yang demikian disebut usahatani komersial commercial farm. Soekartawi 2002, menyatakan bahwa ciri-ciri petani komersial adalah : 1 cepatnya adopsi
terhadap inovasi, 1 cepatnya mobilitas pencarian informasi, 3 berani menanggung resiko dalam usaha, dan 4 Memiliki sumberdaya yang cukup.
Sedangkan ciri-ciri petani subsisten adalah kebalikannya. Akan tetapi dengan teknologi serta kemajuan pembangunan yang hampir merata ke berbagai
pelosok daerah, petani tidak lagi mengusahakan usahataninya secara subsisten melainkan semi-subsisten setengah subsisten dan setengah komersial. Perubahan
tersebut diantaranya disebabkan oleh perkembangan teknologi yang semakin maju dalam hal produksi sehingga mempermudah pekerjaan petani, kebutuhan petani
yang semakin banyak, teknologi informasi yang memberikan berbagai informasi produk dan kebutuhan serta adanya perubahan pandangan masyarakat.
2.2.1. Pendapatan Usahatani
Usahatani yang dilakukan oleh petani pada akhirnya akan memperhitungkan biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Selisih antara biaya-
biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh merupakan pendapatan bersih dari kegiatan usahatani.
Soeharjo dan Patong 1997, menyebutkan bahwa analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupun pemilik faktor produksi. Ada
dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu: 1 menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha, dan 2 menggambarkan keadaan yang akan
datang dari perencanaan atau tindakan. Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok, yaitu
keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu tertentu.
Penerimaan merupakan total nilai produk yang dihasilkan, yakni hasil kali antara jumlah output yang dihasilkan dengan harga produk tersebut. Sedangkan
pengeluaran atau biaya semua pengorbanan sumberdaya ekonomi dalam satuan uang yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu periode
produksi. Penerimaan usahatani dapat berbentuk dalam tiga hal, yaitu 1 hasil penjualan tunai, 2 produk yang dikonsumsi keluarga petani, dan 3 kenaikan
nilai inventaris selisih akhir tahun dengan awal tahun. Pengeluaran usahatani secara umum meliputi biaya tetap dan biaya variabel.
Bentuk pengeluaran usahatani berupa pengeluaran tunai cash cost dan pengeluaran yang diperhitungkan inputed cost. Pengeluaran tunai ialah
pengeluaran yang dibayarkan dengan uang, seperti biaya pembelian sarana produksi dan biaya untuk membayar tenaga kerja. Sedangkan pengeluaran yang
diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani seandainya bunga modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan.
2.2.2. Kelayakan Finansial dan Ekonomi
Menurut Soekartawi 2002, analisis ekonomi ditujukan untuk mengestimasi
nilai ekonomi yang timbul dalam perekonomian masyarakat. Dalam analisis ekonomi dilakukan penyesuaian harga finansial agar dapat menggambarkan nilai
sosial secara menyeluruh baik untuk input maupun output. Hal ini tentu saja berlaku juga pada industri jeruk siam.
Dalam analisis ekonomi, harga pasar barang atau jasa diubah agar lebih mendekati opportunity cost nilai barang atau jasa dalam alternatif pemanfaatan
yang terbaik sosial yang merupakan harga bayangan. Budiono 1999, mengatakan bahwa harga bayangan adalah setiap harga barang atau jasa yang
bukan harga pasar belum diketahui, untuk menggambarkan distribusi pendapatan dan tabungan. Menurut Prasana 1980, dalam analisis ekonomi harga
pasar tidak selalu menggambarkan nilai kelangkaan agribisnis jeruk siam sehingga pendapatan nasional berubah nilainya menjadi opportunity cost. Ada beberapa
cara untuk menyatakan nilai ekonomi tersebut kedalam nilai tukar domestik yaitu: 1.
Menggunakan harga bayangan nilai tukar luar negeri, yang akan meningkatkan nilai produk yang diperdagangkan karena muncul premium
terhadap nilai tukar luar negeri yang disebabkan oleh keputusan kebijakan perdagangan.
2. Menggunakan nilai tukar resmi dan menerapkan faktor konversi terhadap opportunity cost
atau nilai pemanfaatan barang yang tidak diperdagangkan yang dinyatakan ke dalam nilai tukar domestik. Faktor konversi tersebut akan
mengurangi nilai barang yang tidak diperdagangkan relatif terhadap barang yang diperdagangkan yang memungkinkan adanya premium nilai tukar. Oleh
karena analisis finansial maupun analisis ekonomi menggunakan pendekatan yang berbeda, tentunya membutuhkan perhitungan yang berbeda pula.
2.3.
Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah ditetapkan dengan tujuan untuk peningkatan ekspor ataupun sebagai usaha melindungi produk dalam negeri. Kebijakan pemerintah
diberlakukan terhadap input dan output yang menyebabkan terjadinya perbedaan antara harga input dan output yang diminta produsen dengan harga yang
sebenarnya terjadi jika dalam kondisi perdagangan bebas. Kebijakan yang ditetapkan pemerintah pada suatu komoditas ada dua bentuk yaitu berupa subsidi
dan hambatan perdagangan. Kebijakan subsidi terdiri dari subsidi positif dan
subsidi negatif pajak, sedangkan hambatan perdagangan berupa tarif dan quata. Menurut Salvatore 1994, subsidi adalah pembayaran dari atau untuk
pemerintah. Pemerintah menetapkan dua bentuk kebijakan yang berupa subsidi dan kebijakan perdagangan dalam negeri. Kebijakan subsidi dapat berupa subsidi
positif yaitu yang diberikan pemerintah dan subsidi negatif yaitu bila dibayarkan kepada pemerintah yang disebut pajak. Intervensi pemerintah pada kebijakan
output dibagi kedalam delapan tipe kebijakan subsidi dan dua tipe kebijakan perdagangan Tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi Kebijakan Harga Komoditi
Instrumen Dampak Pada Produsen
Dampak Pada Konsumen Kebijakan Subsidi
Tidak merubah harga pasar dalam negeri
Merubah harga pasar dalam negeri
Subsidi Pada Produsen Pada barang-barang
Subtitusi impor S+PI; S-PI.
Pada barang-barang Orientasi ekspor S + PE;
S-PE. Subsidi Pada Konsumen
Pada barang-barang subti
tusi impor S+CI; S-CI Pada barang-barang
Orientasi
ekspor S+CE;
S-CE. Kebijakan perdagangan
merubah harga pasar dalam negeri
Hambatan pada barang impor TPI
Hambatan pada barang Ekspor TCE
Sumber : Monke and Pearson, 1989 Keterangan :
S + = Subsidi S -
= Pajak PE = Produsen barang orientasi ekspor
PI = Produsen barang subtitusi impor
CE = Konsumen barang orientasi ekspor CI
= Konsumen barang subtitusi impor TCE = Hambatan barang ekspor
TPI = Hambatan barang impor
Kebijakan perdagangan adalah pembatasan yang diterapkan pada impor atau ekspor suatu komoditi, yang berupa pajak dan quata dengan maksud untuk
menurunkan kuantitas barang impor dan untuk menciptakan perbedaan harga internaional dengan harga pada pasar domestik. Kebijakan perdagangan ada dua,
yaitu kebijakan ekspor dan kebijakan impor. Kebijakan ekspor ditujukan untuk melindungi konsumen dalam negeri melalui penetapan harga domestik yang lebih
rendah dari harga international, dengan cara pengenaan pajak ekspor. Kebijakan impor dilakukan untuk melindungi produsen dalam negeri melalui penetapan
harga pasar domestik yang lebih rendah, sehingga kebijakan yang dilakukan berupa tarif impor atau quata impor.
2.3.1. Kebijakan Harga Output