Kemudian, menurut Foucault ciri utama wacana ialah kemampuannya untuk menjadi suatu himpunan wacana yang berfungsi untuk membentuk dan
melestarikan hubungan-hubungan kekuasaan dalam masyarakat. Dalam suatu masyarakat biasanya terdapat berbagai macam wacana yang berbeda satu sama
lain, namun kekuasaan memilih dan mendukung wacana tertentu sehingga wacana tersebut
menjadi dominan,
sedangkan wacana-wacana
lainnya akan
“terpinggirkan”
marginalized
atau “terpendam”
submerged
. Pandangan Foulcault ini dapat menjelaskan bagaimana relasi kekuasaan
yang terbentuk ketika Presiden Sukarno membacakan pidato tersebut. Relasi tersebut dapat dilihat bagaimana Sukarno dengan kekuasaannya membentuk
sebuah wacana melalui pidatonya. Selain itu, Sukarno juga menggunakan bahasa dalam pidatonya untuk mengartikuasikan kekuasaan. Relasi inilah yang akan
dikaji menggunakan wacana dalam perspektif Foucault.
1.5.2. Analisis Wacana Teun Van Dijk
Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi
yang harus juga diamati. Di sini, harus juga dilihat bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa seperti
itu. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah struktur teks. Van Dijk
menggunakan analisis linguistik, yaitu tentang kosakata, kalimat, proposisi dan
Universitas Sumatera Utara
paragraph untuk menjelaskan dan memaknai sebuah teks. Kognisi sosial merupakan dimensi untuk menjelaskan bagaimana suatu teks diproduksi oleh
individukelompok pembuat teks. Cara memandang atau melihat suatu realiras sosial itu yang melahirkan suatu teks tertentu. Sedangkan analisis sosial melihat
bagaimana teks itu dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana.
1.5.2.1. Analisis Teks Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa strukturtingkatan yang
masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro, yang merupakan makna umum dari suatu teks
yang dapat diamati dengan meihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu teks. Kedua, superstruktur, yang merupakan struktur wacana yang
berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks secara utuh. Ketiga, struktur mikro, merupakan makna wacana yang dapat diamati dari
bagian kecil dari suatu teks yakni kalimat, kata , proposisi, anak kalimat, parafase, dan gambar. Berikut adalah uraian satu persatu elemen wacana Van Dijk:
Struktur Wacana
Hal Yang Diamati Unit Analisis
Struktur Makro
TEMATIK Apa Yang Dikatakan? Elemen:
TopikTema Teks
Superstruktur
SKEMATIK Bagaimana pendapat Disusun dan Dirangkai Elemen: Skema
Teks Struktur Mikro
SEMANTIK Apa Arti Pendapat yang Ingin Disampaikan Elemen: Latar, Detail, Ilustrasi,
maksud, Pengandaian, Penalaran Paragraf
Universitas Sumatera Utara
Struktur Mikro
SINTAKSIS bagaimana Pendapat Disampaikan
Elemen: Koherensi, Nominalisasi, abstraksi, bentuk kalimat, kata ganti.
Kalimat, proposisi
Struktur Mikro
LEKSIKON Pilihan Kata Apa yang Dipakai
Elemen: Kata kunci, Pemilihan kata Kata
Struktur Mikro
RETORIS Dengan Cara Apa Pendapat Disampaikan Elemen: Gaya, Interkasi, Ekspresi,
Metafora,
Visual Image
Kalimat, proposisi
1.5.2.2. Kognisi Sosial Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada
struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna
tersembunyi dari teks, kita membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial, pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai
makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya, proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
penelitian atas representasi kognis idalam memproduksi suatu teks. Karena setiap teks pada dasarnya dihasikan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau
pengetahuan tertentu. 1.5.2.3. Analisis Sosial
Salah satu dimensi dari analisis wacana Van Dijk adalah analisis sosial. Menurut Van Dijk, wacana merupakan bagian dari masyarakat yang berkembang
dalam masyarakat, sehingga dengan meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaianaman wacana tentang suatu hal diproduksi
dan dikonstruksi dalam masyarakat. Titik penting dari analisis ini adalah untuk
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bagaimana makna yang dihayati bersama, kekusaaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi.
Dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin yang penting yaitu kekusaan
power
dan akses
acces
. Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang dimiliki suatu kelompok atau anggotanya, satu
kelompok untuk mengontrol kelompok atau anggota dari kelompok lain. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekusaan yang dipahami oleh
Van Dijk juga berbentuk persuasif, yaitu tindakan seseorang untuk secara tidak langsung mengontrol dengan jalan memengaruhi kondisi mental, seperti
kepercayaan, sikap dan pengetahuan. Van Dijk juga memberikan perhatian kepada akses, yaitu bagaimana akses
diantara kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu
mereka yang berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran khalayak. Akses yang lebih besar bukan hanya memberikan
kesemaptan untuk mengontrol kesadaran khalayak lebih besar tetapi juga menentukan wacana apa yang dapat disebarkan kepada khalayak.
Seperti yang diuraikan sebelumnya, Van Dijk berpendapat dalam melakukan analisis wacana ada tiga dimensi analisis, yaitu analisis teks, analisis
kognisi sosial, dan analisis sosial kutural. Analisis teks dapat menjelaskan bagaimana pemikiran Sukarno serta wacana apa yang ingin dibangun dengan
memperhatikan pemilihan kata, pengulangan kata, ataupun gaya bahasanya.
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang diuaraikan sebelumnya, bahwasanya dalam pidato kenegaraan ini, Sukarno mengangkat wacana
demokrasi terpimpin merupakan demokrasi yang berasal dari pancasila dan demokrasi asli Indonesia.
Kata
crucial period
merupakan salah satu cara Sukarno membentuk wacana tersebut. Dengan menggunakan metode ini kita dapat mengetahui mengapa ia memilih istilah
crucial period
untuk disampaikan di pidatonya, dan mengapa kata tersebut sampai ia sebutkan beberapa kali. Selain itu, metode ini juga digunakan untuk mengetahui
teks-teks apa yang sangat erat kaitannya dengan artikulasi kekuasaan yang dilakukan Sukarno.
Sementara dengan menggunakan analisis kognisi sosial, kita dapat melihat ideologi ataupun pemikiran Sukarno yang ia tanamkan dalam setiap bahasa
ataupun teks dalam pidatonya. Karena dengan menggunakan analisis ini, teks pidato yang ia sampaikan sebenarnya tidak bermakna apapun, tetapi ideologi,
pemikiran dan kepercayaan Sukarno tentang sesuatu hal-lah yang membuat teks pidato tersebut memiliki makna. Dengan menggunakan analisis kognisi sosial ini,
kita dapat melihat makna
crucial period
dalam alam pikir Sukarno. Dengan begitu, kita dapat melihat relasi antara makna
crucial period
dengan mengapa Sukarno menggunakan kata-kata tersebut.
Dan dimensi terakhir adalah analisis sosial kultural. Analisis ini menitikberatkan pada bagaimana wacana tentang suatu hal dikonstruksi di
masyarakat. Analisis ini hampir mirip dengan pandangan Foulcault, yang menyatakan bahwa kekuasaan dapat menetukan sebuah wacana menjadi sebuah
Universitas Sumatera Utara
wacana dominan, dan wacana lainnya menjadi terpinggirkan. Karena itu, analisis tidak akan peneliti gunakan dalam penelitian ini.
1.5.3. Antagonisme, Sistem Perbedaan Persamaan dan Hegemoni