Pembiayaan Prinsip Akad Pelengkap / Lainnya
4. Pembiayaan Prinsip Akad Pelengkap / Lainnya
a. Al-Hawalah
Al-hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Sebagai contoh, seorang pedagang beras ingin membeli beras kepada orang yang mempunyai pabrik padi dan penggilingan beras. Pemilik beras dimaksud, dibayar oleh pedagang secara kredit, sehingga pemilik beras tersebut bermohon kepada bank syariah untuk membayar tunai sejumlah piutang dimaksud. Selanjutnya bank syariah yang akan menagih kepada pedagang beras sesuai dengan termin pembayaran yang ada di satu pihak dan pihak lainnya juga Bank Syariah akan membebankan jasa kepada pedagang tersebut.59
b. Gadai (Rahn)
Gadai (Ar-rahn) adalah seseorang yang meminjam harta orang lain dengan memberikan sesuatu barang miliknya yang mempunyai nilai ekonomi, seandainya terjadi kegagalan dalam pembayaran, maka orang yang meminjamkan hartanya dapat memiliki barang tersebut. Oleh karena itu, Gadai (Rahn) dalam bentuk transaksi yang dilakukan oleh seseorang yang membutuhkan dana, sehingga manggadaikan barang yang dimilikinya sebagai jaminan Bank Syariah dan atas izin Bank Syariah orang tersebut dapat menggunakan barang yang digadaikan dengan syarat harus dipelihara dengan baik. Bank Syariah akan membebankan biaya jasa gadai sesuai dengan kesepakatan. Dasar hukum gadai adalah Hadist Nabi Muhammad SAW. Sebagai berikut yang artinya:60
“Telah meriwayatkan kepada kami Nasr bin Ali Al-Jahdhomi, Ayahku telah meriwayatkan kepadaku, meriwayatkan kepada kami Hisyam bin Qatadah dari Anas berkata sungguh Rasulullah SAW. Menggadaikan baju besinya kepada Yahudi di Madinah, dan menukarnya dengan gandum untuk keluarganya” (HR Ibnu Majah)
c. Garansi Bank (Kafalah)
Apabila nasabah membutuhkan garansi bank syariah untuk melakukan pekerjaan tertentu, nasabah dapat menempatkan sejumlah uang sebagai jaminan untuk membuka garansi Bank Syariah. Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. Dasar hukum kafalah di antaranya sebagai berikut:
QS Yusuf (12) ayat 72
72. Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya".
Hadist Riwayat Bukhari Muslim No 947 yang artinya
“ Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. katanya : bahwasannya pernah ada jenazah seseorang lelaki yang mempunyai utang dihadapkan kepada Rasulullah SAW., maka Baginda bertanya : Apakah dia ada meninggalkan sesuatu untuk membayar utangnya? Sekiranya Baginda diberitahu bahwa orang tersebut ada meninggalkan sesuatu untuk membayar utangnya, maka baginda akan mendirikan shalat ke atas jenazahnya, sekiranya dia tidak meninggalkan sesuatu baginda bersabda: Shalatkanlah ke atas temanmu itu. Setelah Allah memberikan kemudahan kepada baginda dalam menaklukkan negeri, baginda bersabda : Aku lebih berhak terhadap orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri. Karena itu siapa yang mati meninggalkan utang maka akulah yang akan membayarnya dan siapa yang mati meninggalkan harta, maka harta itu untuk ahli warisnya”
d. Perwakilan (wakalah)
Al-Wakalah adalah penyerahan atau pemberian mandate kepada seseorang. Wakalah dalam bahasa arab biasa juga disebut tafwidh. Tafwid berarti menyerahkan sesuatu urusan kepada orang lain yang mengandung hal-hal yang diwakilkan. Oleh karena itu, bila nasabah meminta kepada Bank Syariah untuk mewakili dirinya melakukan jasa transaksi perbankan seperti transfer uang, inkaso, letter of credit, dan lain-lain, tentunya bank syariah akan membebankan biaya jasa sesuai dengan kesepakatan. Dijelaskan wakalah adalah seseorang menyerahkan urusan dagangannya dan/atau bisnis lainnya kepada orang lain dan dengan demikian ia dapat menggantikan peranannya berkaitan dengan bisnis yang dia jalankan.61
Contoh dari perwakilan (wakalah adalah) setoran kliring, inkaso, RTGS, Transfer, Tranfer valuta asing, Pajak Online, Pajak Impor.
e. Kegunaan Bank Syariah
Dengan diterapkannya system perbankan syariah yang berdampingan dengan system perbankan konvensional, mobilisasi dana menyarakat dapat dilakukan secara lebih luas, terutama dari segmen masyarakat yang selama ini belum dapat tersentuh oleh system perbankan konvensional. Dalam prinsip pembiayaan konsep yang diterapkan adalah hubungan antarinvestor yang harmonis (mutual investor relationship). Adapun dalam system konvensional, konsep yang diterapkan adalah hubungan debitur dan kreditur yang antagonis (debtor to creditor relationship). Dan yang terakhir adalah system perbankan syariah memiliki beberapa keunggulan komparatif berupa penghapusan pembebanan bunga yang berkesinambungan (perpetual interest effect), membatasi kegiatan spekulasi yang tidak produktif, dan pembiayaan yang ditujukan pada usaha-usaha yang memperhatikan unsur moral (halal).
Dari penjelasan yang sudah disampaikan keberadaan Bank Syariah mampu menjadi solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa keuangan yang sesuai dengan syariat islam, meskipun perlu penyempurnaan dalam pelaksanaannya.
f. Tantangan Bank Syariah saat ini dan strategi pengembangan Bank Syariah
Sebelum mengemukakan tantangan pengembangan system perbankan syariah penulis perlu mengemukakan beberapa hal. Pertama , perbankan syariah memiliki daya tahan yang relative lebih kuat dalam menghadapi krisis ekonomi dan moneter ditahun 1998 s,d tahun 2000 – an . fakta hukum dimaksud , menunjukkan bahwa dalam periode perbankan syariah diharapkan dapat berperan lebih besar dalam proses pemulihan perekonomian di Indonesia yang masih terus berlangsung dan masih terasa sampai tahun 2007. Kedua,nilai-nilai syariah dalam perspektf mikro (dana dikelola dengan integritas tinggi dan hati-hati) dan makro (semua aktivitas perbankan mengandung amar makruf dan nahi mungkar dan berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat) dapat menentukan perkembangan Bank Syariah dan lembanga keuangan syariah lainnya. Oleh karena itu, nilai-nilai mikro dimaksud mengandung makna sebagai berikut: