Simpulan SIMPULAN DAN SARAN

43

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Masyarakat Batak Toba identik dengan berbagai macam adat, salah satunya padan. Sebenarnya kisah padan banyak dimiliki oleh marga-marga lain namun padan yang terkenal di masyarakat adalah padan marga Nainggolan Parhusip dan Siregar Silali. Terjadinya padan di antara kedua marga tersebut diawali dengan pertukaran anak yang dilakukan oleh istri Nainggolan Parhusip dan Siregar Silali tanpa memberitahukan terlebih dahulu kepada suami mereka. Istri Siregar Silali yang tidak memiliki anak laki-laki akhirnya menukarkan borunya perempuan kepada istri Nainggolan Parhusip, begitu juga sebaliknya, istri Nainggolan Parhusip menukarkan anak laki-laki kepada istri Siregar Silali karena tidak memiliki boru perempuan. Ketika kedua suami mereka tahu bahwa anak yang bersama dengan mereka bukanlah anak kandungnya maka terucaplah sebuah perjanjian atau dalam bahasa Batak disebut dengan padan. Mohon maaf sattabi hata, jika istri Siregar Silali tidak menukarkan borunya kepada istri Nainggolan Parhusip maka tidak ada marga Siregar Silali sampai hari ini karena seorang perempuan tidak bisa menurunkan marga kepada anak-anaknya. Masyarakat Batak Toba menganut sistem patrilineal yaitu garis keturunan marga yang diturunkan ayah kepada anak-anaknya sedangkan marga Nainggolan Parhusip sendiri tidak pernah merasakan boru perempuan karena istrinya melahirkan anak laki-laki. Namun karena pertukaran anak telah terjadi di antara mereka maka bapak Nainggolan Parhusip dan Siregar Silali sama-sama 44 bisa merasakan anak laki-laki dan boru perempuan di dalam hidup mereka. Hingga saat ini masyarakat yang bermarga Nainggolan Parhusip dan Siregar Silali masih memegang teguh padan yang mereka jalani. Hal ini dapat dibuktikan bahwa memang marga Nainggolan Parhusip dan Siregar Silali tidak pernah ada yang menikah sampai sekarang karena hal itu memang tidak boleh terjadi di antara mereka.

5.2 Saran