Pewarnaan Coomassie Brilliant Blue G-250 CBB G250.
11 Tabel 3 Persentase MPU spermatozoa semen beku beberapa rumpun sapi dari
Balai Inseminasi Buatan A BIB A dan Balai Inseminasi Buatan B BIB B Rerata±SEM.
Rumpun BIB A
BIB B
Limousin Ongole
Simmental Brahman
71.50±2.39 72.53±1.68
A
70.80±2.43
A
69.30±0.99 72.60±0.62
a
64.90±1.63
c,B
66.20±1.01
b,c,B
71.00±0.99
a,b
Keterangan :
A,B
Huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan persentase MPU
rumpun sapi antara kedua BIB.
a,b,c
Huruf berbeda pada kolom sama menunjukkan perbedaan MPU antara rumpun sapi pada balai yang sama P0.05.
Persentase MPU antar rumpun sapi pada BIB A menunjukkan nilai yang hampir sama antara 69.30 sampai dengan 72.53. Sapi limousin dan brahman
pada BIB B memiliki Nilai MPU sama, keduanya lebih tinggi dari ongole dan simmental Tabel 3. Nilai MPU antara balai menunjukkan ongole dan simmental
pada BIB A lebih baik daripada BIB B.
Tabel 4 Persentase Tudung Akrosom Utuh TAU pada beberapa rumpun sapi pada Balai Inseminasi Buatan A BIB A dan Balai Inseminasi Buatan B
BIB B Rerata±SEM.
Rumpun BIB A
BIB B CBB G250
TBG CBB G250
TBG
Limousin Ongole
Simmental Brahman
97.09±0.71 98.10±0.50
97.91±1.18 97.40±0.36
90.40±2.56 92.50±0.94
95.00±1.18 90.85±0.73
91.70±1.54
b
95.40±0.79
a
87.20±0.91
b
90.00±0.65
b
88.40±0.67 87.20±0.60
86.60±0.92 88.15±0.52
Keterangan :
a,b,c
Huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan persentase TAU antara rumpun sapi BIB B pada pewarnaan Coomassie Brilliant Blue G250 CBB
G250 P0.05.
Tabel 4 menunjukkan persentase TAU spermatozoa semua rumpun pada BIB A menggunakan CBB G250 atau TBG sama hasilnya dengan nilai antara
90.40 sampai 98.10. Pewarnaan CBB G250 pada BIB B menunjukkan ongole mempunyai nilai AU 95.40±0.79 lebih tinggi dibandingkan dengan 3 rumpun
lainnya.
12
PEMBAHASAN Kualitas spermatozoa semen beku
post-thawing
Hasil penelitian motilitas post-thawing lebih dari 46-51 dan gerakan individu 2-3. Spermatozoa setelah pembekuan dan perlakuan thawing akan
bergerak lebih lambat dibandingkan semen segar. Perbedaan kecepatan tersebut salah satunya adalah dalam semen beku diberikan bahan pengencer seperti skim
dan kuning telur, akibatnya gerakan akan lebih lambat. Proses pembekuan juga akan menyebabkan spermatozoa mengalami kerusakan sehingga gerakannya lebih
lambat. Penurunan motilitas spermatozoa setelah pembekuan dan thawing dapat terjadi berkisar 24-64 Ozkavukcu et al. 2008.
Penurunan motilitas tersebut dapat disebabkan karena spermatozoa mengalami kejutan dingin serta stres osmotik yang berlebihan. Connell et al.
2002 melaporkan penurunan motilitas berkaitan dengan aktivitas dari mitokondria. Kerusakan mitokondria mengakibatkan terjadinya gangguan
produksi adenosine triphosphate ATP. Mitokondria merupakan sumber utama energi oksidatif sel dalam produksi ATP melalui rantai transpor elektron. Silva
dan Gadella 2006 menambahkan energi berupa ATP merupakan hasil glikolisis pada mitokondria yang berperan dalam kerja mikrotubul sehingga spermatozoa
mampu bergerak secara bebas.
Kualitas semen beku pada penelitian ini menunjukkan nilai yang bervariasi, hal tersebut dapat disebabkan oleh karakteristik biofisik dan biokimia dari
membran spermatozoa. Faktor umur merupakan salah satu yang dapat berpengaruh terhadap kualitas semen beku. Argaman et al. 2013 melaporkan
konsentrasi kolesterol di bagian ekor lebih tinggi pada sapi jantan dewasa dibandingkan sapi jantan muda. Hal tersebut diduga menyebabkan variasi dari
kualitas semen beku pada umur pejantan yang berbeda. Terkait perubahan profil lipid membran spermatozoa tersebut persentase kualitas semen beku yang
diperoleh antara rumpun sapi pada balai yang sama maupun balai berbeda bervariasi dalam kualitas. Pembekuan menyebabkan lipid pada membran
mengalami perubahan dari fase lentur ke fase gel padat. Lipid membran pada fase gel tersebut mudah rusak dan sobek akibat pembentukan kristal es yang tajam
selama pembekuan.
Kualitas semen beku pada beberapa rumpun sapi berbeda-beda, namun kualitas yang ditunjukkan berada dalam kisaran normal untuk keberhasilan
fertilisasi. Komponen fosfolipid yang ditemukan pada kuning telur dan susu skim berperan dalam melindungi plasma membran dari efek cold shock Medeiros et al.
2002. Fosfolipid melakukan fusi melalui membran spermatozoa, menggantikan beberapa fosfolipid membran spermatozoa yang telah rusak dengan demikian
mengurangi efek dari perubahan suhu Graham dan Foote 1987. Susu skim mengandung lipoprotein dan lesitin sehingga bisa digunakan dalam pengencer
semen untuk melindungi spermatozoa dari pengaruh kejutan dingin cold shock.
Keutuhan membran plasma berkaitan dengan kemampuan metabolisme spermatozoa dalam produksi energi, sintesa ATP tidak berjalan dengan normal
apabila terjadi kerusakan membran yang berakibat pada menurunnya motilitas dan daya tahan hidup spermatozoa. Membran plasma yang utuh mengindikasikan
bahwa spermatozoa masih berfungsi dengan baik ditandai dengan persentase motilitas dalam kisaran normal antara 46-51.