Performance improvement of forest farmer in agroforestry system applied in critical land of pegunungan kendeng in Pati

PENINGKATAN KINERJA PETANI SEKITAR HUTAN
DALAM PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRI DI
LAHAN KRITIS PEGUNUNGAN KENDENG PATI

SUMARLAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Peningkatan Kinerja
Petani Sekitar Hutan dalam Penerapan Sistem Agroforestri di Lahan Kritis
Pegunungan Kendeng Pati adalah benar hasil karya saya sendiri dengan arahan
Komisi Pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada
Perguruan Tinggi manapun. Bahan rujukan atau sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan ataupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir disertasi ini.


Bogor,

Januari 2012

Sumarlan

ABSTRACT
SUMARLAN. Performance Improvement of Forest Farmer in Agroforestry
System Applied in Critical Land of Pegunungan Kendeng in Pati. Advisor
Commission: SUMARDJO (Chief Advisor), PRABOWO TJITROPRANOTO
and DARWIS S. GANI (as members).
Critical area of land is increasing from year to year, this occurs because of
inappropriate management of the land area. One effort which may overcome this
problem is applying agroforestry systems. However, the agroforestry system still
have problems on how far the farmers performance and the determiners of the
performance which will affect to the sustainability of the agroforestry systems on
critical lands. Research objectives are: (1) to analyze the farmers performance and
the determiners of the performance that will affect to the sustainability of the
agro-forestry systems on degraded lands, (2) to analyze the forestry extension
support to the determiners of the farmer performance, and (3) to develop

appropriate strategy for extension activities in order to improve the farmer
performance. Data are analyzed through three methode: (1) biplot, (2) descriptive
statistics, (3) and SEM (Structural Equation Modeling). The result of the study
could be summarized as follows: (1) The farmer performance of Pegunungan
Kendeng are still low. This condition are reflected on the: (a) low level income,
(b) limited types of food diversity, and (c) absence of business network in
agroforestry system. Nevertheless, the farmer performance has significant and
positive impact to the sustainability of agroforestry systems. The condition of the
performance determinants is in a relatively strong level; this condition is reflected
on (a) the farmer motivation is relatively strong, (b) enough availability of
farmer’s opportunities (c) the acceptable farmer’s skills. This reflects that the
farmer determinants positively and significantly affect to the farmer performance.
(2) The support of forestry extension is still considered low; this condition is
reflected on their low level on basic competence and on technical mastery.
Nonetheless, the forestry extension supports are significantly and positively affect
to the farmer motivation and opportunities. (3) In designing the strategy of
forestry extension to improve the farmer performance and the sustainability of the
agroforestry system, it needs to consider: the farmer motivation, the farmer work
opportunities and the farmer capabilities.
Keywords: performance, farmer around forest, agroforestry systems, and

critical land management.

RINGKASAN
SUMARLAN. Peningkatan Kinerja Petani Sekitar Hutan dalam Penerapan Sistem
Agroforestri di Lahan Kritis Pegunungan Kendeng Pati. Komisi Pembimbing:
SUMARDJO (Ketua), PRABOWO TJITROPRANOTO dan DARWIS S. GANI
(masing-masing sebagai anggota).
Lahan kritis di Indonesia semakin bertambah luas dari tahun ke tahun yang
disebabkan pengelolaan lahan yang tidak tepat sehingga menimbulkan berbagai
bencana yang menyengsarakan kehidupan manusia. Untuk mencegah agar tidak
terjadi bencana, perlu dilakukan pengelolaan secara tepat, salah satunya dengan
penerapan sistem agroforestri. Terkait dengan hal tersebut, permasalahannya
adalah sejauhmana tingkat kinerja petani dan pengaruhnya terhadap keberlanjutan
dalam penerapan agroforestri di lahan kritis serta faktor-faktor penentu tingkat
kinerja. Selain itu, sejauhmana dukungan penyuluhan terhadap faktor-faktor
penentu kinerja petani dalam penerapan sistem agroforestri di lahan kritis.
Tujuan penelitian adalah: (1) Menganalisis tingkat kinerja petani dan
pengaruhnya terhadap keberlanjutan dalam penerapan agroforestri di lahan kritis
serta faktor penentu tingkat kinerja; (2) Menganalisis dukungan penyuluhan yang
berpengaruh terhadap faktor penentu kinerja petani dalam penerapan sistem

agroforestri di lahan kritis; dan (3) Menyusun strategi penyuluhan yang tepat bagi
upaya meningkatkan kinerja petani dalam penerapan sistem agroforestri di lahan
kritis.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2011 di
Pegunungan Kendeng Kabupaten Pati, dengan pertimbangan bahwa Pegunungan
Kendeng merupakan lahan kritis yang menjadi hulu sub DAS Juana dan apabila
pengelolaannya tidak tepat menjadi penyebab banjir terbesar di Kabupaten Pati
dan Kudus. Penelitian didesain sebagai explanatory research dengan jumlah
sampel 400 responden dan unit analisis adalah kepala keluarga petani. Analisis
data menggunakan: (1) biplot dengan bantuan program wolfram, (2) statistik
deskriptif, dan (3) Analisis SEM dengan bantuan software LISREL 8.70.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut: kinerja petani sekitar hutan dalam
penerapan sistem agroforestri tergolong rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya
tingkat pendapatan petani, kurangnya keragaman jenis pangan, tidak terjalinnya
jejaring bisnis sistem agroforestri. Rendahnya kinerja petani sekitar hutan tersebut
menyebabkan rendahnya keberlanjutan penerapan sistem agroforestri.
Faktor penentu kinerja petani terdiri dari motivasi, kesempatan dan
kemampuan petani. Ketiga faktor penentu kinerja tersebut secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kinerja petani sekitar dalam penerapan sistem agroforestri
sebesar 73,3 persen. Meskipun motivasi, kesempatan dan kemampuan petani telah

mendukung kinerja petani, namun hasilnya kurang maksimal, terdapat 26,7 persen
faktor lain yang tidak mendukung kinerja. Faktor tersebut diduga adalah faktor
lingkungan, karena keberlanjutan sistem agroforestri yang dipengaruhi oleh
kinerja petani tidak direfleksikan oleh aspek lingkungan tetapi direfleksikan oleh
aspek ekonomi dan aspek sosial. Oleh karena itu, kinerja petani sekitar hutan akan
mencapai maksimal apabila terdapat motivasi, kesempatan, kemampuan dan
didukung oleh lingkungan kerja yang konduksif.

Dukungan penyuluhan termasuk dalam kategori rendah. Hal ini tercermin
dari: tingkat kompetensi penyuluh, pemilihan pendekatan, kesesuaian metode,
kesesuaian materi, ketersediaan fasilitas penyuluhan termasuk kategori rendah dan
penyuluh jarang sekali melaksanakan penyuluhan. Penyebab rendahnya dukungan
penyuluhan adalah terbatasnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang
menangani bidang penyuluhan dan belum terbentuknya Badan Pelaksana
Penyuluhan (Bapeluh).
Rendahnya dukungan penyuluhan menyebabkan lemahnya motivasi,
rendahnya kesempatan dan tidak berpengaruh secara langsung terhadap
kemampuan petani sekitar hutan dalam penerapan sistem agroforestri. Hal ini
terjadi karena petani lebih mampu atau terampil dibandingkan penyuluh, sebab
tumpang sari salah satu bentuk sistem agroforestri telah petani lakukan secara

turun temurun. Selain itu, sistem agroforestri tersebut sesuai dengan kebutuhan
petani, karena melalui sistem agroforestri petani mampu memenuhi kebutuhan
sehari-hari dari hasil tanaman semusim, kebutuhan masa depan dari tanaman
keras dan sistem agroforestri mampu mengakomodasi budaya petani. Meskipun
demikian, dukungan penyuluhan dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan
petani khususnya kemampuan generasi muda keturunan petani yang ada saat ini
dan para pendatang yang menerapkan sistem agroforestri di lahan kritis.
Strategi penyuluhan untuk meningkatkan kinerja petani dalam penerapan
sistem agroforestri pada lahan kritis, dilakukan dengan: (1) Penguatan intensitas
dan dukungan penyuluhan untuk meningkatkan motivasi dan kesempatan petani
melalui: pendekatan penyuluhan, metode penyuluhan, materi penyuluhan dan
fasilitas penyuluhan; dan (2) Mengembangkan hubungan kemitraan atau
kerjasama penyuluhan dengan lembaga lokal seperti: kelompok tani, penyuluh
swasta, penyuluh swadaya, Perhutani, perusahaan saprodi, perusahaan kayu dan
perusahaan pakan.
Kata Kunci: kinerja, petani sekitar hutan, sistem agroforestri,dan pengelolaan
lahan kritis.

©Hak cipta milik IPB, tahun 2012
Hak cipta dilindungi Undang-Undang

(1)

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencamtumkan atau menyebut sumber.
(a) Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah;
(b) Pengutipan tidak merugikan kepentingan wajar IPB.

(2)

Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

PENINGKATAN KINERJA PETANI SEKITAR HUTAN
DALAM PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRI DI
LAHAN KRITIS PEGUNUNGAN KENDENG PATI

SUMARLAN


Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji Luar Komisi
Penguji Ujian Tertutup

:
: 1. Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA
Dosen Fakultas Kehutanan IPB Bogor
: 2. Prof. Dr. Pang S. Asngari
Dosen Program Ilmu Penyuluhan
Pembangunan IPB.


Penguji Ujian Terbuka

: 1. Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc
Dosen Fakultas Kehutanan IPB Bogor
: 2. Dr. Ir. Eka W. Soegiri, MM
Direktur Perencanaan dan Evaluasi
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Kementerian Kehutanan

Judul Disertasi

Nama
NRP

: Peningkatan Kinerja Petani Sekitar Hutan dalam
Penerapan Sistem Agroforestri di Lahan Kritis
Pegunungan Kendeng Pati
: Sumarlan
: I.361090081


Disetujui :
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S
Ketua

Dr. Prabowo Tjitropranoto, M.Sc
Anggota

Prof. Dr. Ir. Darwis S. Gani, M.A
Anggota

Diketahui :

Ketua Program Studi/Mayor
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc


Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr

Tanggal Ujian: 9 Januari 2012

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas curahan
rahmat dan karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan penelitian disertasi dengan
judul: Peningkatan Kinerja Petani Sekitar Hutan dalam Penerapan Sistem
Agroforestri di Lahan Kritis Pegunungan Kendeng Pati.
Sungguh tidak berbudi orang tersebut setelah mendapat bantuan tidak
menyampaikan apapun. Dalam kesempatan yang baik ini peneliti menyampaikan
terima kasih kepada: Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S; Dr. Prabowo Tjitropranoto dan
Prof. Dr. Ir. Darwis S. Gani, M.A; selaku komisi pembimbing yang dengan ikhlas
dan sabar telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan
dalam penyusunan disertasi ini; Prof. Dr. Dudung Darusman, MA dan Prof. Dr.
Pang S. Asngari, yang telah bersedia menjadi penguji luar komisi pada ujian
tertutup; Dr. Letti Sundawati, MSc dan Dr. Eka W. Soegiri, MM; yang telah
bersedia menjadi penguji pada ujian terbuka; Dosen PPN dan IPH Fahutan IPB,
yang telah mambagikan ilmu dan pengalaman selama kuliah; Kepala Dinas
Kehutanan dan Perkebunan dan seluruh Camat Pegunungan Kendeng beserta
staf, yang telah memfasilitasi selama penelitian; Kepala Pusdikat Kehutanan, yang
telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S3; Secara khusus,
disampaikan terima kasih kepada para responden, enumerator dan seluruh petani
Pegunungan Kendeng, yang telah membantu memberikan data dan keterangan
yang dibutuhkan dalam penelitian ini; (Alm) Bapak dan (Alm) Ibu tercinta yang
telah memelihara, merawat, menjaga, membesarkan dengan tulus dan ikhlas tanpa
mengeluh, serta tiada henti-hentinya berdoa bagi keberhasilan penulis; Kakak,
saudara-saudara dan semua keponakan, serta Bapak dan Ibu mertua dan saudarasaudara ipar yang telah mendoakan dan memotivasi moril selama penulis
mengikuti pendidikan; Kawan-kawan seperjuangan PPN angkatan 2009 serta
semua pihak yang telah membantu sejak dari awal sampai terselesainya disertasi
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada istri tersayang Elis Kartikasari
dan putera-puteri tercinta Pascal dan Claresta atas doa, ketabahan, kesabaran,
pengertian dan keikhlasan mendampingi penulis selama mengikuti studi ini.
Semoga amal baik Bapak/ibu dan Saudara-saudara mendapat pahala dari Allah
SWT.
Artikel ilmiah yang merupakan bagian dari hasil penelitian ini dengan
judul: Peningkatan Kinerja Petani Sekitar Hutan dalam Penerapan Sistem
Agroforestri di Lahan Kritis Pegunungan Kendeng Pati; telah diterbitkan oleh
Wetlands International Vol. 19 No. 2 Edisi Juli 2011; dan Jurnal Penyuluhan Vol.
VIII No. 1 Tahun 2012.
Tiada yang sempurna di dunia fana ini, kesempurnaan hanya milik Allah
SWT semata. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk memperbaiki disertasi ini
peneliti terima dengan senang hati. Semoga disertasi ini bermanfaat bagi yang
membutuhkan. Amien, terima kasih.
Bogor, Januari 2012
Sumarlan

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Sidoarum Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati
pada tanggal 5 Maret 1969 dari Ayah (Alm) Karno dan Ibu (Alm) Marni, sebagai
anak kedua dari dua bersaudara.
Jenjang pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri Sidorejo di SidoarumPati lulus pada tahun 1983. Kemudian dilanjutkan di SMP Negeri 1 Jakenan lulus
pada tahun 1985. Lalu, dilanjutkan di SMA Negeri Jakenan-Pati lulus pada tahun
1988. Selanjutnya penulis meneruskan pendidikan S1 pada Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA, Program Studi Pendidikan
Matematika di Universitas Cenderawasih Jayapura dan lulus pada tahun 1994.
Pada tahun 1995 penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil lingkup
Departemen Kehutanan dan bekerja pada Sekolah Kehutanan Menengah Atas
Manokwari sebagai guru matematika sampai dengan tahun 2000. Pada tahun 2000
pindah ke Balai Diklat Kehutanan (BDK) Bogor sebagai staf penyelenggara
diklat. Tahun 2002 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan
S2 di Sekolah Pascasarjana IPB pada Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembangunan (PPN) atas biaya dari Departemen Kehutanan, lulus pada tahun
2004. Pada tahun 2003-2006, penulis bekerja sama dengan CIFOR, MFP (DFID)
dan TNC. Kemudian pada tahun 2007 penulis diangkat sebagai Kepala Seksi
Penyelenggaraan Diklat pada Balai Diklat Kehutanan (BDK) Bogor. Kesempatan
untuk mengikuti pendidikan S3 di Sekolah Pascasarjana IPB pada Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) penulis peroleh pada tahun 2009 atas biaya
Departemen Kehutanan.
Penulis menikah dengan Elis Kartikasari pada tahun 1999 dianugerahi dua
orang anak: Muhammad Pascal Kashfuzunnun lahir di Manokwari pada 15 Juni
2000 dan Claresta Putri Ailsa lahir di Bogor pada 23 Juli 2005.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL …………..……………..…………………………………. xv
DAFTAR GAMBAR ……..…………….…….……...………………............ xvii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….... xviii
PENDAHULUAN…………………………………………………................
Latar Belakang………………….………………………….................
Masalah Penelitian…………………...……………………...............
Tujuan Penelitian……………….……………………………………..
Kegunaan Penelitian…………..……………………………..…..........
Definisi Istilah ………………………………………………………...

1
1
2
3
4
5

TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………..
Kinerja Petani dalam Penerapan Sisten Agroforestri …………………
Pengertian Kinerja ..........................................................................
Penilaian Kinerja ............................................................................
Kiteria Penilaian Kinerja ................................................................
Penelitian tentang Kinerja ..............................................................
Kinerja Petani dalam Penerapan Agroforestri ................................
Kemampuan Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestri ..................
Pengertian Agroforestri .................................................................
Bentuk-bentuk Agroforestri ..........................................................
Tujuan dan Fungsi Agroforestri ....................................................
Sistem Agroforestri sebagai Pengelolaan Lahan Berkelanjutan ....
Kemampuan Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestri ..........
Motivasi Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestri ........................
Pengertian Motivasi .......................................................................
Penelitian Motivasi Petani ............................................................
Motivasi Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestri ................
Kesempatan Petani dalam Menerapkan Sistem Agroforestri ...............
Pengertian Lahan Kritis ........................................................................
Masyarakat Sekitar Hutan ....................................................................
Karakteristik Petani ..............................................................................
Dukungan Penyuluh dalam Penerapan Sistem Agroforestri ................
Definisi Penyuluhan ......................................................................
Falsafah Penyuluhan .....................................................................
Peranan Penyuluh ..........................................................................

8
8
8
11
13
15
15
16
16
18
20
21
23
24
24
27
28
29
38
40
42
46
46
50
51

Sistem Penyuluhan ........................................................................
Penelitian yang telah Dilakukan dan State of the Art ...........................

52
62

KERANGKA BERPIKIR ................................................................................
Paradigma Pembangunan Kehutanan ...................................................
Paradigma Penyuluhan Kehutanan........................................................
Kinerja Petani Wujud Pergeseran Pembangunan Kehutanan ...............
Hubungan antar Peubah ........................................................................
Hipotesis Penelitian ..............................................................................
Kinerja sebagai Paradigma Ilmu ...........................................................

65
65
67
68
69
81
81

METODE PENELITIAN …………………………………………………...
Rancangan Penelitian ….……………………………………………...
Populasi dan Teknik Sampling ……….……………………………….
Populasi dan Sampel ……………………………………………..
Teknik Sampling …………………………………………………
Unit Analisis ……………………………………………………..
Lokasi dan Waktu ……………………………………………………..
Pengumpulan Data dan Instrumentasi Penelitian ……………………..
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ……………………….
Definisi Operasional dan Pengukuran .………………………………..
Teknik Analisis Data ………………………………………………..

83
83
84
84
84
85
85
85
87
88
97

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG ………………….
Letak Geografis Kabupaten Pati ……………………………………...
Iklim Kabupaten Pati ………………………………………………….
Topografi dan Jenis Tanah ……..…………………………………….
Penggunaan Lahan Kabupaten Pati ………………………………….

101
101
101
102
103

DESKRIPSI PETANI PEGUNUNGAN KENDENG DAN
DUKUNGAN PENYULUHAN ……………………………………………..
Karakteristik Individu Petani …….…………………………………...
Motivasi Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestri ………………
Kesempatan Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestri …………..
Kemampuan Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestri …………..
Dukungan Penyuluhan dalam Penerapan Sistem Agroforestri ……….
Kinerja Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestri ………………..
Keberlanjutan dalam Penerapan Sistem Agroforestri ………………...

107
107
112
117
125
134
143
149

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
KINERJA PETANI DALAM SISTEM AGROFORESTRI ………………... 154
Pengaruh Kinerja Petani Terhadap Keberlanjutan dalam Penerapan
Sistem Agroforestri …………………………………………………… 158
Pengaruh Faktor-faktor Penentu Kinerja Terhadap Kinerja Petani
dalam Penerapan Sistem Agroforestri ……………………………….... 162
Pengaruh Dukungan Penyuluhan Terhadap Perkembangan Faktorfaktor Penentu Kinerja Petani dalam Sistem Agroforestri……………. 175
Kontribusi Hasil Penelitian pada SKKNI Penyuluhan Kehutanan …... 183
Strategi Penyuluhan dalam Peningkatan Kinerja Petani dalam
Penerapan Sistem Agroforestri ……... ……………………………….. 186
Strategi Peningkatan Kompetensi Penyuluh Kehutanan …………….. 193
SIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………. 198
Simpulan ……………………………………………………………... 198
Saran ………………………………………………………………….. 199
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 201

DAFTAR TABEL

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.

Halaman
Kelas Kemampuan Lahan, Sifat, dan Resiko Ancaman………………….. 40
Orientasi Kelembagaan Sistem Penyuluhan……………………………… 53
Eksplor Penelitian dan Bentuk Analisisnya ……………………………..
62
Pergeseran Konseptual Pembangunan Kehutanan ………………………
66
Perubahan Paradigma Penyuluhan Kehutanan ………………………….
68
Ciri-ciri Motivasi Petani dalam Penerapan Agroforestri ………………..
72
Ciri-ciri Kesempatan Petani yang Terbuka dan Terbatas dalam
Penerapan Sistem Agroforestri………………………………………….... 73
Ciri-ciri Kemampuan Petani dalam Penerapan Agroforestri …………….. 75
Ciri-ciri Dukungan Penyuluhan Partisipatif dan Mobilitatif ……………... 76
Paradigma Tingkat Kinerja Petani dalam Penerapan Agroforestri ……… 80
Paradigma Berkelanjutan Penerapan Sistem Agroforestri ………………. 81
Kinerja sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan …………………………… 82
Sebaran Populasi dan Ukuran Sampel Penelitian ………………………... 85
Indikator, Definisi Operasional dan Parameter Pengukuran
Karakteristik Individu Petani Sekitar Hutan ..…………………………… 88
Indikator, Definisi Operasional dan Parameter Pengukuran Dukungan
Penyuluhan terhadap Petani Sekitar Hutan ……………………………… 89
Indikator, Definisi Operasional dan Parameter Pengukuran Motivasi
Petani Sekitar Hutan dalam Sistem Agroforestri ………………………… 91
Indikator, Definisi Operasional dan Parameter Pengukuran Kesempatan
Petani Sekitar Hutan dalam Sistem Agroforestri…………………………. 92
Indikator, Definisi Operasional dan Parameter Pengukuran Kemampuan
Petani Sekitar Hutan dalam Sistem Agroforestri…………………………. 94
Indikator, Definisi Operasional dan Parameter Pengukuran Kinerja
Petani Sekitar Hutan dalam Sistem Agroforestri ……………….……….. 96
Indikator, Definisi Operasional dan Parameter Pengukuran
Keberlanjutan Penerapan Sistem Agroforestri………………………........ 97
Penulisan Umum Notasi SEM …………………………………………… 98
Rincian Ketinggian Pegunungan Kendeng ( m dpal) ……………………. 102
Perbandingan Penggunaan Lahan di Kabupaten Pati dan Pegunungan
Kendeng …………………………………………………………………... 104
Sebaran Karekteristik Individu Petani Sekitar Hutan dalam Penerapan
Sistem Agroforestri ………………………………………………………. 107
Hubungan antar Indikator Karakteristik Individu Petani dalam
Penerapam Sistem Agroforestri…………………………………………... 108
Sebaran Motivasi Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestri …………. 113

27. Hubungan antara Karakteristik Individu Petani dengan Motivasi Petani
dalam Penerapan Sistem Agroforestri…………………………………….
28. Sebaran Kesempatan Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestri …..…
29. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Kesempatan Petani
dalam Penerapan Sistem Agroforestri …………………………….……...
30. Perbandingan Harga Kayu di Tingkat Petani dan Perusahaan ……………
31. Sebaran Kemampuan Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestri ……..
32. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Kemampuan Petani
dalam Penerapan Sistem Agroforestri …………………………………….
33. Sebaran Dukungan Penyuluhan Terhadap Kinerja Petani dalam
Penerapan Sistem Agroforestri……………………………………….……
34. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Dukungan Penyuluhan
Terhadap Kinerja Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestri ………….
35. Sebaran Kemampuan Penyuluh Menurut Penguasaan Kompetensi
Dasar Penyuluhan………………………………………………………....
36. Sebaran Penyuluh Kehutanan Menurut Tempat Tugas dan Jumlah yang
Terdapat di Pegunungan Kendeng ………………………………………..
37. Sebaran Tingkat Kinerja Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestri ….
38. Hubungan antara Karekteristik Individu dengan Kinerja Petani dalam
Penerapan Sistem Agroforestri …………………………………………...
39. Sebaran Keberlanjutan Penerapan Agoforestri pada Lahan Kritis ..……...
40. Hubungan antara Karekteristik Individu dengan Keberlanjutan dalam
Penerapan Sistem Agroforetsri …………………………………………...
41. Dekomposisi antar Peubah Peningkatan Kinerja Petani dalam Penerapan
Sistem Agroforestri ....................................................................................
42. Contoh Materi Penyuluhan Berdasarkan Kompetensi Spesialis ................
43. Validitas dan Reliabilitas Hasil Ujicoba Kuesioner ..................................

113
118
118
121
126
127
134
135
136
141
144
144
149
150
156
196
214

DAFTAR GAMBAR

1.
2.
3.
4.

Halaman
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja …………………………. 10
Kerangka berpikir konseptual penelitian kinerja petani ………………….
Hubungan antar peubah peningkatan kinerja petani ……………………
Diagram Jalur Persamaan Sruktural Peningkatan Kinerja Petani dalam
Penerapan Sistem Agroforestri ……………….………………..................

Peta lokasi penelitian kinerja petani dalam sistem agroforestri ….………
6. Analisis Biplot Peningkatan Kinerja Petani Sekitar Hutan
dalamPenerapan Sistem di Lahan Kritis…………………………………..
7. Analisis SEM peningkatan kinerja petani dalam penerapan sistem
agroforestri (standardized)……………………………………….………..
8. Pengaruh kinerja petani terhadap keberlanjutan dalam penerapan sistem
agroforestri ………………………………………………………………..
9. Pengaruh faktor-faktor penentu kinerja terhadap kinerja petani dalam
penerapan sistem agroforestri …………………………………………….
10. Pengaruh dukungan penyuluhan terhadap faktor-faktor Penentu
kinerja petani dalam penerapan sistem agroforestri ………………………
11. Rancangan strategi penyuluhan dalam peningkatan kinerja petani
dalam penerapan sistem agroforestri……………………………………...
12. Rekomendasti peningkatan kompetensi penyuluh kehutanan …..………..
5.

69
71
99
106
154
155
158
163
175
192
197

DAFTAR LAMPIRAN

1.
2.
3.
4.

Halaman
Validitas dan reliabilitas hasil ujicoba kuesioner …….……….................. 214
Hasil analisis Comfirmatory Factor Analysis (CFA) …………………….. 215
Hasil analisis SEM tahap satu …………………………………………… 230
Hasil analisis SEM tahap dua (perbaikan model) ………………………. 240

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang membentang dari Sabang
sampai Merauke yang dilalui garis khatulistiwa, sehingga memiliki iklim tropis.
Kondisi ini menyebabkan iklim di Indonesia memiliki suhu yang cukup tinggi
sepanjang tahun dan kelembaban udara yang relatif tinggi sehingga menjadikan
wilayah Indonesia sebagai kawasan yang memiliki keanekaragaman jenis
tumbuhan dan hewan yang sangat beragam dan berlimpah. Selain itu, Indonesia
memiliki beragam jenis kandungan mineral dan bahan tambang yang tersimpan di
dalam dan di permukaan bumi nusantara. Di lain pihak, tata guna lahan dan
penutupan lahan juga berubah sangat cepat dalam merespon perubahan
perekonomian, kependudukan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah,
khususnya setelah terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998 dan pasca
diberlakukannya otonomi daerah. Dengan dalih reformasi memberikan peluang
yang sangat luas pada pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, dan juga kemajuan
dalam bidang komunikasi sehingga membuka hambatan-hambatan yang selama
ini mengekang, terutama pada masa orde baru. Konektivitas antara faktor
biofisik/ekologis, sosial, ekonomi, dan faktor budaya spiritual di dalam bentang
lahan adalah suatu hal utama untuk mendukung keamanan dan kenyamanan
kehidupan bermasyarakat secara luas. Oleh karena itu, struktur fungsi lahan dan
perubahan fungsi lahan secara keseluruhan baik skala mikro maupun makro harus
dipahami secara mendalam oleh semua pihak agar memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi seluruh lapisan masyarakat.
Ketidakpahaman dalam mengelola perubahan fungsi lahan memberikan
sumbangan yang besar terhadap laju kerusakan hutan dan lahan. Menurut Word
Bank (2002), laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai 1,8 juta hektar per
tahun. (Geist dan Lambin 2002, diacu dalam Arifin et al. 2009: 48-49) dan
Hairiah et al. (2003) menjelaskan bahwa pendorong utama terjadinya kerusakan
kawasan hutan menjadi lahan kritis adalah terjadi konversi kawasan hutan
menjadi lahan pertanian, pertambangan, transmigrasi dan perkebunan, serta
pembakaran lahan yang tidak terkendali.

2

Dampak dari laju kerusakan hutan yang terus bertambah, menyebabkan
lahan kritis juga bertambah. Berdasarkan data Ditjen BP-DAS dan Perhutanan
Sosial Kementerian Kehutanan, luas lahan kritis di Indonesia sampai dengan
tahun 2006 mencapai 30,2 juta hektar, 3,3 persen terdapat di Provinsi Jawa
Tengah, sedangkan di Kabupaten Pati seluas 48.956 hektar (BP DAS Pemali
Jratum 2009) yang sebagian besar terletak pada Pegunungan Kendeng.
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kondisi tersebut adalah
melakukan gerakan rehabilitasi lahan (Gerhan) dengan sistem agroforestri.
Kegiatan tersebut kurang mendapat respon yang positif dari masyarakat karena,
kegiatan tersebut lebih mengutamakan hal-hal bersifat teknis dan administrasi.
Kartodiharjo (2006) menyatakan bahwa pelaksanaan Gerhan dapat berhasil
dengan baik apabila kegiatan tersebut menyentuh secara langsung hajat
masyarakat

dan

melibatkan

masyarakat

setempat.

Pernyataan

tersebut

mengisyaratkan bahwa keterlibatan masyarakat di sekitar hutan dapat menjamin
keberhasilan pengelolaan lahan kritis yang ditunjukkan dengan meningkatkan
kinerjanya.
Menurut perspektif manajemen, meningkatkan kinerja petani tidak terlepas
dari kemampuan, kesempatan dan motivasi. Ketiga hal tersebut harus ada dan
berjalan secara seimbang, karena jika salah satunya tidak terpenuhi mustahil akan
mencapai kinerja (performance) yang tinggi (Robbins 2003). Selain itu, perlu
adanya karakteristik individu petani yang kuat dan didukung oleh penyuluh yang
berkompeten. Keberadaan penyuluh dalam pengelolaan lahan kritis sangat
dibutuhkan (Friday et al. 2000), karena dapat membantu petani untuk mengenal
dan memecahkan permasalahannya, khususnya dalam penerapan teknologi yang
tepat untuk mengelola lahan kritis. Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah
Kabupaten Pati yang mempunyai lahan kritis di Pegunungan Kendeng telah
menempatkan Penyuluh Kehutanan dan Perkebunan (SK. Kepala Dinas
Kehutanan dan Perkebunan, Nomor: 826.4/98/2009).
Masalah Penelitian
Salah satu cara untuk mengatasi lahan kritis adalah dengan menerapkan
inovasi pengelolaan lahan yang tepat, antara lain melalui inovasi sistem
agroforestri. Sistem agroforestri memberikan berbagai manfaat antara lain:

3

mengembalikan kesuburan tanah, mencegah banjir, tanah longsor, menyerap air
dan menyediakan alternatif bahan pangan (von Moydell 1986).
Penerapan sistem agroforestri yang dilakukan oleh petani sekitar hutan
dapat berhasil dengan baik tergantung dari motivasi, kesempatan dan kemampuan
petani. Oleh karena itu, tumbuhnya etos kerja petani ditentukan oleh pengetahuan
dan keterampilan yang dimilikinya, sebab dengan pengetahuan yang dimilikinya,
petani akan dapat membaca peluang dan menciptakan kesempatan, sehingga dapat
mengelola lahannya dengan tepat dan memberikan hasil yang optimal. Kondisi ini
akan berhasil dengan baik, apabila petani memiliki motivasi yang kuat dan
mampu menjaga motivasinya agar tidak cepat luntur jika mengalami kegagalan.
Upaya untuk dapat menjaga motivasi, menciptakan kesempatan, dan
meningkatkan kemampuan dalam penerapan sistem agroforestri tersebut,
memerlukan karakteristik individu petani yang kuat dan didukung oleh penyuluh
yang berkompeten agar dapat membangkitkan dan mendampingi petani sehingga
petani menjadi mandiri, berdaya dan tidak tergantung pada orang lain.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini berfokus pada masalah:
(1)

Sejauhmana tingkat kinerja petani sekitar hutan dan pengaruhnya terhadap
keberlanjutan dalam penerapan sistem agroforestri serta faktor-faktor
penentu kinerja petani sekitar hutan di Pegunungan Kendeng?

(2)

Sejauhmana dukungan penyuluhan berpengaruh pada faktor-faktor penentu
tingkat kinerja petani sekitar hutan dalam penerapan sistem agroforestri di
Pegunungan Kendeng?

(3)

Bagaimanakah strategi penyuluhan yang tepat bagi upaya meningkatkan
kinerja petani dalam penerapan sistem agroforestri di Pegunungan Kendeng?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pembatasan permasalahan tersebut, maka penelitian ini

bertujuan untuk:
(1)

Menganalisis tingkat kinerja petani sekitar hutan dan pengaruhnya terhadap
keberlanjutan dalam penerapan sistem agroforestri serta faktor-faktor
penentu tingkat kinerja petani sekitar hutan di Pegunungan Kendeng.

4

(2)

Menganalisis dukungan penyuluhan yang berpengaruh pada faktor-faktor
penentu kinerja petani sekitar hutan dalam penerapan sistem agroforestri di
Pegunungan Kendeng.

(3)

Menyusun strategi penyuluhan yang tepat bagi upaya meningkatkan kinerja
petani sekitar hutan dalam penerapan sistem agroforestri di Pegunungan
Kendeng.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan secara akademis

(keilmuan) dan praktis:
(1)

Kegunaan secara akademis/keilmuan, yaitu:
(a)

Memperkaya kajian tentang kinerja petani sekitar hutan dalam
penerapan sistem agroforestri di lahan kritis, khususnya yang
berhubungan dengan motivasi petani, kesempatan yang tersedia bagi
petani dan kemampuan petani sekitar hutan.

(b)

Memberikan informasi kepada para peneliti bidang sosial agar dapat
melakukan penyempurnaan demi kemajuan ilmu pengetahuan tentang
kinerja petani sekitar hutan dalam penerapan sistem agroforestri.

(2)

Kegunaan secara praktis yaitu: memberikan masukan atau informasi kepada
Kementerian Kehutanan, Pemerintah Daerah Kabupaten Pati dan pihak lain
yang terkait, dalam menyusun kebijakan penyuluhan yang berhubungan
dengan kinerja petani sekitar hutan, khususnya dalam penerapan sistem
agroforestri harus memperhatikan kemampuan dan pengetahuan lokal yang
ada di daerah atau bersifat adaptif dan proses pelaksanaannya dilakukan
secara kemitraan atau kolaboratif dengan lembaga-lembaga lokal.

(a)

Nilai kebaruan atau novelty, yaitu:
(a)

Tingkat kinerja petani sekitar hutan dalam penerapan sistem
agroforestri tidak hanya ditentukan oleh kemampuan, motivasi dan
kesempatan, tetapi juga perlu memperhatikan lingkungan petani.

(b)

Pada kegiatan yang telah ditekuni petani secara turun temurun seperti
penerapan

sistem

agroforestri,

dukungan

penyuluhan

tidak

berpengaruh secara langsung meningkatkan kemampuan petani tetapi
berpengaruh

secara

langsung

membangkitkan

motivasi

dan

5

memberikan kesempatan petani. Meskipun demikian, untuk generasi
muda keturunan petani dan para pendatang dukungan penyuluhan
dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan petani.
Definisi Istilah

(1)

Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan dan teknologi, di mana
tanaman keras berkayu ditanam bersamaaan dengan tanaman semusim, dan
atau ternak, dengan tujuan tertentu, dengan spasial atau berurutan yang di
dalamnya terjadi interaksi-interaksi ekologi dan ekonomi antara berbagai
komponen yang bersangkutan, yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat, kelestarian alam dan lingkungan (Nair 2003).

(2)

Insentif adalah bantuan yang berasal dari pemerintah yang diperuntukkan
bagi masyarakat yang melakukan pengelolaan lahan dengan sistem
agroforestri dalam bentuk peringanan atau pembebasan pajak, pendidikan
dan pelatihan, serta penyediaan infrastruktur (incentive nonmonetary).

(3)

Institusi lokal adalah suatu kesatuan (entity) nilai-nilai, norma-norma, adat
istiadat, dan peraturan-peraturan atau kesepakatan kolektif yang berlaku
dalam masyarakat, termasuk organisasi (non formal atau informal) sebagai
wadah yang berfungsi secara sosial, ekonomi, administrasi yang berlaku
secara fungsional maupun struktural dalam mengelola lahan kritis dengan
sistem agroforestri.

(4)

Kelembagaan penyuluhan adalah suatu institusi yang melaksanakan
kegiatan penyuluhan yang dilakukan penyuluh pegawai negeri sipil (PNS),
penyuluh swasta dan penyuluh swadaya, baik yang berada di tingkat pusat,
provinsi, kabupaten, maupun di tingkat desa.

(5)

Kemampuan petani sekitar hutan adalah daya upaya yang dimiliki seseorang
yang merupakan perpaduan antara pengetahuan (knowledge), wawasan dan
keterampilan (skill) yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang
diwujudkan melalui tindakan.

(6)

Kepemimpinan lokal adalah pengaruh yang dimiliki oleh pemimpin lokal
sehingga masyarakat setempat secara sukarela mematuhi, meneladani,
mencontoh dan menjalankan semua anjuran yang diberikannya.

6

(7)

Kesempatan petani sekitar hutan adalah kondisi atau situasi yang dapat
dimanfaatkan oleh petani sekitar hutan untuk meningkatkan kinerjanya
sehingga mendapatkan hasil yang optimal.

(8)

Kinerja petani sekitar hutan adalah tingkat prestasi atau keberhasilan petani
sekitar hutan secara keseluruhan selama periode tertentu dalam penerapan
sistem agroforestri di lahan kritis.

(9)

Kompetensi adalah karakteristik seseorang yang didasarkan pada perilaku
yang mengembangkan

motif, kepribadian,

konsep diri,

nilai-nilai,

pengetahuan dan keahlian yang dapat digunakan untuk unjuk kinerja yang
unggul (Palan 2007; Spencer dan Spencer 1993).
(10) Lahan kritis adalah lahan yang tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya,
seperti lahan kosong tidak produktif, lahan yang kemiringannya di atas 15
persen, lahan dengan penutupan vegetasi kurang dari 25 persen, lahan
tambang yang tidak direklamasi, dan lahan rawan bencana (Dephut 2009).
(11) Masyarakat sekitar hutan adalah sekumpulan atau segolongan individu yang
mempunyai adat istiadat, budaya, norma, sanksi dan kedudukan individu
yang berada di perdesaan yang saling berhubungan dalam kehidupan
sehari-hari khususnya dalam mengelola lahan yang ada di sekitar hutan.
(12) Motivasi petani sekitar hutan adalah dorongan yang berasal dari dalam
maupun dari luar individu petani untuk meningkatkan kinerjanya dalam
penerapan sistem agroforestri di lahan kritis.
(13) Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku
usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan
sumber daya lainnya, sebagai usaha untuk meningkatkan produktivitas,
efesiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Undang-undang
Nomor 16 Tahun 2006).
(14) Pemimpin lokal adalah pemimpin yang terdapat di desa seperti Kepala Desa
dan perangkatnya, guru, pegawai, pesiunan, kelompok tani, mantan
perangkat desa dan orang yang dituakan.

7

(15) Sistem pasar adalah unsur-unsur yang berhubungan dengan arus jual beli
yang dilakukan oleh masyarakat khususnya dalam memasarkan hasil
penerapan sistem agroforestri.
(16) Strategi penyuluhan adalah langkah-langkah taktis yang diperlukan dalam
melaksanakan penyuluhan agar tujuan penyuluhan berhasil sesuai rencana.

TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestri
Pengertian Kinerja
Secara etimologi kinerja atau prestasi kerja berasal dari kata performance.
Kata tersebut digunakan untuk menyebutkan hasil pekerjaan yang telah dicapai
oleh seseorang atau sekelompok orang, seperti prestasi belajar berarti hasil yang
telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan aktivitas belajar atau prestasi
dalam bidang lainnya. Istilah kinerja mulai populer setelah digunakan dalam ilmu
manajemen, yang didefinisikan dengan istilah hasil kerja, prestasi kerja dan
performance. Menurut (The Sriber Bantam English Dictionary 1979, diacu dalam
Prawirosentono 2008: 1), menyatakan bahwa:
“to perform“ mempunyai beberapa “entries” sebagai berikut: (1) to do or
carry out; executive, (2) to discharge or fulfill, as a vow, (3) to party, as a
character in a play, (4) to render by the voice or musical instrument, (5) to
execute or complete on undertaking, (6) to act a part in a play, (7) to perform
music, (8) to do what is expected of person or machine”.
Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan arti kinerja sebagai berikut:
(1) sesuatu yang dicapai, (2) prestasi yang diperlihatkan, dan (3) kemampuan
kerja. Samsudin (2005:159) menyebutkan bahwa kinerja adalah tingkat
pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang, unit atau divisi dengan
menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan
untuk mencapai tujuan organisasi/perusahaan. Senada dengan Samsudin, Gibson
et al. (1994) mengemukakan bahwa kinerja merupakan keberhasilan dalam
melaksanakan tugas dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
pada batasan waktu tertentu. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas atau
pencapaian tujuan ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki individu atau
organisasi dalam kurun waktu tertentu (Bernardin dan Russel 1993).
Untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan yang menjadi
tanggungjawab seseorang atau kinerja yang optimal, harus didukung oleh
ketersediaan sarana atau fasilitas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dan
dorongan atau motivasi yang kuat. Hal ini sejalan dengan pendapat Gilbert et al.
(1982) dalam artikelnya Behavior Engineering Model, memberikan penekanan
bahwa kinerja dipengaruhi oleh keterampilan dan pengetahuan tentang data dan

9

informasi, kapasitas peralatan yang digunakan dan motif insentif yang diberikan.
Menurut Gilbert, keterampilan dan pengetahuan tersimpan dalam benak atau
pemikiran individu, sedangkan data dan informasi berada di luar internal individu
tetapi tersimpan dalam eksternal manusia, seperti alat bantu kerja (komputer),
petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk teknis (juknis), atau sistem yang online.
Ketersediaan dan kelayakan fungsi dari peralatan memberikan pengaruh terhadap
kinerja seseorang.
Boselie et al. (2001) dan Lusthaus (2002) memiliki argumen yang
melengkapi beberapa pendapat sebelumnya. Boselie et al. (2001) menyampaikan
bahwa peningkatan kinerja berhubungan dengan motivasi, retensi, iklim sosial
dan kebijakan perusahaan; sedangkan Lusthaus (2002) menyatakan bahwa kinerja
berhubungan dengan kapasitas organisasi, motivasi dan lingkungan organisasi.
Berdasarkan pendapat kedua pakar ini terlihat bahwa kinerja tidak hanya
ditentukan oleh motivasi dan kemampuan yang harus dimiliki oleh pegawai, tetapi
ditentukan juga oleh situasi dan kondisi lingkungan tempat bekerja, hubungan
sosial, komitmen antara karyawan dan pimpinan serta kerjasama antara semua
yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
Robbins (2003) menyatakan bahwa kinerja ditentukan oleh kemampuan
(ability), motivasi (motivations) dan peluang (opportunity), sehingga fungsi
kinerja dapat diilustrasikan = f (A x M x O). Robbins berpendapat bahwa untuk
meraih kinerja yang tinggi dibutuhkan kemampuan yang baik dan semangat
bekerja yang tinggi, namun kedua hal itu saja tidak cukup, masih dibutuhkan satu
hal lain, yaitu kesempatan. Jika kesempatan atau peluang tidak ada maka
kemampuan dan motivasi yang tinggi belum cukup untuk menghasilkan kinerja
yang tinggi. Oleh karena itu, kinerja yang tinggi akan terwujud apabila ada
kemampuan yang memadai, didorong oleh motivasi yang kuat, dan diberikan
kesempatan yang seluas-luasnya untuk mencoba dan melakukan yang sebenarnya.
Hasibuan (2007: 34) mengemukakan bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah
suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan serta waktu. Menurur Rivai (2005: 309), kinerja adalah perilaku

10

nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh
karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
Schermerhorn

et

al.

(1994) mengilustrasikan

faktor-faktor

yang

berhubungan dengan peningkatkan kinerja disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja (Schermerhorn et al. 1994)

Mangkunegara (2007: 67) mengemukakan bahwa kinerja (prestasi kerja)
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang
diberikan kepadanya. Menurut Mangkunegara, faktor yang mempengaruhi kinerja
antara lain: (1) Faktor kemampuan. Secara psikologis kemampuan (ability)
pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita
(pendidikan). Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang
sesuai dengan keahliannya; dan (2) Faktor motivasi. Motivasi terbentuk dari sikap
(attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan
kondisi yang menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja.
Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk
berusaha

mencapai

potensi

kerja

secara

maksimal.

David

McCleland

(Mangkunegara 2007: 68) mengemukakan bahwa terdapat hubungan positif antara
motif berprestasi dengan pencapaian kerja. Motif berprestasi adalah suatu
dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan

11

sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja dengan predikat terpuji. Ada
enam karakteristik dari seseorang yang memiliki motif yang tinggi yaitu: (1)
Memiliki tanggung jawab yang tinggi; (2) Berani mengambil risiko; (3) Memiliki
tujuan yang realistis; (4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang
untuk merealisasi tujuan; (5) Memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam
seluruh kegiatan kerja yang dilakukan; dan (6) Mencari kesempatan untuk
merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.
Schermerhorn et al. (1994) menyampaikan bahwa kinerja sebagai kualitas
dan kuantitas dari pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan oleh individu,
kelompok maupun perusahaan. Kinerja mengandung dua komponen penting,
yaitu: (1) Kompetensi berarti individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasikan tingkat kinerjanya; dan (2) Produktivitas kompetensi tersebut
dapat diterjemahkan ke dalam tindakan atau kegiatan-kegiatan yang tepat untuk
mencapai hasil kinerja (outcome). Meager (2009) menyampaikan bahwa kualitas
pekerjaan yang dibutuhkan dunia kerja ditentukan oleh keterampilan yang
ditunjang oleh pelatihan. Hal senada disampaikan oleh Park (2010) menyatakan
bahwa suksesnya pekerja tergantung dari peluang, motivasi bekerja yang tinggi
dan belajar secara kontinu. Skibba dan Tan (2002) menyampaikan bahwa tingkat
kinerja dalam organisasi dipengaruhi oleh faktor kepribadian, keaktifan,
kemampuan pemimpin dan harga diri terutama dalam konteks sosial. Pendapat
Skibba dan Tan tersebut, diperkuat oleh Kazmi et al. (2006) mengatakan bahwa
prestasi kerja atau kinerja dipengaruhi tingkat stres yang dialami oleh pekerja
yang bersangkutan.
Beberapa pendapat yang disampaikan oleh pakar-pakar terakhir tersebut,
menunjukkan bahwa prestasi kerja dipengaruhi oleh peran pemimpin, ciri individu
yang bersangkutan (kemampuan, prakarsa dan inisiatif) untuk menyelesaikan
pekerjaan, jenis dan kualitas pekerjaan, keberanian dalam mengambil risiko,
tingkat stres, tingkat beban pekerjaan, dan kemauan untuk selalu meningkatkan
kompetensi melalui belajar baik secara formal maupun non formal.
Penilaian Kinerja
Dalam rangka melacak kemajuan kinerja, mengidentifikasi kendala, dan
memberi informasi dalam suatu organisasi, diperlukan adanya komunikasi kinerja

12

yang berlangsung terus menerus sehingga dapat mencegah dan menyelesaikan
masalah yang terjadi. Terkait dengan itu, alasan sebenarnya mengelola kinerja
adalah untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas serta merancang bangun
kesuksesan bagi setiap pekerja.
Berkaitan

dengan

hal

tersebut

Bernardin

dan

Russell

(1993)

mengungkapkan bahwa penilaian kinerja adalah a way of