Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Publik Periode 2010-2012

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPEGARUHI PRICE EARNING RATIO (PER) PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

YANG GO-PUBLIK PERIODE 2010-2012

OLEH

SYAHRIL HUDA 090502170

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudulAnalisis Faktor – Faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Perbankan yang go publik periode 2010-2012” adalah asli hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi da Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skipsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 7 Juli 2014

Yang membuat Pernyataan

NIM. 090502170 Syahrilhuda


(3)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPEGARUHI PRICE EARNING RATIO (PER) PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG GO-PUBLIK

PERIODE 2010-2012

Penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang muncul dari data rata – rata PER, DER, ROE, ROA, dan EPS pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2012 terdapat data yang tidak konsisten antara variabel yang diteliti. Perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, maka perlu diuji bagaimana pengaruh dari keempat variabel independen (DER, ROE, ROA, dan EPS) dalam mempengaruhi PER pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2012. Penelitian ini menggunakan populasi 15 perusahaan pertambangan dari jumlah semua populasi sebanyak 31 perusahaan. Populasi yang sesuai dengan kriteria – kriteria yang telah ditentukan adalah sebanyak 15 perusahaan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Bersamaan DER , ROE , ROE dan EPS tidak mempengaruhi PER . Sedangkan secara parsial variabel yang mempengaruhi PER adalah DER , ROE , ROE dan EPS . Koefisien determinasi ( adjusted R square ) sebesar 0.101 . Ini berarti bahwa variabel DER , ROE , ROE dan EPS dapat menjelaskan PER 10,1 % , sedangkan 89,9 % sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model .

Kata kunci : Price Earning Ratio, Debt to Equity, Return on Equity, Return on Asset, Earning Per Share


(4)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE THE PRICE EARNING RATIO ON THE BANKING COMPANIES IN THE JAKARTA

STOCK EXCHANGE YEARS IN 2010-2012

The research is based on problems that arise from the averages of data PER, DER, ROE, RER and EPS on the mining companies listed on the Indonesian Stock Exchange in 2010-2012 has inconsistent data between the variables studied and differences in the results of research that has been conducted by previous researchers, it is necessary to test the influence of the four independent variables (DER, ROE, RER and EPS) in influencing the PER on banking companies listed on the Indonesian Stock Exchange in 2010-2012. This study uses a population of 15 banking companies from the sum of all population of 31 companies. The appropriate populations with many criteria that have been defined are 15 companies. The analysis technique used is multiple linear regression with analysis to test the classical assumption. Simultaneously DER, ROE, ROE and EPS does not affect the PER. While partially variables that affect the PER is DER, ROE, ROE and EPS. The coefficient of determination (adjusted R square) of 0,101. This means that the variable DER, ROE, ROE and EPS can explain PER 10.1%, while 89.9% is explained by other variables outside the model.

Keyword : Price Earning Ratio, Debt to Equity, Return on Equity, Return on Asset, Earning Per Share


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT karena Atas rahmad dan karunua-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul“Analisis Faktor – Faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Perbankan yang go publik periode 2010-2012”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Manajemen, Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga telah menerima bimbingan, saran, motivasi dan do’a baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak selama proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penuli menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ak, CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME dan Drs. Marhayanie, M.Si, selaku ketua dan sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Manajemen, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistia Rini, SE, M.Si, dan Drs. Friska Sipayung, M.Si, selaku ketua dan sekretaris Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Manajemen, Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, dan bimbingan dari awal hingga selesai skripsi ini dan Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku dosen pembaca yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis yang terkasih, Ayahanda M.Jarad dan Ibunda Yalfiati serta saudara-saudara penulis Khainur El Imani dan Ihsanul Hakim yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan serta bimbingan yang tak terbatas yang tak terbatas kepada penulis dalam menyesaikan skripsi ini

6. Teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkata 2009, khususnya kepada Dika, Yoki, Coco, Fahmi, Herli, Habib, Ihsan, Baidi, Defri, Surya, Rizky, Kautsar, Rozi serta seluruh staf pengajar, staf Departemen Manajemen, dan Staf administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebukan satu persatu.

Medan, 7 Juli 2014 Penulis

NIM : 090502170 Syahril Huda


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRCT ... iii

KATA PEGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Uraian Teoritis ... 9

2.1.1 Price Earnig Ratio ... 9

2.1.2 Debt to Equity ... 10

2.1.3 Return on Asset ... 11

2.1.4 Return on Equity ... 12

2.1.5 Earning per Share ... 13

2.2 Penelitian Terdahulu ... 15

2.3 Kerangka Konseptual ... 16

2.4 Hipotesis ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

3.3 Batasan Operasional ... 19

3.4 Definisi Operasional Variable ... 20

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 22

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 22

3.8 Teknik Analisis Data ... 23

3.8.1 Uji Asumsi Klasik ... 24

3.8.1.1 Uji Normalitas ... 24

3.8.1.2 Uji Mutikoliniaritas ... 26

3.8.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 26

3.8.1.4 Uji Autokolerasi ... 27

3.8.2 Pengujian Hipotesis ... 28

3.8.2.1 Uji Signifikan Parsial (Ujit t) ... 28


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 30

4.2 Hasil Penelitian ... 42

4.3 Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Price Earning Ratio perusahaan Perbankan ... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 15

3.1 Nama Perusahaan yang Menjdai Sampel Penelitian ... 22

3.2 Kiteria Pengambilan keputusan ... 27

4.1 Deskripsi Statistik ... 43

4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Perusahaan Perbankan ... 47

4.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 49

4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 49

4.5 Hasil Uji Run Test ... 50

4.6 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 51

4.7 Hasil Uji Simultan (Uji-F) ... 53

4.8 Hasil Uji Parsial (Uji-t) ... 54


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 18

4.1 Histogram Uji Normalitas ... 45

4.2 Normal P-P Plot Perusahaan Perbankan ... 46


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Populasi dan Sampel Perbankan ... 65

2 Data Variabel Penelitian ... 66

3 Statistik Destkriptif ... 69

4 Uji Normalitas Data ... 69

5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 71

6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 71

7 Hasil Uji Autokorelasi ... 72


(12)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPEGARUHI PRICE EARNING RATIO (PER) PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG GO-PUBLIK

PERIODE 2010-2012

Penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang muncul dari data rata – rata PER, DER, ROE, ROA, dan EPS pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2012 terdapat data yang tidak konsisten antara variabel yang diteliti. Perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, maka perlu diuji bagaimana pengaruh dari keempat variabel independen (DER, ROE, ROA, dan EPS) dalam mempengaruhi PER pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2012. Penelitian ini menggunakan populasi 15 perusahaan pertambangan dari jumlah semua populasi sebanyak 31 perusahaan. Populasi yang sesuai dengan kriteria – kriteria yang telah ditentukan adalah sebanyak 15 perusahaan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Bersamaan DER , ROE , ROE dan EPS tidak mempengaruhi PER . Sedangkan secara parsial variabel yang mempengaruhi PER adalah DER , ROE , ROE dan EPS . Koefisien determinasi ( adjusted R square ) sebesar 0.101 . Ini berarti bahwa variabel DER , ROE , ROE dan EPS dapat menjelaskan PER 10,1 % , sedangkan 89,9 % sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model .

Kata kunci : Price Earning Ratio, Debt to Equity, Return on Equity, Return on Asset, Earning Per Share


(13)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE THE PRICE EARNING RATIO ON THE BANKING COMPANIES IN THE JAKARTA

STOCK EXCHANGE YEARS IN 2010-2012

The research is based on problems that arise from the averages of data PER, DER, ROE, RER and EPS on the mining companies listed on the Indonesian Stock Exchange in 2010-2012 has inconsistent data between the variables studied and differences in the results of research that has been conducted by previous researchers, it is necessary to test the influence of the four independent variables (DER, ROE, RER and EPS) in influencing the PER on banking companies listed on the Indonesian Stock Exchange in 2010-2012. This study uses a population of 15 banking companies from the sum of all population of 31 companies. The appropriate populations with many criteria that have been defined are 15 companies. The analysis technique used is multiple linear regression with analysis to test the classical assumption. Simultaneously DER, ROE, ROE and EPS does not affect the PER. While partially variables that affect the PER is DER, ROE, ROE and EPS. The coefficient of determination (adjusted R square) of 0,101. This means that the variable DER, ROE, ROE and EPS can explain PER 10.1%, while 89.9% is explained by other variables outside the model.

Keyword : Price Earning Ratio, Debt to Equity, Return on Equity, Return on Asset, Earning Per Share


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Melihat perkembangan perekonomian Indonesia saat ini yang cukup pesat tidak lepas dari peran penanaman modal yang ada di Indonesia baik dari luar negri maupun dalam negeri. Kompetisi antar perusahaan yang berusaha merebut pasar dengan meningkatkan keunggulan kompetitif dan manajemen perusahaan yang bagus serta meningkatkan kualitas produk, maka diperlukan modal yang besar untuk melakukannya. Pasar modal merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan dana tersebut.

Sesuai dengan pengertian pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas (Tandelilin, 2001:13), dari hal ini dapat dilihat bahwasanya pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam melaksanakannya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower (Husnan, 1994:3).

Pasar modal sebagai salah satu sarana investasi di Indonesia pada saat ini mengalami kemajuan yang cukup pesat, jumlah emiten yang diperjualbelikan dapat dilihat dari nilai transaksi. Investasi di pasar modal dinilai sangat menarik karena banyaknya instrumen pasar modal yang di perjualbelikan dan setiap instrumen memiliki risiko yang berbeda, salah satu instrumen pasar modal yang


(15)

sering kita dengar adalah saham. Saham merupakan instrumen pasar modal yang memiliki tingkat return dan risiko yang tinggi.

Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang dalam suatu perusahaan dan bukti keikutsertaan investor dalam suatu perusahaan sebagai pemodal. Investor kemungkinan akan mendapatkan imbal hasil berupa deviden dan capital gain. Saat investor akan menanamkan modalnya pada suatu perusahaan, maka investor harus ada penilaian terhadap saham atau sekuritas yang diperjualbelikan, karena saham merupakan investasi yang memiliki risiko yang tinggi dan investor harus memiliki informasi yang jelas dan akurat terhadap kondisi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan oleh karena itu investor harus bisa memilih saham perusahaan yang bisa memberikan imbal hasil yang menguntungkan dengan melihat kondisi suatu perusahaan.

Ada dua buah cara dalam penilaian saham yaitu melalui analisis fundamental (fundamental analysis) dan analisis teknikal (technical analysis). Analisis teknikal didasarkan pada data perubahan harga saham di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang (Halim, 2005:5), analis teknikal berupaya mengidentifikasi saham yang dinilai rendah dengan mencari pola harga saham, dengan memadukan pola harga saham periode yang sebelumnya dengan rumus-rumus matematis tertentu akan memberikan gambaran masa depan tentang bagaimana saham itu di kemudian hari.

Menurut Halim (2005:21) analisis fundamental akan membandingkan nilai intrinsik suatu sekuritas dengan harga pasar. Para pendukung pendekatan ini berpendapat bahwa suatu sekuritas memiliki nilai intrinsik tertentu. nilai intrinsik


(16)

suatu sekuritas ditentukan oleh faktor-faktor fundamental perusahaan seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan deviden dan sebagainya.

Analisis fundamental memiliki dua model penilaian saham yang sering digunakan para analisis (Tandelilin, 2001 :184) yaitu :

1. Pedekatan nilai sekarang (Present Value)

Present value merupakan perhitungan nilai saham dengan mendiskontokan semua alira kas yang diharapkan dimasa datang dengan tingkat diskonto sebesar return yang disyaratkan investor.

2. Pendekatan Price earning ratio

Price earning ratio merupakan penaksiran nilai saham dengan mengalikan laba perlembar saham dengan kelipatan tertentu yang menggunakan nilai earning untuk megistimasi nilai intrinsik.

Salah satu rasio keuangan sering digunakan perusahaan dalam penilaian pasar adala price earning ratio. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja perusahaan dimasa lalu serta prospeknya dimasa mendatang (Moeljadi, 2006:76). Menurut Darmaji (2001:287) price earning ratio

menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilka laba bagi investor.

Debt to equity merupakan rasio mengukur tinggkat penggunaan hutang terhadap ekuitas yang dimiliki perusahaan, meningkatnya hutang berarti risiko yang dihadapi perusahaan akan meningkat, sehingga kemugkinan kepercayaan pasar terhadap perusahaan akan semakin berkurang dan menciptakan harga saham yang lebih rendah dan mengakibatkan PER saham semakin kecil.


(17)

Return on Asset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keuntung bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva, dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini kemungkinan semakin baik produkivitas asset dalam memperoleh keuntungan, hal ini berdampak bahwa PER dari perusahaan tersebut di pasar modal juga akan semakin tinggi.

Return on equity menunjukan sejauh mana perusahaan mampu megelola modal sendiri secara efektif, semakin besar nilai ROE maka tingkat pengembalian diharapkan investor juga besar, maka semakin besar nilai ROE maka perusahaan diaggap semakin menguntungkan. Return on Equity biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Semakin tinggi ROE berarti semakin baik kinerja perusahaan dalam mengelola modal secara efektif untuk memperoleh laba.

Earning per share sangat berkaitan dengan ekspektasi pasar, pendapatan yang akan diperoleh dari suatu perusahaan merupakan faktor penentu harga saham perusahaan tersebut. Saham dengan return yang tinggi pada umumnya memiliki pendapatan yang lebih besar, sehingga earning per share juga akan semakin besar.

Selanjutnya dalam penelitian ini, peneliti memilih perusahaan pada industri perbankan untuk di teliti. Peneliti memilih sektor perbankan karena perusahaan perbankan sangat erat kaitanya denga tingkat suku bunga dan inflasi dari pada sektor lain, sehingga pengaruh perubahan perekonomian dunia maka akan berdampak besar pada sektor perbankan, salah satu kasus adalah pada krisis keuangan pada tahun 2008 yang dipicu oleh krisis kredit perumahan sekuritas dan


(18)

bankrutnya beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat yang ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia terutama sektor perbankan.

Selanjutnya perekonomian Indoesia setelah krisis keuangan dalam 5 tahun terakhir mengalami pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat jika dibandingkan dengan perekonomian dunia yang sedang lesu, saat Badan Pusat Statistik mencatat pada triwulam III tahun 2009 pertumbuhan ekonomi sebesar 4,27%, kemudian truwulan III 2011 sebesar 6,49%, dan pada triwulan III 2012 pertumbuhan 6,16 %, demikian di kutip dari

perusahaan perbankan yang ada di Indonesia.

Tabel 1.1

Data Rata-Rata Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Return on Equity, dan Earning per Share Pada Perusahan Perbankan Tahun 2010-2012

Periode Debt to Equity (x)

Return on Asset (%)

Return on Equity(%)

Earning per

Share(Rp)

Price Earning Ratio(x)

2010 7,501 1,4 12,5 164,041 17,176

2011 7,812 1,6 12,4 197,331 13,947

2012 10,029 1,7 12,6 233,373 12,225

Sumber:www.idx.co.id(data diolah)

Pada tabel 1.1 debt to equity ratio setiap tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 7,501 kali, pada tahun 2011 meningkat sebanyak 0,311 kali menjadi 7,812 tetapi PER mengalami penurunan yang awalnya 17,176 kali di tahun 2010 turun menjadi 13,947 kali di tahun 2011,


(19)

dan tahun 2012 terjadi peningkat signifikan menjadi 10,029 kali tetapi PER kembali mengalami penurunan menjadi 12,225 kali, kenaikan debt to equity

kemungkinan akan memperngaruhi investor terhadap perusahaan karena peningkatan hutang perusahaan setiap tahunya. Return on asset perusahaan perbangkan mengalami peningkatan 0,2 % dari tahun 2010 sampai 2011, dan kembali naik 0,1 % pada tahun 2012 tetapi PER mengalami penurunan setiap tahunnnya dari 17,176 kali di tahun 2010 menjadi 13,947 kali di tahun 2011, dan kembali turun menjadi 12,225 kali di tahun 2012 hal ini menunjukan menaikan ROA tidak di ikuti dengan kenaikan PER.

Pada tabel 1.1 persentase return on equity dari tahun 2010 ke 2011 mengalami penurunan sebanyak 0,1 % dan juga PER mengalami penurunan sebanyak 5,22 kali, dan pada tahun 2012 ROE mengalami kenanaikan menjadi 12,6%, akan tetapi PER kembali mengalami penurunan menjadi 12,225 kali .

return on equity perusahaan diasumsikan karena beberapa faktor, salah satunya penggunaan hutang yang terlalu banyak yang menyebabkan perusahaan menanggu beban bunga. Hal itu akan mengurangi jumlah keuntungan bagi perusahaan dari tahun sebelumnya dan investorpun akan mempertimbangkan lagi untuk menanampakan modalnya pada perusahaan.

Earning per share perusahaan mengalami peningkatan, terlihat pada tahun 2010-2012 terjadi peningkatan dari Rp 164 hingga mencapai Rp 233 pada tahun 2012 , sehingga peningkatan laba pada per lembar saham (EPS) yang dibelikan perusahaan memungkinkan membuat menarik investor untuk berinvestasi.


(20)

Berhubungan dengan latarbelakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Analisis Faktor – Faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Perbankan yang go publik periode 2010-2012”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah bagaimana pengaruh Debt to Equity , Return on Asset , Return on Equity , dan Earning Per Share terhadap Price Earning Ratio

pada perusahaan sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Debt to Equity , Return on Asset , Return on Equity , dan Earning Per Share terhadap Price Earning Ratio

Perbankan yang go-public di bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan rekomendasi dan informasi untuk menentukan strategi dan kebijakan untuk menarik investor membeli saham.

2. Memberikan pertimbangan dan informasi bagi para investor dalam rangka menilai untuk mengambil keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan perbankan yang go-public beberapa tahun terakhir.

3. Memberikan kontribusi yang besar bagi penulis untuk memperluas cakrawala befikir ilmiah dalam bidang keuangan khususnya tentang price earning ratio.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Price Earning Ratio (PER)

Price earnig ratio memberikan petunjuk mengenai apa yag di pikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang (Moeljadi, 2006:176). Menurut Darmaji (2001:79) Price earning ratio

menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba investor.

PER (price earning ratio) merupakan faktor yang sangat penting dan perlu diperhatikan investor sebelum mengambil keputusan investasi, karena PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan (Tandelilin, 2001)

Pendekataan ini lebih populer dipakai dikalangan analisis saham dan praktisi karena lebih mudah untuk di hitung. Price Earning Ratio. sering juga disebut pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali earning yang tercermin dalam suatu saham.

Rumus menghitung PER sebagai berikut (Brigham, 2006:110) :

Price Earning Ratio =����� ��� ������ ��ℎ��


(22)

2.1.2 Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan ekuitas pemegang saham (Martono, 2002:236). Debt to Equity Ratio dapat berpengaruh positif atau negatif terhadap Price Earning Ratio. Penambahan hutang meningkatkan resiko perusahaan tetapi sekaligus juga meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan. Semakin tinggi resiko akibat membesarnya hutang cenderung menurunkan harga saham, yang berarti akan menurunkan Price Earning Ratio.

Penambahan hutang memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian (return) yang diharapkan (Sawir, 2001:105). Hal ini digambarkan dengan peluang pertumbuhan perusahaan dianggap cukup tinggi, sehingga penambahan hutang dan proporsi hutang pada struktur dana akan memberikan gains from leverage dan meningkatkan pertumbuhan. Kepercayaan para pemodal mungkin lebih tinggi pada perusahaan dengan DER yang relative besar, umumnya ada pada perusahaan besar dan bonafide, sehingga akan membuat naiknya PER perusahaan tersebut.

Debt to Equity Ratio merupakan satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja perusahaan adalah aspek leverage atau utang perusahaan.

Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Van Horne, 2005:209)

Debt to Equity Ratio = ����� ������


(23)

Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimliki perusahaan. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur).

2.1.3 Return on Asset

Pengertian return on asset yaitu rasio antara net Income after tax terhadap aset secara keseluruhan menunjukan ukuran produktivitas aktiva dalam memberikan pengembalian pada penanaman modal (Sawir, 2001:332). Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.

Return on asset merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio Return On Asset digunakan untuk mengukur manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.

Tandelilin (2010:372) Return On Assets menggambarkan sejauh mana kemampuan aset – aset yang dimiliki perusahaan bisa mengahsilkan laba. Hal ini mengartikan bahwa ROA yang positif menunjukan aktiva yang digunakan beroperasi dengan maksimal dan mampu menghasilkan laba bagi perusahaan, Investor akan sangat tertarik dengan perusahaan dengan ROA yang relative besar sehingga akan membuat naiknya PER perusahaan, sebaliknya apabila return on asset yang menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Semakin besar ROA yang diperoleh, semakin besar pula


(24)

tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset.

Maka dari itu perusahaan mempunyai return on asset tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan laba. Dua perusahaan dengan profit margin dan total asset turnover yang berbeda dapat saja memiliki

Return on Asset yang sama (Van Horne, 225:2005).

ROA =Laba bersih setelah pajak

����� ������

2.1.4 Return on Equity

Return on equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari pendapatan yang tersedia dari para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Lukman Syamsudin, 2007: 64). Return on equity

menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat kembalian pada pemegang saham. Return on equity sering disebut dengan rate of return on Net Worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan ekuitas yang dimiliki sehingga Return on equity ini sering di sebut juga sebagai rentabilitas modal sendiri.

Semakin besar persentase Return on equity yang dimiliki perusahaan maka semakin tinggi pula penghasilan yang diterima perusahaan (Faisal, 2005:61), Hal ini mengartikan bahwa semakin efektif kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba, maka investor akan sangat tertarik dengan perusahaan dengan ROE yang relative besar sehingga akan membuat naiknya PER perusahaan


(25)

Return on Equity digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity

membandingkan laba bersih setelah pajak (dikurangi dividen saham biasa) dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham di perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Van Horne, 2005:225) :

Return on Equity =������� �������� ��ℎ��

���� ����� ℎ������ ℎ �����

2.1.5 Earning Per Share

Earning Per Share atau laba per lembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki (Fahmi, 2012:97). Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Darmadji, 2001:139). Earning Per Share

adalah laba bersih per lembar saham biasa yang beredar selama periode tertentu. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dirumuskan bahwa Earning Per Share

adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dari setiap lembar saham biasa yang dimiliki selama periode tertentu.

Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002:7) memaksimalkan kekayaan pemegang saham dapat diukur dari pendapatan per lembar saham (Earning per Share/ EPS) sehingga dalam hal ini EPS akan mempengaruhi


(26)

kepercayaan investor pada perusahaan. Hal ini juga akan mempengaruhi kenaikan PER perusahaan.

Earning Per Share (EPS) menunjukkan tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Earning Per Share diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan rata-rata saham biasa yang beredar. Earning Per Share

merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan.

Earning Per Share dapat dianggap sebagai indikator laba yang harus diperhatikan oleh para investor yang umumnya terhadap korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dan pertumbuhan harga saham.

Earning Per Share yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan Earning Per Share menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan kemakmuran para investor dan dari hal tersebut akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Dan itu akan mengakibatkan kenaikan laba yang pada akhirnya ada kecenderungan kenaikan harga saham, begitu juga sebaliknya. Besarnya nilai Earning Per Share

suatu perusahaan dapat diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan langsung atau dapat dihitung berdasarkan laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan dengan rumus sebagai berikut (Van Horne, 2005:240):

EPS = ���� ����� ℎ


(27)

2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdaulu No Nama Penelitian Judul

Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 1. Rr.Fitria Agustin

(2013

Analisis

Pengaruh Price book value, earning per share, debt to equity, return on asset terhadap Price Earning Ratio (PER) Pada perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012 Variabel independent : Price book value, earning per share, debt to equity, return on asset Variabel dependen : price earning ratio (PER)

Variabel PBV, EPS, DER, ROA Secara simultan dan parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap PER

2 Puti

Yumettasari,Endang Tri Widiastuti, Wisnu Mawardi (2007) Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi PER antara Saham Syariah dan Saham Non Syariah (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan Di BEI periode 2003-2005) Variabel independent : current rasio, debt to equity, return on equity, net profit margin, devident payout, inventory turnover Variabel dependent : price earning Variabel CR, NPM, INTO secara parsial tidak signifikan terhadap PER Variabel DER,ROE, DPR secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap PER


(28)

ratio (PER) MG. Sukamdiani

(2011) Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Price Earning Ratio Saham pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2002-2007 Variable independen :

total debt ratio, long-term capital to fixed asset ratio, current ratio, total asset trunover, retun on asset, profit growth ratio Variable dependend : price earning ratio (PER)

Variabel TDR, LCT, ROA, PGR tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap PER Variabel CR dan TAT berpengaruh positif dan signifikan terhadap PER

Nur haryati (2010) Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi

Price Earning Ratio Sebagai Salah Satu Kriteria Keputusan Investasi Saham Perusahaan Real Estate & Property Di Bursa Efek Indonesia.

Variable independen :

price book value, earning per share, debt to equity, return on asset, return on equity, earning per share Variable dependend : price earning ratio (PER)

Variabel PBV tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap PER Variable EPS, DER, ROA, ROE Secara simultan dan parsial berpengaruh positif dan signifikan


(29)

Jurnal Manajemen dan Akuntansi

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual atau kerangka berfikir menurut Sugiyono (2006 : 49) adalah sintesa tentang hubungan variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sitesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen.

Debt to equity merupakan rasio mengukur tinggkat penggunaan hutang terhadap ekuitas yang dimiliki perusahaan, pertambahan hutang memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus memperbesar tingkat pengembalian (Sawir, 2001: 224), sehingga kemugkinan kepercayaan pasar terhadap perusahaan akan semakin berkurang dan menciptakan harga saham yang lebih rendah dan mengakibatkan PER saham semakin kecil.

Return on asset digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva, Kasmir (2003:68) menunjukkan bahwa semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dapat dicapai dan semakin baik pula posisi perusahaan itu dari segi penggunaan asset dan akhirnya mendorong peningkatan nilai PER, dengan kata lain, semakin tinggi


(30)

rasio ini kemungkinan semakin baik produkivitas asset dalam memperoleh keuntungan, hal ini berdampak kepada PER perusahaan tersebut di pasar modal juga akan semakin tinggi.

Return on equity menunjukan sejauh mana perusahaan mampu megelola modal sendiri secara efektif, semakin besar nilai ROE maka tingkat pengembalian diharapkan investor juga besar, maka semakin besar nilai ROE maka perusahaan diaggap semakin menguntungkan. Menurut Faisal (2005:61) semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula penghasilan yang diterima pemilik perusahaan. Maka demikian ROE berarti semakin baik kinerja perusahaan dalam mengelola modal secara efektif untuk memperoleh laba.

Earning per share sangat berkaitan dengan ekspektasi pasar, pendapatan yang akan diperoleh dari suatu perusahaan merupakan faktor penentu harga saham perusahaan tersebut. Saham dengan return yang tinggi pada umumnya memiliki pendapatan yang lebih besar, karena para calon pemengang saham tertarik dengan EPS yang besar, hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan ( Lukman Syamsudin, 2007: 138).


(31)

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, maka kerangka pemikiran pada gambar 2.1 sebagai berikut :

Kerangka Konseptual Gambar 2.1

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual, maka di hipotesiskan bahwa debt to equity ratio (DER), return on equity (ROE), return on asset (ROA), dan earning per share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terterhadap price earning ratio

(PER) perusahaan perbakan yang terdaftar di BEI.

Debt to Equity Ratio

Price Earning Ratio Return on Equity

Return on Asset


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kausal-komparatif. Menurut Kuncoro (2003:11), Penelitian kausal-komparatif adalah “penelitian yang bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel yang diteliti”. “Variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas, sedangkan variabel yang dipengaruhi oleh perubahan variabel bebas disebut sebagai variabel terikat” (Istijanto, 2005:29).

.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui media internet dengan situs resmi dari Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia melalui situs

website perusahaan yang diteliti dalam penelitian ini. Penelitian dilaksanakan sejak 13 Maret 2014 sampai dengan 13 April 2014.

3.3 Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.


(33)

a. Variabel bebas, yaitu ROA, ROE, DER, dan EPS .

b. Variabel terikat, yaitu struktur modal yang dalam penelitian ini diproksikan dengan price earning ratio (EPS).

3. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan periode 2010-2012.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Defenisi operasional variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas

a. Debt to Equity Ratio

Debt to Equity ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang dengan total modal sendiri. Dimana menggambarkan seberapa besar perusahaan menggunakan hutang dalam struktur modalnya.

Debt to Equity Ratio = ����� ������

������� �������� ��ℎ��

b. Return on Equity

Return on Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki.

Return on Equity =������� �������� ��ℎ��


(34)

c. Return on Asset

Return on Asset (ROA) adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan dengan membandingkan antara laba seblum pajak dengan total aktiva.

Return on Asset =Laba bersih setelah pajak

����� ������

d. Earning per Share

Earning per share adalah Informasi suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan. Earning per share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntunganyang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham.

EPS = ���� ����� ℎ

����� ℎ��ℎ�� �������

2. Variabel Terikat (Price Earning Ratio)

Variable terikat yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti. Variable terikat yang digunakan adalah price earning ratio (PER). Price earning ratio merupakan perbandingan antara harga perlembar saham dengan laba perlembar saham

Price Earning Ratio =����� ��� ������ ��ℎ��


(35)

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar dibursa efek Indonesia selama periode 2010-2012 sebanyak 31 emiten. Dan sampel yang di ambil adalah 15 perusahaan. Adapun kriteria atau karakteristik dari perusahaan yang dijadikan sebagai sampel peneltian adalah :

1. Perusahaan yang terus menerus tercatat di bursa ekfek indonesia selama periode penelitian dan sudah di audit.

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap selama periode penelitian.

3. Perusahaan yang memiliki Price Earning Ratio positif. Hasil Penarikan sampel dijelaskan dalam tabel berikut :

Tabel 3.1

Nama Perusahaan yang Menjadi Sampel Perusahaan

No NAMA PERUSAHAAN KODE PERUSAHAAN

1 PT Bank Capital Indonesia Tbk BACA

2 PT Bank Ekonomi Raharja Tbk BAEK

3 PT Bank Central Asia Tbk BBCA

4 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI

5 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI

6 PT Bank Tabungan Negara (Perseroan) Tbk BBTN

7 PT Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN

8 PT Bank Madiri (Persero) Tbk BMRI

9 PT Bank CIMB Niaga Tbk BNGA

10 PT Bank Permata Tbk BNLI

11 PT Bank Sinar Mas Tbk BSMI

12 PT Bank Swadesi Tbk BSWD

13 PT Bank Artha Graha Internasional Tbk INPC

14 PT Bank Windu Kentjana Internasional Tbk MCOR

15 PT Bank NISP OCBC Tbk NIPS


(36)

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui website resmi Bursa Efek Indonesia, buku-buku referensi, literatur ilmiah, dan website perusahaan yang diteliti.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dimana data dikumpulkan, dicatat, dan dikaji melalui dokumentasi pada website resmi Bursa Efek Indonesia dan website perusahaan yang diteliti.

3.8 Teknik Analisis Data

Metode analisis jalur ini menggunakan program SPSS , sehingga dasar analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda untuk mengetahui variabel independen yang mempengaruhi secara signifikan terhadap Price earning ratio pada perusahaan perbankan yaitu debt equity ratio (DER), Return on equity (ROE), Return on asset (ROA), dan Earning per share digunakan persamaan umum regresi linier berganda atas empat variabel bebas terhadap variabel tidak bebas umum regresi berganda.

Y = α +β1X1+β2X2+β3X3+β4X4 + e Dimana :


(37)

α : Konstanta

β1,2,3,4, : Penaksiran koefisien regresi X1 : debt equity ratio

X2 : Return on equity

X3 : Return on asset

X4 : Earning per share

E : Variabel Residual (tingkat kesalahan)

Nilai koefisien regresi disini sangat menetukan sebagai dasar analisis. Hal

ini berarti jika koefisien α bernilai positif maka dapat dikatakan terjadi pengaruh

searah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Bila variabel bebas mengalami kenaikan, maka variabel terikat juga akan mengalami kenaikan. Demikian pula sebaliknya, bila koefisien nilai β bernilai negatif hal ini menunjukkan adanya pengaruh negative dimana kenaikan nilai variabel bebas akan mengakibatkan penurunan nilai variabel terikat.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, maka untuk menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atau beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi. Pengujian asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini meliputi uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi

3.8.1 Uji Asumsi Klasik

Tujuan dilakukannya pengujian terhadap penyimpangan asumsi klasik yaitu untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh mengalami penyimpangan asumsi klasik atau tidak dengan batuan program software SPSS for Windows


(38)

(Statistic Product & Service Solution). Adapun syarat Asumsi Klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:

3.8.1.1Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali, 2007: 110). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal apada grafik atau melihat histogram dari residualnya (Ghozali, 2007: 28). Data tersebut normal atau tidak dapat diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :

a. Jika data menyebar diatas garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

a. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov

Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Hipotesisnya sebagai berikut:

a. Nilai sig atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi adalah tidak normal.


(39)

b. Nilai sig atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi adalah

normal (Ghozali, 2007: 30)

Maka untuk mendeteksi normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test (K S) dilakukan dengan membuat hipotesis :

Ho : data residual berdistribusi normal Ha : data residual tidak berdistribusi normal

1. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka Ho ditolak, yang berarti data tersebut terdistribusi tidak normal.

2. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan secara statistik maka Ho diterima, yang berarti data tersebut terdistribusi normal.

b

. Pendekatan Histogram

Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu diantaranya adalah mean, modus, dan median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau “kemencengan kurva” (skewness). Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif (arah kanan) dan bertanda negatif (arah kiri).

c. Pendekatan Grafik

PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoritis (sumbu x) melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). Apabila plot dari keduanya berbentuk linier (didekati garis lurus), maka hal ini merupakan indikasi bahwa residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung


(40)

plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal.

3.8.1.2Uji Multikolinieritas

Ghozali (2007:91) menyatakan bahwa uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebasnya, atau dengan kata lain tidak terjadi multikolinieritas. Multikolinieritas dapat dideteksi dengan menggunakan nilai tolerance dan

variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai tolerance

yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ Tolerance). Nilai yang umumnya dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,1 atau sama dengan nilai VIF > 10. Namun, apabila angka VIF < 10 atau nilai tolerance > 0,1; maka dapat disimpulkan model regresi tersebut tidak terdapat problem multikolinieritas.

3.8.1.3Uji Heteroskedastisitas

Menurut Imam Ghozali (2007: 105) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbada disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.


(41)

Suatu model dikatakan terdapat gejala heteroskedastisitas jika koefisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik. Sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik maka hal ini menunjukkan bahwa data model empiris yang diestimasi tidak terdapat heteroskedastisitas.

3.8.1.4Uji Autokorelasi

Menurut Safrizal Helmi (2011:120) Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam deret waktu) atau ruang (Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan Durbin-Watson test. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

Kriteria pengambilan keputusan uji autokorelasi ditunjukkan pada Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis nol Jika Keputusan

Tidak ada autokorelasi positif 0<DW<dL Ditolak Tidak ada autokorelasi positif DL< DW < dU No decision Tidak ada autokorelasi negatif 4-dL< DW < 4 Ditolak Tidak ada autokorelasi negatif 4-dU < DW < 4-dL No decision Tidak ada autokorelasi, positif atau

negatif


(42)

Keterangan: dL = Batas bawah dU = Batas Atas

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi, salah satunya adalah Uji Durbin Watson (DW). Pengambilan keputusan mengenai ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

a. Nilai Durbin Watson (DW) terletak antara batas atas dan Upper Bound (DU) dan 4-DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau Lower Bound (DL), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif.

c. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-DL), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif.

Bila nilai DW terletak diantara batas atas (DW) dan batas bawah (DL) atau DW terletak antara (4-DU) dan (4-DL), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

3.8.2 Pengujian Hipotesis

3.8.2.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ikhsan, 2008: 248). Adapun kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:


(43)

c. Jika tingkat signifikansi dibawah 0,05% maka H0 ditolak atau Ha diterima.

3.8.2.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pangaruh secara simultan terhadap variabel dependen (Ikhsan, 2008: 249). Adapun kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

a. Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima atau Ha ditolak. b. Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak atau Ha diterima.


(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 1. PT Bank Capital Indonesia, Tbk

PT Bank Capital Indonesia, Tbk dahulu bernama PT Bank Credit Lyonnais Indonesia didirikan pada tanggal 20 April 1989, sebagai bank campuran (joint venture) antara Credit Lyonnais SA, Perancis dengan PT Bank Internasional Indonesia, Tbk., Jakarta. Anggaran Dasar Bank disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Menteri Keuangan berturut-turut pada tanggal 27 Mei 1989 dan 25 Oktober 1989, dan diumumkan pada Berita Negara tanggal 5 Juni 1990.

Setelah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia pada tanggal 3 maret 2004, pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS) yang di selenggarakan pada tanggal 31 Agustus 2004 secara resmi saham Credit Lyonnais diakuisis oleh Sdr. Danny Nugroho yang nama Bank dirubah dari PT Bank Credit Lyonnais Indonesia menjadi PT Bank Capital Indonesia, Tbk.

2. PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk

PT BCA Finance berdiri pada tahun PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk didirikan pada tanggal 15 Mei 1989 dengan nama awal PT. Bank Mitra Raharja lalu 4 bulan kemudian berganti nama menjadi PT Bank Ekonomi Raharja, Tbk yang lebih dikenal dengan nama Bank Ekonomi. Bank Indonesia menyatakan sebagai Bank sehat selama 24 bulan berturut-turut sejak pembukaan dan tetap


(45)

Bank Ekonomi berhasil mengakreditasi status menjadi Bank Devisa sehingga pelayana kepada masyarakat semakin diperluas dan di kembangkan.

Bank Ekonomi adalah perusahaan publik yang telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Sejak 22 Mei 2009, Bank Ekonomi menjadi bagian dari grup institusi keuangan internasional, HSBC Holdings Plc., melalui anak perusahaannya, HSBC Asia Pacific Holdings (UK) Limited. Grup HSBC mengambil alih 88,89% saham Bank Ekonomi dan kemudian melalui penawaran tender, kepemilikan meningkat menjadi 98,96%. Sebagai anggota Grup HSBC, Bank Ekonomi merupakan bagian dari salah satu organisasi jasa keuangan terkuat di dunia.

3. PT Bank Central Asia, Tbk

1981 dengan nama PT Central Sari Metropolitan Leasing Corporation (CSML). Pada awal berdirinya, pemegang saham Perusahaan adalah PT Bank Central Asia dan Japan Leasing Corporation. Saat itu Perusahaan masih memfokuskan usaha pada pembiayaan komersial, seperti pembiayaan mesin-mesin produksi, alat berat dan transportasi.

Selanjutnya pada tahun 2001 PT Central Sari Metropolitan Leasing berubah nama menjadi PT Central Sari Finance (CSF), diikuti dengan perubahan kepemilikan saham, dimana PT Bank Central Asia, Tbk (BCA) menjadi pemegang saham mayoritas, serta perubahan fokus usaha menjadi pembiayaan kendaraan bermotor, khususnya roda empat atau lebih. Terakhir, Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia


(46)

No.C-08091 HT.01.04.TH.2005, maka per tanggal 28 Maret 2005 PT Central Sari Finance telah berubah nama menjadi PT BCA Finance.

4. PT. Bank Negara Indonesia(Persero), Tbk

Bank Negara Indonesia didirikan pada tangaal 5 Juli 1946, sebagai Bank Pertama yang secara resmi dimiliki Negara RI, BNI merupakan pelopor terciptanya berbagai produk dan layanan jasa perbankan. BNI terus memperluas perannya, tidak hanya terbatas sebagai bank pembangunan, tetapi juga ikut melayani kebutuhan transaksi perbankan masyarakat umum dengan berbagi segmentasinya, mulai dari Bank Terapung, Bank Sarinah (bank khusus perempuan) sampai dengan Bank Bocah khusus untuk anak-anak.

Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.

Menyusul penunjukan De Javche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Begara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.


(47)

5. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk , didirikan 16 Desember 1895. Kantor pusat BBRI berlokasi di Gedung BRI I, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 44-46, Jakarta 10210. Pada saat ini BBRI memiliki 18 kantor wilayah, 1 kantor inspeksi pusat, 17 kantor inspeksi wilayah, 449 kantor cabang domestik, 1 kantor cabang khusus, 565 kantor cabang pembantu, 950 kantor kas, 5.144 BRI unit, dan 2.212 teras.

Bank juga memiliki 1 kantor cabang luar negeri yang berlokasi di Cayman Islands dan 2 kantor perwakilan yang berlokasi di New York dan Hong Kong, serta memiliki 3 Anak Usaha yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk), PT Bank BRISyariah, dan BRI Remittance Co. Ltd. Hong Kong.

6. PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk

Cikal bakal BTN dimulai dengan didirikannya saat itu gemar menabung. . Pada ta

Tyokin Kyoku atau

chokinkyoku, tujuan didirikan tetap sama yaitu untuk membuat masyarakat rajin menabung, tapi dalam perjalanan tidak semulus Postpaarbank karena masyarakat berpikiran bahwan menabung di Tyokin Kyoku ada unsur keterpaksaan, Tyokin Kyoku telah berhasil membuka cabangya di Jogjakarta pada masa itu.

Setelah kemerdekaan berhasil diraih, Tyokin Kyoku diambilalih pemerintah Indonesia. Namanya diubah menjadi Kantor Tabungan Pos atau


(48)

disingkat KTP. Pembentukan KTP pada saat itu diprakarsai oleh Darmosoetanto selaku direktur pertama KTP. Dalam perjalanannya, pada akhirnya KTP mempunyai peran yang sangat besar. Peran yang sangat berarti pada saat itu adalah adanya tugas KTP dalam pengerjaan penukaran uang Jepang dengan Oeang Republik Indonesia (ORI). Setelah

i diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan

diubah menjadi Kantor Tabungan Pos. Nama dan bentuk perusahaan selanjutnya berubah beberapa kali hingga akhirnya pada tahun 1998 diubah menjadi nama dan bentuk resmi yang berlaku saat ini.

7. PT Bank Danamon Indonesia, Tbk

PT Bank Danamon Indonesia Tbk. didirikan pada 1956. Nama Bank Danamon berasal dari kata dana moneter dan pertama kali digunakan pada 1976, ketika perusahaan berubah nama dari Bank Kopra. Pada 1988, Bank Indonesia meluncurkan paket reformasi perbankan yang dikenal dengan Paket Oktober 1988 atau PAKTO 88. Tujuan utama PAKTO 88 adalah untuk membangun kompetisi dalam sektor perbankan dengan memberikan kemudahan persyaratan, termasuk liberalisasi peraturan tentang pendirian bank swasta domestik baru dan bank joint-venture. Sebagai hasil dari reformasi ini,

Bank Danamon menjadi salah satu bank valuta asing pertama di Indonesia, dan menjadi perusahan publik yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Saat ini, Danamon adalah salah satu institusi keuangan terbesar di Indonesia dari jumlah pegawai – sekitar 72,000 .


(49)

8. PT Bank Madiri (Persero), Tbk

Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah -- yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia -- dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Segera setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara menyeluruh.

Pada saat itu, kami menutup 194 kantor cabang yang saling berdekatan dan rasionalisasi jumlah karyawan dari jumlah gabungan 26.600 menjadi 17.620. Brand Bank Mandiri diimplementasikan ke semua jaringan dan seluruh kegiatan periklanan dan promosi lainnya. Salah satu prestasi Bank Mandiri yang paling signifikan adalah dengan mengganti platform teknologinya secara menyeluruh. Bank Mandiri mewarisi total 9 core banking system yang berbeda dari 4 bank pendahulunya Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.

9. PT Bank CIMB Niaga, Tbk

CIMB Niaga berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga. Pada dekade awal berdirinya, fokus utama adalah pada membangun nilai-nilai inti dan profesionalisme di bidang perbankan. Sebagai hasilnya, Bank Niaga dikenal luas sebagai penyedia produk dan layanan berkualitas yang terpercaya. Di tahun 1987, Bank Niaga membedakan dirinya dari para


(50)

pesaingnya di pasar domestic dengan menjadi Bank yang pertama menawarkan nasabahnya layanan perbankan melalui mesin ATM di Indonesia dan tahun 1991 dengan menjadi yang pertama memberikan nasabahnya layanan perbankan online. Khazanah yang merupakan pemilik saham mayoritas CIMB Group Holdings mengakuisisi kepemilikan mayoritas LippoBank pada tanggal 30 September 2005. Seluruh kepemilikan saham ini berpindah tangan menjadi milik CIMB Group pada tanggal 28 Oktober 2008 sebagai bagian dari reorganisasi internal yang sama.

Sebagai pemilik saham pengendali dari Bank Niaga (melalui CIMB Group) dan LippoBank, sejak tahun 2007 Khazanah memandang penggabungan (merger) sebagai suatu upaya yang harus ditempuh agar dapat mematuhi kebijakan Single Presence Policy (SPP) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Penggabungan ini merupakan merger pertama di Indonesia terkait dengan kebijakan SPP. Pada bulan Mei 2008, nama Bank Niaga berubah menjadi Bank CIMB Niaga

10.PT Bank Permata, Tbk

PermataBank dibentuk sebagai hasil merger dari 5 bank di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yakni PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot pada tahun 2002. Di tahun 2004, Standard Chartered Bank dan PT Astra International Tbk mengambil alih PermataBank dan memulai proses transformasi secara besar-besaran didalam organisasi. Selanjutnya, sebagai wujud komitmennya terhadap PermataBank, kepemilikan gabungan pemegang saham


(51)

Dan saat ini PermataBank telah berkembang menjadi sebuah bank swasta utama yang menawarkan produk dan jasa inovatif serta komprehensif terutama disisi delivery channel-nya termasuk Internet Banking dan Mobile Banking. PermataBank memiliki aspirasi untuk menjadi penyedia jasa keuangan terkemuka di Indonesia, dengan fokus di segmen Konsumer dan Komersial. Melayani sekitar 2 juta nasabah di 58 kota di Indonesia, PermataBank memiliki 302 cabang (14 Cabang Syariah & 288 Cabang Konvensional), 18 Cabang Bergerak (Mobile Branch), tiga Payment Point, 868 ATM dengan akses di lebih dari 50.000 ATM (VisaPlus, Visa Electron, MasterCard, Alto, ATM Bersama dan ATM Prima) dan jutaan ATM di seluruh dunia yang terhubung dengan jaringan Visa, Mastercard, Cirrus.

11.PT Bank Sinar Mas, Tbk

Pada tahun 2005 PT. Sinar Mas Multiartha, Tbk yang merupakan Kelompok Usaha Sinar Mas yang berada di bawah kelompok usaha Financial Services mengambil alih PT. Bank Shinta Indonesia yang didirikan pada tahun 1989 yang memulai operasionalnya sejak Maret 1990. PT. Bank Shinta Indonesia mengalami perubahan nama menjadi Bank Sinarmas pada Desember 2006.

Sebagai upaya untuk memenuhi arahan Bank Indonesia yaitu agar bank-bank umum segera menjadi perusahaan Go Public sehingga sebagian sahamnya dapat dimiliki oleh masyarakat umum, maka pada tahun 2010 setelah mendapatkan pernyataan efektif dari otoritas yang berwenang, tepatnya pada tanggal 13 Desember Bank Sinarmas mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia sehingga meningkatkan struktur


(52)

permodalan sebesar Rp. 160 miliar, dari sebelumnya Rp. 568 miliar menjadi Rp. 728 miliar.

Tuntutan fasilitas teknologi informasi yang serba canggih di masa kini dan masa depan menjadi tantangan perbankan untuk menyediakan layanan terbaik kepada masyarakat. Oleh karena itu tahun 2007 Bank Sinarmas memfasilitasi teknologi perbankan terintegrasi yang tidak terbatas ruang dan waktu yakni Phone Banking, Internet Banking, dan Automatic Teller Machine

(ATM). Keperluan di bidang IT ini dari waktu ke waktu terus dikembangkan seiring dengan keperluan bisnis.

12.PT Bank swadesi, Tbk

PT Bank of India Indonesia Tbk (dahulu PT Bank Swadesi Tbk) didirikan 28 September 1968 dengan nama PT Bank Pasar Swadesi. Kantor pusat BSWD di Jalan H. Samanhudi No. 37, Jakarta Pusat. Saat ini BSWD mempunyai 8 kantor cabang, 5 kantor cabang pembantu dan 5 kantor kas. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BSWD adalah menjalankan dan mengusahakan kegiatan yang berhubungan dengan perbankan. Pada tanggal 12 April 2002, BSWD memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO)

Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 60.000.000 dengan nilai nominal Rp200,- per saham dengan harga penawaran Rp250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 01 Mei 2002.


(53)

13. PT. BankArtha Graha Internasional, Tbk

PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk., berkedudukan di Jakarta Selatan, semula didirikan dengan nama PT. Inter-Pacific Financial Corporation berdasarkan Akta Nomor 12 tanggal 7 September 1973, dibuat dihadapan Bagijo, S.H., pengganti dari Eliza Pondaag, S.H., Notaris di Jakarta, dengan ruang lingkup usaha sebagai lembaga keuangan bukan bank, dan Akta tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Nomor Y.A.5/2/12 tanggal 3 Januari 1975, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 6 tanggal 21 Januari 1975 Tambahan Nomor 47.

Berdasarkan Akta Nomor 44 tanggal 13 Juni 1997 juncto Akta Nomor 8 tanggal 15 Januari 1998, keduanya dibuat dihadapan Sri Nanning, S.H., Notaris di Jakarta, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 70 tanggal 1 September 1998 Tambahan Nomor 5056, PT. Inter-Pacific Bank berubah nama menjadi PT. Bank Inter-Pacific, Tbk.

Pada tanggal 14 April 2005, PT . Bank Inter-Pacific, Tbk. Telah menandatangani Akta Penggabungan Nomor 17, dibuat dihadapan Imas Fatimah, S.H., Notaris di Jakarta, dimana PT. Bank Artha Graha menggabungkan diri kedalam PT. Bank Inter-Pacific, Tbk. Penggabungan tersebut telah mendapat izin dari Bank Indonesia dengan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 7/32/KEP.GBI/2005 tanggal 15 Juni 2005, dan berlaku efektif pada tanggal 11 Juli 2005.


(54)

Berdasarkan Akta Nomor 27 tanggal 12 Juli 2005, dibuat dihadapan Imas Fatimah, S.H., Notaris di Jakarta, dan telah mendapatkan izin dari Bank Indonesia dengan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 7/49/KEP.GBI/2005 tanggal 16 Agustus 2005, PT. Bank Inter-Pacific, Tbk. berganti nama menjadi PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk. Perubahan tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 101 tangal 19 Desember 2006 Tambahan Nomor 13128.

14. PT Bank Windu Kentjana Internasional, Tbk

PT Bank Windu Kentjana International Tbk (dahulu PT Bank Multicor Tbk) didirikan 02 April 1974 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1974. Kantor pusat MCOR berlokasi di Equity Tower Lantai 9, Jl. Jend Sudirman Kav 52 – 53 Jakarta. Pada saat ini, MCOR memiliki 22 Kantor Cabang, 20 Kantor Cabang Pembantu dan 31 Kantor Kas.

Pada tanggal 20 Juni 2007, MCOR memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MCOR (IPO) kepada masyarakat sebanyak 300.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 03 Juli 2007.


(55)

15. PT Bank CIMB Niaga Tbk

Bank OCBC NISP (sebelumnya dikenal dengan nama Bank NISP) merupakan bank tertua keempat di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 4 April 1941 di Bandung dengan nama NV Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank. Bank OCBC NISP kemudian berkembang menjadi bank yang solid dan handal, terutama melayani segmen Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Bank OCBC NISP resmi menjadi bank komersial pada tahun 1967, bank devisa pada tahun 1990 dan menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1994.

Pada akhir tahun 1990-an, Bank OCBC NISP berhasil melewati krisis keuangan Asia dan jatuhnya sektor perbankan di Indonesia, tanpa dukungan obligasi rekapitalisasi pemerintah. Bank OCBC NISP pada saat itu menjadi salah satu bank di Indonesia yang melanjutkan penyaluran kreditnya segera setelah krisis. Inisiatif ini memungkinkan Bank mencatat pertumbuhan yang tinggi.

Reputasi Bank OCBC NISP yang baik di industrinya dan pertumbuhannya yang menjanjikan, telah menarik perhatian International Finance Corporation (IFC), bagian dari Grup Bank Dunia, yang kemudian menjadi pemegang saham pada tahun 2001 - 2010 dan dari OCBC Bank-Singapura yang kemudian menjadi pemegang saham Bank OCBC NISP dan akhirnya menjadi pemegang saham pengendali melalui serangkaian akuisisi dan penawaran tender sejak tahun 2004. OCBC Bank-Singapura saat ini memiliki saham sebesar 85.06% di Bank OCBC NISP.


(56)

4.2 Hasil Penelitian

Tujuan Peneltian ini adalah untuk menguji apakah debt to equity, return on equity, return on asset dan earning per share bepengaruh terhadap priec earning ratio pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah berdasarkan kriteria tertentu, dan dari 31 perusahaan perbankan yang ada di bursa efek Indonesia, diperoleh 15 sampel yang memenuhi kriteria. Periode yan diambil adalah 3 (Tiga) tahun yaitu tahun 2010 hingga tahun 2012.

3.2.1 Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan ringkasaan dan gambaran umum tetang objek penelitian yang dijadiakan sampel penelitian. Penjelasan data melalui statistik deskriptif diharapkan memberikan gambaran awal tentang masalah yang diteliti. Deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel yang meliputi nlai mean, nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi baik dari variabel bebas dan variabel terikat pada perusahaan sektor aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(57)

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Sumber : Output SPSS (2014)

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 4.1 maka dapat dijelaskan bahwa :

1. Variabel debt to equity (DER) memiliki jumlah sampel (N) sebanyak 45,

dengan nilai minimum 0,071 dan nilai maksimum 65,35. Rata-rata sebesar 8.44771 dengan standar deviasi 9.758032.

2. Variabel return on equity (ROE) memiliki jumlah sampel (N) 45, nilai minimum sebesar 0,001 dan tingkat maksimum sebesar 0,313 dengan rata-rata 0,12556 dengan standard deviasi sebesar 0,076888. 3. Variabel return on asset (ROA) memiliki jumlah sampel (N) 45, nilai

minimum 0,001 dan nilai maksimum 0,034, dengan tingkat rata-rata sebesar 0,01597 dan tingkat standard deviasi 0,008381.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DER 45 .073 65.350 8.44771 9.758032

ROE 45 .001 .313 .12556 .076888

ROA 45 .001 .034 .01597 .008381

EPS 45 5.110 778.930 197.35156 207.113300

PER 45 6.531 29.185 14.45387 5.280803

Valid N (listwise)


(58)

4. Variable earning per share (EPS) memiliki jumlah sampel (N) 45, nilai minimum 5,11 dan nilai maksimum 778,93. Rata-rata EPS perusahaan sebesar 197.35156 dengan standar deviasi 207.11330.

5. Variabel price earning ratio(PER) memiliki jumlah sampel (N) 45, nilai minimum 6,531 dan nilai maksimum 29,185. Rata-rata sebesar 14,45387 dengan standar deviasi 5.280803

3.2.2 Pengujian Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data-data dari variabel yang digunakan dalam penelitian terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui analisis grafik dan analisis statistik. Normalitas data dapat dideteksi melalui analisis grafik dengan melihat bentuk gambar kurva dari Histogram Display Normal Curve. Data dikatakan normal jika bentuk kurva tersebut tidak condong ke kiri maupun ke kanan, melainkan ke tengah dengan bentuk seperti lonceng. Selain itu, normalisasi data juga dapat dilihat dengan menggunakan Normal P-Plot dimana data dikatakan dalam keadaan normal apabila distribusi data menyebar di sekitar garis diagonal. Sedangkan uji statistik yang dapat digunakan dalam uji normalitas adalah Uji Kolmogorov – Smirnov (K-S).

Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut: a. Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05; maka H0 diterima,


(59)

b. Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05; maka H0 ditolak, yang berarti data tidak berdistribusi normal.

Adapun hasil pengujian normalitas dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

1. Uji Normalitas Pada Multinational Company (MNC)

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

Gambar 4.1


(60)

Dengan melihat tampilan grafik histogram dapat disimpulkan bahwa grafik tersebut memberikan pola distribusi yang normal, karena kurvanya tidak menceng ke kiri atau ke kanan.

Untuk lebih menjelaskan bahwa data yang diuji berdistribusi normal dapat juga dilihat dengan grafik normal probability plot yang menunjukkan titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 4.2 berikut:

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS

Gambar 4.2


(61)

Cara lain untuk melihat distribusi data normal atau tidak adalah dengan melakukan uji Kolmogrov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5%, maka jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di atas 5% artinya variabel residual berdistribusi normal. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.2:

Tabel 4.2

Kolmogrov-Smirnov Data Perusahaan Perbankan di BEI One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 45

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 5.00636160 Most Extreme Differences Absolute .120

Positive .120 Negative -.074

Kolmogorov-Smirnov Z .804

Asymp. Sig. (2-tailed) .537

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai Asymp.Sig (2-tailed) adalah 0,537 dan di atas nilai signifikansi (0,05) dan Nilai Kolmogrov-Smirnov Z sebesar 0,804. Dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal karena karena p = 0,537 > 0,05.


(62)

4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji untuk mengetahui heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual pada diagram pencar (scatterplot).

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah) Gambar 4.3

Grafik Scatterplot Perusahaan Perbankan di BEI

Pada Gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas. Hal ini menunjukkan tidak


(63)

terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai

.

4.2.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terdapat korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu pada periode sebelumnya. Gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW). Kriteria pengambilan keputusan uji autokorelasi ditunjukkan pada Tabel berikut:

Tabel 4.3

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif atau

negative

Tidak ditolak Du < d < 4 – du

Sumber : Situmorang et al (2012 : 126) Tabel 4.4 Autokorelasi

Model Summaryb

odel R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

.318a .101 .011 5.25072 1.567

a. Predictors: (Constant), EPS, DER, ROE, ROA b. Dependent Variable: PER


(64)

Pada hasil output SPSS yang digambarkan dalam Tabel 4.5 terlihat nilai DW sebesar 1,567 dengan jumlah pengamatan sebanyak 45 dan kasus = 5, maka nilai du = 1,7762 dan nilai dl = 1,2874. Melalui data tersebut diperoleh hasil bahwa dl < d < du (1,2878 < 1,567 < 1,7762). Maka disimpulkan terjadi autokorelasi positif pada model regresi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu dengan yang lainnya. Masalah ini muncul karena kesalahan pengganggu dari satu observasi tidak bebas ke observasi lainnya.

Deteksi terhadap autokorelasi dapat juga dilakukan dengan metode The Runs Test seperti dalam Tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.5

Autokorelasi ‒ The Runs Test Runs Test

Unstand ardized Residual

Test Valuea -.64981

Cases < Test Value 22 Cases >= Test Value 23

Total Cases 45

Number of Runs 22

Z -.298

Asymp. Sig. (2-tailed) .765


(65)

Hasil output SPSS menunjukkan bahwa nilai test adalah -0,64891 dengan probabilitas 0,765. Nilai signifikansi berada di bawah 0,05 yang berarti tidak menerima hipotesis nol (H0). Sehingga dapat disimpulkan bahwa residual bersifat tidak random atau terjadi autokorelasi antar nilai residual.

4.2.2.4 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi/hubungan linier antarvariabel independen. Hubungan linear antarvariabel independen inilah yang disebut multikolinearitas. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value

atau nilai Variance Inflation Factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF ada lah 5, dimana tolerance value < 0,1 atau VIF > 5 maka terjadi multikolinearitas dan tolerance value > 0,1 atau VIF < 5 maka tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel 4.6

Hasil Regresi Linear Berganda Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 17.591 2.001 8.792 .000

DER -.098 .084 -.181 -1.175 .247 .943 1.061

ROE -5.687 15.664 -.083 -.363 .718 .432 2.315

ROA -62.004 193.055 -.098 -.321 .750 .239 4.178

EPS -.003 .006 -.120 -.516 .609 .416 2.404


(66)

Dari Tabel 4.7 di atas, terlihat bahwa setiap variabel independen memiliki

tolerance value > 0,1 dan VIF < 5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat multikolinearitas.

4.2.3 Hasil Regresi Linear Berganda

Dari Tabel diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

Y = 17,591-0,098 X1 -5,687 X2 – 62,004 X3 – 0,003 X4 +e Dimana

Y = Price earning ratio

X1= Debt to equity

X2 = Return on equity X3 = Return on asset

X4 = Earning per share e = Standar eror Interpretasi model :

a. Konstanta bernilai 17,591. Hal ini menunjukkan bahwa price earning ratio (PER) adalah Rp 17,591 satuan, apabila kedua variabel bebas yang diteliti nilainya sama dengan nol. Dengan kata lain, price earning ratio

akan tetap sebesar Rp 17,591 jika variabel bebasnya tidak memiliki pengaruh

b. Koefisien regresi debt to equity (DER) bernilai -0,098 artinya jika DER meningkat sebesar 1 satuan, maka PER akan mengalami penurunan


(67)

c. Koefisien regresi return on equity (ROE) bernilai -5,687 artinya jika ROEmeningkat sebesar 1 satuan, maka PER akan mengalami penurunan sebesar -5,687 kali.

d. Koefisien regresi return on asset (ROA) bernilai – 62,004 artinya jika ROA meningkat sebesar 1 satuan, maka PER akan mengalami penurunan sebesar – 62,004 kali.

e. Koefisien regresi earning per share (EPS) bernilai – 0,003 artinya jika EPS meningkat sebesar 1 satuan, maka PER akan mengalami penurunan sebesar -0,003 kali.

4.2.4 Pengujian Hipotesis 4.2.4.1 Uji Serempak (Uji-F)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (debt to equity, return on equity, return on asset, earning per share) memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikat (price earning ratio).

Tabel 4.7 Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression 124.222 4 31.055 1.126 .358a

Residual 1102.801 40 27.570

Total 1227.023 44

a. Predictors: (Constant), EPS, DER, ROE, ROA b. Dependent Variable: PER


(1)

(2)

Lampiran 5

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistic

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 17.591 2.001 8.792 .000

DER -.098 .084 -.181 -1.175 .247 .943 1.

ROE -5.687 15.664 -.083 -.363 .718 .432 2.

ROA -62.004 193.055 -.098 -.321 .750 .239 4.


(3)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistic

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 17.591 2.001 8.792 .000

DER -.098 .084 -.181 -1.175 .247 .943 1.

ROE -5.687 15.664 -.083 -.363 .718 .432 2.

ROA -62.004 193.055 -.098 -.321 .750 .239 4.

EPS -.003 .006 -.120 -.516 .609 .416 2.

a. Dependent Variable: PER

Sumber : Data diolah SPSS, 2014

Lampiran 6

Hasil uji Heteroskedastisitas


(4)

Lampiran 8

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summary Model

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 318a .101 .011 5.250716

a. Predictors: (Constant), EPS, DER, ROE, ROA

Autokorelasi

‒ The Runs Test

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.64981

Cases < Test Value 22 Cases >= Test Value 23

Total Cases 45

Number of Runs 22

Z -.298

Asymp. Sig. (2-tailed) .765


(5)

Lampiran 9

Hasil uji Hipotesis

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .318a .101 .011 5.25072 1.567

a. Predictors: (Constant), EPS, DER, ROE, ROA b. Dependent Variable: PER

Uji Serempak (Uji-F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 124.222 4 31.055 1.126 .358a

Residual 1102.801 40 27.570

Total 1227.023 44

a. Predictors: (Constant), EPS, DER, ROE, ROA b. Dependent Variable: PER

Hasil Uji Persial (Uji-t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 17.591 2.001 8.792 .000

DER -.098 .084 -.181 -1.175 .247 .943 1.061

ROE -5.687 15.664 -.083 -.363 .718 .432 2.315


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 17.591 2.001 8.792 .000

DER -.098 .084 -.181 -1.175 .247 .943 1.061

ROE -5.687 15.664 -.083 -.363 .718 .432 2.315

ROA -62.004 193.055 -.098 -.321 .750 .239 4.178

EPS -.003 .006 -.120 -.516 .609 .416 2.404