BAB II TIMJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal
Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran arus instrumen keuangan jangka panjang, umumnya
lebih dari 1 tahun. UU Pasar Modal No.8 tahun 1995 mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek Samsul, 2006: 43.
2.1.1.1 Saham
Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham. Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat
dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham DPS.
Wujud saham terbagi atas dua jenis, yaitu : 1.
Saham Preferen preferred stock Saham preferen dalah jenis saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk
menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang
mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan, sehingga saham preferen akan menerima laba dua kali. Hak
istimewa ini diberikan kepada pemegang saham preferen karena merekalah yang memasok dana ke perusahaan sewaktu mengalami kesulitan keuangan.
2. Saham biasa common stock
Saham biasa dalah jenis saham yang akan menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan bangkrut, maka pemegang
saham biasa yang menderita terlebih dahulu. Penghitungan indeks harga saham didasarkan pada harga saham biasa. Hanya pemegang saham biasa
yang mempunyai suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS.
2.1.1.2 Analisis dan Penilaian Saham
Beberapa nilai yang berhubungan dengan saham yaitu nilai buku book value, nilai pasar market value dan nilai intrinsik intrinsic value. Nilai buku
merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten. Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai
sebenarnya dari saham. Memahami ketiga konsep nilai merupakan hal yang perlu dan berguna, karena dapat digunakan untuk mengetahui saham-saham mana yang
bertumbuh growth dan yang murah undervalued. Dengan mengetahui nilai buku dan nilai pasar, pertumbuhan perusahaan dapat diketahui. Perusahaan yang
bertumbuh mempunyai rasio lebih besar dari nilai satu yang berarti pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar dari nilai bukunya.
Mengetahui nilai pasar dan nilai intrinsik dapat digunakan untuk mengetahui saham-saham mana yang murah, tepat nilainya atau yang mahal. Nilai
intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari perusahaan. Nilai pasar yang lebih kecil dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga
yang murah undervalued, karena investor membayar saham tersebut lebih kecil dari yang seharusnya dia bayar. Sebaliknya nilai pasar yang lebih besar dari nilai
intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang mahal overvalued Jogiyanto, 2003: 88.
Dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham adalah analisis sekuritas fundamental atau analisis
perusahaan dan analisis teknikal. Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan misalnya laba,
deviden yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya, sedang analisis teknis menggunakan data pasar dari saham misalnya harga dan volume transaksi saham
untuk menentukan nilai dari saham. Analisis teknis banyak digunakan oleh praktisi dalam menentukan harga saham sedangkan analisis fundamental banyak
digunakan oleh akademisi. Analisis fundamental mencoba menghitung nilai intrinsik dari suatu saham
dengan menggunakan data keuangan perusahaan sehingga disebut juga dengan analisis perusahaan Jogiyanto, 2003: 89. Berdasarkan analisis fundamental, ada
dua pendekatan untuk menghitung nilai intrinsik saham, yaitu dengan pendekatan nilai sekarang present value approach dan pendekatan Price Earning Ratio.
2.1.2. Price earning ratio
Price Earning Ratio merupakan bagian dari rasio penilaian untuk mengevaluasi laporan keuangan. Menurut Jogiyanto 2003: 89, Price earning
ratio menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Ratio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan
dari earnings. Menurut Tandelilin 2001 : 243, informasi PE mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah
earning perusahaan. Dengan kata lain, PE menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan.
Price Earning Ratio atau Earning Multiplier menghitung berapa kali multiplier nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. PE didapat
dari perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. Misalnya, jika PE suatu saham sebanyak 3 kali berarti harga saham tersebut sama dengan 3
kali nilai earning perusahaan tersebut. PE ini juga akan memberikan informasi berapa rupiah harga yang harus dibayar investor untuk memperoleh setiap Rp1,00
earning perusahaan Tandelilin, 2001 : 191. Price Earning Ratio sangat efektif digunakan untuk mengestimasi suatu
saham apakah harga saham tersebut terlalu tinggi overvalued atau terlalu rendah undervalued. Jika harga pasar saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, maka
saham tersebut tergolong sebagai saham yang overvalued dan layak dijual. Sebaliknya, jika nilai pasarnya lebih rendah dari nilai intrinsiknya, maka saham
disebut sebagai saham yang undervalued dan layak dibeli. Bagi pemodal, semakin kecil PE suatu saham semakin bagus karena saham tersebut termasuk murah dan
kemungkinan untuk mendapatkan capital gain juga semakin besar sehingga investor dapat memiliki banyak saham dari berbagai perusahaan yang go public
Tandelilin, 2001 : 245.
2.1.2.1 Kegunaan Price earning ratio