lvii
C. Kerangka Berfikir
Pertambahan  penduduk  kota  baik  pertambahan  penduduk  secara  alami maupun  pertambahan  penduduk  pendatang  migran    menyebabkan  kota  semakin
padat.  Pertumbuhan  penduduk  yang  meningkat  akan  berbanding  lurus  dengan peningkatan  tuntutan  untuk  permukiman  dan  non  permukiman.  Jumlah  penduduk
yang banyak dan luas lahan yang tetap menyebabkan harga lahan semakin mahal di kota,  sedangkan  disisi  lain  kota  belum  siap  menampung  keberadaan  mereka.
Maksudnya  adalah  kota  belum  siap  memberikan  mereka  tempat  maupun  pekerjaan yang  menjanjikan  atau  seperti  yang  mereka  harapkan.  Keadaan  inilah  yang
menyebabkan hanya  yang benar-benar siap bersainglah  yang dapat bertahan dengan kehidupan  yang  layak.  Sedangkan  mereka  yang  tidak  siap  atau  dengan  bekal
kemampuan  skill  yang  kurang,  pendapatan  yang  rendah  dan  pendidikan  yang rendah terpaksa harus bertahan dengan kondisi yang seadanya.
Keinginan untuk hidup di kota meskipun dengan keadaan  yang serba tidak siap  tersebut  juga  mendorong  kuat  pemikiran  mereka  untuk  mendapatkan  tempat
berteduh  padahal  mereka  tidak  punya  lahan  untuk  mendirikan  bangunan.  Akhirnya mereka  memilih  mendirikan  bangunan  rumah  di  lahan-lahan  kosong,  lahan  illegal,
atau lahan milik  yayasan sebagai  contoh adalah lahan bantaran  yang pada dasarnya fungsinya bukan untuk permukiman penduduk. Dengan pilihannya ini maka mereka
ada  di  wilayah  sengketa  dan  di  wilayah  bahaya  banjir,  keadaan  inipun  tidak menjadikan  mereka  risau.  Dan  sebagian  ada  yang  lain  lebih  memilih  untuk
memanfaatkan lahan-lahan kosong milik pemerintah misalnya di sepanjang rel kereta api,  maupun  lahan  kosong  lainnya  yang  belum  didirikan  bangunan  untuk  mereka
jadikan  sebagai  permukiman.  Daerah  liar  ini  kemudian  dikenal  dengan  sebutan “squatter”.  Keberadaan  permukiman  kumuh  liar  squatter  terutama  di  sepanjang
sungai  terutama  di  Bengawan  Solo  akhir-akhir  ini  banyak  mengakibatkan  kerugian terutama terjadinya banjir.
Sebaran  permukiman  kumuh  liar  squatter  dapat  diidentifikasi  dari  citra IKONOS  hasil  rekaman  tahun  2006  skala  1  :  14.900.  Kondisi  permukiman  yang
dapat  disadap  dari  citra  IKONOS  adalah  1  kepadatan  permukiman,  2  tata  letak. Sedangkan  dari  lapangan,  data  yang  digunakan  untuk  mengetahui  kondisi
lviii permukiman  adalah  status  lahan,  bahaya  banjir,  sumber  air  bersih,  MCK,
pembuangan  sampah,  pendapatan  perkapita  per  tahun,  dan  pendidikan.Variabel- variabel  tersebut  diatas  kemudian  discoring  untuk  mendapatkan  klasifikasi  tingkat
kumuh  dan  persebaran  permukiman  kumuh  liar  squatter.  Berdasarkan pengklasifikasian  tersebut,  maka  dapat  diperoleh  hasil  berupa  peta  sebaran
permukiman kumuh liar squatter. Selain itu, dari data wawancara di lapangan akan diperoleh  hasil  penyebab  munculnya  permukiman  kumuh  liar  squatter  dan  proses
yang terjadi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar kerangka berfikir di bawah
ini :
lix Gambar 4. Kerangka Berfikir
Kepadatan Penduduk Pertumbuhan Penduduk
Alami
Kebutuhan Lahan Meningkat
Kebutuhan Perumahan Tidak Terpenuhi
Permukiman Kumuh Liar  squatter
Kondisi Permukiman Dilihat Dari Lapangan :
- Status Lahan
- Bahaya Banjir
- Sumber Air Bersih
- MCK
- Pembuangan Sampah
- Pendapatan Perkapita
Pertahun -
Pendidikan Kondisi Permukiman
Dilihat Dari Citra Ikonos : -
Kepadatan Permukiman -
Pola Persebaran permukiman
-
Tata Let
ak
Proses yang terjadi pada permukiman
kumuh liar squatter
di sepanjang bantaran Bengawan
Solo Penyebab munculnya
permukiman kumuh liar squatter
di sepanjang bantaran Bengawan Solo
Kota Surakarta. Non Alami :
1. Migrasi
2. Urbanisasi
Persebaran permukiman kumuh liar squatter
di sepanjang bantaran Bengawan Solo
Kota Surakarta.
Peta Persebaran Permukiman Kumuh Liar Squatter di Sepanjang Bantaran Bengawan Solo Kota Surakarta.
lx
BAB III METODE PENELITIAN