Faktor Penentu Perubahan Posisi Sektor Perekonomian

bahwa perubahan kesempatan kerja di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan, yaitu: komponen pertumbuhan nasional national growth component disingkat PN, komponen pertumbuhan proporsional proporsional or industrial mix growth component disingkat PP dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah regional growth component disingkat PPW Budiharsono, 2005. Menurut Tarigan 2002, analisis shift share adalah metode yang membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor industri di wilayah dengan wilayah nasional. Metode ini lebih tajam disbanding metode LQ. Metode LQ tidak memberi penjelasan atas faktor penyebab perubahan tersebut sedang metode shift share memperinci penyebab perubahan itu atas beberapa variabel. Analisis ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah di dalam pertumbuhannya di dalam satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah tetapi dalam kaitannya dengan ekonomi nasional. Ada juga yang meramalkan model analisis ini sebagai industrial mix analysis karena komposisi industri yang ada sangat mempengaruhi laju wilayah pertumbuhan tersebut. Artinya apakah industri yang berlokasi di wilayah tersebut termasuk ke dalam kelompok industri yang secara nasional memang berkembang pesat dan bahwa industri tersebut cocok berlokasi di wilayah itu atau tidak. Metode ini menganalisis pergeseran struktur perekonomian wilayah perencanaan dalam hubungannya dengan perekonomian yang lebih tinggi tingkatannya Budiharsono, 2001. Pergerseran struktur ekonomi suatu daerah dapat dibagi dalam tiga komponen antara lain komponen pertumbuhan nasional, komponen pertumbuhan proporsional, komponen pertumbuhan pangsa wilayah Budiharsono, 2001.

8. Faktor Penentu Perubahan Posisi Sektor Perekonomian

Menurut Suyatno 2000, metode LQ maupun DLQ hanya menunjukkan posisi dan reposisi sektoral dalam pertumbuhan ekonomi daerah tanpa membahas sebab perubahan tersebut. Pemahaman untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya reposisi sektoral adalah sangat penting karena merupakan kunci dasar untuk mengetahui kemampuan daerah untuk mempertahankan sektor unggulan dalam persaingan. Untuk mengetahui penyebab perubahan sektor digunakan analisis Shift Share, dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menentukan Indeks Total Keuntungan Daerah ITKD sebagai selisih dari laju perumbuhan PDRB daerah bagian dengan pertumbuhan PDRB daerah himpunan yang mewakili rata-rata laju pertumbuhan PDRB dari seluruh daerah bagian, yang diformulasikan sebagai berikut : ITKD = g n -G b. Dari keunggulan daerah secara total di atas, kemudian dapat dihitung keuntungan yang diperoleh oleh daerah bagian jika dibandingkan daerah bagian mempunyai laju yang sama dengan daerah himpunan, yaitu dengan mengalikan ITKD dengan PDRB daerah bagian yang disebut Total Shift Share, dengan formulasi sebagai berikut : TSS = g n -G Y no Persamaan di atas TSS dapat diuraikan g in dan G i dan ditambahkan untuk sektor tersebut menjadi : TSS = g n -g in X ino + G i -GX ino + g in -G i X ino Berdasar analisis di atas menurut Wijayanto 1999 dalam Suyatno 2000, Qg n -g in X ino + QG i -GX ino adalah Structural Shift Share yaitu perbedaan laju pertumbuhan PDRB daerah bagian dengan daerah himpunan yang terjadi karena perbedaan pangsa sektoral kendati laju pertumbuhan sektoralnya tepat sama. Sedangkan Qg in -G i X ino adalah Location Shift Share yaitu perbedaan laju pertumbuhan PDRB suatu daerah bagian dengan daerah himpunan yang terjadi karena perbedaan laju pertumbuhan sektoral kendati pangsa sektoral daerah bagian tepat sama. Nilai 0 menyatakan bahwa pangsa sektoral daerah bagian tepat sama dengan daerah himpunan, dengan laju pertumbuhan sektoral tepat sama. Nilai positif atau negatif menunjukkan keuntungan atau kerugian yang di derita daerah bagian atas keunggulan atau kelemahan struktur atau lokasi daerah terhadap daerah lain dalam daerah himpunan.

9. Otonomi Daerah