ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI DROP OUT PADA AKSEPTOR KB SUNTIK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI DROP OUT
PADA AKSEPTOR KB SUNTIK
Dyah Permata Sari 1) , Sulis Diana 2) 1,2
Prodi D3 Kebidanan, STIKES Majapahit Mojokerto
Abstract
In general, approximately 27% of contraception users stopped taking the contraception after one
year of use. Type of research was analytical, the design used "cross-sectional". Population of the
study was allcontraceptive injections acceptor as many as 1178 respondents. Sampling technique
used was probability sampling with cluster sampling. Number of sample was 134 acceptors. Data
collection technique used secondary data. Data was analyzed using chi-square. The results of the
statistical test showed P values of 0.033 meant that there was a correlation of post-service guidence
pattern, the P value of 0.016 meant that there was a relationship between fertility reasons, the P
value of 0.002 which meant that there was a relationship between other factors that associated with
contraception with Drop Out case on contraceptive injections acceptor.Respondents who did drop
out for fertility reason was as many as half of the respondents (50.0%), the majority of respondents
did drop out (67.9%). Factors behind the drop out on contraceptive injections acceptornearly half
of the respondents (38.8%) did not obtain post-service guidence, the majority of respondents (51.5%)
due to fertility reason and almost half of the respondents (47.8%) due to other factors associated
with contraceptionone of them was because of side effects of contraception.Keywords : Drop Out, contraceptiveinjections
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa tingkat berhentinya atau drop out peserta KB dalam menggunakan alat kontrasepsi masih cukup tinggi. 'Tingkat putus pakai peserta KB di indonesia masih cukup tinggi. Secara umum sekitar 27 % pemakai kontrasepsi berhenti memakai alat kontrasepsinya setelah satu tahun pakai (Ciputra, 2014).
Kepala BKKBN, dr.Sugiri Syarief, MPA mengatakan saat ini pola pemakaian kontrasepsi terbesar yaitu suntik sebesar 31,6 %, pil sebesar 13,2 %, IUD sebesar 4,8 %, implant 2,8 %, kondom sebesar 1,3 %, kontap wanita (Medis Operasi Wanita - MOW) sebesar 3,1 % dan kontap pria (Medis Operasi Pria - MOP) sebesar 0,2 %, pantang berkala 1,5 %, senggama terputus 2,2 % dan metode lainnya 0,4 % (Indosiar, 2014).Drop
out
peserta KB di indonesia masih cukup tinggi. Tingkat putus pakai tertinggi adalah pil 41%, kondom 31%, dan suntik 25% (Sudibyo, 2013). Pada tingkat Provinsi Jawa Timur angka drop out KB mulai dari tahun 2008 sebesar 3,37%, tahun 2009 sebesar
4,64%, tahun 2010 sebesar 2,74% dan tahun 2011 sebesar 6,33% (Ciputranews, 2014) Mencegah terjadinya drop out KB yang berlebihan dapat dilakukan dengancara meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan maupun pemakaian alat kontrasepsi yang mandiri. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan pengayoman kepada masyarakat melalui pengembangan dan pemantapan jaringan pelayanan serta rujukan, tersedianya pelayanan kontrasepsi seperti puskesmas bidan praktek atau klinik kesehatan. Membina jaringan pelayanan alat kontrasepsi sampai ke pos KB kelompok KB dan Mengembangkan memantapkan pola pemakain kontrasepsi rasional yaitu yang di arahkan kepada cara cara kontrasepsi yang sesuai usia PUS dan keingin an PUS (BKKBN, 2012).
1. PENDAHULUAN
2. KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan untuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran (Wikipedia, 2014). Kontrasepsi adalah suatu cara atau metode yang bertujuan ntuk mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan (Ridwanaz, 2014). Tujuan umum keluarga berencana yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka muwujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera). Tujuan khusus KB yaitu : Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi, Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi, Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran (Wikipedia, 2014)
Macam-macam alat kontrasepsi : Kontrasepsi Suntik 3 bulan, Kontrasepsi
Menurut Teori Lawrence Green, perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu Faktor predisposisi (Predisposing
Lokasi Penelitian dilakukan di Puskesmas Krebet Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun.Waktu Penelitian ini
dengan Cluster sampling. sebanyak 134 akseptor. Kriteria inklusi adalah akseptor yang menggunakan kontrasepsi KB suntik. Dan Kriteria eksklusi akseptor kontrasepsi selain KB suntik.
sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB Suntik di Puskesmas Krebet Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun sebanyak 1178 responden. Sampel pada penelitian ini adalah akseptor KB Suntik di Puskesmas Krebet Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun. menggunakan teknik probability
Jenis penelitian adalah analitik, rancang bangun “cross sectional”.. variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2008). Variabel independen adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi drop out dan Variabel dependen dalam peneltian ini adalah kejadian drop out KB Suntik.
3. METODE PENELITIAN
Yang Melatarbelakangi Drop Out Pada Akseptor KB Suntik di Puskesmas Krebet Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun.
1 = Ada hubungan antara Faktor-Faktor
2. Menurut Teori WHO Terdapat 4 alasan pokok yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu: Pemikiran dan perasaan (thoughta and feeling), Orang penting sebagai referensi perilaku orang, Sumber-sumber daya (Resources). Hipotesis penelitian ini adalah H
), Faktor pendorong (Reinforcing Factors).
Factors
), Faktor pendukung (Enabling
Factors
Determinan/Faktor yang Mempengaruhi Perilaku : 1.
IUD, Kontrasepsi PIL, Kontrasepsi Implant, Kontrasepsi Kondom, Kontrasepsi MOW, Kontrasepsi Vasektomi/ Medis Operatif Pria (MOP).
Kebutuhan harga diri 5. Kebutuhan aktualisasi diri
3. Kebutuhan mencintai dan dicintai 4.
2.
2 , H
1. Kebutuhan fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu O
Menurut Abraham Harold Maslow (dalam Sunaryo, 2004), manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu:
40% pemakai menyatakan alasan fertilitas, alat kontrasepsi. (Sudibyo, 2013). Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dan luar subjek tersebut . Ensikiopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatuaksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Umum, perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup
2.
KB: 1. pola pembinaan pasca pelayanan.
out
Faktor-faktor yang menyebabkan drop
Berasal dari peserta KB sendiri 2. Faktor- Faktor Lingkungan (Eli, 2012).
kontrasepsi adalah akseptor yang keluar dari sistem penggunaan kontrasepsi (Eli, 2012). Faktor – faktor yang mempengaruhi kelestarian peserta KB Faktor-faktor tersebut antara lain: 1.
Drop out
2 O, cairan elektrolit, makanan, dan seks.
dilakukan pada tanggal 30-31 Januari 2015. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data menggunakan data sekunder yang langsung didapat dari rekapitulasi data akseptor KB melalui lembar rekam medik.
drop out dengan berbagai macam alasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang melakukan drop outdengan alasan fertilitas dikarenakan responden ingin hamil lagi. Berdasarkan prosentase responden karena alasan fertilitas terdapat 94 orang (70,1%). Dilihat dari segi umur responden sebagian kecil (44,0%) berumur < 20 tahun dimana responden masih sangat muda, sebagian kecil (50,7%) responden berpendidikan menengah (SMA), responden yang masih muda rata-rata (58,2%) responden bekerja, dan sebagian kecil (38,8%) responden baru mempunyai jumlah anak 1, hal tersebut yang menyebabkan responden melakukan drop out karena ingin hamil.Dari data yang ditemukan pada kohort KB di puskesmas tercatat pada keterangan bahwa akseptor drop out dikarenakan akseptor hamil.
Menurut BKKBN terdapat beberapa alasan drop out dan alasan-alasan tersebut antara lain menginginkan kehamilan, rasa tidak nyaman dari alat kontrasepsi yang digunakan, perceraian, Frekuensi hubungan seksual yang jarang dan kegagalan alat kontrasepsi yang digunakan (BKKBN, 2012).Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam pemakaian alat kontrasepsi, mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang berumur muda.
sebagian besar dari responden yaitu sebanyak 69 responden (51,5%) adalah akseptor KB dengan alasan ferlititas. Hasil uji statistik memperlihatkan P value sebesar 0.016 yang berarti ada hubungan antara alasan fertilitas dengan Kejadian Drop Out pada akseptor KB Suntikdi Puskesmas Krebet Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun.
drop out
Responden KB suntik yang mengalami
4.2. Alasan Fertilitas Dengan Kejadian Drop Out Pada Akseptor KB Suntik
Pembinaan pasca pelayanan untuk mencegah adanya hal-hal yang tidak diharapkan setelah memakai KB suntik serta untuk mencegah
Analisis univariat dan Analisis bivariate : yang dilakukan 2 variabel yang di duga berhubungan atau berkorelasi (Notoadmodjo,2010). Untuk mengetahui hubungan antara variabel, dilakukan chi
dalam hal memberikan informasi yang tepat serta objektif mengenai berbagai metode kotrasepsi. Perilaku drop out antara lain dipengaruhi oleh tidak / kurangnya penjelasan pasca pelayanan tentang KB suntik. Meskipun sebagian kecil responden berpendidikan menengah (39,6%), akan tetapi umur responden < 20 tahun (29,9%) dengan tidak adanya penjelasan tersebut maka pengetahuan menjadi rendah. Rata-rata responden mempunyai pekerjaan (49,3%) sehingga disaat bekerja responden tidak mau ambil pusing karena pengetahuan yang rendah serta sebagian kecil mempunyai anak 1 (27,6%) dengan adanya keluhan membuat akseptor mermpunyai sikap tidak menyukai KB suntik dan memilih untuk drop out, hal ini disebabkan karena orang cenderung untuk menghindari gangguaan / ketidaknyamanan karena ketidaktahuannya.
hampir setengah dari responden yaitu sebanyak 52 responden (38,8%) adalah akseptor KB yang tidak memperoleh pembinaan pasca pelayanan. Hasil uji statistik memperlihatkan P value sebesar 0.033 yang berarti ada hubungan pola pembinaan pasca pelayanan dengan Kejadian Drop Out pada akseptor KB Suntikdi Puskesmas Krebet Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun.
drop out
Responden KB suntik yang mengalami
(Sugiyono, 2013).
(chi kuadrat) yaitu menguji hipotesis bila data yang dianalisis berbentuk nominal, dengan derajat kesalahan α= 0,05 maka H o (hipotesa nol) ditolak, artinya ada hubungan.
square
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Pembinaan Pasca Pelayanan Dengan Kejadian Drop OutPada Akseptor KB Suntik
4.3. Faktor Lain Yang Berhubungan Dengan Alat Kontrasepsi Dengan Kejadian Drop OutPada Akseptor KB Suntik.
Responden KB suntik yang mengalami
Panduan Aman Dan Sehat Memilih Alat KB
Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta : Salemba Medika 8. Hidayati, 2006. tentang KB.
Diakses di 9. Jusmiati, 2012. Tubektomi. Diakses di http://icoel.wordpress.com /kebidanan/ tubektomi/ 10. leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri
Williams. Panduan Ringkas . Edisi 21.
Jakarta. EGC 11. Mar'atulUliyah. 2010. Awas KB!
Metodologi Penelitian Kesehatan.
. Yogyakarta. Insania 12. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.
Berencana Dan Kontrasepsi . Jakarta.
Jakarta : Rineka Cipta 13. Saifuddin, 2006.
auliyasari.wordpress.com 14. Sudibyo, 2013.
Remaja dan kontrasepsi
.
Pustaka Sinar harapan 7. Hidayat A. Alimul. 2007. Riset
Pustaka Sinar harapan 6. Hartanto, Hanafi. 2010. Keluarga
drop out
Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan
hampir setengah dari responden yaitu sebanyak 64 responden (47,8%) dikarenakanfaktor lain yang berhubungan dengan alat kontrasepsi . Hasil uji statistik memperlihatkan P value sebesar 0.002 yang berarti ada hubungan antara Faktor lain yang berhubungan dengan alat kontrasepsi dengan Kejadian Drop Out pada akseptor KB Suntik. Menurut BKKBN terdapat beberapa alasan drop out dan alasan-alasan tersebut antara lain efek samping dari program KB yang digunakan. Faktor efek samping penggunaan kontrasepsi adalah suatu gejala / akibat sampingan pemakaian alat kontrasepsi yang dipakai (BKKBN, 2012). Efek samping yang sering terjadi dalam penggunaan kontrasepsi yaitu sakit kepala, gangguan menstruasi dan berat badan bertambah. (Ikhsan, 2004)
Responden yang mengeluh karena efek samping sebagian kecil berumur < 20 tahun (35,8%), sebagian kecil berpendidikan menengah (44,8%), sebagian kecil responden bekerja (50,0%), dan sebagian kecil responden mempunyai anak satu (32,8%) . Responden yang merasa tidak cocok dalam menggunakan alat kontrasepsi tertentu memutuskan untuk berhenti menggunakan alat kontrasepsi tersebut sedangkan responden yang merasa tidak terganggu yaitu tidak merasakan adanya perubahan fisik pada diri responden maka tidak akan drop out. Pada kohort tercatat akseptor drop out dikarenakan efek samping dari alat kontrasepsi yaitu siklus haid, perdarahan, spotting dan berat badan naik merupakan efek samping tersering.
Responden KB suntik yang mengalami
drop out
hampir setengah dari responden adalah akseptor KB yang tidak memperoleh pembinaan pasca pelayanan. Responden KB suntik yang mengalami drop out sebagian besar dari responden adalah akseptor KB dengan alasan ferlititas (menginginkan punya anak lagi).Responden KB suntik yang mengalami drop out hampir setengah dari responden dikarenakan faktor lain yang berhubungan dengan alat kontrasepsi (efek samping).
REFERENSI 1.
Kebidanan Nifas Normal
Berencana Dan Kontrasepsi . Jakarta.
. Jakarta. EGC 2. BKKBN, 2014: Tingkat "Drop out" KB
di Indonesia Masih Tinggi
3. Depkes RI. 2006. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi . Jakarta.
YBPSP 4. Eli, 2012. Dukungan Suami dengan Drop out Kontrasepsi. diakses di digilib.ump.ac.id/files/disk1/8/jhptump- a-elinurdiya-368-2-babii.pdf 5.
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga
5. KESIMPULAN
15. Suparyanto, 2012. Alat Kontrasepsi Susuk (Implant). dr- suparyanto.blogspot.com
16. Sulistyawati. Ari, 2011. Pelayanan keluarga berencana.
Jakarta : Salemba Medika 17. Suratun, dkk. 2008. Pelayanan
Keluarga Berencana Dan Pelayanan Kontrasepsi
. Jakarta: Trans Info Media 18. Syafrudin, 2009. Kebidanan Komunitas.
Jakarta. EGC.