Latar Belakang BAB 1 pendahuluan REVISI I.docx

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan zaman, banyak sekali fenomena perkembangan zaman mengitari dunia, khusus nya Indonesia. Remaja Indonesia yang memiliki psikologis yang masih stabil cenderung akan merasa ingin menang sendiri. Banyak prilaku remaja yang simpang siur di sekitar masyarakat, baik yang berprilaku positif dan berperilaku negative.Salah satu prilaku negatif remaja Indonesia adalah Vandalisme.Vandalisme merupakan sebuah perilaku remaja yang dengan sengaja merusak lingkungan, perilaku tersebut seperti mencoret dinding sekolah, gedung- gedung kota untuk memberikan kesan seni yang dianggap remaja memiliki estetika, namun pada dasarnya perilaku mereka tersebut merupakan perilaku yang merusak tata kota. Kim dan Bruchman 2005 mengungkapkan bahwa vandalisme adalah penodaan atau perusakan yang menarik perhatian, dan dilakukan sebagai ekspresi kemarahan, kreativitas dan keduanya. Pada intinya vandalisme dapat dilakukan dengan sengaja sebagai bentuk pengeluaran emosi yang dirasakan oleh si pelaku.Vandalisme cenderung memiliki akibat positif atau memperburuk keadaan tembok, gedung-gedung yang pada dasarnya tidak kotor. Ini menjadi keburukan tersendiri dan pelaku tidak akan pernah menanggung resiko tersebut. Biasanya, mereka yang melakukan vandalisme adalah mereka yang cenderung menganggap diri mereka keren dan gaul. Sebagai penunjang lebel yang ada dalam diri remaja tersebut mereka melakukan vandalisme demi menjaga eksistensi nya dikalangan atau kelompok remaja itu sendiri.Bahkan demi eksistensi mereka menuliskan sesuatu yang mereka jadikah “paham” untuk kelompok mereka sendiri. 1 Perilaku vandalisme juga terjadi di Kota Palembang, mengingat Palembang termasuk dalam kota metropolitan dan memiliki fasilitas tata kota yang baik. Ini akan menjadi suatu yang hal mudah untu k mereka sendiri mengekspresikan keinginan mereka, apalagi demi eksistensi mereka di dunia maya seperti facebook, BBM, instagram agar mereka lebih terlihat gayadibanding teman-teman mereka. Mengingat, media sosial yang dahulunya hanyalah sebagai kebutuhan tersier dan sekarang berubah menjadi kebutuhan primer dan menganggap bahwa koneksi internet dan media sosial sebagai faktor penting dalam keseharian, khusus nya pada remaja dan pekerja kantor yang melibatkan kecanggihan teknologi. Vandalisme menjadi simbol bahwasannya tingkat kesadaran masyarakat kurang baik dalam memelihara lingkungannya. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih banyaknya oknum masyarakat yang melakukan vandalisme, seperti mencoret- coret fasilitas umum. Selain itu, pemicu utama rendahnya tingkat kesadaran masyarakat ialah tuntutan kehidupan modern yang sedang marak saat ini. Sebab kebanyakan dari mereka yang menjadi pelaku vandalisme ialah remaja Kota Palembang seperi siswa SMA dan Mahasiswa. Seharusnya selaku penerus generasi masa depan mahasiswa dapat memberikan contoh yang baik dalam masyarakat. Bukan justru sebaliknya, merekalah yang menjadi aktor dalam penyimpangan tersebut. Terdapat beberapa alasan ketertarikan dalam mengkaji masalah perilaku vandalisme yang terjadi di Kota Palembang saat ini. Pertama, pentingnya menjaga lingkungan alam sekitar guna menyeimbangkan ekosistem di dalamnya. Kedua, masih rendahnya kesadaran masyarakat terutama remaja di Kota Palembang dalam memelihara lingkungan. Hal ini, terkait semakin meningkatnya penguasaan teknologi informasi terutama media sosial. Bahkan dalam kalangan remaja madia sosial menjadi kebutuhan pokok yang sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari. Disini, adanya sebuah gerakan remaja berbasis sosial berhasil melihat perilaku sosial remaja Kota Palembang yang menyimpang seperti vandalisme, gerakan ini menamakan diri mereka Green Generation Palembang. Sebuah Gerakan yang peduli 2 pada keadaan ingkungan tata kota dan meneliti tentang eksistensi remaja Kota Palembang mengenai hal itu. dengan bangga nya kebanyakan remaja Kota Palembang meng-upload foto selfie mereka ke Instagram, Facebook dan media sosial lain guna agar tingkat eksistensi mereka lebih baik dari sebelumnya. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Sedangkan menurut Abidin Zaenal 2007:16 eksistensi adalah : “Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu, menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi- potensinya” Seharusnya, remaja tidaklah berada eksistensi yang akan merugikan banyak orang, melainkan mereka mampu bereksistensi di bidang pelajaran dan dapat membanggakan. Namun yang ada hanyalah sebaliknya, kebanyak remaja berprilaku seolah-olah mereka bisa lebih keren dengan eksis di media sosial tanpa memikirkan dampak yang terjadi. Ini lah yang menjadi tugas sekelompok penggerak untuk meminimalisir remaja yang berprilaku dan memiliki pemahaman vandal. seorang atau sekelompok penggerak seperti Green Generation berusaha melindungi kota agar tetap terlihat asri dan ramah lingkungan. Green Generation memanfaatkan peran media sosial juga untuk menyemarakkan lingkungan hidup yang bersih dari remaja dan prilaku-prilaku menyimpangnya, seperti mencoret fasilitas kota gedung, jembatan dll menginjak- injak taman kota, membuang sampah sembarangan atau melakukan kegiatan mencoret pakaian demi eksistensi remaja itu sendiri. 3

1.2 Rumusan Masalah