Pengembangan MPASI berbasis Pupae Mulberry Efikasinya terhadap Pertumbuhan dan Motorik Bayi Gizi Kurang
PENGEMBANGAN MPASI
BERBASIS PUPAE-MULBERRY (PURY):
EFIKASINYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
MOTORIK BAYI GIZI KURANG
TRINA ASTUTI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
(2)
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengembangan MP-ASI Pupae-Mulberry (Pury): Efikasinya terhadap Pertumbuhan dan Motorik Bayi Gizi Kurang adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, November 2009
Trina Astuti NIM A561050021
(3)
ABSTRACT
TRINA ASTUTI. Complementary food development based on pupae-mulberry (Pury): Efficacy on the response to growth and motor development among undernourished infants. Supervised by CLARA M. KUSHARTO, HARDINSYAH and AGUS FIRMANSYAH.
Proper complementary feeding is well recognized as necessary to ensure optimal growth and development during the early years. The aim of the study is to develop Pury-formula and to analyze the efficacy of it on physical growth and motor development of undernourished infants aged 6-to 12- months. The study was a randomized community controlled trial with an intervention period of 3 months. It was approved by Medical Research Ethics Committee, Faculty of Medicine, University of Indonesia. Seventy infants were randomly assigned to either the Pury Group (PG=36) or Commercial group (CG=34). Main outcome measures were mean changes in weight, length and head circumference; mean changes in WAZ, HAZ, WLZ and HCZ; change in fine and gross motor development scores. After 3 months supplementation, there were significant change within the two groups in weight and length. The effect of the intervention positively and statistically significant on the anthropometric indices (LAZ, WLZ, HCZ) but no signific ant effect on WAZ. The intervention also significantly effect on the change in motor development score (16.8±13.7 in PG and 15.7± 14.2 in CG; p<0.05). The logistic regression model showed that both Pury-formula and commercial-formula have the same effect on growth and motor development among undernourished infants. Pury-formula is effective to be used as an alternate complementary food.
Keyword: Pury, complementary food, undernourished infants,growth development , motor development.
(4)
RINGKASAN
TRINA ASTUTI. Pengembangan MPASI berbasis Pupae-Mulberry (Pury):
Efikasinya terhadap Pertumbuhan dan Motorik Bayi Gizi Kurang. Dibimbing oleh CLARA M KUSHARTO, HARDINSYAH, AGUS FIRMANSYAH.
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang secara optimal (Myers,1992 dan Sentika, 2005). Keadaan gizi kurang pada awal kehidupan anak mempunyai konsekuensi yang serius yaitu tingginya angka kesakitan dan risiko kematian, yang berdampak pada perkembangan syaraf mental yang buruk, ketahanan dan kapasitas kerja (Gillespie and Haddad, 2001). Bayi yang kurang gizi khususnya wanita secara efektif menimbulkan kemiskinan, kelaparan dan kekurangan gizi dari generasi ke generasi dan dapat berkontribusi terhadap siklus intergenerasional (UNS-SCN, 2004).
Teluknaga merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Tangerang Banten dengan prevalensi gizi kurang pada anak balita sebesar 20.5%, anak pendek 31.6% dan anak kurus 17.2% (Puskesmas Teluknaga, 2009) yang dikategorikan sebagai daerah dengan masalah kesehatan masyarakat yang kritis yang harus segera ditangani (The World Bank, 2006). Penyebab langsung timbulnya masalah gizi karena tidak cukup asupan energi dan protein, adanya infeksi yang dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak tepat (UNICEF, 1997) yang erat kaitannya dengan praktek pemberian makanan pendamping ASI yang buruk (Pojda and Kelley, 2000).
Pupae (selanjutnya disebut pupa) adalah bagian isi dari kokon yang merupakan produk samping dari industri pembudidayaan ulat sutera dan telah dimanfaatkan di Negara Asia Selatan (Singhal et al, 2001) namun masih belum berkembang pemanfaatannya di Indonesia. Pupa dari ulat sutera daun Mulberry yang diolah menjadi tepung selanjutnya disebut PURY sebagai pangan yang mempunyai keunggulan terutama protein dengan asam amino esensial maupun non-esensial, kandungan asam lemak tak jenuh, vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan bagi tumbuh kembang anak, dan berpotensi sebagai alternative bahan
MPASI (Astuti dan Kusharto, 2009). Tujuan penelitian adalah untuk
mengembangkan alternatif MPASI berbasis Pupae-Mulberry (PURY) dan menilai manfaat kesehatan terhadap laju pertumbuhan dan perkembangan motorik bayi gizi kurang usia 6-12 bulan.
Studi dengan rancangan eksperimental murni teracak buta tunggal (randomized community controlled trial, single-blind) yang telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta nomor 109/PT02.FK/ETIK/2008, dilaksanakan di Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang Banten, Maret 2008 Sampai dengan Februari 2009. Studi pendahuluan telah dilakukan sejak Juli 2007 di laboratorium percobaan makanan Departemen Gizi Masyarakat FEMA-IPB untuk persiapan, pengembangan, produksi dan analisis MPASI; studi pada hewan percobaan di laboratorium percobaan hewan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Depkes RI di Bogor. Produk MPASI yang digunakan ada dua jenis yaitu formula-Pury dan formula komersial disediakan secara cuma-cuma selama 3 bulan, dengan dosis harian @ 120 gram per bungkus.Produk komersial yang
(5)
digunakan adalah produk yang sudah dikenal dan biasa dikonsumsi masyarakat setempat.
Data yang diukur mencakup asupan energi dan protein, status zinc, T4 dan TSH serum, antropometri tubuh (berat dan panjang badan serta lingkar kepala) dan perkembangan motorik. Analisis perbedaan antar kelompok perlakuan dilakukan dengan ANOVA dan t-test, sedangkan untuk analisis faktor penentu pertumbuhan dan perkembangan motorik digunakan persamaan regresi logistik ganda.
Jumlah contoh bayi minimal ditetapkan dengan asumsi a=5%, power of test=80%, perubahan berat minimal yang diinginkan 350 gram dengan standar deviasi dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing 490 gram dan 520 gram (Sunaryo, 2005). Dengan perkiraan drop-out 10%, maka diperoleh jumlah contoh sebanyak 36 bayi per perlakuan. Kriteria inklusi adalah bayi usia 6-7 bulan tinggal di wilayah Kecamatan Teluknaga, dengan status gizi kurang atau nyaris gizi kurang, tanpa komplikasi klinis dan orang tua bayi bersedia bayinya disertakan dalam penelitian sampai selesai dengan menandatangani formulir persetujuan (informed consent). Contoh dibagi dalam 2 kelompok berdasarkan random desa yaitu kelompok perlakuan MPASI- Pury (Pury Group,PG) dan
kelompok komersial atau MPASI-komersial (Commercial Group,CG) yang
masing-masing berjumlah 36 dan 34 bayi.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada karakteristik maupun status kesehatan dan imunisasi bayi, serta sosial ekonomi keluarga, kecuali usia pemberian MPASI lebih awal pada PG (3.8 ±1.8) dibanding CG (4.7 ± 1.8). MPASI-Pury termasuk makanan yang sehat, aman dikonsumsi dan mempunyai kelebihan dalam kandungan protein, lemak, vitamin dan mineral. Nilai protein efficiency ratio (PER) 3.14 mendekati nilai PER telur yaitu 3.92 (Brody, 1999). Kandungan asam amino pada formula Pury menguntungkan bagi tumbuh- kembang bayi, termasuk asam amino esensial yang umumnya terbatas pada makanan yaitu lysine, methionine, threonine dan tryptophan. Kandungan asam lemak linoleat dalam MPASI-Pury sebesar 1.8 gram menyumbang 3.8 % terhadap total asupan energi sehari dari MPASI dan sesuai dengan anjuran bagi bayi usia 6-24 bulan (Kim, 2000; WHO, 1998), yang tidak terdapat pada produk komersial. Studi percobaan pada hewan tikus strain Spraque
dawley yang dibagi dalam 3 kelompok berdasarkan ransum makanan yang
diberikan yaitu ransum formula: komersial, Pury dan standar, menunjukkan peningkatan berat badan, panjang badan dan panjang ekor pada tikus kelompok Pury cenderung lebih baik dibanding kelompok komersial.
Studi efikasi pada bayi gizi kurang usia 6-12 bulan diperoleh rata-rata asupan sehari untuk energi dan protein adalah 619±193 kkal dan 20.6±7.6 gram, bayi PG lebih tinggi dibanding CG (650±192 vs 586±191 kkal dan 23.5±6.7 vs 17.4±7.3 g). Tingginya asupan energi dan protein seiring dengan tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi MPASI yaitu PG sedikit lebih tinggi dibanding CG (93.3±7.4% vs 91.6±11.7%). Uji korelasi Pearson dua arah dengan a 0.05 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat kepatuhan dengan asupan energi total sehari maupun asupan energi dari MPASI (p=0.000). Sumbangan energi dari MPASI sebesar 72.3% terhadap asupan total sehari, CG lebih tinggi dari PG (73.4 vs 71.3%). Kadar zinc dala m serum meningkat secara bermakna pada masing-masing kelompok setelah 3 bulan periode intervensi, PG lebih tinggi dari CG (3.52 vs 3.08 µmol/L).
(6)
Setelah 3 bulan periode pemberian MPASI, terdapat pertumbuhan fisik yang signifikan pada masing-masing kelompok (p < 0.01). Rata-rata perubahan berat badan pada PG lebih besar dari CG (228 vs 210g per bulan) namun secara statistik keduanya tidak berbeda nyata (p=0.59). Rata-rata perubahan berat badan per bulan masih jauh dari angka yang diharapkan dalam studi ini yaitu 350 g dan baru mencapai 52-57% dari yang seharusnya dicapai bayi normal 6-9 bulan yaitu sebesar 400 g per bulan (Thompson, 1998). Pertumbuhan linier khususnya panjang badan dan lingkar kepala sangat lamban, yaitu masing-masing baru mencapai 3.8-3.9 cm dan 1.75-1.79 cm. Namun dampak pemberian MPASI terhadap perubahan nilai z-skor sangat signifikan pada masing-masing kelompok khususnya untuk indeks BB/PB pada PG dan CG (0.46±0.89 vs 0.79±0.95),
indeks LK/U pada CG (0.3±0.7; p=0.035). Peningkatan skor motorik juga
signifikan pada masing-masing kelompok baik motorik total, motorik halus maupun motorik kasar, dengan peningkatan rata-rata skor nyata lebih besar pada PG dibanding CG, masing-masing 16.8; 6.95; 9.89 dan 15.7; 6.41; 9.32 . Kontribusi peubah bebas: perlakuan, asupan energi dan proein, zinc serum dan status kesehatan terhadap pertumbuhan fisik antara 6.4 – 12.0 %; sedangkan kontribusi peubah bebas: perlakuan, zinc serum, z-skor BB/U dan LK/U terhadap perkembangan motorik sebesar 2.9 – 11.5%.
Komposisi MPASI-Pury lebih baik dibanding MPASI-komersial dan aman digunakan sebagai alternatif MPASI. MPASI-Pury mempunyai efek terhadap pertumbuhan dan perkembangan motorik bayi serta lebih baik dari MPASI-komersial. Pengembangan MPASI-Pury, diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif ketersediaan MPASI yang mendukung kelanjutan program pemerintah bagi keluarga yang mempunyai anak balita di sekitar sentra industri sutera. Kata kunci: Pury, MPASI, gizi kurang, pertumbuhan, perkembangan motorik.
(7)
© Hak Cipta milik Trina Astuti, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
(8)
PENGEMBANGAN MPASI
BERBASIS PUPAE-MULBERRY (PURY):
EFIKASINYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
MOTORIK BAYI GIZI KURANG
TRINA ASTUTI
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Gizi Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
(9)
Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Ir. Sri Anna Marliati, M.S. Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S.
Penguji pada Ujian Terbuka : Prof. dr. H. Fasli Jalal, PhD., SpGK Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S.
(10)
Judul Disertasi : Pengembangan MPASI berbasis Pupae-Mulberry (Pury): Efikasinya terhadap Pertumbuhan dan Motorik Bayi Gizi Kurang
Nama : Trina Astuti
Nomor Pokok : A561050021
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Clara M. Kusharto, M.Sc. Ketua
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS. Prof. Agus Firmansyah, MD., PhD.
Anggota Anggota
Mengetahui
Ketua Program Studi Gizi Masyarakat Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr. drh. M.Rizal Martua Damanik, M.Rep,Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
(11)
Tulisan ini kudedikasikan teruntuk
Orang tua, suami dan anak-anak tercinta serta
(12)
PRAKATA
Syukur Alhamdulilah atas ijin Allah SWT, akhirnya penelitian yang panjang melibatkan banyak pihak, waktu dan tempat, dapat terselesaikan sesuai jadwal dan atas RahmatNya disertasi dapat terwujud dengan baik. Pada kesempatan ini ijinkan Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Clara M. Kusharto, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing yang selalu memberikan waktu, fasilitas, arahan dan semangat kepada penulis untuk melakukan penelitian dan penulisan disertasi hingga selesai dengan tuntas sesuai jadwal.
2. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku anggota komisi pembimbing yang banyak member i arahan secara professional bidang disain penelitian, substansi disertasi dan teknis penyajian data.
3. Prof. Agus Firmansyah, MD, PhD selaku anggota komisi pembimbing yang banyak member i masukkan dan arahan tentang tumbuh-kembang
anak, kemudahan pengurusan ethical clearance, tim pengukuran
perkembangan motorik, dan diskusi dengan dokter spesialis terkait untuk kelengkapan penulisan disertasi.
4. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS dan Dr. Ir. Budi Setiawan selaku penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup; Prof dr H. Fasli Jalal, Phd., Sp.GK dan Prof Dr. Ali Khomsan, MS selaku penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka atas pertanyaan-pertanyaan profesioanl dan masukan untuk penyempurnaan disertasi.
5. Dekan FEMA, Ketua Departemen Gizi Masyarakat dan Ketua Program
Studi Gizi Masyarakat serta seluruh civitas akademika di lingkungan FEMA, atas fasilitas dan perijinan selama proses belajar di IPB maupun selama penelitian berlangsung diluar kampus IPB.
6. Tim Program Sandwich tahun 2009 yaitu Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional atas pemberian beasiswa; Dekan Sekolah Pascasarjana IPB melalui Dr. Muladno Basar dan staf yang memfasilitasi pelaksanaan program sandwich; Prof.Assoc. Geoffrey
(13)
Marks atas bimbingan selama 4 bulan mengikuti program sandwich di The University of Queensland, Brisbane Australia.
7. Direktur Poltekkes Depkes Jakarta II, Bp. Rosadi Nasir,MSc atas ijin tugas belajar dan pemberian beasiswa; Drs. Tugiman M.Kes, yang selalu membantu dalam realisasi perijinan dan dana tugas belajar.
8. Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Depkes Jakarta II periode 2002-2006 Ibu Edith Sumedi, MSc dilanjutkan Bapak Nils Aria Zulfianto, M.Sc. periode 2006-2010, atas ijin tugas belajar, dukungan dan fasilitas yang diberikan selama penulis menimba ilmu di Sekolah Pascasarjana IPB.
9. Prof. Dr. Soekirman, Idrus Jus’at, PhD dan Dr.Ir.Drajat Martianto, MS. atas rekomendasinya sehingga penulis dapat diterima belajar di Sekolah Pascasarjana IPB.
10.Teman-teman di Jurusan Gizi, Dr. Moesijanti YES yang banyak memberi masukkan sehubungan dengan riset; Marzuki Iskandar, STP, MTP., Muntikah, AMG., dan Lisda yang banyak terlibat dalam pengadaan bahan MPASI, serta seluruh Civitas akademika Jurusan Gizi Poltekkes Depkes Jakarta II yang selalu memantau dan memberi semangat selama proses belajar.
11.Bapak Camat Kecamatan Teluknaga dan para Kepala Desa, atas ijin lokasi dan kunjungan ke warga.
12.Kepala Puskesmas Teluknaga dan Puskesmas Tegal Angus; paramedis
(dokter: Indra, Bissi, Tuti dan Denny); para Bidan Desa (Bidan: Hanum, Dini, Ranti, Dahlia, Yerna, Ikhlima, Susi, Evi, Titin, Dewi, Ika, Imas, Desi, Mimin, Eka, Putri) dengan koordinator Bd. Hj. Kenny, M.Kes; Ibu Juliasih, AMG dan seluruh staf Puskesmas, atas ijin, fasilitas, waktu, kerja sama dan partisipasi aktif selama penelitian berlangsung.
13.Para kader gizi dan responden di 13 desa di wilayah Kecamatan Teluknaga atas partisipasi aktif dalam pelaksanaan studi MPASI.
14.Tim Assesor dari Devisi Tumbuh Kembang – Pediatri Sosial, Departemen Kesehatan Anak FK-UI, Dr. Bernie Indriyani,SpA dkk atas kesediaan dan kerja samanya dalam pelaksanaan penelitian khususnya dalam pengukuran perkembangan bayi.
(14)
15.Tim Prodia Jakarta Pusat, atas kerjasamanya dalam pengambilan dan analisis biokimia darah setiap peserta studi MPASI.
16.Tim Pury dan MPASI, Pak Arif dan Bu Cicih di Cianjur atas pengadaan liquid pupa, Ir. Andi Sadapotto, MS. yang memfasilitasi pertemuan dengan Bp Andi Hamzah, Bp Santi, Mama Santi di Enrekang atas pengadaan pupa dan pembuatan tepung Pury; Sdr.Mashudi dari laboratorium percobaan makanan Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB atas partisipasi aktif dalam persiapan, pengembangan, produksi dan analisis MPASI.
17.Empat sekawan, Juliasih, AMG., Nita Afriani, AMG., kader Tia yang setia dalam aktifitas skrining sampel dan pelaksanaan pengukuran bulanan di Puskesmas dan Sdr. Aan Marhamah. M.S., yang selalu menyediakan waktu untuk entri dan analisis data sampai tuntas.
18.Drh.Endi Ridwan, M.Sc. selaku supervisor dalam percobaan hewan di Pusat Penelit ian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Depkes RI di Bogor.
19.Sahabatku Cesilia Meti Dwiriani yang banyak membantu dan selalu setia dalam suka maupun duka sepanjang waktu, Bu Diah Utari yang meluangkan waktu untuk koreksi redaksional, serta teman seangkatan Dr. Fatmah dan Pak Wasito.
20.Kedua orang tua Yth, Bapak (Alm) dan Ibu Wismadi, Saudara kandung mba Dena Ekawati dan adik-adik, atas dukungan moril dan spiritual sehingga penulis merasa tenang dan semangat dalam menyelesaikan studi. 21.Suami tercinta, Moelyono Utoyo atas ijin, pengertian dan dukungan penuh
dalam bentuk moril, materiil dan spiritual; serta Anak-anak tersayang, Ariesa Prima Wardhani dan Gian Dwinanda Utoyo atas pengertian dan dukungan selama proses belajar dan aktifitas penelitian berlangsung hingga selesai tepat waktu.
22.Semua pihak yang terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan langsung maupun tak langsung.
(15)
Akhirnya, Penulis sampaikan permohonan maaf apabila ada kekurangan dan ketidak sempurnaan dalam tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi civitas akademika dan para pembaca. Bogor, November 2009
(16)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Temanggung Jawa Tengah tanggal 21 Mei 1958 sebagai anak ke tiga dari lima bersaudara pasangan Bapak Wismadi BA (Alm) dan Ibu Rr. Soepiatiah. Penulis mengenal pendidikan formal sejak tahun 1963 di TK Kota Magelang dan Tegal. Tamat SD Kanisius Klaten tahun 1970, SMP Pangudiluhur Putri Klaten tahun 1973, dan SMAN I Klaten tahun 1976.
Menyelesaikan B.Sc bidang Gizi Kesehatan tahun 1980 dari Akademi Gizi Departemen Kesehatan RI di Jakarta. Tahun 1981 ditempatkan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung sebagai tenaga pelaksana gizi selama dua tahun dan kembali ke Jakarta tahun 1983 untuk mengabdi sebagai staf pengajar di Akademi Gizi Jakarta yang sekarang menjadi Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Depkes Jakarata II. Pada tahun 1984 penulis menikah dengan Moelyono Utoyo, S.Sos dan dikaruniai dua anak yaitu Ariesa Prima Wardani dan Gian Dwinanda Utoyo yang sekarang sedang menimba ilmu di Malaysia.
Tahun 1985-1987 penulis mendapat kesempatan tugas belajar di IPB Jurusan GMSK dan tahun 1994-1995 mendapat beasiswa dari Bank Dunia untuk mengambil Master of Professional Study bidang Food and Nutrition Planning di University of the Philippines at Los Banos. Tahun 2005 kembali mendapat kesempatan melanjutkan studi ke jenjang S3 di IPB Bogor atas beasiswa dari Politeknik Kesehatan Depkes Jakarta II.
Selama mengikuti program S3, penulis mendapat beasiswa untuk mengikuti program Sandwich di Queensland University, Australia selama 4 bulan
dibawah bimbingan Prof. Assoc. Geoffrey Marks. Karya ilmiah
berjudul:”Penggunaan Bubuk Pupa-Mulberry (Pury) sebagai Alternatif Bahan Pangan Bergizi, akan diterbitkan dalam Jurnal Gizi dan Pangan volume 4 No.1,
Juli 2009 (Trina Astuti dan Clara M. Kusharto); “Pengembangan MPASI
berbasis Pupae-Mulberry (Pury)”, akan diterbitkan dalam Jurnal Gizi Indonesia volume 32 No 1 Maret 2009 (Trina Astuti, Clara M. Kusharto, Hardinsyah, Agus Firmansyah); Abstract berjudul “A nutritive value of silkworm pupae powder as an alternate of nutritious food source for human nutrition (Trina Astuti and Clara M. Kusharto), diterima untuk Poster Session pada International Congress of Nutrition di Bangkok Thailand, 4-9 October 2009.
(17)
xvi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………. xviii
DAFTAR GAMBAR ………. xx
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 4
Tujuan Penelitian ... 5
Manfaat Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA ... 6
Tumbuh Kembang Anak ... 6
Pertumbuhan fisik ... 7
Metode penilaian perkembangan pada bayi dan anak ... 8
Masalah Gizi Kurang dan Faktor Penyebab ... 10
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) ... 13
Peran Zinc dalam Proses Metabolisme ……….. 16
Peran Iodin dalam Proses Metabolisme ………... 18
Tepung Pury dari Pupa Ulat Sutera Mulberry ..………... 19
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ……… 22
Kerangka Pemikiran ……… 22
Hipotesis ……….. 23
Batasan Operasional ……… 24
BAHAN DAN METODE ………... 26
Tempat dan Waktu Penelitian ……… . 26
Produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu ……… 27
Populasi, Contoh dan Teknik Pengambilan Contoh ………. 27
Rancangan Penelitian ………... 29
Pengumpulan dan Pengukuran Data ……… 30
Pengolahan dan Analisis Data ……… 32
HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 34
Karakteristik bayi dan sosial ekonomi keluarga ………... 34
Mutu Gizi dan Keamanan Pangan Tepung Pupa Mulberry ……….. 37
Mutu Gizi dan Keamanan Pangan MPASI-Pury………….. ………. 42
Komposisi dan mutu gizi makro MPASI-Pury …... 42
Kandungan vitamin MPASI-Pury ……….. 44
Kandungan mineral MPASI-Pury ………..……… 45
Keamanan pangan ………. 46
(18)
xvii Dampak Pemberian MPASI terhadap Pertumbuhan Fisik pada
Hewan Percobaan………. 49
Kontribusi MPASI terhadap Asupan Energi dan Protein Sehari …. 52
Dampak MPASI terhadap Perubahan Status Biokimia Darah ……. 54
Dampak MPASI terhadap Pertumbuhan Fisk dan Status gizi Bayi… 57
Perubahan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala …. 57
Perubahan nilai z-skor ………. 59
Perubahan status gizi bayi ……… 60
Dampak MPASI terhadap Perkembangan Motorik Bayi ………. 61
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisk Bayi ……….. 62
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Bayi …………. 64
KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
Kesimpulan ... 65
Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ……….. ... 68
(19)
xviii
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Jadwal dan kegiatan deteksi dini adanya penyimpangan tumbuh
kembang pada bayi ...……… 8
2. Contoh tugas perkembangan bayi dari skala Bayley ... 9
3. Tujuh kategori penilaian komposit menurut skala Bayley III ... 10
4. Angka kecukupan energi dan zat gizi bayi usia 0-24 Bulan ... 13
5. Perkiraan zat gizi yang diperlukan dari MPASI (berdasarkan taraf asupan ASI) ... 14
6. Kepadatan (Density) Zat Gizi yang Diinginkan dari MPASI (per 100 kcal) Berdasarkan taraf asupan ASI ... 15
7. Komposisi gizi dalam 100 gram MPASI bubuk instan untuk bayi 6-12 bulan ... 16
8. Komposisi zat gizi pupa ulat sutera ... 20
9. Komposisi asam amino dari pupa ulat sutera dan rujukan FAO untuk protein ... 21
10.Waktu dan tempat aktivitas penelitian ... 26
11.Komposisi produk MPASI dan spesifikasi Menkes 2007... 27
12. Jenis dan cara pengumpulan data ... 31
13. Karakteristik dasar bayi dan sosial ekonomi keluarga ... 35
14.Cakupan imunisasi hasil studi efikasi di Teluknaga dibanding angka nasional dan lokal ……….. 36
15. Test cemaran mikro organisme dalam tepung Pury ………. 39
16.Komposisi zat gizi dalam tepung Pury ………. 40
17. Komposisi asam lemak dan asam amino dalam tepung Pury ... 41
18. Kandungan energi dan zat gizi makro dalam 100 gram produk MPASI- Pury dan MPASI-komersial ………... 42
19.Nilai Protein Efficiency Ratio (PER) pada berbagai MPASI dibanding rujukan ………... 43
20.Kandungan asam amino per 100 gram produk MPASI-Pury………... 43
21.Kandungan asam lemak per 100 gram produk MPASI-Pury ………….. 44
22.Kandungan vitamin dalam 100 gram produk MPASI-Pury dan MPASI- komersial ………. 45
(20)
xix 23.Kandungan mineral dalam 100 gram produk MPASI-Pury dan MPASI-
komersial ……… 46 24. Analisis beaya MPASI berdasarkan formula, teknik pengolahan dan
tempat penjualan ………. 49
25.Rata-rata pertumbuhan fisik pada tikus sebelum dan sesudah intervensi
Berdasarkan kelompok perlakuan ……….. 51 26.Rata-rata pertumbuhan fisik bayi sebelum dan sesudah intervensi
berdasarkan kelompok perlakuan ... 57
27.Rata-rata nilai z-skor (BB/U., PB/U, BB/PB, LK/U)
sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan ... 59
28.Prevalensi status gizi berdasarkan indeks antropometri (nilai z-skor)
sebelum dan setelah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan ... 60 29.Rata-rata skor perkembangan motorik sebelum dan setelah intervensi
berdasarkan kelompok perlakuan ... 61 30.Frekuensi distribusi status perkembangan motorik
sebelum dan setelah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan ... 62 31.Model faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi 9-10 bulan ... 63 32.Model faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik
bayi 11-12 bulan ... 64
(21)
xx
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Faktor-faktor penyebab gizi buruk ... 12
2. Kerangka pemikiran efikasi ”MPASI-Pury” terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik bayi gizi kurang 6-12 bulan ... 23
3. Skema cara pengambilan contoh ... 29
4. Profil studi ... ... 34
5. Skema pembuatan Pury ... 38
6. Grafik perrtumbuhan berat badan, panjang badan dan panjang ekor pada tikus percobaan berdasarkan pemberian ransum ... 50
7. Rata-rata perubahan pertumbuhan fisik pada tikus percobaan berdasarkan pemberian ransum ... 51
8. Asupan energi dan protein pada bayi sebelum dan setelah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan (a=0.05) …..……….... 52
9. Rata-rata intik (asupan) energi dan protein setelah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan ……… 53
10.Kadar Zinc dalam serum sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan (a=0.05) ………. 55
11.Kadar thyroxine dalam serum sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan (a=0.05) ………. 56
12.Kadar TSH dalam serum sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan (a=0.05) ………. 56
(22)
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Hasil penelitian pengaruh MPASI terhadap perhubungan dan perkembangan bayi ……….………... 72 2. Gambar proses pembuatan tepung Pury ...………. 74 3. Proses pengemasan MPASI formula-Pury …………..……….. 76 4. Gambar aktivitas skrining dan lingkungan desa ……….... 77 5. Gambar pengukuran pertumbuhan dan perkembangan bayi ………. 78 6. Gambar aktivitas studi pada pada hewan percobaan: persiapan tikus dan ransum, serta pengukuran pertumbuhan tikus ……….. 79 7. Questionaire ... ... 80 8. Form Monitoring ... 85 9. Keterangan Lolos Kaji Etik (Ethical Clearance) ... 89 10. Naskah Penjelasaan Sebelum Persetujuan (PSP) dan Formulir Persetujuan 90 11. Ijin melakukan penelitian di Puskesmas Teluknaga ... 92 12. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 224/Mmenkes/SK/11/2004 ... 93 13. Monitoring hasil percobaan pada hewan tikus ... 99
(23)
1
PENDAHULUAN Latar Belakang
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Hal ini sesuai dengan Hak Anak sebagai Hak Asasi pasal 28B ayat 2 (Myers, 1992; Sentika, 2005). Kelangsungan hidup bayi (infant survival) artinya tidak meninggal sebelum usia satu tahun, sedangkan kelangsungan hidup anak (child survival) adalah tidak meninggal sebelum usia 5 tahun.
Peristiwa tumbuh-kembang pada anak meliputi seluruh proses kejadian sejak terjadi pembuahan sampai masa dewasa. Ciri tumbuh-kembang yang utama adalah bahwa pada periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa perlambatan, serta laju tumbuh-kembang yang berlainan diantara organ tubuh. Istilah tumbuh-kembang sebetulnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu. Perkembangan lebih menitik beratkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ ataupun individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan. Dengan demikian proses pertumbuhan mempunyi dampak terhadap aspek fisik, sedangkan proses perkembangan berkaitan dengan fungsi pematangan intelektual dan emosional organ atau individu.
Gizi kurang adalah keadaan kekurangan gizi yang disebabkan tubuh kekurangan energi dan protein dalam makanan sehari-hari. Hasil Riset Kesehatan Daerah tahun 2007 menunjukkan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk secara nasional sebesar 13.0% dan 5.4%, sementara Propinsi Banten yang merupakan propinsi baru masih mempunyai masalah gizi pada anak balita yaitu 12.2% gizi kurang dan 4.4% gizi buruk (Badan Litbangkes, 2008). Kecamatan Teluk Naga merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tangerang Propinsi Banten dengan prevalensi gizi kurang (BB/U) mencapai 22.26% pada tahun 2006 dan turun menjadi 20.5% pada tahun 2008 (Puskesmas Teluknaga, 2009), sedikit diatas target nasional tahun 2015 yaitu 20% dan MDGs sebesar 18.5% (Badan
(24)
2
Litbangkes, 2008). Menurut WHO, daerah tersebut termasuk kategori tinggi dengan masalah kesehatan masyarakat yang kritis (batas masalah bila prevalensi gizi kurang adalah lebih besar atau sama dengan 20%) yang harus segera ditangani.
Konsekuensi gizi kurang adalah tingginya angka kesakitan dan resiko kematian, yang berdampak pada perkembangan syaraf mental yang buruk, penurunan ketahanan dan kapasitas kerja, serta meningkat resiko penyakit kronik pada usia dewasa (Gillespie and Haddad, 2001). Bayi yang kurang gizi khususnya wanita secara efektif mengabadikan kemiskinan, kelaparan dan kekurangan gizi dari generasi ke generasi (UNS-SCN, 2004), maka bila bayi yang menderita gizi kurang tidak segera ditangani dapat berkontribusi terhadap siklus intergenerasional.
Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya gizi kurang maupun gizi buruk yang saling berkaitan. Faktor penyebab langsung adalah asupan energi dan zat gizi yang tidak cukup serta adanya infeksi. Faktor penyebab tak langsung adalah pola asuh yang kurang tepat seperti pemberian ASI, MPASI, dan ada tidaknya makanan pantangan, jumlah anggota keluarga, ketersediaan pangan keluarga, dan kesehatan lingkungan. Akar permasalahan tersebut adalah tingkat pendapatan yang rendah serta kemiskinan yang berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan orang tua (ACC/SCN-IFPRI, 2000). Kecamatan Teluk Naga termasuk dalam kuadran I di Kabupaten Tangerang, yang artinya mempunyai indek pembangunan manusia (IPM) rendah dan produk domestik rata-rata bruto (PDRB) per kapitan yang rendah (Harjatmo, 2005). Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) adalah elemen penting dalam pemeliharaan bayi dan anak. Program pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI) yang berasal dari pemerintah pusat baru mencakup 40% anak balita gizi kurang, selebihnya belum tersentuh. Untuk itu masih perlu pengadaan MPASI untuk memperbaiki semua anak balita gizi kurang dan buruk.
Berdasarkan observasi bahwa pertambahan angka penyimpangan pertumbuhan (Growth Faltering) dan gizi kurang terjadi setelah usia 6 bulan yang erat kaitannya dengan praktek pemberian MPASI yang buruk (Pojda and Kelley,
(25)
3
2000). Studi efikasi suplemen dengan vitamin A dan mineral menghasilkan dampak positif pada status gizi mikro (kenaikan Hb dan zinc plasma serta menurunkan prevalensi anemia) (Gibson et al, 2004) walau tidak menunjukkan dampak yang nyata pada pertumbuhan, namun pengaruh suplementasi gizi mikro lebih kuat terhadap peningkatan pertumbuhan bayi yang kurang gizi dibanding bayi yang cukup gizi (Sunawang, 2005). Jadi, pemberian MPASI yang tepat sangat penting bagi semua bayi dan terpenting bagi bayi dengan gizi kurang (karena BBLR atau faktor lain) agar dapat mengejar pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik seperti bayi dengan riwayat berat lahir normal.
Ulat sutera termasuk golongan serangga yang merupakan sumber protein karena hampir 60% berat adalah protein. Beberapa daerah di Indonesia, serangga lazim dikonsumsi masyarakat seperti ulat sagu, belalang, tawon, laron dan pupa ulat sutera. Budidaya serangga termasuk ulat sutera sangat menguntungkan karena ramah lingkungan dan sangat kecil memberi dampak produksi gas rumah kaca. Dengan penanganan yang baik dan pemasakan yang benar, serangga merupakan makanan yang enak dan dapat digunakan sebagai sumber pangan masa depan (Maryoto, 2009).
Pupae (selanjutnya disebut dengan pupa) adalah bagian isi dari kokon yang merupakan produk samping dari industri pembudidayaan ulat sutera. Rata-rata produksi kokon nasional tahun 2005 sebesar 250 ton yang menghasilkan 31.25 ton (12.5%) benang sutera (Kaomini, 2006a). Artinya bahwa hanya 12,5% dari total kokon yang dimanfaatkan, sedangkan sisanya 87.5% termasuk pupa merupakan limbah yang bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan cemaran lingkungan (udara dan air) bagi penduduk sekitar sentra industri sutera. Pupa telah dimanfaatkan sebagai pangan di negara Asia Selatan seperti China (asam amino pupa untuk soft drink dan bahan tambahan pembuatan kokies dll), Korea (snack dan diet DM) dan Bangladesh (konsumsi pupa tanpa diolah) (Singhal et al, 2001), namun masih belum berkembang pemanfaatannya sebagai sumber pangan yang bergizi di Indonesia. Jepang sudah memanfaatkan pupa kering untuk diambil minyaknya sebagai minyak rambut, sabun dan lilin yang berkualitas tinggi, sedangkan sisa ekstrak digunakan untuk makanan unggas, ikan dan babi (Kaomini, 2006b). Pupa jenis tussah digunakan sebagai obat penurun
(26)
4
kolesterol dan tekanan darah karena mengandung lebih dari 70% asam lemak tak jenuh ganda dan untuk obat hepatitis karena mengandung 36% asam amino esensial (Huang, 2001).
Melalui teknologi sederhana, limbah pupa hasil samping produksi sutera dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang mempunyai nilai gizi dan ekonomi serta ramah lingkungan. Setengah dari limbah pupa akan menghasilkan liquid pupa untuk tepung Pury dan setengahnya sebagai pakan ternak baik unggas maupun ikan, sehingga tidak ada limbah yang tersisa yang mencemari lingkungan. Pupa yang berasal dari ulat sutra Mulberry (Bombyx mori) yang dibuat tepung (powder) selanjutnya disebut ‘Pury’ berpotensi sebagai sumber pangan yang bergizi dengan keunggulan terutama pada mutu protein yang lebih baik dari protein kedele, ikan atau daging; kandungan asam lemak tak jenuh; vitamin dan mineral serta asam amino esensial maupun non-esensial yang sangat dibutuhkan bagi tumbuh kembang anak (Astuti dan Kusharto, 2009). Pury dapat digunakan sebagai alternatif bahan formula MPASI. Tujuan studi adalah untuk mengembangkan MPASI yang padat gizi berbasis tepung Pury dan menilai manfaat kesehatan (efikasi) pemberian MPASI formula-Pury pada bayi usia 6-12 bulan dengan status gizi kurang atau nyaris gizi kurang terhadap kemajuan pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik.
Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah tersebut diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana mutu gizi dan keamanan pangan pada MPASI-Pury? 2. Bagaimana asupan energi dan protein bayi yang diberi MPASI-Pury? 3. Bagaimana perubahan status biokimia (zinc, T4 dan TSH serum) bayi 6-12
bulan setelah diberi MPASI-Pury selama 3 bulan ?
4. Seberapa jauh pertumbuhan fisik (BB, PB, dan Lingkar Kepala) dan perkembangan motorik bayi setelah diberi MPASI-Pury selama 3 bulan ? 5. Adakah perubahan status gizi (nilai Z-skor BB/U, PB/U, BB/PB) setelah
(27)
5
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian adalah untuk mengembangkan alternatif MPASI berbasis pupae-mulberry (Pury) dan menilai manfaat kesehatan bagi laju pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik bayi gizi kurang atau nyaris gizi kurang usia 6-12 bulan.
Tujuan Khusus untuk :
1. Menganalisis mutu gizi dan keamanan pangan dari MPASI-Pury.
2. Menilai mutu protein dan laju pertumbuhan fisik pada hewan percobaan yang diberi ransum Pury.
3. Menganalisis kontribusi MPASI terhadap asupan energi dan protein
sehari, serta perubahan status biokimia (kadar zinc, T4 dan TSH serum) setelah 3 bulan pemberian MPASI.
4. Menilai laju pertumbuhan fisik (Berat badan, Panjang Badan, dan Lingkar Kepala) dan perubahan status gizi (z-score BB/U, PB/U, BB/PB dan LK/U) setelah 3 bulan pemberian MPASI.
5. Menilai laju perkembangan motorik (motorik halus dan motorik kasar) dua bulan setelah periode 3 bulan pemberian MPASI selesai.
Manfaat Penelitian
Mela lui studi ini diharapkan tersedia MPASI formula Pury lengkap dengan informasi mutu gizi dan keamanan pangan, dampaknya terhadap perubahyan status biokomia, pertumbuhan fisik dan perubahan status gizi, serta perkembangan motorik pada bayi gizi kurang. MPASI-Pury diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif ketersediaan MPASI yang mendukung kelanjutan program Pemerintah.
(28)
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuh-kembang Anak
Peristiwa tumbuh-kembang pada anak meliputi seluruh proses kejadian sejak terjadi pembuahan sampai masa dewasa. Ciri tumbuh-kembang yang utama adalah bahwa pada periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa perlambatan, serta laju tumbuh-kembang yang berlainan diantara organ tubuh. Istilah tumbuh-kembang sebetulnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu. Perkembangan lebih menitik beratkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ ataupun individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan. Dengan demikian proses pertumbuhan mempunyi dampak terhadap aspek fisik, sedangkan proses perkembangan berkaitan dengan fungsi pematangan intelektual dan emosional organ atau individu. Secara garis besar, tumbuh-kembang dibedakan 3 jenis yaitu : tumbuh-kembang fisik, intelektual dan emosional (Markum, 1991).
Tumbuh-kembang fisik meliputi perubahan dalam ukuran besar dan fungsi organisme atau individu. Perubahan ini bervariasi dari fungsi tingkat molekuler yang sederhana seperti aktivasi, sampai pada proses metabolisme yang kompleks dan perubahan bentuk fisis pada masa pubertas dan remaja. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan yang dapat diklasif ikasikan menurut faktor genetik, lingkungan dan perilaku. Faktor genetik adalah faktor bawaan yang normal atau patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Faktor lingkungan biopsikososial yang mencakup : komponen biologis (fisik), psikologis, ekonomi, sosial, politik dan budaya. Contoh lingkungan biologis (fisik) adalah kesehatan tubuh atau organ, keadaan gizi, perumahan, kebersihan lingkungan, fasilitas kesehatan, dan pendidikan. Contoh lingkungan psikologis erat kaitannya dengan komponen sosial seperti aspek kesehatan jasmani, pengaruh keluarga atau sekolah atau masyarakat, nilai sosial-budaya, tradisi, adat dan agama. Lingkungan politik berkaitan dengan
(29)
faktor budaya dan turut membentuk tumbuh-kembang anak seperti dalam menentukan prioritas, kebijakan tindakan dan jumlah anggaran yang dialokasikan (Markum, 1991).
Tumbuh-kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik, seperti berbicara, bermain, berhitung atau membaca. Sementara proses tumbuh-kembang emosional bergantung pada kemampuan bayi untuk membentuk ikatan batin, kemampuan untuk bercinta dan berkasih sayang, kemampuan untuk mengelola rangsangan agresif. Berbagai kaitan emosional antara anak dan bayi tersebut akan berkembang dan meluas ke lingkungan keluarga lain dan akhirnya ke masyarakat luas (Markum, 1991).
Pertumbuhan fisik
Proses tumbuh-kembang merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari konsepsi sampai dewasa, yang mengikuti pola tertentu yang khas untuk setiap anak, mencakup pencapaian kemampuan baru dan ketrampilan serta pertumbuhan fisik. Proses tersebut merupakan proses interaksi yang terus menerus serta rumit antar faktor genetik dan faktor lingkungan (Markum, 1991; Ming and Roach, 2007). Penilaian tumbuh-kembang perlu dilakukan untuk menentukan apakah tumbuh-kembang seorang anak berjalan normal atau tidak (WHO-MGRS, 2006b).
Terdapat 3 indikator yang sangat umum digunakan untuk menilai status pertumbuhan pada anak-anak yaitu berat badan menurut umur (BB/U), panjang atau tinggi badan menurut umur (PB/U), dan berat badan menurut panjang atau tinggi badan (BB/PB) (de Onis dalam Semba and Bloem, 2008). Ukuran lingkar kepala mencerminkan kecepatan pertumbuhan otak pada tahun pertama. Rata-rata pertumbuhan yang diharapkan sebesar 1 cm per bulan pada tahun pertama dan 2 cm selama tahun kedua. Akurasi pengukuran tergantung dari pita ukur yang digunakan, pemasangan pita sekitar dahi, alis mata dan occiput, serta dilakukan dua kali pengukuran (Thompson, 1998). Multicentre Growth Reference Study dari WHO juga telah memasukkan indeks lingkar kepala menurut umur (LK/U) sebagai indikator pertumbuhan (WHO-MOGRS, 2007).
(30)
Metode penilaian perkembangan pada bayi dan anak
Berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan perkembangan anak telah dibuat. Deteksi dini tumbuh-kembang anak merupakan suatu kegiatan / pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh-kembang pada balita dan anak prasekolah (Depkes, 2005) Skrining hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh-kembang anak sehari-hari. Menurut Departemen Kesehatan RI (2005), terdapat 3 jenis deteksi dini tumbuh-kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya yaitu :1) Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, untuk mengetahui atau menemukan status gizi kurang atau buruk dan mikro atau makrosefali; 2) Deteksi dini penyimpangan perkembangan, untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat dan ganguan daya dengar; 3) Deteksi dini penyimpangan mental emosional, untuk mengetahui adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian serta hiperaktivitas. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan yang digunakan Departemen Kesehatan RI tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1 Jadwal dan kegiatan deteksi dini
adanya penyimpangan tumbuh-kembang pada bayi Umur Anak
Jenis Deteksi Tumbuh-kembang yang harus Dilakukan Deteksi Dini
Penyim-pangan Pertumbuhan
Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
BB/TB LK KPSP TDD
0 bulan V V
3 Bulan V V V V
6 Bulan V V V V
9 Bulan V V V V
12 Bulan V V V V
Sumber: Depkes RI, 2005.
BB/TB : Berat Badan Terhadap Tinggi Badan; LK : Lingkar Kepala
KPSP: Kuesioner Pra Skrining Perkembangan; TDD : Tes Daya Dengar
Penyimpangan atau gangguan yang terlambat diketahui akan sulit diberikan intervensi dan akan berpengaruh pada tumbuh-kembang anak. Sayangnya, banyak ahli kesehatan yang percaya bahwa tidak banyak yang dapat
(31)
dikerjakan untuk mengatasi kelainan ini, bahkan percaya bahwa kelainan ringan dapat menjadi normal dengan sendirinya (Depkes, 2005). Sikap seperti ini dapat menghambat pemulihan, bahkan pada kasus-kasus tertentu dapat mengakibatkan cacat yang permanen yang tidak dapat dihindari (Soetjiningsih, 1995).
Terdapat alasan mengapa perlu melakukan tes kecerdasan bayi, terutama jika orang tua merasa kuatir karena sang bayi tidak melakukan sesuatu seperti yang dilakukan bayi lain seusia. Masalah perkembangan motorik sering muncul pada tahun pertama (Ming and Roach, 2007 dan WHO-MGRS, 2006b). Tes perkembangan bertujuan untuk membandingkan prestasi bayi secara berurutan (tugas perkembangan) dengan norma-norma yang ada melalui pengamatan sejumlah tugas perkembangan dari bayi dan anak yang secara umum dapat mereka kerjakan. Instrumen yang biasa digunakan untuk melakukan tes perkembangan tersebut adalah Bayley Infants Scale of Development (skala Bayley) atau The Denver Developmental Screening Test (DDST). The WHO Multicentre Growth Reference Study juga telah memasukkan 6 unsur perkembangan motorik kasar dalam standart pertumbuhan anak usia 4-18 bulan yang mencakup kemampuan duduk tanpa bantuan, berdiri dengan bantuan, merangkak, berjalan dengan bantuan, duduk sendiri serta berjalan sendiri (WHO-MGRS, 2006b).
Tabel 2 Contoh tugas perkembangan bayi dari skala Bayley Usia
(bulan)
Skala Perkembangan Mental Skala Perkembangan Motorik
1 3 6
9 12
Gerakan mata mengikuti seseorang Menggapai lonceng yang digantung. Menggerakkanlonceng, menunjukkan ketertarikan yang mendalam.
Ocehan menyatakan perasaan. Meniru seolah mengelus mainan.
Mengangkat kepala ketika diletakkan di pundak
Berbalik dari belakang ke samping. Berbalik dari belakang ke perut.
Mengangkat diri sendiri untuk berdiri. Berjalan sendiri
Sumber : Bayley, 1993 dalam Papalia et al, 2001.
Skala Bayley III bagi perkembangan bayi (The Bayley Scale of Infant
Development, BSID-III) adalah rangkaian pengukuran standart yang digunakan terutama untuk menilai perkembangan motorik (halus dan kasar), bahasa (receptif
(32)
dan expressif), dan cognitif dari bayi dan anak usia 0-3 tahun (Bayley, 2006). Pengukuran terdiri dari rangkaian tugas perkembangan yang memerlukan waktu antara 45-60 menit. Skor mentah dari pencapaian tugas yang dapat diselesaikan anak dikonversi kedalam skor skala dan skor komposit. Skor ini yang digunakan untuk menentukan prestasi anak dibanding prestasi anak normal sesuai usia yang tinggal di Negara berkembang. Terdapat 7 kategori untuk penilaian komposit seperti pada Tabel 3.
Tabel 3 Tujuh kategori penilaian komposit menurut skala Bayley III
Komposit Jumlah skor
Very superior
Superior High average Average Low average Borderline Extremely low
skor > 130 skor 120 s/d 129 skor 110 s/d 119 skor 90 s/d 109 skor 80 s/d 89 skor 69 s/d 79 skor < 69
Masalah Gizi Kurang dan Faktor Penyebab
Keadaan gizi kurang pada awal kehidupan anak mempunyai konsekuensi yang serius. Anak dengan gizi kurang cenderung lebih sering menderita sakit parah, termasuk diare dan pneumonia. Terdapat asosiasi yang kuat antara tingkat keparahan gizi kurang dengan angka kematian (The World Bank, 2006; Semba and Bloem, 2008). Dewasa ini, 27% (lebih dari 147 juta) anak usia bawah 5 tahun di negara berkembang menderita gizi kurang (indeks BB/U) dan 23% (lebih dari 126 juta) tergolong pendek (stunted), sementara di negara maju hanya 2,6% anak yang pendek dan 1,1% gizi kurang. Keadaan terparah ada di negara-negara Asia yang mencakup 92 juta anak pendek dan 89 juta gizi kurang. Studi WHO memperkirakan prevalensi gizi kurang di negara berkembang akan turun dari 30% pada tahun 1990 menjadi 19% pada tahun 2015 (The World Bank, 2006).
(33)
Prevalensi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Daerah tahun 2007 adalah 18.4% gizi kurang dan 36.8 balita pendek. Keadaan di Kabupaten Tangerang dibawah angka nasional untuk gizi kurang (12.9%) tetapi balita yang pendek sedikit diatas angka nasional (39.2%) (Badan Litbangkes, 2008). Keadaan gizi kurang di Kecamatan Teluknaga lebih buruk dari angka nasional yaitu 20.5%, sedangkan prevalensi balita pendek dibawah angka Kabupaten Tangerang maupun angka nasional yaitu 31.6% (Puskesmas Teluknaga, 2009) yang masih dikategorikan sebagai daerah dengan masalah kesehatan masyarakat yang kritis yang harus segera ditangani (The World Bank, 2006).
Kegagalan pertumbuhan yang terjadi pada periode awal masa anak-anak dinyatakan dengan tumbuhnya stunting (keadaan pertumbuhan tinggi badan yang lamban dibandingkan usia atau pendek). Pertumbuhan stunting pada masa anak-anak merupakan faktor resiko bagi meningkatnya mortalitas, pertumbuhan yang buruk dari kognitif dan motorik serta kegagalan lain secara fungsional. Anak-anak yang menderita gizi buruk pada awal masa Anak-anak-Anak-anak mengalami penurunan IQ sebesar 15 poin yang secara signifikan berpengaruh pada prestasi belajar dan meningkatkan resiko drop-out atau mengulang kelas. Lebih lanjut, stunting biasanya berlangsung lama atau tetap dan menghasilan penampilan yang lebih buruk di masa dewasa (Gillespie and Haddad, 2001).
Penyebab gizi salah (termasuk gizi kurang) adalah kompleks. Individu yang mender ita gizi kurang disebabkan karena tidak cukup atau kurang sesuai asupan energi dan zat gizi atau karena faktor kesehatan atau keduanya yang sering berinteraksi secara negatif. Adanya penyakit meningkatkan kebutuhyan zat gizi namun menurunkan selera makan, sementaraketidakcukupan intik makanan baik jumlah maupun kualitas membuat lebih mudah terserang penyakit. Keadaan akan lebih buruk bila ketersediaan pangan tingkat keluarga maupun masyarakat tidak aman, tidak cukup akses terhadap lingkungan dan pelayanan kesehatan, serta adanya praktek pola asuh yang tidak tepat terhadap anak. Ketiga faktor tersebut sering disebut dengan Makanan-Kesehatan-Pola asuh yang juga berinteraksi (The World Bank, 2006).
(34)
Model UNICEF (Gambar 1) menjelaskan bahwa terjadinya gizi buruk di masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor baik langsung maupun tidak langsung. Faktor penyebab tersebut saling kait mengkait dan diperberat dengan faktor rendahnya pendidikan yang tidak mendukung, sosial ekonomi dan politik yang tidak jelas (UNICEF, 1997). Walau laju pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dengan keadaan gizi kurang mungkin sulit seperti yang dicapai pada bayi dengan status gizi baik, namun kegagalan pertumbuhan periode berikutnya mungkin dapat dicegah dengan pemberian ASI yang optimal dan MPASI yang tepat. Jadi, perbaikan gizi sedini mungkin adalah sangat diharapkan tidak hanya untuk memperoleh dampak positif pada pertumbuhan fisik tetapi juga menurunkan resiko dan komplikasi dari infeksi serta memaksimalkan perkembangan psikomotor dan prestasi sekolah (WHO, 1998).
KURANG GIZI
Makan Penyakit
Tidak seimbang infeksi
Pola asuh anak tidak memadai
Sanitasi dan air Bersih/Pelayanan Kesehatan dasar
Tdk memadai Tidak cukup
Persediaan pangan
Kurang pemberdayaan wanita Dan keluarga, kurang pemanfaatan
Sumberdaya masyarakat
Krisis ekonomi, Politik dan sosial
Kurang pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan
Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan Dampak
Penyebab langsung
Penyebab tidak langsung
Pokok masalah di masyarakat
Akar masalah nasional
Gambar 1 Faktor-faktor penyebab gizi buruk (UNICEF, 1997).
(35)
Makanan Pendamping Air Susu ibu (MPASI)
Pengertian MPASI adalah makanan atau minuman selain ASI yang mengandung gizi diberikan pada bayi usia 6 bulan keatas untuk memenuhi kebutuhan gizinya (WHO, 1998; Menkes, 2007). MPASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga, yang pengenalan dan pemberian harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak (Ditzi, Depkes RI, 2000). Secara ideal usia bayi yang optimal untuk diperkenalkan MPASI harus ditentukan dengan membandingkan keuntungan dan kerugian dari penambahan makanan ke dalam diet sesuai usia anak yang berbeda-beda. MPASI yang diberikan lebih awal baik cair maupun padat mungkin mendorong penghentian pemberian ASI lebih awal.
Tabel 4 Angka kecukupan energi dan zat gizi bayi usia 0-24 bulan Kelompok Umur
0-6 bulan 7-11 bulan 1-3 tahun
Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (cm) Energi (kcal) Protein (gr) Vitamin A (RE) Vitamin D (mcg) Vitamin E (mg) Vitamin K (mcg) Thiamin (mg) Riboflavin (mg) Niacin (mg) Asam Folat (mug) Piridoksin (mg) Vitamin B12 (mug) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Magnesium (mg) Besi (mg) Yodium (mug) Seng (mg) Selenium (mcg) Mangan (mg) Fluor (mg) 6.0 60 550 10 375 5 4 5 0.3 0.3 2 65 0.1 0.4 40 200 100 25 0.5 90 1.3 5 0.003 0.01 8.5 71 650 16 400 5 5 10 0.4 0.4 4 80 0.3 0.5 40 400 225 55 7 90 7.5 10 0.6 0.4 12.0 90 1000 25 400 5 6 15 0.5 0.5 6 150 0.5 0.9 40 500 400 60 8 90 8.2 17 1.2 0.6 Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1593/MENKES/SK/XII/2005.
(36)
Angka kecukupan gizi (AKG) bagi bayi usia 0-3 tahun dapat dilihat pada table 4, sedangkan perkiraan zat gizi yang diperlukan dari MPASI berdasarkan rata-rata tingkat asupan ASI dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Perkiraan zat gizi yang diperlukan dari MPASI (berdasarkan taraf asupan ASI )
ZAT GIZI
6-8 bulan 9-11 bulan 12-23 bulan
asupan ASI asupan ASI asupan ASI
rendah sedang tinggi rendah sedang tinggi Rendah Sedang tinggi Protein (g/d)
Vit. A (µgRE/d) Folate (µg /d) Niacin (mg/d) Pantothenicacid(mg/d)
Riboflavin (mg/d) Thiamin (mg/d) Vit B6 (mg/d) Vit B12 (µg /d) Vit C (mg/d) Vit D (µg /d) Vit K (µg /d) Calcium (mg/d) Chloride (mg/d) Copper (mg/d) Fluoride (µg /d) Iodine (µg /d) Iron (mg/d) L.b. M.b. H.b. Magnesium (mg/d) Manganese (µg /d) Phosphorus (mg/d) Potassium (mg/d) Selenium (µg /d) Sodium (mg/d) Zinc (mg/d)¹ Zinc (mg/d)² 5.2 164 0 3 1.0 0.3 0.1 0 0 10 6.8 9.2 421 344 0.2 0 19 20.9 10.9 6.9 62 14 348 505 3 253 4.6 2.5 2 13 0 3 0.5 0.2 0.1 0 0 0 6.6 9 336 217 0.1 0 0 20.8 10.8 6.8 51 12 306 346 0 199 4.2 2.2 0 0 0 3 0 0.1 0 0 0 0 6.5 8 252 90 0.1 0 0 20.7 10.7 6.7 41 10 263 188 0 144 3.8 1.9 6.7 214 9 5 1.2 0.3 0.2 0 0.1 14 6.9 9.4 449 386 0.2 0 30 20.9 10.9 6.9 70 14 362 557 5 301 4.7 2.6 3.1 42 0 4 0.6 0.2 0.2 0 0 0 6.7 9 353 241 0.1 0 0 20.8 10.8 6.8 58 12 314 377 0 239 4.3 2.3 0 0 0 4 0 0.1 0.1 0 0 0 6.5 8 256 97 0.1 0 0 20.7 10.7 6.7 46 10 266 196 0 177 3.8 2.1 9.1 313 35 8 1.4 0.5 0.5 0 0.3 23 7 9.6 301 727 0.4 0 51 11.9 5.9 3.9 79 15 249 708 11 469 6.3 2.7 5 126 3 7 0.7 0.4 0.4 0 0 8 6.7 9 196 569 0.3 0 10 11.8 5.8 3.8 66 13 193 512 4 401 5.8 2.4 1.2 0 0 7 0 0.3 0.3 0 0 0 6.4 8 92 412 0.2 0 0 11.7 5.7 3.7 53 10 141 315 0 334 5.4 2.1
Sum ber : WHO, 1998; ¹Inst it ut e of M edicine(1991); ²Krebs et al (1993) dan (1995)
Tabel 6 menunjukkan kepadatan (density) zat gizi yang diinginkan dari MPASI (per 100 kcal) berdasarkan taraf asupan ASI.
(37)
Tabel 6 Kepadatan (density) zat gizi yang diinginkan dari MP-ASI (per 100 kcal) berdasarkan taraf asupan ASI.
Zat Gizi
6-8 bulan 9-11 bulan 12-23 bulan asupan ASI asupan ASI asupan ASI
rendah sedang tinggi rendah sedang tinggi rendah sedang tinggi
Protein (g/d) Vit. A (µ gRE/d) Folate (µ g /d) Niacin (mg/d) Pantothenicacid(mg/d)
Riboflavin (mg/d) Thiamin (mg/d) Vit B6 (mg/d) Vit B12 (µ g /d) Vit C (mg/d) Vit D (µ g /d) Vit K (µ g /d) Calcium (mg/d) Chloride (mg/d) Copper (mg/d) Fluoride (µ g /d) Iodine (µ g /d) Iron (mg/d) L.b. M.b. H.b. Magnesium (mg/d) Manganese (µ g /d) Phosphorus (mg/d) Potassium (mg/d) Selenium (µ g /d) Sodium (mg/d) Zinc (mg/d)¹ Zinc (mg/d)² 1.1 35 0 0.6 0.2 0.06 0.02 0 0 2.2 1.5 2 91 74 0.04 0 4 4.5 2.3 1.5 13 3 75 109 0.6 54 1 0.5 0.7 5 0 1.1 0.2 0.07 0.04 0 0 0 2.5 3.3 125 81 0.04 0 0 7.7 4 2.5 19 4 114 129 0 74 1.6 0.8 0 0 0 4.1 0 0.14 0 0 0 0 8.9 11 345 123 0.14 0 0 28.3 14.7 9.2 56 14 360 258 0 197 5.2 2.6 1 32 1 0.7 0.2 0.04 0.03 0 0.01 2.1 1 1.4 67 57 0.03 0 4 3.1 1.6 1 10 2 54 83 0.7 45 0.7 0.4 0.7 9 0 0.9 0.1 0.04 0.04 0 0 0 1.5 2 78 53 0.02 0 0 4.6 2.4 1.5 13 3 70 84 0 53 1 0.5 0 0 0 1.7 0 0.04 0.04 0 0 0 2.8 3.5 112 42 0.04 0 0 9.0 4.7 2.9 20 4 116 86 0 77 1.7 0.9 0.9 31 3 0.8 0.1 0.05 0.05 0 0.03 2.3 0.7 1 30 73 0.04 0 5 1.2 0.6 0.4 8 1 25 71 1.1 47 0.6 0.3 0.7 17 0 0.9 0.1 0.05 0.05 0 0 0.1 0.9 1.2 26 76 0.04 0 1 1.6 0.8 0.5 9 2 26 69 0.5 54 0.8 0.3 0.2 0 0 1.4 0 0.06 0.06 0 0 0 1.3 1.6 19 84 0.04 0 0 2.4 1.2 0.8 11 2 29 64 0 68 1.1 0.4
Sum ber : WHO, 1998; ¹Inst it ut e of M edicine(1991); ² Krebs et al (1993) dan (1995)
Spesifikasi teknis MPASI bubuk instan untuk bayi 6-12 terbuat dari campuran beras dan atau beras merah, kacang hijau dan atau kedele, susu, gula, minyak nabati, dan diperkaya dengan vitamin dan mineral serta ditambah dengan penyedap rasa dan aroma (flavor). Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomor 224/Menkes/SK/II/2007 tanggal 26 Februari 2007, ditetapkan komposisi gizi dalam 100 gram bubuk instan seperti pada Tabel 7.
(38)
Tabel 7 Komposisi gizi dalam 100 gram MPASI bubuk instan untuk bayi 6-12 bulan
No. Zat Gizi sat uan Kadar
1. Energi kkal 400 – 440
2. Prot ein (kualit as prot ein t idak kurang dari 70% kualit as kasein)
g 15 – 22
3. Lem ak (kadar asam linoleat m inim al 300 m g per 100 kkal at au 1,4 gram per 100 gram produk
g 10 – 15
4. Karbohidrat : Gula (sukrosa) Ser at
g g
M aks 30 M aks 5
5. Vit amin A m cg 250 – 350
6. Vit am in D m cg 7 – 10
7. Vit amin E mg 4 – 6
8. Vit amin K m cg 7 – 10
9. Thiam in (B1) mg 0.3 – 0.4
10. Riboflavin mg 0.3 – 0.5
11. Niasin mg 2.5 – 4.0
12. Vit am in B12 m cg 0.3 – 0.6
13. Asam Folat m cg 40 – 100
14. Vit am in B6 mg 0.4 – 0.7
15. Asam Pant ot enat mg 1.3 – 2.1
16. Vit am in C mg 27 – 35
17. Besi mg 5 – 8
18. Kalsium mg 200 – 400
19. Nat rium mg 240 – 400
20. Seng mg 2.5 – 4.0
21. Io dium m cg 45 – 70
22. Fosfor mg perbandingan Ca:P
= 1.2 – 2.0
23. Selenium m cg 10 – 15
24. Ai r g M aks. 4
Sum ber : M enkes RI, 2007.
Peran Zinc dalam Proses Metabolisme
Unsur mineral zinc terdapat disemua cairan dan jaringan tubuh. Jumlah keseluruhan 30 mmol (2g). Sebanyak 60% dari total tubuh terdapat dalam tulang otot dan 30% pada massa tulang, dengan konsentrasi zinc 1.5 – 3 mcmol/g (100-200 mcg/g). Konsentrasi zinc pada lean body mass + 0.46 mcmol/g (30mcg/g). Rata-rata perubahan zinc dalam plasma cepat dan yang tercermin hanya 0.1% dari total zinc dalam tubuh (FAO-UN and WHO, 2001).
(39)
Zinc merupakan komponen penting dari sejumlah besar (>300) enzim yang berpartisipasi dalam pembentukan dan pemecahan karbohidrat, lemak, protein dan asam nukleat yang sama seperti metabolisme mikronutrien lain dengan Kadar normal dalam serum 10.7 – 20.0 µ mol/L. Zinc menstabilisasi struktur molekuler dari komponen dan membran seluler, dan ikut memelihara sel serta integritas organ. Zinc berperan penting dalam polynucleotide transcription dan proses ekskresi gen. Zinc mempunyai peran sentral dalam sistem imun, mempengaruhi sejumlah aspek imunitas seluler dan humoral. Defisiensi zinc yang menyebabkan penurunan dalam aktifitas hormon thymic telah disarankan bahwa lebih dari 80% dari thymic factor activity (TFA) diukur dengan assay yang tergantung pada zinc. Pada keadaan kekurangan zinc maka kemampuan untuk membentuk sel cytotoxin (Tc) dalam kelenjar limpa (spleen) akan terganggu. Pada sisi lain kelebihan intik zinc juga mengganggu respon zinc (Chandra, 1985).
Meerarani, et al (2000), mempelajari efek defisiensi zinc dan suplementasi pada induksi apoptosis dengan mengukur aktifitas caspase 3, cell binding of annexin V, serta fragmentasi DNA. Data menunjukkan bahwa zinc penting untuk integritas sel endothelial dalam system darah, barangkali dengan mengatur kejadian-kejadian signal untuk menghambat kematian sel apoptotic.
Gejala klinis yang tampak pada defisiensi zinc tingkat berat adalah pertumbuhan yang terhambat, tertundanya kematangan sex dan tulang, luka kulit, diare, gangguan nafsu makan, kekebalan tubuh menurun, dan perubahan perilaku. Dampak defisiensi zinc tingkat ringan dan sedang kurang jelas. Berkurangnya rata-rata pertumbuhan dan kerusakan pertahanan imum merupakan tanda kekurang zinc tingkat sedang. Dampak lain seperti rusaknya rasa dan penciuman, tertundanya penyembuhan luka yang dikatakan sebagai rendahnya intik zinc kurang dipantau secara konsisten (FAO-UN and WHO, 2001).
Ragib, et al. (2004) melakukan studi pada anak usia 12-59 bulan yang terinfeksi Shigelladengan metode randomized, double-blind, placebo-controlled trial. Elemen zinc (20 mg) dan multivitamin (vitamin A, D, Thiamin, riboflavin, nicotinamide dan Ca) yang diberikan dengan dosis dua kali RDA setiap hari selama 2 minggu pada kelompok Zinc (n=28), sedangkan multivitamin saja diberikan pada kelompok kontrol (n=28). Standar terapi antibiotik diberikan
(40)
untuk ke dua kelompok. Hasil studi menunjukkan konsentrasi serum zinc meningkatkan pada kedua kelompok selama penyembuhan penyakit, dan suplementasi zinc menunjukkan efek yang signifikan. Respon perkembang biakan (proliferasi) lymphocyte pada kelompok zinc relatif meningkat dibanding kelompok kontrol (P=0,002), tetapi tidak terdapat efek yang signifikan yang terlihat pada konsentrasi cytokine (IL2 dan IFN ? ) yang dilepas dari sel mitogen-stimulated mononuclear atau konsentrasi cytokine (IL2, IFN ?, IFN 1ß ) dalam feces. Diantara antigen (LPS dan Ipa) – antibody specific, plasma Ipa-specif ic Immunoglobulin G pada hari ke 30 yang secara signifikan merespon lebih tinggi pada kelompok zinc daripada kontrol. Namun demikian, kedua kelompok tidak berbeda secara nyata dalam respon antigen-spesifik yang lain dalam plasma dan feses.
Peran Iodin dalam Proses Metabolisme
Peran fisiologi iodin dalam tubuh manusia adalah pembentukan hormon thyorid oleh kelenjar thyroid. Kebutuhan konsumsi iodium ditentukan oleh produksi T4 secara normal oleh kelenjar thyroid tanpa penekanan mekanisme trapping iodin thyroid atau meningkatnya kadar hormon stimulasi thyroid (TSH). Iodin digunakan kelenjar thyroid untuk sintesa hormon thyroid, dan pengeluaran iodin urine dari ginjal. Ekskresi iodin urine merupaka indikator yang baik bagi asupan iodin (Gibson, 2005). Pada kondisi normal dimana secara klinis tidak terjadi kekurangan iodin atau bentuk gondok endemik maupun kretinisme, maka ekskresi iodium urine menunjukkan rata-rata kebutuhan iodium per hari. Indeks yang penting untuk menentukan kebutuhan iodin adalah T4 dalam serum dan kadar TSH (menunjukkan status thyroid yang normal) serta ekskresi iodin urine.
Aktifitas fisiologi hormon thyroid dapat dikategorikan sebagai 1) pertumbuhan dan perkembangan, 2) mengontrol proses-proses metabolisme dalam tubuh. Hormon thyroid punya peran yang besar dalam tumbuh-kembang otak dan sistem syaraf pusat pada manusia dari usia 15 minggu kehamilan sampai dengan usia anak 3 tahun. Jika kekurangan iodin terjadi pada periode tersebut dan menyebabkan hormon thyroid defisit, mempunyai konsekuensi gangguan
(41)
perkembangan otak dan sistem syaraf pusat. Gangguan yang terjadi tidak dapat diperbaiki, dan hal yang serius akan terjadi kretinisme. Penanganan pada bayi yang menderita defisiensi iodin akan berhasil bila diberikan sedini mungkin yaitu sejak bayi memasuki usia 3 bulan (Widodo, 2009). Hasil observasi yang dilakukan Balai Penelitian GAKI Borobudur Magelang sejak tahun 2000 terhadap 20 bayi perineonatus, menunjukkan bahwa pemberian hormon thyroxine sejak usia 3 bulan mempunyai keberhasilan yang tinggi. Ssebesar 98% bayi mampu mencapai perkembangan normal dengan pemberian hormon thyroxine setiap hari dalam bentuk tablet hormon lypothyroxine dengan dosis 0.2 mg per kg berat (Widodo, 2009).
Peran fisiologi yang lain dari hormon thyroid adalah mengontrol beberapa proses metabolisme dalam tubuh. Termasuk karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Sebagai contoh hormon thyroid meningkatkan produksi energi. Lipolysis, dan mengatur neuglucogenesis dan glycolisis. Anjuran untuk usia 7-12 bulan sebesar 15 mcg/kgBB/hari, dengan batas anjuran maksimal sebesar 140 mcg/kgBB/hari (Shils et al., 2006).
Tepung Pury dari Pupa Ulat Sutera Mulberry
Pupa adalah bagian isi dari kokon yang merupakan produk sampingan dari industri pembudidayaan ulat sutera. Pupa telah dimanfaatkan sebagai pangan di negara-negara Asia dalam bentuk tepung. Di Hongkong, China, Korea dan Jepang dijual sebagai makanan komersial untuk sumber protein hewani dalam sup dan saus, yang merupakan makanan khusus bagi diet penderita jantung dan diabet karena kandungan kolesterol yang rendah (Singhal et al, 2001). Pupa jenis tussah digunakan sebagai obat penurun kolesterol dan tekanan darah karena mengandung lebih dari 70% asam lemak tak jenuh ganda dan untuk obat hepatitis karena mengandung 36% asam amino esensial (Huang, 2001).
Pupa yang berasal dari ulat sutra Mulberry yang dibuat tepung (powder) selanjutnya disebut ’Pury’ (Astuti dan Kusharto, 2009) berpotensi sebagai sumber pangan yang bergizi dan dapat digunakan sebagai alternatif bahan formula MPASI. Rata-rata produksi kokon nasional tahun 2005 sebesar 250 ton yang
(42)
menghasilkan 31.25 ton (12.5%) benang sutera (Kaomini, 2006a). Artinya bahwa hanya 12.5% dari total kokon yang dimanfaatkan, sedangkan sisanya 87.5% termasuk pupa merupakan limbah yang bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan cemaran lingkungan (udara dan air) bagi penduduk sekitar sentra industri sutera. Melalui teknologi sederhana, limbah pupa hasil samping produksi sutera dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang mempunyai nilai gizi dan ekonomi serta ramah lingkungan. Setengah dari limbah pupa akan menghasilkan liquid pupa untuk tepung Pury dan setengahnya sebagai pakan ternak baik unggas maupun ikan, sehingga tidak ada limbah yang tersisa yang mencemari lingkungan.
Secara budaya, daya terima pupa Mulberry di India bagian Timur mencapai + 24.6% pada kelompok usia 21-30 tahun keatas (P>0.05). Alasan mengapa pupa diterima responden di India adalah karena memang secara tradisi sudah diterima (83.4%), alasan rasa (70.3%), menambah variasi dalam diet (55.0%) dan 43.9% karena alasan ketersediaan. Walau tidak biasa dimakan, adanya makanan dari pupa secara lokal dapat digunakan sebagai bahan pengganti yang secara budaya mempunyai daya terima dan nilai gizi tinggi serta dapat digunakan sebagai makanan alternatif yang berpotensi bagi penduduk yang kurang gizi (Mishra et al, 2006).
Tabel 8 Komposisi zat gizi pupa ulat sutera
Komposisi Berat kering (%)
Moisture Chitin Crude protein
Water soluble protein Carbohydrat
Amino Acid Minerals Potassium Sodium Calsium Phosporus Vitamin C
9.88 4.30 71.75 26.10 6.85 27.35
7.13 1.86 0.07 4.44 0.68 187.70 (µg/g)
(43)
Bose dan Majunder (1990) dalam Singhal et al (2001) melaporkan bahwa tepung pupa terdiri dari air 7.18%; fat 29.57%; protein 48.98%; glycogen 4.65%; chitin 3.37%; abu 2.19% dan lainnya seperti vitamin 3.7% . Keunggulan dari pupa terutama adalah protein dan asam lemak tak jenuh, juga vitamin dan mineral serta asam amino esensial maupun non-esensial yang sangat dibutuhkan bagi tumbuh-kembang anak. Komposisi zat gizi secara lengkap dari pupa ulat sutera dapat dilihat pada Tabel 8 sedangkan komposisi asam amino pada Tabel 9.
Tabel 9 Komposisi Asam Amino dari pupa ulat sutera dan rujukan FAO untuk protein.
Sumber protein Pupa ulat sutera Rujukan FAO
Lysine
Leucine + isoleucine Valine + methionine Threonine
Cystine Tyrosine Histidine Arginine Glutamic acid Glycine Serine Alanine Proline Cysteic acid
2.60 6.73 4.95 1.46 0.21 1.53 1.46 2.47 0.25 4.60 2.33 4.90 4.40 0.28
4.30 9.30 6.60 2.90 2.10
Nilai dihitung dalam gram per 16 gram N
Sumber : Majumder et.al (1994) dalam Singhal et.al (2001).
(44)
22
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran
Kualitas anak atau kelangsungan hidup anak yang baik tercermin dari pertumbuhan dan perkembangan yang normal yang merupakan dua proses atau peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan dan perkembangan anak secara langsung dipengaruhi cukup tidaknya asupan energi dan zat gizi serta ada tidaknya penyakit infeksi. Asupan energi dan zat gizi yang kurang dalam waktu lama menyebabkan anak mudah terserang penyakit. Adanya infeksi menyebabkan kebutuhan tubuh akan zat gizi meningkat, sementara nafsu makan menurun sehingga kesehatan tubuh semakin memburuk. Perkembangan selanjutnya dapat berpengaruh pada kecerdasan dan produktivitas kerja dimasa dewasa. Faktor penyebab tak langsung adalah pola asuh yang kurang tepat seperti pemberian ASI, MPASI, dan perawatan kesehatan bayi, ketersediaan pangan keluarga, dan pelayanan kesehatan.
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) adalah elemen penting dalam pemeliharaan bayi dan anak. SK Menkes no 450/Menkes/IV/2004 sejalan dengan rekomendasi WHO/UNICEF adalah menyusui eksklusif sejak lahir untuk 6 bulan pertama dan meneruskan bersama MPASI. Pemberian MPASI yang tepat sangat penting bagi bayi apalagi bayi yang menderita gizi kurang, untuk menjamin dan bahkan mengejar pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik seperti bayi dengan status gizi normal (Pojda and Kelley, 2000). Sehubungan dengan hal tersebut, intervensi MPASI-Pury selama 3 bulan bagi bayi mulai usia 6 atau 7 bulan dengan keadaan gizi kurang atau nyaris gizi kurang, diharapkan dapat meningkatkan secara langsung berat badan, panjang badan dan lingkar kepala serta status biokimia bayi sehingga berdampak positif pada peningkatan status gizi serta perkembangan motorik. Secara keseluruhan kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 2.
Indikator pertumbuhan fisik yang mudah diukur secara periodik (satu atau tiga bulan sekali) adalah berat badan, panjang badan dan lingkar kepala, sedangkan indikator sub klinis yang dapat menilai normal tidaknya cadangan
(45)
23
dalam darah adalah kadar zinc dalam serum dan konsentrai T4 dan TSH serum (Gibson, 2005; Benoist et al., 2007). Indikator perkembangan motorik anak khususnya pada usia dibawah satu tahun dapat diukur dengan milestone dasar menggunakan Skala Bayley III (Bayley, 2006).
KELANGSUNGAN HIDUP ANAK
INDEKS PERKEM BANGAN M OTORIK
-BB, PB, LK
-Kadar T4 serum
-Kadar TSH serum -Kadar Zn serum
INDEKS PERKEM BANGAN M OTORIK
-BB, PB, LK
-Kadar T4 serum
-Kadar TSH serum -Kadar Zn serum
Asupan Energi & Protein Asupan
Energi & Protein INFEKSI
Pola Asuh -M akanan -Kesehatan
M PASI-pury M PASI-komersial
Kualitasdan Kuantitas M PASI Pelayanan-Kesehatan Usia 11-12 bln
Usia 9-10 bln
Usia 6-7 bln
Final-OUTCOM E:
OUTCOM E2 :
OUTPUT : INPUT : P R O S E S L I N G K U N G A N L I N G K U N G A N 2bln 2bln 3bln 3bln
OUTCOM E1 :
Gambar 2 Kerangka pemikiran efikasi MPASI-Pury terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik bayi gizi kurang 6-12 bulan.
Hipotesis
1. Mutu gizi MPASI-Pury lebih baik dibanding MPASI-komersial. 2. Pemberian MPASI-Pury menghasilkan pertumbuhan fisik (Berat
Badan, Panjang Badan dan Lingkar Kepala) bayi yang lebih tinggi dibanding kelompok MPASI-komersial.
(46)
24
3. Pemberian MPASI-Pury menghasilkan perkembangan motorik bayi
(gerakan kasar dan halus berdasarkan Skala Bayley III) lebih tinggi dibanding kelompok MPASI-komersial.
Batasan Operasional
1. Bayi gizi kurang adalah adalah bayi yang mempunyai indikator berat menurut umur dengan z-skor < -2SD s/d – 3SD standar WHO 2006.
2. Bayi nyaris gizi kurang adalah bayi yang mempunyai indikator berat badan menurut umur dengan nilai z-skor – 1.5 SD s/d – 2SD.
3. Pertumbuhan fisik bayi adalah perubahan ukuran tubuh yang diukur berdasar - kan pertambahan berat badan (gram), panjang badan (cm) dan lingkar kepala (cm) . Pertumbuhan fisik diukur dua kali yaitu pada bulan ke 6 atau ke 7 dan bulan ke 9 atau ke 10.
4. Perkembangan motorik bayi adalah kemampuan bayi melakukan gerakan kasar dan gerakan halus sesuai usianya diukur berdasarkan skala Bayley III.
Pengukuran dilakukan dua kali (oleh tenaga terlatih) pada bulan ke 6 atau ke 7 dan pada bulan ke 11 atau ke 12.
5. Status Gizi adalah pertumbuhan fisik bayi 6-11 bulan yang diukur secara antro- pometri berdasarkan indeks BB/U, PB/U, BB/PB dan LK/U menggunakan z- skor dengan standar WHO 2006.
6. Status kesehatan adalah informasi tentang jenis penyakit (malaria, kecacingan, saluran pencernaan diare, campak, polio, TB, ISPA) yang diderita bayi dalam periode satu bulan terakhir, yang diperoleh melalui wawancara dengan ibu bayi dan observasi (pemeriksaan) petugas medis sebelum dan sesudah intervensi. 7. Status biokimia adalah kadar zinc, T4 dan TSH dalam serum yang
diukur oleh petugas laboratorium yang terlatih sebelum dan sesudah intervensi. 8. Asupan energi dan protein adalah jumlah energi dan protein yang dikonsumsi bayi 6-11 bulan dari makanan dan ASI yang diperoleh melalui metode recall 24 jam, yang diukur sebelum dan sesudah intervensi. Data recall kemudian diana- lisis dengan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) dan dibandingkan dengan angka kecukupan gizi sehari untuk bayi 6-11 bulan yaitu 650 kilo kalori energi dan 16 gram protein.
(47)
25
9. Status sosial ekonomi Rumah Tangga : adalah keadaan keuangan rumah tangga dalam rupiah per kapita per bulan, yang diperoleh melalui wawancara berdasar- kan rata-rata pendapatan ayah per bulan dibagi jumlah anggota keluarga.
10. Tingkat Kepatuhan : Jumlah MPASI yang dikonsumsi bayi dalam satuan bungkus perbulan dan dihitung dalam % per bulan (jumlah yang dikonsumsi dibagi yang tersedia dikalikan 100%).
(1)
99 Lampiran 13 Monitoring hasil percobaan pada hewan tikus
a.Perkembangan Berat Badan tikus (gr),
Kelompok 23-6 26-6 30-6 3-7 7-7 10-7 14-7 17-7 21-7 I
(Komersial) 1
2 3 4 5 6 7
53,5 53,7 51,0 52,5 50,0 52,1 53,5
57,0 62,1 51,1 58,2 53,5 56,1 60,4
63,3 69,3 50,8 64,5 51,2 48,5 66,5
55,9 69,4 52,9 58,0 56,5 55,7 71,9
66,2 70,2 54,9 59,4 67,1 60,3 76,0
69,4 75,5 56,8 69,5 71,5 65,1 85,0
79,5 78,2 60,7 79,8 79,3 71,4 91,7
78,9 81,3 65,8 85,3 80,0 73,1 94,8
79,6 83,6 71,9 85,4 81,3 76,6 98,1 II (Pury)
1 2 3 4 5 6 7
53.9 53,8 50,9 52,6 51,8 49,7 53,3
63,0 67,1 57,1 59,2 50,0 57,1 59,6
74,6 81,6 70,5 74,3 66,3 73,6 72,1
80,5 89,2 75,2 85,2 77,6 81,5 78,7
86,5 98,9 77,7 92,3 89,8 91,5 84,3
91,6 105,1 77,8 102,8 97,7 102,2 88,2
95,4 118,1 92,1 112,8 107,3 113,2 91,8
99,5 127,2 102,0 119,5 116,0 120,6 104,8
115,3 141,3 116,2 131,8 129,4 136,4 106,6 III(Standar)
1 2 3 4 5 6 7
53,6 52,2 51,0 52,8 51,2 53,0 54,0
66,2 71,7 59,5 59,7 61,6 58,7 79,4
77,0 82,2 68,5 70,0 77,8 72,3 88,3
81,8 91,1 76,8 77,3 82,1 79,6 95,8
91,0 101,7 86,6 88,5 93,8 89,5 107,8
102,5 110,5 97,5 99,0 104,7 98,5 120,1
124,4 120,7 117,8 115,8 117,6 116,3 130,7
132,6 130,5 123,6 122,0 120,8 118,6 142,4
136,7 139,5 144,7 137,7 135,8 134,6 157,9 IV(PureSac)
1 2 3 4 5 6 7
52,8 53,2 51,2 52,2 53,7 51,7 53,4
53,7 64,7 59,5 63,0 58,0 53,9 68,2
72,7 86,0 81,8 76,9 69,5 67,5 75,8
79,6 91,4 95,4 85,6 74,7 77,4 93,1
83,5 97,8 113,3 86,2 76,7 87,8 107,9
91,1 108,6 119,1 98,7 86,7 96,2 122,2
99,3 125,0 127,7 114,3 99,8 110,7 126,2
107,7 121,2 123,4 109,4 100,5 109,8 130,8
125,6 146,7 141,7 115,1 124,2 115,1 135,3
(2)
100 b.Perkembangan Panjang Badan (gr)
Kelompok 23-6 26-6 30-6 3-7 7-7 10-7 14-7 17-7 21-7 I
(Komersial) 1
2 3 4 5 6 7
11,5 12,2 11,2 12,5 11,5 11,0 10,8
11,7 12,6 11,7 12,7 11,8 11,9 11,6
12,0 13,0 12,5 13,0 12,0 13,0 12,0
14,0 13,8 13,5 13,6 14,0 13,6 14,1
14,8 14,1 13,7 14,3 14,3 14,0 15,0
14,9 14,3 13,9 14,6 14,8 14,3 15,4
15,0 14,6 14,1 15,2 15,3 14,5 15.6
15,2 14,9 14,2 15,7 15,6 14,8 16,0
15,5 15,7 14,6 16,3 15,8 15,4 16,8
II (Pury) 1 2 3 4 5 6 7
11,8 11,1 11,5 10,9 11,2 11,0 11,6
12,6 11,9 12,3 11,8 12,1 12,1 12,2
13,5 13,0 13,5 12,5 13,0 13,0 13,0
14,2 14,7 13,6 14,8 13,8 14,9 14,9
15,0 15,5 14,4 15,4 15,2 15,2 15,4
15,3 16,3 15,2 16,2 16,4 15,8 16,2
15,6 16,3 15,7 16,6 16,8 16,6 16,4
16,1 16,8 16,2 16,9 16,8 16,7 16,7
16,8 16,9 16,8 17,4 17,0 16,9 17,0 III(Standar)
1 2 3 4 5 6 7
11,5 11,7 11,6 11,0 11,0 11,9 11,9
12,3 12,6 12,6 11,9 12,0 12,1 12,9
13,5 13,5 13,5 13,0 13,0 12,5 14,0
15,1 15,2 15,3 15,1 14,2 15,4 15,0
15,5 15,6 15,7 15,0 15,1 15,6 15,8
16,5 16,2 16,1 16,0 15,8 15,7 17,2
17,4 16,6 16,8 16,6 16,5 16,3 17,3
17,8 17,1 17,3 16,9 16,8 16,9 18,0
18,4 17,6 17,8 16,9 17,3 16,8 18,4 IV(Pur Sac)
1 2 3 4 5 6 7
11,4 11,6 11,1 12,0 11,0 11,0 12,2
12,3 12,3 12,0 13,1 12,0 12,1 13,1
13,5 13,5 13,0 14,0 13,0 13,0 14,0
15,0 16,1 15,5 15,0 13,8 14,8 15,4
15,5 15,2 15,8 15,3 14,3 15,4 16,0
15,9 15,8 16,8 15,6 14,9 15,5 17,0
16,0 16,8 17,1 15,8 15,7 15,6 17,2
17,4 17,2 17,3 16,4 16,2 16,0 17,5
17,6 17,3 17,8 17,5 16,7 16,8 18,0
Ket : Panjang badan diukur dari ujung kepala sampai pantat, menggnakan pengukur panjang badan dengan ketelitian 0,1 cm
(3)
101 c. Perkembangan Panjang Ekor (cm)
Kelompok 23-6 26-6 30-6 3-7 7-7 10-7 14-7 17-7 21-7 I
(Komersial) 1
2 3 4 5 6 7
11,0 11,5 10,5 9,5 10,2 11,0 10,8
11,0 11,8 10,7 10,0 10,5 11,7 11,7
11,2 12,2 11,2 11,5 11,9 12,6 12,9
12,6 12,3 11,9 11,8 12,4 12,8 13,2
13,2 12,6 12,5 12,1 13,5 13,3 13,6
13,5 13,7 12,8 12,9 14,3 13,5 14,0
14,3 14,2 12,8 13,6 14,7 13,8 14,5
14,4 14,9 13,0 14,2 15,3 14,0 15,0
15,5 15,7 13,2 15,1 15,8 14,5 15,7 II (Pury)
1 2 3 4 5 6 7
10,5 10,5 10,5 11,5 11,5 11,0 11,7
11,6 11,8 11,9 12,1 12,7 12,2 12,3
13,6 13,8 13,8 13,3 14,2 13,1 13,5
13,8 14,1 14,2 14,1 14,5 13,9 13,8
14,2 14,4 14,7 14.8 15,0 14,7 14,5
14,4 14,5 15,0 15,3 15,5 15,1 15,0
14,6 14,8 15,4 15,8 15,7 15,7 15,6
14,9 15,0 15,8 16,8 16,2 15,9 16,1
15.2 15,2 16,2 17,5 17,3 16,4 16,5 III(Standar)
1 2 3 4 5 6 7
10,5 11,5 10,5 10,0 10,7 10,5 11,0
11,6 12,6 11,7 11,5 11,2 11,4 12,9
12,8 14,6 13,2 12,5 11,8 13,7 14,5
13,4 14,9 14,0 12,9 12,6 13,9 14,9
14,6 15,3 14,8 13,4 13,2 14,2 15,5
15,1 15,5 15,0 14,5 13,8 14,6 16,0
15,8 15,9 15,6 14,9 14,7 15,5 16,5
16,9 16,4 16,2 15,8 15,5 15,9 17,3
17,5 16,5 16,7 16,7 16,1 16,2 17,9 IV(Pur Sac)
1 2 3 4 5 6 7
11,0 11,0 10,1 11,2 10,3 10,7 11,5
11,5 12,4 12,8 11,6 11,6 11,2 12,4
12,2 13,1 13,5 12,8 12,8 12,7 13,1
12,9 13,6 13,8 13,0 12,9 13,0 13,6
14,0 14,3 14,5 13,5 13,1 13,4 14,0
14,8 14,7 15,1 13,8 13,8 13,8 15,7
15,2 15,1 15,6 14,1 14,5 14,4 16,9
15,5 15,4 16,1 14,8 14,8 14,9 17,3
15,8 15,5 16,4 15,7 15,2 15,5 17,4
Ket : Panjang ekor diukur mulai dari pangkal ekor sampai ujung ekor, menggnakan pengukur panjang badan dengan ketelitian 0,1 cm
(4)
102 d. Ransum Percobaan untuk PER
Ransum Percoban MP ASI Komersil (gr)
MP ASI Pury (gr)
Ransum Standar (gr)
* Formula 900 500 520
Minyak 40 35 35
Pati jagung 55 460 440
Sellulose 5 5 5
* Formula adalah bahan dasar, didapat dari ransum yang digunakan untuk uji. Analisis ransum untuk PER mengandung + 10 % protein, + ,10 % lemak, serat kasar + 2 % , abu sekitar 5 % dan sisanya karbohidrat
Protein Eficiency Ratio (PER) dihitung dengan rumus Pertambahan Berat Badan PER = ---
Protein yang dikonsumsi MP
ASI Kom
Kenaikan berat badan (gr)
Konsumsi makanan (gr)
PER
1 26,1 178,3 1,5
2 29,9 179,9 1,7
3 20,9 154,3 1,4
4 32,9 230,2 1,5
5 31,3 212,8 1,5
6 24,5 147,2 1,7
7 44,6 240,8 1,9
Rataan + SD MP ASI Pury
Kenaikan berat badan (gr)
Konsumsi makanan (gr)
PER
1 61,4 207,2 2,8
2 87,2 226,2 3,7
3 65,3 211,9 3,0
4 79,2 244,8 3,1
5 77,6 229,4 3,3
6 86,7 246,8 3,4
7 53,3 189,3 2,7
Rataan + SD
Ransum Standar
Kenaikan berat badan (gr)
Konsumsi makanan (gr)
PER
1 83,1 243,7 3,4
2 87,3 240,2 3,6
3 93,7 250 3,7
4 84,9 254,3 3,3
5 84,6 247,3 3,4
6 81,6 232,1 3,5
7 103,9 270 3,8
Rataan + SD
(5)
103 Kesimpulan : Nilai PER MP ASI Pury dari penelitian ini ternyata lebih baik
dibandingkan dengan MPASI Komersial dan tidak menimbulkan kelainan dari organ tubuh yang diperiksa pada pemeriksaan patologis anatomis..
• Dilakukan pemeriksaan patologis anatomis dari beberapa organ ( hati, ginjal, paru, jantung, limpa dan otak) , setelah pemberian ransum selama satu bulan. Organ tersebut diperiksa setelah dilakukan pembedahan.
Tidak ditemukan kelainan anatomi dari beberapa organ tersebut (t.a.a), menunjukkan bahwa ransum percobaan yang digunakan untuk konsumsi tidak menimbulkan efek samping terhadap organ tikus.
(6)
104 e. Berikut adalah berat organ (gr) dari beberapa perlakuan
Kelompok BB akhir (gr)
Hati ginjal paru jantung limpa otak
I
(Komersial) 1
2 3 4 5 6
79,6 71,9 85,4 81,3 76,6 98,1
6,2940 4.8996 6,4180 7,0820 5,4923 6,7870
0,7096 0,6394 0,8553 0,7445 0,7439 0,8924
0,8052 0,7980 0,7172 0,6870 0,7371 0,9288
0,4267 0,3403 0,4808 0,4656 0,4215 0,4884
0,2471 0,3021 0,2783 0,2181 0,3062 0,2994
1,3580 1,3893 1,3717 1,3770 1,4916 1,5151
II (Pury) 1 2 3 4 5 6
115,3 141,3 116,2 131,8 129,4 136,4
5,8085 6,7492 6,3208 6,6346 5,9564 5,4169
1,0099 1,1065 1,1445 1,1110 1,1143 1,0454
0,9362 1,1720 0,9745 1,1199 1,1877 1,0852
0,4725 0,5310 0,5190 0,5866 0,5908 0,5759
0,5276 0,5855 0,4756 0,7106 0,7373 0,3388
1,5437 1,4582 1,6106 1,5786 1,6084 1,3431
III(Standar) 1
2 3 4 5 6
136,7 139,5 144,7 137,7 135,8 134,6
6,4625 6,2229 5,0244 5,5256 5,2426 4,8872
1,3171 1,1168 1,1590 0,9776 0,9272 0,8387
1,2121 1,0304 1,2769 0,9553 0,9589 1,1686
0,6037 0,5564 0,5625 0,5194 0,5466 0,5208
0,7702 0,7627 0,4250 0,3910 0,3580 0,3470
1,5485 1,5754 1,3370 1,4076 1,3935 1,3632
IV(Pur Sac) 1
2 3 4 5 6
125,6 146,7 141,7 115,1 124,2 115,1
5,4692 6,9973 6,1646 6,4574 5,8463 6,2182
1,0372 1,2514 1,0002 1,0186 1,0227 0,9107
0,9766 1,1752 1,1832 0,9395 1,0815 1,0332
0,5090 0,5950 0,5342 0,4975 0,5107 0,4403
0,5786 0,4731 0,3345 0,3324 0,3441 0,5233
1,5423 1,5603 1,4395 1,3526 1,4535 1,4034