Pembahasan Hasil Penelitian

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Perhitungan Rasio Keuangan

4.3.1.1 Trend

Analisa rasio dengan menggunakan trend berarti membandingkan angka rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun. Sehingga dari perbandingan tersebut akan diketahui bagaimanakah pergerakan kondisi keuangan perusahaan selama periode penelitian, apakah meningkat atau menurun. Tabel berikut menunjukkan hasil perhitungan rasio keuangan perusahaan dari tahun 2001 hingga 2005:

Tabel 4.1 Perhitungan Rasio Keuangan PT Kalbe Farma Tbk Tahun 2001-2005

Rata2 Rata2 RASIO

Perush. Industri 1. Likuiditas :

Current Ratio 211,34% 117,66% 156,80% 300,98% 404,51% 238,26% 244,67% Quick Ratio

88,53% 130,49% 243,96% 283,46% 177,95% 176,56% Cash Ratio

101,9% 60,00% 73% Perbandingan Kas dengan

Aktiva Lancar

Gross Profit Margin

51,26% 53,17% 47,21% Operating Profit

18,84% 19,29% 12,54% Net Profit Margin

Debt to Asset Ratio

38,53% 59,39% 55,1% Debt to Equity Ratio 693,62% 278,44% 171,89% 126,09% 131,17% 280,24% 179,24% Rasio Modal dg Akt.

50,43% 30,99% 45,83% Rasio Modal dg Akt

Tetap 47,16% 101,04% 151,09% 206,27% 277,54% 156,62% 192,68% Rasio Akt Ttp dg

93,58% 121,89% 806% Sumber: data diolah

Htg Jgk Pjg

1. Rasio Likuiditas

Berikut ini adalah bentuk grafik dari Rasio Likuiditas:

Grafik 4.1 Rasio Likuiditas PT Kalbe Farma Tbk Tahun 2001-2005

Current ratio 350,00%

300,00% Quick ratio 250,00%

200,00% Cash ratio 150,00%

Kas banding 100,00%

aktiva 50,00%

20 20 20 20 20 ru sh us pe ind ta2 ta2

tri

Ra Ra

a. Current Ratio Current ratio menunjukkan tingkat keamanan kreditor jangka pendek, atau

kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Angka current ratio pada tahun 2001 sebesar 211% yang artinya bahwa setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 2,11 aktiva lancar. Current ratio perusahaan berfluktuasi antara 156,80% hingga 404,51%, dengan rata industri sebesar 244,67%. Current ratio tertinggi pada tahun 2005 sebesar 404,51% disebabkan karena meningkatnya aktiva lancar terutama pada kas dan persediaan.

b. Quick Ratio Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban

jangka pendeknya tanpa mengandalkan penjualan persediaan. Standar umum yang berlaku untuk Quick ratio adalah sebesar 100%, jadi jika dilihat dari tabel, maka rata-rata quick ratio perusahaan telah mampu memenuhi kriteria tersebut maupun jangka pendeknya tanpa mengandalkan penjualan persediaan. Standar umum yang berlaku untuk Quick ratio adalah sebesar 100%, jadi jika dilihat dari tabel, maka rata-rata quick ratio perusahaan telah mampu memenuhi kriteria tersebut maupun

c. Cash Ratio Cash ratio perusahaan dari tahun ke tahun cenderung mengalami

peningkatan, Hal ini sesuai dengan keadaan perusahaan yang lebih banyak membutuhkan uang kas tiap tahunnya untuk mengimbangi pertambahan hutang lancarnya.

d. Perbandingan Kas dengan Aktiva Lancar Rasio ini menggambarkan besarnya alokasi kas pada aktiva lancar. Tampak

pada tabel bahwa perbandingan kas dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan jumlahnya relative stabil dan selalu berkisar pada rata-rata industri.

2. Rasio Profitabilitas

Berikut ini adalah bentuk grafik dari Rasio Profitabilitas:

Grafik 4.2 Rasio Profitabilitas PT Kalbe Farma Tbk Tahun 2001-2005

01 02 03 04 05 h. tri

20 20 20 20 20 rus

us

pe

ind

ta2 ta2 Ra Ra

a. Gross Profit Margin (GPM) GPM perusahaan dari tahun 2001-2005 berfluktuasi dengan stabil dan selalu

berada di atas rata-rata industri. GPM tahun 2005 menunjukkan angka 48,25% hal ini berarti bahwa setiap Rp 1 penjualan akan menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,48.

b. Operating Profit Margin Sama halnya dengan GPM, OPM perusahaan juga mengalami fluktuasi yang

masih dapat dikategorikan stabil. Laba operasional perusahaan selalu mengalami peningkatan tiap tahun dan diiringi juga dengan peningkatan penjualan, hal inilah yang membuat pergerakan OPM relatif stabil.

c. Net Profit Margin Perbedaan NPM dengan OPM adalah bahwa dalam NPM laba perusahaan

telah diperhitungkan dengan pajak dan kewajiban finansial lainnya. NPM terendah perusahaan terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 1,60% . Hal ini terjadi karena laba bersih perusahaan pada tahun 2001 jauh lebih kecil daripada tahun yang lainnya akibat dari beban keuangan yang besar dibanding empat tahun sesudahnya. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri yang sebesar 8,92% maka perolehan NPM perusahaan tiap tahunnya tergolong baik.

d. ROI ROI perusahaan tergolong baik jika dibandingkan dengan rata-rata

industrinya. Hanya saja pada tahun 2001 ROI perusahaan mengalami titik yang paling rendah yaitu sebesar 2,65%. Hal tersebut diakibatkan karena rendahnya laba bersih perusahaan akibat dari beban keuangan yang sangat besar pada tahun tersebut. Sehingga dapat diartikan bahwa perusahaan hanya mampu mengembalikan 2,65% seluruh aktiva dari laba bersih yang diperoleh perusahaan.

e. ROE Tingkat ROE perusahaan bervariasi tiap tahunnya dengan range hingga

40%, tetapi ROE yang dihasilkan Kalbe Farma selalu berada di atas rata-rata industri. ROE tertinggi terdapat pada tahun 2002 yaitu sebesar 89,39% yang artinya perusahaan mampu mengembalikan sekitar 89,39% modal perusahaan dengan laba bersih yang diterima. Perusahaan harus mampu mempertahankan kondisi ini, karena jika profit terus meningkat, maka investor akan tertarik untuk menginvestasikan dananya pada PG. Kebon Agung

3. Rasio Aktivitas

Berikut ini adalah bentuk grafik dari Rasio Aktivitas:

Grafik 4.3 Rasio Aktivitas PT Kalbe Farma Tbk Tahun 2001-2005

20 20 20 20 20 ru sh

tri

us

pe

ind

ta2

ta2

Ra

Ra

a. Working Capital Turnover (WCTO) Selama tahun 2001 hingga 2005, WCTO perusahaan mengalami kenaikan

dan penurunan. Kenaikan hanya terjadi pada tahun 2002, sedangkan tahun setelahnya selalu mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan semakin tingginya modal kerja yang digunakan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan modal kerja netto untuk berputar dalam satu periode siklus kas perusahaan semakin menurun. Dengan demikian perusahaa diharapkan lebih efektif dalam menggunakan modal kerja untuk meningkatkan penjualan.

b. Inventory Turnover (ITO) Pergerakan ITO perusahaan dari tahun ke tahun cenderung mengalami

peningkatan mulai dari 2,10 pada tahun 2001 hingga 5,7 pada tahun 2005 dengan peningkatan mulai dari 2,10 pada tahun 2001 hingga 5,7 pada tahun 2005 dengan

c. Total Asset Turnover TATO perusahaan pergerakannya fluktuatif, yaitu berkisar pada angka 1,09

hingga 1,27. Peningkatan tersebut terjadi pada tahun 2002 dan 2005, meningkatnya TATO menunjukkan adanya pertambahan efisiensi penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan tingkat penjualan. Perusahaan diharapkan lebih meningkatkan efisiensi pemanfaatan aktinya untuk menghasilkan penjualan karena sebagian TATO perusahaan mulai tahun 2001 hingga 2005 berada di bawah rata-rata industri yang besarnya 1,23.

d. Account Receivable Turnover (ARTO) Arto perusahaan besarnya selalu meningkat dari tahun ke tahun, mulai 3,8

pada tahun 2001 hingga 10,9 pada tahun 2005 dengan rata-rata industri 4,56. Hal ini merupakan indikasi yang baik karena artinya modal kerja perusahaan yang ditanamkan dalam piutang rendah sehingga menghindari adanya over investment pada piutang yang tentu tidak efektif untuk kegiatan produksi.

4. Rasio Solvabilitas

Berikut ini adalah bentuk grafik dari Rasio Solvabilitas:

Grafik 4.4 Rasio Solvabilitas PT Kalbe Farma Tbk Tahun 2001-2005

Debt to 700,00%

Asset Ratio 600,00%

Debt to Equity Ratio

500,00% Rasio Modal dg Akt.

400,00% Modal dg Akt 300,00%

Ttp Akt Ttp dg

200,00% Mod Jgk Pjg 100,00%

20 20 20 20 20 ru sh us pe

tri

ind ta2 ta2

Ra

Ra

a. Rasio Total Hutang dengan Total Aktiva (debt to asset ratio) Debt to asset ratio perusahaan besarnya menurun dari tahun 2001 hingga

2005. Keadaan ini berarti bahwa aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang semakin sedikit sehingga menghindarkan perusahaan untuk menyediakan dana lebih untuk membayar bunga dengan jumlah yang semakin tinggi kepada para kreditur.

b. Rasio Total Hutang terhadap Total Ekuitas (debt to equity ratio) Sama halnya dengan debt to asset ratio, debt to equity ratio perusahaan juga

semakin baik dari tahun ke tahun, yang ditandai dengan semakin kecilnya nilai rasio ini mulai sebesar 693,62% pada tahun 2001 hingga menjadi 131,17% pada tahun 2005. Semakin kecilnya rasio ini menunjukkan bahwa semakin rendah semakin baik dari tahun ke tahun, yang ditandai dengan semakin kecilnya nilai rasio ini mulai sebesar 693,62% pada tahun 2001 hingga menjadi 131,17% pada tahun 2005. Semakin kecilnya rasio ini menunjukkan bahwa semakin rendah

c. Rasio Modal dengan Aktiva Rasio ini selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya, mulai 10,89% pada

tahun 2001 hingga 50,43% pada tahu 2005. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin kecil jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Berarti angka 10,89% pada tahun 2001 mempunyai arti 89,11% aktiva perusahaan dibiayai dari pinjaman dan margin of safety adalah 12,22%. Perusahaan diharapkan dapat terus mempertahankan modalnya agar dapat setara dengan rata-rata industri yang sebesar 45,83%.

d. Rasio Modal dengan Aktiva Tetap Rasio Modal dengan Aktiva Tetap semakin meningkat dari tahun 2001

hingga 2005, hanya pada tahun 2001 saja yang besar rasionya berada di bawah 100%. Owner’s equity yang lebih besar daripada aktiva tetap keadaannya lebih menguntungkan karena aktiva tetap adalah berjangka panjang, maka sudah sewajarnya kalau jenis aktiva ini dibiayai dengan modal sendiri sehingga tidak menimbulkan tekanan terhadap likuiditas perusahaan kalau saat jatuh tempo hutang tiba.

e. Rasio Aktiva Tetap dengan Hutang Jangka Panjang Besar rasio ini sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Peningkatan terbesar

terjadi pada tahun 2002 hingga mencapai 202,48%. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar jaminan dan kreditur jangka panjang semakin aman atau terjamin sehingga semakin besar kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman.

4.3.1.2 Common Size

Berikut adalah perhitungan common size PT Kalbe Farma Tbk untuk periode tahun 2001 – 2005. Perhitungan common size dibagi menjadi 2 macam yaitu yang pertama adalah perhitungan per komponen dengan subtotal dari masing-masing pos, dan yang kedua adalah perhitungan per komponen dengan total jumlah secara keseluruhan, misalnya perbandingan antara kas dengan jumlah keseluruhan dari aktiva.

Berikut ini adalah tabel perkomponen dari aktiva dengan sub total dari masing-masing pos:

Tabel 4.2 Laporan % per Komponen PT Kalbe Farma Tbk Tahun 2001-2005

% Dari Sub Total

2004 2005 AKTIVA AKTIVA LANCAR

Kas dan setara kas 23.34 32.12 28.05 22.26 25.11 Bank yang dibatasi penggunaannya

0.03 0.02 0.01 0 0 Investasi jangka pendek

2.47 5.86 23.51 29.25 24.16 Deposito berjangka

0 0.43 0.55 1.44 0 Piutang usaha pihak hubungan istimewa

pihak ketiga 9.89 6.69 5.08 5.29 Piutang lain-lain

2.54 2.22 1.89 1.15 1.45 Persediaan - bersih

32.19 24.76 16.78 18.94 29.93 Biaya dibayar di muka & aktiva lancar lainnya

Jumlah Aktiva Lancar

100 100 100 AKTIVA TIDAK LANCAR

Piutang hub. istimewa 0.89 2.49 1.83 1.74 1.15 Aktiva pajak tangguhan

9.96 5.02 1.97 0.53 0.75 Tagihan restitusi PPh

1.25 1.62 1.26 0.99 2 Aktiva tetap - setelah dikurangi akum. penyustn

52.92 68.45 82.94 84.33 80.02 Aktiva tidak berwujud

8.73 9.74 9.78 8.41 5.93 Investasi efek hutang

24.27 7.75 0 0 0 DP pembelian mesin

Rugi trans. penjualan 0.19 0.18 0.23 0.23 0.12 Aktiva tidak lancar lain

Jumlah Aktiva Tdk Lancar

Sumber: data diolah Lalu dibawah ini adalah perhitungan per komponen masing-masing pos aktiva

dengan total keseluruhan:

Tabel 4.3 Laporan % Per Pomponen PT Kalbe Farma

% Dari Total

2004 2005 AKTIVA AKTIVA LANCAR

Kas dan setara kas 13.15 21.26 20.86 17.38 19.41 Bank yang dibatasi penggunaannya

0.01 0.01 0.01 0 0 Investasi jangka pendek

1.39 3.88 17.48 22.84 18.67 Deposito berjangka

0 0.28 0.41 1.12 0 Piutang usaha pihak hubungan istimewa

15.58 17.25 17.16 15.42 12.25 pihak ketiga

5.58 4.43 3.78 4.13 Piutang lain-lain

1.43 1.47 1.41 0.89 1.12 Persediaan - bersih

18.14 16.38 49 14.79 23.13 Biaya dibayar di muka & aktiva lancar lainnya

Jumlah Aktiva Lancar AKTIVA TIDAK LANCAR

Piutang hub. istimewa 0.04 0.84 0.47 0.38 0.26 Aktiva pajak tangguhan

4.35 1.70 0.50 0.12 0.17 Tagihan restitusi PPh

0.55 0.55 0.32 0.22 0.45 Aktiva tetap - setelah dikurangi akum. penyustn

23.10 23.15 21.25 18.49 18.17 Aktiva tidak berwujud

3.81 3.30 2.50 1.84 1.34 Investasi efek hutang

10.59 2.62 0 0 0 DP pembelian mesin

0.56 1.35 0.31 0.26 1.84 Rugi trans. penjualan

0.08 0.06 0.06 0.05 0.03 Aktiva tidak lancar lain

Jumlah Aktiva Tdk Lancar JUMLAH AKTIVA

Sumber: data diolah Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan komposisi pos-pos dari aktiva relatif stabil dari tahun ke tahun, hanya ada beberapa pos saja yang

mengalami pergerakan yang cukup berarti. Salah satunya adalah pos investasi mengalami pergerakan yang cukup berarti. Salah satunya adalah pos investasi

Pos aktiva lancar banyak didistribusikan dalam bentuk kas, piutang usaha, serta persediaan, sedangkan pada pos aktiva tidak lancar banyak didistribusikan dalam aktiva tetap. Alokasi terkecil pada aktiva lancar adalah dalam bentuk dana bank yang dibatasi penggunaannya, dan pada aktiva tidak lancar berupa rugi transaksi penjualan dan penyewaan kembali ditangguhkan. Pada 2001, investasi efek hutang mendapat porsi yang cukup besar yaitu sebesar 24,27% tetapi mengalami penurunan pada tahun 2002 hingga menjadi 7,75%. Hal ini disebabkan karena nilai obligasi yang dimiliki oleh PT Kalbe Farma Tbk pada sebagian besar perusahaan penerbit obligasi telah jatuh tempo, dan untuk tahun tahun berikutnya, PT Kalbe Farma tidak memperpanjang kembali kontrak obligasinya.

Pada pos piutang usaha, prosentase lebih besar terdapat pada piutang usaha dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Meski pihak yang mempunyai hubungan istimewa hanya ada 2 perusahaan yang mendominasi tetapi jumlah piutang yang ditimbulkan dapat mencapai hingga empat kali lipat dari jumlah piutang pihak ketiga yang jumlahnya lebih dari 20 perusahaan. Kedua perusahaan tersebut adalah PT Enseval Putera Megatrading Tbk dan PT Enseval

Megatrading (M) Sdn., Bhd. Piutang usaha dari kedua perusahaan tersebut ditimbulkan dari kegiatan penjualan barang jadi, pembelian bahan baku, transaksi keuangan, dan penyewaan ruang kantor, dengan faktor yang paling dominan adalah penjualan barang jadi dengan prosentase hingga lebih kurang 80%.

Persediaan juga merupakan salah satu pos yang memiliki alokasi aktiva lancar yang cukup besar. Persediaan PT Kalbe Farma terdapat dalam bentuk barang jadi, barang dalam proses, bahan baku dan kemasan, suku cadang dan lain- lain, serta bahan baku dalam perjalanan. Dari kelima komponen tersebut, persediaan banyak diwujudkan dalam bentuk barang jadi serta bahan baku dan kemasan. Secara umum, nilai prosentase yang terdapat pada pos aktiva lancar dapat diartikan sebagai berikut; setiap Rp 1 aktiva diinvestasikan dalam bentuk pos tersebut sebesar rupiah prosentase yang dihasilkan. Misalnya saja pos piutang usaha hubungan istimewa pada tahun 2001 dapat diartikan bahwa setiap Rp 1 aktiva diinvestasikan dalam bentuk piutang usaha hubungan istimewa sebesar Rp 0,28%.

Pos piutang hubungan istimewa prosentasenya relatif stabil dari tahun ke tahun, yaitu antara 0,89% hingga 2,49%. Piutang ini terdapat pada PT Enseval Putera Megatrading Tbk, piutang karyawan, dan piutang jangka panjang lainnya yang jumlah masing-masingnya berada di bawah 1 milyar rupiah. Aktiva pajak tangguhan tertinggi prosentasenya pada tahun 2001, perbedaan tersebut diakibatkan karena pada tahun 2001 jumlah aktiva pajak tangguhan oleh perusahaan jumlahnya lebih besar daripada tahun-tahun yang lainnya sedangkan aktiva pajak tangguhan untuk anak perusahaan jumlahnya relatif sama tiap tahunnya. Besarnya aktiva pajak tangguhan perusahaan pada tahun 2001 Pos piutang hubungan istimewa prosentasenya relatif stabil dari tahun ke tahun, yaitu antara 0,89% hingga 2,49%. Piutang ini terdapat pada PT Enseval Putera Megatrading Tbk, piutang karyawan, dan piutang jangka panjang lainnya yang jumlah masing-masingnya berada di bawah 1 milyar rupiah. Aktiva pajak tangguhan tertinggi prosentasenya pada tahun 2001, perbedaan tersebut diakibatkan karena pada tahun 2001 jumlah aktiva pajak tangguhan oleh perusahaan jumlahnya lebih besar daripada tahun-tahun yang lainnya sedangkan aktiva pajak tangguhan untuk anak perusahaan jumlahnya relatif sama tiap tahunnya. Besarnya aktiva pajak tangguhan perusahaan pada tahun 2001

Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dari tahun ke tahun cenderung selalu mengalami peningkatan. Antara kurun waktu tahun 2001 hingga 2005 terjadi peningkatan aktiva tetap hingga lebih kurang 30%, dengan proporsi sebesar 52,92% hingga 84,33% terhadap total aktiva tidak lancar. Aktiva tetap banyak diwujudkan dalam bentuk bangunan serta mesin dan peralatan yang dimiliki langsung, dalam artian bukan aktiva yang untuk disewakan atau dalam pengerjaan. Berikutnya adalah aktiva tidak berwujud, aktiva tidak berwujud merupakan goodwill, merek dagang, hak paten dan formula. Prosentase aktiva tetap tidak berwujud dari tahun 2001 hingga 2005 nilainya antara 5,93% hingga 9,78% dari total aktiva tidak lancar. Dari ketiga komponen diatas, aktiva tetap tidak berwujud banyak diperoleh dari goodwill.

Jika dilihat secara umum, yaitu perbandingan antara masing-masing pos dengan jumlah aktiva total baik yang lancar maupun yang tidak lancar, maka prosentase terbesar terdapat pada aktiva tetap dengan prosentase antara 18,49% hingga 23,15%, kemudian disusul kas dan setara kas, dengan prosentase antara 13,15% hingga 21,26%.

Setelah mengamati perhitungan common size dari pos aktiva, selanjutnya adalah perhitungan common size dari pos pasiva dan ekuitas. Berikut adalah tabel hasil perhitungannya:

Tabel 4.4

Perhitungan % Per Komponen

PT Kalbe Farma Tahun 2001-2005

% Dari Sub Total

2004 2005 KEWAJIBAN KEWAJIBAN LANCAR

Pinjaman jangka pendek 18.67 4.79 2.43 3.94 1.86 Hutang usaha Pihak ketiga

19.89 8.29 8.46 17.84 33.92 Pihak hub. Istimewa

0.34 0.47 0.42 1.49 Hutang lain-lain

3.72 1.08 1.66 3.08 6.76 Biaya masih hrs dibayar

22.34 11.71 13.89 27.23 25.33 Hutang pajak

9.31 6.55 8.91 15.04 15.09 Hutang jangka panjang yg jatuh tempo 1 tahun

Wesel bayar 8.28 24.62 22.76 2.18 4.49 Hutang bank

14.82 40.09 38.55 3.52 11.68 Hutang obligasi - bersih

0 0 0 24.29 0 Hutang sw guna usaha

1.08 0.22 0.87 0.82 0.64 H. Pemb. Aktv. Tetap

0.73 0.20 0.22 0.39 0 Hutang hub. Istimewa

JML KEWAJ. LANCAR

100 100 KEWAJ. TDK LANCAR

Kewaj. Pajak tangguhan 0.49 2.56 2.88 1.98 1.31 Hutang jangka panjang Wesel bayar

28.06 0 0 34.36 24.91 Hutang bank

48.86 3.13 12.31 55.48 66.09 Hutang obligasi - bersih

18.97 85.37 71.68 0 0 Hutang sw guna usaha

0.26 0.11 2.93 0.86 0.39 H. Pemb. Aktv. Tetap

0.65 1.98 0.98 0 0 Hutang hub. Istimewa

1.98 0 0 2.48 1.08 Laba trans. Penjualan

0.14 0.26 0 0 0 Estimasi kesejahteraan karyawan

JML KEWJ. TDK LANCAR

Modal saham

82.89 48.99 33.31 21.26 Agio saham

1.19 0.54 0.32 0.22 0.11 Selisih kurs krn lap. Keu

0 0 0 0 Selisih trans. Perub. Ekui.

10.09 4.74 3.88 3.49 0.42 Selisih penilaian kembali aktiva tetap

0.12 0.05 0.03 0.02 0.17 Selisih trans.retrukturisasi entitas sepngendali

(0.34) (1.54) L/R belum realisasi

1.42 2.24 1.03 Saldo laba Ditentukan penggunaan

Blm ditentukan

JUMLAH EKUITAS

100 100 JML KEWAJ. & EKUITAS

Sumber: data diolah Sebagai kelanjutan dari tabel di atas, di bawah ini adalah perhitungan komponen

kewajiban dan ekuitas dengan jumlah total kewajiban dan ekuitas:

Tabel 4.5 Perhitungan % Per Komponen PT Kalbe Farma Tahun 2001-2005

% Dari Total

2004 2005 KEWAJIBAN KEWAJIBAN LANCAR

Pinjaman jangka pendek 4.98 2.69 1.15 1.02 0.36 Hutang usaha Pihak ketiga

5.30 4.67 4.01 4.63 6.48 Pihak hub. Istimewa

0.09 0.27 0.19 0.39 Hutang lain-lain

0.99 0.61 0.79 0.79 1.29 Biaya masih hrs dibayar

5.96 6.58 6.59 7.06 4.84 Hutang pajak

2.48 3.68 4.23 3.90 2.88 Hutang jangka panjang yg jatuh tempo 1 tahun

Wesel bayar 2.21 13.85 10.79 0.57 0.85 Hutang bank

3.95 22.55 18.29 0.91 2.23 Hutang obligasi - bersih

0 0 0 6.30 0 Hutang sw guna usaha

0.29 0.12 0.41 0.21 0.12 H. Pemb. Aktv. Tetap

0.19 0.11 0.11 0.10 0 Hutang hub. Istimewa

JML KEWAJ. LANCAR KEWAJ. TDK LANCAR

Kewaj. Pajak tangguhan 0.27 0.29 0.31 0.49 0.25 Hutang jangka panjang Wesel bayar

15.41 0 0 8.59 4.84 Hutang bank

26.83 0.36 1.32 13.88 12.83 Hutang obligasi - bersih

10.42 9.76 7.72 0 0 Hutang sw guna usaha

0.14 0.01 0.32 0.22 0.08 H. Pemb. Aktv. Tetap

0.36 0.23 0.11 0 0 Hutang hub. Istimewa

1.09 0 0 0.62 0.21 Laba trans. Penjualan

0.08 0.03 0 0 0 Estimasi kesejahteraan karyawan

JML KEWJ. TDK LANCAR EKUITAS

Modal saham 21.63 20.15 16.59 13.46 10.74 Agio saham

Selisih kurs krn lap. Keu 0 0 0 0 0 Selisih trans. Perub. Ekui.

1.19 1.15 1.31 1.41 0.21 Selisih penilaian kembali aktiva tetap

0.01 0.01 0.01 0.01 0.09 Selisih trans.retrukturisasi entitas sepngendali

(0.14) (0.78) L/R belum realisasi

0.48 0.91 0.52 Saldo laba Ditentukan penggunaan

0.18 0.17 0.25 0.31 0.28 Blm ditentukan

JUMLAH EKUITAS JML KEWAJ. & EKUITAS

Sumber: data diolah Pada pos pinjaman jangka pendek, prosentase di atas rata-rata ditunjukkan

pada tahun 2001 yaitu sebesar 18,67%. Pinjaman banyak berupa modal kerja pada Bank Panin dan Bank NISP. Pinjaman sebagian besar dalam bentuk mata uang rupiah, hanya sebagian kecil dalam bentuk mata uang asing yaitu dolar Amerika dan Yen Jepang.

Hutang usaha yang dimiliki PT Kalbe Farma timbul dari pembelian bahan baku, yang sebagian besar didapat dari pemasok dalam negeri. Besar prosentasenya relatif stabil dari tahun 2001 hingga 2005.

Pos hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun menunjukkan pergerakan yang berarti pada pos hutang bank. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2002 dan 2003, hutang jangka panjang perusahaan dalam bentuk hutang bank sebagian besar memiliki masa jatuh tempo kurang dari 1 tahun sehingga menyebabkan nilai nominal pada pos hutang bank menjadi meningkat yang diikuti dengan jumlah prosentase yang jauh lebih besar daripada tahun-tahun yang lainnya.

Berikutnya, dalam pos ekuitas, yang paling besar nilai prosentasenya adalah modal saham. Besarnya mulai 183,93% pada tahun 2001 hingga 21,26% pada tahun 2005. Secara nominal, sebenarnya jumlah modal saham adalah sama dari Berikutnya, dalam pos ekuitas, yang paling besar nilai prosentasenya adalah modal saham. Besarnya mulai 183,93% pada tahun 2001 hingga 21,26% pada tahun 2005. Secara nominal, sebenarnya jumlah modal saham adalah sama dari

Perhitungan common size yang terakhir adalah perbandingan masing- masing pos rugi laba dengan total penjualan nettonya, berikut ini adalah tabel hasil perhitungannya.

Tabel 4.6 Perhitungan % Per Komponen PT Kalbe Farma Tahun 2001-2005

2004 2005 PENJUALAN BERSIH

100 100 BEBAN POKOK PENJUALAN

51.75 46.96 43.79 42.92 48.74 LABA KOTOR

48.25 53.04 56.21 57.08 51.26 BEBAN USAHA

Penjualan 26.37 27.13 30.42 29.50 26.37 Umum dan administrasi

5.13 5.38 5.68 5.45 5.35 Riset dan pengembangan

Jumlah beban usaha 31.81 32.96 36.60 35.58 32.42 LABA USAHA

16.44 20.08 19.60 21.49 18.84 PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN

Penghasilan bunga 0.84 1.01 1.13 1.07 1.52 Beban keuangan

(4.55) (2.29) (2.16) (1.58) Laba (Rugi) selisih kurs-bersih

4.28 0.53 (1.87) (0.31) Rugi penj. Invest. Efek hutang

0 0 Beban pesangon karyawan

0 0 Rugi penurunan nilai scr

0 0 0 Beban penggabungan usaha

0 0 0 0 0.27 Rupa-rupa bersih

0.04 (0.01) 0.57 0.76 Beban lain-lain bersih

(11.16) (2.98) (1.12) (2.38) (0.76) Laba sebelum beban PPh

BEBAN PPh

Tahun berjalan 2.35 3.20 4.76 5.66 (5.40) Tangguhan

Jumlah beban PPh 2.84 5.08 5.58 6.14 (5.29) LABA SEBELUM HAK MINOR. ATAS LB BERSIH ANK

PERUSH. 2.43 12.02 12.90 12.97 12.80 HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN (0.83)

(1.60) (1.73) (2.06) (1.67) LABA BERSIH

Sumber: data diolah Gambaran secara umum terhadap tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian

besar angka persentase per komponen dari tahun ke tahun relatif stabil. Beban pokok penjualan pada tahun 2001 adalah sebesar 51,75% yang artinya bahwa setiap Rp 1 penjualan maka sebesar Rp 0,51 akan terserap pada beban pokok penjualan.

Laba sebelum beban PPh pada tahun 2001 sebesar 5,27%, angka yang paling kecil diantara tahun yang lainnya. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2001, penjualan bersih perusahaan lebih sedikit daripada tahun sesudahnya dan beban yang ditanggung oleh perusahaan relatif tetap dari tahun ke tahun, sehingga perolehan laba sebelum PPh menjadi sedikit. Hal ini juga berdampak pada jumlah beban PPh yang menyesuaikan dengan besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Setiap tahunnya perusahaan mampu untuk menciptakan laba. Laba terendah terjadi pada tahun 2001 dengan perbandingan terhadap penjualan bersih sebesar 1,60%, sedangkan yang tertinggi terdapat pada tahun 2003 sebesar 11,18%. Angka tersebut dapat diartikan bahwa setiap Rp 1 penjualan akan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,01 hingga Rp 0,11.

4.3.2 Perhitungan EVA

Langkah-langkah dalam perhitungan EVA adalah sebagai berikut:

1. Menentukan Biaya Modal Hutang Biaya modal hutang menunjukkan berapa besar biaya yang harus ditanggung

oleh perusahaan yang berasal dari pinjaman jangka panjang. Angka beban bungan yang ditanggung perusahaan diperoleh dari hasil laporan keuangan tahunan perusahaan, laporan laba rugi, sedangkan yang dimaksud dengan hutang ialah jumlah hutang berbunga yang menjadi kewajiban perusahaan kepada kreditor. Tabel 4.7 berikut menyajikan hasil perhitungan biaya modal hutang PT Kalbe Farma Tbk selama lima tahun dari 2001 hingga 2005.

Tabel 4.7 Perhitungan Biaya Modal Hutang (Kd) PT. Kalbe Farma Tbk Tahun 2001-2005

Kb Kd Tahun

Beban bunga

Hutang

Tarif

jangka panjang

Pajak

Sebelum Sesudah Pajak

9.62% 6.73% Sumber : data diolah dan lampiran 10

2. Menentukan Biaya Modal Saham Dalam menghitung biaya modal saham biasa (cost of equity) dapat

digunakan pendekatan berdasarkan tingkat pengembalian (return) yang diharapkan pemegang saham karena cost of equity menunjukkan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh pemegang saham pada saat mereka bersedia menginvestasikan dananya kepada perusahaan. Oleh karena itu untuk menaksir digunakan pendekatan berdasarkan tingkat pengembalian (return) yang diharapkan pemegang saham karena cost of equity menunjukkan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh pemegang saham pada saat mereka bersedia menginvestasikan dananya kepada perusahaan. Oleh karena itu untuk menaksir

1) Menghitung tingkat pengembalian bebas resiko Return (pengembalian) bebas resiko dalam hal ini diasumsikan sebesar tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia yaitu selama 12 bulan. Alasan penggunaan suku bunga SBI karena dalam penelitian ini, perusahaan yang digunakan adalah perusahaan yang go public dimana pemilik perusahaan dapat berupa perorangan atau kelompok. Suku bunga SBI tidak mengandung resiko dan dikenal oleh para pelaku pasar modal.

Tingkat suku bunga SBI yang digunakan adalah suku bunga SBI tiap bulan yang diteliti selama lima tahun sesuai dengan periode penelitian yaitu tahun 2001 hingga 2005. Tingkat suku bunga SBI selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Tingkat Suku Bunga SBI 2001-2005

JANUARI 14.74 16.93 12.69 7.86 7.00 FEBRUARI

Sumber: BEJ Corner

2) Menghitung tingkat pengembalian pasar Tingkat pengembalian pasar ini didapat dari besarnya keuntungan saham yang beredar di Bursa Efek Jakarta. Rumus untuk menghitung tingkat pengembalian pasar ini menggunakan pendekatan model indeks tunggal (single index ) yang berdasarkan pada harga saham gabungan (IHSG) yang dapat dilihat pada tabel 4.9, rumus yang digunakan adalah:

IHSG t - IHSG t - 1

R m = (Jogiyanto, 1998:87)

IHSG t - 1

Tabel 4.9 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Tahun 2001-2005

377,776 404,692 661,902 974,838 1152,82 Sumber: BEJ Corner

Desember

Tingkat pengembalian pasar ini nantinya akan dijumlahkan sehingga diperoleh tingkat pengembalian pasar total yang menggambarkan keadaan pengembalian pasar pada tahun yang bersangkutan. Tingkat pengembalian pasar yang digunakan dalam perhitungan adalah rata-rata pengembalian pasar. Hasil penghitungan tingkat pengembalian pasar dalam dilihat pada lampiran 3.

3) Menghitung Pengembalian Saham Individual Pengembalian saham individual yaitu saham biasa yang diharapkan diperoleh investor berasal dari capital gain maupun dividen. Pada penelitian ini digunakan pengembalian saham bulanan dan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

P t - (P t - 1 ) + D t

(Jogiyanto, 1998:87)

Rumus ini menunjukkan bahwa pengembalian bulanan saham didapat dari capital gain sehingga selisih harga saham berada diantara dua beda waktu (P t –P t-

1 ) dan komponen lainnya yaitu dividen (D) yang keduanya dibandingkan dengan harga saham sebelumnya. Lebih lengkapnya, penghitungan tingkat pengembalian saham individual disajikan pada lampiran 4. Berikut adalah hasil ringkasnya:

Tabel 4.10 Tingkat Pengembalian Saham Individual (R i ) PT Kalbe Farma Tbk Tahun 2001-2005

-0.0208 -0.0632 April

-0.0212 -0.0270 Mei

0.2400 -0.1341 -0.1250

0.0000 -0.0555 September

Sumber: data diolah dan lampiran 4.

4) Menghitung Koefisien Beta Beta adalah faktor dari perusahaan yang merupakan suatu parameter, yaitu pengukur perubahan yang diharapkan pada return saham jika terjadi perubahan pada return pasar. Dengan kata lain, beta merupakan pengukur resiko sistematis yang merupakan suatu bagian resiko yang tidak dapat dihilangkan akibat adanya diversifikasi suatu sekuritas. Semakin besar resiko sistematis maka semakin besar pula harapan pengembalian. Dalam penelitian ini beta dihitung dengan cara 4) Menghitung Koefisien Beta Beta adalah faktor dari perusahaan yang merupakan suatu parameter, yaitu pengukur perubahan yang diharapkan pada return saham jika terjadi perubahan pada return pasar. Dengan kata lain, beta merupakan pengukur resiko sistematis yang merupakan suatu bagian resiko yang tidak dapat dihilangkan akibat adanya diversifikasi suatu sekuritas. Semakin besar resiko sistematis maka semakin besar pula harapan pengembalian. Dalam penelitian ini beta dihitung dengan cara

Tabel 4.11 Hasil Penghitungan Beta PT Kalbe Farma Tbk Tahun 2001-2005

Sumber: lampiran 5,6,7

5) Menghitung Biaya Modal Saham Biasa Perhitungan biaya modal saham khususnya saham biasa lebih sulit dilakukan daripada perhitungan biaya modal lain karena adanya unsur ketidakpastian dalam pembayaran dividen. Para investor yang menanamkan modalnya dalam bentuk saham kepada perusahaan berhak untuk mendapatkan dividen sekaligus mempunyai kedudukan sebagai salah satu pemilik perusahaan. Besar kecilnya dividen yang diterima ini tidak tergantung pada besarnya modal yang disetorkan oleh investor pada perusahaan, tetapi bergantung pada kinerja perusahaan di masa mendatang. Hal ini mengakibatkan adanya unsur ketidakpastian karena jika kinerja perusahaan kurang baik ada kemungkinan dividen tidak dibagikan oleh perusahaan karena nantinya akan dijadikan laba ditahan.

Dalam penghitungan biaya modal saham biasa, pendekatan yang biasa digunakan adalah pendekatan CAPM. Pendekatan ini lebih menggambarkan keadaan pasar secara nyata karena dapat diterapkan secara langsung ditaksir dari data harga saham atau diambilkan dari salah satu instansi penasehat investasi, Dalam penghitungan biaya modal saham biasa, pendekatan yang biasa digunakan adalah pendekatan CAPM. Pendekatan ini lebih menggambarkan keadaan pasar secara nyata karena dapat diterapkan secara langsung ditaksir dari data harga saham atau diambilkan dari salah satu instansi penasehat investasi,

Pendekatan CAPM ini merupakan tingkat pengembalian saham biasa (aktiva beresiko yang diharapkan oleh investor) sama dengan tingkat bebas resiko (suku bunga bebas resiko) ditambah dengan premi resiko (premi resiko pasar yang mencerminkan harga yang dibayar oleh pasar saham untuk seluruh investor ekuitas yang disesuaikan dengan faktor resiko yaitu beta). Berdasarkan uraian logika CAPM yang telah disebutkan di atas maka formulasi pendekatan CAPM guna menghitung biaya modal saham biasa adalah sebagai berikut:

K e =R f + (R m –R f ) β (Weston & Copeland, 1997:71) Biaya modal saham merupakan biaya modal saham yang dikeluarkan oleh

perusahaan untuk mendapatkan modal yang berupa saham. Jadi biaya modal mencerminkan tingkat pengembalian yang menjadi persyaratan untuk mendapatkan modal yang berupa investasi saham.

Hasil penghitungan biaya modal saham biasa pada PT Kalbe Farma Tbk selama tahun 2001-2005 disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.12 Biaya Modal Saham PT Kalbe Farma Tbk Tahun 2001-2005

Tahun

Ke=Rf+(Rm-Rf) β 2001

-1.28 Sumber: lampiran 8

3. Penghitungan struktur modal dan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC/Weighted Average Cost of Capital) Struktur modal adalah paduan sumber dana jangka panjang yang digunakan

oleh perusahaan. Pada intinya konsep ini berkaitan dengan kewajiban jangka panjang, karena return dan risiko yang dihadapi pemegang saham dipengaruhi oleh struktur finansial. Maka keputusan pemilihan sumber dana jangka panjang secara potensial akan mempengaruhi biaya modal perusahaan

Tabel 4.13 Penghitungan Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC) PT Kalbe Farma Tbk Tahun 2001-2005

WACC= Periode

(Kd.Wd) Hutang

(Ke.We) 2001

-1,28 38,78% Sumber: data diolah dan lampiran 11

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa PT Kalbe Farma menerapkan kebijakan struktur modal yang berbeda tiap tahunnya. Pada tahun 2001, perusahaan menetapkan penggunaan struktur modal yang lebih besar pada modal yang bersumber dari hutang, lalu tahun 2002 dan 2003 proporsi struktur modalnya berubah menjadi lebih besar dalam penggunaan modal sendiri. Sedangkan pada tahun 2004 dan 2005 komposisi struktur modalnya kembali seperti tahun 2001 yaitu lebih banyak menggunakan modal yang bersumber dari hutang.

Setelah diketahui struktur modalnya, dihitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Setiap modal yang digunakan oleh perusahaan akan selalu menimbulkan biaya. Biaya rata-rata tertimbang (WACC) menunjukkan tingkat biaya penggunaan modal bagi keseluruhan sumber dana yang digunakan perusahaan. WACC merupakan penjumlahan dari hasil perkalian dari biaya modal hutang (cost of debt) dan biaya modal saham biasa (cost of equity) terhadap prosentase masing-masing dalam struktur modal. WACC berguna untuk memperhitungkan tingkat struktur modal yang optimal karena struktur modal yang optimal ditunjukkan dengan biaya penggunaan modal rata-rata yang rendah. WACC terendah PT Kalbe Farma terjadi pada tahun 2003 sebesar 3,63% dengan komposisi 39,36% struktur modal dibiayai dari hutang, sedangkan sisanya sebesar 60,64% dibiayai dari modal sendiri. Sedangkan WACC terbesar terjadi pada tahu 2004 sebesar 71,16%, dengan komposisi 65,02% struktur modal dibiayai dari hutang, sedangkan sisanya sebesar 34,98% dibiayai dari modal sendiri.

4. Perhitungan EVA Setelah seluruh komponen dalam EVA diketahui, maka dapat dilakukan

perhitungan EVA. Tabel berikut menguraikan perolehan EVA yang diperoleh dari lampiran 12:

Tabel 4.14 Perhitungan EVA PT Kalbe Farma Tbk Tahun 2001-2005

Laba sebelum pajak 107.946.247.741 437.920.925.152 533.947.858.409 Beban bunga

62.458.386.456 Laba sebelum beban bunga dan pajak

238.036.441.796 542.336.276.189 596.406.244.865 Beban pajak

16.015.435.750 Biaya modal tertimbang

Sumber: data diolah dan lampiran 12

1.061.851.753.517 Beban bunga

Laba sebelum pajak

88.332.728.201 Laba sebelum beban bunga dan pajak

1.150.184.481.718 Beban pajak

31.852.552.590 Biaya modal tertimbang

Sumber: data diolah dan lampiran 12 Pada tabel dapat dilihat bahwa nilai EVA pada PT Kalbe Farma pada

periode 2001-2005 sebagian besar menunjukkan nilai yang positif, kecuali pada tahun 2004, nilai EVA menunjukkan nilai yang negatif. Nilai EVA yang positif memiliki arti bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan melebihi tingkat biaya modal atau tingkat biaya dari investor atas investasi yang dilakukannya. Keadaan seperti ini yang menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal karena telah memaksimalkan nilai perusahaan. Sedangkan nilai EVA yang negatif berarti tingkat pengembalian perusahaan lebih kecil dari biaya modal atas investasi yang dilakukan. Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa pada tahun 2004, perusahaan memiliki periode 2001-2005 sebagian besar menunjukkan nilai yang positif, kecuali pada tahun 2004, nilai EVA menunjukkan nilai yang negatif. Nilai EVA yang positif memiliki arti bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan melebihi tingkat biaya modal atau tingkat biaya dari investor atas investasi yang dilakukannya. Keadaan seperti ini yang menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal karena telah memaksimalkan nilai perusahaan. Sedangkan nilai EVA yang negatif berarti tingkat pengembalian perusahaan lebih kecil dari biaya modal atas investasi yang dilakukan. Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa pada tahun 2004, perusahaan memiliki

4.3.3 Perhitungan MVA

Market Value Added (MVA) merupakan selisih antara nilai pasar dan modal yang diinvestasikan. Salah satu kepuasan pemilik perusahaan adalah apabila modal yang diinvestasikan mampu menghasilkan nilai tambah, sedangkan ukuran nilai tambah tersebut adalah pasar. Apabila pasar menghargai perusahaan itu melebihi nilai modal yang diinvestasikan, berarti manajemen telah menciptakan nilai bagi pemegang sahamnya. Sebaliknya, apabila harga pasar lebih rendah dari modal, dapat disimpulkan manajemen tidak mampu menciptakan nilai tambah.

Tabel 4.15

Nilai Market Value Added (MVA)

PT Kalbe Farma Tbk Tahun 2001-2005

Tahun

Nilai MVA

Sumber: data diolah dan lampiran 13 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa secara umum, MVA perusahaan bernilai positif dan semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal ini

mengindikasikan bahwa ekseptasi pasar terhadap perusahaan semakin bertambah. Penurunan nilai MVA terjadi pada tahun 2004 yang disebabkan karena nilai saham turun hingga kurang lebih 50% dari tahun sebelumnya sehingga berakibat menurunnya market equity. Penurunan market equity tersebut berdampak pada semakin sedikitnya gain dengan equity book value perusahaan.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Berburu dengan anjing terlatih_1

0 46 1

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5