4. Konsep
a. Pemisahan antara zona publik, semi publik dan privasi ke dalam bentuk
penzoningan vertikal dan horizontal. b.
Zona publik diletakkan di dekat jalan raya dan pintu masuk karena zona publik merupakan zona yang berhubungan dengan orang banyak
Publik maka harus mudah di capai. c.
Zona semi publik diletakkan di area bagian dalam karena zona ini tidak berhubungan langsung dengan zona publik
d. Zona privasi di letakkan jauh dari jalan utama untuk menghindari
kebisingan agar tercapai kenyamanan dan ketenangan pengguna dan tidak semua orang bisa masuk zona privasi.
e. Servis diletakkan pada area yang dekat dengan semua kegiatan site
untuk mempermudah pelayanan.
4.5. Analisa dan Konsep Masa
4.5.1.Analisa Bentuk Dasar Masa
Atlet membutuhkan hunian yang baik agar dapat beristirahat dengan nyaman dan mebutuhkan fasilitas Olahraga yang baik agar dapat
berlatih dengan optimal. Perancangan Wisma Atlet Diabel di Surakarta terdiri dari beberapa masa bangunan yang memiliki fungsi sendiri
– sendiri.
1. Dasar Pertimbangan
a. Bentuk Masa yang menyesuaikan dengan pendekatan Arsitektur
Fungsional. b.
Bentuk Masa yang mempunyai Fleksibilitas dalam Pengolahan. c.
Bentuk Masa yang Efisien dalam penggunaan Lahan atau Site. 2.
Bentuk Dasar Segiempat
Segiempat yang berarti netral, solid, massif, kemurnian dan rasionalitas. Persegi Panjang dapat dianggap sebagai variasi bentuk Segi
Empat dengan penyimpangan penambahan panjang atau lebar. Seperti Segitiga, Segiempat merupakan bidang yang stabil pada semua sisinya dan
dinamis bila berdiri pada salah satu sisinya. Bentuk masa bangunan yang akan diterapkan pada Wisma Atlet penyanang cacat Surakarta adalah
bentuk Segi empat dan untuk kedepannya akan di kembangkan lebih lanjut. Pemilihan Segi empat didasarkan karena untuk mempermudah
pengguna atau para Atlet yang berkebuthan khusus sepeti penyandang tuna neta, agar dalam mobilitas dan sikulasi mudah mengenali kondisi
bangunan pada area Wisma dan memaksimalkan efisiensi ruang. Bentuk segi empat akan diterapkan pada perancanga hunian,seris bagi para atlet.
Berikut ini adalah tampilan bangunan yang nantinya akan digunakan sebagai referensi dalam mendesain bangunan.
Gambar 4. 19 : Konsep Bentuk Dasar Bangunan Sumber : Analisa Penulis, 2016
Gambar 4.20:Konsep Hunian Wisma Atlet penyandan cacat Sumber : Analisa Penulis, 2016
Gambar 4.21 : Contoh Interior Bangunan Lap. Olahraga Indoor Sumber : www.rio2016.comenvenuesriocentro-pavilion-4, 2016
Dalam penerapan konsep Arsitektur Fungsional pada Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta yang memiliki ciri mewujudkan bangunan
yang bersih dan murni tanpa hiasan, sederhana berupa komposisi bidang, kotak, balok, dan kubus maka,pada bangunan yang ada di Wisma Atlet
tidak ada ornament atau motif pada setiap bangunan. Keindahan pada Wisma Atlet timbul semata - mata oleh adanya fungsi dari elemen -
elemen bangunan dan bangunan terbentuk oleh bagian - bagiannya apakah dinding, jendela, pintu, atap dan lain - lain tersusun dalam komposisi dari
unsur - unsur yang semuanya mempunyai fungsi
4.5.2.Analisa Pola Tata Masa
Dasar Pertimbangan a.
Menciptakan bangunan yang ada di dalam site tercipta hubungan yang selaras, mudah dan nyaman bagi pengguna.
b. Pola sirkulasi dan pencapaian yang tidak membingungkan agar
mempermudah para penyandang cacat. c.
Hubungan aktifitas dengan fungsi kegiatan. Bentuk pola tata masa bangunan Wisma Atlet peyandang cacat di
Surakarta yang akan di ciptakan menggunakan bentuk pola radial. Bentuk radial terdiri dari atas bentuk - bentuk linier yang berkembang dari suatu
unsur inti terpusat kearah luar menuju jari - jari. Bentuk ini mengambarkan aspek - aspek pusat dan linier menjadi suatu komposisi. Posisinya yang
terpusat dapat di pertegas dengan suatu bentuk visual dominant atau dapat
digabungkan dan menjadi bagian ari lengan-lengan radailnya. Inti tersebut dapat dipergunakan baik sebagai symbol ataupun sebagai pusat fungsional
seluruh organisasi.
Gambar 4.22 : Pola Tata Masa Radal Sumber : Analisa Penuls, 2016
Sedangkan Sirkulasi yang akan di terepan pada perancangan Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta adalah pola sirkulasi linier.
Pola ini untuk memudahkan pencapaian ke ruang - ruangan. Jenis Koridor yang akan digunakan adalah koridor di tengah bangunan double loaded,
dengan pertimbangan agar dapat menampung ruangan lebih banyak dan pegguaan lahan menjad lebih efisien.
Gambar 4.23 : Pola Linier pada Hunian Sumber : Analisa Penulis, 2016
4.5.3.Analisa Zoning Bangunan
Bangunan Wisma atlet penyandang cacat di Surakarta memiliki desain bangunan dengan sirkulasi di dalamnya yang mudah dalam hal
pencapaian ke tujuan, fungsi ruang yang sesuai, kebutuhan ruang yang terpenuhi dan juga sirkulasi itu sendiri.
Berikut ini adalah fungsi ruang per lantai : Basement
: Parkir, ME, ruang karyawan, gudang dan laundry. Ground Floor : Lobby, ruang pengelola, ruang penunjang dan ruang
servis. Lantai 1
: Ruang penunjang, ruang servis dan hunian tamu. Lantai 2
: Hunian untuk pelatih dan official terbagi 2 bagian pria dan wanita.
Lantai 3 : Hunian untuk atlet wanita dan atlet cacat mental.
Lantai 4 - 7 : Hunian untuk atlet.
Gambar 4.24 : Zoning Vertikal Tapak Sumber : Analisa Penulis, 2016
4.6. Analisa Konsep Aksesibilitas