minggu, atau bulan di rumah kembali dirawat dengan alasan perilaku klien tidak
diterima oleh keluarga klien selalu diawasi, dilarang keluar, selalu dicurigai klien
cenderung terisolisir dari pergaulanya dan cenderung menutup diri.

3

Faktor penting yang diterapkan dalam Berpikir Tentang Pencegahan
Relaps Program, dari Harvard University oleh Dr Jill Hooley, melaporkan bahwa
emosi negatif yang diekspresikan kepada skizofrenia dapat menjadi indikator
kambuh kejiwaan. Emosi disajikan untuk tujuan penelitian ini didefinisikan
sebagai keyakinan negatif dan kritik yang berasal dari mereka yang membentuk
hubungan pribadi yang dekat dan keluarga yang mengelilingi dan pengaruh
orang-orang dengan penyakit skizofrenia. Studi ini berkorelasi terhadap insiden
tinggi kambuh ketika keluarga yang sangat kritis, baik penerimaan dan sikap
terhadap anggota keluarga mereka yang terkena skizofrenia, yang menunjukkan
bahwa keluarga memiliki kontrol internal yang tinggi. Ada fakta yang tak
terbantahkan yaitu bahwa skizofrenia adalah gangguan mental yang dialami oleh
orang dengan kondisi psikologis tertentu (Gabbard, 1994). Tampaknya lebih
tepat dikatakan bahwa skizofrenia adalah penyakit yang meliputi predisposisi
genetik, yang diaktifkan oleh faktor-faktor intrapsikis dan interpersonal
(Gabbard, 1994). Selain itu, beberapa faktor yang memicu terjadinya relaps yaitu
tidak patuh minum obat (non compliance), ekspresi emosi keluarga yang tinggi
yaitu sikap keluarga yang negatif terhadap pasien, terlalu argumentatif, over
protektif, dan terlalu mengkritik (Pramudya, 2005).
Walaupun fakta-fakta menunjukkan bahwa tidak sedikit penderita
skizofrenia mengalami relaps, tetapi bukan berarti penderita tidak dapat
bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Barton (dalam Hawari, 2007)

menunjukkan bahwa 50% dari penderita

skizofrenia kronis yang menjalani program rehabilitasi dapat kembali produktif
dan mampu menyesuaikan diri kembali di keluarga dan masyarakat. Hal ini
berarti individu dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik salah satunya
karena motivasi tinggi yang bersumber dari dalam diri individu tersebut. Tidak
dapat dipungkiri, faktor internal juga berperan dalam meminimalisir kekambuhan
pada skizofrenia. Salah satu faktor internal pada individu dengan skizofrenia
yang sangat berperan dalam mencegah dan meminimalisir kekambuhan adalah
patuh mengkonsumsi obat (Kembaren, 2009). Dalam sebuah penelitian mengenai
relaps pada penderita skizofrenia di London melakukan sebuah riset terhadap

4

tiga kelompok pasien yang menggunakan obat sebagai upaya meminimalisir
relaps. Hasil yang diperoleh yaitu 20 sampai 25 persen pasien memiliki sedikit
pengurangan gangguan, pada 20 sampai 25 persen yang lainnya gangguan
tersebut nampak relatif tidak merespon terhadap pengobatan dan berhubungan
dengan cacat yang cukup parah, sementara mereka mengalami fluktuasi pada
gangguan tersebut. Manfred Bleuler mengungkapkan bahwa proporsi dari dua
grup yang pertama telah sedikit berubah selama penanganan secara klinis, namun
perkembangan dalam famakologi dan psikososial tersebut telah memberikan
manfaat pada pasien jenis ketiga. Sekelompok

pasien rawat jalan dengan

penyakit skizofrenia kronis yang telah ikut dalam tujuh tahun lebih awal dalam
pemberian obat. Kesimpulan dari studi yang orisinil ini telah secara tegas
menyatakan injeksi benar-benar bisa mencegah relaps dalam jangka pendek.
Peneliti menemukan contoh kasus seseorang yang pernah mengalami skizofrenia
dengan segala permasalahannya namun pada akhirnya dia bisa menjadi seperti
orang normal lainnya dan mampu menjalani hidupnya dengan baik. Seorang lakilaki berinisial IS pernah menderita skizofrenia saat ia berumur 21 tahun. Dua
minggu IS mendapat perawatan di Rumah Sakit Jiwa, kemudian IS
diperbolehkan pulang dan menjalani rawat jalan. Selama menjalani rawat jalan IS
mengkonsumsi obat yang diberikan dokter. Dalam kesehariannya IS tetap
beraktivitas seperti orang normal lainnya, melanjutkan kuliahnya, kemudian ia
lulus kuliah dan bekerja. Pada umur 24 tahun sampai sekarang berumur 32 tahun
IS tetap mengkonsumsi obat namun gejala relaps yang ia alami pada tahun
pertama sampai sekarang makin lama makin berkurang dan IS mampu mengelola
tekanan emosi saat relaps. Namun dalam perjalanan penyakitnya, IS pernah
mengalami beberapa permasalahan dalam hal berinteraksi dengan dunia luar,
namun ia mampu mengatasi permasalahan tersebut dan menemukan solusi untuk
memecahkan permasalahannya. Seperti membangun kembali interaksi kepada
orang-orang di sekelilingnya yang sempat terputus, dimana ia mampu
menempatkan diri kembali dan berusaha diterima dalam lingkungannya.
Kesulitan lain dalam membangun karier pekerjaan juga telah dilalui. Dari hal
tersebut terlihat bahwa IS mampu mengelola stress akibat tekanan hidup yang ia
alami dan rasakan setelah menjalani perawatan, dan mampu beradaptasi dengan

5

baik di lingkungan manapun ia berada. Stressor yang ada membuatnya belajar
berpikir positif dalam menyikapi permasalahan dan menjadikannya seseorang
yang tidak gegabah dalam memandang suatu persoalan. Tidak banyak individu,
khususnya yang pernah mengalami skizofrenia mampu beradaptasi dengan baik
di lingkungannya dan bisa mengelola stressnya. Tentu hal ini juga diperkuat
dengan dukungan keluarga dan orang-orang terdekat IS.
Dari contoh kasus di atas, terlihat bahwa seseorang yang pernah
mengalami skizofrenia bisa bangkit untuk melawan penyakitnya. Ia juga mampu
bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik, serta mempunyai motivasi dan
kepercayaan diri dari dalam dirinya bahwa ia bisa sembuh dan tidak berputus asa
dengan keadaan yang pernah dialami. Ini juga memberikan gambaran pada
masyarakat yang masih negatif dan minim pengetahuan mengenai seseorang
yang menderita skizofrenia bahwa mereka juga bisa bermasyarakat dan
berinteraksi dengan orang lain serta melakukan segala sesuatunya dengan baik
walaupun mereka pernah menderita skizofrenia. Hal tersebut menunjukkan
bahwa selain faktor eksternal, dalam hal ini peran keluarga, lingkungan dan
masyarakat serta dukungan sosial, faktor internal juga sangat berpengaruh dalam
ketidakkambuhan pada skizofrenia. Walaupun seseorang yang pernah menderita
skizofrenia sulit disembuhkan,

namun dengan semangat dan motivasi untuk

sembuh yang ia miliki dan dapat mengendalikan dirinya (dalam hal ini mencegah
relaps) membuat ia menjadi manusia yang berharga dan berguna satu sama lain,
karena dalam pencapaian kesembuhan pada skizofrenia, faktor eksternal dan
internal sangatlah berkaitan, layaknya sebuah sebab akibat. Penguatan dari dalam
diri individu yang pernah mengalami skizofrenia pada awalanya juga karena
stimulus positif yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya, kemudian
diaplikasikan dalam bentuk perbuatan ataupun pemikirannya ke diri pribadi agar
ia mempunyai motivasi yang kuat dan keinginan untuk menjadi lebih baik.
Mengacu pada fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai faktor-faktor internal yang melatarbelakangi ketidakkambuhan pada
skizofrenia (Studi pada individu yang pernah mengalami skizofrenia).

6

B. Rumusan Masalah :
Faktor-faktor

internal

apa

sajakah

yang

melatarbelakangi

ketidakkambuhan pada individu yang pernah mengalami skizofrenia?

C. Tujuan Penelitian :
Untuk mengetahui faktor-faktor internal apa saja yang melatarbelakangi
ketidakkambuhan pada individu yang pernah mengalami skizofrenia.

D. Manfaat Penelitian :
1. Secara teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
kontribusi yang berarti bagi perkembangan ilmu psikologi, terutama psikologi
klinis.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan dan menambah
informasi mengenai faktor-faktor internal apa saja yang melatarbelakangi
ketidakkambuhan pada seseorang yang pernah mengalami skizofrenia, baik
yang sedang menjalani perawatan atau pasca perawatan. Selain itu dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh individu tersebut mengenai
bagaimana memandang dan memaknai hidupnya, serta tetap semangat
menjalani kesehariannya dalam berinteraksi dengan orang lain.