PERILAKU PERANGKAT DESA DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN PUBLIK (Studi di Desa Tunjung Tirto Kec.Singosari Kab.Malang)

PERILAKU PERANGKAT DESA DALAM PENINGKATAN MUTU
PELAYANAN PUBLIK (Studi di Desa Tunjung Tirto Kec.Singosari Kab.
Malang)
Oleh: Iman Hidayat ( 03230014 )
Goverment Science
Dibuat: 2010-11-08 , dengan 6 file(s).

Keywords: Perangkat Desa, Pelayanan Publik
ABSTRAKSI
Selama ini hak masyarakat untuk memperoleh layanan dari aparatur pemerintah desa terasa
belum dapat memenuhi harapan semua pihak. Di sana sini masih ditemui kelemahan-kelemahan
yang dampaknya sering merugikan masyarakat yang telah menerima layanan. Fakta empiris yang
terjadi dalam proses pembuatan Kartu Kenal Lahir (KKL). Dari sisi ketepatan waktu pemrosesan
terjadi keterlambatan, dengan dalih prosedur pembuatan KKL melibatkan Kantor Catatan Sipil
yang sehari-hari cukup sibuk.Belum lagi pejabat yang menangani yaitu Kepala Urusan
Pemerintahan sering tidak ada ditempat, sehingga masyarakat harus menunggu. Dari sini nampak
bahwa perilaku aparatur desa dalam layanan masyarakat cenderung untuk memperlambat proses
penyelesaian layanan, mencari berbagai dalih seperti kekurang lengkapan dokumen pendukung
dan keterlambatan pengajuan permohonan, beralasan sedang sibuk melaksanakan tugas lain, sulit
untuk dihubungi, berdalih dengan menggunakan kata-kata “sedang diproses”.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui: Observasi dan wawancara serta dokumentasi.
Setelah dilakukan pemeriksaan keabsahanya, data dianalisis dengan cara penyajian data
sekaligus dianalisis dan penarikan kesimpulan.
Dari hasil data yang diperoleh (1). Perilaku Perangkat Desa dalam Pelayanan terhadap
Masyarakat di Desa Tunjung Tirto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang sudah sesuai dengan
aturan formal yang ada yang kemudian didukung dengan adanya alat informasi atau telepon di
masing-masing perangkat desa untuk menjelaskan setiap tugas dan berita yang harus
diselesaikan. Fokus kerja perangkat desa lebih mendahulukan kepentingan masyarakat dan tetap
beorientasi pada kepentingan masyarakat walaupun belum terlaksana secara maksimal sesuai
dengan tuntutan masyarakat. Aturan yang prosedural menjadikan kendala tersendiri bagi
perangkat desa dalam memberikan layanan secara maksimal, padahal pelayanan yang dapat
segera diselesaikan dalam waktu maksmimal 1 hari. Selain itu perangkat desa selalu berusaha
koordinasi kerjasama dan menyampaikan informasi-informasi penting pada masyarakat dalam
rangka pemenuhan pelayanan kebutuhan masyarakat dengan menyebar beberapa nomor telepon
yang mudahdihubungi 24 jam apabila ada yang membutuhkan perangkat desa dapat secepatnya
ditangani, khususnya dibidang kemanan ketertiban dan sosial. Perilaku perangkat desa dalam
memberikan pelayan dengan ramah tama, senyum tanggap berharap pelayaan di desa menjadi
akrab dengan warga. Perangkat desa telah memberikan kemudahan pelayanan kepada
masyarakat. Seperti sosialisasi berita atau informasi selalu disampaikan kepada bapak kasun
RT/RW sehingga warga tidak buta akan informasi tentang pelayanan surat menyurat di

sekertaris. Pendistribusian tugas dan fungsi masing-masing bagian dalam
organisasi desa yang disesuaikan dengan apa yang hendak dicapai melalui visi-misi organisasi

dan sekarang sudah 60% sudah terlaksana sesuai tupoksi masing-masing perangkat desa. Untuk
itu aparat desa agar mutu pelayanan terhadap masyarakat dapat terealisasi secaracepat dan nyata,
maka jelas dibutuhkan adanya kebersamaan terhadap semua perangkat desa dan masyarakat.
Bentuk perhatiannya sebagai perangkat desa terhadap layanan masyarakat adalah sering terjun di
dalam kegiatan guna memberikan sosialisasi pada warga agar lebih mengerti untuk mengurus
surat-surat sebagai syarat mendapatkan pelayanan. (2) Kendala perangkat desa dalam Pelayanan
terhadap masyarakat di Desa Tunjung Tirto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang adalah
masih minimnya peralatan yang ada, khususnya komputer yang dipakai masih berkualitas
rendah. Selain itu rendahnya kemampuan perangkat desa dalam mengelolah, seperti pemakain
computer dengan program baru. Budayaorganisasi yang sangat formalitas membuat perangkat
desa tidak bisa leluasa dalam melayani masyarakat karena terbentur oleh seperangkat peraturan.
Selain itu masyarakat kurang memahami pelayanan, seperti tidak bisa melengkapi persyaratanpersyaratan pelayanan sehingga perangkat desa tidak bisa melayani karena dokumen yang
dibutuhkan tidak bisa ditunjukan.
ABSTRACT
Along these years, public right to obtain services from the village officers had not been able to
meet the expectations of all parties. Here and there were still found weaknesses that the impacst
were often detrimental to the people who have received services. Empirical facts that occurred in

the process of Knew Birth Card (MPA). In terms of processing timeliness of any delay, with the
excuse-making procedures involving the Office of Civil MPA which was very busy daily. Not to
mention the officials who deal with the Head of Government Affairs often absent, so people
should wait. From here it appeared that the behavior of village officials in the service society
tended to slow down the completion of service, finding various excuses such as lack of
equipment and delay in submission of documents supporting the request, other reason was busy
carrying out other tasks, could not be reached, and argued with the use of words "is being
processed ".
This research was done by using a qualitative approach with descriptive methods. Data was
collected through observation and interviews and documentation. The data analyzed by
presenting the data and drew conclusion.
From the data obtained (1). The behavior of officerswhich provided services in Tunjung Tirto
District Singosaro Malang Regency were in conformity with the existing formal rules supported
with the tools of information or a phone in each village to explain device and news that the task
must be completed. Focus more prioritization of work of the village and community interests
remain oriented to the interests of society, although not yet implemented maximally as
community demands. Procedural rules that make certain constraint for the village to provide
maximum service, although service can be completed within a maximum of one day. In addition
the village is always trying to coordinate cooperation and convey important information to the
community in order to fulfill the service needs of the community by spreading some of which are

easily reachable telephone number of the village in providing services to the genial, responsive
smile hoping the service in the village have become familiar with the residents. The village has
provided services to the public convenience. Such as news or information dissemination is
always presented to the head of administration so that citizens are given the rignt information
about services in the correspondence secretary. The distribution of duties and functions of each
part in the village institution adjusted to what was to be achieved through the vision-mission of

the organization and now it is already 60% done in accordance to each device. To that village
officials so that the quality of service to society can be realized quickly and significantly, then
obviously needed the togetherness of all of the village and the community. The form of attention
as a tool to provide services to rural communities is often plunge in order to provide socialization
activities to make the citizens understand to take care of those letters as a condition of getting
service. (2). Constraints of the officers in giving its services were Tunjung Tirto Singosari lack
of existing equipment, especially computers that still use low quality. Besides the low
performance of the devices, such as the use of computers with the new program. Organizational
culture that is very strict couldn’t serve the public flexibly because it collided with a set of rules.
Besides lack of understanding of community services, such as unable to complete the service
requirements so that the officers can not give the required documents.