Bioethanol BAB II Perancangan sistem Pembuatan bioethanol

Tabel 2. 2 Pabrik bioethanol nasional dan kapasitas produksinya tahun 2008Pusat Studi Energi UGM [9] Kendala pengembangan industri bioethanol juga disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku bioethanol yang mencapai 100 USD 65ton pada tahun 2008 menjadi USD 125-130ton pada tahun 2009 dan akan dibukanya kran impor bioethanol dari Brazil karena pertimbangan production cost berpotensi menghancurkan industri bioethanol di Indonesia.

2.2 Bioethanol

Bioethanol merupakan alkohol yang diproduksi dari proses fermentasi dengan menggunakan bahan baku nabati dan dilanjutkan dengan proses destilasi. Ethanol disebut juga etil-alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap vapor, mudah terbakar flammable, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan thermometer moderen. Ethanol termasuk dalam rantai tunggal alkohol, dengan rumus kimia C 2 H 5 -OH dan rumus empiris C 2 H 6 O. ethanol merupakan isomer konstitusional dari di-metil-eter. Ethanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan Et merupakan singkatan dari gugus etil C 2 H 5 . Fermentasi gula menjadi ethanol atau alkohol merupakan salah satu reaksi organik paling awal yang pernah dilakukan manusia. Pada zaman modern, ethanol yang ditujukan untuk kegunaan industri dihasilkan dari produk sampingan pengilangan minyak bumi. Ethanol juga banyak digunakan sebagai pelarut solvent berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa ingredient, pewarna makanan, desinfektan dan obat-obatan. Dalam ilmu kimia, ethanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan catalyst untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Pada perkembangan zaman ini, bioethanol diramalkan akan menggantikan tempat minyak bumi sebagai bahan bakar utama penghasil energi di bumi ini yaitu sebagai bahan pengganti BBM pada kendaraan bermotor. Karbohidrat atau sakarida C 6 H 10 O 5 adalah golongan senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki fungsi sebagai sumber energi kepada makhluk hidup terutama glukosa. Diagram blok di bawah ini menggambarkan proses terbentuknya bahan baku karbohidrat nabati menjadi bioethanol. Karbohidrat dipecah menjadi glukosa dengan bantuan enzim amylase pada proses saccharification glukosa, selanjutnya dilakukan proses fermentasi fermentation yaitu membentuk alkohol dari glukosa dengan bantuan bakteri saccharomyces ragi. Gambar 2. 1 Diagram transformasi karbohidrat ke alkohol [1] 2.2.1 Alkohol dari Bahan Baku Nabati Karbohidrat Alkohol dapat diproduksi dengan bahan baku nabati atau tanaman yang mengandung karbohidrat pati seperti ubi kayu, kentang, sagu dan jagung. Jumlah produksi alkohol yang dapat diproduksi oleh tanaman yang mengandung karbohidrat bergantung pada jumlah kandungan gula glukosa di dalam tanaman tersebut. Gambar 2. 2 Jagung, kentang dan singkong merupakan bahan baku ethanol nabati [6] Proses pembuatan alkohol dengan bahan karbohidrat atau nabati diawali dengan mengkonversikan karbohidrat menjadi gula glukosa. Konversi karbohidrat menjadi ethanol dapat ditunjukan pada Tabel 2.3. Tabel 2. 3 Konversi bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat dan tetes menjadi bioethanol Sumber : BPPT,2005 [4] 2.2.2 Alkohol Dari Bahan Baku Non Nabati atau Gula glucose Proses pembuatan alkohol dari bahan baku nabati gula umumnya hampir sama dengan proses pebuatan alkohol dari bahan baku nabati karbohidrat. Yang membedakan dari kedua proses tersebut yaitu proses pembuatan alkohol dari bahan baku nabati gula tidak memerlukan konversi dari karbohidrat menjadi glukosa. Hal ini disebabkan bahan yang digunakan sudah mengandung glukosa. Adapun tanaman yang mengandung bahan nabati gula glukosa antara lain tebu sugar cane, tetes tebu, sweet sorghum, buah-buah manis, air kelapa, dan lain- lain. Gambar 2. 3 Tebu salah satu bahan baku ethanol non nabati [6] 2.2.3 Ketela Ketela pohon, ubi kayu atau singkong mahinot utilissima adalah perdu tahunan tropika dan subtropika dari suku euphorbiaceae. Umbinya diketahui sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya bisa dijadikan sayuran. Ketela bisa mencapai tinggi 7 meter, dengan cabang agak jarang, berakar tunggang dengan sejumlah akar cabang yang kemudian membesar menjadi umbi akar yang dapat dimakan. Ukuran umbi rata-rata berdiameter 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari proses penanaman dan perawatan tanaman. Bagian dalam umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan disimpan meskipun diletakan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida HCN yang bersifat racun bagi manusia. Umbi ketela merupakan sumber energi kaya akan kabohidrat namum minim akan protein. Sumber protein justru terkandung pada daun singkong karena mengandung asam amino metionia. Untuk mengetahui kandungan gizi singkong per 100 gram dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2. 4 Kandungan gizi per 100 gram singkong Sumber : BPPT,2005 [4] Kalori 121 kalori Air 62,50 gram Fosfor 40,00 gram Karbohidrat 34,00 gram Kalsium 33,00 miligram Protein 1,20 gram Besi 0,70 gram Vitamin C 30.00 miligram Lemak 0,30 gram Vitamin B1 0.01 miligram Adapun keuntungan apabila menggunakan ketela sebagai bahan baku pembuatan ethanol menurut Biotechnology of Ethanol Handbook, 122 [1] diantaranya :  Memiliki potensi menghasilkan ethanol lebih besar per hektar lahan.  Hanya membutuhkan kesuburan tanah rendah untuk menanam ketela.  Memiliki ketahanan tinggi akan penyakit dan kekeringan.  Memilki jeda waktu dua hari dari panen dan proses pembuatan.  Potongan ketela sangat mudah dikeringkan, dan bisa disimpan dalam persediaan selama satu tahun.  Dalam proses fermentasi tidak dibutuhkan nutrisi tambahan.  Sisa proses bisa dijadikan bahan pangan ternak Indonesia termasuk 5 besar produsen singkong terbesar didunia dengan produksi singkong 24 juta ton pertahun BPS,2014 [6] . dalam pengembangan bioethanol dengan berbahan baku memiliki kendala yaitu terganggunya kebutuhan singkong nasional. Untuk itu diperlukan peran pemerintah dan pengusaha untuk menambah produksi singkong di indonesia. Jumlah produksi ketela di indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.5. Tabel 2. 5 Produktivitas produksi tanaman ubi kayu seluruh provinsi di indonesia Sumber :BPS,2014 [6] 2014 2013 2014 2013 ACEH 2543 2725 937 1094 SUMATERA UTARA 43134 47141 10128 9101 SUMATERA BARAT 5502 5503 5211 4530 RIAU 4133 3863 1058 1028 JAMBI 2005 2274 2753 2670 SUMATERA SELATAN 10870 9397 2093 1922 BENGKULU 4645 4861 3915 3277 LAMPUNG 372858 318107 4475 4630 KEP. BANGKA BELITUNG 991 795 397 365 KEP. RIAU 741 715 226 237 DKI JAKARTA - - JAWA BARAT 96718 95505 24695 26635 JAWA TENGAH 152595 161783 9149 10011 DI YOGYAKARTA 56151 58777 421 419 JAWA TIMUR 158963 168194 14979 19139 BANTEN 5728 6391 2190 2125 BALI 8376 9085 4413 5119 NUSA TENGGARA BARAT 4408 3866 1215 866 NUSA TENGGARA TIMUR 64235 79164 9112 9992 KALIMANTAN BARAT 13132 10821 1772 1818 KALIMANTAN TENGAH 3471 3406 1222 1292 KALIMANTAN SELATAN 4215 4902 1689 1336 KALIMANTAN TIMUR 3043 2809 1229 1269 KALIMANTAN UTARA 1956 2111 327 358 SULAWESI UTARA 3521 4239 3943 4059 SULAWESI TENGAH 3874 4844 1816 2001 SULAWESI SELATAN 19312 24720 5013 4809 SULAWESI TENGGARA 8703 8974 3006 2882 GORONTALO 300 364 204 201 SULAWESI BARAT 2189 2085 634 803 MALUKU 5252 4794 1782 1796 MALUKU UTARA 8388 9284 3690 3743 PAPUA BARAT 1206 1082 1187 1343 PAPUA 2626 3171 31810 30980 INDONESIA 1075784 1065752 156691 161850 Propinsi Ubi Kayu Ubi Jalar Luas Panen Hektar Luas Panen Hektar

2.3 Proses Pembuatan Bioethanol Dengan Bahan Ketela