Respons Pertumbuhan dan Produksi Sorgum (Sorghum bicolor (L.)Moench) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Kompos Kascing
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PEMBERIAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR (FMA) DAN KOMPOS KASCING SKRIPSI OLEH : JUNITA P. NAPITUPULU 080301025 BDP - AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
Universitas Sumatera Utara
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PEMBERIAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR (FMA) DAN KOMPOS KASCING SKRIPSI OLEH : JUNITA P. NAPITUPULU 080301038 BDP - AGRONOMI Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
Universitas Sumatera Utara
Judul
: Respons Pertumbuhan dan Produksi Sorgum (Sorghum bicolor (L.)Moench)
Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Kompos Kascing
Nama
: Junita P. Napitupulu
NIM : 080301025
Program Studi : Agroekoteknologi
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Ir. T Irmansyah, MP.) Ketua
(Ir. Jonis Ginting, MS.) Anggota
Mengetahui,
(Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc. PhD) Ketua Program Studi Agroekoteknologi
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT JUNITA P. NAPITUPULU: Response of sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Growth and Production by Giving Arbuskula Mycorrhiza Fungi (AMF) and Vermicompost, supervised by Ir. T. Irmansyah, MP and Ir. Jonis Ginting, MS. The aims of this research is to obtain FMA and Vermicompost dosage and the best interactions both of it for sorgum’s (Sorghum bicolor (L) Moench.) growth and production. This research was conducted in UPT BBI Tanjung Selamat village of sub-districts Sunggal, Deli Serdang Medan with altitude + 25 feet above of sea level, from May to August 2012. The design was used Randomized Block Design (RBD) of two treatment factors. The first factor is FMA dosage (0, 5, 10)g/plant. The second factor is vermicompost (0, 30, 60, 90)g/plant. The measured of parameters were plant height, number of leaves, flowering, harvest, panicle seed weight of sample, panicle seed weight of plot, of sample production, production of plot and the degree of root infection. FMA significant effect on 6, 7, 8, and 9 weeks after planting, the degree of root infection. Vermicompost significant effect on 6, 7, 8, 9 weeks after planting. Interaction between FMA and Vermicompost is significantly affect the degree of mycorrhiza infection. Keywords: FMA, Vermicompost, sorgum.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK JUNITA P. NAPITUPULU: Respons Pertumbuhan dan Produksi Sorgum (Sorghum bicolor (L.)Moench) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Kompos Kascing, dibimbing oleh Ir. T. Irmansyah, MP dan Ir. Jonis Ginting, MS. Penelitian bertujuan untuk memperoleh dosis FMA dan kompos kascing serta interaksi dari keduanya yang lebih baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench.). Penelitian ini dilaksanakan UPT BBI Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan laut, dimulai pada bulan Mei sampai bulan Agustus 2012. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah dosis FMA (0, 5, 10)g/tan. Faktor kedua adalah kompos kascing (0, 30, 60, 90)g/tan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, umur panen, bobot biji malai per sampel, bobot biji malai per plot, produksi per sampel, produksi per plot dan derajat infeksi akar. FMA berpengaruh nyata terhadap 6, 7, 8, dan 9 minggu setelah tanam, derajat infeksi akar. Kompos kascing berpengaruh nyata terhadap 6, 7, 8, 9 minggu setelah tanam. Interaksi antara FMA dan kompos kascing berpengaruh nyata terhadap derajat infeksi mikoriza. Kata kunci : FMA, kompos kascing, sorgum.
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP Junita P. Napitupulu, lahir pada tanggal 09 Juni 1990 di Galang, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, anak ke-3 dari 5 bersaudara, puteri dari ayahanda A.R Napitupulu, BSc. dan ibunda A.R Sirait. Adapun pendidikan yang pernah ditempuh hingga saat ini adalah Pendidikan Dasar di SD RK ABDI SEJATI Perdagangan lulus tahun 2002, Pendidikan Menengah Pertama di SMP RK BUDI MULIA Pematangsiantar lulus tahun 2005, Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 3 Pematangsiantar lulus tahun 2008 dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2008 melalui Ujian Masuk Bersama (UMB) pada Program Studi Agroekoteknologi. Selama menjalani perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi intra kampus Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian (2008-2012). Penulis juga pernah menjadi asisten Laboratorium Budidaya Tanaman Penyegar (2012-2013), dan Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) periode Juni 2011 sampai Juli 2011 di Perusahaan Swasta Perkebunan PP. London Sumatera, Kebun Dolok Sei Bejanggar, Lima Puluh.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respons Pertumbuhan dan Produksi Sorgum (Sorghum bicolor (L.)Moench) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Kompos Kascing” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada kedua orangtua atas segala doa dan telah membesarkan serta mendidik juga yang telah memberi dukungan serta motivasi materil spiritual serta atas semua perjuangan yang diberikan selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak Ir. T.Irmansyah, MP, sebagai ketua pembimbing dan bapak Ir. Jonis Ginting, MS., sebagai anggota pembimbing, yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan rasa sayang kepada kakanda Alfrida Napitupulu, abangda Konrad Napitupulu, adinda Feberahman Napitupulu dan Agustina Napitupulu atas segala bantuan dan doa yang diberikan kepada penulis. Terima kasih juga tidak lupa penulis ucapkan kepada Denny Siregar, teman-teman BDP 2008, adek-adek stambuk 2009-2011 khususnya Martha, Ario, Anugerah, Wilmar, Eprando, Misel, Mitra, Vivian dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaaat
Medan, Desember 2012 Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRACT ........................................................................................................i
ABSTRAK .........................................................................................................ii
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................v
DAFTAR TABEL .............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ......................................................................................1 Tujuan Penelitian ..................................................................................3 Hipotesis Penelitian...............................................................................3 Kegunaan Penelitian ..............................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ....................................................................................4 Syarat Tumbuh ......................................................................................5 Iklim .............................................................................................5 Tanah............................................................................................5 Sorgum ..................................................................................................6 Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)........................................................8 Kompos Kascing ...................................................................................12
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................16 Bahan dan Alat......................................................................................16 Metode Penelitian .................................................................................16
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan lahan ...................................................................................... 19 Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula ...................................................... 19 Penanaman ........................................................................................... 19 Aplikasi kompos kascing....................................................................... 19 Pemeliharaan Tanaman.......................................................................... 20 Penyiraman................................................................................. 20
Universitas Sumatera Utara
Penjarangan ................................................................................. 20 Penyiangan .................................................................................. 20 Pembumbunan............................................................................. 20 Pengendalian Hama dan Penyakit.............................................. 21 Panen .................................................................................................... 21 Pengeringan ........................................................................................... 21 Pengamatan Parameter .......................................................................... 21 Tinggi tanaman (cm) ................................................................... 21 Jumlah daun (helai) .................................................................... 22 Umur berbunga (hari)................................................................. 22 Umur panen (hari) ....................................................................... 22 Produksi per sampel(g) ............................................................... 22 Produksi per plot(g) .................................................................... 22 Berat biji malai per sampel (g).................................................... 23 Berat biji malai per plot (g)......................................................... 23 Derajat Infeksi akar (%) ............................................................. 23 Bobot 100 biji (g) ........................................................................ 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ......................................................................................................25 Pembahasan...........................................................................................38 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...........................................................................................48 Saran......................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................49
LAMPIRAN ......................................................................................................52
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel
Halaman
1 Rataan Tinggi Tanaman Sorgum Terhadap Pemberian FMA dan Kascing umur 6,7,8, dan 9 MST....................................................................................... 26
2 Rataan Jumlah Daun Tanaman Sorgum Terhadap Pemberian FMA dan Kascing umur 6,7,8 dan 9 MST.......................................................................... 29
3 Rataan Umur Berbunga Tanaman Sorgum Terhadap Pemberian FMA dan Kascing ............................................................................................................... 31
4 Rataan Derajat Infeksi Akar Terhadap Pemberian FMA dan Kascing.............. 32
5 Rataan Umur Panen Tanaman Sorgum Terhadap Pemberian FMA dan Kascing ............................................................................................................... 34
6 Rataan Produksi per sampel Tanaman Sorgum Terhadap Pemberian FMA dan Kascing ........................................................................................................ 35
7 Rataan Produksi per plot Tanaman Sorgum Terhadap Pemberian FMA dan Kascing ............................................................................................................... 35
8 Rataan Berat Malai per sampel Tanaman Sorgum Terhadap Pemberian FMA dan Kascing ........................................................................................................ 36
9 Rataan Berat Malai per plot Tanaman Sorgum Terhadap Pemberian FMA dan Kascing ........................................................................................................ 37
10 Rataan Bobot 100 biji Tanaman Sorgum Terhadap Pemberian FMA dan Kascing ............................................................................................................... 38
Universitas Sumatera Utara
No. Judul Gambar
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Grafik Hubungan Tinggi Tanaman Sorgum pada Umur 8 MST terhadap pemberian FMA ................................................................................................27
2 Grafik Hubungan Tinggi Tanaman Sorgum pada Umur 8 MST terhadap pemberian Kascing ............................................................................................28
3 Grafik Hubungan Jumlah Daun Tanaman Sorgum Umur 8 MST terhadap pemberian FMA ................................................................................................30
4 Grafik Hubungan Jumlah Daun Tanaman Sorgum Umur 8 MST terhadap pemberian Kascing ............................................................................................31
5 Grafik Hubungan Derajat Infeksi Akar terhadap pemberian FMA dan Kascing ..............................................................................................................33
6 Grafik Hubungan Derajat Infeksi Akar terhadap interaksi pemberian FMA dan Kascing .......................................................................................................33
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Lampiran
Halaman
1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm)……...…………. 51
2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST……………………. 51
3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST (cm)..….……………. 52
4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST……………………. 52
5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm)……...…………. 53
6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST……………………. 53
7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST (cm)..…….…………. 54
8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST……………………. 54
9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm)...………………. 55
10. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST……………………. 55
11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 7 MST (cm)………………… 56
12. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST……………………. 56
13. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST (cm)………………… 57
14. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST……………………. 57
15. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 9 MST (cm)………………… 58
16. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 9 MST……………………. 58
17. Data Pengamatan jumlah daun 2 MST (helai)…………………… 59
18. Daftar Sidik Ragam jumlah daun 2 MST……..…………………. 59
19. Data Pengamatan jumlah daun 3 MST (helai) ………………….. 60
20. Daftar Sidik Ragam jumlah daun 3 MST……..…………………. 60
21. Data Pengamatan jumlah daun 4 MST (helai)..………………….. 61
22. Daftar Sidik Ragam jumlah daun 4 MST……..…………………. 61
Universitas Sumatera Utara
23. Data Pengamatan jumlah daun 5 MST (helai)…………………… 62 24. Daftar Sidik Ragam jumlah daun 5 MST……..…………………. 62 25. Data Pengamatan jumlah daun 6 MST (helai)…………………... 63 26. Daftar Sidik Ragam jumlah daun 6 MST……..…………………. 63 27. Data Pengamatan jumlah daun 7 MST (helai)…………………… 64 28. Daftar Sidik Ragam jumlah daun 7 MST……..…………………. 64 29. Data Pengamatan jumlah daun 8 MST (helai)…………………… 65 30. Daftar Sidik Ragam jumlah daun 8 MST……..…………………. 65 31. Data Pengamatan jumlah daun 9 MST (helai)…………………… 66 32. Daftar Sidik Ragam jumlah daun 9 MST……..…………………. 66 33. Data Pengamatan umur berbunga (hari)…………………………. 67 34. Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga……………………………. 67 35. Data Pengamatan derajat infeksi akar (%)…….,………………… 68 36. Daftar Sidik Ragam derajat infeksi akar (%)….…………………. 68 37. Data Pengamatan Umur Panen (hari)……………………………. 69 38. Daftar Sidik Ragam Umur Panen……..…………………………. 69 39. Data Pengamatan Produksi per sampel (g)…...………………….. 70 40. Daftar Sidik Ragam Produksi per sampel………………………... 70 41. Data Pengamatan Produksi per plot (g)…………….……………. 71 42. Daftar Sidik Ragam Produksi per plot…………………………… 71 43. Data Pengamatan Berat Malai per sampel (g)…...………………. 72 44. Daftar Sidik Ragam Berat Malai per sampel…………………….. 72 45. Data Pengamatan Berat Malai per plot (g)…………….………… 73 46. Daftar Sidik Ragam Berat Malai per plot……………………….. 73
Universitas Sumatera Utara
47. Data Pengamatan Bobot 100 biji (g)…………….………………. 74 48. Daftar Sidik Ragam Bobot 100 biji……………………………… 74 49. Bagan penelitian ………………………………………………… 75 50. Jarak Tanam Dalam Plot………………………………………… 76 51. Jadwal Kegiatan Mingguan……………………………………… 77 52. Deskripsi Sorgum Varietas Numbu……………………………… 78 53. Dasar Perhitungan Pupuk……………………………………….. 79 54. Analisis Tanah Lahan Penelitian………………………………… 80 55. Analisis Kascing………………………………………………… 80 56. Data BMKG…………………………………………………….. 80 57. Foto Penelitian ………………………………………………….. 81 58. Foto Pengamatan Derajat Infeksi Akar …………………………. 82 59. Foto Tanaman Sampel per plot perlakuan ………………………. 83
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT JUNITA P. NAPITUPULU: Response of sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Growth and Production by Giving Arbuskula Mycorrhiza Fungi (AMF) and Vermicompost, supervised by Ir. T. Irmansyah, MP and Ir. Jonis Ginting, MS. The aims of this research is to obtain FMA and Vermicompost dosage and the best interactions both of it for sorgum’s (Sorghum bicolor (L) Moench.) growth and production. This research was conducted in UPT BBI Tanjung Selamat village of sub-districts Sunggal, Deli Serdang Medan with altitude + 25 feet above of sea level, from May to August 2012. The design was used Randomized Block Design (RBD) of two treatment factors. The first factor is FMA dosage (0, 5, 10)g/plant. The second factor is vermicompost (0, 30, 60, 90)g/plant. The measured of parameters were plant height, number of leaves, flowering, harvest, panicle seed weight of sample, panicle seed weight of plot, of sample production, production of plot and the degree of root infection. FMA significant effect on 6, 7, 8, and 9 weeks after planting, the degree of root infection. Vermicompost significant effect on 6, 7, 8, 9 weeks after planting. Interaction between FMA and Vermicompost is significantly affect the degree of mycorrhiza infection. Keywords: FMA, Vermicompost, sorgum.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK JUNITA P. NAPITUPULU: Respons Pertumbuhan dan Produksi Sorgum (Sorghum bicolor (L.)Moench) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Kompos Kascing, dibimbing oleh Ir. T. Irmansyah, MP dan Ir. Jonis Ginting, MS. Penelitian bertujuan untuk memperoleh dosis FMA dan kompos kascing serta interaksi dari keduanya yang lebih baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench.). Penelitian ini dilaksanakan UPT BBI Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan laut, dimulai pada bulan Mei sampai bulan Agustus 2012. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah dosis FMA (0, 5, 10)g/tan. Faktor kedua adalah kompos kascing (0, 30, 60, 90)g/tan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, umur panen, bobot biji malai per sampel, bobot biji malai per plot, produksi per sampel, produksi per plot dan derajat infeksi akar. FMA berpengaruh nyata terhadap 6, 7, 8, dan 9 minggu setelah tanam, derajat infeksi akar. Kompos kascing berpengaruh nyata terhadap 6, 7, 8, 9 minggu setelah tanam. Interaksi antara FMA dan kompos kascing berpengaruh nyata terhadap derajat infeksi mikoriza. Kata kunci : FMA, kompos kascing, sorgum.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN Latar belakang
Sorgum (Sorghum bicolor L.Moench) merupakan salah satu tanaman bahan pangan penting di dunia. Kebanyakan produksinya digunakan sebagai bahan makanan, minuman, makanan ternak, dan kepentingan industri. Tanaman sorgum merupakan sumber karbohidrat yang mudah dibudidayakan. Dalam setiap 100 gram sorgum, terkandung 73,0 g karbohidrat dan 332 kal.kalori, serta nutrisi lainnya, seperti protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B1 dan air (Rukmana dan Oesman, 2001).
Cendawan mikoriza merupakan cendawan obligat, dimana kelangsungan hidupnya berasosiasi akar tanaman dengan sporanya. Spora berkecambah dengan membentuk apressoria sebagai alat infeksi, dimana infeksinya biasa terjadi pada zone elongation. Proses ini dipengaruhi oleh anatomi akar dan umur tanaman yang terinfeksi. Hifa yang terbentuk pada akar yaitu interseluler dan intraseluler dan terbatas pada lapisan korteks, dan tidak sampai pada stele. Hifa yang berkembang diluar jaringan akar, maka berperan terhadap penyerapan unsur hara tertentu dan air (Talanca dan Adnan, 2005).
Menurut Khrisnawati (2001), kascing merupakan tanah bekas pemeliharaan cacing merupakan produk samping dari budidaya cacing tanah yang berupa pupuk organik sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu suatu hormon seperti giberelin, sitokinin, dan auxin mengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta
Universitas Sumatera Utara
Azobacter sp yang merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang membantu memperkaya unsur N yang diperlukan oleh tanaman.
Tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa bermikoriza. Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara baik unsur hara makro maupun mikro. Selain daripada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman. Penggunaan inokulum yang tepat dapat menggantikan sebagian kebutuhan pupuk. Tanaman yang bermikoriza (endo-mikoriza) dapat menyerap pupuk P lebih tinggi (10-27%) dibandingkan dengan tanaman yang tidak bermikoriza (0.4-13%). Penelitian terakhir pada beberapa tanaman pertanian dapat menghemat penggunaan pupuk nitrogen 50%, pupuk phosfat 27% dan pupuk kalium 20% (Madjid, 2009).
Mengingat begitu luasnya lahan kritis serta laju degradasi lahan yang semakin tinggi, maka usaha-usaha untuk restorasi dan menekan laju lahan kritis sudah menjadi kebutuhan yang mendesak. Usaha konservasi tanah dan air secara fisik, kimia dan biologi sudah banyak dilakukan, namun hasil yang diperoleh belum optimal. Oleh karenanya upaya lain harus diusahakan sebagai pelengkap dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Salah satu diantaranya adalah pemanfaatan mikoriza yang diyakini mampu memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Subiksa, 2010).
Dari uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian ini untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi sorgum terhadap pemberian mikoriza vesicular arbuskular dan pupuk kompos kascing.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian Untuk memperoleh dosis FMA dan Kompos Kascing serta interaksi dari
keduanya yang tepat untuk pertumbuhan dan produksi tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench). Hipotesis Penelitian
Ada respons pertumbuhan dan produksi pada Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) akibat pemberian beberapa dosis FMA dan kompos kascing serta interaksi dari kedua faktor tersebut. Kegunaan Penelitian
Untuk mendapatkan data dalam penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi tentang dosis FMA dan kompos kascing yang tepat, yang mampu memberikan pertumbuhan dan produksi sorgum yang maksimal bagi pihak yang memerlukan.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Tanaman sorgum dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class: Monocotyledonae, Ordo: Poales, Family: Graminaceae, Genus: Sorghum, Species: Sorghum bicolor L. (Duljapar, 2000).
Bagian tanaman diatas tanah tumbuh lambat sebelum perakarannya berkembang dengan baik. Sistem perakarannya terdiri atas akar-akar seminal (akar-akar primer) pada dasar buku pertama pangkal batang, akar-akar koronal (akar-akar pada pangkal batang yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akar-akar yang tumbuh dipermukaan tanah). Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder 2 kali lipat dari jagung (http://www.deptan.go.id, 2008).
Batang hermada atau sorgum lurus, berwarna hijau dan beruas-ruas. Panjang ruas antara 15-20 cm. Diameter batang antara 0,8-1 cm, bila batang di potong melintang akan tampak bahwa batang tidak berlubang. Warna batang bagian dalam, putih seperti gabus (Duljapar, 2000).
Luas permukaan daun tanaman sorgum hanya setengah dari daun tanaman jagung. Permukaan daunnya dilapisi oleh lapisan lilin dan dapat menggulung bila mengalami kekeringan. Proses evavorasi pada sorgum kira-kira setengah dari jagung (Departemen Pertanian, 1990).
Yang membedakan jagung dengan sorgum adalah bunga jantan dan betina berada pada ujung tangkai. Malai dapat lepas dan terbuka, dan relatif tebal. Sekitar 95 % bunga sorgum menyerbuk sendiri (Metcalfe and Elkins, 1980).
Universitas Sumatera Utara
Warna dari biji sorgum bervariasi tergantung kultivar dan jenisnya ada yang berwarna putih hingga berwarna kekuningan dari merah hingga berwarna coklat gelap. Warna pigmen dari biji berasal dari pericarp atau testa bukan dari endosperm. Endosperm pada sorgum berwarna putih sama seperti yang terdapat pada jagung putih. Ukuran biji bervariasi tergantung varietas dan jenis dengan ukuran biji kira-kira 12.000-60.000 biji/pound (Metcalfe and Elkins, 1980). Syarat Tumbuh Iklim
Sorgum adalah salah satu tanaman yang kuat dan mampu bertahan pada iklim yang ekstrim lebih dari tanaman serelia lain. Sorgum dapat bertahan pada bermacam-macam temperatur dari 15,50 C-40,50 C. dengan curah hujan sekitar 35-150 cm pertahunnya (Thakur, 1980).
Sepanjang hidupnya tanaman sorgum memerlukan sinar matahari penuh. Oleh karena itu, saat tanam yang cocok adalah musim kemarau (Duljapar, 2000).
Menurut hasil penelitian, lahan yang cocok untuk pertumbuhan yang optimum untuk pertanaman sorgum adalah: suhu optimum 230-300 C, kelembaban relatif 20% - 40% dan suhu tanah ± 250 C dan ketinggian tempat ≤ 800 m dpl (http://www.deptan.go.id, 2008).
Angin membantu dalam penyerbukan, namun angin yang terlalu kencang dapat merugikan, karena merusak daun dan mematahkan batang pokok (Duljapar, 2000). Tanah
Salah satu yang mendukung pada pengolahan lahan sorgum adalah tanah liat berlempung yang kaya akan humus. Sorgum tidak akan tumbuh dengan baik
Universitas Sumatera Utara
pada tanah yang tergenang atau pada tanah rawa. Walaupun sorgum lebih mampu bertahan pada kondisi air yang tergenang dibandingkan dengan tanaman jagung namun drainase yang baik lebih cocok ntuk pertumbuhannya (Thakur, 1980).
Selain persyaratan diatas sebaiknya sorgum jangan ditanam di tanah podsolik merah kuning yang masam, namun untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimal perlu dipilih tanah ringan atau mengandung pasir dan bahan organik yang cukup. Tanaman sorgum dapat beradaptasi pada tanah yang sering tergenang air pada saat banyak turun hujan apabila sistem perakarannya sudah kuat (http://www.deptan.go.id, 2008). Sorghum
Sorgum merupakan tanaman yang sangat berpotensi untuk dikembangkan karena dapat menjadi salah satu tanaman yang mampu memenuhi kebutuhan pangan, industri dan sumber energi. Sorgum mempunyai potensi sebagai bahan baku bioetanol yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Sorgum merupakan tanaman pangan alternative yang sangat produktif dan memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan lebih lanjut. Menurut Gebe (2008) menyatakan bahwa sorgum mampu menggantikan premium sebagai bahan bakar minyak alternatif karena batangnya mampu menghasilkan etanol berkadar 96%.
Menurut Singgih dan Hamdani (1998), sorgum merupakan salah satu tanaman penting sebagai bahan baku pakan ternak. Produksi sorgum perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan atau pakan. Biji sorgum memiliki kualitas nutrisi yang sebanding dengan biji-bijian lainnya. Sebagai perbandingan, biji sorgum mempunyai kandungan nutrisi yang hampir sama dengan biji jagung, sehingga dapat menggantikan jagung yang sewaktu-waktu
Universitas Sumatera Utara
sulit dicari di pasaran. Selanjutnya Ismail dan Kodir (1977), menyatakan bahwa pembudidayaan tanaman sorgum relatif lebih mudah, tidak memerlukan tanah yang subur, dan relatif toleran kekeringan. Biji sorgum mengandung 9,8% protein dan 2,3% lemak sedangkan biji jagung mengandung 9,4% protein dan 4,2% lemak. Oleh karena itu, sorgum layak dipertimbangkan sebagai sumber pangan dan pakan. Tepung sorgum relatif baik sebagai bahan baku (Aluko dan Ohegbemi, 1989) atau campuran dengan tepung terigu untuk roti tawar, roti biasa, atau biskuit. Sorgum dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan baku gula sirup (Mudjisihono, 1991).
Menurut Beti dkk (1990) dan Sudaryono (1996), tantangan pengembangan sorgum meliputi aspek teknologi budidaya dan pascapanen serta jaminan pasar dan permintaan. Walaupun teknologi budidaya sorgum spesifik lokasi belum tersedia, teknologi budidaya sorgum hampir sama dengan jagung, sehingga tantangan yang paling mendasar adalah penyediaan teknologi pasca panen baik primer maupun sekunder serta jaminan pasar dan permintaan.
Menurut Anonim (1996); Sudaryono (1996), secara umum masalah utama dalam pengembangan sorgum adalah sebagai berikut: 1) Nilai keunggulan komparatif dan kompetitif ekonomi sorgum relative rendah
dibandingkan komoditas serealia lain. 2) Pascapanen sorgum (peralatan dan pengolahan) pada skala rumah tangga masih
sulit dilakukan. 3) Pangsa pasar sorgum belum kondusif, baik di tingkat regional maupun
nasional.
Universitas Sumatera Utara
4) Penyebaran informasi serta pembinaan usaha tani sorgum di tingkat petani belum intensif.
5) Biji sorgum mudah rusak selama penyimpanan. 6) Ketersediaan varietas yang disenangi petani masih kurang. 7) Penyediaan benih belum memenuhi lima tepat (jenis, jumlah, mutu, waktu, dan
tempat). Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (1996), menyatakan
bahwa untuk menciptakan sistem agribisnis dan agroindustri sorgum, ketersediaan teknologi mutlak diperlukan, yang meliputi teknologi budidaya serta pascapanen/ pengolahan. Dengan demikian terdapat peluang untuk meningkatkan ekspor sorgum ke luar negeri. Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Fungsi akar dalam memanfaatkan air dan unsur hara dapat ditingkatkan salah satunya dengan memberikan mikroorganisme seperti mikoriza. Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) sejenis jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman yang mampu meningkatkan serapan unsur hara dan meningkatkan efisiensi penggunaan air tanah sehingga mempunyai laju pertumbuhan vegetatif yang lebih cepat dan resisten terhadap serangan patogen peningkatan pertumbuhan oleh mikoriza dikarenakan mikoriza dapat meningkatkan serapan N, P dan, K. Kehadiran mikoriza pada tanah dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air, meningkatkan nilai tegangan osmotik sel-sel tanaman pada tanah yang kadar airnya cukup rendah, sehingga tanaman dapat melangsungkan kehidupannya (Tirta, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Ada sebagian jenis isolat MVA yang tidak berpengaruh terhadap pertambahan jumlah daun adalah Gigaspora sp, G. manihotis, Glomus sp. Pada penelitian ini jenis mikoriza yang dipakai adalah Glomus etunicatum, Acaulospora sp, Gigaspora sp, G. manihotis dan Glomus sp. Menurut pernyataan Sitrianingsih (2010), menyatakan bahwa dalam penelitian ini hanya sebagian kecil jenis mikoriza yang yang memiliki pengaruh terhadap pertambahan jumlah daun pada tanaman, maka dimungkinkan pemberian MVA tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertambahan jumlah daun.
Efektivas setiap jenis CMA selain tergantung dari jenis CMA itu sendiri juga sangat tergantung dari jenis tanaman dan jenis tanah serta interaksi antara ketiganya. Menurut Brundrett dkk (1996), bahwa setiap jenis tanaman memberikan tanggap yang berbeda terhadap CMA, demikian juga dengan jenis tanah, berkaitan erat dengan pH dan tingkat kesuburan tanah. Setiap CMA mempunyai perbedaan dalam kemampuannya meningkatkan penyerapan hara dan pertumbuhan, sehingga akan berbeda pula efektivasnya dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman di lapangan.
Menurut Sinwin dkk, (2001) ; dan Sitrianingsih, (2010), yang menyatakan bahwa pengambilan nitrogen, phospor,dan potasium dibatasi oleh tingkat difusi dari masing-masing nutrien di dalam tanah. Namun dengan adanya MVA dapat meningkatkan pengambilan nutrient melalui difusi nutrien dari dalam tanah ke akar karena bidang penyerapan oleh hifa MVA yang lebih luas, sehingga pertumbuhan tanaman yang diinokulasi MVA akan lebih baik daripada tanaman yang tidak diinokulasi MVA.
Universitas Sumatera Utara
Selain faktor unsur hara, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap waktu munculnya bunga. Kondisi lingkungan di tempat penelitian pada masa vegetatif tanaman bersuhu tinggi. Pada suhu yang tinggi kelembaban pun juga tinggi. Hal ini membuat tanaman sulit berpindah dari fase vegetatif menuju fase generatif. Pada kondisi ketersediaan air yang tinggi, maka tanaman melakukan aktivitas maksimal untuk menyerap hara dan air, agar dapat mengakumulasikan cadangan makanan dan menyimpan energi sebanyak-banyaknya. Dengan air dan nitrogen yang melimpah, titik tumbuh apikal lebih aktif, sehingga pertumbuhan vegetatif lebih dominan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitrianingsih (2010), yang menyatakan bahwa masa vegetatif terus berlangsung sampai masa generatif yang diawali dengan pembentukan bunga diikuti pembentukan dan pengisian buah, pembentukan biji, polong atau sejenisnya, kemudian diakhiri dengan masa pemasakan. Selain faktor kelembapan juga ada faktor hama yang menghambat proses munculnya bunga pada tanaman sorgum.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa mikoriza mempunyai peranan dalam hal pengendalian penyakit tanaman. Menurut Linderman (1988), menduga bahwa mekanisme perlindungan mikoriza terhadap patogen berlangsung sebagai berikut: 1) cendawan mikoriza memanfaatkan karbohidrat lebih banyak dari akar, sebelum dikeluarkan dalam bentuk eksudat akar, sehingga patogen tidak dapat berkembang, 2) terbentuknya substansi yang bersifat antibiotik yang disekresikan untuk menghambat perkembangan patogen, 3) memacu perkembangan mikroba saprofitik disekitar perakaran.
Menurut penelitian Setiadi (1991), salah satu pengaruh positif adanya infeksi MVA yaitu dapat meningkatkan retensi tanaman terhadap kekurangan
Universitas Sumatera Utara
air, anakan yang akarnya terinfeksi oleh MVA, cepat pulih dan dapat tumbuh dengan baik dalam pembibitan, hal ini disebabkan MVA mampu meningkatkan kapasitas absorbsi air pada tanaman inang. Sedangkan menurut Sastrahidayat dkk (2001), melaporkan bahwa pada tanaman jagung, akibat pemberian mikoriza MVA Gigospora margarita berat tongkol kering jemur dan berat pipilan kering lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa mikoriza. Hal ini diakibatkan oleh hifa-hifa external jamur MVA dapat membantu penyerapan air maupun unsur-unsur hara yang digunakan dalam proses metabolisme di dalam tubuh tanaman sehingga dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan organ-organ produktif. Inokulasi 10 g spora mikoriza ditambah tanah bermesilia jamur Scleroderma sp 5% dari volume wadah memberikan pengaruh nyata terhadap diameter batang, tinggi tanaman, kekokohan semai, kandungan air relatif, indek kualitas semai dan berat kering total pada bibit meranti merah.
Penelitian Bintoro dkk (2000) dilakukan untuk mengetahui respon tanaman jagung terhadap inokulasi jamur Mikoriza Vesikular Arbuskular dan sludge cair di tanah Andisol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inokulasi mikoriza memberikan hasil yang terbaik terhadap hampir semua parameter meningkatkan kandungan P dalam jaringan tanaman, efisiensi penyerapan P, mempercepat umur berbunga tanaman jagung, meningkatkan N tanah setelah percobaan, dan meningkatkan hasil tanaman jagung. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Tropika (2007), penggunaan mikoriza sebagai alat biologis dalam bidang pertanian dapat memperbaiki pertumbuhan, produktivitas, dan kualitas tanaman tanpa menurunkan kualitas ekosistem tanah.
Universitas Sumatera Utara
Kompos Kascing Dewasa ini, pemanfaatan pupuk organik atau yang dikenal dengan istilah
pertanian alami (back to nature farming) dan pupuk hayati banyak dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk anorganik sekaligus untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan pupuk anorganik yang beranalisis tinggi. Salah satu pupuk organik yang banyak digunakan adalah pupuk kascing (Sirwin dkk, 2007).
Dalam penelitian Hameeda dkk (2007), dosis kompos juga sangat berpengaruh bagi pertumbuhan dan hasil tanaman, karena selain sebagai sumber unsur hara bagi tanaman, kompos juga sebagai tempat berkembangnya jutaan mikroorganisme tanah yang bersifat membantu pertumbuhan tanaman. Kompos menunjukkan perbaikan dalam pertumbuhan tanaman pada dosis 2,5 dan 5 ton per hektar. Namun, penambahan mikoriza bersama dengan kompos pada konsentrasi yang lebih tinggi menurunkan pertumbuhan tanaman.
Karbohidrat dihasilkan tanaman dari proses fotosintesis yang bermula dari karbondioksida. Karbohidrat pada tanaman digunakan sebagai cadangan makanan untuk pertumbuhan dan dampaknya secara langsung mempengaruhi fisiologis tanaman. Menurut pernyataan Murbandono (1995), bahwa pemberian kompos akan memperbaiki sifat fisik tanah yang menyebabkan tanah lebih gembur dan kandungan airnya lebih tinggi, sehingga proses pengambilan unsur hara dan air dari akar ke daun berlangsung lebih baik. Dengan terbentuknya daun, maka aktifitas fotosintesis akan berlangsung, sehingga dibutuhkan unsur hara yang tersedia bagi tanaman. unsur hara yang tersedia akan menunjang pertumbuhan tanaman khususnya pada pertumbuhan vegetatif. Sedangkan menurut pendapat
Universitas Sumatera Utara
Basuki (2000), menyatakan bahwa kompos digunakan dengan maksud memperbaiki sifat-sifat fisik tanah, yaitu memperbaiki struktur tanah, daya resap air hujan, daya mengikat air, tata udara tanah dan ketahanan terhadap erosi yang semakin baik. Pemberian pupuk kompos memberi respon yang positif terhadap pertumbuhan tanaman.
Bahan organik mempunyai peranan penting dalam mempertahankan kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Tanah yang kaya bahan organik bersifat lebih terbuka/sarang sehingga aerasi tanah lebih baik dan tidak mudah mengalami pemadatan dibandingkan dengan tanah yang mengandung bahan organik rendah. Tanah yang kaya bahan organik relatif lebih sedikit hara yang terfiksasi mineral tanah sehingga yang tersedia bagi tanaman lebih besar. Hara yang digunakan oleh mikroorganisme tanah bermanfaat dalam mempercepat pelepasan hara (Susanto, 2002).
Tanaman telah dapat menyerap unsur hara yang tersedia, jadi walaupun diberi unsur hara dengan dosis yang lebih tinggi, kemampuan tanaman tersebut untuk menyerap lagi tidak bisa sehingga terlihat perbedaannya. Dimana kandungan P dalam tanah tinggi dan pemberian pupuk kascing yang diberi juga tinggi sehingga membuat menurunkan hasil produksi yang dihasilkannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tuherkih dan Sipahutar (2008), yang menyatakan bahwa pemupukan P yang dilakukan terus menerus tanpa menghiraukan kadar P tanah yang sudah jenuh telah pula mengakibatkan menurunnya respon tanaman terhadap pemupukan P. Dimana peran unsur P berperan dalam pengisian biji. Hal ini sejalan dengan pernyataan Kartasapoetra dan Sutedja (2005), yang menyatakan bahwa peranan Fosfor untuk tanaman adalah dapat menyerap dan memperkuat
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman muda umumnya, dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah dapat meningkatkan produksi biji-bijian.
Kompos merupakan salah satu bahan organik yang cocok dimanfaatkan untuk peningkatan produksi tanaman, dan pada dosis tertentu dimana kadar dan organik sangat menentukan kecocokan alami untuk pertanaman dan menghasilkan senyawa yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Ngadiman dkk (1992), yang menyatakan bahwa masukan bahan organik ke dalam tanah (pupuk organik) selain memasok berbagai macam hara tanah juga berdaya membenahi sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Kadar dan kualitas bahan organik didalam tanah sangat menentukan kecocokan alami untuk pertanaman, sehingga harkatnya perlu dipertahankam pada kisaran tertentu dengan pasokan bahan organik. Ini didukung juga dari literatur Isroi (2007) yang menyatakan bahwa kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan organ vegetatif akan mempengaruhi hasil tanaman. Semakin besar atau kecilnya pertumbuhan organ vegetatif yang berfungsi sebagai penghasil asimilat (source) akan meningkatkan atau menurunkan pertumbuhan organ pemakai (sink) yang akhirnya akan memberikan hasil produksi yang semakin besar atau sedikit juga.
Kompos merupakan sisa-sisa organik yang telah mengalami dekomposisi sehingga dapat dipakai sebagai pupuk. Kompos dibuat dari bahan organik yang
Universitas Sumatera Utara
berasal dari bermacam-macam sumber. Dengan demikian, kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi tanaman. Kompos kascing memiliki spesifikasi kandungan N 1,40 %, P205 4,33 %, K20 1,20 % (Hameeda dkk, 2007).
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan unit penelitian tanaman pangan di Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut, dimulai pada bulan Mei sampai Agustus 2012. Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih tanaman sorgum varietas numbu (Deskripsi tanaman sorgum dapat dilihat pada Lampiran 54), kompos kascing, mikoriza (dengan komposisi tanah dan glomus serta gigaspora), insektisida (Deltamethrin dengan dosis 0,5 cc/liter), dan air untuk menyiram tanaman.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, timbangan, tugal, handsprayer, pacak sampel, pacak perlakuan, label, karung, tali plastik, ember, pisau, plastik, plakat nama, alat tulis dan kalkulator. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor perlakuan yaitu : Faktor I : Fungi Mikoriza Arbuskula (M) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu :
M0 = 0 g/tanaman (Kontrol) M1 = 5 g/tanaman M2 = 10 g/tanaman Faktor II: Pupuk Kompos Kascing yang terdiri dari 4 taraf, yaitu: K0 = 0 ton/ha (Kontrol)
Universitas Sumatera Utara
K1 = 2 ton/ha (30 g/tanaman)
K2 = 4 ton/ha (60 g/tanaman)
K3 = 6 ton/ha (90 g/tanaman)
(Hasil perhitungan pupuk dapat dilihat pada Lampiran 55)
Hasil kombinasi perlakuan sebanyak 12, yaitu :
M0K0 M 0K1
M1K0 M1K1
M2K0 M2K1
M 0K2
M1K2
M2K2
M 0K3
M1K3
M2K3
Jumlah ulangan (Blok)
: 3 ulangan
Jumlah plot/blok
: 12 plot
Jumlah plot seluruhnya
: 36 plot
Ukuran plot
: 240 cm x 145 cm
Jarak Tanam
: 60 cm x 25 cm
Jarak antar plot
: 30 cm
Jarak antar blok
: 50 cm
Jumlah tanaman/plot
: 24 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 864 tanaman
Jumlah sampel/plot
: 5 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya
: 180 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model
linear aditif sebagai berikut :
Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
i = 1,2,3
j = 1,2 ,3 k = 1,2,3,4
Universitas Sumatera Utara
Dimana: Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat FMA (C) taraf ke-j dan pengaruh
Pupuk K (K) pada taraf ke-k µ : Nilai tengah ρi : Efek dari blok ke-i αj : Efek perlakuan FMA pada taraf ke-j βk : Efek pemberian Pupuk K pada taraf ke-k (αβ)jk : Interaksi antara FMA taraf ke-j dan pemberian Pupuk K taraf
ke-k εijk : Galat dari blok ke-i, FMA ke-j dan Pupuk K ke-k
Apabila sidik ragam nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan Uji Duncan Berjarak Ganda dengan taraf 5 % (Steel dan Torrie, 1993).
Universitas Sumatera Utara
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan lahan
Lahan yang akan digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sampah lainnya. Jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm dan ukuran plot 240 cm x 145 cm (Bagan lahan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 51) dan jarak antar plot dengan parit luar 50 cm yang memanjang dari arah utara-selatan (Jarak tanam antar plot dapat dilihat pada Lampiran 52). Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Aplikasi FMA dalam bentuk media padat/pasir dilakukan pada saat tanam, dengan pemberian sebanyak 5 g dan 10 g/lubang tanam sesuai dengan perlakuan. Setelah itu ditutup dengan kompos kascing sebagai penutup tanah. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan tugal, yakni dengan cara menugal lahan yang telah digemburkan kira-kira sedalam 5 cm dari permukaan tanah kemudian dimasukkan benih sorgum sebanyak 2 benih/lubang tanam yang sebelumnya telah direndam air 10-15 menit. Jarak tanam yang digunakan adalah 60x25 cm. Aplikasi Kompos Kascing
Kompos kascing diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah secara menebar. Diaplikasikan secara bersamaan pada saat penanaman dengan cara menugal lahan disebelah lubang tanam sedalam 3-5 cm.
Universitas Sumatera Utara
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari tergantung pada kondisi lingkungan dan kelembaban tanah. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Penjarangan
Penjarangan dilakukan saat tanaman berumur dua minggu, dengan cara memotong tanaman menggunakan pisau atau gunting dan meninggalkan tanaman yang paling baik dan sehat. Sehingga pada tiap lubang tersisa satu tanaman yang terbaik untuk dipelihara hingga panen. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut dan menggunakan cangkul penyiangan disesuaikan dengan keadaan gulma di lapangan. Karena keberadaan gulma akan menjadi pesaing bagi tanaman utama dalam mendapatkan air dan unsur hara yang ada di dalam tanah atau bahkan menjadi tempat hama atau penyakit. Penyiangan gulma dilakukan 3 kali yaitu sekali sebulan. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah disekitar tanaman sorgum, kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang tanaman sorgum sehingga membentuk guludan-guludan kecil yang bertujuan untuk mengokohkan batang tanaman agar tidak mudah rebah dan merangsang terbentuknya akar-akar baru pada pangkal batang. Pembumbunan dilakukan
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanaman berumur 5 minggu sesudah tanam (MST) kemudian selanjutnya pembumbunan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan tergantung pada kondisi lapangan. Bila terjadi serangan hama, maka dilakukan penyemprotan dengan Decis EC dengan dosis 0,5 cc/liter air. Panen
Kriteria malai sorghum yang siap panen adalah bijinya keras dan jika digigit terasa tepungnya atau bersuara gemerisik apabila digerakkan. Panen dilakukan pada umur 105 HST atau setelah tanaman menunjukkan matang fisiologis seperti kadar tep
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
Universitas Sumatera Utara
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PEMBERIAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR (FMA) DAN KOMPOS KASCING SKRIPSI OLEH : JUNITA P. NAPITUPULU 080301038 BDP - AGRONOMI Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
Universitas Sumatera Utara
Judul
: Respons Pertumbuhan dan Produksi Sorgum (Sorghum bicolor (L.)Moench)
Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Kompos Kascing
Nama
: Junita P. Napitupulu
NIM : 080301025
Program Studi : Agroekoteknologi
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Ir. T Irmansyah, MP.) Ketua
(Ir. Jonis Ginting, MS.) Anggota
Mengetahui,
(Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc. PhD) Ketua Program Studi Agroekoteknologi
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT JUNITA P. NAPITUPULU: Response of sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Growth and Production by Giving Arbuskula Mycorrhiza Fungi (AMF) and Vermicompost, supervised by Ir. T. Irmansyah, MP and Ir. Jonis Ginting, MS. The aims of this research is to obtain FMA and Vermicompost dosage and the best interactions both of it for sorgum’s (Sorghum bicolor (L) Moench.) growth and production. This research was conducted in UPT BBI Tanjung Selamat village of sub-districts Sunggal, Deli Serdang Medan with altitude + 25 feet above of sea level, from May to August 2012. The design was used Randomized Block Design (RBD) of two treatment factors. The first factor is FMA dosage (0, 5, 10)g/plant. The second factor is vermicompost (0, 30, 60, 90)g/plant. The measured of parameters were plant height, number of leaves, flowering, harvest, panicle seed weight of sample, panicle seed weight of plot, of sample production, production of plot and the degree of root infection. FMA significant effect on 6, 7, 8, and 9 weeks after planting, the degree of root infection. Vermicompost significant effect on 6, 7, 8, 9 weeks after planting. Interaction between FMA and Vermicompost is significantly affect the degree of mycorrhiza infection. Keywords: FMA, Vermicompost, sorgum.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK JUNITA P. NAPITUPULU: Respons Pertumbuhan dan Produksi Sorgum (Sorghum bicolor (L.)Moench) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Kompos Kascing, dibimbing oleh Ir. T. Irmansyah, MP dan Ir. Jonis Ginting, MS. Penelitian bertujuan untuk memperoleh dosis FMA dan kompos kascing serta interaksi dari keduanya yang lebih baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench.). Penelitian ini dilaksanakan UPT BBI Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan laut, dimulai pada bulan Mei sampai bulan Agustus 2012. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah dosis FMA (0, 5, 10)g/tan. Faktor kedua adalah kompos kascing (0, 30, 60, 90)g/tan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, umur panen, bobot biji malai per sampel, bobot biji malai per plot, produksi per sampel, produksi per plot dan derajat infeksi akar. FMA berpengaruh nyata terhadap 6, 7, 8, dan 9 minggu setelah tanam, derajat infeksi akar. Kompos kascing berpengaruh nyata terhadap 6, 7, 8, 9 minggu setelah tanam. Interaksi antara FMA dan kompos kascing berpengaruh nyata terhadap derajat infeksi mikoriza. Kata kunci : FMA, kompos kascing, sorgum.
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP Junita P. Napitupulu, lahir pada tanggal 09 Juni 1990 di Galang, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, anak ke-3 dari 5 bersaudara, puteri dari ayahanda A.R Napitupulu, BSc. dan ibunda A.R Sirait. Adapun pendidikan yang pernah ditempuh hingga saat ini adalah Pendidikan Dasar di SD RK ABDI SEJATI Perdagangan lulus tahun 2002, Pendidikan Menengah Pertama di SMP RK BUDI MULIA Pematangsiantar lulus tahun 2005, Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 3 Pematangsiantar lulus tahun 2008 dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2008 melalui Ujian Masuk Bersama (UMB) pada Program Studi Agroekoteknologi. Selama menjalani perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi intra kampus Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian (2008-2012). Penulis juga pernah menjadi asisten Laboratorium Budidaya Tanaman Penyegar (2012-2013), dan Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) periode Juni 2011 sampai Juli 2011 di Perusahaan Swasta Perkebunan PP. London Sumatera, Kebun Dolok Sei Bejanggar, Lima Puluh.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respons Pertumbuhan dan Produksi Sorgum (Sorghum bicolor (L.)Moench) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Kompos Kascing” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada kedua orangtua atas segala doa dan telah membesarkan serta mendidik juga yang telah memberi dukungan serta motivasi materil spiritual serta atas semua perjuangan yang diberikan selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak Ir. T.Irmansyah, MP, sebagai ketua pembimbing dan bapak Ir. Jonis Ginting, MS., sebagai anggota pembimbing, yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan rasa sayang kepada kakanda Alfrida Napitupulu, abangda Konrad Napitupulu, adinda Feberahman Napitupulu dan Agustina Napitupulu atas segala bantuan dan doa yang diberikan kepada penulis. Terima kasih juga tidak lupa penulis ucapkan kepada Denny Siregar, teman-teman BDP 2008, adek-adek stambuk 2009-2011 khususnya Martha, Ario, Anugerah, Wilmar, Eprando, Misel, Mitra, Vivian dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaaat
Medan, Desember 2012 Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRACT ........................................................................................................i
ABSTRAK .........................................................................................................ii
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................v
DAFTAR TABEL .............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ......................................................................................1 Tujuan Penelitian ..................................................................................3 Hipotesis Penelitian...............................................................................3 Kegunaan Penelitian ..............................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ....................................................................................4 Syarat Tumbuh ......................................................................................5 Iklim .............................................................................................5 Tanah............................................................................................5 Sorgum ..................................................................................................6 Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)........................................................8 Kompos Kascing ...................................................................................12
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................16 Bahan dan Alat......................................................................................16 Metode Penelitian .................................................................................16
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan lahan ...................................................................................... 19 Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula ...................................................... 19 Penanaman ........................................................................................... 19 Aplikasi kompos kascing....................................................................... 19 Pemeliharaan Tanaman.......................................................................... 20 Penyiraman................................................................................. 20
Universitas Sumatera Utara
Penjarangan ................................................................................. 20 Penyiangan .................................................................................. 20 Pembumbunan............................................................................. 20 Pengendalian Hama dan Penyakit.............................................. 21 Panen .................................................................................................... 21 Pengeringan ........................................................................................... 21 Pengamatan Parameter .......................................................................... 21 Tinggi tanaman (cm) ................................................................... 21 Jumlah daun (helai) .................................................................... 22 Umur berbunga (hari)................................................................. 22 Umur panen (hari) ....................................................................... 22 Produksi per sampel(g) ............................................................... 22 Produksi per plot(g) .................................................................... 22 Berat biji malai per sampel (g).................................................... 23 Berat biji malai per plot (g)......................................................... 23 Derajat Infeksi akar (%) ............................................................. 23 Bobot 100 biji (g) ........................................................................ 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ......................................................................................................25 Pembahasan...........................................................................................38 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...........................................................................................48 Saran......................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................49
LAMPIRAN ......................................................................................................52
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel
Halaman
1 Rataan Tinggi Tanaman Sorgum Terhadap Pemberian FMA dan Kascing umur 6,7,8, dan 9 MST....................................................................................... 26
2 Rataan Jumlah Daun Tanaman Sorgum Terhadap Pemberian FMA dan Kascing umur 6,7,8 dan 9 MST.......................................................................... 29
3 Rataan Umur Berbunga Tanaman Sorgum Terhadap Pemberian FMA dan Kascing ............................................................................................................... 31
4 Rataan Derajat Infeksi Akar Terhadap Pemberian FMA dan Kascing.............. 32
5 Rataan Umur Panen Tanaman Sorgum Terhadap Pemberian FMA dan Kascing ............................................................................................................... 34
6 Rataan Produksi per sampel Tanaman Sorgum Terhadap Pemberian FMA dan Kascing ........................................................................................................ 35
7 Rataan Produksi per plot Tanaman Sorgum Terhadap Pemberian FMA dan Kascing ............................................................................................................... 35
8 Rataan Berat Malai per sampel Tanaman Sorgum Terhadap Pemberian FMA dan Kascing ........................................................................................................ 36
9 Rataan Berat Malai per plot Tanaman Sorgum Terhadap Pemberian FMA dan Kascing ........................................................................................................ 37
10 Rataan Bobot 100 biji Tanaman Sorgum Terhadap Pemberian FMA dan Kascing ............................................................................................................... 38
Universitas Sumatera Utara
No. Judul Gambar
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Grafik Hubungan Tinggi Tanaman Sorgum pada Umur 8 MST terhadap pemberian FMA ................................................................................................27
2 Grafik Hubungan Tinggi Tanaman Sorgum pada Umur 8 MST terhadap pemberian Kascing ............................................................................................28
3 Grafik Hubungan Jumlah Daun Tanaman Sorgum Umur 8 MST terhadap pemberian FMA ................................................................................................30
4 Grafik Hubungan Jumlah Daun Tanaman Sorgum Umur 8 MST terhadap pemberian Kascing ............................................................................................31
5 Grafik Hubungan Derajat Infeksi Akar terhadap pemberian FMA dan Kascing ..............................................................................................................33
6 Grafik Hubungan Derajat Infeksi Akar terhadap interaksi pemberian FMA dan Kascing .......................................................................................................33
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Lampiran
Halaman
1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm)……...…………. 51
2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST……………………. 51
3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST (cm)..….……………. 52
4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST……………………. 52
5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm)……...…………. 53
6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST……………………. 53
7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST (cm)..…….…………. 54
8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST……………………. 54
9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm)...………………. 55
10. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST……………………. 55
11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 7 MST (cm)………………… 56
12. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST……………………. 56
13. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST (cm)………………… 57
14. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST……………………. 57
15. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 9 MST (cm)………………… 58
16. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 9 MST……………………. 58
17. Data Pengamatan jumlah daun 2 MST (helai)…………………… 59
18. Daftar Sidik Ragam jumlah daun 2 MST……..…………………. 59
19. Data Pengamatan jumlah daun 3 MST (helai) ………………….. 60
20. Daftar Sidik Ragam jumlah daun 3 MST……..…………………. 60
21. Data Pengamatan jumlah daun 4 MST (helai)..………………….. 61
22. Daftar Sidik Ragam jumlah daun 4 MST……..…………………. 61
Universitas Sumatera Utara
23. Data Pengamatan jumlah daun 5 MST (helai)…………………… 62 24. Daftar Sidik Ragam jumlah daun 5 MST……..…………………. 62 25. Data Pengamatan jumlah daun 6 MST (helai)…………………... 63 26. Daftar Sidik Ragam jumlah daun 6 MST……..…………………. 63 27. Data Pengamatan jumlah daun 7 MST (helai)…………………… 64 28. Daftar Sidik Ragam jumlah daun 7 MST……..…………………. 64 29. Data Pengamatan jumlah daun 8 MST (helai)…………………… 65 30. Daftar Sidik Ragam jumlah daun 8 MST……..…………………. 65 31. Data Pengamatan jumlah daun 9 MST (helai)…………………… 66 32. Daftar Sidik Ragam jumlah daun 9 MST……..…………………. 66 33. Data Pengamatan umur berbunga (hari)…………………………. 67 34. Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga……………………………. 67 35. Data Pengamatan derajat infeksi akar (%)…….,………………… 68 36. Daftar Sidik Ragam derajat infeksi akar (%)….…………………. 68 37. Data Pengamatan Umur Panen (hari)……………………………. 69 38. Daftar Sidik Ragam Umur Panen……..…………………………. 69 39. Data Pengamatan Produksi per sampel (g)…...………………….. 70 40. Daftar Sidik Ragam Produksi per sampel………………………... 70 41. Data Pengamatan Produksi per plot (g)…………….……………. 71 42. Daftar Sidik Ragam Produksi per plot…………………………… 71 43. Data Pengamatan Berat Malai per sampel (g)…...………………. 72 44. Daftar Sidik Ragam Berat Malai per sampel…………………….. 72 45. Data Pengamatan Berat Malai per plot (g)…………….………… 73 46. Daftar Sidik Ragam Berat Malai per plot……………………….. 73
Universitas Sumatera Utara
47. Data Pengamatan Bobot 100 biji (g)…………….………………. 74 48. Daftar Sidik Ragam Bobot 100 biji……………………………… 74 49. Bagan penelitian ………………………………………………… 75 50. Jarak Tanam Dalam Plot………………………………………… 76 51. Jadwal Kegiatan Mingguan……………………………………… 77 52. Deskripsi Sorgum Varietas Numbu……………………………… 78 53. Dasar Perhitungan Pupuk……………………………………….. 79 54. Analisis Tanah Lahan Penelitian………………………………… 80 55. Analisis Kascing………………………………………………… 80 56. Data BMKG…………………………………………………….. 80 57. Foto Penelitian ………………………………………………….. 81 58. Foto Pengamatan Derajat Infeksi Akar …………………………. 82 59. Foto Tanaman Sampel per plot perlakuan ………………………. 83
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT JUNITA P. NAPITUPULU: Response of sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Growth and Production by Giving Arbuskula Mycorrhiza Fungi (AMF) and Vermicompost, supervised by Ir. T. Irmansyah, MP and Ir. Jonis Ginting, MS. The aims of this research is to obtain FMA and Vermicompost dosage and the best interactions both of it for sorgum’s (Sorghum bicolor (L) Moench.) growth and production. This research was conducted in UPT BBI Tanjung Selamat village of sub-districts Sunggal, Deli Serdang Medan with altitude + 25 feet above of sea level, from May to August 2012. The design was used Randomized Block Design (RBD) of two treatment factors. The first factor is FMA dosage (0, 5, 10)g/plant. The second factor is vermicompost (0, 30, 60, 90)g/plant. The measured of parameters were plant height, number of leaves, flowering, harvest, panicle seed weight of sample, panicle seed weight of plot, of sample production, production of plot and the degree of root infection. FMA significant effect on 6, 7, 8, and 9 weeks after planting, the degree of root infection. Vermicompost significant effect on 6, 7, 8, 9 weeks after planting. Interaction between FMA and Vermicompost is significantly affect the degree of mycorrhiza infection. Keywords: FMA, Vermicompost, sorgum.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK JUNITA P. NAPITUPULU: Respons Pertumbuhan dan Produksi Sorgum (Sorghum bicolor (L.)Moench) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Kompos Kascing, dibimbing oleh Ir. T. Irmansyah, MP dan Ir. Jonis Ginting, MS. Penelitian bertujuan untuk memperoleh dosis FMA dan kompos kascing serta interaksi dari keduanya yang lebih baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench.). Penelitian ini dilaksanakan UPT BBI Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan laut, dimulai pada bulan Mei sampai bulan Agustus 2012. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah dosis FMA (0, 5, 10)g/tan. Faktor kedua adalah kompos kascing (0, 30, 60, 90)g/tan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, umur panen, bobot biji malai per sampel, bobot biji malai per plot, produksi per sampel, produksi per plot dan derajat infeksi akar. FMA berpengaruh nyata terhadap 6, 7, 8, dan 9 minggu setelah tanam, derajat infeksi akar. Kompos kascing berpengaruh nyata terhadap 6, 7, 8, 9 minggu setelah tanam. Interaksi antara FMA dan kompos kascing berpengaruh nyata terhadap derajat infeksi mikoriza. Kata kunci : FMA, kompos kascing, sorgum.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN Latar belakang
Sorgum (Sorghum bicolor L.Moench) merupakan salah satu tanaman bahan pangan penting di dunia. Kebanyakan produksinya digunakan sebagai bahan makanan, minuman, makanan ternak, dan kepentingan industri. Tanaman sorgum merupakan sumber karbohidrat yang mudah dibudidayakan. Dalam setiap 100 gram sorgum, terkandung 73,0 g karbohidrat dan 332 kal.kalori, serta nutrisi lainnya, seperti protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B1 dan air (Rukmana dan Oesman, 2001).
Cendawan mikoriza merupakan cendawan obligat, dimana kelangsungan hidupnya berasosiasi akar tanaman dengan sporanya. Spora berkecambah dengan membentuk apressoria sebagai alat infeksi, dimana infeksinya biasa terjadi pada zone elongation. Proses ini dipengaruhi oleh anatomi akar dan umur tanaman yang terinfeksi. Hifa yang terbentuk pada akar yaitu interseluler dan intraseluler dan terbatas pada lapisan korteks, dan tidak sampai pada stele. Hifa yang berkembang diluar jaringan akar, maka berperan terhadap penyerapan unsur hara tertentu dan air (Talanca dan Adnan, 2005).
Menurut Khrisnawati (2001), kascing merupakan tanah bekas pemeliharaan cacing merupakan produk samping dari budidaya cacing tanah yang berupa pupuk organik sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu suatu hormon seperti giberelin, sitokinin, dan auxin mengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta
Universitas Sumatera Utara
Azobacter sp yang merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang membantu memperkaya unsur N yang diperlukan oleh tanaman.
Tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa bermikoriza. Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara baik unsur hara makro maupun mikro. Selain daripada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman. Penggunaan inokulum yang tepat dapat menggantikan sebagian kebutuhan pupuk. Tanaman yang bermikoriza (endo-mikoriza) dapat menyerap pupuk P lebih tinggi (10-27%) dibandingkan dengan tanaman yang tidak bermikoriza (0.4-13%). Penelitian terakhir pada beberapa tanaman pertanian dapat menghemat penggunaan pupuk nitrogen 50%, pupuk phosfat 27% dan pupuk kalium 20% (Madjid, 2009).
Mengingat begitu luasnya lahan kritis serta laju degradasi lahan yang semakin tinggi, maka usaha-usaha untuk restorasi dan menekan laju lahan kritis sudah menjadi kebutuhan yang mendesak. Usaha konservasi tanah dan air secara fisik, kimia dan biologi sudah banyak dilakukan, namun hasil yang diperoleh belum optimal. Oleh karenanya upaya lain harus diusahakan sebagai pelengkap dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Salah satu diantaranya adalah pemanfaatan mikoriza yang diyakini mampu memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Subiksa, 2010).
Dari uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian ini untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi sorgum terhadap pemberian mikoriza vesicular arbuskular dan pupuk kompos kascing.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian Untuk memperoleh dosis FMA dan Kompos Kascing serta interaksi dari
keduanya yang tepat untuk pertumbuhan dan produksi tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench). Hipotesis Penelitian
Ada respons pertumbuhan dan produksi pada Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) akibat pemberian beberapa dosis FMA dan kompos kascing serta interaksi dari kedua faktor tersebut. Kegunaan Penelitian
Untuk mendapatkan data dalam penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi tentang dosis FMA dan kompos kascing yang tepat, yang mampu memberikan pertumbuhan dan produksi sorgum yang maksimal bagi pihak yang memerlukan.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Tanaman sorgum dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class: Monocotyledonae, Ordo: Poales, Family: Graminaceae, Genus: Sorghum, Species: Sorghum bicolor L. (Duljapar, 2000).
Bagian tanaman diatas tanah tumbuh lambat sebelum perakarannya berkembang dengan baik. Sistem perakarannya terdiri atas akar-akar seminal (akar-akar primer) pada dasar buku pertama pangkal batang, akar-akar koronal (akar-akar pada pangkal batang yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akar-akar yang tumbuh dipermukaan tanah). Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder 2 kali lipat dari jagung (http://www.deptan.go.id, 2008).
Batang hermada atau sorgum lurus, berwarna hijau dan beruas-ruas. Panjang ruas antara 15-20 cm. Diameter batang antara 0,8-1 cm, bila batang di potong melintang akan tampak bahwa batang tidak berlubang. Warna batang bagian dalam, putih seperti gabus (Duljapar, 2000).
Luas permukaan daun tanaman sorgum hanya setengah dari daun tanaman jagung. Permukaan daunnya dilapisi oleh lapisan lilin dan dapat menggulung bila mengalami kekeringan. Proses evavorasi pada sorgum kira-kira setengah dari jagung (Departemen Pertanian, 1990).
Yang membedakan jagung dengan sorgum adalah bunga jantan dan betina berada pada ujung tangkai. Malai dapat lepas dan terbuka, dan relatif tebal. Sekitar 95 % bunga sorgum menyerbuk sendiri (Metcalfe and Elkins, 1980).
Universitas Sumatera Utara
Warna dari biji sorgum bervariasi tergantung kultivar dan jenisnya ada yang berwarna putih hingga berwarna kekuningan dari merah hingga berwarna coklat gelap. Warna pigmen dari biji berasal dari pericarp atau testa bukan dari endosperm. Endosperm pada sorgum berwarna putih sama seperti yang terdapat pada jagung putih. Ukuran biji bervariasi tergantung varietas dan jenis dengan ukuran biji kira-kira 12.000-60.000 biji/pound (Metcalfe and Elkins, 1980). Syarat Tumbuh Iklim
Sorgum adalah salah satu tanaman yang kuat dan mampu bertahan pada iklim yang ekstrim lebih dari tanaman serelia lain. Sorgum dapat bertahan pada bermacam-macam temperatur dari 15,50 C-40,50 C. dengan curah hujan sekitar 35-150 cm pertahunnya (Thakur, 1980).
Sepanjang hidupnya tanaman sorgum memerlukan sinar matahari penuh. Oleh karena itu, saat tanam yang cocok adalah musim kemarau (Duljapar, 2000).
Menurut hasil penelitian, lahan yang cocok untuk pertumbuhan yang optimum untuk pertanaman sorgum adalah: suhu optimum 230-300 C, kelembaban relatif 20% - 40% dan suhu tanah ± 250 C dan ketinggian tempat ≤ 800 m dpl (http://www.deptan.go.id, 2008).
Angin membantu dalam penyerbukan, namun angin yang terlalu kencang dapat merugikan, karena merusak daun dan mematahkan batang pokok (Duljapar, 2000). Tanah
Salah satu yang mendukung pada pengolahan lahan sorgum adalah tanah liat berlempung yang kaya akan humus. Sorgum tidak akan tumbuh dengan baik
Universitas Sumatera Utara
pada tanah yang tergenang atau pada tanah rawa. Walaupun sorgum lebih mampu bertahan pada kondisi air yang tergenang dibandingkan dengan tanaman jagung namun drainase yang baik lebih cocok ntuk pertumbuhannya (Thakur, 1980).
Selain persyaratan diatas sebaiknya sorgum jangan ditanam di tanah podsolik merah kuning yang masam, namun untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimal perlu dipilih tanah ringan atau mengandung pasir dan bahan organik yang cukup. Tanaman sorgum dapat beradaptasi pada tanah yang sering tergenang air pada saat banyak turun hujan apabila sistem perakarannya sudah kuat (http://www.deptan.go.id, 2008). Sorghum
Sorgum merupakan tanaman yang sangat berpotensi untuk dikembangkan karena dapat menjadi salah satu tanaman yang mampu memenuhi kebutuhan pangan, industri dan sumber energi. Sorgum mempunyai potensi sebagai bahan baku bioetanol yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Sorgum merupakan tanaman pangan alternative yang sangat produktif dan memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan lebih lanjut. Menurut Gebe (2008) menyatakan bahwa sorgum mampu menggantikan premium sebagai bahan bakar minyak alternatif karena batangnya mampu menghasilkan etanol berkadar 96%.
Menurut Singgih dan Hamdani (1998), sorgum merupakan salah satu tanaman penting sebagai bahan baku pakan ternak. Produksi sorgum perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan atau pakan. Biji sorgum memiliki kualitas nutrisi yang sebanding dengan biji-bijian lainnya. Sebagai perbandingan, biji sorgum mempunyai kandungan nutrisi yang hampir sama dengan biji jagung, sehingga dapat menggantikan jagung yang sewaktu-waktu
Universitas Sumatera Utara
sulit dicari di pasaran. Selanjutnya Ismail dan Kodir (1977), menyatakan bahwa pembudidayaan tanaman sorgum relatif lebih mudah, tidak memerlukan tanah yang subur, dan relatif toleran kekeringan. Biji sorgum mengandung 9,8% protein dan 2,3% lemak sedangkan biji jagung mengandung 9,4% protein dan 4,2% lemak. Oleh karena itu, sorgum layak dipertimbangkan sebagai sumber pangan dan pakan. Tepung sorgum relatif baik sebagai bahan baku (Aluko dan Ohegbemi, 1989) atau campuran dengan tepung terigu untuk roti tawar, roti biasa, atau biskuit. Sorgum dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan baku gula sirup (Mudjisihono, 1991).
Menurut Beti dkk (1990) dan Sudaryono (1996), tantangan pengembangan sorgum meliputi aspek teknologi budidaya dan pascapanen serta jaminan pasar dan permintaan. Walaupun teknologi budidaya sorgum spesifik lokasi belum tersedia, teknologi budidaya sorgum hampir sama dengan jagung, sehingga tantangan yang paling mendasar adalah penyediaan teknologi pasca panen baik primer maupun sekunder serta jaminan pasar dan permintaan.
Menurut Anonim (1996); Sudaryono (1996), secara umum masalah utama dalam pengembangan sorgum adalah sebagai berikut: 1) Nilai keunggulan komparatif dan kompetitif ekonomi sorgum relative rendah
dibandingkan komoditas serealia lain. 2) Pascapanen sorgum (peralatan dan pengolahan) pada skala rumah tangga masih
sulit dilakukan. 3) Pangsa pasar sorgum belum kondusif, baik di tingkat regional maupun
nasional.
Universitas Sumatera Utara
4) Penyebaran informasi serta pembinaan usaha tani sorgum di tingkat petani belum intensif.
5) Biji sorgum mudah rusak selama penyimpanan. 6) Ketersediaan varietas yang disenangi petani masih kurang. 7) Penyediaan benih belum memenuhi lima tepat (jenis, jumlah, mutu, waktu, dan
tempat). Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (1996), menyatakan
bahwa untuk menciptakan sistem agribisnis dan agroindustri sorgum, ketersediaan teknologi mutlak diperlukan, yang meliputi teknologi budidaya serta pascapanen/ pengolahan. Dengan demikian terdapat peluang untuk meningkatkan ekspor sorgum ke luar negeri. Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Fungsi akar dalam memanfaatkan air dan unsur hara dapat ditingkatkan salah satunya dengan memberikan mikroorganisme seperti mikoriza. Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) sejenis jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman yang mampu meningkatkan serapan unsur hara dan meningkatkan efisiensi penggunaan air tanah sehingga mempunyai laju pertumbuhan vegetatif yang lebih cepat dan resisten terhadap serangan patogen peningkatan pertumbuhan oleh mikoriza dikarenakan mikoriza dapat meningkatkan serapan N, P dan, K. Kehadiran mikoriza pada tanah dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air, meningkatkan nilai tegangan osmotik sel-sel tanaman pada tanah yang kadar airnya cukup rendah, sehingga tanaman dapat melangsungkan kehidupannya (Tirta, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Ada sebagian jenis isolat MVA yang tidak berpengaruh terhadap pertambahan jumlah daun adalah Gigaspora sp, G. manihotis, Glomus sp. Pada penelitian ini jenis mikoriza yang dipakai adalah Glomus etunicatum, Acaulospora sp, Gigaspora sp, G. manihotis dan Glomus sp. Menurut pernyataan Sitrianingsih (2010), menyatakan bahwa dalam penelitian ini hanya sebagian kecil jenis mikoriza yang yang memiliki pengaruh terhadap pertambahan jumlah daun pada tanaman, maka dimungkinkan pemberian MVA tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertambahan jumlah daun.
Efektivas setiap jenis CMA selain tergantung dari jenis CMA itu sendiri juga sangat tergantung dari jenis tanaman dan jenis tanah serta interaksi antara ketiganya. Menurut Brundrett dkk (1996), bahwa setiap jenis tanaman memberikan tanggap yang berbeda terhadap CMA, demikian juga dengan jenis tanah, berkaitan erat dengan pH dan tingkat kesuburan tanah. Setiap CMA mempunyai perbedaan dalam kemampuannya meningkatkan penyerapan hara dan pertumbuhan, sehingga akan berbeda pula efektivasnya dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman di lapangan.
Menurut Sinwin dkk, (2001) ; dan Sitrianingsih, (2010), yang menyatakan bahwa pengambilan nitrogen, phospor,dan potasium dibatasi oleh tingkat difusi dari masing-masing nutrien di dalam tanah. Namun dengan adanya MVA dapat meningkatkan pengambilan nutrient melalui difusi nutrien dari dalam tanah ke akar karena bidang penyerapan oleh hifa MVA yang lebih luas, sehingga pertumbuhan tanaman yang diinokulasi MVA akan lebih baik daripada tanaman yang tidak diinokulasi MVA.
Universitas Sumatera Utara
Selain faktor unsur hara, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap waktu munculnya bunga. Kondisi lingkungan di tempat penelitian pada masa vegetatif tanaman bersuhu tinggi. Pada suhu yang tinggi kelembaban pun juga tinggi. Hal ini membuat tanaman sulit berpindah dari fase vegetatif menuju fase generatif. Pada kondisi ketersediaan air yang tinggi, maka tanaman melakukan aktivitas maksimal untuk menyerap hara dan air, agar dapat mengakumulasikan cadangan makanan dan menyimpan energi sebanyak-banyaknya. Dengan air dan nitrogen yang melimpah, titik tumbuh apikal lebih aktif, sehingga pertumbuhan vegetatif lebih dominan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitrianingsih (2010), yang menyatakan bahwa masa vegetatif terus berlangsung sampai masa generatif yang diawali dengan pembentukan bunga diikuti pembentukan dan pengisian buah, pembentukan biji, polong atau sejenisnya, kemudian diakhiri dengan masa pemasakan. Selain faktor kelembapan juga ada faktor hama yang menghambat proses munculnya bunga pada tanaman sorgum.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa mikoriza mempunyai peranan dalam hal pengendalian penyakit tanaman. Menurut Linderman (1988), menduga bahwa mekanisme perlindungan mikoriza terhadap patogen berlangsung sebagai berikut: 1) cendawan mikoriza memanfaatkan karbohidrat lebih banyak dari akar, sebelum dikeluarkan dalam bentuk eksudat akar, sehingga patogen tidak dapat berkembang, 2) terbentuknya substansi yang bersifat antibiotik yang disekresikan untuk menghambat perkembangan patogen, 3) memacu perkembangan mikroba saprofitik disekitar perakaran.
Menurut penelitian Setiadi (1991), salah satu pengaruh positif adanya infeksi MVA yaitu dapat meningkatkan retensi tanaman terhadap kekurangan
Universitas Sumatera Utara
air, anakan yang akarnya terinfeksi oleh MVA, cepat pulih dan dapat tumbuh dengan baik dalam pembibitan, hal ini disebabkan MVA mampu meningkatkan kapasitas absorbsi air pada tanaman inang. Sedangkan menurut Sastrahidayat dkk (2001), melaporkan bahwa pada tanaman jagung, akibat pemberian mikoriza MVA Gigospora margarita berat tongkol kering jemur dan berat pipilan kering lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa mikoriza. Hal ini diakibatkan oleh hifa-hifa external jamur MVA dapat membantu penyerapan air maupun unsur-unsur hara yang digunakan dalam proses metabolisme di dalam tubuh tanaman sehingga dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan organ-organ produktif. Inokulasi 10 g spora mikoriza ditambah tanah bermesilia jamur Scleroderma sp 5% dari volume wadah memberikan pengaruh nyata terhadap diameter batang, tinggi tanaman, kekokohan semai, kandungan air relatif, indek kualitas semai dan berat kering total pada bibit meranti merah.
Penelitian Bintoro dkk (2000) dilakukan untuk mengetahui respon tanaman jagung terhadap inokulasi jamur Mikoriza Vesikular Arbuskular dan sludge cair di tanah Andisol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inokulasi mikoriza memberikan hasil yang terbaik terhadap hampir semua parameter meningkatkan kandungan P dalam jaringan tanaman, efisiensi penyerapan P, mempercepat umur berbunga tanaman jagung, meningkatkan N tanah setelah percobaan, dan meningkatkan hasil tanaman jagung. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Tropika (2007), penggunaan mikoriza sebagai alat biologis dalam bidang pertanian dapat memperbaiki pertumbuhan, produktivitas, dan kualitas tanaman tanpa menurunkan kualitas ekosistem tanah.
Universitas Sumatera Utara
Kompos Kascing Dewasa ini, pemanfaatan pupuk organik atau yang dikenal dengan istilah
pertanian alami (back to nature farming) dan pupuk hayati banyak dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk anorganik sekaligus untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan pupuk anorganik yang beranalisis tinggi. Salah satu pupuk organik yang banyak digunakan adalah pupuk kascing (Sirwin dkk, 2007).
Dalam penelitian Hameeda dkk (2007), dosis kompos juga sangat berpengaruh bagi pertumbuhan dan hasil tanaman, karena selain sebagai sumber unsur hara bagi tanaman, kompos juga sebagai tempat berkembangnya jutaan mikroorganisme tanah yang bersifat membantu pertumbuhan tanaman. Kompos menunjukkan perbaikan dalam pertumbuhan tanaman pada dosis 2,5 dan 5 ton per hektar. Namun, penambahan mikoriza bersama dengan kompos pada konsentrasi yang lebih tinggi menurunkan pertumbuhan tanaman.
Karbohidrat dihasilkan tanaman dari proses fotosintesis yang bermula dari karbondioksida. Karbohidrat pada tanaman digunakan sebagai cadangan makanan untuk pertumbuhan dan dampaknya secara langsung mempengaruhi fisiologis tanaman. Menurut pernyataan Murbandono (1995), bahwa pemberian kompos akan memperbaiki sifat fisik tanah yang menyebabkan tanah lebih gembur dan kandungan airnya lebih tinggi, sehingga proses pengambilan unsur hara dan air dari akar ke daun berlangsung lebih baik. Dengan terbentuknya daun, maka aktifitas fotosintesis akan berlangsung, sehingga dibutuhkan unsur hara yang tersedia bagi tanaman. unsur hara yang tersedia akan menunjang pertumbuhan tanaman khususnya pada pertumbuhan vegetatif. Sedangkan menurut pendapat
Universitas Sumatera Utara
Basuki (2000), menyatakan bahwa kompos digunakan dengan maksud memperbaiki sifat-sifat fisik tanah, yaitu memperbaiki struktur tanah, daya resap air hujan, daya mengikat air, tata udara tanah dan ketahanan terhadap erosi yang semakin baik. Pemberian pupuk kompos memberi respon yang positif terhadap pertumbuhan tanaman.
Bahan organik mempunyai peranan penting dalam mempertahankan kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Tanah yang kaya bahan organik bersifat lebih terbuka/sarang sehingga aerasi tanah lebih baik dan tidak mudah mengalami pemadatan dibandingkan dengan tanah yang mengandung bahan organik rendah. Tanah yang kaya bahan organik relatif lebih sedikit hara yang terfiksasi mineral tanah sehingga yang tersedia bagi tanaman lebih besar. Hara yang digunakan oleh mikroorganisme tanah bermanfaat dalam mempercepat pelepasan hara (Susanto, 2002).
Tanaman telah dapat menyerap unsur hara yang tersedia, jadi walaupun diberi unsur hara dengan dosis yang lebih tinggi, kemampuan tanaman tersebut untuk menyerap lagi tidak bisa sehingga terlihat perbedaannya. Dimana kandungan P dalam tanah tinggi dan pemberian pupuk kascing yang diberi juga tinggi sehingga membuat menurunkan hasil produksi yang dihasilkannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tuherkih dan Sipahutar (2008), yang menyatakan bahwa pemupukan P yang dilakukan terus menerus tanpa menghiraukan kadar P tanah yang sudah jenuh telah pula mengakibatkan menurunnya respon tanaman terhadap pemupukan P. Dimana peran unsur P berperan dalam pengisian biji. Hal ini sejalan dengan pernyataan Kartasapoetra dan Sutedja (2005), yang menyatakan bahwa peranan Fosfor untuk tanaman adalah dapat menyerap dan memperkuat
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman muda umumnya, dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah dapat meningkatkan produksi biji-bijian.
Kompos merupakan salah satu bahan organik yang cocok dimanfaatkan untuk peningkatan produksi tanaman, dan pada dosis tertentu dimana kadar dan organik sangat menentukan kecocokan alami untuk pertanaman dan menghasilkan senyawa yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Ngadiman dkk (1992), yang menyatakan bahwa masukan bahan organik ke dalam tanah (pupuk organik) selain memasok berbagai macam hara tanah juga berdaya membenahi sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Kadar dan kualitas bahan organik didalam tanah sangat menentukan kecocokan alami untuk pertanaman, sehingga harkatnya perlu dipertahankam pada kisaran tertentu dengan pasokan bahan organik. Ini didukung juga dari literatur Isroi (2007) yang menyatakan bahwa kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan organ vegetatif akan mempengaruhi hasil tanaman. Semakin besar atau kecilnya pertumbuhan organ vegetatif yang berfungsi sebagai penghasil asimilat (source) akan meningkatkan atau menurunkan pertumbuhan organ pemakai (sink) yang akhirnya akan memberikan hasil produksi yang semakin besar atau sedikit juga.
Kompos merupakan sisa-sisa organik yang telah mengalami dekomposisi sehingga dapat dipakai sebagai pupuk. Kompos dibuat dari bahan organik yang
Universitas Sumatera Utara
berasal dari bermacam-macam sumber. Dengan demikian, kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi tanaman. Kompos kascing memiliki spesifikasi kandungan N 1,40 %, P205 4,33 %, K20 1,20 % (Hameeda dkk, 2007).
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan unit penelitian tanaman pangan di Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut, dimulai pada bulan Mei sampai Agustus 2012. Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih tanaman sorgum varietas numbu (Deskripsi tanaman sorgum dapat dilihat pada Lampiran 54), kompos kascing, mikoriza (dengan komposisi tanah dan glomus serta gigaspora), insektisida (Deltamethrin dengan dosis 0,5 cc/liter), dan air untuk menyiram tanaman.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, timbangan, tugal, handsprayer, pacak sampel, pacak perlakuan, label, karung, tali plastik, ember, pisau, plastik, plakat nama, alat tulis dan kalkulator. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor perlakuan yaitu : Faktor I : Fungi Mikoriza Arbuskula (M) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu :
M0 = 0 g/tanaman (Kontrol) M1 = 5 g/tanaman M2 = 10 g/tanaman Faktor II: Pupuk Kompos Kascing yang terdiri dari 4 taraf, yaitu: K0 = 0 ton/ha (Kontrol)
Universitas Sumatera Utara
K1 = 2 ton/ha (30 g/tanaman)
K2 = 4 ton/ha (60 g/tanaman)
K3 = 6 ton/ha (90 g/tanaman)
(Hasil perhitungan pupuk dapat dilihat pada Lampiran 55)
Hasil kombinasi perlakuan sebanyak 12, yaitu :
M0K0 M 0K1
M1K0 M1K1
M2K0 M2K1
M 0K2
M1K2
M2K2
M 0K3
M1K3
M2K3
Jumlah ulangan (Blok)
: 3 ulangan
Jumlah plot/blok
: 12 plot
Jumlah plot seluruhnya
: 36 plot
Ukuran plot
: 240 cm x 145 cm
Jarak Tanam
: 60 cm x 25 cm
Jarak antar plot
: 30 cm
Jarak antar blok
: 50 cm
Jumlah tanaman/plot
: 24 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 864 tanaman
Jumlah sampel/plot
: 5 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya
: 180 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model
linear aditif sebagai berikut :
Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
i = 1,2,3
j = 1,2 ,3 k = 1,2,3,4
Universitas Sumatera Utara
Dimana: Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat FMA (C) taraf ke-j dan pengaruh
Pupuk K (K) pada taraf ke-k µ : Nilai tengah ρi : Efek dari blok ke-i αj : Efek perlakuan FMA pada taraf ke-j βk : Efek pemberian Pupuk K pada taraf ke-k (αβ)jk : Interaksi antara FMA taraf ke-j dan pemberian Pupuk K taraf
ke-k εijk : Galat dari blok ke-i, FMA ke-j dan Pupuk K ke-k
Apabila sidik ragam nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan Uji Duncan Berjarak Ganda dengan taraf 5 % (Steel dan Torrie, 1993).
Universitas Sumatera Utara
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan lahan
Lahan yang akan digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sampah lainnya. Jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm dan ukuran plot 240 cm x 145 cm (Bagan lahan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 51) dan jarak antar plot dengan parit luar 50 cm yang memanjang dari arah utara-selatan (Jarak tanam antar plot dapat dilihat pada Lampiran 52). Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Aplikasi FMA dalam bentuk media padat/pasir dilakukan pada saat tanam, dengan pemberian sebanyak 5 g dan 10 g/lubang tanam sesuai dengan perlakuan. Setelah itu ditutup dengan kompos kascing sebagai penutup tanah. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan tugal, yakni dengan cara menugal lahan yang telah digemburkan kira-kira sedalam 5 cm dari permukaan tanah kemudian dimasukkan benih sorgum sebanyak 2 benih/lubang tanam yang sebelumnya telah direndam air 10-15 menit. Jarak tanam yang digunakan adalah 60x25 cm. Aplikasi Kompos Kascing
Kompos kascing diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah secara menebar. Diaplikasikan secara bersamaan pada saat penanaman dengan cara menugal lahan disebelah lubang tanam sedalam 3-5 cm.
Universitas Sumatera Utara
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari tergantung pada kondisi lingkungan dan kelembaban tanah. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Penjarangan
Penjarangan dilakukan saat tanaman berumur dua minggu, dengan cara memotong tanaman menggunakan pisau atau gunting dan meninggalkan tanaman yang paling baik dan sehat. Sehingga pada tiap lubang tersisa satu tanaman yang terbaik untuk dipelihara hingga panen. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut dan menggunakan cangkul penyiangan disesuaikan dengan keadaan gulma di lapangan. Karena keberadaan gulma akan menjadi pesaing bagi tanaman utama dalam mendapatkan air dan unsur hara yang ada di dalam tanah atau bahkan menjadi tempat hama atau penyakit. Penyiangan gulma dilakukan 3 kali yaitu sekali sebulan. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah disekitar tanaman sorgum, kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang tanaman sorgum sehingga membentuk guludan-guludan kecil yang bertujuan untuk mengokohkan batang tanaman agar tidak mudah rebah dan merangsang terbentuknya akar-akar baru pada pangkal batang. Pembumbunan dilakukan
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanaman berumur 5 minggu sesudah tanam (MST) kemudian selanjutnya pembumbunan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan tergantung pada kondisi lapangan. Bila terjadi serangan hama, maka dilakukan penyemprotan dengan Decis EC dengan dosis 0,5 cc/liter air. Panen
Kriteria malai sorghum yang siap panen adalah bijinya keras dan jika digigit terasa tepungnya atau bersuara gemerisik apabila digerakkan. Panen dilakukan pada umur 105 HST atau setelah tanaman menunjukkan matang fisiologis seperti kadar tep