Analisis diksi pada buku terjemahan fikih sunnah karya Mahyuddi Syaf

(1)

ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH Karya Mahyuddin Syaf

3.

Disusun oleh: Komeri NIM : 106024000934

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

i ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

Karya Mahyuddin Syaf

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S).

3.

Disusun oleh: Komeri NIM : 106024000934

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

ii ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH

Karya Mahyuddin Syaf

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Disusun oleh:

Komeri NIM : 106024000934

Pembimbing;

Drs. Ahmad Syatibi, MA. NIP.150228407

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

iii PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul ANALISIS DIKSI PADA BUKU TERJEMAHAN FIKIH SUNNAH Karya Mahyuddin Syaf telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis, 16 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada program studi Tarjamah.

Jakarta, 20 Desember 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Ikhwan Azizi, MA. Akhmad Saekhuddin, M.Ag. NIP: 150 268 589 NIP: 150 303 001

Anggota

Penguji Pembimbing

Dr. H. Ismakun Ilyas, MA Drs. Ahmad Syatibi, MA. NIP:150 274 009 NIP.150 228 407


(5)

iv PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hati terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 03 Desember 2010

Komeri NIM: 106024000934


(6)

iv KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah seru sekalian alam , salawat dan salam terlimpah atas penghulu manusia, baik yang dahulu maupun terakhir, yakni jungjungan kita Nabi Muhammad saw, juga atas segenap keluarga dan semua orang yang mengikuti pentunjuk-NYA, sampai hari kemudian

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada civitas

academica UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama kepada Prof. Dr.

Komaruddin Hidayat, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Dr. Abdul Wahid Hasyim, MA., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Drs. Ikhwan Azizi, MA., Ketua Jurusan Tarjamah serta Sekretaris Jurusan Tarjamah, Ahmad Saekhuddin, M.Ag.

Terima Kasih yang tak terhingga pula kepada Drs. Amad Satibi, MA yang telah meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi, memberikan referensi serta memotivasi Penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan Bapak.

Kepada seluruh Dosen Tarjamah yang telah memberikan waktu untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada penulis. Penulis hanya bisa mengucapkan

Terima kasih yang tak terhingga. Semoga ilmu dan pengalaman bapak/ibu berikan

dapat diamalkan dalam kehidupan penulis.

Penghormatan serta salam cinta Penulis haturkan kepada Kedua Orang Tua Penulis, Bpk. Yamin bin Engkos dan Ibu Bonih. Kepada Kakak dan Adik Penulis yaitu Sufyan, Mimin Siti Aminah, Kuswara, Asep Suparman, dan


(7)

v Komariah, yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada Penulis, sehingga Penulis bisa menyelesaikan kuliah ini..

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan seperjuangan di Tarjamah Angkatan 2006, kepada Ruston Nawawi, Fuad , M Firdaus, Yuyun, Yatmi, Anisa, Elida, Nurcholis, Rina, Nuraini, Ade Ernawati,Mida , Meli, yang telah memberikan bantuan yang tidak habis-habisnya kepada penulis. Buat seseorang yang melebihi dari sekedar teman, dia selalu memberikan semangat dan perhatiannya dalam menyusun skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih atas semua yang telah diberikan kepada penulis.

Akhir kata. Penulis menyadari bahwa Skripsi yang masih jauh dari kesempurnaan dan kelengkapan ini bisa menjadikan kawan-kawan untuk mengisi kekosongan dalam skripsi ini. Saran serta kritik konstruktif sangat Penulis butuhkan untuk interpretasi yang lebih baik lagi.

Jakarta, 03 Desember 2010

Penulis


(8)

vii

DAFTAR ISI

Lembar Pengajuan ... i

Lembar Pengesahan Pembimbing ... ii

Lembar Pengesahan Panitia Ujian ... iii

Lembar Pernyataan ... iv

Kata Pengantar... v

Daftar Isi... vii

Pedoman Tranliterasi ... ix

Abstrak ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat... 5

D. Methodologi Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 6

F. Sistematika Penelitian ... 6

BAB II KERANGKA TEORI ... 8

A. Teori Penerjemahan ... 8

1. Pengertian Penerjemahan ... 10

2. Syarat Penerjemahan ... 14

3. Tahap Penerjemahan ... 16

3. Jenis Penerjemahan ... 19


(9)

viii

1. Pengertian Diksi dan Korelasinya Dengan Makna ... 22

2. Syarat Ketetapan dan Kesesuain Diksi ... 25

3. Diksi dalam Kalimat ... 28

BAB III ANALISIS DATA ... 34

A. Gambaran Umum Kitab Fiqh Sunnah ... 34

B. Analisis Diksi dalam Hubungan Dengan Makna ... 36

1. Kata Khusus dan Umum ... 36

2. Makna Konotatif dan Denotatif ... 37

3. Makna Referensial Implisit ... 39

C. Analisis Keserasian Makna dalam Penerjemahan Bab Zakat Buku Terjemahan Kitab Fiqh Sunnah ... 42

1. Tidak Diterjemahkan ... 43

2. Kerancuan Menerjemahkan ... 44

D. Analisis Kalimat ... 45

1. Kesepadanan dan Kesatuan ... 45

2. Koherensi yang Baik dan Kompak ... 45

BAB IV PENUTUP ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 49


(10)

ix PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin dalam Buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

ا ط T

ب b ظ Z

ت t ع ‘

ث ts غ Gh

ج j ف F

ح h ق Q

خ kh ك K

د d ل L

ذ dz م M

ر r ن N

ز z و W

س s ة H

ش sy ء `

ص s ي Y


(11)

x 2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

A. Vokal tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

- - - -

َ

a Fathah

ِ

- - - -

i Kasrah

ُ

- - -

u Dammah

B. Vokal rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

َ

---ي ai a dan i

َ

---و au a dan u

C. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu :

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي/ا----َ â a dengan topi di atas

----يِ î i dengan topi di atas


(12)

xi 3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا , dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh : al-rijâl bukan ar-

rijâl, al-dîwân bukan ad- dîwân.

4. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda---ّ dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah

itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda

syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf

syamsiyyah. Misalnya, kata ةروﺮّﻀﻟا tidak ditulis ad-darûrah melainkan

al- darûrah, demikian seterusnya.

5. Ta Marbûtah

Jika huruf Ta Marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka

huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (contoh no.1). hal yang sama juga berlaku, jika Ta Marbûtah tersebut diikuti oleh (na’t) atau kata

sifat (contoh no.2). namun jika huruf Ta Marbûtah tersebut diikuti kata

benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (contoh


(13)

xii

No. Kata Arab Alih Aksara

1 ﺔﻘﯾﺮﻃ Tarîqah

2 ﺔﯿﻣﻼﺳﻹا ﺔﻌﻣﺎﺠﻟا al-jâmi’ah al-islâmiyah

3 دﻮﺟﻮﻟا ةﺪﺣو wihdat al-wujûd

6. Huruf kapital

Mengikuti EYD bahasa Indonesia. Untuk proper name (nama diri, nama

tempat, dan sebagainya), seperti al-Kindi bukan Al-Kindi (untuk huruf “al” a tidak boleh kapital.


(14)

(15)

(16)

xiii ABSTRAK

Komeri

“Analisis Diksi pada buku terjemahan Fikih Sunnah karya Mahyuddin Syaf”. Di bawah bimbingan Dr. Ahmad Syatibi, MA.

Menterjemahkan terdiriatas reproduksi pesan kedalam bahasa penerima melalui gaya bahasa alamiah yang paling mendekat kesetaraan dengan naskah bahasa sumber, pertama dalam hal makna dan kedua dalam hal gaya bahasa.

Dalam penerjemahan, permasalahan diksi sangat berpengaruh terhadap hasil terjemahan. Diksi adalah pilihan kata secara tepat dan lugas untuk mencapaikan gagasan. Pemilihan kata dalam terjemahan menjadi faktor utama dalam penerjemahan. Seseorang penterjemah harus mencari padanan kata yag tepat dalam bahasa sasaran, diutamamakan harus mencari terjemahan yang ringan atau yang terdekat, sehingga pembaca mudah mengerti akan pesan dan gagasan yang dimaksud. Tidak hanya sampai disini saja, ternyata penerjemah harus menggunakan kamus untuk mennerjemahkan karena kamus sebaai sumber diksi.

Dalam kegiatan penelitian ini penyusun mencoba meneliti terjemahan kitab Fikih Sunnah karya Mahyuddin Syaf dalam pemilihan kata. Dalam terjemahan ini masih terdapat kata-kata yang belum tepat dan tidak umum digunakan oleh masyarakat Indonesia. Penyusun menemukan beberapa masalah yang terdapat dalam terjemahan, misalnya terjemahan masih terikat dengan bahasa sumbernya, sehingga ide dan gagasannya tidak tersampaikan. Terjemahan


(17)

xiv yang baik dan benar adalah tersampainya pesan, ide, dan gagasan secara tepat dan lugas. Penulis mengusulkan terjemahan alternatif yang lebih baik dan lebih dekat dengan merujuk kamus, seperti yang sudah disebutkan, bahwa kamus adalah sebagai sumber diksi.


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sayyid Sabiq lahir pada 1915 di Mesir dan meninggal pada Februari 2000. Beliau sudah hafal Al-Qur’an pada usia sembilan tahun. Mengenyam pendidikan di Universitas al-Azhar, Mesir dan Universitas Ummul Qura, Mekah, Arab Saudi, dan sempat mengajar di kedua universitas tersebut. Sayyid Sabiq dikenal sebagai seorang ahli fikih, salah satu disiplin dalam kajian studi Islam. Dan, karena fikih inilah, namanya begitu masyhur dan sangat berpengaruh di kalangan umat Islam kontemporer. Sayyid Sabiq dilahirkan di Mesir pada 1915 dan wafat pada 28 Februari 2000.

Megingat adanya buku-buku keagamaan yang berbahasa arab, maka perlu adanya penerjemahan dan penggunaaan diksi dengan baik, usaha ini tentunya sebagai jembatan, agar masyarakat untuk bisa membaca agama (referensi) dan dapat memahami secara benar dan tidak ada rasa keraguan terhadap kitab tersebut.

Menerjemah merupakan seni yang rumit dan menuntut adanya pengetahuan mendalam tentang bahasa sumber (Bsu) dan bahasa sasaran (Bsa) kesulitan menerjemahkan timbul karena tiap bahasa memiliki berbagai macam karateristik atau disebut dengan (sui generik). Hal ini disebabkan juga


(19)

2

karena proses penerjemahan merupakan pekerjaan yang sulit dan memiliki berbagai macam aspek diantaranya adalah proses linguistik yang sari patinya terangkum dalam upaya mencari padanan kata-kata bahasa lain.

Seorang penerjemah dituntut untuk memahami dan mengerti pesan, kategori dan fungsi setiap bahasa yang menyusun setiap kalimat Bsu, sehingga pesan yang diinginkan oleh teks terjemahan dapat diungkapkan secara tepat dan sempurna kedalam Bsa. Secara luas terjemahan dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pesan baik verbal maupun non verbal , dan dari informasi sasaran oleh karena itu terjemahan biasa diartikan sebagai suatu proses pengalihan pesan yang terdapat dalam teks bahasa pertama atau bahasa sumber degan padanannya di dalam bahasa kedua atau bahasa sasaran.

Secara luas terjemahan dapat diartikan Sebagai kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pesan baik verbal maupun non verbal, dari informasi asal atau informasi kedalam informasi sasaran. Adapun dalam pengertian sempit terjemahan adalah suatu proses pengalihan pesan yang terdapat dalam teks bahasa pertama atau bahasa sumber sehingga padanan didalam bahasa kedua atau bahasa sasaran.

Oleh sebab itu dari keterangan diatas kita sudah mengetahui apa itu penerjemahan baik makna secara global maupun khusus , tetapi perlu diingat pula bahwa diksipun penting sekali dalam sebuah penerjemahan, oleh karena


(20)

3

itu penulis akan mencoba menganalisis salah satu karya terjemahan dari sudut diksi.

Menurut kamus linguistik diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau karang mengarang, adapun diksi menurut kamus besar bahasa indonesia diksi adalah pemilihan kata yang bermakna tepat dan selaras (cocok penggunaan) untuk mengungkap gagasan dengan pokok pembicaraan, peristiwa dan khayalan pembaca atau pendengar, pilihan kata, jadi sudah jelaslah bahwa diksi adalah pilihan kata . tujuan mempelajari diksi agar kita dapat menerjemahkan dengan baik dan yang membacanya pun dapat menerimanya secara baik karena sering kita jumpai dari hasil karya atau hasil karya terjemahan masih kita dapati kurang mengenai sasaran sehingga pembacapun cenderung keliru terhadap bacaan tersebut. Disini penulis akan memberikan salah satu contoh pada kitab fiqh sunnah karya sayyid sabiq.

َﺛ

َﻼ

ٌث

َأ

ِْﺣ

ُﻒﻠ

َﻋ

َﻠْﯿ

ِﮭ

ﱠﻦ

.

َﻻ

َﯾ

ْﺠ

َﻌ

َﻞ

ُ ﷲا

َﻣ

ْﻦ

َﻟ

ُﮫ

َﺳ

ْﮭ

ٌﻢ

ِﻓ

ْا ﻲ

ِﻻ

ْﺳ

َﻠ

ِمﺎ

َﻛ

َﻤ

ْﻦ

َﻻ

َﺳ

ْﮭ

َﻢ

َﻟ

ُﮫ

,

َوَأ

ْﺳ

ُﮭ

ُﻢ

ْا

ْﺳﻻ

َﻠ

ِمﺎ

َﺛ

َﻠ

ﺔﺛﺎ

:

Diartikan: Ada tiga perkara yang saya sumpah atasnya, Allah akan

memperlakukan orang yang mempunyai saham dalam seperti halnya orang

yang mempunyai saham.1

1

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, Terj, Mahyuddin Syaf, (Bandung. PT. Alma’arif, 1978), Cet ke-1, h. 12


(21)

4

Menurut penulis penerjemahan kitab fiqh sunnah diatas kurang tepat, khususnya dalam struktur terjemahan indonesia , pada statement ini kalimat ...ﻒﻠﺣأ ثﻼﺛ... merupakan... .ﺔﯿﻤﺳﻻا ﺔﻠﻤﺟ.... dan apabila diterjemahkan kedalam bahasa indonesia subyek didahulukan ketimbang keterangan maka

menjadi aku bersumpah bukan tiga perkara terlebih dahulu karena yang

didahulukan adalah subyek bukan keterangan.

Selanjutnya kata perkara saat ini sudah tidak dipakai lagi karena kata

ini mengalami penyempitan makna, karena kata perkara saat ini digunakan

untuk masalah yang bersifat hukum seperti masalah perkara pidana, perkara

saksi, perkara hukum, dan perkara lainnya. sebaiknnya kata perkara ini

diterjemahkan macam atau hal, jadi diterjemahkan menjadi tiga hal oleh,

sebab itu terjemahannya menjadi aku bersumpah atas tiga hal.

B. Pembatasan dan perumusan masalah

Adapun perumusan masalah yang penulis paparkan adalah:

1. Apakah kata yang dipilih dalam buku terjemahan Fiqh sunnah karya Mahyuddin syaf sudah tepat, dilihat dari sisi Bahasa sasaran (Bsa) dan Bahasa sumber (Bsu) ?

2. Apakah pemilihan diksi yang dilakukan penerjemah sudah sesuai dengan makna dalam bahasa sasaran ?


(22)

5

C. Tujuan dan manfaat

Berdasarkan rumusan masalah yang penulis buat, maka yang terjadi tujuan umum penelitian diksi ini adalah membuktikan pentingnya kesesuaian pada padanan atau pilihan kata pada suatu penerjemahan, sehingga tidak menimbulkan kerancuan arti atau makna , adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mencari kata-kata yang belum sesuai dengan syarat ketetapan dan keserasian diksi

2. Mencari dan menganalisis padanan makna yang sesuai

Adapun manfaat dari studi diksi ini adalah membantu para penerjemah, terutama para pemula untuk agar mereka dapat menerjemahkan dengan baik.

D. Methoda penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis kemukakan, maka jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian Diskriptif, sebagaimana telah di sebutkan pada judul skripsi ini. Penulis mengambil Bab Zakat kitab terjemahan fiqh sunnah yang diterjemahkan sebagai sampel dari sebagian bab pada buku terjemahan tersebut. Bab zakat sesuai diksi yang berkaitan dengan keserasian kata dengan konteks kalimat.


(23)

6

E. Tinjauan Pustaka

Sejauh yang penulis temukan, penelitian tentang permasalahan diksi dilakukan oleh 4 orang, diantaranya. Muhammad Hotib (2006) menganalisis diksi pada terjemahan buku bulugul maram. Rachmad Joni Akbar (2006) menganalisis diksi terhadap Al-quran terjemahan departemen Agama Surat Al-Waqiah. Elang Satya Nagara (2007) menganalisis diksi pada bab puasa buku terjemahan Fath al-qarib. Uminah (2007) menganalisis diksi terhadap Fikih Al-Mar’ah al-Muslimah. Sementara itu, penulis menganalisis pada kitab Fikih Sunnah pada Bab Zakat Karya Mahyuddin Syaf.

E. Sistematika penulisan

Skprisi ini terdiri dari empat bab:

Bab I : Berupa pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penelitian

BAB II : Berupa kerangka teori yang meliputi definisi penerjemahan, syarat-syarat penerjemahan, tahap penerjemahan dan teori diksi dan korelasinya dengan makna, dan syarat ketetapan dan kesesuain diksi.

Bab III : Berupa analisa data dan gambaran umum kitab terjemahan kitab fiqh sunnah , analisis diksi dalam hubungannya dengan makna


(24)

7

keserasian makna dengan penerjemahan dan kerancuan menerjemahkan.


(25)

8

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Teori Penerjemahan

Komunikasi dalam kehidupan manusia tidak akan terjalin tanpa bahasa. . Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia sebagai mahluk social yang berakal . melalui bahasa , segala informasi atau pesan dapat tersalurkan dan dimengerti. Terutama bagi pemakai bahasa yang mempunyai ruang lingkup luas, perkataannya akan dapat mudah . Dipahami oleh lawan bicaranya.

Setiap bahasa mempunyai perbendaharaan kata yang berbeda-beda baik dari segi struktur dan kosakatanya. Hal ini tergantung pada asal usul bahasa itu sendiri. Setiap bahasa kaya dengan perbendaharaan kata dan keragaman katanya, sesuai dengan pengalaman manusia dan perkembangan kebudayaan tempat bahasa itu tumbuh berkembang. Karena setiap bahasa mempunyai caranya sendiri-sendiri dalam menentukan system symbol dan pemaknaannya.

Bahasa erat kaitannya dengan dunia penerjemahaan, karena penerjemahaan merupakan kegiatan yang melibatkan bahasa dan dalam pembahasannya tidak dapat mengabaikan konsep-konsep kebahasaan itu sendiri. Penerjemahaan sama artinya dengan mengenal sesuatu yang unik dan


(26)

9

menarik. Dikatakan unik karena amat langka peminatnya, dikatakan menarik karena apa yang disajikan dunia ini memberikan kunci rahasia cakrawala baru dan kepuasan diri.

Banyak orang mengatakan bahwa menerjemahkan itu hanya memindahkan arti kata perkata dalam bahasa sasaran, akan tetapi sebaliknya menerjemahkan itu ialah memindahkan teks bahasa sumber kedalam bahasa sasaran sesuai dengan struktur pemakaian bahasa sasaran itu sendiri. Bagi semua pakar bahasa pun belum tentu bisa menerjemahkan dari bahasa yang satu kedalam bahasa yang lain.

Menerjemahkan suatu naskah bahasa sumber dan mencarikan padanannya di dalam bahasa sasaran tidaklah semudah apa yang dibicarakan orang. Menerjemahkan identik dengan mengkomunikasikan keterangan, pesan, atau gagasan , yang ditulis oleh pengarang asli dalam bahasa terjemahan agar dapat melakukan kegiatan ini, sudah pasti diperlukan keterampilan khusus. Seorang dwi bahasawan atau bahkan seorang aneka bahasawan yang terampil tentu mampu menerjemahkan satu bahasa kedalam bahasa lain.


(27)

10

1. Pengertian Penerjemahan

Penerjemahan bahasa arab kedalam bahasa Indonesia ialah “usaha memindahkan pesan dari teks berbahasa Arab (teks sumber) dengan padanannya kedalam bahasa Indonesia (bahasa sasaran)”.1

Dari penertian diatas dapat diartikan bahwa menerjemahkan adalah mengalihkan arti kata perkata. Pendefinisian terjemah tersebut dimaksudkan untuk “mengalihkan pesan secara utuh dan maksimal kedalam bahasa sasaran verba maupun non-verba dari suatu kedalam bentuk lainnya.”2

Banyak para penerjemah mengartikan bahawa definisi terjemah hanya menekankan pada aspek pesannya saja sehingga mereka berpeluang untuk mengartikan secara lain, karena penerjemah bisa berbuat seenaknya terhadap naskah terjemah dengan mengabaikan aspek-aspek diluar pesan seperti aspek morfologis , sintaksis besar dalam mengekspresikan pesan teks tanpa menghiraukan padanan-padanan lingustik, struktur dan hal-hal diluar teks.

Ada beberapa tokoh yang memberikan definisi tentang penerjemahan, diantaranya:

1

Ibnu Burdah, Metode dan Wawasan Manerjemahkan Teks Arab, (Yogyakarta: P.T. Tiara Wacana, 2004), h. 9


(28)

11

a. Definisi secara istilah

Dalam buku the theory and practice of translation , Nida dan Charles memberikan definisi tentang penerjemahan, yaitu Translation consist

in reproducing in the receptor language the closest natural

equivalent of the source language massage, firstin the term of

meaning and secondly in the term of style.”2

(Terjemahan ialah kegiatan yang menghasilkan kembali pesan dalam bahasa sumber (Bsu) kedalam bahasa sasaran (Bsa) dengan padanan alami yang sedekat mungkin, pertama-tama dalam hal makna , dan kemudian gaya bahasanya). Jadi, Nida dan Charles mendefinisikan penerjemahaan yaitu mengalihkan pesan bahasa kedalam bahasa sasaran dengan padanan baik dari segi makna dan gaya bahasanya.

Pendapat Engene A. Nida ini juga tidak jauh berbeda dengan pendapat J. C. Catford. Sebagai seorang penerjemah Profesional sekaligus pakar dalam bidang linguistic, caftord menerangkan bahwa, “translation is the replacement of textual material in another language.”3 (penerjemahan ialah pemindahan naskah dari bahasa asal

atau bahasa sumber (Bsu) dengan bahan teks yang sepadan kedalam bahasa sasaran dengan sesuai).

2

E.A Nida dan Charles Taber, The Theory and Practice of Tranlation, (Leiden: The United Bible Societis, 1974), h. 12

3

J.C. Catfrord, Alinguistik Theory of Translation ,( London, Oxford Univercity press, 1974) Fourth Impression, h. 20


(29)

12

Dua pendapat diatas bertentangan dengan apa yang diungkapkan J. Levy. Levy memberikan definisi terjemahan sebagai suatu ketampilan . kejelasan dari penerjemah tampak tercermin dari opini. Seperti yang dikatakan dalam bukunya translation As Decission.” Translation is a creative process which always leaves the translator afreedom of choies between several approxiamately equivalent possibilities of situational meaning.”4 (terjemahan

merupakan proses kreatif yang memberikan kebebasan bagi penerjemah untuk memilih kemungkinan padanan yang dekat dalam mengungkapkan makna yang sesuai dengan situasi).

Hal senada juga diungkapkan oleh New Mark dalam artikelnya yang berjudul “Futher preposition on translation” New Mark berpendapat bahwa “ translation is an exercise which consist in

the attempt to written massage in one language by the same in

another language.”5 (penerjemahan merupakan latihan dalam proses

penggatian pesan tertulis dari satu bahasa ke bahasa lainnya dengan yang sama ).

Hal ini juga tidak berbeda dengan pendapat para pakar terjemah lainnya, Juliana Hause juga mendefinisikan terjemah sebagai “pemindahan pesan dari teks bahasa sumber kedalam bahasa sasaran” seperti yang dikutip oleh Nurahman Hanafi, dalam

4

Nurahman Hanafi, op, cit, h. 24

5


(30)

13

desertasinya yang berjudul A model for translation quality

assessment, Juliana mendefinisikan “translation is language.6”

(penerjemahan merupakan proses pemindahan naskah dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran dengan semantic dan pragmatic sepadan).

Pendapat yang serupa juga ditambahkan oleh Leonard foster yang mengungkapkan definisi terjemah yaitu “translation as

the transference of the content of a text from one the from.”

Terjemahan merupakan naskah dari bahasa satu ke bahasa lainnya, yang perlu diingat bahwa kita harus selalu bisa memisahkan isi dari bentuk naskah itu.

Itulah pendapat enam tokoh terjemah tentang definisi penerjemah. Mereka mengungkapkan argument masing-masing sesuai dengan latar belakang keilmuan dan proses yang telah mereka tekuni sebelumnya sebagai seorang penerjemah. Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas ialah, penerjemahan merupakan proses pengalihan makna dari naskah bahasa sumber kedalam naskah bahasa sasaran dengan padanan yang sedekat-dekatnya dan sewajar-wajarnya, baru kemudian memperhatikan gaya bahasa.

6


(31)

14

2. Syarat-syarat Penerjemah

Kegitan penerjemah bukanlah penggantian kata demi kata dari bahasa sember (Bsu) ke dalam bahasa sasaran (Bsa). Melainkan memindahkan konsep, pengertian dan amanat. Maka diperlukan syarat-syarat tertentu , yaitu:

a. Penerjemah harus sesuai dengan konteks bahasa sumber (Bsu) dan konteks bahasa penerima (Bsa)

b. Penerjemah harus sesuai dengan gaya bahasa sumber (Bsu) dan gaya bahasa penerima (Bsa)

c. Penerjemah harus sesuai dengan ciri khas bahasa sumber (Bsu) dan ciri khas bahasa penerima (Bsa).7

Penerjemah harus sesuai dengan konteks bahasa sumber (Bsu) dan konteks bahasa penerima (Bsa). Artinya , penerjemah benar-benar sejalan dengan yang dibicarakan dalam bahasa sumber (Bsu) dan memberikan makna yang tepat kedalam bahasa penerima (Bsa) . Menerjemahkan bukan sekedar mencari padanan kata yang umumnya dilakukan dengan cara membuka kamus . walaupun kamus adalah keharusan dalam kegiatan penerjemah. Tetapi tidak sampai disitu, karena tidak mutlak dapat menyelesaikan pekerjaan menerjemah itu sendiri. Penerjemah tidak cukup hanya sesuai dengan konteks bahasa sumber (Bsu) dan bahasa penerima

7

Ismail lubis , Falsifikasi Terjemahaan Alquran Depag Edisis 1990,( Yogyakarta: PT. tiara Wacana, 2001), Cet. Ke-1. hal .62


(32)

15

(Bsa), tetapi harus pula dapat mencerminkan bahasa yang akan diterjemahkan menjadi penting bagi seorang penerjemah .

Penerjemah harus sesuai dengan gaya bahasa sumber (Bsu) dan gaya bahasa penerima (Bsa) sebagaiman yang dikutip oleh ismail Lubis ialah “ penerjemahan benar-benar memperlihatkan kesesuain gaya bahasa dari kedua bahasa yang dipertemukan”.

Menurut Hendri Guntur sebuah gaya bahasa “ adalah bahasa yang mengadakan perbandingan atau komparasi antara dua kata yang mengandung ciri-ciri semantic yang bertentangan”. Penguasaan penerjemahan terhadap gaya bahasa sumber (Bsu) dan penerima (Bsa) sangat penting dan dapat memudahkan bagi seorang penerjemah dalam menyesuaikan antara kedua bahasa . sehingga selaras dengan bahasa sumber dalam hal makna dan gaya bahasa serta seorang penerjemah harus benar-benar mengerti tanga-tanda khusus yang membedakan bahasa sumber dan bahasa penerima . untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang ciri khas bahwa bahasa sumber dan bahasa penerima dapat dilihat dari peristiwa bahasa yang merupakan salah satu istilah dalam cabang ilmu bahasa yang berfungsi membicarakan peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam bahasa sebagai akibat pemakaian bahasa tersebut.

Adapun syarat-syarat penerjemah menurut Eugene A. Nida seperti yang dikutip oleh Nurahman sebagai berikut:


(33)

16

a. Seorang penerjemah harus mengenal materi dan kecakapan mengungkapkan dalam bahasa penerima

b. Seorang penerjemah harus mampu mengetahui bermacam disiplin ilmu, walau tidak begitu mendalam. Sebab akan memberikan daya untuk mengerti materi secara garis besar.

c. Penerjemah harus benar-benar menguasai bahasanya sendiri dan mengikuti perkembangan. Hal ini akan berakibat fatal jika seorang penerjemah hanya cenderung menggunakan kata-kata yang ketinggalan zaman . selain itu pula Nida menambahkan satu hal lagi guna perlunya kelengkapan pengetahuan cross-cultural understanding, yakni mengenal persamaan dan perbedaan budaya dari dua bahasa yang terlihat.

3. Tahap Terjemahan

Penerjemah sebagi sebuah proses, memiliki beberapa tahap hingga menghasilakan terjemahan yang dinginkan , terlebih lagi hasil terjemahan yang baik ialah terjemahan yang mampu menghadirkan isi pesan yang akan harus dilakukan oleh penerjemah untuk mendapatkan hasil yang dianggap baik . beberapa tahap menerjemahkan sebagai berikut:

a. Tahap analisis

Setiap teks yang terdapat dalam naskah asli tentunya bukan hal yang sacral untuk dianalisis terlebih dahulu. Analisis ini bisa dilakukan sekitar pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang,


(34)

17

karena tidak mungkin seorang penulis tidak ingin menyampaikan pesannya saat menulis. Meskipun naskah itu berupa teks ekpresif (perwujudan perasaan). Analisis juga bisa dilakukan seputar gaya bahasa yang digunakan oleh penulis , struktur gramatikal, atau dalam pemilihan kata, frase, dan kalimat setelah mendapatkan gambaran jelas tentang naskah yang akan diterjemahkan barulah ia bisa melanjutkan proses selanjutnya.

b. Tahap pengalihan

Pada tahap ini, seorang penerjemah di uji kecakapan dan keterampilan nya dalam menerjemahkan sekaligus peguasaan pada bahasa sumber dan bahasa sasaran. Inti dari tahap ini ialah mengalihkan unsure yang terdapat dalam naskah bahasa sumber dengan naskah bahasa sasaran serta sepadan . baik bentuk dan isinya harus di sepadankan, meski kesepadanan bukan berarti kesamaan. Apakah pesan penulis dalam teks asli harus tetap dipertahankan dalam terjemahan. Dapatkah penerjemah mengubah pesan yang bisa dilakukan dan atas pertimbangan apa?

Inilah pertanyaan yang kerap muncul disela-sela proses penerjemah. Namun demikian, seperti yang telah dijelaskan pada definisi penerjemah, seorang penerjemah harus mempertahankan maksud yang ingin disampaikan penulis, karena pada dasarnya terjemahan bukan sekedar mengalihkan huruf atau kata yang terdapat dalam bahasa sumber, tetapi lebih kepada pengalihan pesan yang


(35)

18

terdapat dalam bahasa sumber, tetapi lebih kepada pengalihan pesan yang terdapat dalam bahasa sumber , tetapi lebih kepada pengalihan pesan yang terdapat dalam bahasa sumber kepada bahasa sasaran . tidak heran bila seorang penerjemah yang telah memasuki tahap ini harus kembali ketahap lebih kepada pengalihan pesan yang terdapat dalam bahasa sumber kepada bahasa sasaran. Tidak heran bila seorang penerjemah yang telah memasuki tahpi ini harus kembali ketahap analisis atau sebaliknya sampai ia yakin betul bahwa pemahaman dan analisisnya sudah cukup baik.

Setelah tahap analisis dan pengalihan dilalui dengan baik , tahap terakhir yang harus dilakukan ialah pada tahap penyerasian.

c. Tahap Penyerasian

Pada tahap ini hasil terjemahan yang telah diselesai kan diuji . apakah hasil terjemahan ini benar-benar telah melewati tahap analisis dan pengalihan dengan baik? Apakah hasil terjemahan telah cukup memenuhi syarat terjemahan yang harus menyesuaikan bahasanya yang masih terasa “kaku” untuk kemudian disesuaikan dengan kaidah yang berlaku ada bahasa sasaran.

Penerjemah dapat melakukan tahap ini sendiri, atau bisa meminta bantuan orang lain untuk mengoreksinya. Ada dua hal yang mendasari ini, pertama, penerjemah kerap merasa kesulitan megoreksi kerjaannya sendiri, karena secara psikologis ia akan


(36)

19

menganggap terjemahannya sudah baik. Hal ini karena dorongan latar belakang yang ia miliki, maka penyerasian yang dilakukan orang lain cukup membantu dalam menghasilkan terjemahan yang baik dan komunikatif, kedua karena penerjemah sebaiknya merupakan kerja tim. Ada yang menerjemah dan ada pula yang “mengedit” untuk menghindari kesalahan.

4. Jenis Penerjemahan

a. Penerjemahan kata demi kata

Methoda penerjemahan ini ialah yang mengalihkan teks dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran “mentah” biasanya kata-kata teks sasaran langsung diletakan di bawah teks sumber, dan kata-kata yang bersifat cultural dipindahkan apa adanya. Umumnya methoda ini dipergunakan sebagi tahapan para penrjemah pada penerjemahan teks yang sulit atau sukar untuk memahami mekanisme bahasa sumber (Bsu) terhadap bahasa sasaran (Bsa).

b. Penerjemahan literal

Penerjemahan jenis ini mencari padanan terdekat kontruksi gramatikal yang terdapat dalam bahasa sumber (Bsu) dalam bahasa sasaran (Bsa). Penerjemahan kata demi katanya dilakukan terpisah dari konteks .umumnya methoda ini digunakan pada tahap awal pengalihan.


(37)

20

c. Penerjemahan setia

Penerjemahan setia mencoba memproduksi makna kontekstual Bsu dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Kata-kata yang bersifat budaya dialih bahasakan tetapi menyimpang dari tata bahasa dan pilihan kata masih tetap dibiarkan. Penerjemahkan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan Bsu, maka tidak heran jika hasil terjemahan ini terasa “kaku”

d. Penerjemahan semantic

Penerjemahan semantic ialah methoda penerjemahan yang

mempertimbangkan unsure estetika teks Bsu dengan

mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran. Bila dibandingkan dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantic lebih “luwes” dan fleksiber, karena tidak terikat oleh Bsu seperti penerjemahan setia. Kata-kata yang bersifat budaya boleh diterjemahkan dengan kata yang netral dan bersifat fungsional penerjemahan yang memberikan penekanan pada Bsa.

Pada terjemahan ini, seorang penerjemah berusaha untuk menghasilkan dampak relatife sama dengan apa yang diharapkan oleh penulis terhadap pembaca versi Bsu. Model terjemahan ini terbentuk penerjemahan bebas dan komunikatif.


(38)

21

1. Penerjemahan Bebas

Methoda ini lebih mengutamakan isi dan mengorbankan strukrur gramtikal Bsu. Terkadang methoda ini terbentuk frasa yang lebih panjang atau lebih pendek dari naskah aslinya.

2. Penerjemahan komunikatif

Methoda penerjemahan ini mngupayakan reproduksi makna kontekstual sedemikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun ini langsung dapat dipahami oleh pembaca “Methoda ini mengupayakan reproduksi makna konseptual yang demikian rupa, sehingga aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat dimengerti”.12

Adapula jenis “penerjemahaan yang menggunakan methoda penerjemahan langsung dan penerjemahan tak langsung”.

Penerjemahan langsung yaitu penerjemahan yang diungkapkan secara lisan maupun tertulis yang diterjemahkan secara langsung begitu teks sumber selesai diucapkan atau dituliskan.

Penerjemah tidak langsung yaitu methoda yang sering dengan persiapan terlebih dahulu. Begitu teks sumber dihadirkan, maka tidak secara spontan teks terjemahan dapat diartikan.


(39)

22

B. Teori Diksi

Jika berbicara atau menulis , maka penerjemah akan mengungkapkan kata-kata yang mewakili pesan yang akan disampaikan. Pengertian yang tersirat dalam sebuah kata, mengandung makna bahwa tiap kata menungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide, dengan kata lain, kata-kata adalah alat penyalur gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain.

Bila tiap manusia menyadari bahwa kata merupakan alat penyalur gagasan, maka hal ini berarti semakin banyak kata yang dikuasai oleh seseorang, semakin banyak banyak ide atau gagasan yang dikuasai dan yang sanggup diungkapkan . kata-kata ibarat pakaian yang dipakai pikiran kita. Tiap kata memiliki jiwa setiap anggota masyarakat harus mengetahui jiwa setiap kata,agar ia dapat menggerakan orang lain dengan jiwa dari kata-kata yang digunakan.

Mereka yang luas kosakatanya akan memiliki pula kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk mewakili maksud atau gagasan . Seorang yang luas kosakatanya dan mengetahui secara tepat batasan-batasan pengertiannya, maka ia akan dapat mengungkapkan pula secara tepat apa yang dimaksud.

1. Pengertian Diksi dan Korelasinya dengan makna a. Pengertian Diksi

Menurut poerdawarminta, ia akan yakin bahwa pada umumnya pilihan selalu diarahkan kepada kata-kata yang ‘tepat’ seksama dan


(40)

23

lazim. 8 Ketiga unsure tadi menjadi pedoman untuk memilih kata tepat

mengenai arti dan tempatnya seksama mengenai kesepadanan kata yang hendak dituturkan, lazim mengenai kata yang sudah menjadi umum, dikenal dan dipakai dalam bahasa Indonesia.

Adapun menurut Gory Keraf, pilihan kata atau diksi adalah kempuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.9

Pilihan kata yang tepat dan sesuai “hanya dimungkinkan penguasaan oleh sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu”. Dalam buku Cermat Berbahasa Indonesia,diksi berarti memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.

Dalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer,diksi berarti “pilihan kata penggunaan kata yang sesuai dalam penyampaian suatu gagasan dengan tema pembicaraan,peristiwa atau pemirsa.10

8

A. Wiryadatama, Seni Menggayakan Kalimat, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), Cet. Ke-5. h. 43

9

Gory Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), Cet. Ke-11, h. 21

10

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002) Cet. Ke-2, h. 354


(41)

24

Diksi menurut Kridalaksana (1993) adalah “pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara didepan umum atau karang-mengarang”.11

Sinonim diksi adalah pilihan leksikal “pilihan kata sebagai sinonim diksi dapat menyesatkan karena pilihan kata itu tidak boleh selalu berupa kata (dasar atau turunan) tetapi dapat berupa kata majemuk atau frase”.12

Dari pendapat diatas, penulis berpendapat bahwa diksi merupakan pilihan kata yang sesuai dengan makna dan gagasan yang ingin disampaikan. Tepat dalam penggunaannya,serasi untuk mengungkapkan gagasan dengan pokok pembicaraan,lazim dikenal dan dipakai dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pilihan leksikal sangat cocok untuk sinonim diksi,karena pilihan kata tidak selalu berupa kata (dasar atau turunan) akan tetapi dapat berupa kata majemuk atau frase.

b. Kolerasi diksi dengan makna

Ketepatan pilihan kata mencerminkan kemampuan sebuah kata untuk memberikan makna. Makna yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar. Seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis

11

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguitik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), Cet. Ke-3 h, 44

12

Akrom Malibari, Pokok-pokok Perkuliahan Stilistika:, Makalah, (Jakarta: UIN, September 2003), h. 9


(42)

25

atau pembicara. Demikian pemilihan kata sangat berkaitan dengan makna kosakata seseorang.

Kesalahan seorang penulis atau pembicara dalam pemilihan kata akan berakibat berubah makna yang diterima oleh pembaca atau pendengar. Sehingga pesan yang ingin disampaikan tidak dapat tersalurkan,bahkan memungkinkan adanya kesalahpahaman.

Makna kata dapat menimbulkan reaksi pada orang yang mendengar atau membaca. Reaksi yang timbul itu dapat berwujud ‘Pengertian’ atau ‘Tindakan’. Dalam berkomunikasi seseorang tidak hanya berhadapan dengan ‘kata’ tetapi dengan suatu rangkaian kata yang mendukung suatu amanat. Pembaca atau pendengar yang berlainan akan mempengaruhi pula pilihan kata dan cara penyampaian amanat tersebut.

2. Syarat Ketepatan dan Keserasian Diksi

Penggunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua persoalan pokok. Pertama,ketepatan memilih kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan. Hal atau barang yang akan diamanatkan. Kedua, kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata tersebut.

Kesesuaian dalam pendayagunaan kata-kata dalam suatu situasi,akan memudahkan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan


(43)

26

lingkungan. Karena tidak semua kata-kata yang sama dapat diungkapkan dalam kesempatan dan situasi yang sama. Ada yang formal dan ada pula yang tidak formal. Dengan demikian,tingkah laku manusia yang berwujud bahasa juga akan disesuaikan dengan suasana yang formal dan suasana yang non formal tersebut. Sekurang-kurangnya ada tiga hal yang mempengaruhi bahasa, Yaitu:

a. Pokok persoalan ya ng dibawakan b. Para hadiri terlihat dalam komunikasi c. Diri kita sendiri

Perbedaan antara ketetapan dan kesesuain diksi adalah dalam ketetapan kita bertanya apakah pilihan kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan diantara pembicara dan pendengar, atau antara penulis dan pembaca. Sedangkan dalam kesesuain kali mempersoalkan apakah pilihan kata dan gaya bahasa tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan orang lain.

Ketetapan dapat diartikan kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar. Pembaca atau penulis berusaha secermat mungkin memilih kata untuk mencapai maksud yang dikehendakinya. Ketetapan kata yang dipilih akan mewakili pesan penulis atau pembicara kata yang dipakai sudah tepat akan tampak dari reaksi selanjutnya, baik berupa aksi verbal maupun aksi non verbal dari pembaca atau pendengar dan tidak menimbulkan salah paham.


(44)

27

Ada beberapa hal yang dapat diperihatkan untuk mencapai ketetapan pilihan kata, diantaranya:

a. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi dari dua kata yang mempunyai makna yang mirip satu sama lain ia harus menetapkan mana yang akan dipergunakan untuk mencapai maksunya

b. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hamper bersinonim. Penulis atau pembicara haruslah berhati-hati dalam memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang ingin disampaikan.

c. Mampu membedakan kata-kata yang mirip dengan ejaannya. Bila seorang penulis sendiri tidak mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaan itu, maka akan membawa akibat yang tidak diinginkan , yaitu salah paham.

d. Untuk menjamin ketetapn diksi, seorang penulis atau pembaca harus mampu membedakan kata umum dan kata khusus . Kata khusus lebih cocok atau tepat menggambarkan sesuatu dari pada kata umum

e. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatic

f. Waspada terhadap penggunaan akhiran asing. Terutama kata-kata asing yang mengandung akhiran asing tersebut.


(45)

28

g. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-katayang sudah dikenal.

h. Menghindari kata-kata atau ciptaan sendiri. Walaupun bahasa selalu tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Tidak berarti bahwa setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya. Kata baru biasaanya muncul pertama kali karena dipakai oleh orang-orang terkenal atau pengarang terkenal.

i. Mempergunakan kata-kata ini dari yang menunjukan persepsi khusus.

j. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.

3. Diksi Dalam Kalimat.

Penggunaan diksi atau pilihan kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, tidak hanya dilakukan pada antar tataran kata. Namun dilakukan dilakukan pula pada tataran kalimat , sehingga menjadi kalimat yang jelas dan efektif. Seoarng penerjemah harus mampu menyusun kalimat-kalimat efektif dalam menyampaikan bahasa sasaran yang dipakai. Sehingga seorang penerjemah dapat menyampaikan pesan-pesan yang terdapat pada sumber bahasa secara efektif. Dengan kalimat efektif seorang penerjemah dapat menyampaikan pesan-pesan dari bahasa sumber secara jelas sehingga mudah dipahami dan diterima oleh pembaca.


(46)

29

Menurut Zaenal Arifin, kalimat efektif ialah” kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam di dalam pikiran pembaca atau penulis. Kalimat efektif lebih megutamakan keefektifan kalimat itu, sehingga kejelasan kalimat dapat terjamin:.13 Sebagaimana

yang dikemukakan oleh J.S Badudu “ sebuah kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif apabila mencapai sasaran dengan baik sebagai alat komunikasi. Kalimat efektif dapat menyampaikan pesan, gagasan, idea atau pemberitahuan kepada penerima pesan, sesuai dengan ide yang ada pada penyampaian”.14 Kalimat efektif harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:

a. Struktur kalimat teratur

b. Kata yang digunakan mendukung makna secara tepat dan hubungan antara bagian logis.

c. Penggunaan kata tidak berlebihan.

d. Penggunaan kata yang tepat makna

e. Penggunaan kata tugas yang tepat dalam kalimat

Adapun ciri kalimat efektif yang lain menurut Widyamartaya, sebagai berikut:

13

Zaenal Arifin S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1995), Cet. Ke-1, h. 109

14

J. S Badudu, Inilah bahasa Indonesia Yang Benar III, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 163


(47)

30

a. Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah kesinambungan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.

Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.

Kesepadanan kalimat mempunyai beberapa cirri, seperti tercantum dibawah ini:

1) Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.

Kalimat efektif mempunyai struktur yang baik, artinya kalimat itu harus mempunyai unsure-unsur subjek dan predikat atau ditambahkan dengan objek atau keterangan lain yang melahirkan keterpaduan arti dan merupakan cirri keutuhan kalimat.

Ketidak-jelasan subjek atau predikat suatu kalimat, tentu saja membuat kalimat itu menjadi efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi, untuk, pada, kepada, dan sebagainya contoh:

(a) Kalimat tidak efektif: Bagi semua masyarakat harus membayar pajak


(48)

31

(b) Kalimat efektif: semua masyarakat harus membayar pajak.

2) Tidak adanya subjek ganda.

(a) Kontaminasi (pemakaian Bentuk Rancu)

Contohnya: Manusia yang tinggal dalam kesendirian tidak banyak. Kalimat diatas terasa rancu, sebaiknya: Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak.

(c) Pleonasme (Penambahan Yang tidak perlu)

Contoh: Kedua saudara itu saling bantu-membantu dalam

mengatasi kesulitan hidup. Kalimat diatas terdapat kalimat

kata ulang yang tidak tepat. Kalimat tersebut dapat menjadi kalimat efektif apabila sudah menjadi:

Kedua saudara itu saling membantu dalam mengatasi

kesulitan hidup

3). Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

Contoh:

(a) Para siswa datang terlambat. Sehingga mereka tidak dapat

mengikuti upacara sekolah. Kalimat tersebut dapat


(49)

32

terlambat sehingga mereka tidak dapat mengikuti upacara

sekolah.

(b) Pak joko mencuci sepeda motor Suzuki. Sedangkan istrinya

mencuci sepeda motor Honda. Kalimat tersebut dapat

diperbaiki sebagai berikut:

Pak joko mencuci sepeda motor Suzuki. Akan tetapi,

istrinya mencuci sepeda motor Honda.

4). Predikat kalimat tidak didahului oleh kata “yang

Contoh:

(a). Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa melayu.

(b). Sekolah kami yang terletak didepan bioskop melati

b. Mewujudkan Koherensi yang baik dan kompak

Koherensi adalah peraturan antara unsure-unsur yang dapat membagun kalimat dan alenia. Tiap kata atau frase dalam kalimat harus serasi. Untuk menjaga koherensi itu maka hendaknya seorang penerjemah memp[erhatikan hal-hal dibawah ini:

(1). Kritis terhadap pemakaian Kata Ganti dalam kalimat

Dalam kalimat ada kemungkinan pemakaian kata ganti menyebabkan kalimat efektif tidak efektif, karena pemakaian kata ganti tidak jelas


(50)

33

Contoh: Sawahnya sangat luas, rumah paman di Bogor.

Pada kalimat diatas penggunaan kata ganti’nya’ pada kata

sawahnya tidak jelas. Untuk menjadi kaliamat efektif sebaiknya kalimat tersebut diubah menjadi:”Sawah rumah paman saya di

Bogor sangat luas”.

(2). Kritis terhadap pemakian kata depan

Dalam sebuah kalimat ada kalanya menggunakan kata depan yang sebenarnya salah. Karena beberapa kata depan memerlukan pasangan yang harus selalu bersama-sama dan pasangan kata ini sudah terpadu dan senyawa. Andaikata salah satu unsurnya ditinggalkan, maka ungkapan idiomatika itu pincang dan dikategirikan pemakaian yang salah.

Contoh: sesuai anjuran pak RT, kita harus selalu menjaga

kebersihan lingkungan.

Dari contoh diatas kata depan “sesuai” tidak menggunakan frase

ideomatik yang cocok untuk kata sesuai adalah” dengan” jadi

sebaiknya kata depan tersebut “sesuai dengan” kata depan sesuai dengan harus selalu bersama-sama karena unsure itu merupakan bagian yang baku dari frase tersebut. Kalimat diatas sebaiknya :

sesuai dengan anjuran pak RT, kita harus menjaga kebersihan


(51)

34 BAB III ANALISIS DATA

A. GAMBARAN UMUM KITAB FIKIH SUNNAH

Sayyid Sabiq lahir pada 1915 di Mesir dan meninggal pada Februari 2000. Beliau sudah hafal Al-Qur’an pada usia sembilan tahun. Mengenyam pendidikan di Universitas al-Azhar, Mesir dan Universitas Ummul Qura, Mekah, Arab Saudi, dan sempat mengajar di kedua universitas tersebut. Sayyid Sabiq dikenal sebagai seorang ahli fikih, salah satu disiplin dalam kajian studi Islam. Dan, karena fikih inilah, namanya begitu masyhur dan sangat berpengaruh di kalangan umat Islam kontemporer. Sayyid Sabiq dilahirkan di Mesir pada 1915 dan wafat pada 28 Februari 2000.

Selain itu, beliau juga dikenal sebagai salah satu tokoh gerakan Islam terbesar di dunia yang berbasis di Mesir, yaitu Ikhwanul Muslimin ini. Awal perkenalannya dengan Ikhwanul Muslimin terjadi ketika ia menempuh pendidikan tinggi di Universitas Al-Azhar di fakultas syariah.

Pada saat bergabung dengan Ikhwanul Muslimin inilah Sayyid mulai menekuni dunia tulis-menulis. Tulisannya dimuat di berbagai majalah terbitan Mesir, termasuk majalah mingguan milik gerakan Ikhwanul Muslimin. Di majalah ini, ia menulis artikel ringkas mengenai fikih, tentang bab Thaharah (bersuci).


(52)

35

Karena keaktifannya dalam dakwah, tak heran jika pimpinan Ikhwanul Muslimin, Hasan al-Banna, mengangkat Sabiq sebagai salah satu orang kepercayaannya. Pada tahun 1948, ia bersama dengan anggota Ikhwanul Muslimin lainnya ikut serta dalam perang Palestina melawan Israel. Akibatnya, beliau dipenjara di bawah tanah pada 1949-1950. Setelah bebas, Sayyid Sabiq kembali ke Al-Azhar dan mendalami bidang dakwah.

Kemudian, pada 1951, ia memutuskan bekerja di Kementerian Wakaf Mesir. Di kementerian ini, Sabiq menempati posisi puncak hingga menjadi wakil Kementerian Wakaf. Pada tahun 1964, Sabiq hijrah ke Yaman kemudian menetap di Arab Saudi. Di sini, ia mengajar mata kuliah Dakwah dan Ushuluddin di Universitas Ummul-Qura selama lebih dari 20 tahun.

Sayyid Sabiq termasuk orang yang banyak mengembara untuk menyampaikan dakwah. Banyak negara yang dikunjunginya, termasuk Indonesia, Inggris, negara-negara bekas Uni Soviet, dan seluruh negara Arab. Aktivitas dakwah juga ia lakukan di lingkungan tempat tinggalnya, dengan mengadakan pengajian rutin di rumahnya, baik laki-laki maupun perempuan.

Beliau meninggal dunia pada tanggal 28 Februari tahun 2000. Sepanjang hidupnya, Sayyid Sabiq banyak menerima penghargaan atas ketokohan dan keilmuan beliau. Antara lain, mendapatkan Piagam Penghargaan Mesir yang dianugerahkan oleh Presiden Mesir, Mohammad Husni Mobarak, pada 5 Maret 1988. Di tingkat regional, ia mendapat


(53)

36

penghargaan (izajah) al-Malik Faisal al-Alamiah pada tahun 1994 dari Kerajaan Arab Saudi atas usahanya menyebarkan dakwah Islam.1

B. Analisis Diksi dalam Hubungan dengan Makna

Masalah diksi berkaitan dengan keserasian kata dengan konteks kalimat, ketidak sesuaian kata yang dipilih atau kata itu menimbulkan kerancuan makna.2

Oleh karena itu penulis menganalisis hasil terjemahaan pada bab zakat kitab terjamahaan fiqh sunnah mengenai diksi dalam hubungan makna yang meliputi : makna khusus dan umum, makna konotatif dan denotative, dan makna referensial implicit

1. Makna khusus dan umum

Salah satu untuk menjalin kecermatan dan ketetapan diksi. Menurut Gorys keraf adalah “penulis atau pembicara harus membedakan kata umum dan kata khusus. Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada hal atau kelompok yang luas bidang linkupnya. Sedangkan kata khusus bila mengacu kepada pengarahan-pengarahan khusus dan kongkrit. Kata khusus tepat menggambarkan sesuatu dari pada kata umum. 3

1

www. Al-sofwa.com

2

Sahabddin, Teori dan praktek Penerjemahan Arab-Indonesia, (Bandung: Fakultas Pendidikan Bahasa arab dan seni, Universitas Pendidikan Indonesia, 2001). h. 183

3


(54)

37

Disini penulis menggambil beberapa data yang berkaitan dengan pembahasan ini sebagai berikut:

ََأ

َﻣ

ْﺮ

ُت

َأ

ْن

ُأ

َﻗ

ِﺗ ﺎ

َﻞ

ًَﻨﻟا

َسﺎ

َﺣ

ًَﺘ

َﯾ ﻲ

ُﻘ

ْﻮ

ْﻮُﻟ

ا

َﻻ

ِا

َﻻ

ُﷲا

,

َﻓ

َﻤ

ْﻦ

َﻗ

َﻟ ﺎ

َﮭ

َﻓ ﺎ

َﻘْﺪ

َﻋ

َﺼ

َﻢ

ِﻣًِﻨ

َﻣ ﻲ

َﻟ ﺎ

ُﮫ

َو

َﻧْﻔ

َﺴ

ُﮫ

ِا

ًَﻻ

ِﺑ

َﺤ

ًِﻘِﮫ

َو

ِﺣ

َﺴ

ُﺎُﺑ

َﻋ ﮫ

َﻠ

ِﷲا

َﺗَﻌ

َﻟﺎ

.

Artinya: Saya dititah untuk memerangi manusia sampai mengucapkan

tiada tuhan selain Allah . Maka siapa-siapa yang telah mengucapkannya

berarti ia telah memelihara harta dan dirinya terhadap saya, kecuali

menurut jalannya, sedang perhitungannya terserah kepada Allah Ta’la.4

Kata yang bergaris bawah diartikan menurut jalannya kurang tepat. Sebab

kata jalan memiliki makna sesuatu yang dilalui oleh manusia atau mahluk

apapun yang besar. Sedang makna yang diinginkan diatas ialah: Kecuali

orang-orang yang dibenarkan untuk diperangi dalam agama Islam.

2. Makna Denotatif dan makna konotatif

Makna denotatif adalah makna dalam arti wajar secara ekspresif. Artinya makna yang sesuai dengan apa adanya. Makna denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung dalam kata secara objektif . Makna konotatif adalah makna asosiatif , makna yang timbul sebagai akibat dari sikap social, sikap pribadi dan criteria tambahan yang dikenakan

4

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, Terj, Mahyuddin Syaf, (Bandung. PT. Alma’arif, 1978), Cet ke-1, h. 24


(55)

38

padanya”5. Sedangkan makna konotatif menjadikan antara stimulus dan

respon yang mengandung nilai-nilai emosional;

Namun menurut Abdul Chaer Makna denotative adalah makan asli yang memiliki , makna asal , atau makna sebenarnya yang memiliki oleh sebuah leksem . Jadi makna denotative sebenarnya mengacu pada makna asli atau makna sebenarnya dari sebuah kata atau leksem sedangkan makna konotaif adalah makna lain yang “ditambah” pada makna denotative tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok yang menggunakan kata tersebut.6

Untuk Membedakan kata yang mana diterjemahkan kedalam makna denotative atau konotatif merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai ketetapan diksi . Hal ini merupakan kecermatan bagi seorang penerjemah untuk memutuskan apakah kata ini harus diterjemahkan kedalam makan denotative atau makna konotatif, jika hanya pengertian dasar yang dinginkan , kata denotaif yang dipilih , jika menghendaki reaksi emosional tertentu maka kata konotatif yang cocock untuk di pilih, disini penulis menemukan data yang berkaitan dengan pembahasan ini sebagai berikut :,

ِ

ْنا

ِﺷ

ِْﺌُﺘ

َﻤ

َأ ﺎ

ْﻋ

َﻄ

ْﯿُﺘ

ُﻜ

َﻤ

,

َو

َﻻ

َﺣ

ًَﻆ

ِﻓ

ْﯿَﮭ

ِﻟ ﺎ

َﻐًِﻨ

ٍﻲ

,

َو

َﻻ

ِﻟ

َﻘ

ًِﻮ

ٍي

ُﻣ

ْﻜَﺘ

ِﺴ

ٍﺐ

.

5

Zaenal Arifin S amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan tinggi ,(Jakarta: Akademika Pressindo,1995, 1995), Cet. Ket-1, h.26

6


(56)

39

Artinya. Jika kalian kehendaki, akan saya beri, tetapi dalam zakat ini tidak

ada bagian untuk orang yang kaya dan kuat berusaha.7

Penerjemah menerjemahkan

ﺐﺴﺘ

ﻜﻣ يﻮﻘﻟ

sebagai kuat berusaha

terasa asing, mungkin yang dimaksud penerjemah kata kuat dimaksud penulis disini konotatif, karena kata kuat ini identik pada kontak fisik seperti kuat makan, kuat memukul dan lain sebaginya sedangkan yang diinginkan adalah gigih atau sungguh-sungguh dalam usaha

3. Makna Referensial Implisit

Makna referensial menurt kridalaksana dalam kamus linguitk adalah : “makna unsure bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa ( objek atau gagasan)

Menurut Chaer sebuah “kata atau leksem disebut bermakna referensial kalau ada referens atau acuannya “ kata –kata seperti singa, kuning, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata. Sebaliknya kata-kata seperti dan , atau, dank arena adalah kata-kata yang tidak memiliki acuan atau referensi.

Makna referansial merupakan “isi informasi atau sesuatu yang di informasikan atau sesuatu yang dikomunikasikan dan disusun dalam stuktur semantic”10 makna rujukan atau makna acuan terbentuk karena kata

7


(57)

40

itu langsung merujuk benda, kejadian, atribut atau relasi tertentu yang dapat dilihat, dibayangkan sedang terjadi makna referensial merupakan isi informasi sesuatu yang diinformasikan .

Informasi implicit atau makna tertentu dibiarkan implicit karena stuktur bahasa sumbernya. Hal demikian disebabkan oleh informasi itu sudah tercakup di bagian lain teks itu atau karena informasi sudah dikenal oleh situasi komunikasi itu, akan, tetapi, informasi itu harus tetap disampaikan oleh penerjemah . Karena informasi itu bagian makna yang ingin disampaikan oleh penulis asli. Dari pembahasan ini penulis menemukan data sebagai berikut:

َﻻ

َﺗ

ِﺤ

ًُﻞ

ْﻟا

َﻤ

ْﺴ

َﺄَﻟ

ُﺔ

ِا

ًَﻻ

ِﻟ

َﺜ

َﻼ

ٍث

:

ِﻟِﺬ

َﻓ ي

ْﻘ

ٍﺮ

ُﻣ

ْﺪِﻗ

ٍﻊ

َأ

ْو

ِ

ِﺬﻟ

ُﻏ ي

ْﺮ

ٍم

ُﻣ

ْﻔ

ِﻈ

ٍﻊ

,

َأْو

ِﻟِﺬ

ْي

َد

ًٍم

ُﻣ

ْﻮ

ِﺟ

ٍﻊ

.

Artinya: Tidak halal meminta itu , kecuali bagi tiga orang : orang miskin

yang demikian papa, orang yang memikul hutang yang berat, atau yang

akan membayar tebusandarah.8

Pada terjemahan diatas mengandung makna implicit . Dalam Bsu kata yang bergaris bawah Membayar tebusan darah itu tidak disebutkan . akan tetapi

penerjemah menyebutkan informasi implicit tersebut, walaupun diksi yang dipilih “membayar denda”

8


(58)

41

Terdapat juga dalam kalimat:

َأَﺗ

ِﺖ

ًَﻨﻟا

ِﺒ

ًَﻲ

َﺻ

ًَﻠ

ُﷲا ﻲ

َﻋ

َﻠْﯿ

ِﮫ

َو

َﺳ

ًَﻠَﻢ

ْﻣا

َﺮ

َأَﺗ

ِن ﺎ

ِﻓ

َأ ﻲ

ْﯾِﺪ

ْﯾِﮭ

َﻤﺎ

ﺎَﺳَأ

ِو

َر

ِﻣ

ْﻦ

َذ

َھ

ٍﺐ

:

َﻓَﻘ

َلﺎ

ُﻟ

ُﮭ

َﻤ

َر ﺎ

ُﺳ

ْﻮ

ُل

ِﷲا

َﺻ

ًﻠ

ُﷲا ﻲ

َﻋ

َﻠْﯿ

ِﮫ

َو

َﺳ

ًَﻠَﻢ

:

َأُﺗ

ِﺤ

ًَﺒ

ِنﺎ

َأ

ْن

ًُﯾ

َﺴ

ًِﻮ

َر

ُﻛ

َﻤ

ُﷲاا ﺎ

َﯾ

ْﻮ

َم

ْا

ِﻘﻟ

َﯿ

َﻣ ﺎ

ِﺔَ

َﺳأ

ِو ﺎ

َر

ِﻣ

ْﻦ

َﻧ

ٍرﺎ

َﻗ؟

َﻟﺎ

َﺘﺎ

:

َﻻ

َﻗ

َلﺎ

:

َ َﻓ

ًِدﺄ

َﯾﺎ

َﺣ

ًَﻖ

َھ

َﺬ

ًَﻟا ا

ِﺬ

ْي

ِﻓ

َأ ﻲ

ْﯾِﺪ

ْﯾُﻜ

َﻤﺎ

Artinya: Datang kepada Rosullah saw. Dua orang wanita yang memakai

gelang emas ditangannya. Maka bersabdallah Rasullah saw. Pada

mereka: “Apakah anda ingin dilibatkan Allah pada tangan anda pada hari

kiamat nanti gelang-gelang dari api neraka ? Tidak, “ujarnya. Kalau

begitu bayarlah zakat barang yang ditangan anda ini ! sabda Nabi .9

Pada makna diatas kata kalau begitu tidak terdapat pada konteks aslinya

(konteks sumber) tetapi pada pemaknaannya, kata tersebut muncul untuk mempermudah pembaca dalam mengartikan maksud dari konteks tersebut

Inilah yang disebut dengan makna implicit yang terdapat dalam system penerjemah. Kata sebenarnya tidak ada bisa muncul dalam bahasa sasaran untuk lebih tampil komunikatif dengan pembaca.

9


(59)

42

C. Analisis Keserasian Makna dalam Penerjemahaan Bab Zakat Buku Terjemahaan Fiqh sunnah

Keserasian makna dalam penerjemahaan melibatkan proses pemadaman dalam suatu konteks kalimat , keserasian ini dipengaruhi oleh ketetapan pilihan kata. Ketetapan makna kata menurut seorang penulis atau pembicara bahkan penerjemahadalah bagaimana mengetahui hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referensinya. Apakah bentuk yang dipilih sudah cukup lengkap untuk mendukung maksud penulis ? demikian pula masalah makna kata yang tepat meminta pula perhatian penulis atau pembaca untuk mengikuti perkembagan makna tiap kata dari waktu ke waktu.

Dalam proses penerjemahan ada kata-kata yang perlu diterjemahkan dan ada pula yang tidak perlu diterjemahkan . hal ini menuntut seorang penerjemah menguasai dengan baik bahasa sumber dan bahasa sasaran . Terkadang suatu kalimat pendek dalam Bsu setelah diterjemahkan menjadi kalimat panjang dalam Bsa. Itu disebabkan oleh stuktur bahasa dan budaya yang digunakan . Penulis memilih dua criteria pokok sebagai tema analisis yaitu (a) tidak diterjemahkan dan (b) kerancuan menerjemahkan.

1. Tidak diterjemahkan

Penulis menemukan data , ada kata yang seharusnya diterjemahkan tetapi penerjemah tidak melakukan hal tersebut. Seperti dalam kalimat

ِا

ًَن

ًَﺼﻟا

َﺪَﻗ

َﺔ

َﻻ

َﺗ

ِﺤ

ًُﻞ

َﻟ

َﻨﺎ

,

َوِا

ًَن

َﻣ

َﻮا

ِﻟ

َﻲ

ْﻟا

َﻘ

ْﻮ

ِم

ِﻣ

ْﻦ

َأ

ْﻧُﻔ

ِﺴ

ِﮭ

ْﻢ


(60)

43

ﺪﻤﺣأ هاور

,

دواد ﻮﺑأ

,

يﺬﻣﺮﺘﻟاو

,

لﺎﻗو

:

ﺢﯿﺤﺻ ﻦﺴﺣ

.

Artinya: Sesungguhnya zakat tidak halal bagi kami, dan

sesungguhnya maula dari sesuatu kaum termasuk golongan kaum itu

sendiri

(Riwayat ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi yang menyatakan bahwa hadist ini hasan lagi shahih).10

Kata

ﻲﻟاﻮﻣ

diterjemahkan apa adanya terasa kurang tepat, karena tidak semua orang mengerti istilah ini, ada baiknya bila terjemahaan maula diterjemahkan pemimpin. Oleh karena itu seorang penerjemah harus

mengetahui dan teliti dalam menerjemahkan agar tidak menimbulkan kerancuan dalam membaca.

2. Kerancuan Menerjemahkan

Terjadinya kerancuan menerjemahkan salah satunya disebabkan oleh kesalahan pemilihan kata. Seperti sebuah kata yang memiliki makna leksikal atau makna kamus , tidak selalu tepat jika digabungkan dengan konteks kalimat tertentu. Walaupun kamus merupakan sebuah buku refernsi yang memuat daftar kosakata yang terdapat dalam sebuah bahasa, yang disusun secara alfabetis disertai keterangan menggunakan kata itu. Tetapi belum tentu memuaskan pemakainnya. Selalu ada kata yang tidak

10


(61)

44

terdapat dalam sebuahkamus, bahkan makna yang diberikan tidak sesuai dengan yang diinginkan seperti balam kalimat:

َوا

ًَﻟِﺬ

ْﯾ

َﻦ

َﯾ

ْﻜِﻨ

ُﺰ

ْو

َن

ًَﺬﻟا

َھ

َﺐ

َو

ْﻟا

ِﻔ

ًَﻀ

َﺔ

َو

َﻻ

ُﯾ

ْﻨِﻔ

ُﻘ

ْﻮ

َﻧَﮭ

ِﻓ ﺎ

ْﻲ

َﺳ

ِﺒْﯿ

ِﻞ

ِﷲا

َﻓ

َﺒ

ًِﺸ

ْﺮ

ُھ

ْﻢ

ِﺑَﻌ

َﺬ

ٍبا

َا

ِﻟْﯿ

ٍﻢ

.

َﯾ

ْﻮ

َم

ُﯾ

ْﺤ

َﻤ

َﻋ ﻲ

َﻠْﯿ

َﮭ

ِﻓ ﺎ

َﻧ

ِرﺎ

َﺟ

َﮭًَﻨ

َﻢ

َﻓ

ُﺘْﻜ

َﻮ

ِﺑ ى

َﮭ

ِﺟ ﺎ

َﺒ

ُھﺎ

ُﮭ

ْﻢ

َو

ُﺟ

ُﻨ

ْﻮ

ُﺑُﮭ

ْﻢ

َو

ُﻇ

ُﮭ

ْﻮ

ُر

ُھ

ْﻢ

َھ

َﺬ

َﻣا

َﻛ ﺎ

َﻨ

ْﺰ

ُﺗْﻢ

َِﻻ

ْﻧُﻔ

ِﺴ

ُﻜ

ْﻢ

,

َﻓُﺬ

ْو

ُﻗ

ْﻮ

َﻣا

ُﻛ ﺎ

ْﻨُﺘ

ْﻢ

َﺗ

ْﻜِﻨ

ُﺰ

ْو

َن

.

Artinya: dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak

menafkahkan pada jalan Allah, berilah mereka kabar gembira dengan

mendapat siksa yang pedih. Yakni di hari emas dan perak dipanaskan di

neraka jahannam kemudian di setrika ke kening, pinggang dan punggung

mereka “Inilah harta yang kamu simpan-simpan buat dirimu! Nah

rasailah hasil simpananmu itu!” .11

Perhatikanlah terjemahan diatas. Kata dan dalam satu kalimat diulag hingga 3 (tiga kali), hal ini bertentangan dengan kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar, sebaiknya kata dan yang kedua diganti menjadi serta atau kemudian agar pembaca tidak rancu dalam membaca

terjemahan ini , menurut penulis alangkah baiknya diganti menjadi “Dan

orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak

menafkahkannya pada jalan Allah,”

11


(62)

45

D. Analisis Kalimat:

1. Kesepadanan dan kesesuaian

َأ

ًَن

َر

ُﺳ

ْﻮ

ُل

ِﷲا

َﺻ

ًَﻠ

ُﷲا ﻲ

َﻋ

َﻠْﯿ

ِﮫ

َو

َﺳ

ًَﻠَﻢ

َﺑ

َﻌَﺜ

ُﮭ

َﻤ

ِا ﺎ

َﻟ

ْا ﻲ

َﯿﻟ

َﻤ

ِﻦ

ُﯾ

َﻌًِﻠ

َﻤ

ِنﺎ

ًَﻨﻟاا

َسﺎ

َأْﻣ

َﺮ

ِدْﯾ

ِﻨِﮭ

ْﻢ

,

َﻓَﺄ

َﻣ

َﺮ

ُھ

ْﻢ

َأ

ْن

ًَﻻ

ُﯾْﺄ

َﺧ

ُﺬ

َو

َﻟا

َﺼ

ًَﺪَﻗ

َﺔ

ِا

ًَﻻ

ِﻣ

ْﻦ

َﻻاْ هﺬھ

ْرأ

َﺑَﻌ

ِﺔ

:

َاْﻟ

ِﺤ

ْﻨ

َﻄ

ِﺔ

,

َو

ﻟا

ًَﺸ

ِﻌْﯿ

ِﺮ

,

َو

ًَﺘﻟا

َﻤ

ِﺮ

,

َو

ًَﺰﻟ

ِﺑْﯿ

ِﺐ

.

ﺐﻄﻗ راﺪﻟا هاور

,

ﻢﻛﺎﺤﻟاو

,

ﻲﯿﻧاﺮﺒﻄﻟاو

Artinya: “Bahwa Rasullah SAW. Mengutus mereka ke yaman buat

mengajari manusia soal agama. Mareka dititahnya agar tidak memungut

zakat kecuali dari empat macam ini : gandum, padi, kurma dan anggur

kering. 12

Kalimat dititahnya diatas tidak sesuai dengan ciri kesepadanan

kalimat. Kalimat tersebut masih sulit di pahami oleh pembaca menurut penulis sebaiknya kata titah ini di ubah menjadi perintah : jadi

terjemahannya adalah Bahwa Rasullah SAW. Mengutus mereka ke yaman buat mengajari manusia soal agama. Mareka diperintah agar tidak

memungut zakat kecuali dari empat macam ini

2. Koherensi yang baik dan kompak

ِﻓْﯿ

َﻤ

َﺳ ﺎ

َﻘ

ِﺖ

ًَﺴﻟا

َﻤ

ُءﺎ

ْا

ُﻌﻟ

ْﺴ

ُﺮ

12


(63)

46

Artinya: “Pada apa juga yang diairi dengan hujan, zakatnya

sepersepuluh”.13

Penulis melihat, kalimat diatas tidak memiliki kesesuian dan susunan yang rancu , kata Pada apa juga yang diairi ini masih sulit

dimengerti atau tidak jelas maksunya. Oleh karena itu kejelian seorang penerjemah haruslah baik agar tidak terkecoh pada kata-kata atau kalimat yang sulit dipahami maka sebaiknya kalimat ini diubah menjadi tanaman

yang diairi dengan hujan, zakatnya sepersepuluh.

13


(64)

47 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Analisis dari beberapa aspek diksi yang dilakukan penulis pada bab zakat terjemahan fiqh sunnah , memberi beberapa kesimpulan. Sebagai berikut.

1. dalam buku terjemahan fiqh sunnah yang diterjemahkan oleh mahyuddin syaf masih dipengaruhi oleh struktur bahasa sumber, kata-kata yang dipilih lebih banyak dipengaruhi oleh bahasa pesantern dan lingkungannya, sehinnga penggunaan kata ini mempengaruhi pada ketetapan diksi dalam karya terjemahan fiqh sunnah ini. Dalam skripsi ini ketidak tepatan diksi daolam karya mahyuddin Syaf terangkum dalam beberapa poin berikut ini:

a. makna khusus dan umum

b. makna denotative dan konotatif

c. makna referensial implicit.

2. diksi yang dgunakan dalam terjemahan ini masih kurang sesuai dengan syarat dalam terjemahan ini masih kurang sesuai dengan syarat-syarat ketetapan dan kesesuain diksi, ada beberapa kata ayang dipilih oleh penerjemah tidak mewakili maksud penulis, ada tiga garis besar mengenai diksi PERTAMA: pilihakan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata


(65)

48

mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu ngagasan, bagaiman membentuk penelompokan kata-kata yang tepat dan gaya yang paling baik dalam situasi , KEDUA; Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menentukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. KETIGA; pilahan kata atau diksi yang sesuai hanya mungkin oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata bahasa itu.

Beberapa syarat ketetapan diksi yang tidak diperhatikan oleh penerjemah yaitu:

a. membedakan secara cermat denotasi dan konotasi dalam hal ini penulis menilai dadi kcermatan penerjemahan ada beberapa kalimat yang mengandung kata denotative dan konotatif yang tidak sesuai dalam penerjemahanya , sehingga ada kata yang ditulis oleh penulis asli dengan menggunakan kata-kata denotative.

b. Mampu membedakan kata umum dan kata khusus begitu pula pada bagian ini, terdapat diksi yang menggunakan kata khusus dan kata umum. Padahal kata penulis asli merupakan cermein dari pikiran dan gagasan yang harus dihormati pleh penerjemah keasliannya


(66)

49

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas sara penulis sebagai berikut:

1. Seorang penerjemah haruslah memperhatikan srtuktur bahasa sumber dan bahasa sasaran, untuk memudahkan dalam pengalihan pesan

2. Sebaiknya menjadi seorang penerjemah selalu mengikuti perkembangan zaman bahasa, baik bahasa sumber maupun bahasa

3. Sebaiknya seorang penerjemah memenuhi dan melakukan syarat ketetapan dan kesesuai diksi.

4. Sebaiknya para pelajar dipesantren diperhatikan kemampuan nya dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

5. Seorang penerjemah sebaiknya memperkaya diri dengan kosa kata baik bahasa sumber maupum bahasa sasaran.

6. Untuk memudahkan dalam pemilihan diksi, sebaiknya penerjemah harus memperhatikan makan dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran.


(1)

46

Artinya: “Pada apa juga yang diairi dengan hujan, zakatnya sepersepuluh”.13

Penulis melihat, kalimat diatas tidak memiliki kesesuian dan susunan yang rancu , kata Pada apa juga yang diairi ini masih sulit dimengerti atau tidak jelas maksunya. Oleh karena itu kejelian seorang penerjemah haruslah baik agar tidak terkecoh pada kata-kata atau kalimat yang sulit dipahami maka sebaiknya kalimat ini diubah menjadi tanaman yang diairi dengan hujan, zakatnya sepersepuluh.

13


(2)

47 BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Analisis dari beberapa aspek diksi yang dilakukan penulis pada bab zakat terjemahan fiqh sunnah , memberi beberapa kesimpulan. Sebagai berikut.

1. dalam buku terjemahan fiqh sunnah yang diterjemahkan oleh mahyuddin syaf masih dipengaruhi oleh struktur bahasa sumber, kata-kata yang dipilih lebih banyak dipengaruhi oleh bahasa pesantern dan lingkungannya, sehinnga penggunaan kata ini mempengaruhi pada ketetapan diksi dalam karya terjemahan fiqh sunnah ini. Dalam skripsi ini ketidak tepatan diksi daolam karya mahyuddin Syaf terangkum dalam beberapa poin berikut ini:

a. makna khusus dan umum

b. makna denotative dan konotatif

c. makna referensial implicit.

2. diksi yang dgunakan dalam terjemahan ini masih kurang sesuai dengan syarat dalam terjemahan ini masih kurang sesuai dengan syarat-syarat ketetapan dan kesesuain diksi, ada beberapa kata ayang dipilih oleh penerjemah tidak mewakili maksud penulis, ada tiga garis besar mengenai diksi PERTAMA: pilihakan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata


(3)

48

mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu ngagasan, bagaiman membentuk penelompokan kata-kata yang tepat dan gaya yang paling baik dalam situasi , KEDUA; Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menentukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. KETIGA; pilahan kata atau diksi yang sesuai hanya mungkin oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata bahasa itu.

Beberapa syarat ketetapan diksi yang tidak diperhatikan oleh penerjemah yaitu:

a. membedakan secara cermat denotasi dan konotasi dalam hal ini penulis menilai dadi kcermatan penerjemahan ada beberapa kalimat yang mengandung kata denotative dan konotatif yang tidak sesuai dalam penerjemahanya , sehingga ada kata yang ditulis oleh penulis asli dengan menggunakan kata-kata denotative.

b. Mampu membedakan kata umum dan kata khusus begitu pula pada bagian ini, terdapat diksi yang menggunakan kata khusus dan kata umum. Padahal kata penulis asli merupakan cermein dari pikiran dan gagasan yang harus dihormati pleh penerjemah keasliannya


(4)

49

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas sara penulis sebagai berikut:

1. Seorang penerjemah haruslah memperhatikan srtuktur bahasa sumber dan bahasa sasaran, untuk memudahkan dalam pengalihan pesan

2. Sebaiknya menjadi seorang penerjemah selalu mengikuti perkembangan zaman bahasa, baik bahasa sumber maupun bahasa

3. Sebaiknya seorang penerjemah memenuhi dan melakukan syarat ketetapan dan kesesuai diksi.

4. Sebaiknya para pelajar dipesantren diperhatikan kemampuan nya dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

5. Seorang penerjemah sebaiknya memperkaya diri dengan kosa kata baik bahasa sumber maupum bahasa sasaran.

6. Untuk memudahkan dalam pemilihan diksi, sebaiknya penerjemah harus memperhatikan makan dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran.


(5)

50

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal, S amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan tinggi ,(Jakarta: Akademika Pressindo,1995, 1995), Cet. Ket-1.

Arifin, Zaenal, S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1995), Cet. Ke-1.

Badudu, J. S, Inilah bahasa Indonesia Yang Benar III, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994).

Burdah, Ibnu, Metode dan Wawasan Manerjemahkan Teks Arab, (Yogyakarta: P.T. Tiara Wacana, 2004).

Catfrord, J.C., Alinguistik Theory of Translation, (London, Oxford Univercity press, 1974) Fourth Impression.

Chaer, Abdul, Lingustik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta,2003). Cet, Ke-2.

Keraf, Gory, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), Cet. Ke-11.

Kridalaksana, Harimurti, Kamus Linguitik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), Cet. Ke-3.

Lubis, Ismail , Falsifikasi Terjemahaan Alquran Depag Edisis 1990,( Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2001), Cet. Ke-1.


(6)

51

Machali, Rochayah, Pedoman bagi Penerjemah, (Jakarata: PT. Grasindo, 2000), Cet. Ke. 1.

Malibari, Akrom, Pokok-pokok Perkuliahan Stilistika:, Makalah, (Jakarta: UIN, September 2003).

Nida, E.A dan Charles Taber, The Theory and Practice of Tranlation, (Leiden: The United Bible Societis, 1974).

Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah 3, Terj, Mahyuddin Syaf, (Bandung. PT. Alma’arif, 1978), Cet ke-1.

Sahabddin, Teori dan praktek Penerjemahan Arab-Indonesia, (Bandung: Fakultas Pendidikan Bahasa arab dan seni, Universitas Pendidikan Indonesia, 2001).

Salim, Peter, dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002) Cet. Ke-2.

Wiryadatama, A., Seni Menggayakan Kalimat, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), Cet. Ke-5.