The Dynamics Of Community Forest Farmer Groups In Lemahduhur

(1)

DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT

DESA LEMAHDUHUR

(Studi Tentang Dinamika Kelompok Tani Hutan Rakyat Desa Lemahduhur

Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor)

GENTINI IKA LESTARI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Dinamika Kelompok Tani Hutan Rakyat Desa Lemahduhur (Studi Tentang Dinamika Kelompok Tani Hutan Rakyat Desa Lemahduhur Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2012

Gentini Ika Lestari NRP. I353080071


(3)

ABSTRACT

DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT DESA LEMAHDUHUR

(Studi Tentang Dinamika Kelompok Tani Hutan Rakyat Desa Lemahduhur Kecamatan CaringinKabupaten Bogor)

THE DYNAMICS OF COMMUNITY FOREST FARMER GROUPS IN LEMAHDUHUR

Abstract

The objectives of this research are, first, to analyze the dynamics and self reliance of the community forest farmer groups of the Lemahduhur Village, Caringin Sub-District, Bogor; second, to identify the factors that affect to the dynamic and self reliance of the farmer groups; and the last, third, to explore the sustainability of the said forest farmer groups. Research was conducted on March-May 2011. Two farmer groups were studied through qualitative approach i.e the ‘Bina Mandiri’ and the ‘Puspa Mandiri’. The results show that the dynamic and self-reliance of the both groups are categorized as low. Educational background, ages, farm experiences and land size are factors that strongly influence the dynamic and self-reliance of the groups. The last findings, the sustainability of the studied groups were categorized as low or limited in terms of its management, efforts and participation of the member.

Keywords: forest farmer group, group dynamics, self-reliance of the group, sustainability of the group.


(4)

RINGKASAN

GENTINI IKA LESTARI. Dinamika Kelompok Tani Hutan Rakyat Desa Lemahduhur (Studi Tentang Dinamika Kelompok Tani Hutan Rakyat Desa Lemahduhur Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor). Dibawah bimbingan : Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS., sebagai ketua dan Ir. Nuraini Wahyuning Prasodjo, MS., sebagai anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis dinamika dan kemandirian kelompok tani hutan rakyat di desa Lemahduhur, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor; 2) menganalisis karakteristik individu anggota kelompok yang berperan penting dalam membangun dinamika kelompok tani hutan rakyat; dan 3) menelaah keberlanjutan pengembangan usaha ekonomi kelompok tani hutan rakyat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dua kelompok tani yang secara historis berbeda proses pembentukannya (top down dan bottom up) menjadi fokus utama studi ini, yakni kelompok tani Bina Mandiri (bentukan dari atas, top down) dan kelompok tani Puspa Mandiri (bentukan dari bawah, bottom up). Kedua kelompok berada di Desa Lemahduhur, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Kedua kelompok tersebut ditelaah dalam konteks melaksanakan kegiatan Program Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK) yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam (in depth interview), metode pengamatan (observasi), dan dukungan studi literatur. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2011. Data selanjutnya dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif.

Merujuk pada konsep dinamika kelompok, hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika kedua kelompok tani yang diteliti tergolong rendah. Namun demikian, kelompok tani Puspa Mandiri (yang dibentuk secara bottom up) cenderung lebih dinamis dibanding dengan kelompok tani Bina Mandiri (top down). Faktor-faktor individual yang diduga kuat mempengaruhi dinamika kelompok adalah umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusahatani dan luas lahan. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi dinamika kelompok adalah kepemimpinan dan usia kelompok tani. Merujuk pada konsepsi kemandirian kelompok, penelitian ini menunjukkan bahwa kemandirian


(5)

kedua kelompok tani yang diteliti tergolong terbatas baik dari segi kemandirian manajemen, kemandirian sosial maupun kemandirian pengembangan diri. Hal-hal tersebut membawa implikasi pada rendahnya keberlanjutan pengurus, keberlanjutan usaha dan keberlanjutan partisipasi anggota di dua kelompok tani yang diteliti.


(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(7)

DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT

DESA LEMAHDUHUR

(Studi Tentang Dinamika Kelompok Tani Hutan Rakyat Desa Lemahduhur

Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor)

GENTINI IKA LESTARI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Sosiologi Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(8)

Terimakasih Kepada Dr. Satyawan Sunito, Penguji Luar Komisi, atas masukan, kritikan dan inspirasinya.


(9)

(10)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT yang telah memberikan bimbingan dan karuniaNya sehingga Tesis yang berjudul ” Dinamika Kelompok Tani Hutan Rakyat Desa Lemahduhur (Studi Tentang Dinamika Kelompok Tani Hutan Rakyat Desa Lemahduhur Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor) dapat terselesaikan. Tesis ini berusaha mengkaji dinamika kelompok dan kemandirian kelompok serta keberlanjutan usaha ekonomi kelompok tani di Desa Lemahduhur Kacamatan Caringin Kabupaten Bogor. Terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada:

1. Dr.Ir. Soeryo Adiwibowo, MS. dan Ir. Nuraini Wahyuning Prasodjo, MS. atas bimbingan yang diberikan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.

2. Kementrian Kehutanan, atas kesempatan yang sangat berharga ini, semoga penulis mampu memberi yang terbaik.

3. Pengurus dan Anggota Kelompok Tani Bina Mandiri dan Kelompok Tani Puspa Mandiri serta warga masyarakat petani Desa Lemahduhur yang telah menerima penulis dengan tulus dan memberikan informasi yang dibutuhkan. 4. Kedua Orangtua dan Adik-adik tersayang atas doa, perhatian dan dukungan

semangat semoga Alloh SWT membalasnya.

5. Heru Pramono. S., suami tercinta atas doa, perhatian, kepercayaan dan dukungannya.

6. Alya Raihana Alifa, Amira Rasyanda Alifa dan Adinda Rizqulla Alifa, putri-putri sholehah yang menjadi energi terbesar dalam setiap langkahku.

7. Teman seperjuangan SPD Angkatan 2008 ; Nendah Kurniasari, Eko Cahyono, Dian Ekowati, Nurul Hayat, Usep Setiawan, Aldi Basir dan Favor A. Bancin terimakasih atas doa dan dukungan semangatnya.

8. Seluruh keluarga dan sahabat atas doa dan motivasi yang sangat berharga. Penulis sangat menyadari jika tesis ini jauh dari sempurna, oleh karenanya untuk memperoleh hasil yang lebih baik masukan berupa saran dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan. Semoga Tesis ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2012 Gentini Ika Lestari


(11)

RIWAYAT HIDUP

GENTINI IKA LESTARI, dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 10 Desember 1970, merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan H.Soleh Sukmana, dan Hj. Nyinyih Wasyiah. Saat ini penulis merupakan istri dari H. Heru Pramono S., dan ibu dari tiga orang putri yaitu Alya Raihana Alifa, Amira Rasyanda Alifa dan Adinda Rizqulla Alifa.

Pendidikan formal yang telah diselesaikan penulis adalah Taman Kanak-Kanak Mexindo pada Tahun 1977, Sekolah Dasar Negeri Pengadilan 2 Bogor tahun 1984, SMPN 4 Bogor tahun 1987, SMAN 1 Salatiga Tahun 1990. Kemudian penulis melanjutkan ke program Sarjana jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta yang diselesaikan pada tahun 1995. Sejak September 2008, penulis melanjutkan studi ke Program Pascasarjana Program Studi Sosiologi Pedesaan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor atas Biaya dari Kementrian Kehutanan.

Tahun 1997 – 2002, penulis merupakan staf pada Direktorat Jenderal Reboisasi Lahan dan Perhutanan Sosial(RLPS), Departemen Kehutanan di Jakarta. Sejak tahun 2002 sampai sekarang penulis merupakan staf pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim Dan Kebijakan Kehutanan (Puspijak), Badan Litbang Kehutanan, Kementrian Kehutanan di Bogor.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI xii

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 7

1.3. Tujuan Penelitian... 8

1.4. Manfaat Penelitian... 9

II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1.1. Tinjauan Pustaka... 11

2.1.1.1. Kelompok dan Dinamika Kelompok... 11

2.1.1.2. Kelompok Tani... 17

2.1.1.3. Hutan Rakyat... 19

2.1.1.4. Kemandirian Kelompok Tani... 20

2.1.1.5. Karakteristik Individu... 21

2.1.1.6. Keberlanjutan Usaha Ekonomi... 23

2.1.1.7. Kepemimpinan... 24

2.1.1.8. Hasil Beberapa Penelitian Tentang Dinamika Kelompok dan Hutan Rakyat... 26 2.1.2. Kerangka Pemikiran... 27

2.2. Pendekatan Lapang... 33

2.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 33

2.2.2. Pendekatan Penelitian... 33

2.2.3. 2.2.4. Data, Metode Pengumpulan dan Analisis Data... Pendekatan Kualitatif... 34 35 III. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1. Keadaan Geografis dan Kondisi Alam... 39

3.2. Kependudukan dan Matapencaharian Penduduk... 40

3.3. Tingkat Pendidikan Penduduk... 41

3.4. Sejarah Penguasaan Lahan... 42

3.5. Profil Kelompok Tani... 45

3.5.1. Profil Kelompok Tani Bina Mandiri... 45

3.5.2. Profil Kelompok Tani Puspa Mandiri... 46

3.6. Karakteristik Responden... 48

3.7. Ikhtisar... 55

IV. DINAMIKA KELOMPOK 4.1. Dinamika Kelompok... 57

4.1.1. Dinamika Kelompok Tani Bina Mandiri... 57

4.1.2. Dinamika Kelompok Tani Puspa Mandiri... 86


(13)

xiii Karakteristik Individu...

4.1.4. Faktor Eksternal... 119

4.1.5. Ikhtisar... 124

V. KEMANDIRIAN KELOMPOK DAN KEBERLANJUTAN USAHA EKONOMI 5.1. Kemandirian Kelompok... 129

5.1.1. Kemandirian Kelompok Tani Bina Mandiri... 122

5.1.2. Kemandirian Kelompok Tani Puspa Mandiri... 125

5.2. Keberlanjutan Usaha Ekonomi... 134

5.2.1. Keberlanjutan Usaha Ekonomi Pada Kelompok Tani Bina Mandiri... 134 5.2.2. Keberlanjutan Usaha Ekonomi Pada Kelompok Tani Puspa Mandiri... 142 5.3. Ikhtisar... 147

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 151 6.1. Kesimpulan... 151

6.2. Saran... 154 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tingkat Pendidikan Penduduk... 38 2. Karakteristik Responden Anggota Kelompok Tani ... 45


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Bagan Kerangka Pemikiran...32


(16)

LAMPIRAN

1. Peta Desa Lemah duhur 2. Foto-Foto Penelitian


(17)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI xii

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 7

1.3. Tujuan Penelitian... 8

1.4. Manfaat Penelitian... 9

II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1.1. Tinjauan Pustaka... 11

2.1.1.1. Kelompok dan Dinamika Kelompok... 11

2.1.1.2. Kelompok Tani... 17

2.1.1.3. Hutan Rakyat... 19

2.1.1.4. Kemandirian Kelompok Tani... 20

2.1.1.5. Karakteristik Individu... 21

2.1.1.6. Keberlanjutan Usaha Ekonomi... 23

2.1.1.7. Kepemimpinan... 24

2.1.1.8. Hasil Beberapa Penelitian Tentang Dinamika Kelompok dan Hutan Rakyat... 26 2.1.2. Kerangka Pemikiran... 27

2.2. Pendekatan Lapang... 33

2.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 33

2.2.2. Pendekatan Penelitian... 33

2.2.3. 2.2.4. Data, Metode Pengumpulan dan Analisis Data... Pendekatan Kualitatif... 34 35 III. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1. Keadaan Geografis dan Kondisi Alam... 39

3.2. Kependudukan dan Matapencaharian Penduduk... 40

3.3. Tingkat Pendidikan Penduduk... 41

3.4. Sejarah Penguasaan Lahan... 42

3.5. Profil Kelompok Tani... 45

3.5.1. Profil Kelompok Tani Bina Mandiri... 45

3.5.2. Profil Kelompok Tani Puspa Mandiri... 46

3.6. Karakteristik Responden... 48

3.7. Ikhtisar... 55

IV. DINAMIKA KELOMPOK 4.1. Dinamika Kelompok... 57

4.1.1. Dinamika Kelompok Tani Bina Mandiri... 57

4.1.2. Dinamika Kelompok Tani Puspa Mandiri... 86


(18)

Karakteristik Individu...

4.1.4. Faktor Eksternal... 119

4.1.5. Ikhtisar... 124

V. KEMANDIRIAN KELOMPOK DAN KEBERLANJUTAN USAHA EKONOMI 5.1. Kemandirian Kelompok... 129

5.1.1. Kemandirian Kelompok Tani Bina Mandiri... 122

5.1.2. Kemandirian Kelompok Tani Puspa Mandiri... 125

5.2. Keberlanjutan Usaha Ekonomi... 134

5.2.1. Keberlanjutan Usaha Ekonomi Pada Kelompok Tani Bina Mandiri... 134 5.2.2. Keberlanjutan Usaha Ekonomi Pada Kelompok Tani Puspa Mandiri... 142 5.3. Ikhtisar... 147

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 151 6.1. Kesimpulan... 151

6.2. Saran... 154 DAFTAR PUSTAKA


(19)

xiv DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tingkat Pendidikan Penduduk... 38 2. Karakteristik Responden Anggota Kelompok Tani ... 45


(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Bagan Kerangka Pemikiran...32


(21)

xvi LAMPIRAN

1. Peta Desa Lemah duhur 2. Foto-Foto Penelitian


(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan pembangunan kehutanan menuntut untuk lebih memperhatikan dan memperhitungkan keberadaan hutan rakyat. Pengembangan hutan rakyat dianggap mampu memberikan manfaat ekonomi, ekologi dan sosial secara adil dan lestari. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Reboisasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS), Departemen Kehutanan (2009) dinyatakan bahwa luas total hutan rakyat di seluruh Indonesia mencapai 3.589.343 hektar. Prosentase luas hutan rakyat masih akan terus bertambah bila melihat data luas lahan kritis di luar kawasan hutan di Indonesia yang saat ini tercatat sekitar 10.690.312 hektar. Hutan rakyat berperan dalam memenuhi kebutuhan konsumsi kayu, meningkatkan pendapatan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan. Pengembangan hutan rakyat diarahkan untuk mendorong berkembangnya bisnis rakyat berbasis hutan khususnya di pedesaan. Pembangunan hutan rakyat dimaksudkan untuk merehabilitasi dan meningkatkan produktivitas lahan serta kelestarian sumber daya alam agar dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya kepada petani pemilik hutan rakyat, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Disamping dapat memberikan sumbangan berupa pemenuhan kebutuhan akan kayu, hutan rakyat dapat memberikan sumbangan terhadap pendapatan rakyat yang cukup besar dari hasil hutan non kayu yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Dengan demikian hutan rakyat memberikan manfaat ekonomi yang cukup tinggi.

Tujuan usaha hutan rakyat adalah untuk penyediaan bahan baku industri, memperluas lapangan kerja dan meningkatkan mutu lingkungan. Berdasarkan tujuan tersebut, pembangunan hutan rakyat tidak dapat dilaksanakan secara perorangan/parsial, tetapi harus secara bersama-sama. Pembangunan hutan rakyat lebih efektif dilaksanakan secara komunal (kelompok). Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Margono (2001) bahwa pendekatan kelompok dipandang lebih efisien dan dapat menjadi media untuk terjadinya proses belajar dan berinteraksi dari para petani, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku petani ke arah


(23)

2

yang lebih baik atau berkualitas. Pendekatan kelompok dan keberadaan kelompok tani di masa depan masih sangat diperlukan karena membantu memudahkan bimbingan dan pendampingan petani yang jumlahnya besar melalui pengelompokkan. Disamping itu pendekatan kelompok juga mampu mengurangi berbagai kendala seperti luasnya wilayah, sebaran kondisi geografis yang beragam, terbatasnya jumlah petugas, waktu dan biaya penyuluhan pertanian (Suharno, 2009). Dalam pengelolaan hutan rakyat diperlukan pengorganisasian petani yang terlembaga. Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani dikemukakan oleh Mosher (1968) dalam Djiwandi (1994) bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung dalam kelompok tani.

Hutan rakyat di Desa Lemahduhur, Kecamatan Caringin pada umumnya dikelola secara komunal (kelompok) pada lahan milik perorangan yang tersebar berdasarkan letak, luas kepemilikan lahan dan pola usaha taninya. Secara keseluruhan pola pengembangan hutan rakyat di Desa Lemahduhur, Kecamatan Caringin dapat diklasifikasikan ke dalam pola hutan rakyat wanatani

(Agroforestry), yaitu kombinasi antara tanaman kayu dengan tanaman perkebunan serta tanaman bawah tegakan. Pola pengembangan hutan rakyat sangat terkait dengan luas kepemilikan lahan. Secara umum luas pemilikan lahan berkisar antara 25 ha. Kepemilikan lahan yang tidak terlalu luas menyebabkan para petani mengelola hutan rakyat dengan sistem yang lebih intensif. Hal ini dapat terlihat dari beragamnya jenis tanaman yang dikembangkan. Pengelolaan hutan rakyat di Desa Lemahduhur Kecamatan Caringin dalam pelaksanaannya dilakukan secara terprogram, diperlukan pengorganisasian petani yang terlembaga. Dalam kaitan tersebut kelompok tani sebagai lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya), keakraban, kepentingan bersama dan saling percaya mempercayai, serta mempunyai pimpinan untuk mencapai tujuan bersama (Departemen Pertanian, 1989).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudarko (2010) tentang Hubungan Dinamika dan Peran Kelompok dengan Kemampuan Anggota dalam Penerapan Inovasi Teknologi Usahatani Kopi Rakyat di Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur menyebutkan bahwa para petani yang


(24)

berkelompok menunjukkan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak berkelompok. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa usahatani secara berkelompok berperan cukup besar dalam mengembangkan skala usaha yang lebih ekonomis dan efisien. Berkembangnya kelompok tani ini berarti terjadi peningkatan dinamika kelompok, berarti pula peningkatan fungsi dan kegiatannya.

Keuntungan berkelompok dalam mengelola hutan rakyat, diantaranya petani dapat saling menukar informasi, pengetahuan, inovasi teknologi dan pengalaman mengenai usahatani hutan rakyat melalui wadah kelompok. Petani juga dapat saling bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan dalam usahataninya dalam wadah kelompok. Melalui wadah kelompok tani akan memudahkan dalam penyampaian program, tujuan dan proyek yang akan dan hendak dicapai oleh kelompok tani.

Namun persoalanya banyak kelompok tani baik yang terbentuk secara top down maupun kelompok yang terbentuk secara bottom up telah ditumbuhkan, tetapi banyak pula kelompok tani yang mati atau hanya tinggal nama saja sehingga dipertanyakan eksistensinya. Sering kelompok tumbuh menjamur seiring dengan adanya bantuan program dari pemerintah atau instansi swasta. Fakta juga menunjukkan, dengan berakhirnya bantuan tersebut, maka berakhir pula kelompoknya dan teknologi anjuran mulai ditinggalkan (Purwanto & Wardani 2006).

Disamping itu, matinya kelompok tani juga diakibatkan adanya ketidakpastian kebijakan pemerintah. Menurut Purwanto dan Wardani (2006) adanya Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pertanian dan Menteri Dalam Negeri Tahun 1991 menjadikan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) tidak berfungsi, karena BPP berfungsi sebagai instalasi Dinas Subsektor. Balai Informasi Penyuluhan Pertanian yang mempunyai instalasi BPP adalah pengelola kelompok tani sehingga apabila lembaga pengelolanya tidak jelas maka keberadaan kelompok tani juga tidak jelas pula. Artinya, walaupun kelompok tani tersebut ada namun akibat tidak jelas pembinaannya umumnya kelompok tani tersebut kurang atau tidak dinamis, peran dan fungsi kelompok tani tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.


(25)

4

Sebaliknya ada juga kelompok tani yang berumur panjang dan bertahan lama. Hasil Penelitian Sutjipta (1987) tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dinamika Subak dan Hubungannya dengan Mutu Hidup Anggota, menyimpulkan bahwa faktor pengikat subak sampai kini terus terpelihara, sehingga kehidupan kelompok dapat terus terjaga. Faktor-faktor pengikat tersebut meliputi : (1) ketergantungan anggota subak pada kebutuhan air, (2) keterikatan anggota pada pura sebagai tempat persembahyangan bersama, (3) keterikatan pada tata upacara adat dan keagamaan, (4) otonomi subak, baik kedalam maupun keluar, (5) konsep hidup ”tri hita karana”, yaitu tiga cara mencapai kebahagiaan melalui keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan alam. Keteraturan pelaksanaan kegiatan, tingkat partisipasi anggota yang tinggi dan adanya keterbukaan pada perubahan yang terjadi menyebabkan subak dapat mempertahankan hidupnya.

Terbentuknya kelompok tani tersebut memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Kelompok tani yang ada di desa Lemahduhur ada yang terbentuk atas inisiatif warga (bottom up) dan ada juga yang terbentuk secara topdown karena keproyekan atau program. Pada saat dilakukan penelitian di desa Lemahduhur sedang berjalan program Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK) yang merupakan program yang diperkenalkan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor dengan sumber dana APBD I (Propinsi). Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK) merupakan gerakan moral untuk membangun kesadaran masyarakat khususnya masyarakat Jawa Barat dalam rangka memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Adapun yang menjadi tujuan GRLK adalah untuk meningkatkan ketersediaan bibit tanaman untuk merehabilitasi lahan; mengurangi luasan lahan kritis dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2010). Anggaran APBD I (Propinsi) melalui kegiatan GRLK berupa kegiatan pengayaan tanaman/pembuatan hutan rakyat. Sasaran pembuatan tanaman hutan rakyat diutamakan pada lahan dengan rata-rata kemiringan di atas 45%. Kondisi topografi desa Lemahduhur dengan kemiringan >45% memenuhi persyaratan untuk menerima bantuan program GRLK yang


(26)

disalurkan kepada kelompok tani Bina Mandiri berupa bibit sengon, suren dan cengkeh untuk ditanam pada lahan seluas 50 hektar yaitu ; 25 hektar Blok Sinagar dan 25 hektar blok Punjul. Sedangkan kelompok tani Puspa Mandiri menerima bantuan bibit untuk ditanam di blok Pasir Ipis seluas 25 hektar.

Kelompok tani yang telah terbentuk, diharapkan dapat dijadikan media untuk berkelompok dalam rangka meningkatkan kemampuan petani dengan atau tanpa adanya intervensi dari luar sehingga pendapatannya dapat meningkat, dan akhirnya kesejahteraan akan turut meningkat pula, sehingga akan timbul kedinamisan dari kelompok tersebut. Peran kelompok tani terhadap anggotanya diharapkan akan berdampak terhadap pembangunan hutan rakyat, sehingga para

anggota akan dengan serius terus mengembangkan tanaman hutannya. Oleh

karena itu pembentukan kelompok tani yang beranggotakan masyarakat sekitar merupakan suatu keharusan (Diniyati , 2003). Dengan adanya kelompok tani diharapkan imbas pembelajaran dalam pengelolaan hutan rakyat diharapkan akan lebih tersebar.

Kelompok yang dinamis ditandai oleh selalu adanya kegiatan atau interaksi baik didalam maupun dengan pihak luar kelompok untuk secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuannya (Djoni, 2000). Lebih lanjut Soekanto S (1990) mengemukakan bahwa kelompok sosial haruslah memenuhi syarat, yaitu: 1) anggota kelompok sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan; 2) ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya; 3) ada faktor ( misalnya; nasib, kepentingan, tujuan, ideologi, politik dan lain-lain) yang sama, sehingga hubungan diantara mereka bertambah erat; 4) berstruktur, berkaidah dan mempunyai perilaku dan 5) bersistem dan berproses.

Pengertian dan syarat yang harus dimiliki oleh suatu kelompok menjadi petunjuk bahwa setiap kelompok sosial cenderung untuk tidak statis, akan tetapi selalu berkembang serta mengalami perubahan-perubahan baik dalam aktivitas maupun bentuknya. Seperti dikemukakan oleh Soekanto S (1990), bahwa kelompok sosial seperti kelompok tani ini bukan merupakan kelompok yang statis, karena pasti mengalami perkembangan serta perubahan sebagai akibat proses formasi ataupun reformasi dari pola-pola di dalam kelompok tersebut, dan


(27)

6

karena pengaruh dari luar. Selain itu keadaan yang tidak stabil tersebut juga dapat terjadi karena adanya konflik antar individu dalam kelompok atau karena adanya konflik antar bagian kelompok tersebut sebagai akibat tidak adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan di dalam kelompok itu sendiri. Selanjutnya menurut Santoso (1992) perubahan disebabkan oleh interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok secara timbal balik, yang mencerminkan adanya dinamika kelompok.

Dinamika kelompok merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh kelompok yang akan menentukan perilaku kelompok dan anggota-anggotanya. Dengan dinamisnya suatu kelompok diharapkan terjadinya perubahan perilaku anggota kelompok yang pada gilirannya akan merubah pola pikir masyarakat dalam pemanfaatan hutan rakyat. Kelompok yang kompak akan memiliki daya lekat tinggi yang akan mendorong keefektifan anggota pada kelompoknya.

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan rakyat merupakan hal yang tidak dapat dihindari, karena tidak ada sedikitpun bagian kawasan hutan yang bebas dari kepentingan hidup masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan rakyat merupakan salah satu modal sosial yang dapat dikembangkan secara integratif melalui berbagai kegiatan kreatif dalam rangka memanfaatkan sumberdaya alam yang ada secara lestari dan berkelanjutan. Pengelolaan hutan rakyat dituntut untuk memenuhi azas keadilan, yaitu hutan harus menjadi sumber daya bagi masyarakat setempat dan harus dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat. Masyarakat setempat yang terkonsentrasi dalam kelompok-kelompok harus dapat melakukan pengelolaan hutan rakyat secara utuh mulai dari pemanfaatan, rehabilitasi, sampai pada perlindungan hutan. Partisipasi tersebut tidak berdasarkan pada motivasi untuk kepentingan pribadi tetapi untuk kepentingan bersama.

Mengingat pentingnya kelompok tani baik dalam hal meningkatkan kesejahteraan petani itu sendiri dan keluarganya maupun dalam memberikan sumbangan pada pelestarian hutan, maka perlu memperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan keefektifannya dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok itu sendiri.


(28)

arena itu kelompok tani perlu ditumbuhkembangkan agar supaya produktif dan dapat mencapai tujuan-tujuannya secara efektif.

Untuk meningkatkan manfaat atau keuntungan dari adanya kelompok tani tidak terlepas dari bagaimana meningkatkan peran kelompok tani tersebut, yaitu dengan menjaga bagaimana kelompok tani tersebut dinamis. Suatu kelompok dapat dikatakan dinamis apabila kelompok itu efektif dalam mencapai tujuan-tujuannya. Suatu konsep yang menunjukan kefektifan kelompok dalam mencapai tujuan-tujuannya adalah konsep dinamika kelompok. Dengan dinamika kelompok ini memberikan peluang sebesar-besarnya kepada anggota untuk bekerjasama dan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Oleh karena itu studi ini ingin mendalami tentang bagaimana kelompok mampu berkelanjutan.

1.2. Perumusan Masalah

Di Desa Lemahduhur Kecamatan Caringin terdapat tiga kelompok tani yang masing-masing diberi nama: Kelompok Tani Puspa Mandiri, Kelompok Tani Bina Mandiri, Kelompok Tani Berkah dan Satu Gabungan Kelompok Tani yang diberi nama Gapoktan Berkah. Pengelolaan hutan rakyat di Desa Lemahduhur Kecamatan Caringin didukung oleh keberadaan kelompok tani. Kelompok tani Bina Mandiri dan Kelompok Tani Puspa Mandiri mengelola hutan rakyat bantuan program sedangkan kelompok tani Berkah di bidang hortikultura. Program yang sedang berjalan di Kecamatan Caringin yaitu Program Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK) yang diperkenalkan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor dengan sumber dana APBD I (Propinsi), dengan target penanaman 1000 pohon per hektar, bantuan berupa bibit tanaman sengon, suren, dan cengkeh, dikelola oleh kelompok tani Bina Mandiri dan kelompok tani Puspa Mandiri, yang ditanam pada lahan milik seluas 75 hektar terbagi di 3 Blok yaitu blok Sinagar, blok Punjul dan blok Pasir Ipis.

Kenyataannya kelompok tani yang ada sekarang ini, umumnya merupakan hasil dari bentukan program pemerintah. Keberhasilan-keberhasilan yang dicapai diantaranya disebabkan program masih memberikan bantuan berupa subsidi kepada petani peserta program yang terorganisir dalam kelompok-kelompok tani. Namun, apabila program berakhir, apakah aktivitas pengelolaan hutan rakyat


(29)

8

akan tetap berlanjut dan apakah kelompok-kelompok tani yang ada akan tetap

survive? Dilihat secara sosiologis apakah program tersebut telah melembaga dalam kehidupan petani? Seiring dengan waktu, banyak kelompok tani yang tidak dapat mempertahankan para anggotanya sehingga kelompok tersebut hanya tinggal nama saja. Namun ada juga kelompok yang semakin maju walaupun tidak ada lagi bantuan yang diterima oleh kelompok tani (Diniyati, Dian 2000).

Dinamika kelompok merupakan suatu konsep yang dapat mengukur keefektifan kelompok tani dalam mencapai tujuan-tujuannya. Dinamika kelompok merupakan tenaga atau kekuatan yang diturunkan dari individu-individu anggota dan interaksi di dalam kelompok. Totalitas dari kekuatan-kekuatan itu akan membawa kelompok berperilaku aktif (dinamis). Karena itu, dinamika kelompok mencakup faktor-faktor yang menyebabkan kelompok itu hidup, bergerak, aktif dan efektif dalam mencapai tujuan. Faktor-faktor inilah yang dikaji dalam penelitian ini. Sudah tentu, dari sekian banyak kelompok tani memiliki kekuatan-kekuatan yang bervariasi sehingga menyebabkan tingkat dinamika kelompok tani bervariasi pula.

Melihat kenyataan tersebut, dengan demikian timbul masalah menyangkut eksistensi kelompok tani yang ada, maka menarik untuk dikaji lebih lanjut:

1. Menganalisis dinamika dan kemandirian kelompok tani hutan rakyat di desa

Lemahduhur, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor.

2. Menganalisis karakteristik individu anggota kelompok yang berperan penting

dalam membangun dinamika kelompok tani hutan rakyat.

3. Menelaah keberlanjutan pengembangan usaha ekonomi kelompok tani hutan

rakyat.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk :

1. Menganalisis dinamika kelompok tani hutan rakyat di Desa Lemahduhur Kecamatan Caringin.

2. Menganalisis kemandirian kelompok tani hutan rakyat di Desa Lemahuduhur Kecamatan Caringin.


(30)

3. Menelaah keberlanjutan pengembangan usaha ekonomi kelompok tani hutan rakyat di Desa Lemahuduhur Kecamatan Caringin.

3. Mengetahui faktor-faktor karakteristik individu (anggota kelompok) apa sajakah yang mempengaruhi tingkat dinamika kelompok tani hutan rakyat.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dari sudut akademis ; hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi mengenai Dinamika Kelompok dan Kemandirian Kelompok .

2. Dari sudut implikasi praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumbangan informasi dan sebagai pertimbangan bagi penentu kebijakan mengenai program-program Kehutanan yang saling menguntungkan dan program penanggulangan kemiskinan lainnya.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk melaksanakan penelitian sejenis (penelitian evaluasi) secara mendalam atau dalam lingkup yang lebih luas.


(31)

11

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Pendekatan Teoritis 2.1.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1.1. Kelompok dan Dinamika Kelompok

Beberapa konsep tentang kelompok yang dikemukakan oleh pakar dapat kita jumpai, baik yang membahas dari sudut pandang sosiologis, antropologis, maupun dari sudut pandang psikologis. Beberapa konsep tentang kelompok antara lain: Soedijanto(1981), mengemukakan bawa definisi kelompok adalah ”dua atau lebih orang yang berhimpun atas dasar adanya kesamaan, berinteraksi melalui pola/struktur tertentu guna mencapai tujuan bersama dalam kurun waktu yang relatif panjang”. Hubungan antara dua orang atau lebih individu ini dinyatakan oleh Gunardi sebagaimana dikutip oleh Soedijanto(1981) adalah ”mereka yang mempunyai beberapa kesamaan obyek perhatian, berinteraksi secara mantap, bersama menyusun suatu struktural, dan bersama berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan tertentu”. Ungkapan yang hampir sama dikemukakan oleh Gerungan (1978) bahwa kelompok sosial adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih yang telah mengadakan interaksi yang intensif dan teratur sehingga diantara mereka terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kesatuan tersebut. Tidak berbeda dengan pandangan Syamsu, dkk (1990) kelompok sebagai kumpulan dua orang atau lebih, yang secara intensif dan teratur selalu mengadakan interaksi sesama mereka untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan, dan secara sadar mereka merasa bagian dari kelompok yang memiliki norma tertentu, peranan, struktur fungsi dan tugas masing-masing anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas jelaslah bahwa kelompok merupakan kumpulan orang-orang yang menyatukan diri karena adanya kesamaan tujuan yang hendak dicapai. Kemudian Horton dan Hunt (1999) mendefinisikan bahwa kelompok merupakan setiap perkumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Dari beberapa pengertian mengenai kelompok dapat disimpulkan bahwa ciri terpenting dalam kelompok


(32)

adalah adanya interaksi dan saling ketergantungan, serta memiliki kepentingan bersama dan tujuan bersama. Kelompok-kelompok sosial timbul karena manusia dengan sesamanya mengadakan hubungan yang langgeng untuk suatu tujuan atau kepentingan bersama (Soemardjan dan Soemardi, 1964). Menurut pengertian sosiologis kelompok sosial adalah kumpulan individu-individu yang mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama lain, dimana didalamnya terdapat ikatan perasaan yang relatif sama.

Kelompok-kelompok dalam sistem sosial bukan merupakan kelompok yang statis, karena setiap kelompok sosial cepat atau lambat hampir dapat dipastikan akan mengalami perubahan dan perkembangan. Sistem sosial merupakan entitas sosial yang dicirikan oleh individu-individu atau unit sosial lainnya yang berproses secara fungsional saling terkait satu sama lain. Menurut Cartwright dan Zander (1968) salah satu orientasi teoritis dalam mempelajari dinamika kelompok yaitu pendekatan teori sistem. Dalam pandangan ini kelompok dilihat sebagai suatu sistem yaitu merupakan sistem orientasi, sistem saling keterhubungan dari posisi-posisi dan peran-peran, dan sistem komunikasi. Kelompok dipandang sebagai sistem yang terbuka, yang dianalogikan dari konsep biologi. Teori sistem menekankan kepada berbagai jenis input ke dalam sistem dan output keluar sistem. Menurut Slamet (2006), sistem sosial adalah suatu kesatuan dari banyak unsur yang dapat menghasilkan suatu output tertentu. Sistem terbentuk oleh adanya komponen atau unsur-unsur yang berhubungan satu sama lain membentuk suatu jaringan. Masing-masing komponen mempunyai fungsi sendiri yang berbeda satu dengan lainnya. Fungsi komponen yang satu dipengaruhi oleh fungsi komponen lain yang berhubungan dengannya. Kelompok sebagai sistem sosial memiliki beberapa ciri misalnya dalam kelompok terdapat orang-orang yang saling berinteraksi; mempunyai pola perilaku yang teratur dan sistematis; bisa diidentifikasi bagian-bagiannya; dan bisa dilihat sebagai sistem sosial. Sistem sosial terdiri dari interaksi yang terpola dari para anggotanya. Sistem sosial merupakan interaksi dari beragam individu yang hubungannya satu dengan yang lain diorientasikan kepada definisi dan mediasi dari pola simbol-simbol terstruktur dan harapan-harapan. Dalam sistem sosial, terdapat interaksi yang spesifik antara anggota dan bukan anggota(Loomis&Loomis, 1961).


(33)

13 Kelompok - kelompok sosial bersifat dinamis dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, selalu bergerak dan aktif. Dalam sosiologi gerak perubahan dan pergerakan kekuatan yang ada dalam kelompok lazim disebut Dinamika Kelompok. Menurut Soekanto S (1990) definisi dinamika kelompok di dalam kelompok sosial cenderung tidak merupakan kelompok yang statis, akan tetapi selalu berkembang serta mengalami perubahan-perubahan, baik dalam aktivitas maupun bentuknya. Dinamika kelompok diartikan sebagai suatu studi yang menganalisis berbagai kekuatan yang menentukan perilaku anggota dan perilaku kelompok yang menyebabkan terjadinya gerak perubahan dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Dinamika kelompok akan mencakup faktor-faktor yang menyebabkan suatu kelompok itu hidup, bergerak, aktif, efektif dalam mencapai tujuan. Selanjutnya menurut Jetkins (1950) dalam Sudaryanti (2002), Dinamika Kelompok merupakan kajian terhadap kekuatan-kekuatan yang terdapat di dalam maupun di lingkungan kelompok yang akan menentukan perilaku anggota kelompok dan perilaku kelompok yang bersangkutan, untuk bertindak atau melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan bersama yang merupakan tujuan kelompok tersebut. Menelaah dinamika kelompok berarti menelaah kekuatan-kekuatan yang muncul dari berbagai sumber di dalam kelompok, mencoba menerangkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kelompok dan mencoba menemukan serta mempelajari keadaan dan gaya yang dapat mempengaruhi kehidupan kelompok. Lebih lanjut Horton dan Hunt (1999) mengutarakan bahwa dinamika kelompok mempelajari interaksi dalam kelompok dan pemecahan masalah serta pengambilan kesimpulan untuk mencapai pemahaman dan penanggulangan masalah organisasi.

Menelaah dinamika kelompok berarti menelaah kekuatan-kekuatan yang muncul dari berbagai sumber didalam kelompok. Menurut Slamet (1978) dalam Tonny (1988) kekuatan-kekuatan didalam kelompok tersebut, yaitu:

1. Tujuan Kelompok (Group Goals)

Tujuan kelompok merupakan gambaran tentang sesuatu hasil yang diharapkan dicapai oleh kelompok. Untuk mencapai hasil tersebut diperlukan bermacam-macam usaha kelompok. Anggota kelompok berbuat sesuai dengan


(34)

tujuan kelompok karena kelompok mempunyai tujuan yang jelas dan anggota kelompok mengetahui arah kelompok. Akibatnya tujuan kelompok sebagai salah satu unsur dinamika kelompok menjadi kuat karena kegiatan anggota kelompok.

Anggota kelompok yang berorientasi kepada kelompoknya (group oriented

motives) menggambarkan kesetiaan atas kelompok sehingga dengan tercapainya tujuan kelompok mengakibatkan masing-masing anggota kelompok merasa puas. Tujuan kelompok sebagai salah satu unsur dinamika kelompok menjadi semakin lemah jika tujuan kelompok semakin tidak mendukung tujuan anggota kelompok.

2. Struktur Kelompok (Group Structure)

Struktur kelompok yaitu hubungan antara individu-individu di dalam kelompok yang disesuaikan dengan posisi dan peranan masing-masing individu. Kelompok yang telah memiliki struktur yaitu kelompok yang telah memiliki hubungan yang stabil antar anggota kelompok. Struktur kelompok berhubungan dengan struktur kekuasaan atau pengambilan keputusan, tugas dan pembagian kerja, struktur komunikasi dan bagaimana aliran komunikasi terjadi dalam kelompok serta sarana bagi kelompok untuk berinteraksi. Struktur kelompok sebagai salah satu unsur dinamika kelompok semakin lemah jika pengambilan keputusan kelompok semakin didominasi oleh orang-orang tertentu, Struktur tugas menjadi semakin baik jika masing-masing anggota kelompok semakin merasakan terlibat dalam tugas-tugas kelompok. Semakin baik struktur tugas maka struktur kelompok sebagai salah satu unsur dinamika kelompok semakin kuat. Dalam struktur komunikasi, anggota kelompok menjadi puas jika komunikasi di dalam kelompok lancar dan struktur kelompok menjadi semakin kuat. Sedangkan dalam proses interaksi, struktur kelompok semakin kuat jika semakin besar kemungkinan berinteraksi.

3. Fungsi Tugas (Task Function)

Fungsi tugas adalah segala kegiatan yang harus dilakukan kelompok sehingga tujuannya tercapai. Kriteria yang digunakan untuk melihat fungsi tugas, adalah (1) fungsi memberi informasi, kelancaran arus-arus informasi menunjukkan fungsi tugas berjalan dengan baik sehingga fungsi tugas sebagai salah satu unsur dinamika kelompok semakin kuat; (2) fungsi memuaskan anggota, semakin tinggi tingkat kepuasan anggota kelompok mengakibatkan


(35)

15 fungsi tugas sebagai salah satu unsur dinamika kelompok semakin kuat; (3) fungsi menyelenggarakan koordinasi, semakin baik penyelenggaraan koordinasi maka fungsi tugas semakin baik yang berarti fungsi tugas sebagai salah satu unsur dinamika kelompok semakin kuat; (4) fungsi menghasilkan inisiatif, semakin tinggi tingkat inisiatif kelompok maka fungsi tugas semakin baik yang berarti fungsi tugas sebagai salah satu unsur dinamika kelompok semakin kuat; fungsi mengajak untuk berperanserta, semakin sering kelompok mengajak anggotanya berperanserta dalam setiap kegiatan kelompok maka fungsi tugas semakin baik, dan fungsi tugas semakin kuat; fungsi menjelaskan kepada anggota tentang segala sesuatu yang kurang jelas maka fungsi tugas semakin baik. Dengan demikian fungsi tugas sebagai salah satu unsur dinamika kelompok semakin kuat.

4. Pembinaan Kelompok (Group Building and Maintenance)

Pembinaan kelompok dimaksudkan sebagai usaha mempertahankan kehidupan kelompok. Usaha mempertahankan kehidupan kelompok dapat dilihat dari (1) peranserta semua anggota kelompok, (2)adanya fasilitas dalam pelaksanaan pembinaan kelompok, (3) adanya kegiatan kelompok, (4)adanya kesempatan mendapatkan anggota baru, dan (5)adanya sosialisasi sebagai proses pendidikan yang membuat anggota mengetahui norma, tujuan dan lain-lainnya didalam kelompok. Apabila semua ciri tersebut ada di dalam kelompok maka pembinaan kelompok sebagai salah satu unsur dinamika kelompok semakin kuat.

5. Kekompakan Kelompok (Group Cohesion)

Anggota kelompok yang tingkat kekompakan kelompoknya tinggi lebih terangsang untuk aktif mencapai tujuan kelompok dibandingkan anggota kelompok yang tingkat kekompakan kelompoknya rendah. Kekompakan kelompok yaitu adanya keterikatan anggota kelompok terhadap kelompoknya. Tingkat rasa keterikatan yang berbeda-beda menyebabkan adanya perbedaan kekompakan. Tujuh faktor yang mempengaruhi kekompakan kelompok, yaitu : (1)kepemimpinan kelompok dapat menumbuhkan rasa kesamaan diantara anggota kelompok, (2)anggota kelompok menunjukkan kemauan dan saling memilki sehingga kelompok terasa sebagai milik bersama, anggota kelompok memiliki penilaian yang tinggi terhadap tujuan kelompok, rasa kesamaan diantara anggota kelompok dan jumlah anggota kelompok semakin sedikit.


(36)

6. Suasana Kelompok (Group Atmosphere)

Kelompok mempunyai suasana yang menentukan reaksi anggota terhadap kelompoknya. Suasana kelompok yang dimaksud yaitu rasa hangat dan setia kawan, rasa takut dan saling mencurigai, sikap saling menerima dan sebagainya. Kelompok yang suasananya kondusif adalah kelompok yang memiliki suasana dimana anggotanya merasa saling diterima dan dihargai. Demikian juga halnya jika suasana kelompok penuh rasa persahabatan maka kelompok menjadi menarik. Faktor yang mempengaruhi suasana kelompok, yaitu : hubungan antara anggota kelompok, kebebasan berperanserta dan lingkungan fisik.

7. Tekanan Pada Kelompok (Group Pressure)

Tekanan pada kelompok ialah segala sesuatu yang menimbulkan tegangan pada kelompok untuk menumbuhkan dorongan berbuat sesuatu dan tercapainya tujuan kelompok. Sistem penghargaan maupun hukuman bagi anggota kelompok merupakan salah satu tekanan pada kelompok. Memberi penghargaan kepada anggota kelompok yang berbuat baik dan menghukum anggota yang berbuat salah terhadap kelompok menimbulkan ketegangan psikologis sehingga mempengaruhi dorongan berbuat sesuatu demi tercapainya tujuan kelompok.

8. Efektifitas kelompok

Efektifitas kelompok mempunyai pengaruh timbal balik dengan kedinamisan kelompok. Kelompok yang efektif meningkatkan kedinamisan kelompok. Kelompok yang dinamis meningkatkan efektifitasnya. Efektifitas dilihat dari segi : (1) produktivitas, moral dan (2)kepuasan anggota. Tercapainya tujuan kelompok dipakai mengukur produktivitas. Semangat dan sikap anggota dipakai mengukur moral misalnya para anggota merasa bangga dan bahagia berasosiasi dengan kelompoknya. Keberhasilan anggota mencapai tujuan pribadi dipakai mengukur kepuasan anggota. Semakin berhasil kelompok mencapai tujuannya, semakin bangga anggota berasosiasi dengan kelompoknya dan semakin puas anggota karena tujuan pribadinya tercapai, maka kelompok semakin efektif. Dengan demikian efektifitas kelompok sebagai salah satu unsur dinamika kelompok semakin kuat.

Dinamika kelompok dalam penelitian ini akan dilihat sari 8(delpan) unsur dinamika kelompok, yaitu:


(37)

17 (I)Tujuan

Tujuan kelompok yang dianalisis dilihat dari indikator-indikator yaitu: hubungan tujuan dengan anggota, kejelasan tujuan dan kesepakatan tujuan.

(II) Struktur Kelompok

Indikator yang digunakan untuk melihat struktur kelompok dalam tujuan ini yaitu; struktur kekuasaan, struktur tugas dan struktur komunikasi.

(III). Fungsi Tugas

Dalam melihat fungsi tugas kelompok ini digunakan indikator: pemberian informasi, pemberian dorongan belajar, pemberian penjelasan dan penyalur sarana produksi.

(IV). Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok

Dalam melihat pembinaan kelompok ini digunakan indikator: peningkatan partisipasi, pengadaan fasilitas kelompok, jenis kegiatan kelompok, adanya kontrol sosial, adanya koordinasi dan komunikasi antar anggota kelompok.

(V). Kekompakan Kelompok

Indikator yang digunakan untuk melihat kekompakan kelompok adalah: kerjasama, kinerja pengurus kelompok dan keanggotaan kelompok.

(VI). Suasana Kelompok

Indikator lingkungan fisik dan interaksi dalam kelompok digunakan untuk melihat hal suasana kelompok.

(VII). Tekanan Pada Kelompok

Ada dua indikator untuk melihat tekanan kelompok, yaitu: tekanan dari dalam dan tekanan dari luar.

(VIII) Efektivitas Kelompok

Ada tiga indikator untuk melihat efektivitas kelompok, yaitu: produktivitas kelompok, moral kelompok dan kepuasaan.

2.1.1.2. Kelompok Tani

Menurut Departemen Pertanian (1989), kelompok tani adalah kumpulan petani yang terikat secara non formal atas dasar keserasian, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya), keakraban, kepentingan bersama dan saling percaya mempercayai, serta mempunyai pimpinan untuk mencapai tujuan


(38)

bersama. Penumbuhan kelompok tani didasarkan atas faktor-faktor pengikat antara lain: a) adanya kepentingan bersama antara anggotanya; b) adanya kesamaan kondisi sumberdaya alam dalam berusahatani; c) adanya kondisi masyarakat dan kondisi sosial yang sama; d) adanya saling percaya mempercayai diantara sesama anggota. Kerjasama antara individu anggota kelompok dalam proses belajar, proses berproduksi, pengolahan hasil, dan pemasaran hasil untuk peningkatan pendapatan dan kehidupan yang layak dapat dijalin melalui pendekatan kelompok (Abbas, 1995).

Kelompok tani secara khusus biasanya mempunyai ciri-ciri: 1) antara sesama anggota saling mengenal dengan baik, akrab dan saling mempercayai; 2) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusahatani; 3) memiliki kesamaan-kesamaan seperti dalam tradisi/kebiasaan, pemukiman, hamparan usahatani, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial; dan 4) bersifat non formal, dalam arti tidak berbadan hukum tetapi mempunyai pembagian tugas dan tanggungjawab atas kesepakatan bersama baik tertulis atau tidak (Departemen Pertanian, 1989).

Terbentuknya kelompok tani tersebut memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Kelompok tani ini akan berfungsi sebagai kelas belajar, wahana bekerjasama dan unit produksi serta sebagai sarana untuk menyampaikan suatu program. Oleh sebab itu, pembentukan kelompok dalam rangka pelaksanaan program merupakan salah satu alternatif untuk keberhasilan program. Selain itu kelompok dapat berfungsi sebagai wadah kerjasama antar pesanggem, dalam hal ini adalah: modal, tenaga kerja, dan informasi serta lebih efektif melakukan kontrol sosial (Wong 1979 dalam Suharjito 1994).

Kelompok sosial seperti kelompok tani ini bukan merupakan kelompok yang statis, karena pasti mengalami perkembangan serta perubahan sebagai akibat formasi ataupun reformasi dari pola-pola didalam kelompok tersebut, dan karena pengaruh dari luar (Soekanto S, 1990). Lebih lanjut Soekanto S mengutarakan bahwa perubahan dalam setiap kelompok sosial, ada yang mengalami perubahan secara lambat, namun adapula yang mengalami perubahan secara cepat (Soekanto S, 1982). Suatu kelompok yang dinamis akan mudah melakukan kerjasama dengan pihak manapun. Seperti dikemukakan oleh Djoni dkk (2000) bahwa


(39)

19 kelompok yang dinamis ditandai oleh selalu adanya kegiatan ataupun interaksi baik di dalam maupun dengan pihak luar kelompok untuk secara efektif dan efisien mencapai tujuan-tujuannya.

2.1.1.3. Hutan Rakyat

Pengertian dan Dasar Hukum Hutan Rakyat

Pengertian hutan rakyat sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan SK Menteri Kehutanan No. 49/Kpts-II/1997 adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan ketentuan luas minimum 0,25 ha dan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan lebih dari 50% dan atau pada tanaman tahun pertama sebanyak minimal 500 tanaman. Adapun tujuan usaha hutan rakyat adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, penyediaan bahan baku industri, memperluas lapangan kerja dan meningkatkan mutu lingkungan. Hutan rakyat ini dapat dibangun pada lahan hak milik dan hak-hak lainnya serta pada kawasan hutan yang dapat dikonversi yang tidak bertumbuhan pohon-pohon.

Pendapat Hardjosoediro (1981), Hutan rakyat adalah hutan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh organisasi masyarakat baik pada lahan individu, lahan komunal (bersama), lahan adat maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat atau hutan milik adalah semua hutan yang ada di Indonesia yang tidak berada di atas tanah yang dikuasai oleh pemerintah, dimiliki oleh masyarakat, proses terjadinya dapat dibuat oleh manusia, dapat terjadi secara alami dan dapat juga karena upaya rehabilitasi tanah kritis.

Lebih lanjut Hardjanto,2000 ( dalam Daniyati,2009) menegaskan bahwa hutan rakyat merupakan hutan yang dimiliki oleh masyarakat yang dinyatakan kepemilikan lahan, karenanya hutan rakyat juga disebut hutan milik. Hutan rakyat yang ada di lokasi lahan milik perorangan dikelola berdasarkan keinginan pemiliknya, sedangkan hutan rakyat yang ada di lahan milik kelompok dikelola secara kelompok/komunal yang terikat oleh peraturan kelompok. Sementara itu Hinrichs et.al, 2008 (dalam Daniyati, 2009) memandang bahwa hutan rakyat tidak hanya berdasarkan kepemilikan lahannya, namun juga keterlibatan masyarakat dalam mengelola kawasan hutan.


(40)

Sistem pengelolaan hutan rakyat tidak mengarah hanya pada kayu, namun lebih pada pengembangan pengelolaan hasil hutan non kayu sebagai produk

utama dari sistem hutan rakyat. Pada umumnya hutan rakyat tidak berwujud

suatu kawasan hutan yang murni, melainkan berdiri bersama-sama dengan penggunaan lahan yang lain, seperti tanaman pertanian, tanaman perkebunan, rumput pakan ternak atau dengan tanaman pangan lainnya yang bisanya disebut

dengan pola Agroforestry atau wanatani. Pola Agroforestry atau wanatani

bermanfaat secara ganda, disamping meningkatkan pendapatan petani, juga menjaga kelestarian lingkungan (ekologi) karena pola ini berorientasi pada pemanfaatan lahan secara rasional baik dari aspek ekologi, ekonomi, maupun aspek sosial budaya (Fauzi, 2005).

2.1.1.4. Kemandirian Kelompok Tani

Ismawan (1994) mengemukakan bahwa definisi kemandirian adalah kemampuan untuk memilih berbagai alternatif yang tersedia agar dapat digunakan untuk melangsungkan kehidupan yang serasi dan berkelanjutan. Sedangkan Kartasasmita mengartikan bahwa kemandirian sesungguhnya mencerminkan sikap seseorang atau suatu bangsa mengenali dirinya, masyarakatnya, serta semangat dalam menghadapi tantangan-tantangan. Kemandirian juga dapat diartikan sebagai perwujudan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan perilaku yang terbaik (Hubeis, 1992). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas, kemandirian dapat didefinisikan sebagai keberadaan individu atau kelompok dalam melangsungkan kehidupan yang serasi dan berkelanjutan dengan kemampuan sendiri. Kemandirian petani adalah suatu

kondisi yang dapat ditumbuhkan melalui proses pemberdayaan (empowerment).

Kemandirian petani dapat diartikan sebagai perwujudan kemampuan (perilaku aktual yang ditampilkan) petani untuk memanfaatkan segala potensi dirinya dalam menjalankan agribisnis sesuai kehendak sendiri (merdeka) dan diyakini manfaatnya, dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Steinberg (2001) menjelaskan bahwa dimensi kemandirian


(41)

21

(behavioral autonomy) dan kemandirian nilai (values autonomy). Harigust (1972) menambahkan kemandirian terdiri dari beberapa aspek yaitu: emosi, ekonomi, intelektual dan sosial. Soedijanto (2001) kegiatan penyuluhan pertanian dalam pembangunan sistem dan usaha agribisnis harus memiliki sasaran tercapainya kemandirian petani dan perilaku agribisnis lainnya yang meliputi kemandirian material, kemandirian intelektual dan kemandirian pembinaan. Menurut Badan Pengembangan Sumberdaya Koperasi dan PKM dan LPM UNIBRAW, 2001 (dalam Marliati, 2008) kemandirian petani dalam beragribisnis dicirikan oleh empat elemen pokok, yaitu terdiri dari : kemandirian intelektual, kemandirian sikap mental, kemandirian manajemen dan kemandirian material.

2.1.1.5. Karakteristik individu

Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan tingkat dinamika kelompok tani dan kemandirian anggota kelompok (petani) adalah karakteristik individu/anggota. Karakteristik adalah sifat-sifat atau ciri-ciri yang melekat pada sesuatu (benda, orang atau mahluk hidup lainya) yang berhubungan dengan berbagai aspek kehidupannya (Mardikanto, 1993). Lebih jauh, Mardikanto (1993) memberikan contoh tentang karakteristik individu, yaitu sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang yang berhubungan dengan berbagai aspek kehidupannya, antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan, jabatan, status sosial dan agama. Lionberger (1960) mengemukakan bahwa karakteristik individu atau personal adalah semua faktor yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungan, yaitu umur, pendidikan dan karaktersitik psikologis. Karakteristik psikologis ialah rasionalitas, fleksibilitas mental, orientasi pada usahatani sebagai bisnis, dan kemudahan menerima inovasi. Merujuk pada pengertian tersebut, maka yang dimaksud dengan karakteristik individu adalah ciri-ciri atau sifat-sifat pribadi yang dimiliki seseorang yang diwujudkan dalam pola pikir, sikap dan tindakannya terhadap lingkungan.

Karakteristik individu atau petani dalam penelitian ini adalah (1)umur, (2)pendidikan formal, (3)pendidikan non formal, (4)jumlah tanggungan keluarga, (5)luas lahan usahatani, (6)pengalaman berusahatani, (7)lamanya menjadi anggota dan (8)kekosmopolitan.


(42)

Menurut Padmowihardjo (2002) menyatakan bahwa umur bukan merupakan faktor psikologis. Terdapat dua faktor yang menentukan kemampuan seseorang berhubungan dengan umur. Faktor pertama adalah mekanisme belajar dan kematangan otak, organ-organ sensual dan otot organ-organ tertentu. Faktor kedua adalah akumulasi pengalaman dan bentuk-bentuk proses belajar lainnya. Umur menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat keragaman tindakannya berdasarkan usia yang dimiliki. Dapat dikatakan bahwa umur merupakan suatu indikator tentang kapan sutau perubahan harus terjadi.

Mardikanto (1993) menyatakan bahwa pendidikan petani umumnya mempengaruhi cara dan pola pikir petani dalam mengelola usahatani. Pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang muda menyebabkan petani lebih dinamis. Salah satu faktor yang dapat mengubah pola pikir dan daya nalar petani adalah pendidikan( Soekartawi, 1986). Menurut Tjondronegoro (Sastraatmaja, 1986), bahwa pendidikan non formal merupakan perpaduan dari kegiatan mengubah minat atau keinginan, menyebarkan pengetahun, ketrampilan dan kecakapan sehingga diharapkan terjadinya perubahan perilaku (sikap, tindakan dan pengetahuan). Menurut Kusnadi (2006), pendidikan formal memiliki hubungan yang nyata terhadap efektivitas kelompok tani.

Jumlah tanggungan keluarga merupakan banyaknya orang yang menjadi tanggungan baik keluarga maupun bukan yang tinggal serumah dan menjadi tanggungjawabnya (Soekartawi, 1986). Jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi suatu keluarga (Asdi, 1996). Menurut Istiyanti dan Hadidarwanto (1999), bahwa jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata terhadap perilaku petani terutama terhadap pengambilan resiko dalam berusaha tani.

Lahan merupakan sarana produksi bagi usahatani, termasuk salah satu faktor produksi dan pabrik hasil pertanian. Lahan adalah sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan penting dalam berbagai segi kehidupan manusia khususnya petani (Mosher, 1986). Lahan usahatani merupakan aset bagi petani dalam menghasilkan produksi dan sekaligus sumber kehidupan.

Mosher (1986) mengemukakan bahwa pengalaman berusahatani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi dan aktivitas petani


(43)

23 dalam usahataninya. Menurut Padmowihardjo (2002) bahwa pengalaman, baik yang menyenangkan maupun yang mengecewakan akan berpengaruh pada proses belajar seseorang. Seseorang yang pernah mengalami keberhasilan dalam proses belajar, maka ia telah memiliki perasaan optimis akan keberhasilan di masa mendatang, Sebaliknya, seseorang yang pernah memiliki pengalaman mengecewakan, maka dia telah memiliki perasaan pesimis untuk dapat berhasil. Pengalaman seseorang bertambah sejalan dengan bertambahnya usia.

Kusnadi (2006) berpendapat bahwa masa keanggotaan memiliki hubungan yang nyata terhadap efektivitas kelompok tani. Lamanya seorang petani menjadi anggota kelompok akan berdampak kepada pengalaman yang dimiliki sebagai anggota kelompok. Setiap anggota kelompok memiliki masa keanggotaan yang dapat bersamaan dan juga dapat berbeda-beda.

Menurut Rogers dan Shoemoker (1995) sikap kekosmopolitan akan dapat mempertinggi kemampuan empati dan daya empati. Kekosmopolitan dapat diartikan sebagai sifat-sifat keterbukaan petani terhadap dunia luar dan dapat dengan mudah menerima bentuk ide-ide baru dalam rangka pembaharuan.

2.1.1.6. Keberlanjutan Usaha Ekonomi

Pada awalnya konsep keberlanjutan (sustainable) merupakan konsep yang

banyak digunakan untuk menjelaskan berbagai usaha-usaha yang dilakukan mempertahankan keberlangsungan atau keberlanjutan suatu pembangunan yang akan dilakukan di masa yang akan datang. Namun pada saat ini, penerapan konsep

keberlanjutan (sustainable) lebih menitikberatkan pada perlunya keseimbangan

antara berbagai aspek yang ada dalam pembangunan tersebut, yaitu aspek lingkungan, ekonomi dan kehidupan masyarakat itu sendiri. Selain itu, konsep

keberlanjutan (sustainable) harus berbicara untuk jangka waktu yang lama dan

perlu menerapkan pendekatan yang terintegrasi. Disamping itu keberlanjutan juga menekankan perlunya penerapan teknologi praktis untuk memanfaatkan seoptimal mungkin sumber-sumber yang ada guna meningkatkan kesejahteraan anggota masyarakat (dalam Tampubolon Joyakin, 2006).

Sedangkan di dalam konsepsi pertanian tentang keberlanjutan, Reintjes et


(44)

to remain productive while maintaining the resource base. Artinya bagaimana kita harus dapat mengelola sumberdaya yang ada untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan manusia (human need) dengan tetap menjaga keseimbangan dan

kelestarian sumberdaya yang ada.

Untuk menjaga keberlanjutan program, maka pelaksanannya harus dilandasi oleh konsep-konsep tertentu yang dapat menjamin bahwa program ini

dapat dan harus sampai pada kelompok sasaran (target group) untuk mencapai

tujuan yang diharapkan, yaitu peningkatan kesejahteraan dan sekaligus membawa

peningkatan sumberdaya manusia dan sumberdaya social (social capital) dari

kelompok sasaran (Khandker,et al.,1995 dalam Yuliarso, 2004). Di dalam keberlanjutan perlu adanya unsur kemandirian, seperti yang dikemukakan oleh Hubeis (1992).

2.1.1.7. Kepemimpinan

Dinamika dalam suatu kelompok akan sangat terkait peran pemimpin kelompok dalam menggerakkan para anggotanya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tersirat juga didalamnya proses kepemimpinan yang terjadi dalam mewujudkan dan mempertahankan para anggota kelompok dalam mengambil keputusan dalam hal-hal yang berkaitan dengan program dimana bimbingan dan arahan tersebut dapat mempertahankan bahkan mencapai keefektifan dari kelompok. Paranowo (1985) dalam Sri Rejeki (1988) mengelompokkan pemimpin dalam dua kelompok status kepemimpinan, yaitu (1)pemimpin formal dan (2)informal. Menurut Kartono (2001) pemimpin formal adalah orang yang oleh organisasi/lembaga ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi, dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya untuk mencapai sasaran organisasi. Sedangkan pemimpin informal adalah orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin, namun karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul, dia memiliki keunggulan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat. Ciri-cirinya adalah : a) tidak memiliki penunjukkan formal atau legitimasi sebagai pemimpin, b) ditunjuk dan diakui oleh kelompok rakyat dan masyarakat sebagai


(45)

25 pemimpin dan status kepemimpinannya itu berlangsung selama kelompok yang bersangkutan masih mau mengakui dan menerima pribadinya, c) tidak mendapatkan dukungan dari suatu organisasi formal dalam menjalankan tugas kepemimpinannya, d) tidak mendapatkan imbalan balas jasa atau apabila mendapatkan imbalan balas jasa, maka imbalan itu diberikan secara sukarela, e) tidak perlu memenuhi persyaratan formal tertentu, dan f) tidak dapat dihukum apabila melakukan kesalahan, kecuali pribadinya tidak diakui lagi dan ditinggalkan massanya. Termasuk dalam pemimpin formal adalah kepala desa dan perangkatnya,sedangkan pemimpin informal adalah tokoh adat, tokoh agama, dan kaum intelektual desa.

Dalam Shaw(1971) dikatakan bahwa ada tiga faktor yang berhubungan

dengan kepemimpinan, yaitu 1) Group goal facilitation (fasilitasi tujuan

kelompok) artinya kemampuan pemimpin dalam membantu kelompok untuk

mencapai tujuannya; 2) Group sociability (sosiabilitas kelompok) artinya

factor-faktor yang diperlukan untuk menjaga kelompok tetap berfungsi dengan baik; 3)

Individual prominence (kemajuan individu) yang meliputi faktor-faktor yang mewakili aspirasi anggota. Peran kepemimpinan dalam kelompok (Gibson et all : 1993) merupakan suatu karakteristik penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok mempunyai pengaruh tertentu terhadap para anggota kelompok. Peran kepemimpinan juga merupakan faktor penting dalam kelompok informal. Orang yang menjadi pemimpin kelompok informal pada umumnya dipandang sebagai anggota yang dihormati dan berwibawa yang berfungsi: 1) membantu kelompok dalam mencapai tujuannya; 2) memungkinkan para angota memenuhi kebutuhan; dan 3) mewujudkan nilai kelompok. Pemimpin pada pokoknya merupakan personifikasi dari nilai, motif dan aspirasi dari keanggotaan; 4) Merupakan pilihan para anggota kelompok untuk mewakili pendapat mereka dalam interaksi dengan pemimpin kelompok lain; 5) Merupakan seorang fasilitator yang dapat menyelesaikan konflik kelompok (Jaka Sulaksana, 2002).

Pemimpin informal seringkali dapat berganti-ganti karena situasi dan kondisi yang berbeda-beda yang terdapat pada suatu saat tertentu. Seorang pemimpin yang tidak mampu mempertahankan kehormatan dan wibawanya seperti yang dirasakan oleh para anggota dapat diganti dengan pemimpin lain


(46)

yang diangap lebih berwibawa dan pantas sesuai dengan aspirasi keanggotaan kelompok. Jika ingin tetap menjadi pemimpin dalam jenis kelompok apapun juga, orang harus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk membantu dan membimbing kelompok ke arah penyelesaian tugas.

Kepemimpinan muncul dalam dua bentuk yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Kepemimpinan formal diperoleh individu karena ditunjuk atau dipilih dalam posisi tertentu oleh otoritas formal dari organisasi. Kepemimpinan informal dimiliki individu dan menjadi berpengaruh karena memiliki kemampuan yang dibutuhkan oleh orang lain.

2.1.1.8. Hasil Beberapa Penelitian Tentang Dinamika Kelompok dan Tentang Hutan Rakyat

Hasil penelitian Dinamika Kelompok dan Partisipasi Anggota dalam Program Inpres Desa Tertinggal (IDT) di Nusa Tenggara Barat, yang dilakukan oleh Syarifuddin (1999) dengan menggunakan pendekatan sosiologis. Dengan metode deskriptif, dan pengumpulan data dengan menggunakan tehnik survai melalui wawancara langsung serta pengamatan langsung membuktikan bahwa kelompok yang dinamis memiliki tingkat partisipasi dan tingkat kemandirian yang tinggi dibandingkan kelompok yang kurang dinamis.

Penelitian Dinamika Kelompok Tani Hutan berdasarkan pendekatan psikologi sosial yang dilakukan oleh Sudaryanti (2002) pada Program Perhutanan Sosial Desa Kemang BKPH Ciranjang Selatan, Kabupaten Cianjur membuktikan bahwa kelompok yang dinamis mempengaruhi perilaku anggotanya.

Penelitian lain mengenai dinamika kelompok yang juga menggunakan pendekatan psikologi sosial dengan judul Analisis Dinamika Kelompok Tani Sebagai Pelaksana Intensifikasi Padi Sawah di WKBPP Cikampek Kabupaten Karawang Propinsi Jawa Barat oleh Sugandi (1990). Dari hasil analisis data disimpulkan bahwa faktor suasana kelompok tani yang merupakan salah satu unsur dinamika kelompok tani memberikan peranan yang besar terhadap kedinamisan kelompok tani. Sedangkan faktor tekanan kelompok memberikan peranan yang kecil terhadap kedinamisan.


(47)

27 Sedangkan penelitian tentang Peranan Pemimpin Lokal dalam Meningkatkan Dinamika Kelompok oleh Rejeki (1998) membuktikan bahwa dinamika kelompok dipengaruhi oleh peranan pemimpin lokal.

Hasil penelitian mengenai hutan rakyat, dari Daniyati (2009) dengan judul Efektifitas Sistem Sertifikasi Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi Kasus di Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Kulon Progo) menyatakan bahwa keberadaan kelompok tani hutan rakyat telah memberikan banyak manfaat bagi anggota dalam menambah pengetahuan.

Penelitian lainnya mengenai Partisipasi Petani Dalam Pengelolaan Hutan Rakyat (Kasus di Kecamatan Kertanegara, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah) oleh Fauzi (2009) membuktikan bahwa partisipasi petani dalam pengelolaan hutan rakyat di kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga berada pada kategori sedang. Partisipasi dalam perencanaan berada pada kategori tinggi, partisipasi dalam pelaksanaan termasuk dalam kategori sedang dan partisipasi dalam pemanfaatan hasil termasuk kategori sedang.

2.1.2. Kerangka Pemikiran

Terbentuknya kelompok tani hutan rakyat pada umumnya merupakan bantuan dari proyek. Bantuan dari proyek serta lingkungan pemberi pengaruh seperti ketua kelompok, pembina, penyuluh atau lingkungan lain merupakan stimulus untuk mempersatukan anggota kelompok dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama yaitu pelaksanaan pembangunan hutan rakyat untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. Namun perlu diperhatikan, bahwa keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai tersebut diantaranya disebabkan proyek masih memberikan bantuan berupa subsidi kepada kelompok tani peserta proyek (program). Mengacu pada kenyataan tersebut timbul suatu pertanyaan pokok, apabila program(proyek) berakhir apakah program tersebut akan tetap

berlanjut dan apakah kelompok-kelompok tani yang ada akan tetap survive? Dari

sudut pandang sosiologis, memunculkan pertanyaan; sampai sejauhmana program tersebut telah melembaga dalam kehidupan petani? Banyak hasil riset lain setelah bantuan proyek berakhir banyak kelompok tani yang tidak dapat mempertahankan para anggotanya sehingga kelompok tersebut hanya tinggal


(48)

nama saja. Namun ada juga kelompok yang semakin maju walaupun tidak ada lagi bantuan yang diterima oleh kelompok tani. Karena itu, kelompok tani ini perlu ditumbuhkembangkan agar supaya produktif dan dapat mencapai tujuan-tujuannya secara efektif.

Mengacu pada kenyataan tersebut, maka dalam penelitian ini akan digali mengenai (1)keberadaan kelompok tani , apakah kelompok tersebut benar-benar ada, hidup dan aktif dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan, (2) kemandirian, dan (3) keberlanjutan usaha ekonomi kelompok.

Untuk melihat keberadaan kelompok tani dalam penelitian ini akan digunakan kerangka teori yang dikemukakan oleh Soekanto(2000), bahwa kelompok sosial haruslah memenuhi syarat, yaitu: 1) anggota kelompok sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan; 2) ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya; 3) ada faktor (misalnya; nasib, kepentingan, tujuan, ideologi, politik dan lain-lain) yang sama, sehingga hubungan diantara mereka bertambah erat; 4) berstruktur, berkaidah dan mempunyai perilaku dan 5) bersistem dan berproses.

Menelaah kehidupan atau eksistensi suatu kelompok berarti menelaah pula dinamikanya dan selanjutnya menelaah unsur-unsur yang menjadi kekuatan kelompok. Dalam kaitannya dengan program pengelolaan hutan rakyat yang fokus pelaksanannya adalah masyarakat yang telah membentuk kelompok dalam hal ini kelompok tani , maka penelitian ini akan mengkaji proses dinamika kelompok tani berdasarkan aspek-aspek dinamika kelompok seperti yang dikemukakan oleh Slamet (1978). Aspek-aspek yang membentuk dinamika kelompok adalah: (1) Tujuan Kelompok; (2) Struktur Kelompok; (3) Fungsi Tugas ; (4) Pembinaan dan Pengembangan Kelompok; (5) Kekompakan Kelompok; (6) Suasana Kelompok; (7) Tekanan Kelompok; (8) Efektifitas Kelompok. Dalam penelitian ini peubah Dinamika kelompok diukur berdasarkan 8 (delapan) indikator, yaitu : Tujuan kelompok, Struktur Kelompok, Fungsi Tugas , Pembinaan dan Pengembangan Kelompok, Kekompakan Kelompok, Suasana Kelompok, Tekanan Kelompok, Efektifitas Kelompok.

Tujuan kelompok tani yang jelas dan sesuai dengan tujuan anggota kelompok dapat menumbuhkan sikap positif dan motivasi untuk berpartisipasi


(49)

29 dalam pelaksanaan program. Dengan adanya kejelasan tujuan tersebut menambah semangat kerja anggota kelompok dan memunculkan motivasi untuk berpartisipasi dalam program. Tujuan yang telah ditetapkan dan diputuskan bersama menjadikan kelompok semakin dinamis. Maka dari itu, dalam penelitian ini akan dilihat peranan tujuan kelompok, mengerti tidaknya anggota tentang tujuan kelompok, kesesuaian tujuan, ada tidaknya dokumentasi tujuan kelompok, setuju tidaknya anggota kelompok terhadap tujuan kelompok, pihak yang menetapkan tujuan kelompok.

Struktur Kelompok merupakan pola hubungan yang menetap diantara anggota kelompok. Dalam struktur kelompok parameter yang akan dilihat adalah peranan pihak yang mengambil keputusan, bentuk komunikasi dalam kelompok, tingkat kesesuaian kegiatan, fasilitas kelompok, tingkat kelancaran komunikasi, ada tidaknya pembagian peran, cara pembagian peran dalam kelompok, tingkat kejelasan pembagian peran, penggantian peran dalam kelompok, jumlah anggota kelompok, dan tingkat kecukupan anggota kelompok.

Fungsi Tugas merupakan fungsi yang memudahkan tercapainya tujuan kelompok. Parameter yang akan diukur untuk mengukur indikator ini adalah: cara penentuan jenis kegiatan kelompok, perlu tidaknya kelompok dibentuk, ada tidaknya diskusi tentang konsep baru, ada tidaknya keterkaitan kelompok dengan kelancaran usaha anggota, ada tidaknya perbedaan sebelum dan sesudah dibentuk kelompok.

Pembinaan dan Pengembangan Kelompok merupakan usaha untuk mempertahankan keberadaan kelompok. Parameter yang dipergunakan untuk mengukur indikator tersebut adalah peningkatan partisipasi, pengadaan fasilitas kelompok, jenis kegiatan kelompok, adanya kontrol sosial, adanya koordinasi dan komunikasi antar anggota kelompok.

Kekompakan Kelompok merupakan daya lekat yang menjadi modal dasar keberhasilan suatu kelompok. Parameter yang akan diukur yang diduga mempengaruhi indikator ini adalah; ukuran keakraban kelompok, bentuk kerjasama kelompok, sikap anggota kelompok terhadap kelompoknya, kesatupaduan anggota kelompok terhadap kelompoknya, sebab anggota


(50)

berkelompok, homogenitas kelompok yang dilihat dari jenjang pendidikan anggota, umur anggota.

Suasana Kelompok adalah keadaan moral atau perasaan-perasaan yang muncul dari dalam kelompok, yang dapat dilihat dari para anggotanya. Keadaan ini dapat diukur melalui persepsi anggota kelompok terhadap indikator-indikator yang terdiri dari:

(a) keadaan hubungan antar sesama anggota kelompok tani; (b) kebebasan anggota berpartisipasi; dan (c) keadaan lingkungan fisik.

Tekanan Kelompok meliputi pemberian penghargaan bagi para anggota yang berpartisipasi dan hukuman atau ganjaran bagi anggota yang melanggar norma aturan-aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok. Pengukurannya dilakukan berdasarkan persepsi anggota kelompok terhadap setiap pemberian penghargaan dan hukuman/ganjaran oleh kelompok.

Efektifitas Kelompok merupakan peningkatan atau usaha mempertahankan kedinamisan kelompok. Parameter untuk mengukur indikator ini adalah; ada tidaknya manfaat kelompok bagi petani, cara pemasaran hasil produksi, jenis komoditas yang paling menguntungkan, prospek pasar bagi komoditas yang diusahakan, motivasi menjadi anggota kelompok, persepsi anggota terhadap kelompoknya.

Sedangkan penelitian ini juga akan memfokuskan pada observasi mengenai kemandirian. Kemandirian diartikan sebagai keberadaan individu atau kelompok dalam melangsungkan kehidupannya yang serasi dan berkelanjutan dengan kemampuan sendiri. Kemampuan kelompok akan terwujud apabila kondisi kelompok tersebut dinamis. Keberhasilan dari program pengelolaan hutan rakyat salah satu indikatornya dapat dilihat dari dampak program hutan rakyat terhadap meningkatnya kemandirian kelompok.

Dari 6 (enam) elemen pokok kemandirian kelompok dalam Marliati(2008) dalam penelitian ini hanya akan diamati 3 (tiga) elemen pokok saja, yaitu : kemandirian manajemen, kemandirian sosial dan kemandirian pengembangan diri karena peneliti mengalami beberapa kesulitan untuk mengumpulkan data dari keenam elemen pokok kemandirian kelompok disebabkan karena keterbatasan


(51)

31 yang dimiliki peneliti. Adapun ketiga elemen pokok kemandirian kelompok yang dilihat dalam peneltian ini adalah :

1. Kemandirian Manajemen Berusahatani

Kemampuan otonom untuk mengelola diri, menjalani serta mengelola kegiatan usahatani (merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi) agar terwujud efisiensi dan efektivitas kerja sehingga ada perubahan ke arah yang lebih baik dalam situasi kehidupan agribisnis petani.

2. Kemandirian Sosial

Kemampuan yang ditampilkan/diwujudkan petani untuk mengadakan interaksi, bekerjasama dalam kelompok dan menjalin jaringan kerjasama atau bermitra dengan lembaga atau pihak lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.

3. Kemandirian Pengembangan Diri

Kemampuan yang ditampilkan petani untuk mengembangkan dirinya

melalui proses pembelajaran (discovery learning) tanpa harus tergantung atau

menunggu sampai adanya pembinaan atau penyuluh dari luar guru mereka dan memegang prinsip belajar seumur hidup.

Perkembangan kemandirian kelompok dapat ditelusuri dengan pendekatan proses melalui perkembangan kelompok dari awal program pengelolaan hutan rakyat dimulai sampai pelaksanaan penelitian ini.

Penelitian ini juga selain mempelajari keberadaan kelompok, dinamika kelompok dan kemandirian kelompok juga akan mengamati keberlanjutan usaha ekonomi apabila program Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK) berakhir nanti. Keberlanjutan usaha ekonomi dalam penelitian ini akan diidentifikasi dengan 3 (tiga) indikator yaitu : keberlanjutan pengurus, keberlanjutan usaha dan keberlanjutan partisipasi.

Untuk mempelajari hak kepemilikan dan penguasaan sumberdaya dalam penelitian ini akan digunakan teori yang dikemukan oleh Lynch dan Harwell serta Feeny et al.

Beberapa karakteristik pribadi anggota yang diduga mempengaruhi tingkat dinamika kelompok tani adalah: umur, pendidikan formal, pendidikan non formal,


(52)

jumlah tanggungan keluarga, luas lahan usahatani, pengalaman berusahatani, lamanya menjadi anggota dan kekosmopolitan.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Keterangan : tanda panah menunjukan hubungan

Penelitian ini berangkat dari suatu pemikiran bahwa kelompok tani mempunyai kedudukan yang strategis di dalam mewujudkan kemandirian kelompok dalam berusahatani. Untuk itu kelompok tani yang ada harus memiliki gerak atau kekuatan yang dapat menentukan dan mempengaruhi perilaku kelompok dan anggotanya. Dengan kata lain kemandirian kelompok dapat ditumbuhkan melalui dinamika kelompok tani. Dinamika kelompok sebagai indikator keefektifan kelompok dalam rangka mencapai tujuannya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada dan terjadi di dalam kelompok. Beberapa faktor tersebut adalah adanya tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas kelompok, pembinaan dan pemiliharaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan pada kelompok; dan efektivitas kelompok. Apabila kelompok tani memiliki dinamika yang tinggi maka kemandirian

Keberlanjutan Usaha Ekonomi

(Keberlanjutan pengurus, keberlanjutan usaha dan keberlanjutan partisipasi)

Kemandirian Kelompok

(Kemandirian manajemen, kemandirian social dan kemandirian pengembangan diri)

Dinamika Kelompok

(Tujuan, struktur, fungsi tugas, pembinaan dan pemeliharaan, suasana kelompok, kekompakan kelompok, tekanan kelompok,efektivitas kelompok

Karakteristik Individu

(Umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan usahatani, pengalaman berusahatani, lamanya menjadi anggota kelompok dan kekosmopolitan


(53)

33 kelompok diharapkan meningkat pula. Kemandirian kelompok dapat dilihat dari 3 aspek yaitu : kemandirian manajemen, kemandirian sosial dan kemandirian pengembangan diri. Dinamika kelompok, kemandirian kelompok diduga dapat meningkatkan keberlanjutan usaha ekonomi apabila bantuan program atau proyek berakhir. Karakteristik anggota kelompok tersebut diduga akan berhubungan dengan dinamika kelompok dan kemandirian kelompok.

2.2. Pendekatan Lapang

2.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lemahduhur Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan desa yang memiliki areal hutan rakyat yang dikelola petani yang tergabung dalam kelompok tani. Aksesibitas ke lokasi penelitian yang mudah. Selain itu di Desa Lemahduhur Kecamatan Caringin belum pernah dilakukan penelitian tentang Dinamika Kelompok. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011.

2.2.2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat gejala dinamika kelompok dan kemandirian kelompok tani hutan rakyat di desa Lemahduhur Kecamatan Caringin. Strategi penelitian yang digunakan adalah studi

kasus 2 (dua) kelompok tani yang terbentuk secara top down dan bottom up.

Dalam penelitian ini studi kasus kelompok tani hutan rakyat yang terbentuk secara top down dan bottom up diterapkan pada kasus dinamika kelompok tani hutan rakyat yang sedang melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan rakyat. Pilihan kasus kelompok tani bentukan dari atas (top down) adalah kelompok tani Bina Mandiri dan pilihan kasus kelompok tani bentukan dari bawah (bottom up) adalah kelompok tani Puspa Mandiri.

Pemilihan strategi penelitian studi kasus didasarkan pada (1) kesesuaian dengan pertanyaan penelitian yang bersifat eksploratif, (2) peluang peneliti sangat kecil untuk mengontrol peristiwa/gejala sosial yang hendak diteliti dan (3)


(54)

pumpunan penelitian adalah peristiwa/gejala sosial kontemporer (masa kini) dalam kehidupan nyata (Robert K. Yin. Dalam Penelitian Kualitatif Suatu Perkenalan (MT. Felix Sitorus, 1998).

Pumpunan penelitian kualitatif adalah aspek subyektif perilaku manusia dimana subyektif berarti melihat dari sudut pandang tineliti sebagai subyek penelitian, sehingga hubungan peneliti dengan tineliti dirumuskan sebagai hubungan inter-subyektivitas. Secara logis, dapat dikemukakan bahwa jika ingin melihat gejala sosial secara kritis, maka terlebih dahulu harus dipahami masyarakat dimana gejala sosial tersebut terjadi. Untuk memahami sifat kritis, maka sudut pandang yang dibawakan tidak cukup dengan hanya sudut pandang peneliti saja, karena akan memunculkan bias/rancu. Oleh karena itu dibutuhkan intersubyektivitas antara peneliti dengan tineliti, sehingga peneliti benar-benar memahami secara benar masyarakat yang diteliti sekaligus memahami gejala sosial yang timbul. Tehnik triangulasi berupa pengamatan, wawancara mendalam dan kajian data sekunder diperlukan untuk menangkap realitas sosial secara lebih valid.

Dalam penelitian ini data-data induk yang ingin dikumpulkan merupakan informasi yang memiliki realitas histori karena tentu saja keseluruhan terbentuk melalui perjalanan sejarah yang tidak terlepas dari perkembangan masyarakat. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan menelusuri secara prosesual fakta-fakta antar waktu yang menggambarkan dinamika kelompok tani.

2.2.3. Jenis Data, Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara mendalam (in depth

interview) dan pengamatan (observasi) di lapangan. Wawancara mendalam dilakukan pada informan kunci dan untuk mendapatkan informan kunci dapat diterapkan tehnik bola salju. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan-laporan instansi terkait yang berhubungan dengan aspek yang diteliti. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.

Analisis dilakukan terhadap petani yang tergabung dalam kelompok tani hutan rakyat. Dipilih kelompok tani secara sengaja. Data kualitatif dianalisis melalui tiga jalan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan


(55)

35 (Miles & Huberman, 1992). Reduksi data berupa proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul secara tertulis di lapangan. Penyajian dimaksudkan adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Sedangkan penarikan kesimpulan dalam hal ini mencakup juga verifikasi atas kesimpulan itu.

2.2.4. Pendekatan Kualitatif

Pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif. Hal ini untuk menambah dan melanjutkan pembahasan melalui pemanfaatan informasi tambahan/pelengkap dan catatan harian. Data kualitatif lebih mengarah pada pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka tentang mengapa, bagaimana atau alasan-alasan maupun pandangan tentang suatu jawaban terhadap daftar pertanyaan yang telah disiapkan.

Pokok penelitian, data dan metode pengumpulan data sebagaimana tercantum dalam matriks dibawah ini:


(56)

Matriks Pokok Penelitian, Data dan Metode Pengumpulan Data

No. Pokok Penelitian Data yang dikumpulkan Metode Pengumpulan

Data 1. Gambaran fisik daerah

penelitian

Kondisi geografis, data kependudukan, data sosial-ekonomi

Pengumpulan data sekunder, wawancara, pengamatan

2. Proses terbentuknya Kelompok Tani

Sejarah, tujuan dibentuk, siapa yang membentuk

Pengamatan dan Wawancara mendalam 3. Keberadaan Kelompok

Tani sebagai suatu sistem sosial

1. kesadaran petani sebagai anggota kelompok tani

Pengamatan dan Wawancara mendalam 2. hubungan timbal balik antar

anggota kelompok tani 3. kesamaan faktor-faktor (nasib, kepentingan, tujuan) 4. struktur, kaidah, perilaku 5. sistem dan proses 4. Dinamika Kelompok

Tani Hutan Rakyat

Aspek-aspek dinamika kelompk

1. Tujuan : hubungan tujuan dgn anggota, kejelasan tujuan, kesepakatan tujuan

Pengamatan dan Wawanca mendalam

2. Struktur Kelompok : peranan pihak yang

mengambil keputusan, bentuk komunikasi dalam kelompok, tingkat kesesuaian kegiatan, fasilitas kelompok, tingkat kelancaran komunikasi, ada tidaknya pembagian peran, cara pembagian peran dalam kelompok, tingkat kejelasan pembagian peran, penggantian peran dalam kelompok, jumlah anggota kelompok, dan tingkat kecukupan anggota kelompok. 3. Fungsi Tugas : cara

penentuan jenis kegiatan kelompok, perlu tidaknya kelompok dibentuk, ada tidaknya diskusi tentang konsep baru, ada tidaknya keterkaitan kelompok dengan kelancaran usaha anggota, ada tidaknya perbedaan sebelum dan sesudah dibentuk kelompok.

4.Pembinaan dan

Pengembangan Kelompok : peningkatan partisipasi, pengadaan fasilitas kelompok, jenis kegiatan kelompok, adanya kontrol sosial, adanya koordinasi dan


(57)

37

komunikasi antar anggota kelompok.

5. Kekompakan Kelompok : ukuran keakraban kelompok, bentuk kerjasama kelompok, sikap anggota kelompok terhadap kelompoknya, kesatupaduan anggota kelompok terhadap

kelompoknya, sebab anggota berkelompok, homogenitas kelompok yang dilihat dari jenjang pendidikan anggota, umur anggota.

6. Suasana Kelompok : keadaan hubungan antar sesama anggota kelompok tani; kebebasan anggota berpartisipasi; dan keadaan lingkungan fisik

7.Tekanan Kelompok : pemberian penghargaan dan hukuman/ganjaran oleh kelompok

8. Efektivitas Kelompok : ada tidaknya manfaat kelompok bagi petani, cara pemasaran hasil produksi, jenis komoditas yang paling menguntungkan, prospek pasar bagi komoditas yang diusahakan, motivasi menjadi anggota kelompok, persepsi anggota terhadap kelompoknya.

5. Kemandirian Kelompok kemandirian manajemen, kemandirian sosial, dan kemandirian pengembangan diri.

Pengamatan dan wawancara mendalam

6. Karakteristik Individu umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan usahatani, pengalaman berusahatani, lamanya menjadi anggota dan kekosmopolitan.

Pengamatan dan wawancara mendalam

7. Keberlanjutan Usaha Ekonomi Keberlanjutan usaha, keberlanjutan pengurus, keberlanjutan partisipasi Pengamatan dan wawancara mendalam


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RUMAH KETUA KELOMPOK TANI BINA MANDIRI (TEMPAT KURSUS MENJAHIT PROGRAM PNPM MANDIRI)