Pengelolaan Sumberdaya Lahan Berwaawasan Lingkungan Di Kawasan Pertambangan Panas Bumi Darajat, Garut

PENGEILOLAAN SUMBERDAYA LAHAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN Dl KAWASAN
PERTAMBANGAN PANAS BUM1 DARAJAT, GARUT

Oleh :
HERMANTO

PROGRAM PASCASARJANA
INSiTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
HERMANTO. Pengelolaan Sumber Daya Lahan Berwawasan Lingkungan
di Kawasan Pertambangan Panas Bumi Darajat, Garut.
Ditbimbing oleh Prof. Dr. Ir. M. SRI SAENI, MS dan Drs. M.A. BUSTOMI,
MSc.
Lahan

merupakan

sumberdaya


alam

yang

mempunyai

keterbatasan baik jurnlah maupun daya dukungnya. Oleh karena itu dalarn
pengelolaan penggunaan lahan diperlukan suatu perencanaan yang
menjamin produktivitas dan kelestariannya dengan memilih altematif
penggunaan lahan terbaik bagi peruntukan pertanian maupun non
pertanian secara efisien dan berkelanjutan.
Penelitian dil.aksanakan dengan menggunakan metoda RUSLE
(Revised Universal Sril Lost Equation) untuk memprediksi kehilangan
tanah akibat erosi run-off di lahan miring pada penggunaan lahan dengan
fungsi lahan peruntukan pertanian maupun non pertanian di seluruh lokasi
pengamatan sekitar kawasan PLTP Darajat Garut. Selanjutnya dilakukan
pengukuran Iaju tjegradasi lahan dengan mengetahui persentase
besarnya perubahan nisbah pelepasan sedimen sebagai dampak lanjut
dari seni menggunakan persamaan regresi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola penggunaan lahan
sangat berperan dalam mempengaruhi laju degradasi lahan. Penggunaan
lahan yang berimbang antara fungsi lahan bagi peruntukan pertanian, non
p12rtanian dan kehutanan ternyata dapat menekan laju degradasi lahan
sehingga lahan dapet dimanfaatkan secara efektif dan berkelanjutan. Laju
degradasi lahan tertinggi terjadi pada lahan di sekitar sumur PLN unit I
yi3itu sebesar 199,6'2 %, sebaliknya yang terendah terjadi pada sub - DAS
sekitar Reservoir IUnit 2 yaitu - 88,08%. Terbukti pula bahwa metoda
RUSLE dan persanlaan regresi cukup baik digunakar, sebagai salah satu
aiternatif

pemantz~uan lingkungan dan

perencanaan

pengelolaan

s~mberdayalahan Ibewawasan lingkungan terutama dalam menekan laju
degradasi lahan yang disebabkan oleh erosi dan sedimentasi.


ABSTRACT

Land was one of natural resources that have few of sum and
~capacity.Because of that on the land use management need one planned
{.hat provided pnxluctivity and sustainable. The exploitation of land for
(agricultureor other should efficient.
Subject matter on this thesis is a result of original researched as
one of requirements for the degree of Master in the Study Program of
Iinvironment Resource Management, Institute of Agriculture Bogor and
has not been submitted for a higher degree to any other university or
institution.
This research used RUSLE Method as a tool to predict and amount
of soil loss on sloping land as a result of run-off on around PLTP Darajat,
Garut area. The regression function used to explain the relationships
I~tween
land use management factors and increase of land degradation.
The research showed that the land use management take the
important effect c:~fland degradation increase. The highest of land
degradation increarjed on around the PLN Unit I area was 199,62 % and
the lowest was on around the Reservoir IUnit 2 area (- 88,08%). The use

of RUSLE Method and regression function can be another way to control
the effect of land use management. Especially, it's recommended to
protect soil loss and sediment.

SURAT PERNYATAAN

D~mnganini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
PEiNGELOLAAN
LllrlGKUNGAN Dl

SUMBER

DAYA

LAHAN

BERWAWASAN

KAWASAN PERTAMBANGAN PANAS BUM1


DIiRAJAT, GARUT.

adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juni 2002

Hxmanto
NRP. 99256

PENGELOWN SUMBERDAYA LAHAN
BERWAW,ASANLINGKUNGAN Dl KAWASAN
PERTAMBANGAN PANAS BUM1 DARAJAT, GARUT

HERMANTO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

PROGRAM PASCASARJANA
INSiTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Tesis

: Pengelolaan Sumberdaya Lahan Benuawasan
Lingkungan Di Kawasan Pertambangan Panas
Bumi Darajat, Garut

Nilma

: Hennanto

NIZP

,


Plogram Studi

: Pengelolaan Sumberdaya Alam d m Lingkungan

99256

Menyetujui :
1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. M.S. Saeni. MS.
Ketua

Drs. M.A Bustomi. MSc.
Anggota

Menaetahui.
2. Ketua Program Sudi
Pengelolaan Sumberdaya Al
dan Lingkungan


-Prof. Dr. Ir. M.Sri Saeni. MS.
T,anggal Lutus : 1 7 Mei 2002

Penulis dilahirkan di Baturaja (Sumatera Selatan) pada tanggal 13 Maret
1954 sebagai anak ke empat dari delapan bersaudara dari Ayah

Milhammad Djuned tian lbu Mastura Hamid. Pada tahun 1976 lulus SD
Xaverius Ill Palembang, tahun 1980 lulus SMP Negeri Vlll Palembang,
tat~un 1983 lulus SMA Xaverius I Palembang, dan tahun 1988
m~!nyelesaikan stud1 pada Fakultas Peitanian Jurusan llmu Tanah
Universitas Sriwijayz, Palembang. Pada tahun 1989

-

1994 penulis

menjadi staf karyawan pada PT. Perkebunan Negara XI Jakarta.
Selanjutnya mulai tahun 1995 penulis diangkat menjadi Staf Peneliti pada
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) Bogor, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Pada

tahun 1999 penulis memperoleh beasiswa untuk melanjutkan studi S-2
pa3a Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor pada program studi
Pengelolaan Sumber~layaAlam dan Lingkungan.

PRAKATA
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah yang Maha
Ktrasa atas berkat dan RahmatNya yang telah dilimpahkanNya, sehingga
penelitian dan penulijan tesis ini dapat diselesaikan.
Selesainya penelitian dan tulisan ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, u n t ~ ~itu
k penulis mengucapkan banyak terimakasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Komisi pembimbhg Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni, MS, sebagai ketua, Drs.

M.A. Bustomi, MSc. sebagai anggota yang telah banyak memberikan
bimbingan dan petunjuk dengan tekun dan tulus ikhlas mulai dari
penyusunan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian di lapangan
sampai dengan pcmyelesaian tulisan ini.
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pertanian,
Kapuslitbang Tanaman Perkebunan dan Kepala Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) atas izin dan kesempatan
yang telah diberikan kepada penulis untuk melanjutkan studi S-2 pada
Program Pascasarjana IPB.
3. Rektor IPB dan C)irektur Program Pascasarjana IPB atas kesempatan

yang telah diberikan kepada penulis untuk melanjutkan studi S-2.

:

4. Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,

Bapak-bapak dan lbu-ibu dosen pada Program Studi Pascasarjana
IPB atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan, serta kepada
seluwh staf administrasi atas bantuan yang telah diberikan selama
penulis menempuh studi di tempat ini.
5. Komisi Pembinazn Tenaga Badan Libang Departemen Pertanian

Indonesia dan P.RMP atas kesempatan dan beasiswa yang telah
diberikan.
6. Direktur PT. Amoseas dan staf baik di Kantor Pusat maupun di PLTP


Samarang Garut yang telah memberikan kesempatan dan bantuan
kepada penulis untuk dapat melaksanakan penelitian di PLTP
Samarang Garut.

7. lstri ir. Erlita Adriani, MBA dan anak Tia dan Taqi yang begitu banyak

pengorbanan, pengertian dan perjuangan yang telah diberikan dengan
tulus

ikhlas dan

penuh kesabaran untuk

mendorong serta

mendampingi penulis selama menempuh studi di IPB.
8. lbunda Mastura Hamid, Ayahanda Muhammad Djuned yang penuh

kasih sayang memelihara, mendidik dan membesarkan dengan ahlak
budi pekerti yclng luhur, serta mernberikan motivasi maupun do'a restu
dalam menuntut ilmu.
9. Untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang

telah banyak membantu dalam rnenyelesaikan studi di Bogor.
Semoga semua amal kebaikan tersebut rnendapat irnbalan yang setimpal
dari Allah S.W.T. rhin.
Bogor, Juni 2002

Penulis

DAFTAR IS1
Halaman

PRAKATA

i

DAFTAR IS1

iii

DAFTAR TABEL

v

DAFTAR GAMBAR
I.

'

PENDAHULUAfd
1.1. Latar Belakang
1.2. Hipotesis
1.3. Tujuan Perielitian
1.4. Manfaat Penelitian

II.

TINJAUAN PUSTAKA

4

2.1. Pengelolaan Sumberdaya Lahan

4

2.2. Erosi dan Sedimentasi

9

2.3. Teknik Pernantauan Sumberdaya Lahan, Tanah dan Air

12

Sumberdaya Lahan
2.4. Upaya Pel~?starian

13

2.5. Keberadaan Hutan

15

2.6. Peranan Manusia

17

Ill. BAHAN DAN NlETODE
3.1. Lokasi dar~Waktu Penelitian
3.2. Bahan dart Alat
3.3. Metode Pc!ngumpulan Data
3.3.1. Data Primer
3.3.2. Data Sekunder
3.4. Metode Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Tahapan Penelitian
3.4.2. Analisis Data

IV. KEADAAN UMlJM LOKASI PENELlTlAN
4.1. Tanah dan Topografi
4.2. lklim
4.3. Hidrologi dan Kualitas Air
4.3.1. Hidrologi

4.3.2. Kuiltas Air
4.4. Penggunaim Lahan di Kawasan PLTP Darajat

V.

HASlL DAN PEMBAHASAN
5.1. Erosi dan ljedimentasi

5.2. Pola Penggunaan Lahan
5.3. Laju Degrs~dasiSumberdaya Lahan
VI.

KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

DAFTARTABEL

Halarnan
Tabel 1. Pengaruh Suhu Udara dan Curah Hujan Terhadap
Kecepatar~Pernbentukan Tanah

11

Tabel 2.

Kode Struktur Tanah

22

Tabel 3.

Kode Perrneabilitas Profil Tanah

23

Tabel 4.

Nilai Faktor Pengelolaan Tanarnan ( C )

24

Tabel 5.

Nilai Faktor P Untuk Berbagai Tindakan
Konservasi Tanah Khusus

Tabel 6.

Pedornan Penetapan Nilai Erosi yang Masih Diizinkan
Pada Tanah-Tanah yang Berada di Wilayah Indonesia

26

Tabel 7.

Klasifikasi lndeks Bahaya Erosi (I)

27

Tabel 8.

Pengaruh Luas DAS Terhadap Nisbah Pelepasan
Sedirnen

27

Lokasi dan Debit Air Sungai-sungai di
Kawasan PLTP Darajat Garut dan Sekitarnya

36

Tabel 10. Hasil Pengujian K u a l i i Air di Daerah Peneliiian di Kawasan
PLTP Darrijat

39

Tabel 11. Luas Penijgunaan Lahan Lapangan Panas Burni Darajat
Tahap I dim II

50

Tabel 9.

Rrbel 12. Nilai Faktor-faktor Erosi dan Prediksi Erosi Aktual (A) pada
Setiap Sub - DAS Penelitian di Kawasan PLTP
Darajat G3Nf dan sekitamya
52
Tabel 13. Erosi yansj Ditoleransikan (Nilai T) Pada Lahan
Penelitian PLfP Darajat Garut

54

Tabel 14. Luas Sub - DAS, Prediksi Total Erosi dan Sedirnentasi
Ak!~al Pa'da Lahan Penelitian di PLTP Darajat Garut

55

Tabel 15. Luas Sub - DAS, Prediksi Total Erosi dan Sedimentasi
Toleransi pada Lokasi Penelitian PLTP Darajat Garut

55

Tallel 16. Tata Guna Lahan, Prediksi Total Erosi Aktual (A), Erosi
Potensial (I3), Batas Toleransi Erosi (T) Serta lndeks
Bahaya Emsi (I) pada Setiap Sub - DAS Penelitian
di Kawasar~PLTP Darajat Garut dan Sekitamya

57

Tallel 17. Persentasc! Luas Pembukaan Lahan (XI), Persentaae
Luas Hutar~Alami (X2). Persentase Luas Konstruksi PLTP
(X3). Nilai Iideks Bahaya Erosi (&) Nisbah lndeks
Pengunan Lahan (X5) dan Persentase Perubahan Nisbah
61
Pelepasan Sedimen (Y)
TalA 18. Koefesien Regresi Fungsi Laju Degradasi Lahan di
Kawasan F'ertambangan Panas Bumi Darajat Garut

63

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Giambar 1.Lokasi Pe~ielitiandi Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga
Panas Bu~niDarajat (PLTP), Garut

21

Giambar 2.Persentase Tanah Untuk Tanaman Keras Menurut Jumlah
Batang per Hektar
24
Giambar 3.Faktor C l-anaman Keras, Jenis Tanaman Daun Lebar
atau Kecil

25

Giambar 4.Peta Topclgrati Kawasan PLTP Darajat, Garut

32

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

-

Tabel Lampiran I.Data Curah Hujan 1988 2000 di Kawasan PLTP
Dzrrajat Garut.
74
T&el Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi dan Analisis Ragam dari
Fungsi Laju Degradasi Lahan di Kawasan PLTP
Dzirajat, Garut.

75

R ~ b eLampiran
l
3. Data Kimia Tanah PLTP Darajat, Garut

76

Tabel Lampian 4. Data Kualitas Fisik Tanah PLTP Darajat, Garut

77

Gimbar Lampiran 1. Hutan di Kawasan PLTP Darajat, Garut

78

Gimbar Lampiran 2.Sumur Produksi Panas Bumi dan Usahatani
Disekitarnya pada kawasan PLTP Darajat, Garut 78
G,ambar Lampiran 3. Pola Penggunaan Lahan Peruntukan Pertanian
dan Non Pertanian di Sekitar Kawasan PLTP
79
Chrajat, Garut
Gambar Lampiran 4. Generator lnduk PLTP Darajat, Garut

79

I. PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Dalarn rnernenuhi kebutuhan pokoknya, rnanusia tidak lepas dari
rnasalah pengelok~an alarn yang salah satunya adalah berupa
psngelolaan lahan. Pengelolaan sumberdaya alam rneliputi antara lain
psngelolaan sumberdaya alarn pulih, surnberdaya alarn tidak pulih dan
si~mberdayarnengalir. Sedangkan pengelolaan lahan antara lain rneliputi
p~ngelolaantanah pertanian, pernukiman, industri dan fasilitas urnum.
Pengelolaan lahan yang baik berarti pengelolaan surnberdaya alam yang
rr~enerapkan asp~!k keseimbangan

lingkungan,

sehingga

selain

rr~emberikan hasil yang optimal juga rnemberikan rnanfaat secara
bzrkelanjutan. Dalarn hubungannya dengan pengelolaan sumberdaya
aarn (tanah dan air) upaya mencegah erosi dan sedimentasi rnerupakan
h,slpenting dilaksanakan agar degradasi lahan dapat ditekan yaitu dengan
p ~ l apenggunaan khan yang efektif: (1) rnenutup dengan turnbuhan dan
tanaman atau sisa t~rnbuhanagar terlindung dari daya perusak butir hujan
yi3ng jatuh, (2) rne~nperbaikidan menjaga keadaan tanah agar resisten
terhadap penghancur agregat dan pengangkutan, serta rnernperbesar
dsya serap air pennukaan tanah, (3) rnengatur aliran permukaan, agar
k~?cepatanalirnya tidak merusak dan mernperbesar infiltrasi (Arsyad,
1389).

Perhatian kh~~sus
terhadap pengelolaan surnberdaya lahan dan air
diberikan kepada lapangan pertambangan Pembangkit Listrik Tenaga
Panas Bumi (PLTP: dan sekitamya di Kecamatan Pasiwangi, Kabupaten
Ciarut, Jawa Barat ini karena disekitar lokasi yang berada dalarn DAS
Cimanuk ini masih bar.;rak terdapat lahan pertanian rakyat yang belum
rr~enerapkankaidah-kaidah konse~asitanah dan air. Selain itu dilihat dari
sjsgi hukum, daerah ini merupakan bagian dari kawasan hutan cagar alam
dan hutan lindung di bawah adrninistrasi pernerintah dan pengelolaan

pertarnbangan PLTP, pertanian sekaligus sebagai cagar alarn dan hutan
lindung, rnaka penelitian yang menunjang pengelolaan lahan dan
surnberdaya yang ada perlu dilakukan.
Curah hujan rata-rata tahunan di daerah ini berkisar antara
2.700

- 2.800

rnm per tahun termasuk dalarn tipe iklim D. Jumlah ini

cukup potensial sebagai sumber air dan pemanfaatannya secara efektif
perlu dilakukan untuk mencegah laju erosi dan sedimentasi secara
berkelanjutan. Ul~ayapemanfaatan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah melakuk~~n
pengelolaan lahan dan air hujan seoptirnal mungkin
untuk menekan aju erosi dan sedimentasi tanah ke air sungai dengan
terus memantau perkembangannya guna menjarnin kelestarian fungsi
lahan tersebut.
Hipotesis

1.2.

Hipotesis penelitian ini adalah:
1. Pola penggurlaan lahan yang berirnbang antara fungsi lahan bagi

peruntukan p~?rtanian,non pertanian dan kehutanan dapat menekan
laju degradasi lahan.
2. Laju degrada~~i
lahan akibat erosi dari sedimentasi dapat dipantau dan
dikendalikan tlengan menggunakan metoda RUSLE serta mengetahui
hubungan a n t i ~ apola penggunaan lahan terhadap laju erosi.
1.3.

Tujuan Penelitian
Tujuan per~elitianini adalah :

1. Mengetahui ipengaruh pola penggunaan lahan bagi peruntukan

pertanian maupun non pertanian terhadap laju degradasi lahan akibat
dari erosi dan sedimentasi.
2. Menyusun alternatif teknik pemantauan lingkungan dalam ha1 laju

degradasi lahan dari suatu kawasan sebagai dampak dari kegiatan
pengelolaan s~rnberdayalahan.

1.4.

Manfaat Penelitian
Hasil peneltian ini diharapkan berguna bagi :

1. Bahan pertirnt~angan pengelolaan kawasan Pertarnbangan Panas
Burni Darajat Jawa Barat, dalarn rangka rnendukung kelestarian
kualitas surnbezlaya lahan rnelalui pengelolaan lahan yang efektif.
2. Pengembangar~ ilrnu pengetahuan khususnya dalarn perencanaan

penyusunan pengelolaan lahan yang berwawasan lingkungan.

II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Pengelolaan Surnberdaya Lahan

Pertumbuhan

penduduk

dan

ekonomi

semakin

mendesak

perluasan lahan garapan ke daerah-daerah marginal seperti lahan rawa,
lahan alang-alang, 'Jan lahan tadah hujan di daerah hulu aliran sungai.
Untuk pengembang,m lahan tersebut membutuhkan tinjauan yang lebih
mendalam tentang cara pengelolaan lahan yang sedang dan akan
dianjurkan. Pada ilmumnya sistem pertanian lahan mearginal belum
banyak dipahami se'cara mendalam, sedang keragaan agroekosistemnya
cukup komplek. Kendala lingkungan dan kondisi sosial pertanian serta
k~rterbatasansentuhan teknologi yang sesuai menyebabkan kualitas dan
p~oduktivitas lahan mengalami degradasi. Pemanfaatan, pengelolaan
serta pelestarian sumberdaya lahan dengan demikian semakin menuntut
pendekatan antar disiplin dengan wawasan yang lebih luas (Manwan, I.
1!)89).
Pengelolaan sumber daya lahan yang lestari sangat dipengaruhi
oleh kondisi agroeltologi lahan itu sendiri, yang didalamnya tercakup
aspek tanah, iklim, t~pografi,tataguna lahan atau fungsi lahan dan kondisi
sosial ekonomi mallpun budaya masyarakat pengguna lahan tersebut.
Dalam penerapannya dilakukan evaluasi daya dukung surnberdaya lahan
yang meliputi evaluasi erosivitas dan erodibilitas tanah, sistem usahatani
serta kesesuaian khan terhadap berbagai peruntukan baik pertanian
maupun non-pertan~an.Secara khusus perlu dilakukan kajian terhadap
upaya pelestarian Sllmberdaya lahan yang telah dan akan dilakukan baik
dialam peruntukan 'ahan bagi pertanian maupun non-pertanian seperti
industri, pertambangan dan pemukiman.
Menurut Haeruman (1979), suatu sumber alam dapat dipergunakan
untuk berbagai k~!perluan, sehingga pemilihan peruntukan tersebut
rrienjadi sangat nenting. Dalam ha1 ini perlu diperhatikan pemilihan
psruntukan tersebut dilakukan atas dasar; (1) efisiensi dan efektifitas

peruntukan terseb~tdilakukan atas dasar; (1) efisiensi dan efektifitas
penggunaan yang ~ptirnumdalarn batas-batas kelestariannya, (2) tidak
rnengurangi kernampuan dan kelestarian surnber alarn lain yang berkaitan
dalarn suatu eksosistem dan (3) rnernberikan kernungkinan untuk
rnernpunyai pilihan penggunaan dirnasa depan, perornbakan ekosistern
tidak dilakukan secclra drastis.
Untuk pengernbangan dan eksploitasi sumberdaya lahan di sektor
pertanian dan kehutanan dilakukan dengan rnencermati persayaratan
turnbuh tanarnan, sehingga selanjutnya akan didapatkan efisiensi
usahatani. Menurui Sinukaban (1994), pertanian berkelanjutan adalah
pertanian yang dirancang secara sisternatis rnenggunakan aka1 sehat dan
usaha keras yang berkesinarnbungan sehingga pertanian itu sangat
produktif secara terus rnenerus, rnerupakan habitat tenaga kerja yang baik
untuk jurnlah

yang

besar dan

rnerupakan

suatu

usaha yang

rnenguntungkan. Sehubungan dengan ha1 itu, dalam perencanaan
pengelolaan lahan kering dapat dilakukan rnelalui beberapa tahap yaitu:
(1) rnengevaluasi kesesuaian penggunaan lahan, (2) rnelakukan prediksi

erosi, (3) rnelakuka~ianalisis ekonorni, dan (4) rnernpertirnbangkan aspek
sosial. Pada tahapan berikutnya dapat dirurnuskan arahan pengelolaan
surnberdaya lahan bemawasan lingkungan yang diharapkan rnarnpu
rnenjaga kualitas surnberdaya lahan secara lestari.
Upaya pengc:lolaan surnberdaya lahan pada suatu kawasan yang
dilakukan secara terpisah oleh masing-masing sektor, tanpa landasan
pendekatan interdisiplin atau integrasi, seringkali rnenyebabkan bentrokan
kepentingan antara satu sektor dengan sektor lainnya. Misalnya antara
sektor pertanian dmgan sektor industri. Pengelolaan surnberdaya lahan
rnencakup rnasalah eksploitasi atau pernanfaatan lahan dapat diirnbangi
dengan tindakan konservasi sumberdaya lahan, sehingga rnanfaat
rnaksirnal dari surnberdaya lahan dapat diperoleh secara terns-menerus.
Disarnping itu pertirnbangan ekonornis dan ekologis harus berirnbang.
Karena pengelola~n harus rnengusahakan tercapainya kesejahteraan
rnasyarakat dengar~rnernpertahankan kelestarian surnberdaya lahan dan

lingkungan (Soeriaiegara, I., 1978). Hal senada dikemukakan oleh
Iiaeruman

(1980)

bahwa

pengelolaan

lahan

bertujuan

untuk

lnemantapkan dan melestarikan produktifitas serta mempertahankan
lteanekaragaman alami rnasyarakat biotik dalam batas daya dukung
lingkungan, standar gizi dan pengawetan tanah dan air.
Daerah aliran sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai
watu hamparan wilayah atau kawasan yang dibatasi oleh pembatas
lopografi (punggun!~ bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan,
:;edimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak - anak sungai
dan keluar pada s u ~ t utitik (outlet). DAS dapat terdiri dari beberapa SubIIAS yang selanjutnya dapat terbagi lagi atas beberapa sub - sub - DAS.
Dalam pengelolaan DAS ada 6 ha1 yang harus dilakukan yaitu : (1)
~nengkajikemamp~~an
lahan di wilayah DAS melalui studi klasifikasi
ltemampuan

lahai,

(2)

menggunakan

tanah

sesuai

dengan

ltemampuannya dan melindungi tanah dari kerusakan yang diakibatkan
oleh aktivitas yang merusak, (3) mengurangi bahaya banjir dan
sedimentasi, (4) rneningkatkan dan mempertahankan kesuburan tanah,
15) meningkatkan lproduktivitas tanah, (6) memperbaiki kesejahteraan
lnanusia di dalam D,4S (Sinukaban, 1995).
Pengelolaan sumberdaya lahan yang merupakan bagian dari suatu
claerah aliran sungai (sub

-

DAS) dapat dilakukan dengan baik melalui

penggunaan tanah 'Jan air secara rasional. Untuk mendapatkan manfaat
yang optimal dan estari dengan menekan bahaya kerusakan sampai
sekecil-kecilnya.

klenurut Sinukaban (1995), pengelolaan suatu sub

-

IIAS akan mempengaruhi produktivitas dan fungsi DAS secara
Iteseluruhan. Oleh karena itu pengelolaan tanah dan air pada suatu lahan
(sub

-

DAS) harus, mampu menjamin produktivitas lahan yang tinggi

dengan menekan erosi dan sedimen serendah mungkin dan fungsi
liidrologi yang baik, serta dapat membina DAS secara keseluruhan dan
lahan (sub - DAS) khususnya yang lentur terhadap goncangan perubahan
yang terjadi (resilient), selain tetap menjamin terlaksananya faktor-faktor
pemerataan (equitbr) pada petani. Wilayah DAS sebagai suatu unit

~~engelolaan
sumbe~dayalahan terdiri dari sumberdaya yang dapat pulih
gaitu vegetasi, tanah dan air. Komponen-kornponen tersebut berinteraksi
:,ah sama lainnya can secara alami telah terpadu dan membentuk suatu
crkosistem. Di d a l ~ ~ m
suatu wilayah DAS (lahan) terdapat berbagai
k.egiatan dan beberapa instansi atau sektor dengan kepentingan yang
t~erbeda-beda.Seh~bungandengan ha1 itu, maka pengelolan lahan harus
clilaksanakan secarrl terpadu, dimana pengelolaanya harus dilaksanakan
atas dasar keseirnbangan dan keserasian pembangunan antar program,
sektor dan bidang :;ehingga fungsi pengaturan tata air dan perlindungan
kesuburan tanah maupun fungsi produksi dapat berjalan dengan serasi.
Lahan memFlunyai pengertian yang lebih luas dari pada tanah.
1.ahan sendiri terdiri dari lingkungan fisik yang meliputi iklim, relief, tanah,
hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut adalah akibat
kegiatan-kegiatan rnanusia di masa lalu maupun sekarang, seperti
rekalamasi daerah pantai, pembukaan hutan dan juga yang berakibat
rnerugikan seperti akumulasi garam. Adapun tanah didefinisikan sebagai
permukaan bumi )fang terdiri dari campuran bahan mineral, bahan
organik, air dan udara yang tersusun oleh horizon - horizon tanah, dan
rnerupakan media t~mbuhbagi tanaman (FAO, 1976). Mengingat fungsi
lshan yang demikian penting, maka dalam pengelolaannya harus
tliciptakan hubungan yang saling menguntungkan antara manusia dan
lahan, sehingga lahan dapat dimanfaatkan secara optimal dan lestari.
Agar tercipta hubur~gantersebut harus dilakukan berbagai upaya agar
penggunaan lahan sesuai dengan kemampuannya, karena lahan
rnempunyai batas kemampuan untuk mendukung berbagai kegiatan
diatasnya (Hardjowigeno, 1994).
Pengelolaan lahan yang

optimal sangat

diperlukan untuk

lnempertahankan produktivitas lahan, karena kernampuan lahan untuk
lnendukung pertuml~uhantanaman atau menghasilkan barang atau jasa
lersebut dapat menurun akibat kerusakan tanah oleh satu atau lebih
proses berikut (Riql~ier,1977 dalam Arsyad, 1989) (1) kehilangan unsur
hara dan bahan orlganik dari daerah perakaran; (2) proses salinisasi di

daerah perakaran; :3) terkumpulnya unsur atau senyawa yang merupakan
racun bagi tanaman; (4) penjenuhan tanah oleh air (water logging); dan

(5) erosi.
Menurut Sitcrus (1991), pengelolaan lahan dapat diartikan sebagai
segala tindakan atau perlakuan yang dikiikan pada sebidang lahan untuk
menjaga atau mempertinggi produktivitas lahan. Sistem pengelolaan
lahan mencakup ernpat aspek yaitu : (1) perencanaan penggunaan lahan
sesuai dengan ken~ampuannya,(2) tindakan-tindakan khusus konservasi
tanah dan air, (3) rienyiapkan tanah dalam keadaan olah yang baik, dan
(4) menyediakan uisur hara yang cukup dan seimbang bagi tumbuhan.
Dinyatakan lebih jauh bahwa pada prinsipnya pengelolaan lahan
mempunyai dua tujuan yaitu tujuan fisik dan tujuan ekonomi. Tujuan fisik
adalah tujuan yarlg dapat diukur dalam satuan-satuan fisik seperti
produksi per hektar dan jumlah hasil yang diperoleh. Tujuan ekonomi
dinyatakan dalam terminologi ekonomi seperti pendapatan bersih
maksimum dan lairl-lain. Adiningsih (1996), menambahkan bahwa aspek
teknologi dalam pengelolaan lahan mencakup teknologi konservasi tanah
dan air (termasuk ketersediaan teknologi dan tingkat adopsi teknologi)
serta teknologi pemantauan kegiatan pengelolaan lahan (meliputi
pengendalian atau pengawasan terhadap perubahan penggunaan lahan).
Lebih jauh Manwan et a/. (1998), menyatakan bahwa dalam pengelolaan
lahan suatu kawacian seharusnya dibuat sesuai dengan kendala dan
peluang kerangka kerja konseptual dan sistematis dibutuhkan untuk
identifikasi masalat~dalam perencanaan. Perspektif analisis atas dasar
karakteristik utama yaitu agroklimat dan sifat tanah dapat digunakan untuk
keperluan tersebut.

Pertimbangan dari berbagai faktor sosial dan

ekonomi akan menjadi kunci dalam pengelolaan lahan di suatu kawasan.
Dalam pengelolaan lahan pada suatu kawasan harus mempertimbangkan
masalah yang berhubungan dengan keuntungan pengelolaan lahan yang
lestari atau berke;inambungan (Afandi, 1986). Kesinambungan tidak
hanya dilihat dari a:;pek produktivitas dan keuntungan ekonomi saja tetapi
juga aspek lingkun!jal~(Gliessman, 1990). Oleh karena itapembangunan

pertanian di DAS t~agianhulu memiliki implikasi bentuk pertanian yang
lberkesinambungan yang berdasarkan pada kelestarian sumberdaya alam
(Lal, et ab, 1990).
Pengelolaan lahan yang berkesinambungan memilki beberapa
!syarat, seperti (1:1 kualitas sumberdaya lahan tidak menurun, (2)
,:erjaminnya sumberdaya air, (3) terdapat keterpaduan antara antara
.;istern biologi dan sistem dalam pengelolaan lahan, (4) secara ekonomi
nenguntunkan dan (5) terjaminnya pemenuhan masyarakat (Benbrook,
1990). Pengelolaar lahan yang berkesinambungan tidak terlepas dari
lsyarat ini, sehingga tidak akan menyebabkan terjadinya penurunan
~produktivitastanah dan penurunan kualitas lingkungan akibat erosi yang
1:inggi.

2.2.

Erosi dan Sedimentasi

Tanah merulbakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi
ltehidupan manusia, karena bagian terbesar dari keperluan manusia
1;erkandung di dalaninya. Tanah diperlukan oleh manusia untuk a) tempat
atau ruang singgah dan hidup, b) berwwk tanam, beternak, rnemelihara
ikan dan lain-lain.

Penggunaan

tanah

ditentukan

oleh

beberapa

Ikeadaan seperti jttnis tanah dan kesuburannya, keadaan lapangan.
1:opografi dan ketinggian, aksesibilitas, c) kemampuan atau kesesuaian
lahan dan tekanan penduduk (dimensi sosial).
Penyebab ~ t a m a terjadinya lahan kritis adalah erosi yang
nelampaui ambang batas ( 1

-

15 ton per ha setahun )

karena

pengelolaan lahan selama ini tanpa kaidah - kaidah konselvasi. Sukmana
(1996) melaporkan bahwa budidaya tanaman pangan semusim tanpa
disertai konservasi ~nenyebabkanterjadinya erosi dengan kisaran 46 - 361
ton per ha setahun.
~
sumberdaya yang harus dikembangkan
Lahan k e r i n ~merupakan
~ntukmemenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan kesejahteraan
penduduk Indonesia terutama di pedesaan yang jumlahnya terus

meningkat dengan laju yang cukup tinggi. Luas lahan kering yang dapat
dikembangkan untl~k tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan
sekitar 23,3 juta ha (BPS, 1993). Namun demikian sebagian besar
kawasan lahan kering mempunyai kondisi yang kurang menguntungkan
untuk usahatani yai tu 7,5 juta ha diantaranya adalah potensial kritis, 6 juta
ha semi kritis, darl 4,9 juta ha kritis (Direktorat Bina Rehabilitasi dan
Pengembangan Latlan, 1993).
Erosi tanah merupakan peristiwa hilangnya tanah oleh proses
alami, dimana peristiwa ini pada prinsipnya terdiri dari dua tahap. Tahap
pertama adalah pelepasan partikel akibat pukulan butir hujan dan tahap
kedua adalah pengiakutan butir-butir yang terpecah oleh aliran permukaan
ke tempat yang lebii rendah (El-Swaify, Arsyad dan Krishnarajah, 1982).
Jumlah bahian tererosi yang terangkut sangat dipengaruhi oleh
banyak faktor.

Faktor yang dapat mempengaruhi pengangkutan tanah

yang hilang ini anlara lain, hujan (baik jumlah maupun intensitasnya),,
kemiringan lahan, vegetasi penutup lahan, dan tindakan manusia.
Besarnya kehilangan tanah sangat dipengaruhi oleh bagaimana keadaan
dari faktor-faktor tepsebut(Morgan, 1986).
Lapisan perrnukaan tanah (top soil) yang merupakan bunga tanah
dan salah satu bagan dari sumberdaya lahan yang penting terutama bagi
sektor penggunaarl lahan untuk pertanian dan kehutanan khususnya,
serta kelestarian lingkungan secara umum.

Keberadaan lapisan &s

(tebal dan kualitasnya) menjadi penting karena dapat menentukan
produktivitas dan tingkat kesuburan lahan, namun sebaliknya lapisan
permukaan ini sangat peka terhadap pengikisan oleh aliran permukaan
(run-off) yang dapat menimbulkan bahaya erosi dan sedimentasi terutama
pada lahan bertopografi miring dengan curah hujan yang tinggi. Erosi dan
sedimentasi ini akan terus

- menerus terbawa aliran air,

sehingga pada

gilirannya dapat mr?ncemariair sungai serta menyebabkan pendangkalan
sungai maupun waduk.

Disamping itu proses pembentukan lapisan

permukaan tanah ini berlangsung sangat lama.

Di Indonesia pada

daerah-daerah yarlg masa tumbuhnya lebih dari 270 hari, kecepatan

pembentukan tanah dapat mencapai lebih dari 2 mm per tahun (Shah,
1982).
label 1. Pengaruh Suhu Udara dan Curah Hujan Terhadap Kecepatan
Pembentultan Tanah

-

Masa
tumbuh
- (hari)
< 75
75 - 179
180 - 269
- > 270
Keterangan :

Suhu udara
Panas
Sedang
Dingin
(3"- 18°C)
(-3' 10°C)
(>I 8°C)
0.50
0.50
0.25
.-I,00
0,50
0,25
1,50
0,75
0,50
2,OO
1,OO
030
Sl~mberShah (1982).
Masa tumbuh adalah jumlah hari dalam satu tahun
yrlng curah hujannya sama atau lebih besar dari
setengah evapotranpirasi.

-

-

Hasil penelit an ini sejalan dengan pengamatan Hardjowigeno
(1987) di pulau Rakasa (anak gunung Karakatau) yang menunjukkan
bahwa dalam masa 100 tahun (1883

-

1983) dari vulkanik hasil letusan

gunung Krakatau tahun 1883 (bahan vulkanik vitrik), telah terbentuk tanah
atas setebal 25 cm atau rata-rata setebal2,5 mm per tahun. Berdasarkan
l~asilpenelitian tersebut, ditetapkan besarnya nilai T (batas toleransi erosi)
~naksimumuntuk tiinah-tanah di Indonesia adalah 2,s mm per tahun.
IJamun bagi tanah-tanah yang kedalamannya dangkal, maka nilai'T
tersebut harus lebih kecil dari 2,5 rnm per tahun.
Dregne (1992) menyebutkan bahwa pulau Jawa adalah wilayah
ljengan tingkat erosi tertinggi di Asia akibat dari pola penggunaan lahan
fang tidak mengindahkan konservasi tanah. Lebih dari 80% lahan
pertanian mengalarii erosi hebat. Kehilangan tanah dari lahan pertanian
diperkirakan mencapai 50 mm per tahun yang menyebabkan hampir 4%
dari hasil pertanian total untuk seluruh Jawa hilang setiap tahunnya akibat
erosi. Dalam ha1 ir~iintervensi manusia melalui perubahan penggunaan
lahan berhubungan langsung dengan laju erosi yang terjadi. Pada lahan
yang tanahnya tel~rhmengalami degradasi hebat dleh erosi akan sulit
diolah, karena taqahnya relatif keras, bergumpal dan kemampuan

menyerap air berkurang, disamping tingkat kesuburannya yang menurun,
sehingga tanah tersebut tidak sesuai lagi untuk budidaya (Ruslan, 1989).
Dwiatmo (1985) mengemukakan bahwa untuk mengetahui
besarnya laju erosi dapat diukur dengan bermacam-macarn cam seperti:
(a) dengan mepergl~nakanplot kecil; (b) analisa kandungan sedimen dari
air yang mengalir; (c) mengukur jumlah sedimen yang terkumpul di dalam
waduk, dan (d) memperkirakan dengan rumus The Universal Soil Los
Equation (USLE). Cara melakukan pengukuran muatan dasar sampai
pada sungai

-

surgai kecil dilakukan dengan memasang "Trap" pada

dasar sungai, sedang pada sungai besar digunakan 'bed load sampler
yang berupa kantong perangkap sedimen.

2.3. Teknik Pemiantauan Sumberdaya Lahan, Tanah dan Air
Mengetahui dampak suatu cara penggunaan lahan terhadap
lingkungan adalah penting untuk menghindari tejadinya kerusakan lahan,
terutama yang disel~abkanoleh erosi dan sedimentasi (Rachman, A,. et al.
1998). Teknik pemantauan sumberdaya lahan, tanah dan air diperlukan
agar kebijaksanaan penggunaan lahan tidak menimbulkan degradasi dan
lahan dapat dipergunakan secara produktif dan lestari. Metode prediksi
erosi dan sedimctntasi dari sebidang lahan (sub

-

DAS) dapat

dipergunakan u n t ~ kmemantau dampak dari suatu eksploitasi afau
pengelolaan lahan terhadap kelestarian sumberdaya lahan terutama
pengawetan tanah dan air.

Selanjutnya prediksi erosi digunakan pula

sebagai alat bantl~untuk mengambil keputusan dalam perencanaan
pengelolaan lahan serta tindakan konse~asiatau pengawetan tanah dan
air.
Pengelolaan sumberdaya lahan bagi peruntukan pertanian maupun
non-pertanian teruiama pada tanah-tanah yang berlereng hampir tidak
mungkin menekan laju erosi dan sedimentasi menjadi no1 (Arsyad, 2000).
Namun demikian untuk menjaga kualitas lahan perlu ditetapkan laju erosi
dan sedimentasi yang masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan pada
suatu kawasan (sub

-

DAS). Melalui pemantauan laju erosi dan

sedimentasi diharapkan laju degradasi sumberdaya lahan dapat ditekan
seminimal mungkin secara dini. Teknik pemantauan sumberdaya lahan
dapat dilakukan dengan penggunaan model prediksi erosi dengan
persamaan RUSLI: (Revised Universal Soil Loss Equation), karena teknik
ini mudah diopera:sikan dan dapat dimodifikasikan sesuai kebutuhan serta
memungkinkan semua komponen penyebab erosi diungkapkan (Wilwx et
al., 1990).
2.4.

Upaya Pelestarian Sumberdaya Lahan
Menurut N1c Keeney (1998) isu terpenting dalam pertanian

berkelanjutan adalah konservasi tanah dan kualitas tanah. Kualitas tanah
didefenisikan sebagai kapasitas tanah dari jenis tanah tertentu. Untuk
berfungsi didalan~ ekosistem alami atau ekosistem buatan guna
menopang produklivitas tanaman dan hewan, memelihara kualitas udara
dan air, serta n~enyokong kesehatan manusia maupun habitatnya.
Konservasi tanah sebagai upaya pelestarian sumberdaya lahan dapat
dilihat dari 2 s u d ~ ~pandang
t
yaitu on-site dan off-site effects. On-site
effect dari erosi lanah dititik beratkan pada pengaruh erosi terhadap
penurunan produktivitas tanah

yang

utamanya disebabkan oleh

kehilangan tanah, sehingga akan merubah kedalaman top soil maupun
kandungan bahan organik. Sedang off-site effect dari erosi tanah di/titik
beratkan pada perdugaan besarnya jumlah sedimen yang secara aktual
memasuki kawasali waduk sebagai akibat adanya erosi. Jumlah sedimen
ini pada kawasan pertanian bukan merupakan erosi total. Pendugaan
erosi total tanah secara aktual yang memasuki waduk atau sungai hams
dikalikan dengan ratio pemindahan sedimen. Ratio ini merupakan fungsi
dari kemiringan lahan , pola drainase, vegetasi, intensitas hujan, lamanya
kejadian angin dan tingkat penyaluran air. Dengan demikian on-site effect
dari erosi tanah dapat digunakan sebagai tujuan praktis untuk menduga
secara kuantitatif perubahan suatu kondisi lahan akibat adanya erosi dan
sedimentasi, sedangkan off-site effect dari erosi tanah tidak dapat
digunakan untuk tujuan teknis (Hufschmidt, 1983).

Beberapa tcknik konservasi yang telah dikenal sepeti pernberian
mulsa, budidaya l~zvong(alley cropping), teras gulud dan teras bangku
terbukti dapat rnengendalikan laju erosi. Penerapan teknik konservasi
tanah dan air ini dapat dilakukan dengan cara rnengkombinasikannya
pada suatu lahan secara efektif. Secara umum menurut Arsyad (1991)
usaha konse~asitanah dan air bertujuan untuk rnenekan laju erosi
sarnpai arnbang batas yang ditoleransikan. Usaha konservasi ini dapat
digolongkan menjadi dua golongan yaitu metode vegetatif dan metode
mekanik. Akan tetapi masih ada rnetode lain yang belurn luas
penggunaannya, y,aitu metode kirniawi. Metode ini rnenggunakan bahan
kimia yang dikenal sebagai soil conditioner. Bahan kirnia ini berfungsi
untuk rnemantapkan struktur tanah sehingga lebih tahan terhadap pukulan
energi kinetik air hujan. Disarnping rnernperbaiki struktur tanah, soil
conditioner juga rr~emperbaikisifat kimia tanah seperti kapasitas tukar
kation.
Metode vecletatif merupakan usaha pengendalian erosi tanah
dengan rnenggunakan tanarnan atau sisa tanaman. Metode ini dapat
mengurangi energi pukulan butir hujan yang sampai ke perrnukan tanah,
mengurangi kecepatan dan daya rusak aliran permukaan serta
rnernperbesar kap,asitas infiltrasi tanah. Beberapa contoh rnetode ini
adalah pergiliran tanaman, agroforestry, penanaman rurnput penguat
teras ,dan penggunaan sisa tanarnan sebagai mulsa atau pupuk hijau.

'

Metode rnekanik merupakan kegiatan pengendalian erosi tanah
dengan

menggunakan

bangunan

pengendali

erosi.

Tindakan

pengendalian erosi yang terrnasuk dalarn metode ini adalah pengolahan
tanah menurut kontur, pernbuatan guludan, teras bangku dan lain-lain.
Efektivitas usaha konservasi tanah yang digunakan pada suatu
kawasan sangat te~gantungkepada kualitas dari metode yang digunakan.
Disarnping itu upaya konse~asidalam pengelolaan lahan harus terkait
dengan aspek lain ,jeperti sosial budaya masyarakat sekitarnya dan tidak
berdiri sendiri (Hudzion, 1988).

2.5.

Keberadaan Hutan
Sumberdayit alam dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu :

1) sumberdaya alz~rnyang dapat diperbaharui (renewable resources) dan
(2) sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui atau dapat habis (non-

renewable resou~ces). Sumberdaya alam yang dapat diperbaharui
misalnya hutan, air, lingkungan hidup dan lain-lain.

Sedangkan

sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui misalnya minyak bumi, gas
dan mineral lainnya. Surnberdaya alam yang dapat diperbaharui dapat
dibagi menjadi ~ U Zkelompok
I
yaitu yang dapat diperbaharui dalam jangka
waktu yang lama dan dapat diperbaharui dalam waktu singkat. Hutan
yang merupakan "catchment area" termasuk sumberdaya yang dapat
diperbaharui dalam waktu yang cukup lama. Hutan merupakan tempat
penyimpanan air untuk sungai - sungai yang ada di sekitamya. Begitu pula
top soil tanah yanq rentan terhadap erosi, rnerupakan sumberdaya alam
yang lambat pulih, karena untuk daerah tropis seperti lahan di Indonesia
laju pembentukannya rata-rata hanya setebal 1,2 mm per tahun.
Manan (1935) rnengemukakan bahwa pengaruh hutan dapat
dirasakan oleh manusia secara nyata, misalnya adanya peristiwa banjir ,
kekeringan, erosi ~ l a nsedimentasi sampai lenyapnya suatu kebudayaan
bangsa. Vegetasi hutan sangat berpengaruh terhadap (a) peristiwa
intersepsi tajuk hu:an terhadap curah hujan melalui aliran batang (stemp
flow), air tembus lthrough flow) dan curah hujan netto yang sampai ke
atas tanah di bawiah hutan; (b) fluktuasi debit aliran sungai (stream flow)
pada musim hujar~dan musirn kemarau ;(c) sifat fisik dan kimia tanah
melalui produksi serasah dan humus di bawah tegakan hutan, infiltrasi,
perkolasi dan alairan di bawah permukaan tanah serta penyimpanan air
dan pengisian air bumi (ground water) yang pada akhimya sebagai
sumber mata air yimg mengalir ke sungai; (d) berbagai sistem silvikuffur ,
misalnya sistem tcbang pilih atau tebang habis dan penjarangan akan
memberikan pengaruh yang berlainan terhadap produksi sedimentasi dan
debit air sungai.

Hal ini disebabkan karena adanya peristiwa

evapotranspirasi dari berbagai jenis pohon.

6

Peranan Mar~usia
Lahan

merupakan

sumberdaya

alam

yang

mempunyai

keterbatasan baik jumlah maupun daya dukungnya. Oleh karena itu dalam
ynggunaan lahan diperlukan suatu perencanaan yang menjamin
Icebutuhan manusia Tujuan dari perencanaan penggunaan lahan adalah
~nemilihalternatif penggunaan lahan terbaik bagi peruntukan pertanian
lnaupun non pertanisn secara efisien dan bersifat lestari.
Sistem erosi dan sedimentasi dari suatu lahan dalam DAS erat
sekali hubungannyi3 dengan sistem hidrologi terutama dengan aliran
oermukaan yang terjadi

. Dalam sistem erosi dan sedimentasi ini yang

lnemegang peran penting adalah curah hujan, tanah, lereng, vegetasi dan
ltegiatan manusia (Sirnoen, 1985). Selanjutnya Arsyad (1985) menyatakan
I~ahwa pengaruh faktor manusia terhadap erosi tergantung pada
I~agaimana manu:;ia

akan

memperlakukan dan

mempergunakan

ianahnya, yang tepgantung pula pada tingkat penguasaan teknologi,
iingkat pendapatart, hubungan antar in-put dan out-put pertanian,
pendidikan, penyuluhan, pemilikan tanah dan penguasaan tanah. Senada
~denganha1 itu Fiebieger (1994) mengungkapkan bahwa komponen utama
(dad lahan yang morupakan bagian dari DAS meliputi faktor biotik dan
sbiotik , seperti manusia, hewan (livestock), vegetasi, tanah dan air.
Manusia memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi kualitas
suatu lahan. Korrponen-komponen tersebut saling berinteraksi dan
berkaitan satu dengan lainnya. Oleh karena itu pengelolaan lahan pada
suatu DAS seharusnya dilakukan secara terpadu melalui pendekatan
~nterdisipliner. Upaya tersebut mencakup pengendalian erosi, aspek
keteknikan, aspek pertanian, pendekatan manfaat ekonomi, perlindungan
lingkungan dan aspsk sosial masyarakat di sekitarnya .
Sistem

peigelolaan

sumberdaya

lahan

pada

umumnya

berkembang tanpa memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini disebabkan
karena keterbatasen modal dan teknologi. Erosi dan sedimentasi yang
terjadi menjadi pepnyebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan dan
produktivitas lahan. Penurunan produktivitas yang terjadi harus diimbangi

dengan aktivitas perlindungan terhadap sumberdaya lahan, sehingga
kernarnpuan lahan untuk rnendukung kehidupan tetap tinggi.
Penggunaan sumberdaya lahan yang dilakukan rnanusia pada
dasarnya adalah kc!giatan untuk rnendapatkan pendapatan bersih dengan
biaya yang paling rendah. Usaha rnenurunkan biaya produksi dapat juga
berarti rneniadakar upaya konservasi tanah yang rnernbutuhkan biaya
cukup besar , sedang keuntungan dari penggunaan teknologi ini tidak
dapat langsung dirasakan. Selain faktor biaya, pernanfaatan lahan
berlereng tanpa kcnservasi rnerupakan penggunaan lahan diluar batas
kernarnpuannya dan dapat rnenyebabkan produktivitas tanah berkurang
dan biaya pengelols~anrnenjadi lebih besar (Cook,1988).
Usahatani kclnservasi sebagai salah satu bentuk pengelolaan lahan
bertujuan rnenemps~tkantanah pada pola penggunaan lahan yang optimal,
sehingga produktivitas lahan tetap tinggi dan pengrusakan lingkungan
dapat ditekan. Peiggunaan teknologi konservasi dalarn usahatani di
daerah berlereng sangat diperlukan. Narnun adopsi teknologi konservasi
ini dapat dilakukari petani bila (1) ada keuntungan segera, (2) resiko
kegagalan ditanggung atau diganti asuransi, (3) jika perubahan yang
diintroduksikan sesuai dengan pola fikir dan kehidupan petani (Osgood,
1991).

Ill.BAHAN DAN METODE

i3.1.

Lokasi dan Waktu Pene!?ian

Penelitian dilaksanakan di Lapangan Proyek Panas Bumi Darajat
!fang terletak di Kernmatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa
13arat. Luas lahan yang dibuka untuk menunjang kegiatan PLTP ini yaitu
65 ha dengan luas wilayah kerja proyek

* 500 ha. Wilayah ini didominasi

bagi peruntukan agar alam atau hutan lindung serta sebagian kecil lahan
~nilikmasyarakat. Fisiografi lahan yang terletak di dataran tinggi Garut ini

-

berbukit-bukit denclan ketinggian 1.600 2.000 m di atas permukan laut
(dpl) serta jenis tanah Andosol Umbrik dan Andosol Vitrik. Curah hujan
pada lokasi penelitian berlangsung hampir sepanjang tahun dengan curah
hujan tahunan sek~tar2.700

- 2.800 mm (tipe D).

Hidrologi permukaan

claerah penelitian merupakan bagian dari DAS Cimanuk. Penelitian ini
clilaksanakan pada bulan Pebruari sampai dengan September 2001.

21.2.

Bahan dan 14lat
Bahan dan alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut : (a) Peta topografi, ,(b) Peta tataguna lahan atau
penggunaan tanah, (c) Peta tanah dan (d) Data iklim (curah hujan,
kecepatan angin,

S U ~ Udan

kelembaban). Alat yang diperlukan adalah

r~eteran,ring sample, alat pengukur volume sedimen (stop wacth, ember,
@as ukur, turbidimeter), Abney hand level, GPS dan kompas.

3'3.

Metode Pengumpulan Data

X3.1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diambil dari sampel yang terdiri
atas variabel bebas dan variabel tidak bebas, dimana peubah bebas
adalah pola penggunaan lahan dan peubah tidak bebas adalah laju

pelepasan sedmentasi.

Peubah bebas

yang

dimaksud

meliputi:

persentase luas areal pembukaan lahan (garapan petani), persentase luas
hutan alami, ipersentase luas konstruksi bangunan dan jaringan
pembangkit tenaga listrik panas bumi (PLTP), serta nilai indeks bahaya
erosi. Data lain yang diamati meliputi nilai indeks tindakan konse~asi
lahan, sifat tanali, serta pola tanam yang diterapkan petani. Adapun caracara pengukurarl variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Satuan lahan (sub

-

DAS) ditentukan berdasarkan pengelompokan

bentuk fisiocrafi permukaan lahan dari setiap sub

-

DAS, selanjutnya

sampel tanahnya diuji di laboratorium untuk mengukur tingkat
erodibilitas ':anah.

Hasil pengujian ini dinilai berdasarkan indeks

erodibilitas tanah dengan klasifikasi penilaian menurut Arsyad (1989)
yaitu sebagz,i berikut:
1

ur~tuktanah sangat peka erosi.

0,8 - 1

ur~tuktanah peka erosi.

0,6

ur~tuktanah agak peka erosi.

- 0,8

0,4 - 0,6 urltuk tanah kurang peka erosi.
0,2

- 0.4

urltuk tanah tidak peka erosi.

0 - 0,2

ur~tuktanah sangat tidak peka erosi.

2. Kedalaman lapisan tanah diukur dengan pembuatan profil pengamatan

tanah di setap sub - DAS.
3. Luas tanah garapan petani, luas hutan alami, konstruksi bangunan dan
jaringan Pl.TP, tanaman lapisan atas, tengah dan bawah. Lahan
terbuka dihitung luasnya, selanjutnya masing-masing dibandingkan
dengan luas lahan pada setiap sub
pertambangan panas

-

bumi Darajat dan

DAS pada kawasan
sekitarnya,

sehingga

menghasilkan persentase untuk masing-masing variabel.
4. Besar

erosi

secara

kuantitatif diduga

dengan

menggunakan

pendekatarl USLE (Universal Soil Loss Equation) yang selanjutnya
dibandingk,m dengan batas erosi yang masih diijinkan untuk tanah
tersebut.

Metode yang digunakan untuk pendugaan erosi adalah metode
USLE yang mer~pakanfungsi dari :

A=RKLSCP
Keterangan :
A adalah lbesarnya erosi (tonlha per tahun),
R adalah ~ndekserosivitas hujan,
K adalah faktor erodibilitas tanah,
L adalah lpanjang lereng,
S adalah kemiringan lereng,
C adalah faktor pengelolaan tanaman dan

P adalah faktor teknik konservasi lahan.

Gambar 1. Lokasi Penelitian di kawasanpembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Darajat (PLTP), G a ~ t

Untuk nienghitung indeks erosivitas hujan digunakan rumus Bols
(1978) dengan persamaan :
El3,=

53 . -2
(6,119 I?'.*' x D ~ < ~ '0X
* )M
j m xmmljam.

Keterangan :
adalah indeks erosivitas hujan yang merupakan gabungan chergi
Kinetik hu.an dengan intensitas maksimum 30 menit,
R = rata-rata curah hujan bulanan (mm),
D = rata-rata jumlah hari hujan setiap bulan dan
M = adalah curah hujan maksimum dalam 24 jam (cm).
Pendugijan nilai K diperoleh dari hasil kompilasi data sekunder dan
pengamatan l~~pangan
yang diklasifikasikan menurut sistem USDA (Soil
Survey Staff, 1990).

Penentuan nilai K berdasarkan rumus Hammer

(1980) yaitu :
100 K = 2.713 M ' . ' ~(lo4) (12-a) + 3.25 (b-2) + 2.5 (c-3)
Keterangan :
K adalah erodil)ilitas tanah,
M = (YOdebu +

pasir sangat halus) (100- % liat),

a adalah % bahan organik (%C X 1.724),
b adalah nilai struktur tanah dan
c adalah nilai permeabilitas tanah.
Nilai struktur

tanah

dan

permeabiltas

ditetapkan dengan

berpedoman p*ada klasifikasi Wischmeir dan Smith (1978) dalam 'Arsyad
(2000). Kode struktur tanah dan kode permeabilitas profil tanah tertera
pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Kode Struktur Tanah
Kelas struktur tanah (ukuran diameter)

- Granuler sargat halus (< 1 mm)

- Granuler halls (1 - 2 mm)
- Granuler sec ang sampai kasar (2 - 10 mm)

- berbentuk bhck, blocky, plat, masive

Sumber : Wischmeir dan Smith (1978) dalam Arsyad (2000)

Kode
1
2
3
4

Tabel 3. Kode Permeabilitas Profil Tanah
Kelas permeabilitas

Kecepatan

Kode

(cmljam)

- Sangat lambai
< 0,5
- Lambat
0,5 - 2,O
- Lambat sampai sedang
2,O - 6,3
- Sedang
6,3 - 12,7
- Sedang samprai cepat
12,7 - 25,4
- Cepat
> 25,4
Sumber : Wischrneir dan Smith (1978) dalam Arsyad (2000)

6
5
4
3
2
1

Untuk mttnghitung faktor panjang lereng dan kemiringan lereng,
digunakan rumu; lahan berlereng terjal (> 20 %) yang dikembangkan oleh
Mc. Gregory, et sl., (1977) yaitu

Keterangan :
LS = nilai faktor penjang dan kemiringan lereng,

m = 0.5 untuk lereng 2 5%,
C = 34.7046, 0 =: sudut lereng, h = panjang lereng
Untuk menghitung nilai C digunakan rumus sebagai berikut :
alNl(:l+a2N2~2+..aNncn
c=12 bulan x 100

Keterangan :

I

C = adalah indeks tanaman rerata tertimbang,
a = adalah persentase luasan relatif dan jenis tanaman tertentu terhadap
luas unit pc?metaanyang sama,
N = adalah lalr~anyajenis tanaman dibudidayakan dan
c = adalah indeks pengelolaan tanaman dari masing-masing jenis
tanaman yang dibudidayakan.
Nilai ind12kspengelolaan beberapa jenis pengelolaan yang ada di
lokasi penelitim (C) ditetapkan dengan mengacu kepada hasil-hasil
penelitian terdahulu. Nilai faktor pengelolaan tanaman yang dipedomani
untuk lokasi penelitian terlihat pada Tabel. 4.

Tabel 4. Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman ( C )
Nilai faktor C
0,95
0,02
0,70
0,90
0.90
0,90
0,90
0,50
0,20
0,50
0,38
0,38
Sumber :

Jenis perlakuan atau komoditas
--anah kosong tidak diolah
l?umput- rumputan
Kentang searah lereng
ICubis
\Nortel
13etsai
Cabe
Ilaun bawang
I