Nilai–Nilai Religius Syair Haji Terjemahan Muhammad Fanani

(1)

NILAI–NILAI RELIGIUS

SYAIR HAJI

TERJEMAHAN

MUHAMMAD FANANI

SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan

O L E H

Nama : Lucy Diana Tari NIM : 040702004

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

PROGAM STUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU MEDAN


(2)

NILAI-NILAI RELIGIUS PADA SYAIR HAJI DALAM TERJEMAHAN MUHAMMAD FANANI

O L E H

LUCY DIANA TARI NIM. 050702004

Pembimbing I Pembimbing II

Drs Yos Rizal, MSP Drs. Baharuddin.

M.Hum

Nip:132006290 Nip: 131785647

Disetujui oleh :

Departemen Bahasa Dan Sastra Daerah Ketua,

Drs. Baharuddin, M. Hum NIP 131785647

FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU MEDAN


(3)

NILAI-NILAI RELIGIUS SYAIR HAJI

TERJEMAHAN

MUHAMMAD FANANI

SKRIPSI SARJANA Dikerjakan

O L E H

Nama : Lucy Diana Tari Nim : 050702004

Pembimbing I Pembimbing II

Drs Yos Rizal, MSP Drs. Baharuddin. M.Hum

Nip:132006290 Nip: 131785647

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra USU untuk melengkapi salah satu syarat ujian dalam Bidang Ilmu Bahasa dan Sastra Melayu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

PROGAM STUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU MEDAN


(4)

DISETUJUI OLEH :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH KETUA,

Drs. Baharuddin, M.Hum


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahiramanirohim..

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidaya-Nya penulis diberikam kesehatan selama mengikuti perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Tiada kata yang pantas penulis ucapkan pertama sekali sebagai tanda terima kasih atas selesainya skripsi ini selain ucapan puji dan syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Selanjutnya, selawat beriring salam penulis sampaikan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah mengangkat manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan

Untuk memahami skripsi penulis membaginya menjadi lima bab. Yang pertama Bab pendahuluan, kedua tinjauan pustaka, ketiga metode penelitian, keempat pembahasan dan kelima kesimpulan dan saran. Dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis sangat mengharapakan saran dan masukan dari pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini

Akhir kata penulis berharap semoga apa yang di uraikan dalam skripsi ini dapat member manfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2009


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A. Ph.D. Dekan Fakultas Sastra USU, selaku pimpinan tertinggi di fakultas sastra.

2. Bapak Drs. Baharuddin M.Hum selaku Ketua Departemen Sastra Daerah sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan mengarahkan serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran demi selesainya skripsi ini.

3. Bapak Drs. Yos Rizal MSP. Selaku pembimbing I terima kasih atas bimbingannya telah memberikan masukan dan bimbingan kepada penuls sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum selaku Sekretaris Departemen Sastra Daerah.

5. Ayahanda (Suardi) dan Ibunda (Ermawati) tercinta sebagai orang yang teristimewa di dalam diri penulis yang telah memberikan segalanya kepada penulis kasih sayang, perhatian, bimbingan serta tidak pernah mengeluh dalam membiayai pendidikan penulis. Kepada kakak ( mona liza) dan abang (Hendri saputra, Didi surya) penulis tercinta yang telah banyak membantu penulis baik dalam bentuk materi maupun dukungan. Jasa kalian tidak akan pernah hilang ditelan masa.


(7)

6. Buat kak fifi yang telah menbantu penulis dalam kelancaran proses skripsi dan membantu dalam kelancaran proses admintrasi penulis.

7. Sahabat-sahabat dekat penulis, khusus nya stambuk 05. dan namanya yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, semangat dan dorongan. Penulis berharap agar persahabatan kita tetap abadi.

8. Adek-adek stambuk 06, yang namanya tidak penulis sebutkan satu persatu tetap semangat menjalani masa studinya.

9. Adek-adek stambuk 07, yang namanya tidak penulis sebutkan satu persatu tetap semangat menjalani masa studinya.

10.Adek-adek stambuk 08, yang namanya tidak penulis sebutkan satu persatu tetap semangat menjalani masa studinya

Semoga segenap perhatian, dukungan dan dorongan serta bantuan yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih.


(8)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Nilai-Nilai Religius Syair Haji” masalah penelitian ini untuk mengetahui struktur pembentuk syair (intrinsik) dan nilai-nilai religius yang terdapat dalam syair haji. Adapun tujuan penelitian terhadap syair haji ini yaitu mengungkapkan nilai-nilai religius atau keagamaan dan untuk melestarikan hasil religius yang terkandung di dalamnya dan untuk melestarikan hasil sastra lama berupa syair.

Metode penelitian yang digunakan, metode deskriptif yakni bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena–fenomena yang ada di dalam syair. Analisis mengunakan religiusitas yakni meneliti nilai religius yang terkandung dalam syair haji di bantu teori struktur (intrinsik) sebagai landasan penulis.

Pertama sekali dilakukan adalah membicarakan unsur intrinsik yang meliputi unsure pembentuk luar(fisik), diksi, imaji, kata konkret dan gaya bahasa. Sedangkan unsure pembentuk dalam(batin), tema, feeling, nada, dan amanat. Selanjutnya meneliti nilai-nilai religius syair haji yang terkandung dalam syair.


(9)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ……….. i

UCAPAN TERIMA KASIH ……… ii

DAFTAR ISI ………. iii

ABSTRAK……….. iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2Perumusan Masalah ……… 6

1.3Tujuan Penelitian ……… 6

1.4Manfaat Penelitian……….. 6

1.5Orisinalitas Penelitian……… 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan ………. 8

2.2 Teori yang Digunakan ………. 9

2.2.1 Struktural………... 9

2.2.2 Religiusitas………... 15

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Dasar ……….. 19

3.2 Objek Penelitian……… ……… 19

3.3 Teknik Pengumpulan Data ………. 19


(10)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Analisis struktur fisik syair haji………. 21

4.1.1. Struktur Fisik……….. 21

4.1.11.Diksi ……… 21

4.1.2 Imaji ………... 22

4.1.3 Kata konkret……… 25

4.1.4 Gaya Bahasa……… 26

4.2. Struktur Batin………... ……… 27

4.2.2.Tema ……… 27

4.2.3. Perasaan (feeling)……….. 28

4.2.4. Nada atau suasana (tone) ……… 29

4.2.5 Amanat……… 30

4.3. Nilai-nilai religius Syair Haji……… 32

4.3.1Ketauhidan……… 32

4.3.1.1. Tauhid Rububiyyah……… …. 33

4.3.1.2. Tauhid Uluhiyyah……… … 34

4.3.1.3. Tauhid Mulkiyah………... 36

4.3.2 Komponen Ibadah Haji………. 37

A. Syarat Wajib Haji……….. 37

B. Syarat Sah Haji……….. 42

C. Rukun Haji………. 44

D. Wajib Haji………. 46

E. Sunat Haji……….. 46


(11)

4.3.3 Pelaksanaan haji……… 48

A. Haji Ifrad………... 48

B. Haji Tamattu………. 49

C. Haji Qiran………. 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 53

5.2 Saran ………. 54 DAFTAR PUSTAKA


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Nilai-Nilai Religius Syair Haji” masalah penelitian ini untuk mengetahui struktur pembentuk syair (intrinsik) dan nilai-nilai religius yang terdapat dalam syair haji. Adapun tujuan penelitian terhadap syair haji ini yaitu mengungkapkan nilai-nilai religius atau keagamaan dan untuk melestarikan hasil religius yang terkandung di dalamnya dan untuk melestarikan hasil sastra lama berupa syair.

Metode penelitian yang digunakan, metode deskriptif yakni bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena–fenomena yang ada di dalam syair. Analisis mengunakan religiusitas yakni meneliti nilai religius yang terkandung dalam syair haji di bantu teori struktur (intrinsik) sebagai landasan penulis.

Pertama sekali dilakukan adalah membicarakan unsur intrinsik yang meliputi unsure pembentuk luar(fisik), diksi, imaji, kata konkret dan gaya bahasa. Sedangkan unsure pembentuk dalam(batin), tema, feeling, nada, dan amanat. Selanjutnya meneliti nilai-nilai religius syair haji yang terkandung dalam syair.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pesatnya kemajuan ilmu dan teknologi dewasa ini tidak saja menyebabkan dunia ini semakin mengglobal tetapi juga membawa perubahan dalam tatanan kehidupan manusia.

Tidak dapat dipungkiri bahwa karya sastra merupakan manisfestasi kehidupan jiwa bangsa dari abad ke abad. Di dalam karya sastra terkandung nilai-nilai budaya yang mencermikan kehidupan manusia pada waku tertentu. Karya sastra merupakan khazanah ilmu pengetahuan dan budaya. Oleh karena itu penghayatan terhadap karya sastra akan memberikan keseimbangan antara pemerolehan ilmu pengetahuan dan teknologi di satu pihak dan pembangun jiwa dipihak lain..

Salah satu dari sekian banyak kesusatraan yang sangat populer dan terkenal adalah kesusastraan Melayu. Sastra Melayu adalah salah satu yang memiliki cerita rakyat yang hidup dan berkembang secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sastra Melayu juga merupakan dialog, kompleksitas dan reaksi dari suatu masyarakat terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya. Mengapa dikatakan hasil dari suatu masyarakat, bukan hasil individu atau pengarang? Hal ini dikarenakan dalam kesusastraan Melayu tidak dikenal nama pengarang atau anonim. Sebuah hasil karya sastra merupakan hasil perenungan dari suatu komunitas atau milik bersama tanpa menonjolkan individu.


(14)

Sedangkan dari banyak warisan budaya Melayu terdapat Syair, yang mana merupakan genre foklor. Kelompok besar ini antara lain:

1. Bahasa rakyat (Foklor speech) seperti logat, julukan. Pangkat tradisional dan title kebangsaan.

2. Ungkapan tradisional seperti peribahasa pepatah dan pemeo.

3. Pertanyaan tradisional seperti teka-teki.

4. Puisi Rakyat seperti pantun, gurindam dan syair. 5. Cerita prosa rakyat, seperti mite legenda

dan dongeng.

6. Nyanyian rakyat. (Dananjaya 1999:21).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Syair Haji termasuk ke dalam genre folklor kelompok puisi.

Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa yunani “poeima” membuat atau “poesis” pembuatan dan dalam bahasa inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptkan suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau atau gambaran suasana tertentubaik fisik maupun badaniah (Aminuddin 2000:134)

Selanjutnya Pradopo (2000:7) mengungkapkan bahwa puisi merupakan rekaman dan interpretsi pengalaman manusia yang terpenting, diekspresikan dan diubah dalam wujud yang berkesan (estetis). Sejalan dengan pendapat tersebut, (Widijanto, 2007: 31) menyatakan bahwa bentuk kata estetis lebih mengisyaratkan sebagai cara seseorang memahami keindahan, memahami nilai rasa serta bagaimana nilai rasa itu dapat dimodifikasikan seseorang yang tengah menikmati karya seni, serta bagaimana pengarang mengaktualisasikan nilai itu dalam karyanya bersamaan dengan sikapnya di samping unsur-unsur yang menyertainya. Dengan demikian, akan dihasilkan puisi yang merupakan perwakilan perasaan penyair dan pendokumentasian peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar penyair. Puisi merupakan salah satu media


(15)

dalam karya sastra yang menggambarkan kehidupan dengan mengangkat masalah sosial dalam masyarakat. Persoalan sosial tersebut merupakan tanggapan atau respon penulis terhadap fenomena permasalahan yang ada di sekelilingnya, sehingga dapat dikatakan bahwa seorang penyair tidak bisa lepas dari pengaruh sosial budaya masyarakatnya. Latar sosial budaya itu terwujud dalam tokoh-tokoh yang dikemukakan, sistem kemasyarakatan, adat-istiadat, pandangan masyarakat, kesenian dan benda-benda kebudayaan yang terungkap dalam karya sastra (Pradopo, 2000: 254).

Salah satu jenis puisi sebagaimana yang disebutkan di atas adalah syair. Syair merupakan bentuk puisi yang terpenting. Kata syair berasal dari bahasa Arab. Yaitu ‘Syair’ sedangkan kata syi’run berasal dari bahasa Arab yang berarti puisi. (Kliker dalam Fanani, 1997:2). Dalam hal ini penulis berpegang pada pendapat Klikert yang menyatakan bahwa kata syair tersebut merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk puisi, di samping ada bentuk pantun, gurindam dan talibun dalam sastra lama.

Menurut Hooykas (dalam Fanani, 1997:2) bentuk syair mempunyai syarat sebagai berikut :1) setiap bait syair terdiri empat baris; 2) setiap akhir baris memiliki rima yang sama, yakni a,a,a,a dan 3) setiap baris terdiri atas empat kata, banyak kata, banyak suku kata yang tidak tetap yakni 8-12 dan suku kata yang umumnya adalah 10 suku kata.

Syair selain bersifat menghibur juga dapat dibaca dengan berlagu sesuai dengan selera orang masing-masing. Syair mendapatkan tempat yang sangat penting karena bentuk prosa belum dikenal benar, sehingga hampir semua cerita atau hikayat ditulis dalam bentuk syair. Bentuk syair dipakai karena gaya penyampaiannya tidak menjemukan, sehingga dapat disukai serta bentuknya yang


(16)

puitis, lebih cepat menarik perhatian. Syair juga dapat memberikan kenikmatan, kesenangan yang menarik jika di nyanyikan. Salah satu dari sekian banyak syair yang dikenal dan populer pada masyarakat Melayu adalah Syair Haji .

Syair Haji merupakan salah satu bentuk puisi lama yang tergolong syair keagamaan dalam hal ini adalah Islam. Syair Haji berisikan mengenai haji, baik rukun maupun kewajiban yang harus dilakukan oleh jemaah haji. Sebagai bukti Syair Haji dimasukkan syair keagamaan disebabkan dalam syair haji banyak terdapat kata–kata yang berhubungan dengan ajaran agama Islam seperti penyebutan asma Allah pada ungkapan Alhamdulilah, qul huw allahu ahad, kahlilu-Lah dan masih banyak yang lain, di samping itu juga banyak ditemukan kata Islam dan kata-kata yang menunjukan sifat keislaman, misalnya kata haji mengingatkan kepada agama Islam terutama dengan rukun Islam yang kelima.

Orang Islam diwajibkan menunaikan ibadah haji minimal satu kali dalam seumur hidup jika telah mampu dalam segala hal, antara lain mampu biaya, sehat jasmani dan rohani, serta situasi dalam keadaan damai dan tentram.

Di Museum Nasional Jakarta tersimpan naskah-naskah kesusatraan Indonesia lama, satu antaranya, naskah Syair Haji yang tercatat dalam Katalagus Van Rongkel. Katalogus naskah Melayu Museum pusat di dalam katalagus itu tertulis ada empat naskah Syair Haji dan setiap naskah itu masing-masing mempunyai kode (Van Rongkel, 1909:61 dan Sutaarga, 1972:248). Keempat naskah Syair Haji tersebut diberi nomor sebagai berikut.

1. Syair Haji I

Bernomor kode, Gen 23 B 2. Syair Haji II


(17)

Bernomor, v.d.W.230 C 3. Syair Haji III

Bernomor v.d.W.240.C 4. Syair Haji IV

Bernomor 231

Sedangkan di Leiden tercatat ada empat naskah dengan kode, 3335, 3336, 3337 dan 3338. Selain Jakarta dan Leiden yang menyimpan naskah Syair Haji, Malaysia pun menyimpan naskah itu yang dicatat di dalam katalogus Malay Manuscripts berjudul Syair Makkah

Menurut Fannani (1997;15) naskah syair haji ini ada empat naskah seperti tersebut di atas. Namun sebagai bahan penelitian penulis hanya mengunakan dua naskah saja yaitu naskah yang bernomor W 230 dan W 23. Hal ini dikarenakan Syair Haji yang bernomor W 240 C isinya sama dengan naskah Syair Haji yang bernomor W.230 sehingga tidak perlu digunakan. Sedangkan Syair Haji yang bernomor Bat.Gen 23 sedang difumigasi (Pengasapan) Sehingga tidak bisa dibaca. Harus diakui pada saat ini bahwa minat dan perhatian masyarakat khususnya generasi muda sangat rendah terhadap puisi. Terutama syair jika dibandingkan dengan generasi yang lalu. Hal ini terjadi karena banyak masyarakat zaman dahulu yang mempergunakan syair dalam acara-acara besar seperti perkawinan, naik haji dan turun tanah atau menyampaikan pesan yang hendak disampaikan dalam mendidik anak. Sedangkan masyarakat sekarang banyak yang tidak tahu tentang syair dan kadang salah meletakkan fungsi dari syair tersebut.

Hal di ataslah yang menjadi latar belakang penulisan skripsi ini selain merupakan usaha untuk memperkenalkan dan mengangkat kembali sebagian dari


(18)

syair masyarakat Melayu. Sebagaimana sastra lisan lainnya yang ada di Indonesia khusus mengenai nilai nilai religiusitas yang terdapat dalam dalam Syair Haji.

Pada penelitian ini penulis akan membahas tentang Syair Haji yang banyak berisikan ajaran Islam untuk diketahui dan dipahami oleh pembaca secara umum. Pada syair ini dijelaskan mengenai bermacam persyaratan haji berupa rukun dan kewajiban yang dilakukan oleh jemaah haji setelah berada di Tanah Suci.

1.2 Rumusan Masalah

Guna menghindari terjadi pembahasan terlalu luas dalam penulisan ini maka dibutuhkan suatu perumusan masalah. Berdasarkan judul di atas penelitian ini menitikberatkan pada beberapa masalah:

1. Unsur-unsur intrinsik apa sajakah yang terdapat dalam Syair Haji? 2. Nilai-nilai religius apa sajakah yang terdapat dalam Syair Haji?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mendekripsikan struktur Syair Haji baik strukur fisik maupun struktur batinnya.

2. Mengungkapkan nilai-nilai religius dalam Syair Haji, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pedoman dalam proses pengajaran.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Menambah khasanah pengajian terhadap kesusatraan Melayu terutama pengajian terutama Syair Haji.


(19)

2. Menambah pembendaharaan bacaan mengenai syair Melayu.

3. Mengiventariskan kesusatraan Melayu yang mulai punah, khususnya inventarisasi naskah Melayu.

1.5. Orisinalitas Penelitian

Penelitian terhadap Syair Haji terjemahan Muhammad Fanani ini belum ada dilakukan walaupun sudah penulis telusuri baik melalui perpustakaan atau internet.

Oleh karena itu penulis beranggapan bahwa kajian yang penulis kerjakan terhadap syair haji merupakan karya ilmiah yang masih orisinal dan belum dikaji oleh peneliti manapun, adapun kajian penulis fokuskan adalah struktur dan nilai religius pada Syair Haji.


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kepustakaan yang Relevan

Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang saling berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan agar sebuah karya ilmiah lebih objektif, maka digunakan sumber yang berkaitan dengan topik yang dibahas baik berupa buku yang mendukung pemaparan secara teoritis maupun pemaparan fakta.

Adapun buku yang digunakan dalam memahami atau mendukung laporan penelitian ini adalah Teori Kesusatraan karangan Wellek dan Werren (1995) digunakan untuk mengetahui fungsi dari karya sastra. Teori dan apresiasi sastra .Karangan Hermanj Waluyo (2005) Tujuannya adalah untuk mengetahui struktur puisi berdasarkan pada hakikat puisi itu sendiri sebagai karya sastra, Al Islam karangan Tm Hasbi Ash-Shiddeqy (1947) Tujuannya mengetahui nilai-nilai religius dalam agama islam.

Buku karangan Dedi (2007) yang berjudul Syair Surat Kapal Masyarakat Melayu Indra Giri. buku ini memaparkan tentang fungsi dan kedudukan Syair Surat Kapal bagi masyarakat Melayu Indragiri.

Kemudian penulis juga membaca skripsi sebagai referensi yang ada di Departemen Sastra Daerah Fakultas Sastra USU, antara lain: Mars Putera Nasution (2005) yang berjudul Unsur Religius dalam Syair Islam Pada Masyarakat Melayu Asahan.


(21)

2.2. Teori yang di gunakan

Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk yang berlaku secara umum dan akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi teori yang diperlukan untuk membimbing dan memberi arah sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis, teori yang dipakai sebagai landasan penelitian ini mengunakan teori struktur puisi dan religiusitas sastra.

.2.1. Teori Struktural

Di bidang ilmu sastra, penelitian strutural dirintis jalankanya oleh kelompok peneliti Rusia antara 1915 dan 1930. mereka biasanya disebut kaum formalis dengan tokoh utama Jakobson, Shklovsky, Eichenbaun, Tynjanov dan lain-lain.

Sebuah karya sastra, fiksi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangun. Disatu pihak struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan penegasan dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponenya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah. (Amram dalam Nurgiyanto, 2001 :46)

Hawkes (dalam pradopo, 2000:119) mengatakan bahwa perberian tentang struktur tersusun atas tiga gagasan kunci yakni ide kesatuan, ide transformasi, dan ide pengaturan diri sendiri (self-regulation). Pertama, struktur ini merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur itu. Kedua struktur itu berisi gagasan tranformasi


(22)

dalam arti bahwa struktur itu tidak statis. Struktur itu mampu melakukan prosedur-prosedur transfomasional, dalam arti bahan-bahan baru diproses dalam dan melalui prosedur itu. Ketiga, struktur itu mengatur diri sendiri dalam arti struktur itu tidak memerlukan pertolongan bantuan dari luar dirinya untuk mensahkan prosedur tranformasinya.

Pendekatan struktur hadir karena bertolak dari dari asumsi dasar yakni karya sastra sebagai karya kreatif memiliki otonomi penuh yang harus dilihat sebagai sosok yang berdiri sendiri, terlepas dari hal-hal yang berada di luar dirinya, bila hendak dikaji atau diteliti adalah aspek yang membangun karya sastra tersebut seperti tema, alur, latar, penokohan, gaya penulisan, gaya bahasa, serta hubungan yang harmonis antara aspek yang mampu membuatnya menjadi sebuah karya sastra.(Semi, 1990:67); sedangkan untuk bidang puisi yang dikaji adalah struktur pembentuk luar ( fisik ) dan struktur pembentuk dalam (batin) seperti diksi, majas, citra, lambang, versefikasi, tema, nada, rasa, rasa, dan amanat serta hubungan yang harmonis antara kedua unsur pembentuk tersebut ( fisik dan batin). (Sumarjo dan Saini KM, 1986-127). Karya sastra sastra merupakan sebuah struktur yang komplek dan unik, aspek yang akan di analisis adalah: Struktur fisik dan struktur batin.

2.1.1 Struktur Fisik

Struktur fisik juga disebut juga dengan metode puisi. Struktur fisik merupakan unsur utama yang membangun puisi struktur fisik juga disebut sebagai medium penyampaian maksud atau makna sebuah karya sastra terutama puisi.


(23)

Bahasa puisi ini disebut sebagai struktur fisik puisi atau struktur kebahasan puisi (Waluyo, 1999:68) Strukrtur kebahasan (struktur fisik) ini terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret, dan gaya bahasa.

Namun untuk membahas struktur kebahasan yang terdapat dalam Syair Haji dipergunakan beberapa unsur yaitu: diksi, imaji, kata konkret. dan gaya bahasa.

A. Diksi

Diksi adalah pilihan kata yang biasanya dipergunakan penyair (Tarigan, 1984:29)

B. Imaji

Imaji adalah kata atau susunan kata yang dapat memperjelas atau mengkonretkan apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imaji visual) didengar (imaji auditif) atau dirasa (imaji taktil).(Waluyo, 2005 :10)

1. Imaji Visual

Adalah menampilkan kata-kata yang menyebabkan apa yang digambarkan penyair lebih jelas (Waluyo, 2005 :10)

2. Imaji Auditif (Pendengaran)

Adalah penciptaan ungkapan oleh penyair, sehingga pembaca seolah-olah mendengarkan suara seperti yang digambarkan oleh penyair ( Waluyo, 2005 :11) 3. Imaji Taktil (Perasaan)

Adalah ungkapan oleh penyair yang mampu mempengaruhi perasaan sehingga pembaca ikut terpengaruh perasaanya (Waluyo, 2005 :11)


(24)

C. Kata konkret

Kata konkret adalah salah satu cara penyair mengambarkan sesuatu secara konkret. Oleh karena itu kata-kata dipenkonkretkan, bagi penyair dirasa lebih jelas karena lebih konkret, namun bagi pembaca sulit ditafsirkan (Waluyo, 2005: 9)

Kata konkret sangat berkaitan dengan kiasan dan perlambangan artinya simbolnya dan kiasan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkonkretkan hal yang absrak. Dengan kata lain kiasan dan perlambangan dapat memberikan kesan yang lebih luas tentang suatu keadaan pendengar atau pembaca.

D. Gaya bahasa

Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran secara khas yang memperhatikan jiwa serta kepribadian penyair. Artinya, gaya bahasa yang digunakan oleh penyair seorang penyair merupakan refleksi dari pikiran dan jiwanya dalam membuat sebuah karya sastra.

2.1.2. Struktur Batin

Struktur batin disebut juga dengan hakikat puisi. Unsur hakikat puisi yakni tema (sense), perasaan (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone) dan amanat (intention).

A. Tema

Tema merupakan gagasan pokok (subjek matter) yang dikemukan oleh pengarang melalui puisinya.( Waluyo, 2005 :17)


(25)

Tema yang banyak terdapat dalam puisi ada beberapa seperti pendapat (Walluyo, 2005:17) adalah tema ketuhanan (religius), tema kemanusian, cinta, patriotisme, perjuangan, kegagalan hidup, alam, keadilan, kritik sosial, demokrasi, dan tema kesetiakawanan.

1. Tema Ketuhanan (religius)

Tema ketuhanan seringkali disebut tema religius filosofis .yaitu tema puisi yang mampu membawa manusia untuk lebih bertagwa, lebih merenungkan kekuasan tuhan, dan menghargai alam seisinya.

2. Tema kemanusiaan

Tema kemanusian adalah melalui peristiwa atau tragedi yang digambarkan penyair dalam puisi ia harus berusaha menyakinkan pembaca tentang ketinggian martabat manusia.

3. Tema Patriotisme

Adalah penyair mengambarkan pembaca untuk meneladani orang-orang yang telah berkorban demi bangsa dan tanah air.

4. Tema cinta tanah air

Tema mengungkapkan perjuangan membela bangsa dan tanah air, maka tema cinta tanah air berupa pujaan kepada tanah kelahiran atau negeri tercinta. 5. Tema cinta kasih antara pria dan wanita

Tema yang berbentuk pantun perkenalan, pantun berkasih-kasihan, pantun perpisahan dan pantun beriba hati, dari jenis pantun itu dapat dinyatakan bahwa tema cinta kasih meliputi putus cinta atau sedih karena cinta.

6. Tema kerakyatan atau demokrasi.

Tema kerakyatan/demokrasi mengungkapkan bahwa rakyat memilki kekuasan karena sebenarnya rakyat yang menentukan pemerintah suatu negara.

7. Tema keadilan sosial(protes sosial) Tema yang menceritakan kaum yang tertindas. 8. Tema pendidikan

Tema yang mengambarkan tentang pendidikan. 9. Tema-tema lain

Tema dengan main-main tetapi mengandung sindiran.

Sedangkan menurut (Semi, 1988: 17) ada tiga cara untuk melihat karya sastra. Diantaranya:

1) Melihat persoalan yang paling menonjol, 2) Konflik yang banyak hadir.


(26)

Untuk mengetahui tema dari kumpulan Syair Haji penulis hanya mengunakan salah satu cara yaitu melihat persoalan yang paling menonjol. cara ini akan diterapkan pada bait syair terjemahan Muhammad fanani.

B. Perasaan (feeling)

Rasa atau feeling mengungkapkan suasana perasaan penyair ikut di ekspresikan dan dihayati oleh pembaca.(Waluyo, 2005:39)

Ini berarti bahwa rasa menyangkut tentang suasana kejiwaan atau perasaan penyair pengubah terhadap sesuatu yang menjadi persoalan dalam dirinya. Persoalan ini pula yang menjadi fokus perhatian pengarang dalam membuat puisinya dengan kata lain. Rasa adalah tanggapan atau reaksi pengarang berupa perasaan terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya.

C. Nada atau Suasana (tone)

Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap penyair terhadap pembaca dari sikap terciptalah suasana puisi (Waluyo, 2005 :37).

Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pendengar. Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca dari sikap itulah terciptalah suasana puisi (Waluyo, 2005:37)

Nada mempunyai unsur yang penting dalam puisi sebab nada menyangkut, masalah sikap penyair kepada pembaca. Ada nada menegaskan, persuasifdan sebagainya.


(27)

D. Amanat

Amanat, pesan atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada pembaca. Amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca, amanat tidak lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukan oleh penyair (Waluyo, 2005 :40)

2.2. Religiusitas sastra

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000) religi adalah kepercayaan kepada Tuhan akan adanya kekuatan ada kodrat di atas manusia kepercayaan animisme, dinamisme dan agama. Sedangkan religius bersifat keagamaan yang bersangkut paut dengan religi. Religi diartikan lebih luas daripada agama, kata religi menurut asal kata berarti ikatan atau pengikatan diri (Atmosuwito, 1989:123) Religius sastra adalah seperangkat dimensi yang muncul dari sikap ide dan pandangan hidup atau penulis sastra dan akhirnya terefleksi dalam karyanya. Agama menurut sastra religius bukan kekuasan melainkan sebagai pedemokrasian (Atmosuwito, 1989:126)

Pada awalnya segala sastra adalah religi, istilah religius membawa konotasi pada makna agama. Religius dan agama memang erat berkaitan. berdampingan bahkan dapat melebur dalam satu kesatuan, namun sebenarnya keduanya mengarah pada makna yang berbeda. Dengan demikian religius bersifat mengatasi lebih luas dari agama yang tampak formal dan resmi.

Menurut Moenjdjanto (dalam Ratnawati, 2000:2)”, Religius merupakan sesuatu yang 1) melintasi agama, 2) melintasi rasiolisasi, 3) menciptakan keterbukaan antar manusia, dan 4) tidak indektik dengan sifat pasifisme”


(28)

Manguwijaya (dalam Ratnawati 2000:2) mengungkapkan: “Religius pada dasarnya adalah bersifat mengatasi atau lebih dalam dari pada agama yang tampak, formal, dan resmi, karena ia tidak berkerja dalam pergertian pengertian (otak), tetapi dalam pengalaman dan penghayatan dan konseptualitas, Sehingga religius tidak langsung berhubungan dengan ketaatan yang ritual yang hanya sebagai huruf, tetapi dengan lebih mendasar dalam diri manusia yaitu roh.

Religius dimaksudkan sebagai pembuka jalan agar kehidupan orang yang beragama semakin intens (Moljanto dan Sunardi, 1990:208) menyatakan bahwa semakin orang religius, hidup orang itu akan semakin nyata (real) atau merasa makin ada dengan hidupnya sendiri. Bagi orang beragama, intensitas itu tidak dapat dipisahkan dari keberhasilannya untuk membuka diri terus menerus terhadap pusat kehidupan.

Pada awalnya segala sastra adalah religi, istilah religius membawa konotasi pada makna agama. Religius dan agama memang erat berkaitan. berdampingan bahkan dapat melebur dalam satu kesatuan, namun sebenarnya keduanya mengarah pada makna yang berbeda. Dengan demikian religius bersifat mengatasi lebih luas dari agama yang tampak formal dan resmi.

Religius sastra adalah seperangkat dimensi yang muncul dari sikap ide dan pandangan hidup atau penulis sastra dan akhirnya terefleksi dalam karyanya.

Karya sastra merupakan wujud representasi dunia dalam bentuk lambang (kebahasan) Oleh karena itu, karya sastra merupakan salah satu media yang dapat menjadi satu pengalaman estektik yang mengantarkan seseorang untuk mencapai religius. Salah satu cara yang dapat dilakukan manusia untuk meraih pengalaman estetik dan itu pula yang mengarahkan atau membangkitkan religius.


(29)

Berdasarkan gambaran tentang pendekatan religiusitas sastra di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa religius itu bukan karena ketaatan seseorang tapi bagaimana seseorang itu menjaga kualitas ketaatan seseorang dilihat dari dimensi yang paling dalam dan personal yang sering kali berada di luar kategori ajaran agama pendekatan ini menitik beratkan misi sastra sebagai alat perjuangan meningkatkan mutu kehidupan untuk manusia dan meningkatkan budi pekerti anggota masyarakat.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengunakan metode yang bertujuan agar penelitian tersusun secara sistematis. Metode adalah cara bertindak menurut sistematis. Metode penerimaan yang sadar atas suatu sumber dan penentuan sebuah cara dan sikap yang defitif dalam hubungannya dengan kepercayaan/keyakinan tersebut sehingga dapat diperoleh suatu cara bertindak untuk melakukan sesuatu tindakan secara konkrit. (Choirmain, 2006) sedangkan penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu permasalahan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode ini adalah upaya untuk menghimpun data yang diperlukan dalam penelitian ini sehingga dapat membuktikan kebenaran terhadap suatu objek permasalahan.

Dengan demikian dalam penelitian ini penulis tidak akan menguji hipotesis melainkan hanya mendeskripsikan data dan fakta yang ada dan kemudian mempertasikan serta dianalisis secara rasional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah memaparkan sesuatu dengan keadaan yang sebenarnya. Sehingga pembaca dapat merasakan apa yang penulis paparkan sesuai dengan apa gambaran pemahaman penulis tentang kajian yang dilakukan.


(31)

3.1. Metode Dasar

Metode dasar yang penulis gunakan pada penelitian ini yakni metode dekriptif yaitu metode dengan mendeksrifsikan semua data yang terdapat dalam Syair Haji. Dengan cara demikian maka penulis dapat mengumpulkan, memahami, dan memilih teks yang terdapat di dalam Syair Haji sehingga dapat diketahui unsur-unsur pembentuk ekstrinsik lainnya.

3.2. Objek Penelitian

Sumber data digunakan dalam penelitian ini adalah kepustakaan (Library research) yang bertujuan mencari semua bahan yang berhubungan dengan masalah penelitian, sehingga nanti mendukung penulisan laporan penelitian ini.

Adapun sumber Penelitian yang penulis analisis adalah: Judul Buku : Syair Haji

Bentuk Karya Sastra : Prosa lama (terdiri dari 3 sub bab) Pengarang buku : Muhammad Fanani

Penerbit : Proyek Pembinaan Buku Sastra Indonesia dan Daerah Tahun terbit : 1996/1997

Jumlah halaman : 65 Halaman

Ukuran : 24 x 14 cm

Sampul depan : Warna hijau tua. Sampul Belakang : Warna hijau tua


(32)

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan maka digunakan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data ini adalah:

1. Metode kepustakaan (library reseach) yaitu mencari bahan referensi yang berkaitan dengan pokok penelitian sebagai bahan acuan penulis.

2. Study teks adalah membaca secara berulang dengan seksama bahan yang hendak diteliti, mengadakan penyelesaian terhadap data yang telah diperoleh karena data sangat berhubungan dengan masalah yang akan dibahas, menelaah dan membahas seluruh data yang telah didapat kemudian menerapkan dalam pembahasan masalah.

3. Menafsirkan teks adalah melaksanakan penafsiran terhadap struktur cerita dan nilai-nilai religius yang terdapat dalam syair.

3.4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriftif. Metode deskriftif ini bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan fakta yang tampak.

Adapun analisis di dalam unsur intriksik yaitu tema, perasaan, nada, amanat yang terdapat dalam Syair Haji.

Sedangkan unsur ekstriksik yaitu unsur luar pembangun karya sastra itu sendiri. Disini penulis membahas tentang nilai-nilai religius Syair Haji terjemahan Muhammad Fanna


(33)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1.Analisis Sruktur Fisik Syair Haji 4.1.1 Struktur Fisik

4.1.1.1.Diksi

Kata yang terdapat dalam Syair Haji terdiri atas bahasa arab. Kosa kata bahasa Arab antara lain:

No Kosa kata Asal kata Arti Bait

1 Al-hamdulilah Arab Segala puji 1

2 Iillahi Arab Allah 1

3 Kana Arab Agama 1

4 Qawluhu Arab Allah 4

5 Ta’ala Arab Ta’ala 4

6 Wa Arab Dan 4

7 Hajju Arab Haji 4

8 Bayti Arab Baitullah 4

9 Sabila Arab Menjalani 4

10 Sayyidul Arab Junjungan 4

11 Mursalin Arab Sekalian alam 4

12 Ba’dahu Arab Sesudahnya 5

13 Jama’ahu Arab Jemaah 5


(34)

15 Jalla Arab Tinggi 5

16 Jallalah Arab Lemah 5

17 Innama Arab Sesungguhnya 21

18 I’imalu Arab Perbuatan 21

19 Niyyat Arab Niat 21

20 Nawaytu Arab Aku berniat 21

21 Hayyi Arab Maha hidup 21

22 Aliyah Arab Maha tinggi 23

23 Mu’minin Arab Mukmin 27

25 Fiil Arab Perbuatan 30

26 Talib Arab Permintaan 31

27 Allahuma Arab Ya Allah 33

28 S’salam Arab penyelamat 35

4.1.1.2. Imaji

1. Imaji Visual

Adapun imaji visual yang terdapat dalam kumpulan Syair Haji adalah terlihat pada kutipan berikut:

Telah sampai pada rukun iraq Pohonkan iman jangan bergerak Merendahkan diri dengan adrak

Dengan doa yang matu’maru malana iraq (SH : 41)

Setelah itu, sunat sembayang Antara maqom dan empat tian Tetapkan hatimu jangan bergoyang


(35)

Pohonkan kabar yang kamu sayang (SH : 47)

Dibawah mihrad, batu yang hijau Berantik-antik, berkilau-kilau Tiada dapat lagi di gempa

Pada fiil yang jahat jangan menyilau (SH:63)

Pada bait ke- 41 “Pohonkan iman jangan bergerak” yang mana penyair disini mengambarkan iman seseorang jangan bergerak dan selalu merendahkan diri kepada Allah SWT.

Pada bait ke- 47 “Tetapkan hatimu jangan bergoyang”penyair memberikan gambaran atau pengimajian kepada pendengar jangan suka goyah atau berpindah-pindah (teguh pendirian).

Pada bait ke- 63 pada kalimat “Batu yang hijau, berantik-antik, berkilau-kilau” penyair seolah-olah mengambarkan kalau seseorang yang baik akan melihat sebuah batu yang hijau dan berkilau-kilau dan barangsiapa yang jahat tidak bisa melihatnya.

2. Imaji Auditif (Pendengaran)

Adapun imaji auditif yang terdapat dalam kumpulan Syair Haji adalah terlihat pada kutipan di bawah ini

Beratus-ratus bedil, laykar

Beberapa pucuk meriam yang besar Berkeributan daripada emas yang bertagar Bunyinya itu seperti tagar


(36)

Seperti laku hendak berperang

Gegap gempita dengan bunyi genderang Ramainya bukan sebarang-barang Seperti musuh hendak menyerang. (SH :137)

Beberapa dengan bunyi-bunyian Beberapa lamanya yang demikian Diirinkan oleh orang sekalian

Sepanjang jalan yang beramai-ramai. (SH :138)

Pada bait 135 pada yang “berkeributan daripada emas yang bertagar. Bunyinya itu seperti tagar” penyair mengambarkan seolah-olah suara bedil, laykar sangat berkeributan daripada suara emas yang bertagar.

Sedangkan pada bait 137 penyair mengambarkan suara gegap gempita bunyi genderang seperti musuh hendak menyerang. Sedangkan pada bait 138 penyair mengambarkan suara bunyi-bunyian yang diiringkan oleh orang yang ramai.

3. Imaji Taktil (Perasaan)

Adapun imaji taktil yang terdapat dalam kumpulan Syair Haji terlihat dalam kutipan di bawah ini.

Jika sudah janjinya dahulu Barang yang sukar mudah dilalu Daripada hati belas dan pilu Makin bertambah suka selalu. ( SH :17)


(37)

Di dalam hati jangan berniat Jikalau diturut seperti itu

Itulah orang yang memperoleh hidayat (SH:193)

Baiklah kepada tempat bersakai Itulah tempat ia sa’i

Sudah tertap hukum syarat

Janganlah masqul pada hati lukai. (SH :212)

Pada bait 17 penyair mengajak khalayak kalau sesuatu janganlah lupa kepada janji karena janji merupakan amanat yang harus di tepati. Terus penyair mengambarkan walaupun hati belas dan pilu maka tetaplah bergembira..

Pada bait 193 penyair seolah-olah mengambarkan kepada pembaca jangan kita sekali-kali mempunyai niat yang jahat atau maksiat karena akan membawa kerugian buat kita.

Sedangkan pada bait 212 penyair mengambarkan kepada pembaca kalau kita jangan ragu pada hati kita sendiri dan berbuat baik kepada orang lain.

4.1.1.3. Kata konkret

Dalam Syair Haji pengubah menggunakan kata kata yang konkret untuk mengkonkretkan imaji yang ditawarkan untuk mengkokretkan keesaaan tuhan mengambarkan tuhan yang esa tidak beranak dan tidak pula diperanakan/tidak beribu tiada pula sekutu penyair mengambarkan bahwa Allah tidak melahirkan atau dilahirkan oleh sesuatu seperti halnya manusia dan juga mempunyai teman


(38)

yang sebanding dengannya untuk melukiskan kekuasaan tuhan yang terdapat dalam kutipan di bawah ini:

Terlalu baik budi dan bahasa Tiadalah banding dalam dunia Barang perkerjaan dengan perkasa Dengan karunia tuhan yang esa (SH 88)

Berbagai pula jenis bangsa Berbagai-bagai bunyi bahasa

Datangnya daripada segenap bangsa Kondrat Allah, Tuhan yang Esa. (SH :158)

Inilah syariah daripada tuhan yang maha besar Sejakterakan Dia pada yaumul Masyar

Luput daripada azab yang Maha besar Hilang dari gila dan besar

(SH:13)

Bait di atas mengambarkan bahwa kekuasan itu tiada banding di dalam dunia, manusia tidak mempunyai kekuasan apa-apa untuk mengkonkretkan tentang gambaran tentang Tuhan semesta alam.

4.1.1.4. Gaya bahasa

Dalam Syair Haji juga terdapat gaya bahasa, yang mana terdapat pada bait di bawah ini:

Kepada Allah janganlah lupa Hatimu jangan kau beri hampa


(39)

Supaya terbilang umat Muhammad Mustafa Pekerjaan baik jangan kau alpa

(SH:29)

Hendaklah mengikuti perbuatan dia Karena sunat segala anbiya

Disuruhkan Allah, tuhan yang kaya Kepada insan, sekalian manusia (SH:91)

Dengan kodrat Tuhan yang Ghana Akal budi sangat sempurna

Tambahan arif bijaksana Patuhlah disembah hina dina (SH:111)

Pada bait 29 penyair seolah-olah mengambarkan kepada pembaca kalau kita sebagai manusia umatnya Nabi Muhammad janganlah lupa terhadap segala perintah Allah SWT.

Pada bait 91 penyair mengambarkan kepada pembaca kalau kita harus patuh dan tunduk hanya kepada Allah karena dialah yang patuh disembah

Sedangkan 111 penyair mengungkapkan kepada pembaca kalau kita sebagai manusia adalah makluk yang tidak berdaya dan hanya dialah yang mempunyai kekuasaan dan kodrat yang abad.

4.12.2 Struktur Batin 4.2.2.1. Tema

Tema yang banyak terdapat dalam Syair Haji adalah tema ketuhanan (religius).


(40)

Setelah melihat persoalan yang menonjol pada Syair Haji terjemahan Muhammad Fananni dapat disimpulkan kalau tema yang terdapat dalam Syair Haji bertemakan ketuhanan (religius) yang menceritakan tentang rukun haji yang tergambar dalam kutipan syair di bawah ini.

Inilah rukun yang dikaji

Kepada kita yang sekalian dipegangkan Serta kepadanya kendaraan

Serta tanda yang ditinggalkan (SH :15)

Nawayytu I-hajjji wa harramat lebih Inilah firman tuhan Al-hayyi

Kepada Nabi Muhammad si suruhi Allah dan Rasul memberi suci (SH :22)

Haji dan umroh kedua sama Itulah rukun islam yang kelima Seumur hidup sekali wajib agama Jika salah, tiada terima

(SH:284)

4.2.2.2. Perasaan (feeling).

Sehubungan dengan hal tersebut setelah membaca kumpulan syair dapat di paparkan rasa atau perasaan pengarang dalam kumpulan syair tersebut. Seperti yang terdapat pada kutipan di bawah ini:

Hendaklah mengikuti perbuatan Dia Karena sunat segala anbiya

Disuruhkan Allah, Tuhan yang kaya Kepada insan, sekalian manusia


(41)

(SH:92)

Dikalam Nabi kita Allah, Rabbul Izzati Kepada nabi kita yang mukjizat

Seperti makanan yang sangat lezat Daripada tuhan yang empunya sifat zat. (SH :95)

Kuadrat Allah, Tuhan yang Ala Menjadikan Makkah, negeri yang asli Tempat ibadah asli sekali

Dijauhkan Allah daripada sekalian bala (SH:102)

Pada bait ke- 92 “Disuruhkan Allah tuhan yang kaya dan kepada insan sekalian manusia” mengambarkan kalau kita sebagai manusia harus mengikuti perbuatan yang baik yang yang diperintahkan oleh Allah SWT.

Pada bait ke 95 “Nabi kita yang mukjizat dan Tuhan yang empunya sifat zat” penyair mengambarkan kalau nabi kita adalah seorang yang mulia yang disisi Allah Swt, dan Allah adalah yang empunya sifat zat segalanya.

Sedangkan pada bait ke- 102 penyair mengambarkan kalau Allah maha besar yang telah menjadikan Mekkah sebagai tempat ibadah dan menjauhkannya dari segala bala.

4.2.2.3. Nada atau Suasana (tone)

Adapun nada yang digunakan dalam syair haji sebagai berikut: A. Nada menegaskan


(42)

Allah dan rasul sudah dipuji Inilah kelebihan rukun haji Di dalam hadist telah berjanji Disuruh jauhi segala yang keji (SH :3)

Pada contoh di atas terlihat bahwa penyair mengunakan kata-kata pilihan yang sangat baik sehingga pembaca menjadi tertarik sekaligus memahami akan makna yang akan disampaikan dalam ungkapan tersebut. Gambaran dari rukun haji yang terdapat dalam hadist dan al’quran. Dengan demikian jauhilah perbuatan yang keji yang perbuatan itu tidak boleh.

B. Nada persuasif

Nada persuasif tergambar pada kutipan berikut ini. Bersahabat dengan yang jahil

Senantiasa datanglah afil Lalaikan kita akan Rabbul jahil Segala Syaitan segera tampil (SH :28)

Contoh di atas mengisyaratkan pembaca agar berhati-hati memilih sahabat karena sahabat sangat berpengaruh bagi kita. Sahabat yang jahil akan melalaikan kita kepada Rabb (Allah).

4.2.2.4 Amanat

Bertolak dari uraian tentang amanat, jelaslah bahwa amanat yang ingin disampaikan pengarang dalam sebuah karya sastra, antara lain dapat diketahui


(43)

melalui ajaran yang ditulisnya. Berdasarkan pengamatan Syair Haji berisi ajaran dan petunjuk yang sangat bermafaat bagi umat Islam.

Syair Haji kita berisi mengenai masalah yang berhubungan dengan ibadah haji. Sehubungan dengan itu syair haji sebagai karya sastra secara langsung memberikan ajaran dan sekaligus menyebarkan dakwah islam. Berikut ini kutipan Syair haji yang berisi dakwah Islam.

Kepada babullahmi haza l-bayta Dengan tawad, merendahkan serta Pekerjaan yang jahat jangan di cinta Dihilangkan Allah azab dan lata (SH:40)

. Di dalam dunia lagi yang demikian Jika pada akhiratnya beberapa kian Ingat-ingat sahabat sekalian

Janganlah menaruh perkara yang hina// (SH :169)

Ziarah pada tempat yang itu wa mursala Di sanalah maqom Sayyidul Murtada Kebesaran tuhan Azza wa jalla Batu berlubang bekas kepala (SH:202)

Pada bait 40 penyair memberi pesan kepada pembaca jangan pernah mencintai suatu pekerjaan yang jahat karena itu akan mendatangkan azab dari tuhan.

Pada bait 169 penyair menberikan nasihat kepada pembaca kalau kita kita hidup di dunia hanya sementara karena itu jangan pernah menaruh perkara kepada orang lain.


(44)

Sedangkan pada bait 202 penyair memberikan amanat kalau kita pergi ke tanah suci jangan lupa berziarah karena itu akan menambah keimanan kita.

4.3 Nilai –Nilai Religius Pada Syair Haji 4.3.1. Ketauhidan

Secara harfiah tauhid makna tauhid bersal dari kata wahada, yuwahhidu, tauhid yang berarti mengesakan. Jadi esensi iman kepada Allah adalah tauhid yang mengesakan-Nya baik dalam Dzat, asma’ wa shiffaat, maupun af al –Nya.

Dengan demikian jelaslah bahwa tauhid merupakan hal yang paling utama dalam ajaran agama islam mengenai ketuhanan dan keesaan Allah Swt.

Sedangkan menurut Shiddieqy (1952:94) tauhid terbagi atas tujuh di antara nya:

1. Tauhid Dzat

Mengetahui ke esaan dzat Allah 2. Tauhid Sifat

Mengetahui bahwa sifat-sifat Tuhan, hanya sifat sebagai sifat Tuhan dan bahwa Allah sendiri yang wajib mempunyai segala sifat kesempurnaan. 3. Tauhid Wujud

Mengakui bahwa hanya dzat Allah sendiri yang wajib adanya. 4. Tauhid Al’aal

Mengakaui bahwa Allah sendiri yang menjadikan Alam dan segala isinya dan yang menjadikan atau menghasilkan segala perbuatan hambanya. 5. Tauhid ibadat

Mengakui Allah sendiri yang berhak menerima ibadat dan wajib kita ibadati; tak boleh kita ibadati yang selain nya.

6. Tauhid Qashdi

Mengakui bahwa Allah sendiri yang dituju langsung dalam memohon sesuatu hajat

7. Tauhid Tasjri

Meng-iktikadkan bahwa Allah sendiri yang menentukan hukum halal, hukum haram, dan pokok undang-undang.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai tauhid dan bagaimana unsur-unsur tauhid tersebut dalam syair haji maka perlu diketahui pembagian atau macam-macam tauhid itu sendiri.


(45)

Tauhid dapat di bagi dalam tingkatan yaitu tauhid rububiyah (mengimani Allah sebagai satu-satunya Rabb), tauhid uluhiyah (mengimani Allah swt sebagai satunya Ilah), dan tauhid mulkiyah (mengimani Allah swt sebagai satu-satunya Malik)

A. Tauhid Rububiyyah.

Secara etimologi kata “Rabb” mempunyai banyak arti, antara lain menumbuhkan, mengembangkan, mendidik, memelihara, memperbaiki, menangung, mengumpulkan, mempersiapkan, memimpin, mengepalai, menyelesaikan suatu perkara memiliki dan lain-lain.

Menurut (Shiddiegy 1952 :95) Tauhid rububiyah adalah meng-iktikadkan bahwa tuhan sendirilah yang menciptakan alam seluruhnya. Maka timbullah kesadaran bagi makluk untuk mengagungkan Allah, makluk harus bertuhan hanya kepada Allah tidak kepada yang lain. Keyakinan inilah yang disebut tauhid rububiyah.penjelasan ini bisa dilihat pada bait syair berikut:

Wa’ala alihi wa ashabihi l-ashabihi l-ansaf wa l-mujahiddin Wa s-sadiqina wa sayyidu s-sabirin

Telah di anugrahi rahmat serta nazirin Rahmat Allah wa ya khyru n-nasirin (SH:2)

Di dalam nabi Allah, rabbul izzati Kepada Nabi kita yang bermukjizat Seperti makanan yang sangat lezat

Daripada Tuhan yang yang empunya sifat zat (SH: 94)

Serta dengan Ayat kursyi


(46)

Namun Tuhan, Rabbul izatti Ialah menjadikan semesta seisinya. (SH: 57)

Dalam Alqur’an juga disebutkan sifat Allah yang pencipta juga ditemukan dalam Alquran seperti yang tercantum dalam kitab alquran.

“Dia Allah yang menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk rupa, yang mempunyai nama-nama yang baik”(AL-Hayr :24)

B. Tauhid Uluhiyah

Kata Ilaha berakar pada a-la-ha (alif-lam-ha) yang mempunyai arti antara lain tentram, tenang, lindungan, cinta dan sembah (‘abada). Semua kata-kata itu releven dengan sifat-sifat dan kekhususan Dzat Allah.

Menurut (Shiddieqy,1952:95) Tauhid uluhiyah adalah meng-iktikadkan bahwa Allah sendirilah yang berhak disembah dan yang berhak dituju oleh segala hambanya.

Jadi tauhid uluhiyah menyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah seperti yang terdapat dalam bait Syair Haji berikut.

Terlalu baik budi dan bahasa Tiada banding di dalam dunia Barang pekerjaan dengan perkasa Dengan karunia Tuhan Yang Esa (SH :125)

Beberapa pula jenis bangsa Berbagai-bagai bunyi bahasa


(47)

Kodrat Allah, Tuhan yang esa. (SH:156)

Penyataan Keesaa Allah terlihat pada yang ke 125 “Tiada banding di dalam dunia” dan “dengan karunia Tuhan yang esa” penyair mengambarkan kalau keesaan Allah tiada banding di atas dunia ini yang bisa kita lihat dengan karunia-karunia-Nya.

Sedangkan pada bait yang 158 “ Berbagai-bagai jenis bangsa” dan “kodrat Allah, tuhan yang Esa” penyair mengambarkan walaupun kita berbeda bahasa atau bangsa tapi kodrat Allah ada pada kita.

Bisa juga dilihat pada ayat-ayat Al-quran seperti yang dinyatakan Allah dalam kitab suci alqur’an

“Dan orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya mengingat Allah lah hati menjadi tentram.”(AR Ra’du:28)

“Aku berlindung kepada Allah akan termasuk orang- yang jahil”(Al baqarah:67)

“Adapun orang –orang yang beriman amat sangat cinta nya kepada allah”(Al-baqarah:165)

Dan sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat(untuk menyerukan ) Sembahlah Allah saja, dan jauhi thagut.”(An Nahl:36)

Diantara makna Ilah di atas yang paling asasi adalah makna ‘abada (ain-ba-dal) yang mempunyai arti, antara lain :hamba sahaya (‘abdun) patuh dan tunduk (ibadah) yang mulia dan agung (al ma’bad) selalu mengikuti (abada bib). Jika arti kata ini di urutkan maka akan menjadi susunan kata yang sangat logis.


(48)

Jadi tauhid uluhiyah adalah mengimani Allah swt Al Ma’bud (yang di sembah) dalam hal ini Allah berfirman:

“Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan selain aku, maka sembahlah aku (Beribadahlah) dan dirikanlah shalat untuk mengingatkanKu “(Thaha:14)

C. Tauhid Mulkiyah

Kata Malik yang berarti raja ,dan Mulk yang berarti memiliki akar kata yang sama yaitu ma-la-ka. Keduanya mempunyai relevensi makna yang kuat. Si pemilik sesuatu pada hakikatnya adalah raja dari sesuatu yang dimilikinya. Misalnya pemilik rumah, dia bebas mendiami, menyewakan atau bahkan menjual kepada orang lain.

Jadi tauhid mulkiyah adalah kekuasan Allah yang memiliki alam beserta isinya yang mana terdapat pada kutipan dibawah ini:

Jabal nur, tempang kalilu r-rabbi Ialah di belah perut Nabi

Kepada jibrail membawa suruh rabbi Ialah nabi daripada asal arabi

(SH: 96)

Min hajji lama yazid rabbi pada hazani Ialah kesudahan hak subhani

Jal jallah, tuhan Rabbani

Pohonkan dunia. Akhirat minta kasihan. (SH:217)

Kekuasan Allah juga dapat dilihat pada Al’Quran surat Al Baqarah dalam kitab suci Al’Quran:


(49)

“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumiuntuk kamudan ia berkehendak menuju langit dan lalu dijadikan nya tujuh langit, dan Dia bisa mengetahui segala sesuatu”

4.3.2. Komponen ibadah haji

Haji secara lughowi (etimologis) berasal dari bahasa Arab al-hajji; berarti tujuan, maksud, dan menyengaja untuk perbuatan yang besar dan agung. Selain itu, al hajj berarti mengunjungi atau mendatangi (Munawar, 2003:1). Makna ini sejalan dengan aktivitas ibadah haji, dimana umat islam dari berbagai negara mengunjungi dan mendatangi Baitullah (Ka’bah) pad musim haji karena tempat ini dianggap mulia dan agung.

Haji asal maknanya menyengaja sesuatu. Haji yang di maksudkan disini (menurut syara’) ialah:menyeganjakan mengunjungi Ka’bah (rumah suci) untuk melakukan beberapa amal ibadah, dengan syarat-syarat yang tertentu.

Dalam Syair haji banyak berisi mengenai komponen ibadah haji yang berkenaan dengan syarat wajib, syarat sah haji, rukun haji, wajib haji, sunat haji dan yang membatalkan haji.

A. Syarat Wajib Haji

Syarat wajib haji adalah ketentuan- ketentuan atau syarat-syarat apabila ada pada seseorang, maka wajib haji berlaku bagi dirinya.

Syarat-syarat wajib haji ada yang bersifat umum (berlaku bagi laki-laki dan wanita)dan ada yang bersifat khusus bagi wanita (Munawar, 2003:22). Adapun syarat-syarat yang bersifat umum tersebut terdiri dari empat macam, yaitu:


(50)

1. Muslim

Beragama islam merupakan syarat wajib bagi pelaksanaan berbagai ibadah, termasuk ibadah haji. Seperti bisa kita lihat pada bait syair berikut ini

Haji dan umroh keduanya sama Itulah rukun islam yang kelima Seumur hidup sekali wajib agama Jika salah, tiada terima

(SH:274)

Dalam kutipan bait syair di atas terdapat beberapa kelompok kata seumur hidup sekali wajib agama pada larik yang ketiga. Kata wajib yang tertulis itu menurut ilmu fikih disebut fardu yang dibagi menjadi dua, yakni fardu a’in dan fardu kifayah. Dalam hal ini yang dibicarakan hanyalah fardu ain yang suatu kewajiban didalam agama Islam yang harus dilakukan oleh setiap individu orang islam. Jika fardu ain itu telah di lakukan berarti orang itu telah bebas dari beban yang dipikulnya dan ia akan mendapatkan pahala dari Allah. Tetapi jika fardu’ain itu ditinggalkan ia akan memperoleh siksa dari Allah.

Sehubungan dengan hal itu, di dalam Syair Haji pada bait yang lain tertulis penyataan yang berhubungan dengan seruan untuk menunaikan ibadah haji seperti di dalam kutipan Syair Haji berikut:

Syarat wajibnya lima perkara

Pertama islam, merdeka kedua perkara Ketiga baliq pula saudara

Keempat berakal, tidak cidera Kelima kuasa ia mengerjakan Ada bakal minum dan makan ( SH :288 )


(51)

Dari kutipan syair di atas mengungkapkan bahwa orang yang diwajibkan melakukan ibadah haji hanyalah orang Islam yang telah memenuhi persyaratan, seperti orang yang merdeka, telah cukup umur, berakal, tidak cidera dan kuasa melakukannya, serta mempunyai bekal yang cukup untuk pergi dan pulangnya, sedangkan orang yang yang bukan Islam tidak wajib melakukan ibadah haji.

Di dalam syarat yang kelima tertulis penyataan seperti berikut kelima kuasa ia mengerjakan, kata kuasa di dalam penyataan itu mempunyai pengertian bagi seseorang yang akan melakukan ibadah haji. Makna kuasa yang pertama ialah bahwa ibadah haji itu dapat dilakukan oleh diri sendiri, dalam hal ini, berarti ia telah sanggup terhadap segala macam risiko.

2. Mukallaf

Mukallaf adalah orang yang telah di anggap cakap dalam bertindak secara hukum, baik yang berhubungan dengan perintah Allah maupun larangan-Nya.

3. Merdeka

Kewajiban haji hanya bagi orang yang merdeka. Hamba sahaya (Budak) tidak dikenakan kewajiban melaksanakan ibadah haji, karena haji merupakan ibadah badaniyah dan maliyah yang mesti dilakukan secara langsung oleh yang bersangkutan dan atas biaya sendiri.

4. Memiliki kemampuan

Kewajiban menaunaikan ibadah haji adalah bagi mereka yang memiliki kemampuan. Menurut ulama Syafi’I menentukan kriteria kemampuan itu meliputi tujuh komponen, yaitu kekuatan fisik; kemampuan harta, tersedianya alat transfortasi; tersedianya kebutuhan pokok yang akan di komsumsi selama di tanah


(52)

suci; perjalanan di tanah suci aman; jika yang menunaikan haji itu seseorang wanita, harus ada mahramnya.

Kewajiban untuk menunaikan ibadah haji itu boleh dilakukan hanya satu kali seumur hidup mengingat Baitulllah itu letaknya sangat jauh dan sulit dalam perjalanan. Dan lagi harus menyediakan biaya yang cukup selama menunaikaan ibadah haji, oleh karena itu menunaikan ibadah haji memperoleh keringanan dari Allah dengan catatan bahwa orang itu mampu melaksanakanya. Dalam hal ini yang penting biaya yang harus mencukupi untuk pergi dan pulangnya. Persyaratan itu terlukis di dalam bait yang berisi ajaran dan harus diketahui oleh pemeluk Islam. Ada pun baitnya seperti di bawah ini:

Ada perkasa dan kembalinya Cukup bekal kelengkapannya Pada perginya dan kembalinya Cukup bekal kelengkapanya ( SH : 191)

Dari kutipan syair di atas menunjukan bahwa masalah biaya sangat penting dan sangat diutamakan, hal ini diungkapkan dalam larik yang kedua dan keempat, yaitu penyataan “cukup bekal kelengkapannya” Dengan demikian terlihat bahwa jika tanpa biaya yang cukup, orang tidak dapat melaksanakan ibadah haji ke Masjid Alharam di Mekkah.

Sehubungan dengan isi syair yang dikutip di atas yang menjelaskan bahwa setiap orang Islam diwajibkan untuk melengkapi rukun Islam yang kelima, yakni menunaikan ibadah haji ke Baitulllah, Hal ini dikukuhkan oleh firman Allah didalam Al Qur’an yang berbunyi sebagai berikut “Allah mewajibkan setiap orang Islam agar menunaikan ibadah haji ke Baitullah (Kabah) jika ia kuasa (Surat Ali


(53)

Imran :97) Sehubungan dengan hal itu, di dalam Syair Haji pada bait yang lain tertulis penyataan yang berhubungan dengan seruan untuk menunaikan ibadah haji seperti di dalam kutipan Syair Haji berikut:

Seperti firman, qawluhu Taala

Wa hajju I-bayti manistatu ilayhi sabila Di wajibkan kepada islam segala

Demikian iman Sayyidul I-mursalin ( SH:14)

Ajaran ibadah yang tertulis pada syair tersebut cukup jelas dan mudah di pahami, terutama pemeluk agama Islam, berdasarkan hal itu terlihat bahwa ajaran agama Islam yang disampaikan melalui karya sastra yang berupa syair itu sangat membantu calon jemaah haji karena dakwah Islam itu disajikan dengan mengunakan kata-kata yang sederhana sehingga mudah diikuti dan dipahami.

Adapun syarat-syarat wajib yang khusus bagi wanita melaksanakan ibadah haji meliputi dua hal. yaitu:

1. Harus didampingi suami atau mahramnya, jika tidak didampingi, maka haji tidak wajib baginya.

Dalam syair haji terdapat petunjuk yang sekaligus merupakan ajaran bagi seorang muslim yang akan pergi menunaikan ibadah haji ke Mesjid Alharam. Ajaran itu dinyatakan dalam syair berikut.

Lagi sampai sudah waktunya Akan masuk perjalanan hajinya Lagi dapat akan kawanya Seperti buta dengan pimpinanya (SH:295)


(54)

Atau perempuan dengan suaminya Atau mukrim dengan suaminya

Atau muhrimnya atau sama perempuanya Tiga orang perempuan yang serta

Di isyaratkan jangan memandangnya (SH: 296)

Berdasarkan bait 295 pada bait perjalanan hajinya penyair mengambarkan kalau seorang yang menunaikan ibadah haji harus ada kawan atau yang buta ada pimpinanya. Sedangkan pada bait 296 penyair mengambarkan kalau seorang ketika melaksanakan haji hendak membawa kawan atau mukhrim terlihat pada baris mukhrim dengan suaminya atau sama perempuanya kerena itu lebih baik. 2. Wanita yang tidak dalam masa iddah, baik karena talak atau karena di tinggal mati suaminya.

B. Syarat Sah Haji

Syarat sah haji adalah segala ketentuan yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan ibadah haji. Jika terpenuhi, maka ibadah haji yang dilaksanakan di pandang sah (diterima). Namum jika ketentuan itu tidak terpenuhi, ibadah haji yang dilaksanakan tidak sah.

Seperti yang dikemukakan Abdurahman Al-jaziri (Munawar, 2003:27). Ada beberapa syarat sah ibadah haji, yaitu

1. Beragama Islam

Ibadah haji menjadi sah bila dilaksanakan orang Islam, baik haji itu dilaksanakan oleh diri sendiri atau orang lain. Oleh sebab itu, ibadah haji tidak sah jika dilaksanakan oleh orang kafir atau murtad dan tidak sah pula mewakilinya.


(55)

. Dengan menelaah Syair Haji terdapat persyaratan ibadah haji dan umroh. Untuk jelasnya kutipan syair berikut ini menunjukan ajaran agama Islam yang berhubungan dengan ibadah haji.

Seperti firman, qawluhu Taala

Wa hajju I-bayti manistatu ilayhi sabila Di wajibkan kepada Islam segala Demikian iman Sayyidul I-mursalin ( SH:14)

Ayohai saudaraku, dengarkan lah tuan Fakir menyatakan wajib dan arkan Haji dan umroh sama berkawan Keduanya itu kita wajibkan (SH:277)

Sehubungan dengan isi syair yang dikutip di atas yang menjelaskan bahwa setiap orang Islam diwajibkan untuk melengkapi rukun Islam yang kelima, yakni menunaikan ibadah haji ke Baitullah

1. Mumayyiz

Mumayyiz adalah seorang anak yang sudah dapat membedakan antara sesuatu yang baik dan bermanfaat dengan sesuatu yang tidak baik mendatangkan mudarat.

2. Amalan ibadah haji harus dilakukan pada waktu yang telah ditentukan. Wakt pelaksanaan ibdah haji adalah mulai bulan syawal, zulkaidah dan Sembilan hari pertama bulan zulhijjah sampai terbit fajar hari kesepuluh atau yang di sebut jauga yaumul an-Nahrar serta 2 hari Tasyrik. Jika amalan yang diamalkan di lakukan di luar waktu itu, maka hajinya tidak sah


(56)

C. Rukun Haji

Rukun haji adalah amalan-amalan yang wajib dikerjakan selama melaksanakan ibadah haji. Bila salah satu amalan tersebut tertinggal atau sengaja ditinggalkan, ibadah haji menjadi batal dan wajib mengulang pada kesempatan lain.Ulama ada yang berpendapat dalam menentukan amalan-amalan mana saja yang termasuk rukun haji.

Ulama mazhab Syafi’i menetapkan rukun haji sebanyak enam perkara yaitu:

1.Ihram,

2 Wukuf di Arafah 3. Tawaf

4. Sa’i

5. Memotong minimal tiga helai

6. Tertib. Yaitu mendahulukan Ihram dari keseluruhan rukun lainnya, mendahulukan wukuf dari tawaf ifadah dan potong rambut, dan mendahulukan tawaf atas sa’i itu tidak dilakukan setelah tawaf qudum.

Rukun haji juga terdapat pada bait Syair Haji yang terdapat di bawah ini. Haji dan umroh lima rukunnya

Niat serta ihram pertamanya Kedua tawaf, sai ketiganya

Bercukur keempat , tertib kelimanya ( SH :298 )

Rukun haji bersama-sama dengan umrah Bertambah haji, wukuf di arafah

Sembilan hari, bulan Zulhijjah


(57)

(SH :299)

Dari kutipan syair di atas bahwa ibadah haji itu dilaksanakan pada bulan Zulhijjah dan ibadah umroh secara langsung wajib dilakukan bersama-sama pada saat itu, para jamaah harus melaksanakan semua rukun haji dan umroh. Jika salah satu rukun itu ditinggalkan, ibadah haji sebagai rukun Islam yang kelima itu tidak sah, terutama jika yang ditinggalkan itu wukuf di Arafah pada tanggal 9 Zulhijjah. Wajib mengantinya haji pada tahun berikutnya.

Dalam Syair Haji juga terdapat pentunjuk mengenai salah satu rukun atau wajib haji yang ditinggalkan oleh seorang jemaah yang terlihat pada syair dibawah ini

Rukun dan wajib fardu sekutu Sekalian ibadah maknanya Satu Jikalau tinggal salah sesuatu Tiadalah sah ibadahnya ( SH: 306)

Kutipan di atas merupakan petunjuk ajaran ibadah haji dan umroh yang berisi tentang salah satu rukun atau wajib haji dan umroh yang tidak dikerjakan pada saat musim haji sedangkan berlangsung di Mesjid Alharam, maka ibadahnya tidak sah.

Melalaikan haji, umrohpun sama Rukun dan wajib berlainan makna Ketinggalan rukun, haji percuma Ketinggalan wajib, dan terkena ( SH:306)


(58)

Meninggalkan wajib beroleh susah Dibayar damnya, hajinya sah

Demikianlah hukum haji dan umroh (SH: 307)

Syair di atas menunjukankan, baik rukun maupun wajib mempunyai kedudukan yang sama. Kedua harus dikerjakan, dan keduanya merupakan ibadah yang saling berkaitan, rukun dan wajib itu tidak boleh ditinggalkan. Barangsiapa yang meninggalkannya salah satu rukun dan wajib, jelaslah ibadah haji sebagai rukun Islam yang kelima tidak sah.

D. Wajib Haji

Wajib haji adalah rangkaian amalan yang harus dilakukan dalam ibadah haji disamping rukun haji, bila ditiggalkan akan dikenakan dam atau denda

Masalah yang menimbulkan adanya dam. Para ulama menjelakan seseorang yang sedang menunaikan ibadah haji dapat dikenakan denda jika ia melanggar atau meninggalkan beberapa butir wajib haji, seperti melakukan haji Qiran atau Tamatu tidak bermalam di Muzdalifah dan Mina, tidak melemparkan Jumrah Aqabah,, melanggar miqat makani, dan tidak tawaf wada; yang mana terdapat dalam syair di bawah ini:

Tertib dan takdir sebabnya sembilan Pertama tamatu dan kedua qiran Ketika luput waktu berjalan Pelontar jumrah jua ditinggalkan ( SH : 310 )


(59)

Berjalan lalu turun ke mina Itulah sebab dam yang kelima Keenam tidak bermalam di mina ( SH : 311 )

Ketujuh miqa makani di tinggalkan Kedelapan tawaf wada di tinggalkan Menyalahi zadar sebabnya sembilan Cukup sebab sudah sembilan

( SH:312 )

Jadi dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang menunaikan ibadah haji jika melanggar atau meninggalkan salah satu butir tersebut wajib membayar dam. Jika dam itu telah dibayar oleh orang yang bersangkutan, InsyaAllah hajinya mabrur dan akan diterima Allah.

E. Sunat Haji

Sunat Haji adalah amalan-amalan yang dianjurkan agar dilaksanakan dalam ibadah. Bila amalan tersebut itu dikerjakan akan mendapatkan mendapatkan ganjaran pahala. Namun bila amalan tersebut ditinggalkan, tidak mendapatkan dosa atau celaan.

Ulama berpendapat dalam mengklafikasikan amalan-amalan yang menjadi sunat haji adalah.

1. Mabit di Mina pada malam-malamhari tasyri’(11,12,dan 13 dzulhijjah) 2. Mabit di Muzdalifah pada malam tanggal 10 dzulhijjah, setelah keluar dari

arafah


(60)

4. Melontar ketiga jumrah dengan tertib.

F. Hal-hal yang membatalkan Haji

Haji menjadi batal lantaran melakukan tiga hal, yaitu: 1. Meninggalkan wukuf di arafah pada waktunya 2. Meninggalkan salah satu rukun haji

3. Berjimak. Namum mengenai waktu batalnya haji. karena berjimak dan syaratnya.

4.3.3. Pelaksanaan ibadah Haji

Dari segi pelaksanaan, ibadah haji tidak selalu terkait erat dengan ibadah umrah, dengan kata lain, ada haji mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan umrah, bahkan umrah merupakan satu kesatuan dari ibadah haji, sehingga jika seseorang diwajibkan melaksanakan haji berarti diwajibkan juga melakukan umrah.

Menurut (Munawar, 2003:43). Pelaksanaan ibadah haji dapat dikelompokkan dalam tiga macam, yaitu haji ifrad. Haji Tamattu dan haji Qirans.

A. Haji ifrad

Kata ifrad berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad, bila seseorang bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan ibadah haji maupun ibadah umroh.tidak melakukan keduanya sekaligus.


(61)

B. Haji Tamattu

Kata Tamattu’ berarti bersenang - senang atau bersantai-santai.tamattu adalah melakukan ihram untuk melaksanakan umrah dibulan-bulan haji.setelah amalan umrah selesai, langsung mengerjakan haji.

C. Haji Qiran

Kata qiran dapat diartikan dengan menyertakan atau mengabungkan. Adapun dalam termilogi fikih, haji qiran adalah pelaksanaan ibadah haji dan umrah sekaligus dengan satu niat.

Orang Islam umumya telah mengetahui bahwa ibadah haji dan umroh itu di laksnakan di tanah suci Makkah, yakni di masjid Alharam atau disebut juga dengan Baitullah. Di tempat suci itu para jamah haji bersama-sama melakukan umroh. Ibadah itu dilakukan setiap tahun yang jatuh pada bulan Zulhijjah, sedangkan umroh dapat juga dilakukan sepanjang tahun, boleh di kerjakan dalm bulan apa saja sesuai dengan kesempatan dan kemampuan.

Sehubungan dengan hal itu, para jamaah, antara lain harus mensucikan dirinya. Lalu melakukan shalat sunat dua rakaat. Penyataan itu terdapat dalam Syair haji di bawah ini.

Takkala hendak akan ihram Sunat pula mandi bersiram Menghilangkan pula daki dan Inilah amal yang terlalu akram. (SH :19)

Sunat sembanyang dua rakaat Inilah amal dan taat

Mengerjakan dia dengan sangat Allah dan Rasul memberi syafaat


(62)

( SH: 20 )

Maksud dari isi syair di atas jika persiapan telah selesai untuk melakukan ihram di tanah suci Makkah, para jamaah dengan berpakain ihram (kain putih yang tidak berjahit) lalu pergi ke mesjid Alharam. Dan dalam syair lain juga disebutkan setiap jamaah diharapkan jangan sampai lupa menyebut Asma Allah.seperti yang terdapat pada bait dibawah ini:

Membaca talib sunat berulang-ulang Tiga kali jangan diselang

Jangan kita berhati walang Inilah amal yang gemilang (SH: 31)

Telah selesai daripada tahlilnya Membaca shalawat akan nabinya Minta ampun kepada Tuhannya Harapkan kita akan rahmatnya (SH:32)

Setelah sampai di masjid Alharam. Para jamaah segera melakukan tawaf (mengelingi kabah) tujuh kali sampai berdoa dan setiap kali berdoa dan sampai di hajar aswad berhenti sejenak sampai berdoa agar memperoleh kesempurnaan di dalam menunaikan ibadah haji. Kutipan syair berikut merupakan ajaran ibadah yang menunjukan perintah untuk melakukan tawaf.

Tawaf ia pada Baitullah Pada hajar Aswad berhentilah Berbetulan jangan bersalah Supaya sempurna jangan bersalah (SH:36)


(63)

Selesai tawaf, para jamaah melakukan sai berlari dengan langkah yang pendek dari safa ke marwa tujuh kali. Sebagai puncak ibadah haji. Mereka pergi ke padang arafah untuk mrlakukan wukuf pada tanggal 9 Zulhijjah setelah matahari tergelincir samapai terbit fajar pada hari nahar, yakni tanggal 10 zulhijjah . di tempat itu, para jamaah masih mengenakan pakaian ihram. ketika itu para jamaah disunatkan berdoa, mohon ampun kepada Allah dan mengucapkan doa apa saja dengan khusuk sesuai dengan kemampuan. Syair berikut menunjukan bahwa orang yang sedang melakukan wukuf itu dikerjakan dengan kusuk.

Wukuf di arafah serta takzim

Hendaklah diperbaiki sekalian kalam Dengan sahabat, dengan orang alim Jadikan ia akan mualim

(SH:185)

Wukuf di Arafah dengan tawaddu Kepada hadiratnya jua kita rujuk Kepada Allah takut dan kusuk Perbaiki dengan perangai khuluk (SH:186)

Isi dari syair di atas bahwa ibadah wukuf itu merupakan rukun haji yang sangat penting yang harus dilakukan dan tidak boleh di tinggalkan. Barangsiapa yang pergi menunaikan ibadah haji tidak melakukan wukuf maka haji tidak sah dan harus mengulang tahun berikutnya.

Selanjutnya, pada tanggal 10 Zulhijjah para jamaah meninggalkan arafah menuju Muzdalifah. Di tempat itu mereka singgah selama satu tahun malam


(64)

sampai fajar. Setelah itu mereka menuju mina dan tinggal selama tiga hari Tasyrik (11,12 dan 13 Zulhijjah). Selama itu para jamaah diwajikan melemparkan jumrah aqabah. akhirnya para jamaah kembali ke kota suci Mekkah, lalu menuju ke masjid Alharam untuk tawaf wada(Tawaf perpisahan karena akan meninggalkan Masjid Alharam.


(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Syair sangat populer dan mendapatkan tempat istemewa dalam kehidupan etnis melayu. Hal ini berarti syair sebagai bentuk literatur memenuhi selera pengarang seta pembaca atau pendengarnya. Syair mempunyai fungsi tertentu dalam dalam kehidupan masyarakat melayu. Syair tidak hanya dibacakan dan diperdengarkan sebagai pengisi waktu luang belaka, Syair selalu pula dipakai sebagai wahana untuk menyampaikan, mengajarkan sesuatu atau memberi nasehat.

Syair Haji dikenal dengan oleh masyarakat melayu. Syair haji biasa di bacakan seiring dengan rangkaian upacara kenaikan haji yang kemudian dilanjutkan dengan berdoa.

Syair Haji berisi tentang syarat-syarat haji pada dasarnya tentang rukun-rukun haji yang yang diberikan berkaitan dengan suruhan Allah SWT dalam melaksanakan rukun Islam yang kelima ini. Yaitu menunaikan ibadah haji.

Syair Haji selain berisikan tentang rukun haji juga berisikan tentang petuah dan nasihat pada dasarnya petuah dan nasihat pada dasarnya petuah tersebut berkenaan dengan ajaran agama. Termasuk bagaimana kita harus berprilaku dalam kehidupan ini. Salah satunya adalah tentang kehidupan dalam melaksanakan perintahnya.

Dalam praktiknya ditengah masyarakat pendukung, syair berfungsi sebagai hiburan yang bernilai tinggi, karena memiliki nilai pengajaran, nilai itu


(66)

disampaikan sejalan dengan apa yang terkandung dalam ajaran agama Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan hadist, keadaan seperti ini memang disadari, mengingat masyarakat masyarakat melayu yang memeluk agama Islam dan nilai-nilai Islam itu begitu kentara dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai religius dalam syair haji memang tidak mendominasi. Tetapi disinilah metode yang bagus disampaikan pengubah dalam menyampaikan syair Islam.

Syair haji ini tentunya diharapkan dapat dijadikan pedoman dan pengangan dalam menjalankan hidup didunia ini terutama dalam ibadah haji dan menjalankan segala perintahnya.. kemudian daripada itu juga semoga hasil karya penulis sajikan ini dapat bermafaat bagi pembaca sekalian.

5.2 Saran

Berdasarkan pengamatan penulis maka dapatlah penulis memberikan saran sebagai berikut

1. Keberadaan Syair Haji ditengah masyarakat pendukung sudah mulai sangat kurang peminatnya. Khususnya pada generasi muda sehingga dikhwatirkan akan punah,oleh karena itu hendaknya ada usaha dalam pemerintah untuk melestarikan syair itu.

2. Ekspolasi penelitian hendak terus dilakukan terhadap syair sehingga di hasilkan kajian yang lebih lengkap tentang unsure-unsur agama dan kehidupan yang terkandung di dalamnya.

3. Hendaklah dilakukan penelitian ulang terhadap syair haji karena sampai sekarang tidak diketahui naskah asli dan sejarah lengkap dan akurat tentang syair tersebut.


(67)

4. Terus dilakukan regenerasi dalam pengubahan syair haji sebagai upaya pelestarianya

5. Melakukan kajian sistematis terhadap prosa lama khusus Syair, agar keberadaan ada.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2000. Pengantar apresiasi sastra . Bandung : Sinar Baru Algensindo Atmosuwito, Subijantoro. 1989. Perihal Sastra Dan Religiusitas Dalam Sastra.

Bandung : C.V. Sinar Baru

Al Munawar, Said Agil Husin. 2003. Fikih Haji. Jakarta:Ciputat press.

Dananjaya, James .1997. Foklor Indonesia :Ilmu Gossip, Dongeng dan lain-lain. Jakarta : Grafitri Press

Fannani, Muhammad. 1997. Syair Haji . Jakarta : Departemem Pendidikan Dan Kebudayaan

Fang, Liaw Yock. 1993. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik 2. Jakarta : Erlangga

Guntur Tarigan, Hendry, 1984. Prinsip –Prinsip Dasar sastra. Bandung : Angkasa Moede Gayo, Nogarsyah. 2007. Haji Dan Umrah. Jakarta: Pustaka Ainun.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Nasution, Mars Putra. 2005. Unsur-Unsur Religi Dalam Syair Cermin Islam Pada Masyarakat Melayu Asahan Skripsi Sarjana. Medan : FS Usu

Pradopo, Rahmat Djoko. 1999. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Ratnawati.V . Risti Dkk. 2002. Religiusitas Dalam Sastra Jawa Kuno. Jakarta:Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional.

Rasjid, Sulaiman.1976. Fikih Islam . Jakarta :Attahiriyyah. Semi, Atar. 1990. Metode Penelitian Sastra. Bandung : Angkasa Teeuw, A. 1984. Sastra Dan Ilmu Sastra. Jakarta : Pustaka Jaya


(69)

Waluyo, Herman. 1991. Teori dan Apresiasi sastra. Jakarta :Raja grafindo persada.


(70)

LAMPIRAN Naskah Syair Haji

1.Alhamdulilah hi- lazi jaal a kana I-islam Wa s- sallatu Wa s- salam u ala say yidu I-a nam Hada na ila dar i I- is la m

Terang la h zu lmat dar i pad a ke la m

2. Wa’ala alihi wa a shabihi I-an saf wa I-mujahiddin Wa s- sahidin a wa sahidu s-sabi rin

Te la h d ia nugr a hi r a hmat sert a na z ir in Ra hmat Alla h wa ya khay ru n-na sirin

3.Alla h da n ra su l sud a h d ipu ji Inila h k e le biha n ruku n ha ji D id a la m ha d is t e la h ber ja n ji D isuru h jau h i se ga la ya ng ke ji

4. Sepert i fir ma n qaul uhu ta’ala

Wa hajju I-baiti mani – stato ialai hi sabila D iwa jibk a n kep ada is la m s ega la

De mik ia n la h ima n sa hid u I- murs a lin

5. D imu la i surat pada bu la n r a mad ha n Ba dahu jama ahu e mpat be las har i bu la n Po ho nka n ke pad a A lla h jad i k ibu la n

H ila ngk a n dar ipad a ma s yg hu la n


(71)

Inila h fir ma n Tu ha n Ra bba ni Jalla jajah hak subhan i Me ng ik ut i had is ak hir za ma n

7. Fak ir da if d i neger i p ada ng Ruku n ha ji d ija d ika n mu da h Sung gu hpu n ia ba haru berp inda h Ka lau ka n d apat me n jad i fae da h

8. Ta mba ha n pu la hila lat a S yar at paha m t iada la h berkat a Po ho nka n hid a ya h p ada t uha n k it a Ya ng me ncuc ik a n ra hmat seka lia n k it a

9. Me nyurat Kar a nga n d i N eger i mekk a h Buka n nya de ng a n kare na Mak ka h

Po ho nka n ke pad a A lla h me nja d i berka h Jad ila h se ba b d i da la m warak a h

10. Denga n s ya fat sa yyidu l a nbiya Ya ng ket uruna n wa h yu aka n d ia Me nu n juk i k it a t ua da n be lia T iad a la in dar i dar ip ada a nia ya

11. Sunggu h ia ba haru d i surat Dar ipad a had is, da lil, ibar at .

Bara ng s ia pa le ma h hat i jad ila h ga irat Beru nt ung la h ia ga haru d i du nia, ak hir at .

12. Ka lau ka n d apat me n jad i o bat Kepad a Saudara sek a lia n sa ha bat Berka s ih-ka s iha n me n ja d i sa ha bat


(72)

Beru nt ung la h o rang ya ng minu m s er bat

13. Inila h s yar iat dar ipad a Tuha n ya ng ma ha bes ar Se ja ht era la h d ia pa da Ya w mu l Ma hs ya r

Luput dar ip ada a za b ya ng ma ha be sar H ila ng la h d ar ipad a g ila da n bes ar

14. Had ist ma ns yur dar ipad a keka s ihn ya Bara ng s iap a ha ji kep ada B a it u Tu ha nnya D ia m pu n Alla h seg a la do sa nya

Sepert i har i ya ng d ip era na ka n ibu nya

15. Inila h ruk u n ya ng d ik er jaka n Kepad a k it a s eka lia n d ipeg a ngka n Sert a kepada nya k e ndera a n

Sert a t anda ya ng d it ingg a lka n

16.Bukannya pergi karena bekal Kepada Allah tempat tawakkal Itupun jangan menaruh musykal Mengerjakan dia jangan di sangkal

17.Jika sudah janjinya dahulu Barang yang sukar mudah di lalu Daripada hati belas dan pilu Makin bertambah suka selalu

18.Bandar Makkah Bernama Jeddah Itulah maqom yang dahulu sudah Disana lah tempat ihram berpindah Inilah amal yang amat indah


(1)

Bagi yang jauh perjalananya Dua marhalan atau lebih jauhnya Atau sakit dan lemah anggotanya Atau perempuan dan sebagainya Hendaklah sentosa pula jalannya//

291. Ada bekal dan air segala perjalannya Makanan, air binatang kendaraan

Di sekalian tempat adapt penghentian Lagi setiap atas kendaraan

292. Tiada akan jadi sakit sangat Atau sakit jadi madharat

Jika berkendaraan badan tak larat Tidak di wajibkan pergi mendarat

293. Lagi sampai sudah waktunya Akan masuk perjalanan hajinya Lagi dapat akan kawanya

Seperti buta dengan pimpinannya

294. Atau perempuan dengan suaminya Atau mhramnya atau perempuannya Tiga orang perempuan sertanya Di isyaratkan jangan memandangya

295. Oleh laki-laki yang helah atasnya Perempuan yang tidak sama-sama muhrimya Atau banyak kepercayaan sekalianya

Dan kuasa memberi upah hadamnya


(2)

296. Haji dan umroh lima rukunnya Niat serta ihram pertamanya

Kedua tawaf,sai ketiga

Bercukur keempatny, tertib kelimanya

297. Rukun haji bersama-sam dengan umroh Bertambah haji wukuf di arafah

Sembilan hari bulan zulhijah

Gelincir matahari wajtunya masuklah

298. Hingga terbit fajar yang sidik Hari sepuluh nya ayo hai sidik Di isyaratkan pula ia cerdik Sahlah di kitab sadik

299. Rukunnya enam, wajibnya lima Di dalam itu ada dua yang bersama Ihram daripada migat pula pertama

Meninngalkan yang di haramkan juga sama

300.Ketiga malam di Muzdalifah Bermalam di sini melempar Jumrah Tak kala turun dari Arafah

Setengah malam berhenti di Muzdalifah

301. Tiga malam di mina, itulah yang afdal Tiada mengapa nahru-awwal

Syaratnya ada delapan pasal Baik haji di kitab yang asal


(3)

Jumratul aqabah itulah nama Itulah hari kurban utama

Kemudian tiga hari di lontar sama

303. Tiga hari melempar jumrah Jumratul aoliya wasita asabah Dengan syarat tentulah

Tiap-tiap hari oleh lontarkan

304. Rukun dan wajib fardu sekutu Sekalian ibadah makna Satu Jikau tinggal salah sesuatu Ketinggalan wajib dan terkena

305. Meninggalakan rukun tiada sah Meninggalkan wajib beroleh susah Dibayar damnya haji sah

Demikianlah hukum haji dan umroh

Menyatakan Damnya

306. Damnya pula diberi lahir Empat perkara jangan taksir Pertama dan tertib dan takdir Kedua dam tertib dan ta’dil

307. Ketiga dam ta’dil dan takhir Keempatnya takhir dan takdir Sebabnya sekalian ketahui lahir Hamba nyatakan lepaslah taksir


(4)

Pertama tamatu keduanya qiran Ketiga luput waktu berjalan Pelontar jua di tinggalakan

309. Bermalam di Muzdalifah tidak I’tina Berjalan lalu turun ke Mina

Itulah sebab damya yang kelima Keenam tidak bermalam di Mina

310. Ketujuh Miqat makani di tinggalakan Kedelapan tawaf wada di tinggalakan Menyalahi nazar sebabnya yang kesembilan Cukuplah sebab sudah sembilan

311. Tertib dan takdir di maknakan Beratur dan harga di kadarkan

Tak kuasa yang pertama yang kedua di kerjakan Tiada menyalah puasa kerjakan

312. Dam tertib dan tadil di sebabkan dua Pertama tamatu’ sebabnya jua

Qiran itulah sebab yang kedua Ketahui Anakku jangan kecewa

313.Takhir tadil pun dua sebabnya Membunuh pemburuan pertamanya Memotong syjarah yang keduanya

Peliharakan sungguh sekalian pantangnya

314. Takhir takdir sebabnya delapan Mengerat zamrut walau kealpaan


(5)

Memakai minyak dan bau-bauan

315. Muqadimatu l-jima’ sebabnya yang keenam Jimak kemudian, jimak yang mefasidkan

Sebabnya yang ketujuh pad bilangan Jimak antara tahlil sebabnya kedelapan

316. Sebabnya dam yang kempat sudahhah taman Tuntut petuah di kitab iman

Supaya sempurna arkanul Islam Sekalian perbuatan jangan gaman

DAFTAR PUSTAKA


(6)

Atmosuwito, Subijantoro. 1989. Perihal Sastra Dan Religiusitas Dalam Sastra. Bandung : C.V. Sinar Baru

Dananjaya, James .1997. Foklor Indonesia :Ilmu gossip, Dongeng dan lain-lain. Jakarta : Grafitri Press

Fannani, Muhammad. 1997. Syair Haji . Jakarta : Departemem Pendidikan Dan Kebudayaan

Fang, Liaw Yock. 1993. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik 2. Jakarta : Erlangga

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Nasution, Mars Putra. 2005. Unsur-Unsur Religi Dalam Syair Cermin Islam Pada Masyarakat Melayu Asahan Skripsi Sarjana. Medan : FS Usu

Pradopo, Rahmat Djoko. 1999. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Ratnawati.V . Risti Dkk. 2002. Religiusitas Dalam Sastra Jawa Kuno. Jakarta:Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional.

Semi, Atar. 1990. Metode Penelitian Sastra. Bandung : Angkasa Teeuw, A. 1984. Sastra Dan Ilmu Sastra. Jakarta : Pustaka Jaya

Waluyo, Herman. 19991. Teori dan Apresiasi sastra. Jakarta :Raja grafindo persada.