Studi kritis terhadap terjemahan ali audah hayatu Muhammad karya Muhammad Husain Haekal ditinjau dari segi ragam terjemahan dan diksi

STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH "HAYATU
MUHAMMAD" KARYA MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL DITINJAU
DAR! SEGI RAGAM TERJEMAHAN DAN DIKSI

Skripsi
Oiajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untllk Memenllhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Smjana Sastra

Oleh:

Ahmad Turmudzi
NIM: 197024013504

Oi Bawal. Bimbingan

ー・ュ「セ M ⦅ᄋ N M G ᆳ

Pembimbing II,

-::z


Drs. H. Didin ro'uddin AR M.A.
NIP. 150.73 .507

KarlinaHelmanita, M.Ag.
NIP. 150.286.392

JURUSAN TARJAMAH
FAKLTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2005 M / 1426 H

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul STUDT KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI
AUDAH "HAYATU MUHAMMAD" KARYA MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
DITINJAU DARI SEGI RAGAM TERJEMAHAN DAN DIKSI telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tanggal 3 Pebruari 2005. Skripsi ini telah diterima :;ebagai salah satu syarat
Program Strata 1 (SI) pada Jurusan

untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra
Tarjamah.

Jakana, 21 Pebruari 2005
Sidang Munaqasyah

Sekretaris Merangkap Anggota,

ᄋセl

------NIP. 150.268.589

Anggota:

H. Ahm Sya chuddio, M.Ar.,
__---Nrp-:-I-S(J.3"03:tlOl


セM

X

D,·s. H. Didio· ira' uddin AR M.A.
NIP. 150.73 .507

Karlina Helmaoita, M.Ag.
NIP. J50.286.392

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur yang sedalam-dalamnya ke hadirat Allah
S.W.T. yang telah memberikan kekuatan lahir batin dan membenkan kemudahan
jalan, sehingga pcnulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada baginda kita, Nabi besar
Muhammad Saw. yang telah membimbing urnatnya menuju jalan kebaikan mencapai
mardhatillah.

Walaupun sempat mengalami hambatan dan rintangan yang cukup berat,

namun berkat dorongan dan berbagai pihak dan atas keteguhan hati sang penulis
sendiri, al-hamdulillah semua itu dapat diatasi dengan mudah.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Orang tua kami, terutama Ibuku yang tercinta yang telah memberikan

segalanya bagiku, baik berupa materi maupun immateri sehingga ah.'U dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Juga kepada saudara-saudaraku semuanya yang telah

ョ。ォゥイ・「ュセエ

dukungan,

terutama dukungan moril yang amat berharga bagi penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra selaku Rektor UIN Syanf Hidayatullah
Jakarta
4. Bapak Dr. H. Badri Yatim M.A. selaku Dekan Fakultas Adab UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta para Dosen dan Staff-nya.


Akhirnya kepada Allah-lah memohon perlindungan dan pengampunan, selia
mencurahkan segala taufiq dan hidayah-Nya kepada lcami.

Jakarta, Pebruari 2005
UIN SyarifHidayatullah Jakarta

DAFTARISI

Hal.

LEMBAR PENGESAHAN

,

KATA PENGANTAR

,

DAFTAR lSI...


,

,

"
,

,

'"

III

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

BAB I

PENDAHULUAN

,


A. Latar Belakang Masalah

.

,

,

VI

,

'

IX

"

.


'

,

"

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

,

,.

.
8

C. Tujuan Penelitian...

BAB 11


8

D. Metode Penelitian

,

E. Sistematika Penulisan

,

'"
,

9
,

10

,.


DEFINISI DAN KARAKTERISTIK PENERJEMAHAN...
A. Pengertian Peneljemahan

B. Karakteristik Peneljemahan
I. Klasifikasi Penerjemahan

,
,. .. . .. .

... ...
,

II
...
... .

'

2. Ragam Teljemahan.... ,.
a. Ragam Terjemahan Berdasarkan Keluasan Bahasanya.....


12
21
21
23
25

1) Terjemah Penuh

,

2) Terjemah Parsial...

,

,

'" .,

,

25
,

26

, ... .. .

27

,

28

b. Ragam Terjemahan Berdasarkan Unsur-unsur
Bahasanya

,

1) Terjemah Tuntas

,

2) TeIjemah Terbatas...

29

c. Ragam Terjemahan Berdasarkan Tataran Bahasanya.....
1) Terjemah Terikat...

,


2) TeIjemah Bebas

3. Prinsip - prinsip Dasar Penerjemahan

BAB III

30

,

38

,

,

,

44

BUKU HAYA-TU MUHAMMAD DAN BIOGRAFI SINGKAT ALl
AUDAH

54

A. Buku Hayiitu 1vluhammad dan Pengarangnya...

54

B. Biografi Singkat Ali Audah

BAB IV

,

29

,

,

58

TINJAUAN KRITIS TERJEMAHAN HAYA-TU j\1[IHAMMAD
DlPANDANG DAR! SEGl RAGAM TERJEMAHAN ..... , ..... , ..

_ , .. ,

A. Konsistensi Ragam Terjemahan
B. Penggunaan Diksi

,

,

"

63

63
74

BAB VI PENUTUP...............

80

A. Kesimpulan...........................................................

80

B. Rekomendasi.........................................................

81

DAFTAR PUSTAKA..................................................................

82

LAMPIRAN............................................................................

85

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB - LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin ini ditulis berdasa1Lkan surat keputusan
bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, nomor: 158 tahun 1987 dan nomor: 0543b/U/1987.

Huruf Arab Nama

HurufLatin

Nama

alif

tidak.dilambangkan

tidak dilambangkan

'-I

ba

b

be

W

ta

t



sa

·s

te

(;:

JIm

J

Je

i:
i:

ha

h

ha (dengan titik di bawah)

kha

kh

kadan ha



dal

d

de

zal

z

·

zet (dengan titik di atas)

.)

ra

r

er

.)

ZaI

Z

zet

lY'

sm

s

es

lY'

sym

sy

es dan ye

(.)"'"

sad

es (dengan titik di bawah)

u":'
.b

dad

s

d

t





j;,

t
t

ta
za


·

' am
.

gam

es (dengan titik di atas)

de (dengan titik di bawah)
te (dengaIl titik di bawah)
zet (dengal1 titik di bawah)
koma terbalik (di atas)

g

ge

U

-

fa

f

ef

c.j

qaf

q

ki

..cl

kaf

k

ka

J

lam

I

el

f

mlm

m

em

0

nun

n

en

J

wau

w

we

.A

ha

h

ha

....

harnzah

'-:f

ya

koma terbal:ik (di atas)

y

ye

Contoh:

kataba
..,9/= ....

.

jャNセ



yazhabu

.JI ?.J' ./

jセ

.J /

yaqulu
//,,1 '1/

b..JJlJI

al-Munawwarah
オャ セイM 。

fa aufii al-kaila wa-almIzan
'alan-nasi
bil-ufuq al-mubIn

BABI
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Sebuah penerjemahan membutuhkan kemampuan ganda yang mau tidak

mau harns dimiliki oleh seorang peneJjemah (peneJjemah profesional). Ia harns
mampu mengalihkan atau memindahkan satu bahasa (bahasa sumber) ke bahasa lain
(bahasa sasaran). Seperti eli dalam tata bahasa Indonesia menggunakan pedoman
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).1 Umpamanya dalam mengalihkan bahasa Arab
ke bahasa Indonesia, peneJjemah harns menguasai tata bahasa Indonesia, di samping
tata bahasa Arab. Karena dengan menguasai tata bahasa kedua bahasa tersebut maka
peneljemah akan mudah menempatkan kalimat sesuai dengan posisinya. Ketika
penerjemah menerjemahkan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, maka
penerjemah sebaiknya menggunakan tata bahasa Indonesia dalam memposisikan
kalimat (hasil terjemahan), bukan dengan menggunakall tata bahasa Arab. Hal ini
untuk memudahkan proses penerjemahan dan sekaligus untuk memudahkan pembaca
dalam memahami hasil teJjemahall itu. Seperti eli dalam bahasa Indonesia, pedoman
penulisalmya diatur dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Dengan EYD inilah kita mampu mellulis sebllah karya ilmiah secam benar,
sistematis dan terarah. Ketika seseorang mengucapkan sesllatu terhadap lawan
1 Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Pedol1lan lJll/um FJaan Bahasa Indonesia Yang Disempumakan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), cet.
ke-13

2

bicaranya, maka yang terbersit di dalam hati lawan bicaranya adalah apakah yang
diucapkannya itu merupakan kalimat berita, kalimat tanya atau kalimat perintah. Hal
ini dapat diketahui melalui

ゥョエッ 。セ

(tekanan snara atau nada) dari pembicara tersebut;

keras atau Iembut, tinggi atau rendah, panjang atau pendek. Apabila ucapan itu
dituangkan ke dalam bentuk tulisan, kaIimat itu dinyatakan mdaIui tanda baca ataU

pungtuasi. Penulis dapat memberikan contoh seperti berikut: Coba Ieatalean, Saudara,
stapa namamu? DaIam ujaran yang wajar antara "katakan" dan "saudara" tidak
terdapat perhentian, sebab itu sebarusnya koma di sana dihiIangkan. Namun karena
kata "saudara" dan "siapa" ditempatkan koma, karena diberikan perhentian sebentar
dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya karena
intonasinya adalah intonasi tanya
Dalam

hal

ini

penulis dapat memberikan satU'

contoh sederhana

peneljemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:
"Bakar selalu berbuat baik,,2

,

/

Lafaz L. di atas termasuk L. l1aji (pengingkaran) yang artinya "tidak".
/

Sedangkan Iafaz セ .-

/

bermakna berhenti dari.. ./melupakan/menenangkan. J Maka

.- .- --lafilz セ .- L. diteJjemahkan secara literal (harfiah) menjadi "tidak berhenti dari" atau

"tidak melupakan untuk". Dengan demikian dapat ditafsirkan menjadi "selalu".

2 Cbatibul Umam, Pedoml/n Dasar JIll/II Nahwu Terjema" Mllkhtashar Jiddan,
(Jakarta: Daml Ulum Press, J 992), cet. ke-5, h. 142
3 AJunad Warson Munawir, AI-Mllnawir: KalJllls Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progress if, 1997), eet. ke-4, h. 1030

3

...
Oleh karena itu salah llpabila L. (pada kalimat di atas) dikategorikan sebagai
/

L. is! ifham, sebab artinya akan menjadi rancu, yaitu "Bakar berhenti dari berbuat baik
apa?"
Sering teJjadi bahwa unsur-unsur kalimat yang merupakan kesatuan
ditampilkan daJam urutan yang terpisah, yaitu diintempsi okh unsur-unsur yang
kurang esensil sifatnya. Dalam hal ini hams dipergunakan tanda baca agar hubungan
itu tidak menjadi kabur. Misalnya kita tidak boleh memisahkan unsur-unsur yang
merupakan kesatuan yang erat. Sebaliknya kita hams memisahkan anak-anak kalimat
yang independen dan dalam sebuah kalimat majemuk, memisahkan subyek dari
unsur-unsur pengantar predikat yang mendahului subyek, memisahkan unsur- unsur
yang setara, dan lain sebagainya. 4
Berdasarkan contoh di atas membuktikan bahwa seorang penerjemah harus
menguasai kedua bahasa tersebut (bahasa sumber dan bahasa sasaran). Karena bila
hal ini tidak dimiliki, maka akibatnya peneJjemah akan menghasilkan teJjemahan
yang bumk, dalam arti tidak sesuai atau menyimpang dari pesam yang disampaikan
oleh penulis aslinya.
Melihat fenomena semacam itu maka sebuah keniscayaan bagi seorang
peneJjemah untuk menguasai secara benar kedua bahasa (baik bahasa sumber
maupun bahasa sasaran). Sesuai dengan pernyataan Nurachman Hanafi5 tentang

4

Gorys Keraf, Komposisi. (Flores: Penerbit Nusa lndah, 1994 ), eel. k,,-lO. h. 14

4

peneIjemahan, bahwa terjemahan adalah penggantian naskah berbahasa sepadan.
Artinya naskah bahasa sumber dialihkan kepada bahasa sasaran secara sepadan.
Memang pengalihan bahasa tcrsebut tidak mungkin J00% bisa sepadan, akan tetapi
paling tidak dapat lebih dekat maknanya. Oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas yang
baik dari peneIjemah untuk memilih kemungkinan padanan yang dekat dalam
men/:,'1lIlgkapkan makna yang sesuai dengan situasinya.
Sebuah teIjemahan akan terkait erat dengan ragam teIjemahan. Ketika
seorang penerjemah ingin meneIjemahkan sebuah tulisan (teks sumber), maka yang
perlu diperhatikan oleh peneljemah tersebut adalah maksuddan tujuan penulis (teks
sumber) membuat buku atau naskah tersebut. Sehingga peneIjemah akan lebih mudah
memilih objek yang akan dijadikan sasaran peneIjemahan serta memahami betul
pendekatan apa yang sebaiknya dilakukan.
Memang para ahli linguistik (ahli bahasa) berbeda pendapat mengenal
ragam terjemahan. Nurachman Hanafi 6 mengatakan ada tiga ragam terjemahan dalam
sebuah proses peneIjemahan, yaitu teIjemah kata per kata (word for word

translation), teIjemah terikat (literal translation) dan teIjemah bebas (free
translation). Suhendra Yusuf7 menyebutkan terdapat dua ragam teIjemahan yang
lazim digunakan oleh para penerjemah, yaitu terjemah terikat (literal translalion) dan

'Nuraehman Hallafi, Teori dan Seni Menerjemahkan, (Flores: Penerbit Nusa Indah, 1985), eel.
ke-l, h. 24
6 Ibid,

h.54

7 Suhendra Yusuf, Teori Tetjemah Pengalltar ke Arah Pelldekatan Lillgllistik dall
Sosiolingllistik, (Bandung PT Mandar Maju, 1994), h. 25

5

terjemah bebas (free translation). Sedang M.Rudolf Nababan 8 membagi ragam
teljemah mel1iadi sepuluh ragam terjemah, yaitu ragam terje:mah kata demi kata,
teIjemah bebas, terjemah harfiah, terjemah dinamik, teIjemah pragmatik, teIjemah
estetik puitik, teIjemah etnografik, terjemah linguistik, terjemah komunikatif dan
teIjemah semantik.
Sekalipun mereka berbeda pendapat dalam menentukan ragam teIjemahan,
namun apabila kita tarik kesimpulan baik Nurachman Hanafi, Suhendra Yusuf
maupun M. Rudolf Nababan pada dasarnya setuju dan mengakui adanya ragam
terjemahan yang populer yaitu terjemahan kata per kata (word for word). terikat
(literal), dael bebas (fi·ee}.9
Berdasarkan ragam teljemahan yang terdiri dari tiga kategori tersebut maka
penulis tertarik untuk mengkritisi sebuah buku terjemahan yang berjudul Hayiitu
Muhammad karya Muhammad Husain Haekal yang diterjemahkan oleh Ali Audah

menjadi Sejamh Hidup Muhammad.
Buku Hayalu Muhammad adalah salah satu buku terbaik karya Muhammad
Husain Haeka!, karena gaya bahasanya yang indah yang didasarkan kepada pemikiran
yang logis dan sistematis sehingga mudah dipahami dengan baik dan juga didukung
oleh data-data otentik. Prof. Dr. Hamka lO mengatakan dalam sambutannya pada buku

• M. RudolfNababan, Teari Meneljemah Bahasa IlIggris, (Yogyakarta: Puslaka Pelajar, 1999),
eel. ke-1, h.30-46
9

Ibid

10 Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad, leJjemahan, (Jakarta: PT Puslaka Lilera Anlar NusH,
1999), eet. ke-23, h.xxxvii

6

"Sejarah Hidup Muhammad" yaitu: "Apabila kita baca buku Hayiiiu Muhammad
dalam ash bahasa Arabnya, leita belum akan berhenti membaca sebelum selesai
sampai akhir, karena bahasa yang dipakai, keindahan susunannya, keluasan ilmunya
dan keteguhan hujjahnya. Beliau adalah seorang pemikir Mesir yang gigih
mempetjuangkan Islam melalui gerakan intelektllal, khususnya dalam upaya
mengkounter pemikiran-pemikiran orientalis Barat.
Tema yang diajukan Penulis dalam skripsi ini merupakan pengembangan
dari skripsi yang disusun oleh Anita; mahasiswi Jurusan Terjemah Fakultas Adab dan
Humaniora UlN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudlll Peneryemahan Arab-

Indonesia Dalam Perspektif Ali Audah, tahun 2002. Ia membahas mengenai
pandangan Ali Audah tentang Penerjemahan Arab-Indonesia pada masalah definisi
dan fungsinya di dalam peningkatan ilmu pengetahuan dan budaya bangsa.
Sedangkan PenuIis berbeda dengan Anita, Penulis lebih menonjolkan "gaya (ragam)
terjemahan" pada salah satu karya terjemahan Ali Audah yang sempat menjadi
sorotan masyarakat luas, yaitu Hayiitu Muhammad karya Muhammad Husain HaekaI.
Di sini Penulis berusaha menentukan ragam terjemahan apa yang digunakan Ali
Audah tersebut, apakah ragam tetjemahan bebas ataukah ragam terjemahan terikat.
Ketertarikan Penulis dalam memilih buku (Haytitu Muhammad) sebagai
bahan skripsi ini adalah karena gaya tetjemahan Ali Audah dalam menetjemahkan
buku Hayiitu Aluhammad ini cenderung menggunakan gaya bahasa modern, yang
nota bene menghasilkan produk tetjemahan yang indah dibaca d:m mudah dimengerti,
seperti terdapat di dalam produk terjemahannya "Sejarah Hidup Muhammad" yaitu:

7

"Hal ini baru terjadi sesudah ada akulturasi dan saling-hubungan dengan peradaban
Islam.,,11 Kata akulturasi merupakan kata i1miah yang artinya percampuran dua
kebudayaan atau lebih. 12 Akan tetapi di sisi lain Ali Audah t,:rkesan menggunakan
gaya bahasa yang kaku sehingga mempengaruhi perubahan bentuk atau ragam
teIjemahan tersebut. Seperti tercermin pada kalimat teIjemahannya yaitu: "Paham
Masehi di Barat dan Majusi di Timur sekarang sudah berhadap-hadapan muka.,,13
Kata "berhadap-hadapan muka" menunjukkan kata yang tidak logis untuk diletakkan
pada kalimat tersebut, dalam arti akan teljadi kerancuan makna. secara semantis. Hal
inilah yang akan menjadi lahan penelitian Penulis.
Selain dari itu sejauh pengamatan penulis melalui studi kepustakaan, belum
menemukan sebuah karya tulis yang mengkritisi hasil teIjemahan Ali Audah. Dan
juga kajian-kajian tentang teori dan praktek penerjemahan di Perguruan Tinggi UIN,
khususnya peneljemahan Arab-Indonesia dirasakan kurang, sehingga perlu adanya
terobosan-terobosan bam ke arah (kajian peneljemahan) itu dalam upaya mengangkat
dan meningkatkan gairah studi penerjemahan.
Penulis akan berusaha menggali metodologi yang digunakan Ali Audah
dalam ll1eneIjemahkan Hayiitu Muhammad. Apakah beliau menggunakan ragall1
terjell1ahan terikat (literal translation) atau teIjell1ahan bebas (free translation).

11

Ibid, h.2

12 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamlls Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), ed. ke-3, eel. ke-2, h.24
13

Ali Audah, 0p. cit., h.3

8

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Penulis tidak akan membahas tentang isi materibuku tersebut, akan tetapi
Penulis membatasi permasalahan pada sisi ragam terjemahandan diksinya saja, yang
terkait erat dengan tata bahasa dan gaya bahasanya.
Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah :
I. Ragam teIjemahan apakah yang digunakan oleh Ali Audah dalam
menerjemahkan buku Hayiitu Muhammad, apakah ragam teIjemahan terikat
(literal translation) ataukah teIjemahan bebas (fi"ee translation).

2. Apakah Penerjemah dapat melakukan penerapan pilihan kata (diksi) secara
tepat ke dalam bahasa sasaran.

C. Tuj uan Penelitian

Karya tulis yang berjudul Studi Kritis Terhadap Terjemahan Ali Audah
"Hayiitu Muhammad" Kmya Muhammad Husain Haekalditinjau dari Segi Ragam
Terjemahan dan Diksi ini bertujuan untuk:

I. M"ngetahui

ragam

terjemahan

yang

digunakan

Ali

Audah

dalam

menerjemahkan Hayiitu Muhammad.
2. Mengetahui tepat atau tidaknya Penerjemah dalam menerapkan pilihan kata
(diksi) ke dalam bahasa sasaran.

10

Adapun secara keseluruhan, teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada
buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UlNJakarta 2002.

E. Sistematika Penulisan
Setelah Penulis menentukan rumusan permasalahan dan tujuan yang akan
dicapai, maka Penulis membuat sistematika penulisan pada karya tulis ini yaitu
sebagai berikut:
BAB I

Pendahuluan,

berisi

Latar Belakang' Masalah,

Perumusan

dan

Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika
Penulisan.
BAB II

Definisi

dan

Karakteristik

PeneIjemahan,

berisi

Pengertian

PeneIjemahan, Klasifikasi Penerjemahan, Ragam Terjemah dan Prinsipprinsip Dasar Penerjemahan.
BAB III

Buku Hayi'itu Muhammad dan Biografi Singkat Ali Audah, berisi
Penjelasan Buku Hayi'itu Muhammad dan Pengarangnya, Sejarah Hidup
Ali Audah sebagai Penerjemah Hayi'itu Muhammad.

BABIV

Tinjauan Kritis TeIjemahan Hayatu Muhammad Dipandang dari segi
Ragam TeJjemahan, berisi Konsistensi Mut01jim (PeneJjemah) terhadap
Ragam Terjemahan dan Penggunaan Diksi (Pilihan Kata)

BAB V

Penutup

DAFTARPUSTAKA
LAMPIRAN

BABII
DEFINISI DAN KARAKTERISTIK PENERJEMAHAN

Bagi penerjemah pemula proses menerjemahkan boleh dibilang lebih
kompleks dari bentuk komunikasi intralinguaI. Dalam konteks komunikasi
intralingual penerjemah (translator) sebagai perantara hams mmnpu mengungkapkan
pesan (message) atau maksud (intent) dari naskah berbahasa sumber ke dalam bahasa
penerima atau sasaran dengan tepat.
Kerurnitan ini, disadari atau tidal., menurut Nurach;aman Hanafi I berasal
dari adanya perbedaan sistem kebahasaan untuk menandai objek, mengungkapkan
perasaan dan menyalurkan emosi. Adapun ketidaksamaan itu dilandasi oleh adanya
perbedaan kebudayaan dari dua bahasa yang bersangkutan.
Komunikasi dapat terjadi secara efektif apabila suatu pesan yang
disampaikan komunikatof (pemberi pesan) itu menimbulkan dmnpak tertentu pada
komunikan (penerima pesan).
Menurut Onong Uchjana Effendl komunikasi dapat terjadi bila memenuhi
lima unsur berikut, yaitu: komunikator (pemberi pesan), pesan, komunikan (penerima
pesan), media dan efek (pengamh dari pesan yang disampaikan). Namull dalmn

I Nuniehman HanaH, Teori dOli Selli Mellerjemohkoll, (Flores: Penerbit Nusa lndah, 1985), eel.
ke-I, h.22
2 Qnong Uehjana Effendy, Dil10mika Kom/lllikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002),
eet. ke-5, h. 6

12

kaitannya dengan penerjemahan mennrut Suhendra Yusuf seknrang-knrangnya ada
tiga faktor yang harns diperhatikan oleh seorang peneJjemah yaitu sumber pesan,
media dan penerima pesan (komunikan).
Sumber pesan artinya teks asli yang ditulis oleh pengarang teks tersebut.
Keadaan penulis pesan, keadaan lingkungan di mana penulis tinggal, keadaan sosial
budaya masyarakat di mana penulis berada, status sosial pennlis, dan lain-lain, akan
sangat mempengaruhi kualitas karya tulisnya. Sedangkan media yang dipergunakan
adalah tentu sltia bahasa (penerima) yang berbentuk tulisan yang merepresentasikan
seluruh maksud pengarang.

Seorang penerjemah yang baik selain harus mampu

mempertimbangkan faktor-faktor di atas, juga harus memperhatikan untuk siapa
sebenamya tulisan-tulisan yang ia terjemahkan itu dipersembahkan. Apakah bagi
khalayak umum atau tertentu, bagi pembaca dewasa atau anak-anak, bagi pembaca
pria atau wanita, dan lain-lain. Setelah itu ia mencarikan padanan terjemahnya di
dalam

bahasa sasaran yang komunikatif sebagai

media penyampai

pesan

teIjemalmuuya.

A. Pengertian Penerjemahan
Secara luas, peneIjemahan dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia
dalam mengalihkan seperangkat infonnasi alau pesan (message) baik verbal maupun

3 Suhendra Yusuf, Teori Terjemah Pellgantar ke Arah Pelldekalall Liligllislik dan
Sosiolingllislik, (Bandung: PT Mandar Maju, 1994), h.2

13

non verbal, dari informasi asal litau informasi sumber (source information) ke dalam
infonnasi sasaran (target information).4
Menurut pengertian yang sempit, penerjemahan (translation) dapat diartjkan
sebagai suatu proses pengalihan pesan yang terdapat di dalam teks bahasa pertama
atau bahasa sumber (Source Language) dengan padanatulya di dalam bahasa kedua
atau bahasa sasaran (Target Language). Source Language biasa disingkat SL, sedang
Target Lai1guage biasa disingkat TL.

Sebelum penulis meJ1jelaskan definisi peneljemahan atau terjemah seeara
hlas atau detail, penulis akan memberikan pandangan sekilas mengenai "teks" dan
"padanan". Hal ini dimaksudkan agar pemahaman atau persepsi pembaea terhadap
makua teks dan padanan sarna atau seiring dengan persepsi penulis.
Teks (text)' dalam pengertian di atas haruslah diartikan seeara agak luas.
Teks dapat diartikan sebagai satuan bahasa yang paling lengkap dan dapat juga
bersifat sangat abstrak, yang dapat diwujudkan baik dalam bahasa lisan maupun
bahasa tulisan berupa kata-kata, serangkaian kata-katl!, frase, klausa, kalimat atau
paragraf yang membawa dan memberikan pesan yang lengkap. Teks juga dapat
diartikan sebagai wacana (discourse), yaitu kesatuan bahasa yang paling lengkap
yang dapat berwujud karangan yang utuh berupa sebuah cerita pendek, sebuah novel,
sebuah buku, sebuah ensiklopedia, sebuah volume, dan seterusnya. lntinya, teks itu
adalah bahasa atau naskah yang akan "diteljemahkan".
'Ibid, h.8
, Ibid

14

Padanan (equivalent atau analoguel, agaknya harus diartikan secara lebih
luas juga. Padanan di sini tidak saja menyangkut padanan secara fOffilal bahasa
berupa padanan kata per kata, frase per frase, kalimat per kalimat, melainkan juga
padanan makna, baik makna pusat (central meaning) dan makna lnas (extended

meaning atau situational meaning), makna denotatif dan makna konotatif, atau makna
kiasan (figurative meaning) ataupun makna gramatikal, yang pada dasamya makna
tersebut tidak merusak gagasan dan pesan yang terkandwlg di dltlam bahasa sumber.
Setelah penulis menjelaskan tentang makna "teks" dan "padanan" yang
sesungguhnya, berikut ini penulis akan melanjutkan pembahasan mengenai definisi
penerjemahan menurut berbagai ahli atau pakar bahasa (linguistic) sehingga kita
dapat menemukan titik kesamaan mengenai arti atau definisi peneIjemahan.
Menurut Nurachman Hanafi7 setiap proses mengenai bahasa yang kita
pergunakan dapat dijelaskan dengan menggunakan pengertian-pengertian yang
mendalam tentang hakekat bahasa lewat teIjemahan. PeneIjemahan

adalah

penggantian naskah berbahasa sumber dengan naskah berbahasa sasaran secara
sepadan. Melalui pendekatan Iinguistik ini, yang pertanJa dan utama yang hams
dilakukan dalam kegiatan menetjemahkan adalah bagaimana kha dapat menemukan
padanan terjemah berupa padanan kata, frase, klausa, kalimat dan unsur-unsur bahasa
sumber di dalam bahasa sasarallllya.

6 Ibid,
7

h.9

Nurachman Hanafi, op. cit., h23

15

Dalam hal ini bahasa sumber dan bahasa sasaran sesungguhnya selalu
mempunyai hubungan timbal balik meskipun hubungan itu tidak selalu simetris.
Maksudnya, kedua bahasa itu -

betapapun sangat berbeda struktur bahasanya dan

juga budaya lllasyarakat pemakai bahasanya serta yang secm'a geobrrafis berada dalarn
wilayah yang sangat berjauhan -

lllestilah lllelllpunyai padanan teIjemah, selmna

kedua bahasa itu bahasa lllanusia. Tetapi karena kedua bahasa itu tumbuh dan
berkembang di dalarn dua wilayah kebudayaan yang berbeda, wajar saja apabila satu
kata atau sekelolllpok kata bahasa sumber itu tidak lllendapat padanan terjelllah yang
tepat makna di dalarn bahasa sasaran. Jika lllemang di dalarn bahasa sasaran tidak
hadir padanan terjemah sebuah kata atau sekelompok kata tersebut, penerjelllah tidak
perlu merasa khawatir terjemahannya itu akan dianggap terjemahan yang "buruk",
sebab selain terdapat keterbatasan yang disebabkan oleh faktor kebudayaan atau
cultural untranslatability, artinya "faktor keterbatasan budaya, yang menyebabkan
kata atau kalimat pada bahasa sumber tidak memiliki padanan yang tepat untuk
bahasa sasaran. Hal ini dapat dilihat pada contoh kata 'imamah; orang Indonesia
mengartikannya sebagai "surban" berbentuk persegi empat yang diletakkan di bahu
dan digunakan ketika shalat atau acara-acara ritual keagamaan; sedang orang Arab
mengartikannya sebagai "surban" yang dilipat kemudian diikatkan di kepala sebagai
penutup kepaIa atau udeng-udeng dan digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Namun,
karena kata 'imamah menurut bahasa Indonesia hampir lllirip dengan 'imamah dalalll
pandangan bahasa Arab, maka PeneIjemah dapat mengambil kesilllpulan untuk

itu hanya dapat dilakukan satu arah saja; dari bahasa sumber ke dalam bahasa
sasaran.
Menumt Suhendra Yusuf, II penerjemahan adalah semua kegiatan manusia
dalam mengalihkan makna atau pesan, baik verbal ataupun non-verbal dari suatu
bentuk ke dalam bentuk y(mg lainnya. Menumtnya, penerjemahan tidaldah hanls
mempedulikan seeara detail (rinei) hal-hal yang berhubungan dengan bentuk bahasa.
Yang penting, apakah penyajian teks di dalam bahasa sasaran itu menunjukkan pesan
dan kesan yang sama atau JPlIling tidak mendekati dengan teks bahasa sumbernya,
ataukah tidak. Jika sama, teljemahan itu pasti terjemahan yang baik dan jika tidak,
terjemahan itu bisa dikategorikan sebagai terjemahan yang buruk. Namum demikian
perlu diingat bahwa tidak ada terjemahan yang dapat menangkap seluruh pesan dan
kesan bahasa sumber seeara penuh.
Karya terjemahan yang baik adalah sebuah karya seni. 12 Terlebih lagi
apabila teks bahasa sumber yang diterjemahkannya itu berupa teks karya sastra atau
teks hasil perenumgan filsafat yang bemiJai tinggi. Teks demikian menumtut sootu
padanan terjemah yang tidak saja harus bernilai etis melainkan juga bernilai estetis
(keindahan).
Oleh

karena

menerjemabkan

merupakan

suatu

seni

(art),

maka

menerjemahkan harus didukimg oleh kecintaan., kemauan dan dedikasi tinggi dari
sang penerjemah. Sebagai suatu
11

Ibid

'2Ibid , h2
.

sem dalam menyampaikan pesan, baik makna dan

gaya bahasanya, penerjemah dituntut untuk kreatif dalam memilih salah satu dan
sekian banyak alternatif padanan terjemahnya dengan memaksimalkan kemampuan
estetisnya.
Pekerjaan meneIjemahkan juga merupakan suatu keterall1pilan (skill) yang
dapat dipelajari, ditingkatkan, dikell1bangkan dan diajarkan. Asalkan mereka yang
berminat mau tekun dalam prakteknya setelah dibekali pengetahuan teoritis sebagai
pegangan dasar. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurachman Hanafi 13 yang
mengatakan bahwa penerjemahan merupakan proses kreatif yang mell1berikan
kebebasan kepada peneIjemah untuk memilih kemungkinan padanan yang dekat
dalam mengungkapkan makna yang sesuai dengan situasinya.
Menurutnya, sebagai suatu proses kreatif, pekeIjaan menerjemahkan
memberikan kelonggaran bagi

ィ。ュ・ェセ ョ ー

berupa kebebasan atau otonomi untuk

mencari padanan yang pantas disajikan berdasarkan konteks kalimatnya.
Menerjemahkan juga tidak hanya merupakan seni tetapi juga keterampilan.
Hal ini berarti peneIjemah ョ。ォオャイ・ュセ

suatu latihan yang intensif dan inovatif untuk

mewujudkan atau menciptakan suatu terjemahan yang baik dan berkualitas. Dalall1
hal ini berarti Nurachman Hanafi mengangkat dua hal yang penting bagi penerjemah
sendiri, yaitu berupa latihan dan pesan tertulis. Karena menerjemahkan merupakan
ajang latihan, maka penerjell1ah hams aktif melatih diri sehingga perbuatan itu
nantinya bisa diandalkan sebagai suatu profesi. Latihan secara kontinyu amat
diperlukan agar bisa menyelami peliknya tugas penerjemahan.
13

Ibid

20

Penerjemah

Arab-Indonesia Indonesia-Arab,

mengungkapkan bahwa (The

lJ'anslation is the replacement oftextual material in one language (8L) by equivalent
textual material in another language (1'L)). "Penterjemahan adalah mengalihkan

makna teks (wacana) dari bahasa asa! (bahasa sumber) ke bahasa sasaran".
M. Rudolf Nababan 17 di dalam bukunya Teori Menerjemah Bahasa Inggris
mengatakan bahwa peneJjemahan adalah pemindahan suatu amanat dan bahasa
sumber ke dalam bahasa sasaran dengan pertama-tama mengullgkapkan maknanya
dan kemudian gaya bahasanya.

Menurutnya gaya bahasa dalam

konteks

peneJjemahan perlu dipertimbangkan oleh setiap peneJjemah. Hal ini perlu
dikemukakall karena ada allggapan bahwa hallya penerjemah kmya-karya sastra saja
yang perlu. mempertimballgkan gaya bahasa dalam teJjemahannya. Padahal tidak
demikian, penerjemah kaJYa sastra maupun peneJjemah karya lainnya sangat perlu
mempertimbangkan tidak hanya isi bentallya tetapi juga bentuk bahasa dalam
terjemahannya, karena pada hakekatnya setiap bidang iImu mempunyai gaya bahasa
tersendiri dalalll lllengungkapkan pesannya. Dalam hal ini M. Rudolf Nababan
temyata pendapatnya sama dengan Nurachman Hanafi yang sangat lllenekankan
makna dan gaya bahasa ketimballg unsur-unsur lainnya.
Setelah penulis lllengemukakan berbagai pendapat dad para aWi bahasa
(linguistic), kiranya dapat disimpulkan bahwa pada dasamya memben kesan kuat

pada kita, terjelllahan itu lebih menekankan pacta makna. Apakah hasil atau produk

17

M. RudolfNababan, Teor; Menerjemah Bahasa lllggris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

]999), Cel. ke-1, 11.19

21

itu setia pada bentuknya atau menY1mpang, bukanlah merupakan masalah yang
pokok, yang paling penting bahwa produk teIjemahan itu benar-benar tepat makna.
Artinya ada kesesuaian antara pesan penulis naskah asli dengan pesan yang diterima
pembaca yang bukan masyarakatnya.
Selain itu, bahwa teljemahan mempunyai ciri tertulis. Maksudnya berbentuk
bahasa tulisan dan bukan lisan. Inilah yang membedakan antara interpretasi dan
penerjemahan. Kalau interpretasi yaitu mengalihkan suatu bahasa (bahasa sumber) ke
bahasa lain (bahasa sasaran) dengan cara lisan, sedangkan penerjemahan adalah
mengalihkan satu bahasa ke bahasa lain dalam bentuk tulisan.
Contoh sederhana seorang penyiar mewawancarai tamu asing yang tak bisa
berbahasa Indonesia. HasH keterangan itu disampaikan oleh penyiar dalam bahasa
Indonesia, inilah yang dikatakan interpretasi. Dan orang yang melakukan interpretasi
itu disebut interpreter.

B. Karakteristik Penerjemahan
Karakteristik PeneJjemahan terdiri dari tiga unsur, yaitu klasifikasi
peneljemahan, ragam peneJjemahan serta prinsip-prinsip dasar penerjemahan.

1. Klasifikasi Penerjemaban
Pada umumnya, kegiatan peneIjemahan dibagi menjadi dna bagian yaitu
kegiatan peneIjemahan lisan dan tulisan. 18 PeneIj,:mahan lisan (live

translation) dan PeneJjemahan tulisan (written translation) adalah dua
18

Suhendra Yusuf, op. cit., h.D

22

kegiatan yang sangat berbeda yang memerlukan keterampilan kbusus yang
berlainan pula.
Pada peneljemahan lisan, sang peneljemah dituntut untuk terampil
mengalihkan bahasa -

dari bahasa sumber (Source Language) ke dalam

bahasa sasaran (Target Language) -

secara langsung, cepat dan tepat, tanpa

diberi kesempatan sekejap pun llntuk memperbaiki unsur-nnsur bahasa ejaan
yang salah atau tidak tepat benar padanan teljemahannya. Seorang
penerjemah lisan disyaratkan memiliki kemampuan berbicara yang lancar dan
fasih, baik dalam bahasa sumber

maupun dalam bahasa sasaran,

berpengetahuan Iuas dan mampu menafSirkan apa-apa yang diujarkan oleh
penutur yang diterjemahkannya itu. Oleh karena itulah seorang penerjemah
Iisan biasa dikenal dengan sebutan interpreter l9 diambil dari bahasa Inggris
"to interprete " yang berarti menafsirkan atau menerjelllahkan, untuk dapat

menjadi penerjemah lisan yang baik diperlukan latihan yang lama dan
pengalaman yang luas, karena tidak saja ia hams menjadi penerjemah yang
handaI melainkan juga ia mesti menjadi penafsir yang mahir, dua kegiatan
sempa tapi tak sama.
Dalam teIjemahan tulisan, sang peneIjemah masih diberi kesempatan untuk
memperbaiki kembaIi unsur-unsur bahasa yang salah atau yang menumt
anggapannya kurang tepat padanan terjemahannya. Kefasihan (Iisan) seorang

19

Ibid, h.14

23

peneJjemah tulisan tidaklah menjadi syarat yang mutlak. Penguasaan kedua
bahasa -

bahasa swnber dan bahasa sasaran -

secara pasif pun tidak

menjadi hambatan untuk menjadi penerjemah tulisan yang baik. Apabila kita
melihat perbedaan antara teljemah Iisan dan terjemah tulisan, serta
mempertimbangkan antara keduanya pada tingkat kesulitannya (difficulties),
maka sepertinya teJjemah lisan itu lebih sulit dibanding terjemah tulisan.
Karena pada teljemah Iisan, peneljemah dituntut memiliki kemampuan
pengetahuan yang kuat serta kemampuan berbicara yang lancar dan fasih serta
cepat dalam mengalihkan bahasa, dari bahasa

ウオュ「Hセイ

sasaran, disamping harns menguasai kedua bahasa Language) dan bahasa sasaran (Target Language) -

ke dalam bahasa
b81hasa slunber (Source
tersebut.

2. Rllgam Terjemahan
Berdasarkan klasifikasi peneJjemahan yang terbal,.ri menjadi dua bagian
yaitu terjemah lisan dan terjemah tulisan, yang keduanya memiliki
karakteristik tersendiri dalam menghasilkan produk teljemahan. Di dalam
terjemahan pun terdapat bentukl ragam teljemahan yang akan dijelaskan
dalam bab ini.
Di dalam membahas ragam teJjemah ini, berarti hal ini berkaitan erat
dengan terjemah tulisan, bukan terjemah Iisan. Sebab di dalam terjemah
tulisan membutuhkan pola-pola khusus yang digunakan peneljemah untuk
menerjemahkan sebuah tulisanJkarya seseorang dengan mengungkapkannya

24

dalam bentuk tulisan dan dengan susunan kalimat yang baik dan benar.
Sedang di dalam terjemah lisan tidak membutuhkan hal tersebut.
Memang para ahli linguistik (ahli bahasa) berbeda pendapat mengenm
ragmll terjel11aban. Nurachl11an Hanafi 20 l11engatakan ada tiga ragam
terjemahan dalam sebuah proses peneljemahan, yaitu terjemah kata per kata

(wordfor word translation), teljemah terikat (literal translation) dan teljemah
bebas (free translation). Suhendra Yusuf 1 l11enyebutkan terdapat dua ragam
terjemahan yang lazil11 digunakan oleh para penerjemah, yaitu terjemah terikat

(literal translation) dan terjemah bebas (free translation). Sedang M.Rudolf
Nababan22 l11embagi ragal11 terjemah l11enjadi sepuluh ragal11 terjemah, yaitu
ragam terjel11ah kata del11i kata, terjel11ah bebas, terjel11ah harfiah, terjemah
dinamik terjel11ah pragmatik, teljemah estetik puitik, terjemah etnOh'Tafik,
terjel11ah linguistik, terjemah komunikatif dan teljemah semantik. Namun
demikian apabila kita tarik kesimpulan baik Nurachman Hanafi, Suhendra
Yusuf maupun M. Rudolf Nababan setuju dan mengetahui adanya ragam
terjemahan kata per kata, terjemahan terikat dan terjemahan bebas.
Pembagian ragam terjemahan dari ragam terjemahan kata per kata (wordfor

word translation), terjemab terikat (literal translation) sampai kepada
terjemab bebas (free translation), ketiganya itu didasarkan kepada tataran

20

Nurachman Hanafi, op. cit., h. 54

21

Suhendra Yusuf, op.cit., h. 25

22

M. RudolfNababan, op.cit., h.30-46

25

bahasa (ranks linguistic). Hal ini sesuai dengan pernyataan Suhendra Yusuf

3

di dalam bukunya Teori Terjemah Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik
dan Sosiolinguistik yang membagi ragam

ョ。ィ ュ・ゥセ エ

berdasarkan tiga unsur

yaitu: ragam terjemahan berdasarkan keluasan bahasanya, berdasarkan unsurunsur bahasanya, dan berdasarkan tataran bahasanya.

a. Ragam terjemahan berdasarkan keluasan bahasanya
Penerjemahan yang didasarkan kepadakeluasaan bahasanya (bahasa
sumber) dibagi menjadi dna bagian yaitu: terjemah penuh dan terjemah
paJ·sial.
I) Terjemah penuh
Terjemah penuh (full translation), artinya keseluruhan naskah bahasa
sumber sepenuhnya diterjemahkan. Maksudnya memindahkan semua
unsur kebahasaan, yakni penggantian unsur tata bahasa dan kosa-kata
bahasa sumber dengan padanan terjemah tata bahasa dan kosa-kata
bahasa sasaran 24
Berikut ini contoh terjemah penuh (full translation):

/' /' /'

u\.S セ



iA[スセ

1'/ '"

23

Suhendra Yusuf, op. cit., h.19

24

Ibid, h.21

/"

"I

///"

OLN セO

CJl..uUYI :).•.:.:a.:J1 Nセ

Ul セ

-'/'1/'7

I

49)J.. 11:jA

26

Kenyataan ini ialah bahwa sumber peradaban manusia pertama baik
Mesir, Funisia atau Asiria ada hubungannya dengan Laut Tengah. 26
Pada contoh terjemahan tersebut terlihat bahwa tidak adanya kalimat
atau kata yang dibuang sehinggapembaca dapat memahami konteks
kalimatnya secara utuh dan benar.

2) TeIjemah parsial
Terjemah parsial (partial translation) artinya ada bagian atau beberapa
bagian telientu dari bahasa sumber yang tidak diterjemahkan. 27 Seperti
pada peneIjemaban kesenisastraan, penerjemah terkadang menemukan
kosa-kata tidak ada

padanannya dalam bahasa sasaran, sehingga

penerjemah dengan inisiatifnya memindahkan begitu saja kata tersebut
ke dalam terjemahannya. Misalnya kata management28 (Inggris),
padanan dalam bahasa Indonesia menjadi managemen, manajemen, atau
menejemen. Demikian pula pada kata complex menjadi kompleks;

25

Muhammad Husain Haekal, Hayafll Muhammad, (Kairo: Darul Ma'arif, 1935), h.53

26 Ali Audah., Sejarah HidupMuhammad, terjemahan, (Jakarta: PI Pustaka Litera Antar Nusa,
1999), cet.ke-23, h.l

27

Ibid.

28

Ibid., h.20

27

television menjadi televisi; ji'equency menjadi frekuensi; relative

menjadi relatif.
Benkut ini contoh terjemah parsial (partial translation):
/

iセjN

/'/

'?

.,

... .,

t.::uu 0
セGク|

./

[Gセ| jN、

...

//

....

'I

t"

/

1,.,"'"

J.JU11 セ LijNセ・キ

J"' ..... .J ... / " .J

Q\セᄋ

./

,/'

//

./

セ オNA LM 」 Z N ケ lャゥjセ

S .... .y""""....

//

,iJY

.,.",

.1/., 1'/
/'

/'

,., .....,,/""::;

ji lN セ

-" .......