Birokrasi dan Investasi Birokrasi

20 publik Agus Dwiyanto, 2002: hal 228. Berbagai permasalahan yang ada dalam tubuh birokrasi tersebut merupakan serangkaian permasalahan yang ada dalam tubuh birokrasi baik pusat maupun di daerah-daerah. Khususnya bagi daerah, otonomi daerah yang semula diharapkan untuk lebih baik, justru pada kenyataannya tujuan belum mampu dijalankan dengan baik, yang terjadi kebijakan-kebijakan daerah di tengah jalan yang berakibat semakin jeleknya pelayanan publik. Tjokroamidjojo 1988 mengidentifikasikan ada empat aktor besar yang menghambat efisiensi administrasi negara birokrasi, yaitu: a. Kecenderungan membengkaknya birokrasi baik dalam arti struktural maupun luasnya campur tangan terhadap kehidupan masyarakat. b. Lemahnya kemampuan manajemen pembangunan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, koordinasi, dan pengawasan. c. Rendahnya produktivitas pegawai negeri. Siagian 1987, mengidentifikasikan ada tiga jenis kelemahan yang melekat pada pegawai negeri, yaitu: 1. Kemampuan manajerial, yaitu kurangnya kemampuan memimpin, menggerakkan bawahan, melakukan koordinasi dan mengambil keputusan. 2. Kemampuan teknis, yaitu kurangnya kemampuan untuk secara terampil melakukan tugas-tugas, baik yang bersifat rutin, maupun yang bersifat pembangunan. 3. Kemampuan teknologis, yaitu kurangnya kemampuan untuk memanfaatkan hasil-hasil penemuan teknologi dalam pelaksanaan tugas.

2.4.1 Birokrasi dan Investasi

Cap buruk birokrasi Indonesia dinilai seolah sudah menjadi rahasia umum bagi semua kalangan. Besarnya biaya birokrasi formal yang harus dikeluarkan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 21 berinvestasi, maka investor cenderung menempuh jalur informal. Pemerintah yang seharusnya memberikan pelayanan yang baik, justeru bertindak sebagai penguasa. Kebijakan yang dikeluarkan sepertinya bukan mempermudah, melainkan mempersulit. Jika birokrasinya buruk, maka sangat berkolerasi dengan tingkat korupsi yang tinggi. Survei Bank Dunia menunjukkan bahwa untuk memulai investasi di Indonesia, pengusaha harus melewati 12 prosedur yang memerlukan waktu 151 hari. Dalam hal biaya, prosedur panjang ini setara dengan 130,7 dari pendapatan per kapita penduduk Indonesia. Para investor juga menaruh uangnya minimal 125,7 dari pendapatan perkapita di bank untuk memperoleh izin berusaha. Untuk menutup usaha, membutuhkan waktu 6 tahun dan melewati sebanyak 34 prosedur, Kompas 2 Juli 2005 dalam Suranto dan Isharyanto: 2007. Dalam peta perekonomian internasional, Indonesia menepati urutan ke 120. Kondisi ini tentu cukup memprihatinkan mengingat posisi negara-negara lain ke Asean saja, Indonesia jauh tertinggal. Posisi pertama ditempati Singapura, Malaysia 6, Thailand 18, Brunei Darussalam 59 dan Vietnam 99. Beberapa masalah yang membuat peringkat Indonesia jeblok adalah: akses listrik 121, pembayaran pajak 137 dan melulai usaha atau berinvestasi 175, World Bank Report Doing Business, 2014 dalam http:ahmaderani.cominvestasi-dan-kapasitas-birokrasi.html. 2.4.2 Peran Pemerintah Daerah dalam Peningkatan Investasi Peran Ekonomi Daerah adalah suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan rill perkapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Pemerintah daerah memiliki empat peran strategi dalam pembangunan ekonomi daerah, yakni: 1. Peran sebagai enterpreneur, pemda bertanggung jawab menjalankan bisnis BUMD Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 22 2. Peran koordinator, penetapan dalam kebijakan dan strategi pembangunan yang melibatkan masyarakat 3. Peran fasilitator, pemerintah daerah mempercepat pembangunan daerah melalui perbaikan lingkungan perilaku 4. Peran stimulator, memberikan rangsangan pengembangan usaha dan investasi. Berdasarkan fungsi dan peranan di atas dalam pembangunan ekonomi daerah maka pemerintah daerah memiliki beberapa strategi dalam pengembangan ekonominya. Beberapa strategi dapat dilakukan melalui: 1. Pengembangan fisik atau lokalitas, kawasan industri, kawasan investasi lainnya. 2. Strategi pengembangan dunia usaha melalui upaya-upaya kebijakan yang merangsang usaha, melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Perbaikan kualitas lingkungan b. Pengembangan pusat informasi dan promosi c. Pusat pengembangan usaha kecil d. Pusat penelitian produk daerah. Berdasarkan strategi di atas, maka perlu dikembangkan informasi dan promosi yang terkait dengan pengembangan usaha yang meliputi peluang-peluang investasi dan pengembangan perekonomian wilayah 2.5 Infrastruktur 2.5.1 Definisi Infrastruktur Sampai saat ini belum ada definisi khusus tentang infrastruktur. Namun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, infrastruktur dapat diartikan sebagai sarana dan prasarana umum. The Routledge Dictionary of Economics 1995 memberikan pengertian yang lebih luas, yaitu bahwa infrastruktur juga merupakan pelayan utama dari suatu negara yang membentuk kegiatan ekonomi dan masyarakat sehingga dapat berlangsung yaitu dengan menyediakan transportasi dan juga fasilitas pendukung Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 23 lainnya. Sedangkan dalam Peraturan Presiden RI No. 7 tahun 2005 tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional tahun 2004 – 2009 dinyatakan bahwa infrastruktur adalah fasilitas yang disediakan pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Infrastruktur meliputi sarana dan prasarana milik pemerintah pusat dan daerah sebagai berikut: 1. Fasilitas transportasi, terdiri dari fasilitas jalan, jembatan, fasilitas transportasi darat, laut, udara yang disediakan pemerintah untuk memperlancar kegiatan distribusi barang dan manusia. 2. Energi, terdiri dari listrik, BBM dan gas. 3. Pos, telekomunikasi dan informatika. 4. Sumber daya air dan air bersih. 5. Perumahan dan pemukiman. 6. Kesehatan terdiri dari kebersihan, pengelolaan lingkungan, limbah dan sebagainya. Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan- peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat Grigg, 2000.

2.5.2 Infrastruktur dan Investasi