Inflasi desakan biaya cost push inflation terjadi akibat adanya kelangkaan produksi danatau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara
umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidaklancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan
normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan- penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap
produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi
pabrik, perkebunan, dll, bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi penimbunan, dll, sehingga memicu
kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang
sangat penting Rosidi dan Wibowo, 2005. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan dua hal, yaitu kenaikan harga,
misalnya bahan baku dan kenaikan upahgaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.
2.1.1.2 Penggolongan Inflasi
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari
dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya
pasar yang berakibat harga bahan
makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang
impor .Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi
barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.
7
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu,
inflasi itu disebut inflasi tertutup Closed Inflation. Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka
Open Inflation. Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang
lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali Hiperinflasi
. Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
1. Inflasi ringan kurang dari 10 tahun 2. Inflasi sedang antara 10 sampai 30 tahun
3. Inflasi berat antara 30 sampai 100 tahun 4.
Hiperinflasi lebih dari 100 tahun
2.1.1.3 Mengukur inflasi
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
1. Indeks harga konsumen
IHK atau consumer price index CPI, adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
2. Indeks biaya hidup
atau cost-of-living index COLI. 3.
Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-
barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga
bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
8
4. Indeks harga komoditas
adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas- komoditas tertentu.
5. Indeks harga barang-barang modal
6. Deflator PDB
menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti
dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali hiperinflasi
, keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat
kerja , menabung, atau mengadakan
investasi dan
produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti
pegawai negeri atau karyawan
swasta serta kaum buruh
juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot
dan terpuruk dari waktu ke waktu Rosidi dan Wibowo, 2005. Bagi
masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan.Kita
ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990,
uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun
2003 atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang
pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya
pengusaha , tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya
dengan pegawai
yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
9
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung
karena nilai mata
uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan
bunga , namun jika tingkat
inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan
investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha
membutuhkan dana dari bank
yang diperoleh dari tabungan masyarakat
. Bagi orang yang meminjam uang dari
bank debitur
, inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran
utang kepada
kreditur , nilai uang lebih rendah dibandingkan
pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur
atau pihak yang meminjamkan uang
akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada
saat peminjaman. Bagi
produsen , inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih
tinggi dari pada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya biasanya terjadi pada pengusaha besar. Namun,
bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa
menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut biasanya terjadi pada
pengusaha kecil. Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,
mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca
pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat
. Adapun cara penghitungan inflasi adalah sebagai berikut :
Inflasi= IHK
t
− IHK
t −1
IHK
t−1
x 100 .........................................................................2.1
10
IHK
t
: Indeks Harga Konsumen bulan ke t IHK
t-1
: Indeks Harga Konsumen bulan ke t-1
2.1.2 Indek Harga Konsumen IHK
Indeks Harga Konsumen IHK merupakan persentase yang digunakan untuk menganalisis tingkat laju inflasi. IHK juga merupakan indikator yang digunakan
pemerintah untuk mengukur inflasi di Indonesia.Di Indonesia badan yang bertugas untuk menghitung Indeks Harga Konsumen IHK adalah Badan Pusat Statistik BPS.
Penghitungan IHK dimulai dengan mengumpulkan harga dari ribuan barang dan jasa. Jika PDB mengubah jumlah berbagai barang dan jasa menjadi sebuah angka tunggal yang
mengukur nilai produksi, IHK mengubah berbagai harga barang dan jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang mengukur seluruh tingkat harga Rosidi dan Wibowo, 2005.
Badan Pusat Statistik menimbang jenis-jenis produk berbeda dengan menghitung harga sekelompok barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen tertentu. IHK adalah harga
sekelolmpok barang dan jasa relatif terhadap harga sekelompok barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.
IHK adalah indeks yang sering dipakai namun bukanlah satu-satunya indeks yang dipakai untuk mengukur laju inflasi. Masih ada indeks yang dapat digunakan yakni
indeks Harga Produsen IHP, yang mengukur harga sekelompok barang yang dibeli perusahaan produsen bukannya konsumen.
Adapun rumus untuk menghitung IHK adalah: IHK=
P
n
P
n
×100 Dimana,
P
n
= Harga sekarang P
o
= Harga pada tahun dasar 11
.................................................................................. 2.2
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur stabilitas ekonomi adalah kestabilan harga. Harga yang merupakan resultante atau hasil interaksi antara permintaan
demand dan penawaran supply barang dan jasa yang beredar di masyarakat, perlu dipantau perkembangannya sebagai salah satu indikator penentu kebijakan pemerintah di
bidang pendapatan, fiskal maupun moneter.Untuk memperoleh gambaran mengenai kenaikan harga berbagai barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat dari waktu ke
waktu dilakukan dengan menghitung indeks harganya.Di Indonesia dikenal dua macam indeks harga yaitu Indeks Harga Konsumen IHK dan Indeks Harga Sembilan Bahan
Pokok BIP. Secara sederhana IHK merupakan perbandingan antara harga dengan suatu paket
komoditas dari suatu kelompok barang atau jasa market basket pada suatu periode waktu terhadap harganya pada periode waktu yang telah ditentukan tahun dasar.
Berdasarkan IHK inilah kemudian didapat besaran angka inflasideflasi, yaitu besarnya persentase perubahan IHK antar periode. Angka inflasideflasi mencerminkan
kemampuan daya beli dari uang yang dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Semakin tinggi inflasi maka semakin rendah daya beli dari uang dan dengan
sendirinya semakin rendah pula daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa kebutuhan rumah tangga. Laju inflasi yang tidak terlalu tinggi akan membuat stabilitas tetap terjaga
dan roda perekonomian dapat terus bergulir. Secara berkesinambungan sejak tahun 1960- an, BPS telah melakukan pemantauan angka indeks harga. Seiring dengan kemajuan
teknologi, penggunaan metode penghitungan angka inflasi, jumlah komoditas, dan cakupan penelitian senantiasa mengalami perkembangan.
Harga Konsumen, adalah harga transaksi yang terjadi antara penjual pedagang eceran dan pembeli konsumen secara eceran. Eceran yang dimaksud adalah membeli
suatu barang atau jasa dengan menggunakan satuan terkecil untuk dipakai atau
12
dikonsumsi, contoh: sayuran dengan satuan ikat, beras dengan satuan kg, emas dengan satuan gr, dll. Pedagang Eceran, adalah orangpihak yang menjual barangjasanya
langsung kepada konsumen atas dasar harga yang disetujui bersama antara kedua belah pihak. Biasanya para konsumenpembeli mengkonsumsi barangjasa yang dibeli tersebut
dan tidak diperdagangkan lagi. Tujuan penghitungan IHK dan angka inflasi adalah untuk memantau gejolak
perubahan harga di sektor riil yang terjadi di masyarakat. Selain itu, IHK juga dapat dimanfaatkan sebagai:
1. Indikator untuk melihat pertumbuhan ekonomi dan penentuan kebijakan ekonomi secara makro.
2. Dasar penyesuaian atau perbaikan ekskalasi dalam penentuan tingkat upah buruhpekerjakaryawan di suatu daerah.
3. Sebagai deflator penghitungan PDRB. 4. Asumsi dalam penghitungan APBN.
5. Indikator moneter untuk melihat perkembangan nilai mata uang. Mulai juni 2008 penghitungan IHK didasarkan atas pola konsumsi hasil Survei
Biaya Hidup SBH 2007. Survei tersebut dilakukan di 66 kota, yang terdiri dari 33 ibukota propinsi dan 33 kabupatenkota 27 kota dan 6 ibukota kabupaten di Indonesia
dan mencakup sebanyak 284 – 444 jenis komoditas. Cakupan wilayah dan jumlah komoditas pada pelaksanaan SBH tahun 2007 jauh lebih banyak jika dibanding dengan
SBH yang dilakukan pada periode sebelumnya. Sedangkan untuk pengelompokkan setiap jenis komoditas yang pada SBH 2002 terdiri dari 7 kelompok pengeluaran dan 35 sub-
kelompok pengeluaran, maka pada SBH 2007 masih sama yaitu dikelompokkan menjadi 7 kelompok pengeluaran dan 35 sub kelompok pengeluaran. Ketujuh kelompok
pengeluaran tersebut adalah sebagai berikut:
13
1. Kelompok Bahan Makanan; 2. Kelompok Makan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau;
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar; 4. Kelompok Sandang;
5. Kelompok Kesehatan; 6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga;
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan. Pencatatan harga barang dan jasa dilakukan dengan frekuensi berbeda-beda sesuai
dengan sifat dari masing-masing komoditas barang dan jasa.
Pengumpulan data harga konsumen, dan Pemilihan Sampel Pasar. Sebelum
melakukan penghitungan IHK, dilakukan pemilihan sampel pasar dan sampel pedagang yang akan dijadikan tempat pencatatanpemantauan data harga barang dan jasa. Pemilihan
sampel pasar dilakukan secara purposive random sampling. Beberapa kriteria pasar yang akan dijadikan sebagai tempat pemantauan harga adalah:
1. Relatif besar dan oleh masyarakat setempat pasar tersebut dijadikan sebagai patokanrujukanpembanding baik harga komoditas maupun kualitasmerk dari
pasar lainnya di kota yang bersangkutan. 2. Terletak di daerah perkotaan.
3. Berbagai komoditas barang dan jasa dapat ditemui di sana, sehingga uang yang beredar cukup banyak.
4. Banyak masyarakat yang berbelanja di sana. 5. Waktu keramaian berbelanja cukup panjang.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka pasar yang dipilih sebagai tempat observasipemantauan harga konsumen di Kabupaten Bantul adalah Pasar bantul dan
Swalayan.
14
Pemilihan Sampel Pedagang, dari pasar terpilih tersebut, dipilih sampel pedagang
eceran yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Berdagang pada tempat yang permanentetaptidak berpindah-pindah.
2. Terjaminnya kesinambungankontinuitas data yang dipantau. 3. Mempunyai persediaan barang yang cukup banyak, baik kuantitasjumlah maupun
jenis komoditasnya. 4. Harga yang dipantau dari pedagang bersangkutan merupakan price leader, yaitu
cukup berpengaruh terhadap harga bagi pedagang lainnya. Selain pedagang eceran, responden pencatatan data harga konsumen juga mencakup
tempat-tempat yang memberikan pelayanan jasa seperti praktek dokter, tempat pangkas rambut, salon kecantikan, rumah sakit, sekolahperguruan tinggi, pengelola parkir,
bengkel kendaraan bermotor, pembantu rumah tangga, usaha kostkontrakan, dan lainnya. Untuk setiap komoditas barang dan jasa dipilih sebanyak tiga sampai empat sampel
pedagang sebagai responden. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur stabilitas ekonomi adalah
kestabilan harga.Harga yang merupakan resultante atau hasil interaksi antara permintaan demand dan penawaran supply barang dan jasa yang beredar di masyarakat, perlu
dipantau perkembangannya sebagai salah satu indikator penentu kebijakan pemerintah di bidang pendapatan, fiskal maupun moneter.Untuk memperoleh gambaran mengenai
kenaikan harga berbagai barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat dari waktu ke waktu dilakukan dengan menghitung indeks harganya.Di Indonesia dikenal dua macam
indeks harga yaitu Indeks Harga Konsumen IHK dan Indeks Harga Sembilan Bahan Pokok BIP.
Secara sederhana IHK merupakan perbandingan antara harga dengan suatu paket komoditas dari suatu kelompok barang atau jasa market basket pada suatu periode
15
waktu terhadap harganya pada periode waktu yang telah ditentukan tahun dasar.Berdasarkan IHK inilah kemudian didapat besaran angka inflasideflasi, yaitu
besarnya persentase perubahan IHK antar periode.Angka inflasideflasi mencerminkan kemampuan daya beli dari uang yang dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari.Semakin tinggi inflasi maka semakin rendah daya beli dari uang dan dengan sendirinya semakin rendah pula daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa kebutuhan
rumah tangga. Laju inflasi yang tidak terlalu tinggi akan membuat stabilitas tetap terjaga dan roda perekonomian dapat terus bergulir.
Secara berkesinambungan sejak tahun 1960-an, BPS telah melakukan pemantauan angka indeks harga.Seiring dengan kemajuan teknologi, penggunaan metode
penghitungan angka inflasi, jumlah komoditas, dan cakupan penelitian senantiasa mengalami perkembangan.
2.1.3 ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average
Metode Autoregressive Integrated Movingaverage ARIMA atau biasa disebut juga sebagai metode Box-Jenkins merupakan metode yang secara intensif dikembangkan
oleh George Box dan Gwilym Jenkins1976, yang merupakan perkembangan baru dalam metode peramalan ekonomi, tidak bertujuan membentuk suatu model struktural
persamaan tunggal maupun persamaan simultan yang berbasis dari teori ekonomi dan logika, namun dengan menganalisis probabilistic atau stokastik dari data timeseries
dengan memegang filosofi “let the data speak for them selves”. ARIMA merupakan suatu metode yang menghasilkan ramalan-ramalan
berdasarkan sintesis dari pola data secara historis Arsyad,1995. ARIMA ini sama sekali
16
mengabaikan variable independen karena model ini menggunakan nilai sekarang dan nilai-nilai lampau dari variabel dependen untuk menghasilkan peramalan jangka
pendek yang akurat. ARIMA telah digunakan secaraluas seperti dalam peramalan ekonomi, analisis
anggaran budgetary, mengontrol proses dan kualitas quality control processcontrolling, dan analisis sensus Antoniol, 2003.
Arsyad 1995 juga menyebutkan bahwa metodologi Box-Jenkins ini dapat digunakan:
1. Untuk meramal tingkat employment 2. Menganalisis pengaruh promosi terhadap penjualan barang-barang
konsumsi. 3. Menganalisis persaingan antara jalur kereta api dengan jalur pesawat
terbang. 4. Mengestimasi perubahan struktur harga suatu industri.
Hasil para peneliti terdahulu mengenai ARIMA dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. ARIMA merupakan suatu metode yang menghasilkan ramalan- ramalan
berdasarkan sintesis dari pola data secara historis Arsyad, 1995. Variabel yang digunakan adalah nilai-nilai terdahulu bersama nilai kesalahannya.
2. ARIMA memiliki tingkat keakuratan peramalan yang cukup tinggi karena setelah mengalami tingkat pengukuran kesalahan peramalan MAE mean absolute error
nilainya mendekati nol Francis dan Hare, 1994. 3. ARIMA mempunyai tingkat keakuratan peramalan sebesar 83.33 dibanding
model logit 66.37 dan OLS 58.33 Dunis, 2002. Didukung oleh pendapat Firmansyah 2000 pada penelitiannya tentang peramalan
inflasi dengan metode Box-Jenkins ARIMA menyatakan dalam hasil penelitiannya 17
bahwa model ARIMA ini hanya dapat digunakan untuk peramalan jangka sangat pendek, berbeda dengan model struktural yang dapat melakukan peramalan jangka panjang.
Model ARIMA ini membutuhkan data yang relative sangat besar, dari beberapa literatur menganjurkan minimal membutuhkan 50 data dari suatu series.
Menurut Arsyad 1995 metode Box-Jenkins untuk data runtut waktu time series yang stasioner adalah ARIMA. ARIMA ini merupakan uji linear yang istimewa. Dalam
membuat peramalan model ini sama sekali mengabaikan variabel independen karena model ini menggunakan nilai sekarang dan nilai-nilai lampau dari variable
dependen untuk menghasilkan peramalan jangka pendek yang akurat. Metode Box-Jenkins hanya dapat diterapkan, menjelaskan, atau mewakili
series yang stasioner atau telah dijadikan stasioner melalui proses differencing. Karena series stasioner tidak punya unsur trend, maka yang ingin dijelaskan dengan metode ini
adalah unsur sisanya, yaitu error. Kelompok model time series linier yang termasuk dalam metode ini antara lain: autoregressive, moving average, autoregressive-moving
average, dan autoregressive integrated moving average.
2.1.3.1 Model Autoregressive AR
Jika series stasioner adalah fungsi linier dari nilai-nilai lampaunya yang berurutan atau nilai sekarang series merupakan rata-rata tertimbang nilai-nilai lampaunya bersama
dengan kesalahan sekarang, maka persamaan itu dinamakan model autoregressive. Bentuk umum model ini adalah Mulyono, 2000:
Yt = b0 + b1Yt-1 + b2Yt-2 + … + bnYt-n +et .......................................... 2.3 Dimana,
Yt = nilai series yang stasioner.
Y
t-1
,Y
t-2
,Y
t-n
= nilai lampau series yang bersangkutan; variabel independen yang 18
merupakan nilai lag dari variabel dependen. b0
= konstanta b1, b2, b0
= residual; kesalahan peramalan dengan ciri seperti sebelumnya. Banyaknya nilai lampau yang digunakan p pada model AR menunjukkan
tingkat dari model ini. Jika hanya digunakan sebuah nilail lampau, dinamakan model autoregressive tingkat satu dan dilambangkan dengan AR 1. Agar model ini
stasioner, jumlah koefisien model autoregressive harus selalu kurang dari 1.
2.1.3.2 Model Moving Average MA