Pendidikan agama Islam dalam keluarga dan hubungannya dengan pembentukan kepribadian anak di MI al-Ittihadiyah Cilincing Jakarta Utara
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA DAN
HUBUj'l"GANNYA DENGAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
ANAK DI MI AL-ITTIHADIYAH CILINCING JAKARTA
UTARA
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatuIlah Jakarta
Oleh:
MUKMINAH
805011001454
JURUSAN PENDlDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1428 HI 2007 M
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENDIDlKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA DAN
HUBUNGANNYA DENGAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DI
MI AL-ITTIHADIYAH, CILINCING, JAKARTA UTARA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas IImu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Jenjang Pendidikan Strata (SI)
Oleh:
MUKMINAH
NIM: 805011001454
Dibawah Bimbingan
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
DIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H/2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudlll : " Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Dan Hubungannya
Dengan Pembentllkan Kepribadian Anak di MI AI- IUihadiyah Cilincing Jakarta Utara"
diajukan kepada Fakllitas lImu Tarbiyah dan Kegllruan (FTIK) UIN SyarifHidayatllllah
Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosyah pada 5 Januari 2008 di
hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak mempero1eh gelar sarjana SI (S.Pdi)
dalam bidang pendidikan Agama.
Jakarta, 5 Januari 2008
Sidang Munaqosyah
Tanggal
Ketua Program PTTM /Sekretaris Sidang
Dra. Hj. Eri Rossatria, M. Ag
NIP: 150077 519
Penguji I
Drs. Mum'if Sam, M. Pd
NIP: 150 268 585
rPenguji II
Pmf. Dr. H. Aziz Fahrumzi, M A
NIP : 150 202 343
fQイャゥ GRセA「、
=====.. =. ェQセ = . ..セ
...
Mengetahui :
Dekan Fakultas lImu Tarbiyah dan Keguruan
urN SyarifHidayatullah Jakarta / Ketua sidang
Prof. Dr. De Ros ada M A
NIP : 1 0 231 356
INTISARI
Pendidikan agama merupakan pengetahllan dasar yang harus dimiliki oleh
setiap manllsia. Pendidikan agama hendaknya dimlliai dari Jingkungan keluarga
dan pelaksanaannya dilakukan sejak din!.
Penelitian dengan judlll: "Pendidikan agama Islam dalam keillarga dan
hubllngannya dengan pembentukan kepribadian anak di MI AI-Ittihadiyah
Cilincing Jakarta Utara", bertlljllan llntuk mengetahlli hllbungan pendidikan
agama Islam terhadap pembentllkan kepribadian anak di MI AI-Ittihadiyah
Cilincing Jakarta Utara. Hipotesis yang diajukan didllga bahwa pendidikan agama
Islam dalam keillarga berpengarllh secat'a positif (nyata) dan signifikan terhadap
kepribadian anak. Pengambilan data menggunakan kllesioner dengan skala
pengllkuran menggllnakan skala Iikert. Variabel bebas (X) adalah pendidikan
agama Islam dalam keluarga sedangkan variabel terikat (Y) adalah pembentukan
kepribadian anak. AnaJisis data menngllnakan anaJisis korelasi dan uji t.
Hasil penelitian menllnjukkan bahwa aspek pendidikan agama Islam daJam
keluarga memiJiki hllbllngan yang positif dan signifikan terhadap pembentukan
kepribadian anak. Hasilllji t menllnjukkan dengan t hitung 3,800 (taraf kesalahan
5%, n-2=38) lebih besar dari t tabel 2,042. Dengan demikian hipotesis yang
diajukan dalam peneJitian ini terbukti ada hubungan yang posistif dan nyata
antara pendidikan agama Islam dalam keluarga dengan pembentukan kepribadian
anak.
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Dengan senantiasa mengharap petunjuk Allah SWT, Alhamdulillah atas
berkat, rahmat, hidayah dan karliniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Skripsi ini disuslin dan ditulis dalam rangka memenllhi persyaratan yang
ditetapkan pihak Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian perkuliahan yang harus ditempuh oleh
setiap mahasiswa dari awal hingga akhir perkuliahan dan luIus serta memperoIeh
ijazah dengan menyandang gelar smjana.
Skripsi ini berisi tentang pendidikan agama Islam dalam keluarga yang
sangat erat kaitannya dengan kepribadian anak. DaIam hal ini adalah kepribadian
anak kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiy1h AI-Ittihadiyah Cilincing, Jakarta
Utara. Dengan del1likian, skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang
dapat dipertirnbangkan oleh para orang tlla dan pihak Madrasah Ibtidaiyah AIIttihadiyah Cilincing, Jakarta Utara guna l1lenentukan pendidikan yang baik dan
terarah bagi anak-anak didik.
Selama pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
dihadapi dan dialami oleh penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu,
pengumpulan bahan dan lain sebagainya. Namun, berkat kesungguhan hati dan
kerja keras disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya segala
kesulitan dan hambatan itll dapat diatasi. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih yang sedalam-dalal1lnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada sel1lua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyeIesaian skripsi
ini, temtama kepada bapak Drs. Sapiudin Shidik, M.Ag sebagai dosen
pel1lbimbing yang telah mengarahkan dan memberikan petunjuk-petunjuk yang
sangat berharga kepada penulis.
Selanjutnya ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan
pula kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Dekan Fakultas Ilmll Tarbiyah UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melanjutkan ke universitas inL
2.
Para c10sen Fakliitas lImu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah mendidik clan memberi bekal ilmu pengetahuan yang
sangat berharga kepada penulis.
3.
Pimpinan Perpustakaan beserta staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan pelayanan dan kesempatan kepada penulis untuk menelaah
dan meminjam buku-buku yang diperlukan dalam rangka penulisan skripsi.
4.
Kepala MI Al-Ittihadiyah Cilincing Jakarta Utara bapak Moh. Yahya Rasyid,
S.Ag serta para guru
yang telah membantu memperlancar penyelesaian
skripsi ini.
5.
Ayah dan Ibu, Adik-aclik yang telah memberikan dorongan dan doa untuk
menyelesaikan skripsi inL
6.
Semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan
dan kelemahan. Oleh karena itu, apabila ada kritik dan saran dari para pembaca,
penulis akan menerima dengan senang hatl dan lapang c1ada.
Jakarta, September 2007
Penulis,
HALAMAN DAFTAR lSI
Halaman JlIdul
.
Halaman Persetlljuan
.
Intisari.
.
Kata Pengantar
,
,
"
Halaman Daftar Isi.
Halaman Daftar Gam bar.. "
..
..
"
"
Halaman Daftar Tabe!.
..
BAB I
PENDAHULUAN
1
A.
Latar Belakang Masalah
1
B.
Identifikasi Masalah
.4
C.
Pembatasan dan Rumusan Masalah
.4
D.
Manfaat Penelitian
5
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
6
A. Pembentuk Kepribadian Anak
6
I. Kepribadian Anak
13
2. Pembentuk Kepribadian
14
3. Islam dan Pendidikan
20
4. Pondasi Pendidikan Islam
21
B. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga
BAB III
26
I. Agama
26
2. Keluarga
27
3. Anak
29
C. Kerangka Pikir.
30
D. Hipotesis
31
METODE PENELITIAN
32
A. Tempat dan waktu penelitian
32
B. Metode Pengllmplllan Data
32
I. Data Penelitian
.32
2. Cara Pengumpulan Data
33
3. PopliIasi dan Sampel..
33
4. Pemberian BobotNiiai Kliesioner
.33
C. Instrllmen Penelitian
I. Kisi-Kisi
Instrllmen
34
Pendidikan
Agama
Keillarga
2. Kisi-kisi Instrumen Kepribadian Anak
D. Variabel dan Paradigma Penelitian
I. Variabel Penelitian
35
35
35
b. Variabel Dependen
36
I. Uji Instrllmen Penelitian
a. Uji Validitas
b. Uji Reliabilitas
2. Analisis Data
.36
37
37
37
.38
39
HASIL PENELITIAN
.40
A. Profil Sekolah
.40
I. Sejarah Perkembangan MI AI-Ittihadiyah
.40
2. Landasan Operasional MI AI-Ittihadiyah
40
3. Kegiatan Ekstraklilikt.ler MI AI-Ittihadiyah
4I
4. Slimber Dana
42
C. Analisis Data
.42
1. Uji Pendahuluan
.42
2. Analisis Korelasi
.45
3. Uji Hipotesis
.46
KESIMPULAN DAN SARAN
.49
A. Kesimplilan
49
B. Saran
50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPlRAN
34
36
E. Tekhnik Analisis Data
BABV
daIam
a. Variabel Independen
2. Paradigma Penelitian
BAB IV
Islam
HALAMAN DAFTAR GAMBAR
GambaI' 3.1 Paradigma Penelitian
.
HALAMAN DAFTAR TABEL
Tabe!
3.1
Kriteria Pemberian Skor
.
Tabe!
3.2
Kisi-kisi Instrumen Pendidikan Agama Islam da!am Keluarga
.
Tabe!
3.3
Kisi-kisi lnstrumen Kepribadian Anak
.
Tabe!
4.1
Jenis Fasilitas sarana Belajar.
.
Tabe!
4.2
Jenis Kegiatan Ekstra kuliku!er
..
Tabe!
4.3
Hasi! Uji validitas Instrumen Variabe! Pendidikan Agama
Is!am da!am Ke!uarga
Tabe!
4.4
..
Hasil Uji Validitas Instrumen Variabe! Pembentukan
Kepribadian anak
..
Tabe!
4.5
Hasi Uj i Reliabilitas Instrumen
..
Tabe!
4.6
Hasil Uji Korelasi.
..
Tabe!
4.7
Interpretasi Koefisien Korelasi.
.
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama
Islam
adalah
agama
yang
sangat
menekankan
dan
mengapresiasi tinggi terhadap pendidikan bagi pemeluknya. Dalam aI-Qur'an
banyak sekali ayat yang secara langsung maupun tidak Iangsung berbicara
tentang pendidikan. Wahyu yang diturunkan pertama kepada Nabi adalah
surat al-'Alaq ayat 1-5, penuh muatan pendidikan yang mendasar. Dalam surat
ini nampakjelas, tegas dan lugas perintah membaca (iqra') dari Allah kepada
Nabi. Membaca secara hmjiah maupun maknawiyah merupakan aktifitas
pcndidikan yang sangat penting. Sementara itu, dalam diri Nabi sendiri
memberikan keteladanan yang demikian agung dalam pendidikan. Nabi
dikenal sebagai manusia yang tak pernah berhenti l11elakukan perenungan
terhadap situasi kemanusiaan yang dijul11painya. Dalam diri Nabi juga
terkandung nilai-nilai luhur dalal11 akhlak. Penting juga dikemukakan bahwa
Nabi merupakan contoh manusia yang mengalami proses pendidikan dalam
pengertian yang seluas-Iuanya yaitu belajar di sekolah tanpa dinding (school
without wall»).
Allah berfinnan : "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu-batual1. "(Q.S Al-Tahrim :6/
I DEPAG RI, BlIl1ga Rampai Pendidikan Agama dan Keagamaatl (Kumpulan Katya tuNs
Tel'baik Guru MA Hasi! Seleksi Lomba Karya Tulis Non Fiksi bag; Guru Madrasah Aliyah),
(Jakarta: I3PPA Jakarta, 2005). h, 144-145
2 [-fusain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak, (Jakarta: Lentera Basritama, 200l)Cet IV, h. xvi
3
Slinggllh, orang tua mempllnyai peranan mendasar dalam mendidik
anak
hingga
persoalan
sekecil-kecilnya.
Lantaran
itu,
mereka harus
mengiljarkan kepada anak cara berbicara, duduk, memandang, makan, dan
berhllbungan dcngan orang lain di rumah, di sekolah, dan masyarakat.
Orang tua yang bijak pasti akan serius memikirkan pertumbuhan anakanaknya. Mereka akan lebih cenderung memperhatikan perkembangan
kualitas pengetahuan (wawasan) dan visi anak-anaknya.4
Imam Ja'far al-shadiq mengatakan, "Warisan paling berharga bagi
anak-anak Anda bukanlah harta benda dan kekayaan, melainkan akhlak dan
pendidikan"(al-Kulaini, Raudhat al-Kafi, vol.8, hal. 150).5
Kita tahu, semenjak seorang anak lahir dalam keillarga muslim, sistem
syariat mengarahkan orang tua dan membimbing anak untuk benar-benar
memperhatikan pendidikan agama dan akhlaknya. Dengan mengukir kesan
realitas terbesar dalam ingatan anak, dengan mengumandangkan alunan azan
di telinga kanan dan iqamat di telinga kirinya, dan setelah itu diikuti
pelaksanaan aqiqah; maka dapat dikatakan bahwa awal kehidupan anak telah
dimlilai dengan aspek filosofi Islam, dimana perhatian kepada Allah
l11erllpakan hal esensial, bersal11aan dengan mengingat-Nya. Karenanya,
ideologi itu akan l11enginfuskan darah dalam nadi kehidupan anak, lalu
bercal11pllr dalam arus kehidupBn setiap generasi.
6
Setelah langkah awal ini, orangtua diharapkan bekelja keras dalam
l11engarahkan pola pikir anak, menanamkan standar-standar akhlak, dan
mengembangkan pada dirinya tradisi dan budaya religius. Ini penting sekali
agar mereka dapat menjadi pribadi mulia di dunia ini; dan dalam setiap
langkah dan segala hal, menjadi teladan kebajikan dan merefleksikan nilainilai al-Qur'an. Karena itu, kewajiban utama mendidik anak adalah
l11embesarkan mereka di bawah atap kebenaran, mengasuh mereka dengan
tindakan-tindakan bajik, menyelaraskan pikiran mereka, dan menjadikan
4 lbnu Hasan Najafi & Mohammed A. Khalfan, Pendidikan dan Psikologi Anak, (Jakarta:
Cahaya, 2006) h. 60
h. 62
5 Ibnu Hasan Najafi & Mohammed A. KhaIfan, Ibid,
6 lbnu Hasan Najafi & Mohammed A. Khalfan, Ibid,
,
h. 69
5
D. Manfaat Penelitian
1. Membantu mendewasakan cara berfikir mahasiswa dengan menentukan
iele pcnelitian elan fcnomena yang terjaeli.
2. Dalam rangka
mengimplcmcntasikan pengetahuan penulis eli bidang
penelielikan, khususnya guru.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian lain yang mengambil tema
sama hubungan penelidikan agama Islam dalam keluarga dengan
kepribaelian anak.
BABII
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Pembelltuk Kepribadiall Allak
Pendidikan berasal dari kata dasar didik, dan diberi awalan men,
menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi
latihan (ajaran). Pendidikan sebagai kata benda berarti proses perubahan
sileap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan
manusia
melalui
upaya
pengajaran
dan
latihan
(Poerwadarminta, 1985 : 702).8
Dalam bahasa Inggris, istilah pendidikan formal dikenal dengan
kata education yang berasal dari kata to educate yakni mengasuh,
mendidik. Dalam Dictionary of Education, makna education adalah
kumpulan
dari
mengembangkan
semua
proses
yang
kemampuan-kemampuan,
memungkinkan
seseorang
sikap-sikap, dan bentuk-
bentuk tingkah laku yang bernilai positif di dalam masyarakat tempat dia
hidup.9
Kata pendidikan secara etimologis, sebagaimana yang dikatakan
Anton Moeliono, dkk, sebagaimana dikutip Abd. Rahmat Syukur dalam
kamus besar bahasa Indonesia, adalah proses pengubahan sHeap dan tata
laku seseorang atau kelompcik orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan. Jadi kata didik dengan tambahan
pen dan an mengandung pengertian yang sangat luas, yakni proses
transfonnasi dari A ke B, tentang sistem nilai (idiologisme, ajaran,
8 A, Tafsir, dkk, Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : Mimbar Pustaka, 2004),
Cet. I, h. 277
9 A. Tafsir, dkk, Ibid,
, h. 278
7
orientasi prospektus dan lain-lain) dengan metode, untuk sebuah tujuan
. to
pen dewasaan manusta.
Secara terminologis, pengertian pendidikan sangat Iuas dan
universal, sebagaimana yang dikatakan oleh pakar-pakar pendidikan antara
lain:
a. Pendidikan sebagai
perbuatan atau usaha generasi tua yang
mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, serta
keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya
agar dapat memenuhi fungsi
hidupnya baik jasmani maupun
rohaninya.' ,
b. Menurut Baihaki AK sebagaimana dikutip Abd. Rahmat Syukur
pendidikan adalah usaha sadar yang diselenggarakan berlandaskan
nilai tertentu untuk membimbing, mengajar, melatih dan membina
peserta didik agar ia dapat meningkatkan, mengembangkan dan
menyal urkan dengan benar segenap potensi jasmani, rohani, akan
pikiran dan hawa nafsunya sehingga ia dapat hidup lebih puas dan
baik, procluktif dan bcrtanggung jawab secara moril dalam rangka
memenuhi
kebutuhan
dirinya,
keluarganya,
dan
secara
luas,
masyarakat, bangsa clan negara.'2
Selain
itu
para ahli pendidikan juga menclefinisikan kata
pencliclikan secara tenninologis dari berbagai tinjauan. Acla yang melihat
clari kepentingan atau fungsi yang diembannya, dari proses ataupun dilihat
clari aspek yang terkandung di dalam penclidikan antara lain:
a. Hasan Langgulung melihat aIti penclidikan dari sisi fungsi pendidikan,
yaitu: pertama, dari segi pandangan masyarakat, dimana pendiclikan
merupakan upaya pewaris kebuclayaan yang dilakukan oleh generasi
tua kepada
generasi
muda agar kehidupan
masyarakat
lebih
berkelanjutan. Kedua, clari segi kepentingan individu, pendidikan
Abd. Rahmat Syukur, Konsep Islam Tentang Pendidikan Pranatal, (Jakarta: Diadit Media,
t, h. 31
11 Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: 1981), h. 257
12 Abd. Rahmat Syukur, Ibid,
, h. 31-32
10
2006), Cet.
II
Tujuan pendidikan dalam Islam menufut Fazluf Rahman pacta
prinsipnya tidak terlepas dari tujuan akhir manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan, manusia lainnya dan dengan alam semesta. Tujuan akhir
manusia menurutnya adalah untuk mengabdi kepada Tuhan, bersyukur
kepada-Nya dan hanya menyembah Dia saja. Adapun tujuan pendidikan
menurut Fazlur Rahman sebagaimana dikutip Ahmad Tafsir "is to develop
the inner/acuities 0/ man - in such away that all the knowledge gained by
him will become organic to his total creative personality,,23. Akhir suatu
pendidikan adalah menyelamatkan manusia dari dirinya, melalui dirinya,
dan untuk dirinya. 24
SeJanjutnya, mengenai tujuan pendidikan daJam Islam menurut
Arifin (1993:41) yang dikutip Abd. Rahmat Syukur menjelaskan bahwa
pendidikan Islam bertlljllan untuk menumbuhkan poJa kepribadian
manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan, penalaran,
perasaan dan indera. Pendidikan dengan tujuan semacam itu hams
melayani pertumbuhan manllsia dalam segaJa aspeknya, baik aspek
spiritual,
inteJektual,
imajinasi, jasmaniah, ihniah maupun bahasa.
Pendidikan hants mendorong semlla aspek tersebut ke arah keutamaan
serta pencapaian kesempurnaan hidup berdasarkan nilai-nilai Islam.
Berdasarkan hal inilah, maka dasar pendidikan Islam termasuk dalam
firman Allah SWT pada Q.S. 6 ayat 162, sebagai berikue s
Katakanlah : "Sesungguhnya shalatleu, ibadahku, hidupleu dan matiku
hanya untuk Allah, Tuhan semesta Alam. " (QS. AI-An 'am: 162)
Memahami makna firman Allah tersebut yang berkaitan dengan
pendidikan, maka tlljuan akhir pendidikan Islam adalah membina manusia
23 Fazlur Rahman, "The Qur'anic Solution ofPakistan's Educational Problem", (Islamic
Studies, 1967), vol. VI, no. 4
24 A. Tafsir, dkk, Ibid,
, h. 174-175
25 Abd. Rahmat Syukur, Ibid,
, h. 41-42
13
Sehingga Allah memberikan kedudukan yang tinggi di sisi-Nya.
Allah SWT berfirman: 28
"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. (Q8. Al-Mujaadilah : 11)
I. Kepribadian Anak
Setiap anak berbeda dan unik. Ada yang sulit, adapula yang mudah
beradaptasi.
Masing-masing
memiliki
kekurangan.
lrawati
mengelompokkan pribadi anak dalam berbagai tipe, antara lain:
Istadi
29
a. Anak yang mudah
Anak-anak
golongan
1111
biasanya
penampilannya
penuh
keberanian dan terbuka. Tampil dan berbieara apa adanya.
Mudah bergaul dengan orang-orang yang banI dikenalnya,
lineah, serta banyak bieara. Mereka sama sekali tidak eanggung
berada di lingkungan yang baru. Bahkan beberapa dari anak-anak
ini tergolong sangat aktif.
Namun anak tipe ini relatif sulit dikendalikan, dan butuh
pengamanan lebih karena menyukai tantangan beresiko.
b. Anak yang perlu pemanasan
Tidak terlalu berani, tidak pula penakut. Yang jelas ia perlu
waktu untuk menyesuaikan dengan lingkungan baru. Setelah
tenggang waktu tersebut, mereka telah memperoleh kepereayaan
dirinya kembali. Ia juga bisa menjadi begitu beran! seperti temantemannya yang "mudah".
28 Abd. Rahmat Syukur, Konsep Is/alll Ten/ang Pendidikan Pranataf, (Jakarta: Diadit Media,
2006), Cet. !, h. J2 J
29 lrawati Istadi, lviendidik dengan Cinta, (Jakarta: Pustaka Inti, 2005)
14
Anak tipe ini perlu dorongan awal untuk mencoba sesuatu yang
baru atau menghadapi tantangan, dengan cara l11eningkatkan
keberaniannya secm'a
UI11UI11.
Misalkan dengan jenis permainan
teltentu yang l11emacu tumbuhnya keberaniannya. Juga dengan
l11emperluas sosialisasi dan proses pergaulannya yang alami
dengan teman-teman sebayanya.
c. Anak yang sulit
Anak ini sering l11akan hati orang tua. membuat gemas, jengkel,
sekaligus malu. Bayangkan, kemanapun orang tua pergi, ia
l11embuntut, baju ibu tak pernah lepas dari pegangan tangannya.
Bila ada orang l11enyapa, ia justru menelusupkan wajah di selasela baju ibu, seakan-akan hendak masuk ke dalamnya.
Namun kelebihan dad anak tipe ini ia mudah diatur dan
dikendalikan, karena sangat tergantung pada orang tua. Satusatunya yang bisa dilakukan orang tua terhadap anak seperti ini
adalah bersabar menunggu waktu. Hanya waktu yang bisa
menyelesaikannya.
2. Pembentuk Kepribadian
Ketidakpedulian orang tua terhadap keadaan dapat menghancurkan
kepribadian anak yang kemudian akan mendorong terjadinya praktik
penyimpangan yang hina. Oleh karena itu, pertanyaan yang muncul
adalah: Apa yang harus kita lakukan agar dapat membangun kepribadian
anak atas dasar prinsip-prinsip yang benar dan kuat?30
30
202
Husain Mazhahiri, Pintar MendidikAnak, (Jakalia: PT. Lentera Basritama, 2001), eet. IV, h.
15
Berikut ini beberapa langkah yang terang yang dapat dijadikan
petunjuk, sebagaimana terkandung dalam poin-poin berikut ini: 31
a. Peranan cinta kasih dalam pembinaan kepribadian
Seorang ibu dan ayah hendaknya berusaha keras mengasuh dan
memberi kepuasan cinta kasih pada anaknya, misalnya dengan sering
mengelus kepalanya dan mendudukkan mereka di pangkuannya atau di
sebelahnya sebagai tanda kasih terhadap mereka.
Cinta kasih inilah yang sebenarnya mampu membina kepribadian anak.
Anak yang tumbuh besar karena disusui orang lain atau karena susu
buatan, atau dititipkan pada panti asuhan atau lembaga penampungan
anak, akan tumbuh besar tanpa memiliki kepribadian yang matang.
Masa depannya terancam oleh penyelewengan dan berpotensi untuk
berbuat jahal.
b. Tidak menghina dan tidak mengurangi hak anak
Orang tua hendaknya berhati-hati, jangan sampai menghina anakanaknya karena penghinaan adalal' suatu tindakan yang tidak boleh
dilakukan dalam pendidikan. Penghinaan dan celaan adalah tindakan
yang dilarang, sekalipun terhadap bocah keell yanmg berumur satu
bulan. Membentak anak sekalipun ia masih sangat kecil, berarti
penghinaan dan celaan terhadap kepribadiannya sesuai kepekaan
jiwanya.
c. Perhatian pada perkembangan kepribadian
Jika seorang ayah dan ibu ingin menyumbang kepada masyarakat
seorang anak yang sehat dan berkepribadian matang, maka mereka
harus memperhatikan pertumbuhan kepribadian anaknya. Dalam
sebuah had its, Rasulullah bersabda, "Anak adalah sebagai tuan selama
tujuh tahun (pertama), Sebago; pembantu selama tujuh tahun (kedua)
dan sebagai wazir selama tujuh tahun (ketiga). Jika kamu masih
mampu membantunya di saat umur duapuluh tahun, bantulah dia. Jika
31 Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 2001), eeL IV, h.
202-207
16
tidak mampu, lepaskanlah dia. Maka selesailah sudah tanggung
jawabmu di hadapan Allah."
d. Menghindari penggunaan kata kotor
Orang tua hendaknya menghindari penggunaan kata yang kasar dan
tajam
yang dapat
melukai
pribadi
anak.
Dalam
memberikan
pengarahan, hendaknya para orang tua menggunakan kata-kata yang
dapat diterima oleh masyarakat umum, khususnya kaum wan ita.
Sebab, untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut tidak harus menyakiti
kepribadian orang lain atau menggunakan kala-kata kotor dan jorok.
Islam sangat menjunjung tinggi pendidikan seorang Muslim dengan
tetap menjaga kesucian lisan dan menjauhkan cemoohan serta kata
jorok.
Kebiasaan l11enggunakan kata-kata buruk merupakan kekurangan.
Seseorang dengan kebiasaan buruk seperti itu tidak akan pernah
l11al11pu menjadi pemimpin, sek.1lipun berpendidikan dan kaya raya.
Orang seperti ini akan dipandang rendah. Kebiasaan ini boleh jadi
berasal dari pengalaman masa keci!. Misal, dikarenakan ayah atau
teman sekolahnya punya kebiasaan buruk semacam itU. 32
Jika si anak mel11iliki kebiasaan tersebut, l11aka jangan biarkan itu
l11engakar sal11pai dirinya dewasa. Bila tidak, niscaya dia akan membayar
mahal ongkos kebiasaannya itu, setinggi apapun kedudukannya. Bahkan
ongkosnya akan lebih mahallagi bila kedudukannya rendah. 33
)2
J3
Ibnu Hasan Najafi dan Mohammed A. KhaIfan, Ibid,
Ibnu Hasan Najafi dan Mohammed A. KhaIfan, Ibid,
, h. 247
, h. 249
17
Tanggung jawab
pengasuhan,
orang tua terhadap
pemeliharaan
dan
pendidikan
anaknya
anak,
dalam
ajaran
hal
Islam
.l
b
' b'l
menggans
cannya
se agal
en (lit: 34
a. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan akidah
Maksud tanggung jawab ini adalah mengikat anak dengan dasar-dasar
keimanan, keislaman, sejak anak mulai mengerti dan dapat memahami
sesuatu. Dasar-dasar keil11anan dalam pengeltian ini adalah segala
sesuatu yang telah ditetapkan dengan jalan khabar secara benar berupa
hakekat keimanan dan masalah ghaib.
b. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan akhlak
Tanggung jawab ini maksudnya adalah bahwa pendidikan dan
pembinaan mengenai dasar-dasar moral dan keutamaan perangai,
tabiat yang hanls dimiliki anak sejak anak masih kecil, hingga ia
dewasa atau mukallaf Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh
lbnu Abbas, Rasulullah SAW berkata "dekatilah anak-anakmu dan
didiklah
serta
binalah
akhlak-akhlaknya".
Akhlak
adalah
implel11entasi dari iman dalam segala bentuk perilaku. Pendidikan dan
pembinaan akhlak anak dalam keluarga dilaksanakan dengan contoh
dan teladan dari orang tua.
c. Tanggung jawab pemeliharaan kesehatan anak
Maksud
dari
tanggung
jawab
ini
adalah
berkaitan
dengan
pengembangan, pembinaan fisik anak agar anak menjadi anak yang
sehat, cerdas, tangguh dan pemberani. Oleh karena itu, orang tua
berkewajiban untuk memberi makan dengan makanan yang halal dan
baik (halaalan thayyiban), menjaga kesehatan fisik, membiasakan
anak l11akan dan minum dengan makanan dan minuman yang
diperbolehkan dan bergizi.
34
A. 'falsiI', dkk, Cakrawala Pelllikiran Pendidikan Islam, (Bandung : Mimbar Pustaka, 2004),
Cet. 1, h. 114
18
d. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan intelektual
Tanggung jawab ini maksudnya adalah pembentukan dan pembinaan
berfikir anak dengan segala sesuatu yang bermanfaat serta kesadaran
berfikir dan berbudaya. Tanggung jawab intelektual ini berpusat pada
tiga hal, yaitu: kewaj iban mengajar, penyadaran berfikir dan kesehatan
berfikir.
e. Tanggung jawab kepribadian dan sosial anak
Tanggung jawab ini maksudnya adalah kewajiban orang tua untuk
menanamkan kepada anak sejak keeil agar terbiaa menjalankan adab
sosial dan pergaulan sesamanya. Ketika anak yang masih suci fitrahnya memelihara bahwa orang-orang dewasa mempunyai perhatian
yang besar kepadanya, maIm j iw" sosial dan perhatian yang benar
terhadap orang lain itulah yang akan tumbuh lmat di dalam j iwanya.
Untuk mengembangkan kepribadian anak seeara sempurna, ada
beberapa metode yang tertuang dalam poin penting berikut ini: 35
a. Bersikap tidak membedakan
Salah satu eara yang salah, yang sering dilakukan oleh para bapak dan
ibu, yang membuat anaknya menjadi jahat adalah sikap membedakan
antar anak. Sebagian ibu kadang lebih eondong pada anak laki-Ialdnya
daripada anak perempuannya, atau sebaliknya. Sebagian ayah lebih
condong pada anak laki-Iakinya daripada anak perempuannya, atau
sebaliknya. Sikap membedakan yang demikian ini akan meninggalkan
pengaruh negatif pada kej i,yaan anak. Pengaruh negatif ini akan
berkembang
seiring
dengan
berkembangnya
kedewasaan
yang
kemudian akan mengantar mereka pada kehaneuran, bahkan takjarang
pengaruh negatif ini menular pada anak eueu mereka.
Setiap anak pasti memerlukan perhatian orang tua demi memuaskan
egonya, dengan mengekspresikan diri melalui pembiearaannya, tugastugas keeil yang diselesaikan, dan lain-lain; sehingga, penting bagi
35
Husain Mazhahiri, Pintar A1endidikAnak, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 2001), eet. IV, h.
258-263
19
orang tua memuaskan hatinya. Jika berlaku adil, kita pasti akan
mengetahui bahwa ini bukan hanya kebutuhan anak, melainkan juga
kebutuhan siapapun (termasuk orang tua).36
b. Perhatian dan pengarahan yang baik
Salah satu sarana untuk menghindarkan anak dari sifat jahat adalah
dengan pendekatan psikologis, bersikap seperti anak dan mengajak
bicara dengan bahasa yang mudah dipahami olehnya dan dengan
perkataan yang lemah lembut. Dasar teori pendidikan yang demikian
ini, dan nilai pembicaraan yang lemah lembut ini, dapat kita lihat
dalam firm an Allah, "Maka bicaralah kamu berdua kepadanya dengan
kala-kala yang lemah lembuI, mudah-mudahan ia ingal alau lakuI."
(QS. Thaha: 44)
c. Menanamkan takwa dalam jiwa
Seluruh dosa, sumbernya adalah sifat-sifat yang hina. Oleh karenanya
al-Qur'an menerapkan sebuah teor! yang tercantum dalam firman-Nya,
"Kalakanlah, tiap-tiap orang berbual menurul keadaannya masingl11osing." Ayat ini menjelaskan bahwa hati dan jiwa manusia akan
mengeluarkan apa yang ada di dalamnya dalam bentuk sikap dan
perangai. Apabila hatinya keras dan gelap, pasti perangai orang
tersebut penuh dosa.
Sebenarnya, untuk menyelamatkan dir! dar! dosa, jalan keluarnya
adalah menanamkan ketakwaan dalam jiwa. Apabila tangkai-tangkai
pohon kejahatan itu layu dan daun-daunnya rontok berjatuhan, maka
akar-akarnyapun akan tum bang dan mati. Artinya, dalam kehidupan
sosial, wanita dan pria yang secara umum memilki perangai buruk,
dapat meninggalkan semua dosa yang bersumber dar! sifat-sifat hina
ini. Jika seseorang bisa meninggalkan kebiasaan menggunjing orang
lain,
melukainya, atau kebiasaan menyebar isu bohong, maka
kemampuan sikap tersebut akan menjadikan dia terselamatkan dar!
36 Ibnu Hasan Najat1 dan Mohammed A, Khalfan, Pendidikan dan Psikologi Anak, (Jakarta:
Cahaya. 2006), h. 83
20
dosa kedengkian dan mampu memangkas akar-akarnya dari dalam
jiwa.
d. Berlindung kepada Allah
Pokok utama dalam metode ke empat ini adalah ber-tawassul dan ber-
tawajuh kepada Allah, berdoa dan memohon agar diberi hati dan jiwa
yang bersih serta sifat-sifat yang terpuji.
3. Islam dan Pendidikan
Islam merupakan dasar pendidikan yang sarat dengan sistem nilai
dan merupakan pondasi pendidikan yang kokoh. Hal tersebut melahirkan
azaz, strategi, dan sistem pendidikan yang mendukung, menjiwai,
memberi corak dan bentuk proses pendidikan yang berlangsung dalam
berbagai
model
kelembagaan
pendidikan.
Pendidikan
Islam
mengisyaratkan misi Islam dalam tiga dimensi pengembangan kehidupan
manusia, yaitu: 37
a. Dimensi kehidupan duniawi yang mendorong manusia sebagai hamba
Allah SWT, llntllk mengembangkan dirinya dalam ilmu pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai yang mendasari kehidupan, yaitu nilainilai Islam.
b. Dimensi
kehidupan
ukhrawi,
mendorong
manusia
untuk
mengembangkan dirinya dalam pola hubungan yang serasi dan
seimbang dengan Tuhannya. Dimensi inilah yang melahirkan berbagai
usaha agar kegiatan ubudiyah manusia senantiasa berada dalam nilainilai Islam.
c. Dimensi hllbungan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi mendorong
manusia untuk berusaha menjadikan dirinya sebagai hamba Allah yang
utuh dan paripurna dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan dan
menjadi pendukung selia pelaksana nilai-nilai Islam.
J7 A.
Tafsir, dkk, Ibid,
, h. 281
21
4. Pondasi Pendidikan Islam
Pondasi pendidikan Islam identik dengan dasar Islam itn sendiri.
Keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu al-Qur'an dan al-Hadits.
Dari kedua sumber inilah, kemudian muncul pemikiran-pemikiran
mengenai masalah ke-Islaman dalam berbagai aspek, termasuk pendidikan
Islam 38
a. Al-Qur'an
Al-Qur'an seCat'a bahasa berarti bacaan. seCat'a tenninologis al-Qur'an
ade.lah firman Allah SWT, berupa wahyu yang disampaikan oleh
Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Menurut Rasyid Ridha,
al-Qur'an secat'a operasional berarti kalam mulia yang diturunkan oleh
Allah kepada jiwa Nabi yang paling sempurna (Muhammad SAW)
yang ajarannya mencakup ilmu pengetahuan yang tinggi dan ia
merupakan sumber mulia yang esensinya tidak dapat dimengerti
kecuali oleh orang-orang yang suci (berjiwa suci) dan berakal cerdas.39
Al-Qur'an merupakan pondasi atau dasar pendidikan Islam, karena di
dalamnya memuat sejumlah penjelasan yang mempunyai nilai penting
guna mengembangkan pendidikan Islam. Selain itu, ia juga merupakan
kerangka normatif-teoritis pendidikan Islam. Sebagai kerangka dasar
pemikiran Islam, al-Qur'an telah banyak memberikan inspirasi
kependidikan yang perlu dikembangkan baik secara fiIosofis, maupun
konseptual keilmuan. Ia adalah sumber nilai kehidupan manusia dalam
berbagai aspeknya, yang telah memperkenalkan dan mengajarkan
manusia untuk selalu berpikir, sehingga ia harus dijadikan sebagai
pondasi ideal pendidikan Islam. 4o
A. TarsiI', dkk, Ibid
A. TafsiI', dkk, Ibid,
40 A. TarsiI', dkk, Ibid,
)8
J9
, h. 288
h. 288
, h. 289
22
b. Hadits Nabi
Hadits merupakan penafsiran ai-QuI"an dan landasan praktek ajaran
Islam secara faktual. Pribadi Nabi Muhammad SAW merupakan
perwujudan dari al-Qur'an yang ditafsirkan untuk manusia sebagai
aktualisasi ajaran Islam yang dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karenanya, hadits menjadi salah satu sumber ajaran Islam. Hal
tersebut didasarkan kepada beberapa argumentasi baik berupa dalil
naqli maupun aqli. 41
Pendidikan anak (tarbiyah al-aulad) merupakan tanggung jawab
dan perhatian semua pihak, terutama orang tua dan para pendidik. 42 Allah
SWT mengingatkan dalam firman-Nya, "Hendaklah mereka takut kepada
Allah jika meninggalkan generasi yang lemah di belakang mereka, yang
mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh karena itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang
benar"(QS al-Nisa' : 4).
Sebagai sebuah proses, pendidikan akan mencapai hasil yang baik
apabila dilakukan secara pericdik dan berkesinambungan. Pendidikan
sesungguhnya tidak mengenal batas usia. Hal ini sejalan dengan prinsip
Islam bahwa menuntut ilmu itu dimulai sejak lahir (mahd) sampai liang
lahat (iahd).
AI-Qur'an aI-Karim mengajarkan kepada kedua orang tua cara
berbicara dengan anak-anaknya melalui contoh yang terkandung dalam
surah Luqman ayat (13): "Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada
anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya,
'wahai anakku
janganlah kamumenyekutukan Allah, sesunguhnya menyekutukan Allah
adalah benar-benar kela/lman yang besar. "
A. Tafsir, dkk, Ibid, _.. __ ... __ ...... h.289
Abdul Mustaqim, Melyadi Orang TUG Bijak, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2005), Cet. t, h.
20-21
41
42
23
Teks al-Qur'an ini mengarahkan seCaI'a halus kepada kedua orang
tua cara berbicara kepada anak-anaknya. Kita dapat mengambil manfaat
dari ayat ini tiga hal berikut: 43
a.
Ayat ini menggunakan ungkapar, kata "wahai anakku". Artinya,
seorang ayah atau ibu apabila berbicara dengan putera-puterinya
hendaknya
menggunakan
kata
kekasihku,
belahan
jiwaku,
kehidupanku, dan ungkapan-ungkapan lain yang serupa.
b.
"Ketika dia memberi pelajaran pada anaknya". Ungkapan ini
menunjukkan betapa pentingnya kata yang lembut disertai rasa cinta
kasih ketika kedua orang tua berbicara dengan anak-anaknya.
c.
Firman Allah mengatakan, "Sesungguhnya mempersekutukan Allah
benar-benar kelaliman yang besar. " Ini menyarankan kepada kedua
orang tua agar ketika menyuruh dan melarang harus menggunakan
argumentasi yang logis. Ketika seorang ibu melarang putrinya pergi
sendirian
ketempat-tempat
セ・イエ ョ オL
larangan
tersebut
harus
menggunakan alasan yang tepal. Misalnya mengatakan, "Kepergianmu
sendirian itu, dapat membuatmu dituduh yang bukan-bukan oleh
musuh atau orang yang dengki kepadamu, dan kala itu kamu sullt
membersihkan tuduhan tersebut dari dirimu."
Ada beberapa tahap dalam pendidikan anak menurut al-Qur'an dan
al-Sunnah yang harus dilalui, antara lain: 44
a. Tahap pranatal (sebelum bayi lahir)
Tahap ini berlangsung sejak proses pembuahan hingga anak lahir, itu
sekitar sembilan bulan. Meskipun relatif singkat, proses perkembangan
pada tahap ini begitu penting. Sebab, pada saat hamil itulah seorang
ibu mulai berperan dalam mendidik anak.
Kesehatan jasmani ruhani anak juga dipengaruhi oleh sikap dan
kondisi ibu ketika hami!. Ashley Montague, seorang psikolog,
43 Husain Mazhahiri, Pintar lvlendidik Anak, (Jakarta: Lentera Basritama, 2001), eet. IV, h.
216-217
44 Abdul Mustaqim, A1enjadi Orang Tlua Bijak, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2005), eet. I,
h.28-38
25
tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang mantap dan memiliki
komitmen moral yang tinggi.
2)
Penanaman kesadaran bertindak (berakhlak), yaitu kesadar?ln
yang didasarkan pada keyakinan bahwa setiap gerak dan
langkah manusia selalu berada dalam pengawasan Allah.
Dengan keyakinan ini, manusia akan selalu sadar bahwa setiap
tindakan akan bernilai berimplikasi pada sebuah hasil: baik
atau buruk.
3)
Perintah untuk mengerjakan shalat dan amar ma'ruf nahi
mungkar. Shalat harus mulai ditanamkan sejak kecil, sehingga
ketika dewasa, anak telah terbiasa dan disiplin dalam
menjalankan shalat.
4)
Pelatihan kesabaran. Kesabaran pertu ditanamkan sejak dini.
Sebab, hidup ini penuh dengan tantangan, hambatan dan
rintangan. Tanpa kesabaran, seseorang akan mudah putus asa
dan patah semangat dalam meraih cita-citanya.
5)
Larangan bersikap sombong dan angkuh. Kesombongan perlu
dihindari karena akan mengantarkan pada kehinaan dan
kerendahan mat1abat, baik di mata Allah maupun di mata
manusia.
d. Tahap remaja
Pada tahap remaja, orang tua harus lebih waspada dan hali-hali kepada
anak-anaknya. Sebab, inilah saat paling kritis dalam pembentukan
kepribadian anak. Masa ini, oleh para psikolog, disebut dengan masa
pancaroba atau peralihan masa kanak-kanak menjadi dewasa.
Untuk menghadapi anak remaja, orang tua harus bijak, pandai, dan
banyak wawasan. Orang tua perlu memahami apa yang diinginkan
anak remajanya dan meyampaikan harapan yang diinginkan orang tua.
Sikap ini memupuk hubungan interpersonal yang baik antara anak dan
orang
tua,
sekaligus
Iingkungan keluarga.
menyuburkan
proses
pendidikan
dalam
26
B. Konsep Dasar tentang Agama, Keluarga, dan Anal{
1. Agama
Nasrudin Razak (1986 : 61) menyatakan bahwa, ditilik dari
dimensi kebahasaan, kata agama berasal dari bahasa Sansekerta "a tidak
gama kaeau", yang berarti orang yang beragama kehidupannya tidak
kaeau, akan teratur, karena memiliki ugeran. Meskipun demikian, dalam
peristilahan bahasa Arab dan konsep al-Qur'an, kata agama dapat searti
dengan kata ai-din apabila kata itu berdiri sendiri. Untuk sekadar
menyebut eontoh dapat dilihat dalam surat al-Kafirun ayat 6. Akan tetapi
apabila kata al·din itu dirangkaikan, dinisbat-kan denganlafadz Allah atau
dengan lafadz al-haq, berarti mengandung pengertian bahwa ia adalah
agama yang datang dari Allah atau agama yang baik. Dengan demikian, ia
adalah agama Islam.
45
Seeara terminologi, kata agama sama dengan peristilahan yang
digunakan dalam bahaa Inggris: religion atau dalam peristilahan seharihari, religi. Nasrudin Razak menyatakan bahwa dalam religi ini
diterangkan sebagai berikllt: Belief in and Worshif of God of the Super
Natural (kepereayaan dan penyembahan kepada Tuhan atau kepada Yang
Maha Mengetahlli).46
O'dea sebagaimana dikutip Ahmad Tafsir menyeblltkan enam
fllngsi agama bagi kehidllpan manllsia, antara lain: 47
a. Agama mendasarkan perhatiannya pada sesuatu yang ada di luar
jangkauan manusia yang melibatkan takdir dan kesejahteraan,
menyediakan bagi pemelllknya sllatu dukungan, pelipur lara dan
rekonsiliasi.
Nasruddin Razak, Diefllfllslam, (Bandung: Al-Ma'arif, 1986), h. 61
Nasruddin Razak, Ibid,
, h. 62
47 A. Tafsil', dkk,Ibid.
, h. 101-102
45
46
27
b. Agama menawarkan suatu hubungan transendentalmelalui pemujaan
dan upacara ibadah, karena itu agama memberikan dasar emosional
bagi rasa aman baru dan identitas yang lebih kuat di tengah
ketidakpastian dan ketidakmungkinan kondisi manusia dan arus serta
perubahan sejarah.
c. Agama mensucikan nOlma-nonna dan nilai masyarakat yang telah
terbentuk,
mempertahankan dominasi tujuan kelompok di atas
dorongan hati individu.
d. Agama juga melakukan fungsi nubuat atau risalat, yaitu fungsi yang
bisa bertentangan dengan fungsi sebelumnya. Agama dapat memberi
standar nilai dalam arti dimana norma-norma yang telah terbelenggu,
dapat dikaj i kembali secara kritis dan kebetulan masyarakat sedang
membutuhkannya.
e. Agama melakukan fungsi-fungsi identitas yang penting. Agama
mempengaruhi pengerlian individu tentang "siapa ia" dan "apa ia".
f.
Agama bersangkut pula dengan pertumbuhan dan kedewasaan
individu, dan peljalanan hidup melalui tingkat usia yang ditentukan
oleh masyarakat.
Tujuan agama adalah menjadikan seliap manusia di muka bumi ini
mereguk ketenteraman dan hanya tunduk kepada Allah SWT seCaI"a total.
Dengan demikian manusia akan memperoleh kemudahan dan kenyamanan
dalam segala hal di dunia, serta mendapat karunia kemurahan Allah di
akhirat kelak. 48
2. Keluarga
Fowler (1995 : 428) sebagaimana dikutip Ibnu Hasan Najafi, dkk,
menyatakan bahwa, ditinjau dari aspek kebahasaan, di dalam bahasa
lnggris kata "keluarga" adalah "family" yang berasal dari kata "familier'
yang berarti dikenal dengan baik atau dikenal. Selanjutnya kata family
48 Ibnu Hasan Najafi dan Mohammed A. Khalfan, Pendidikan dan Psikologi anak, (Jakarta:
Cahaya, 2006), h. 27
29
d. Keluarga Gabungan (Joint Family) yaitu, keluarga yang terdiri dari
orang-orang yang berhak atas hasil milik keluarga. Mereka itu antara .
lain saudara laki-laki pada setiap generasi.
3. Anak
Anak sebagaimana dirumuskan dalam al-Qur'an surat al-Nisa ayat
"tercipta melalui ciptaan Allah dengan perkawinan seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan dengan kelahirannya". Dalam ayat lain
dikatakan bahwa "anak adalah perhiasan duniawt' (QS. al-Kahfi : 46)
dan "anak sebagai cobaan" (QS. al-Anfal : 28).52
Pendidikan seca\'a amaliah (praktek nyata) memiliki dampak
sangat dalam dan berpengaruh besar daripada pendidikan secara teoritis.
Artinya, keclua orang tua harus memberikan contoh dengan sikap,
perbuatan clan panutan yang baik bagi anak-anak mereka. Jika seorang
ayah mellliliki nilai kemanusiaan, Illaka sikap demikian, akan pindah
kepada anaknya.
senantiasa
Seandainya seorang ibu selalu bertakwa dengan
menjaga
kehormatannya
dan
berhijab
dalam
setiap
perbuatannya, maka sikap tersebut akan c1iwarisi oleh anak perempuannya.
Pendidikan amaliah pacla c1asarnya sejalan dengan atm'an meniru.
Orang, khususnya di masa muda, memiliki kecenderungan untuk
Illengikuti clan mengidolakan perilaku orang lain. Fenomena mengidolakan
ini pada sikap anak jauh lebih banyak, sebab mereka cenderung mengikuti
sikap orang lain secara ikut-ikutan tanpa alasan.
Lawan dari meniru, adalah menerima berdasarkan dalil dan bukti.
Fenomena inilah yang dipuji oleh al-Qur'an dan c1ikehendaki sebagai
syarat utama bagi manusia Muslim. Allah berfirman, "Sampaikanlah
berita itu kepada hamba-hambaKu yang mendengarkan perkataan lalu
mengikuti yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang
52
A. Tafsil', dkk, Ibid,
, h. 108
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI AL-ITTIHADIYAB, JI. Kalibaru
Barat VI RT. 012 RW. 015 No. 48, Cilincing, Jakarta Utara pada tanggal 5
sampai dengan 7 Juni 2007.
B. Metode Pengumpulan Data
1.
Data Penelitian
a. Data Primer
Data primer atau data tangan pertama, adalah data yang diperoleh
langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran
atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber
informasi yang dicari. 54
Data Primer pada penelitian ini adalah jawaban kuesioner siswasiswi kelas IV dan V Ml Al-lttihadiyah.
b. Data Sekunder
Data sekunder atau data tangan kedua, adalah data yang diperoleh
lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dan subyek
penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi
atau data yang telah tersedia. 55
Data Sekunder pada penelitian ini meliputi profit sekolah, data
jumlah guru dan murid, data sarana dan prasarana belajar siswa.
54
55
Moh. Nazir, Aletode Pene/Wan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 91
Moh. Nazir, Metode Peneli/ian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 91
33
2. Cara Pengumpulan Data56
a. Kuesioner
Adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada siswasiswi kelas IV dan V MI Al-lttihadiyah.
b. Observasi
Dengan mengamati langsung tempat siswa-siswi belajar, ikut aktif di
dalam kelas dengan cara mengajar. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan siswa dan melihat langsung pribadinya.
c. Interview/Wawancara
Interview dilakukan terhadap orang tua murid, guru sekolah terutama
wali kelas dan kepaIa sekoIah.
d. Dokumentasi
Dokumentasi berupa buku profil sekolah, surat-surat keterangan,
peratll ran-peraturan.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi MI AI-Ittihadiyah
Cilincing Jakarta Utara beljumlah 120 orang siswa-siswi.
b. Sampel
Sam pel pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV dan V MI AIIttihadiyah Cilincing Jakarta Utara berjumlah 40 orang siswa-siswi.
4. Pemberian Bobot Nilai Kuesioner
Pemberian bobot nilai ini digunakan untuk mengolah hasil jawaban
responden
untuk
dihitung
secara
statistik
dengan
metode
SPSS
11.0.Setelah data hasil angket terkumpul, selanjutnya diberikan nilai bobot
pada setiap altenatif jawaban yang disediakan dengan menggunakan skala
Likert, yaitu skala alternatif jawaban yang berjumlah 3, 4 atau 5 kategori,
S6 Suharsimi Arikunto l Prosedur Penelitian "Suatu Pendekatan Praktek", (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), Cet. 12, h. 128-136
35
-. Ketllilisan dan
Keadilan
a. anjuran beramal
b. anj lIran meminta maaf
c. berbicara dengan bahasa yang baik
16
I
I
I
17
18
18
Jm!. total soal
2.
Kisi-kisi Instrllmen Penelitian Kepribadian Anak
Tabel3.3
Kisi-Kisi Instrument Ke ribadian Anak
· Penghargaan
dan
Penerimaan
· Cinta dan kasih
sayang
1
a. berbicara so an
b. membaca do'a
c. menghormati g lebih tua
a. memaafkan
2
3
4
b. membantu orang yg susah
c. bel'S ukur men uca Alhamdulillah
d. ikhlas melakllkan pekerjaan
a. menya an i adik
b. melerai teman berkelahi
c. beramal baik k d sesama manusia
5
6
7
8
9
10
· Pengetah uan dan イN]。G」Zエ[Mゥ、cォLiQ・Nョ]」ッZセエ[ォ⦅M エセiZ」⦅[M
Kemampuan
b.shalat lima wkt membaca al- ur'an tiap mlam
c. men ulan Jelajaran sekolah
d. senantiasa menyiapkan buku pelajaran
a. membantu ekerjaan oran tua
-. Ketulusan dan
Keadilan
b. melakanakan hukuman dengan baik
c. berteman tanpa memandang status
Jm!. total soal
12
13
14
15
16
17
D. Variabel dan Paradigma Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh
·
Iannya. 57
I(esllnpu
57
peneliti
untuk
dipeJajari
dan
kemudian
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 61
ditarik
I
I
1
1
1
1
1
1
1
I
I
1
1
I
I
I
17
36
a. Variabel Independen (X)
Variabel Independen (X) atau variabel bebas pada penelitian ini
adalah pendidikan agama Islam dalam keluarga.
b. Variabel Dependen (Y)
Variabel Dependen (Y) atau variabel terikat pada penelitian ini
adalah kepribaclian anak
2. Paradigma Penelitian
Paracligma
penelitian
adalah
merupakan
pola
pikir
yang
menunjukkan hubungan antm'a variabel yang akan diteliti. Berdasarkan hal
tersebut, maIm penelitian yang merumuskan paracligma adalah penelitian
yang bersifat asosiati/S8
Jacli paradigma dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang
menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus
mencerminkan jcnis clan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab
mclalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis,
jenis dan jumlah hipotesis, clan tekhnik analisis yang akan c1igunakan. 59
Aclapun bentuk paradigma dalam penelitian ini adalah paradigma
scderhana, yaitu paradigma yang menunjukkan hubungan antara satu
variabel independen (X : Pendidikan Islam Dalam Keluarga) dengan satu
vriabel c1ependen
(Y: Kepribadian Anak), c1apat digambarkan sebagai
berikut:
Penclidikan Islam
Dalam Keluarga
(Variabel X)
Pengaruh dan
Hubungan
Kepribadian Anak
(Variabel Y)
Gambar 3.1
Paracligma Penelitian
" Sugiyono, Statistika Un/uk Penetilian,(Bandung: alfabela, 2005), Cet. VII!, h. 5
" Sugiyono, Metode Penetilian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 66
38
b. Uji Reliabilitas
Untuk mengukur reliabilitas instrumen digunakan tekhnik Testretest. Dimana j ika rhl'uog > r"beb maka instrumen dapat dinyatakan
reliabel.
Reliabilitas menyangkut ketepatan alat ukur. Suatu alat ukur
disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika alat
ukur itu mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil,
dapat
diandalkan
(dependability)
dan
dapat
diramalkan
(predictability). Suatu alat ukur yang mantap tidak berubah-ubah
pengukurannya dan dapat diandalkan karena penggunaan alat ukur
tcrscbllt bcrkali-kali akan mCll1bcrikan hasil yang serllpa. 62
2.
Analisis Data
Pada penelitian ini, bentuk rUlllusan hipotesisnya adalah hipotesis
hllbllngan (asosiatif), sehingga tekhnik korelasi yang digllnakan adalah
Korelasi Product Moment. Tekhnik ini digunakan untuk mencari
hubllngan dan ll1ell1buktikan hipotesis hllbungan dua variabel bila data
kedua variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua
variabel atau lebih adalah sama. 63
Berikut ini dikemukakan rumus yang paling sederhana yang tepat
digunakan untuk menghitung koefisien korelasi, yaitu: 64
Lxy
_ y2)
r,y = セHlクR
(Rumus 3)
dimana:
rxy
= Korelasi antara variabel x dan y
x
=
y =
62
63
64
(x, -:I:)
(y, - y)
Moh. Nazir, iVetode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 133
Sugiyono, Sialistika Unluk Penelilian, (Bandung: alfabeta, 2005), Cet. VIII, h. 212
Sugiyono, Sialistika UnlukPenelilian, (Bandung: alfabeta, 2005), Cet. VIII, h. 213
39
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y
x
Skor liap item dari responden uj i coba kelompok X
y
=
Skor tiap item dari responden
N
=
.J umlah Responden
lU i coba kelompok Y
Pengujian signifikansi koefisien korelasi dapat dihitung dengan uji 1. 65
I
= セ イ.jj::;i
(Rumus 5)
Dimana:
r
Harga koefisien korelasi
n
.Jumlah sampel
Adapun pasangan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho : Tidak ada hubungan positif yang nyata antara pendidikan agama Islam
dalam keluarga dengan pembentukan kepribadian anak.
Ha
:
Terdapat hubungan positif yang nyata antara pendidikan agama Islam
dalam keluarga dengan pembentukan k
HUBUj'l"GANNYA DENGAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
ANAK DI MI AL-ITTIHADIYAH CILINCING JAKARTA
UTARA
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatuIlah Jakarta
Oleh:
MUKMINAH
805011001454
JURUSAN PENDlDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1428 HI 2007 M
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENDIDlKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA DAN
HUBUNGANNYA DENGAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DI
MI AL-ITTIHADIYAH, CILINCING, JAKARTA UTARA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas IImu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Jenjang Pendidikan Strata (SI)
Oleh:
MUKMINAH
NIM: 805011001454
Dibawah Bimbingan
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
DIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H/2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudlll : " Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Dan Hubungannya
Dengan Pembentllkan Kepribadian Anak di MI AI- IUihadiyah Cilincing Jakarta Utara"
diajukan kepada Fakllitas lImu Tarbiyah dan Kegllruan (FTIK) UIN SyarifHidayatllllah
Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosyah pada 5 Januari 2008 di
hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak mempero1eh gelar sarjana SI (S.Pdi)
dalam bidang pendidikan Agama.
Jakarta, 5 Januari 2008
Sidang Munaqosyah
Tanggal
Ketua Program PTTM /Sekretaris Sidang
Dra. Hj. Eri Rossatria, M. Ag
NIP: 150077 519
Penguji I
Drs. Mum'if Sam, M. Pd
NIP: 150 268 585
rPenguji II
Pmf. Dr. H. Aziz Fahrumzi, M A
NIP : 150 202 343
fQイャゥ GRセA「、
=====.. =. ェQセ = . ..セ
...
Mengetahui :
Dekan Fakultas lImu Tarbiyah dan Keguruan
urN SyarifHidayatullah Jakarta / Ketua sidang
Prof. Dr. De Ros ada M A
NIP : 1 0 231 356
INTISARI
Pendidikan agama merupakan pengetahllan dasar yang harus dimiliki oleh
setiap manllsia. Pendidikan agama hendaknya dimlliai dari Jingkungan keluarga
dan pelaksanaannya dilakukan sejak din!.
Penelitian dengan judlll: "Pendidikan agama Islam dalam keillarga dan
hubllngannya dengan pembentukan kepribadian anak di MI AI-Ittihadiyah
Cilincing Jakarta Utara", bertlljllan llntuk mengetahlli hllbungan pendidikan
agama Islam terhadap pembentllkan kepribadian anak di MI AI-Ittihadiyah
Cilincing Jakarta Utara. Hipotesis yang diajukan didllga bahwa pendidikan agama
Islam dalam keillarga berpengarllh secat'a positif (nyata) dan signifikan terhadap
kepribadian anak. Pengambilan data menggunakan kllesioner dengan skala
pengllkuran menggllnakan skala Iikert. Variabel bebas (X) adalah pendidikan
agama Islam dalam keluarga sedangkan variabel terikat (Y) adalah pembentukan
kepribadian anak. AnaJisis data menngllnakan anaJisis korelasi dan uji t.
Hasil penelitian menllnjukkan bahwa aspek pendidikan agama Islam daJam
keluarga memiJiki hllbllngan yang positif dan signifikan terhadap pembentukan
kepribadian anak. Hasilllji t menllnjukkan dengan t hitung 3,800 (taraf kesalahan
5%, n-2=38) lebih besar dari t tabel 2,042. Dengan demikian hipotesis yang
diajukan dalam peneJitian ini terbukti ada hubungan yang posistif dan nyata
antara pendidikan agama Islam dalam keluarga dengan pembentukan kepribadian
anak.
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Dengan senantiasa mengharap petunjuk Allah SWT, Alhamdulillah atas
berkat, rahmat, hidayah dan karliniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Skripsi ini disuslin dan ditulis dalam rangka memenllhi persyaratan yang
ditetapkan pihak Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian perkuliahan yang harus ditempuh oleh
setiap mahasiswa dari awal hingga akhir perkuliahan dan luIus serta memperoIeh
ijazah dengan menyandang gelar smjana.
Skripsi ini berisi tentang pendidikan agama Islam dalam keluarga yang
sangat erat kaitannya dengan kepribadian anak. DaIam hal ini adalah kepribadian
anak kelas IV dan V di Madrasah Ibtidaiy1h AI-Ittihadiyah Cilincing, Jakarta
Utara. Dengan del1likian, skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang
dapat dipertirnbangkan oleh para orang tlla dan pihak Madrasah Ibtidaiyah AIIttihadiyah Cilincing, Jakarta Utara guna l1lenentukan pendidikan yang baik dan
terarah bagi anak-anak didik.
Selama pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
dihadapi dan dialami oleh penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu,
pengumpulan bahan dan lain sebagainya. Namun, berkat kesungguhan hati dan
kerja keras disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya segala
kesulitan dan hambatan itll dapat diatasi. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih yang sedalam-dalal1lnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada sel1lua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyeIesaian skripsi
ini, temtama kepada bapak Drs. Sapiudin Shidik, M.Ag sebagai dosen
pel1lbimbing yang telah mengarahkan dan memberikan petunjuk-petunjuk yang
sangat berharga kepada penulis.
Selanjutnya ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan
pula kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Dekan Fakultas Ilmll Tarbiyah UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melanjutkan ke universitas inL
2.
Para c10sen Fakliitas lImu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah mendidik clan memberi bekal ilmu pengetahuan yang
sangat berharga kepada penulis.
3.
Pimpinan Perpustakaan beserta staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan pelayanan dan kesempatan kepada penulis untuk menelaah
dan meminjam buku-buku yang diperlukan dalam rangka penulisan skripsi.
4.
Kepala MI Al-Ittihadiyah Cilincing Jakarta Utara bapak Moh. Yahya Rasyid,
S.Ag serta para guru
yang telah membantu memperlancar penyelesaian
skripsi ini.
5.
Ayah dan Ibu, Adik-aclik yang telah memberikan dorongan dan doa untuk
menyelesaikan skripsi inL
6.
Semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan
dan kelemahan. Oleh karena itu, apabila ada kritik dan saran dari para pembaca,
penulis akan menerima dengan senang hatl dan lapang c1ada.
Jakarta, September 2007
Penulis,
HALAMAN DAFTAR lSI
Halaman JlIdul
.
Halaman Persetlljuan
.
Intisari.
.
Kata Pengantar
,
,
"
Halaman Daftar Isi.
Halaman Daftar Gam bar.. "
..
..
"
"
Halaman Daftar Tabe!.
..
BAB I
PENDAHULUAN
1
A.
Latar Belakang Masalah
1
B.
Identifikasi Masalah
.4
C.
Pembatasan dan Rumusan Masalah
.4
D.
Manfaat Penelitian
5
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
6
A. Pembentuk Kepribadian Anak
6
I. Kepribadian Anak
13
2. Pembentuk Kepribadian
14
3. Islam dan Pendidikan
20
4. Pondasi Pendidikan Islam
21
B. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga
BAB III
26
I. Agama
26
2. Keluarga
27
3. Anak
29
C. Kerangka Pikir.
30
D. Hipotesis
31
METODE PENELITIAN
32
A. Tempat dan waktu penelitian
32
B. Metode Pengllmplllan Data
32
I. Data Penelitian
.32
2. Cara Pengumpulan Data
33
3. PopliIasi dan Sampel..
33
4. Pemberian BobotNiiai Kliesioner
.33
C. Instrllmen Penelitian
I. Kisi-Kisi
Instrllmen
34
Pendidikan
Agama
Keillarga
2. Kisi-kisi Instrumen Kepribadian Anak
D. Variabel dan Paradigma Penelitian
I. Variabel Penelitian
35
35
35
b. Variabel Dependen
36
I. Uji Instrllmen Penelitian
a. Uji Validitas
b. Uji Reliabilitas
2. Analisis Data
.36
37
37
37
.38
39
HASIL PENELITIAN
.40
A. Profil Sekolah
.40
I. Sejarah Perkembangan MI AI-Ittihadiyah
.40
2. Landasan Operasional MI AI-Ittihadiyah
40
3. Kegiatan Ekstraklilikt.ler MI AI-Ittihadiyah
4I
4. Slimber Dana
42
C. Analisis Data
.42
1. Uji Pendahuluan
.42
2. Analisis Korelasi
.45
3. Uji Hipotesis
.46
KESIMPULAN DAN SARAN
.49
A. Kesimplilan
49
B. Saran
50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPlRAN
34
36
E. Tekhnik Analisis Data
BABV
daIam
a. Variabel Independen
2. Paradigma Penelitian
BAB IV
Islam
HALAMAN DAFTAR GAMBAR
GambaI' 3.1 Paradigma Penelitian
.
HALAMAN DAFTAR TABEL
Tabe!
3.1
Kriteria Pemberian Skor
.
Tabe!
3.2
Kisi-kisi Instrumen Pendidikan Agama Islam da!am Keluarga
.
Tabe!
3.3
Kisi-kisi lnstrumen Kepribadian Anak
.
Tabe!
4.1
Jenis Fasilitas sarana Belajar.
.
Tabe!
4.2
Jenis Kegiatan Ekstra kuliku!er
..
Tabe!
4.3
Hasi! Uji validitas Instrumen Variabe! Pendidikan Agama
Is!am da!am Ke!uarga
Tabe!
4.4
..
Hasil Uji Validitas Instrumen Variabe! Pembentukan
Kepribadian anak
..
Tabe!
4.5
Hasi Uj i Reliabilitas Instrumen
..
Tabe!
4.6
Hasil Uji Korelasi.
..
Tabe!
4.7
Interpretasi Koefisien Korelasi.
.
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama
Islam
adalah
agama
yang
sangat
menekankan
dan
mengapresiasi tinggi terhadap pendidikan bagi pemeluknya. Dalam aI-Qur'an
banyak sekali ayat yang secara langsung maupun tidak Iangsung berbicara
tentang pendidikan. Wahyu yang diturunkan pertama kepada Nabi adalah
surat al-'Alaq ayat 1-5, penuh muatan pendidikan yang mendasar. Dalam surat
ini nampakjelas, tegas dan lugas perintah membaca (iqra') dari Allah kepada
Nabi. Membaca secara hmjiah maupun maknawiyah merupakan aktifitas
pcndidikan yang sangat penting. Sementara itu, dalam diri Nabi sendiri
memberikan keteladanan yang demikian agung dalam pendidikan. Nabi
dikenal sebagai manusia yang tak pernah berhenti l11elakukan perenungan
terhadap situasi kemanusiaan yang dijul11painya. Dalam diri Nabi juga
terkandung nilai-nilai luhur dalal11 akhlak. Penting juga dikemukakan bahwa
Nabi merupakan contoh manusia yang mengalami proses pendidikan dalam
pengertian yang seluas-Iuanya yaitu belajar di sekolah tanpa dinding (school
without wall»).
Allah berfinnan : "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu-batual1. "(Q.S Al-Tahrim :6/
I DEPAG RI, BlIl1ga Rampai Pendidikan Agama dan Keagamaatl (Kumpulan Katya tuNs
Tel'baik Guru MA Hasi! Seleksi Lomba Karya Tulis Non Fiksi bag; Guru Madrasah Aliyah),
(Jakarta: I3PPA Jakarta, 2005). h, 144-145
2 [-fusain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak, (Jakarta: Lentera Basritama, 200l)Cet IV, h. xvi
3
Slinggllh, orang tua mempllnyai peranan mendasar dalam mendidik
anak
hingga
persoalan
sekecil-kecilnya.
Lantaran
itu,
mereka harus
mengiljarkan kepada anak cara berbicara, duduk, memandang, makan, dan
berhllbungan dcngan orang lain di rumah, di sekolah, dan masyarakat.
Orang tua yang bijak pasti akan serius memikirkan pertumbuhan anakanaknya. Mereka akan lebih cenderung memperhatikan perkembangan
kualitas pengetahuan (wawasan) dan visi anak-anaknya.4
Imam Ja'far al-shadiq mengatakan, "Warisan paling berharga bagi
anak-anak Anda bukanlah harta benda dan kekayaan, melainkan akhlak dan
pendidikan"(al-Kulaini, Raudhat al-Kafi, vol.8, hal. 150).5
Kita tahu, semenjak seorang anak lahir dalam keillarga muslim, sistem
syariat mengarahkan orang tua dan membimbing anak untuk benar-benar
memperhatikan pendidikan agama dan akhlaknya. Dengan mengukir kesan
realitas terbesar dalam ingatan anak, dengan mengumandangkan alunan azan
di telinga kanan dan iqamat di telinga kirinya, dan setelah itu diikuti
pelaksanaan aqiqah; maka dapat dikatakan bahwa awal kehidupan anak telah
dimlilai dengan aspek filosofi Islam, dimana perhatian kepada Allah
l11erllpakan hal esensial, bersal11aan dengan mengingat-Nya. Karenanya,
ideologi itu akan l11enginfuskan darah dalam nadi kehidupan anak, lalu
bercal11pllr dalam arus kehidupBn setiap generasi.
6
Setelah langkah awal ini, orangtua diharapkan bekelja keras dalam
l11engarahkan pola pikir anak, menanamkan standar-standar akhlak, dan
mengembangkan pada dirinya tradisi dan budaya religius. Ini penting sekali
agar mereka dapat menjadi pribadi mulia di dunia ini; dan dalam setiap
langkah dan segala hal, menjadi teladan kebajikan dan merefleksikan nilainilai al-Qur'an. Karena itu, kewajiban utama mendidik anak adalah
l11embesarkan mereka di bawah atap kebenaran, mengasuh mereka dengan
tindakan-tindakan bajik, menyelaraskan pikiran mereka, dan menjadikan
4 lbnu Hasan Najafi & Mohammed A. Khalfan, Pendidikan dan Psikologi Anak, (Jakarta:
Cahaya, 2006) h. 60
h. 62
5 Ibnu Hasan Najafi & Mohammed A. KhaIfan, Ibid,
6 lbnu Hasan Najafi & Mohammed A. Khalfan, Ibid,
,
h. 69
5
D. Manfaat Penelitian
1. Membantu mendewasakan cara berfikir mahasiswa dengan menentukan
iele pcnelitian elan fcnomena yang terjaeli.
2. Dalam rangka
mengimplcmcntasikan pengetahuan penulis eli bidang
penelielikan, khususnya guru.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian lain yang mengambil tema
sama hubungan penelidikan agama Islam dalam keluarga dengan
kepribaelian anak.
BABII
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Pembelltuk Kepribadiall Allak
Pendidikan berasal dari kata dasar didik, dan diberi awalan men,
menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi
latihan (ajaran). Pendidikan sebagai kata benda berarti proses perubahan
sileap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan
manusia
melalui
upaya
pengajaran
dan
latihan
(Poerwadarminta, 1985 : 702).8
Dalam bahasa Inggris, istilah pendidikan formal dikenal dengan
kata education yang berasal dari kata to educate yakni mengasuh,
mendidik. Dalam Dictionary of Education, makna education adalah
kumpulan
dari
mengembangkan
semua
proses
yang
kemampuan-kemampuan,
memungkinkan
seseorang
sikap-sikap, dan bentuk-
bentuk tingkah laku yang bernilai positif di dalam masyarakat tempat dia
hidup.9
Kata pendidikan secara etimologis, sebagaimana yang dikatakan
Anton Moeliono, dkk, sebagaimana dikutip Abd. Rahmat Syukur dalam
kamus besar bahasa Indonesia, adalah proses pengubahan sHeap dan tata
laku seseorang atau kelompcik orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan. Jadi kata didik dengan tambahan
pen dan an mengandung pengertian yang sangat luas, yakni proses
transfonnasi dari A ke B, tentang sistem nilai (idiologisme, ajaran,
8 A, Tafsir, dkk, Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : Mimbar Pustaka, 2004),
Cet. I, h. 277
9 A. Tafsir, dkk, Ibid,
, h. 278
7
orientasi prospektus dan lain-lain) dengan metode, untuk sebuah tujuan
. to
pen dewasaan manusta.
Secara terminologis, pengertian pendidikan sangat Iuas dan
universal, sebagaimana yang dikatakan oleh pakar-pakar pendidikan antara
lain:
a. Pendidikan sebagai
perbuatan atau usaha generasi tua yang
mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, serta
keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya
agar dapat memenuhi fungsi
hidupnya baik jasmani maupun
rohaninya.' ,
b. Menurut Baihaki AK sebagaimana dikutip Abd. Rahmat Syukur
pendidikan adalah usaha sadar yang diselenggarakan berlandaskan
nilai tertentu untuk membimbing, mengajar, melatih dan membina
peserta didik agar ia dapat meningkatkan, mengembangkan dan
menyal urkan dengan benar segenap potensi jasmani, rohani, akan
pikiran dan hawa nafsunya sehingga ia dapat hidup lebih puas dan
baik, procluktif dan bcrtanggung jawab secara moril dalam rangka
memenuhi
kebutuhan
dirinya,
keluarganya,
dan
secara
luas,
masyarakat, bangsa clan negara.'2
Selain
itu
para ahli pendidikan juga menclefinisikan kata
pencliclikan secara tenninologis dari berbagai tinjauan. Acla yang melihat
clari kepentingan atau fungsi yang diembannya, dari proses ataupun dilihat
clari aspek yang terkandung di dalam penclidikan antara lain:
a. Hasan Langgulung melihat aIti penclidikan dari sisi fungsi pendidikan,
yaitu: pertama, dari segi pandangan masyarakat, dimana pendiclikan
merupakan upaya pewaris kebuclayaan yang dilakukan oleh generasi
tua kepada
generasi
muda agar kehidupan
masyarakat
lebih
berkelanjutan. Kedua, clari segi kepentingan individu, pendidikan
Abd. Rahmat Syukur, Konsep Islam Tentang Pendidikan Pranatal, (Jakarta: Diadit Media,
t, h. 31
11 Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: 1981), h. 257
12 Abd. Rahmat Syukur, Ibid,
, h. 31-32
10
2006), Cet.
II
Tujuan pendidikan dalam Islam menufut Fazluf Rahman pacta
prinsipnya tidak terlepas dari tujuan akhir manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan, manusia lainnya dan dengan alam semesta. Tujuan akhir
manusia menurutnya adalah untuk mengabdi kepada Tuhan, bersyukur
kepada-Nya dan hanya menyembah Dia saja. Adapun tujuan pendidikan
menurut Fazlur Rahman sebagaimana dikutip Ahmad Tafsir "is to develop
the inner/acuities 0/ man - in such away that all the knowledge gained by
him will become organic to his total creative personality,,23. Akhir suatu
pendidikan adalah menyelamatkan manusia dari dirinya, melalui dirinya,
dan untuk dirinya. 24
SeJanjutnya, mengenai tujuan pendidikan daJam Islam menurut
Arifin (1993:41) yang dikutip Abd. Rahmat Syukur menjelaskan bahwa
pendidikan Islam bertlljllan untuk menumbuhkan poJa kepribadian
manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan, penalaran,
perasaan dan indera. Pendidikan dengan tujuan semacam itu hams
melayani pertumbuhan manllsia dalam segaJa aspeknya, baik aspek
spiritual,
inteJektual,
imajinasi, jasmaniah, ihniah maupun bahasa.
Pendidikan hants mendorong semlla aspek tersebut ke arah keutamaan
serta pencapaian kesempurnaan hidup berdasarkan nilai-nilai Islam.
Berdasarkan hal inilah, maka dasar pendidikan Islam termasuk dalam
firman Allah SWT pada Q.S. 6 ayat 162, sebagai berikue s
Katakanlah : "Sesungguhnya shalatleu, ibadahku, hidupleu dan matiku
hanya untuk Allah, Tuhan semesta Alam. " (QS. AI-An 'am: 162)
Memahami makna firman Allah tersebut yang berkaitan dengan
pendidikan, maka tlljuan akhir pendidikan Islam adalah membina manusia
23 Fazlur Rahman, "The Qur'anic Solution ofPakistan's Educational Problem", (Islamic
Studies, 1967), vol. VI, no. 4
24 A. Tafsir, dkk, Ibid,
, h. 174-175
25 Abd. Rahmat Syukur, Ibid,
, h. 41-42
13
Sehingga Allah memberikan kedudukan yang tinggi di sisi-Nya.
Allah SWT berfirman: 28
"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. (Q8. Al-Mujaadilah : 11)
I. Kepribadian Anak
Setiap anak berbeda dan unik. Ada yang sulit, adapula yang mudah
beradaptasi.
Masing-masing
memiliki
kekurangan.
lrawati
mengelompokkan pribadi anak dalam berbagai tipe, antara lain:
Istadi
29
a. Anak yang mudah
Anak-anak
golongan
1111
biasanya
penampilannya
penuh
keberanian dan terbuka. Tampil dan berbieara apa adanya.
Mudah bergaul dengan orang-orang yang banI dikenalnya,
lineah, serta banyak bieara. Mereka sama sekali tidak eanggung
berada di lingkungan yang baru. Bahkan beberapa dari anak-anak
ini tergolong sangat aktif.
Namun anak tipe ini relatif sulit dikendalikan, dan butuh
pengamanan lebih karena menyukai tantangan beresiko.
b. Anak yang perlu pemanasan
Tidak terlalu berani, tidak pula penakut. Yang jelas ia perlu
waktu untuk menyesuaikan dengan lingkungan baru. Setelah
tenggang waktu tersebut, mereka telah memperoleh kepereayaan
dirinya kembali. Ia juga bisa menjadi begitu beran! seperti temantemannya yang "mudah".
28 Abd. Rahmat Syukur, Konsep Is/alll Ten/ang Pendidikan Pranataf, (Jakarta: Diadit Media,
2006), Cet. !, h. J2 J
29 lrawati Istadi, lviendidik dengan Cinta, (Jakarta: Pustaka Inti, 2005)
14
Anak tipe ini perlu dorongan awal untuk mencoba sesuatu yang
baru atau menghadapi tantangan, dengan cara l11eningkatkan
keberaniannya secm'a
UI11UI11.
Misalkan dengan jenis permainan
teltentu yang l11emacu tumbuhnya keberaniannya. Juga dengan
l11emperluas sosialisasi dan proses pergaulannya yang alami
dengan teman-teman sebayanya.
c. Anak yang sulit
Anak ini sering l11akan hati orang tua. membuat gemas, jengkel,
sekaligus malu. Bayangkan, kemanapun orang tua pergi, ia
l11embuntut, baju ibu tak pernah lepas dari pegangan tangannya.
Bila ada orang l11enyapa, ia justru menelusupkan wajah di selasela baju ibu, seakan-akan hendak masuk ke dalamnya.
Namun kelebihan dad anak tipe ini ia mudah diatur dan
dikendalikan, karena sangat tergantung pada orang tua. Satusatunya yang bisa dilakukan orang tua terhadap anak seperti ini
adalah bersabar menunggu waktu. Hanya waktu yang bisa
menyelesaikannya.
2. Pembentuk Kepribadian
Ketidakpedulian orang tua terhadap keadaan dapat menghancurkan
kepribadian anak yang kemudian akan mendorong terjadinya praktik
penyimpangan yang hina. Oleh karena itu, pertanyaan yang muncul
adalah: Apa yang harus kita lakukan agar dapat membangun kepribadian
anak atas dasar prinsip-prinsip yang benar dan kuat?30
30
202
Husain Mazhahiri, Pintar MendidikAnak, (Jakalia: PT. Lentera Basritama, 2001), eet. IV, h.
15
Berikut ini beberapa langkah yang terang yang dapat dijadikan
petunjuk, sebagaimana terkandung dalam poin-poin berikut ini: 31
a. Peranan cinta kasih dalam pembinaan kepribadian
Seorang ibu dan ayah hendaknya berusaha keras mengasuh dan
memberi kepuasan cinta kasih pada anaknya, misalnya dengan sering
mengelus kepalanya dan mendudukkan mereka di pangkuannya atau di
sebelahnya sebagai tanda kasih terhadap mereka.
Cinta kasih inilah yang sebenarnya mampu membina kepribadian anak.
Anak yang tumbuh besar karena disusui orang lain atau karena susu
buatan, atau dititipkan pada panti asuhan atau lembaga penampungan
anak, akan tumbuh besar tanpa memiliki kepribadian yang matang.
Masa depannya terancam oleh penyelewengan dan berpotensi untuk
berbuat jahal.
b. Tidak menghina dan tidak mengurangi hak anak
Orang tua hendaknya berhati-hati, jangan sampai menghina anakanaknya karena penghinaan adalal' suatu tindakan yang tidak boleh
dilakukan dalam pendidikan. Penghinaan dan celaan adalah tindakan
yang dilarang, sekalipun terhadap bocah keell yanmg berumur satu
bulan. Membentak anak sekalipun ia masih sangat kecil, berarti
penghinaan dan celaan terhadap kepribadiannya sesuai kepekaan
jiwanya.
c. Perhatian pada perkembangan kepribadian
Jika seorang ayah dan ibu ingin menyumbang kepada masyarakat
seorang anak yang sehat dan berkepribadian matang, maka mereka
harus memperhatikan pertumbuhan kepribadian anaknya. Dalam
sebuah had its, Rasulullah bersabda, "Anak adalah sebagai tuan selama
tujuh tahun (pertama), Sebago; pembantu selama tujuh tahun (kedua)
dan sebagai wazir selama tujuh tahun (ketiga). Jika kamu masih
mampu membantunya di saat umur duapuluh tahun, bantulah dia. Jika
31 Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 2001), eeL IV, h.
202-207
16
tidak mampu, lepaskanlah dia. Maka selesailah sudah tanggung
jawabmu di hadapan Allah."
d. Menghindari penggunaan kata kotor
Orang tua hendaknya menghindari penggunaan kata yang kasar dan
tajam
yang dapat
melukai
pribadi
anak.
Dalam
memberikan
pengarahan, hendaknya para orang tua menggunakan kata-kata yang
dapat diterima oleh masyarakat umum, khususnya kaum wan ita.
Sebab, untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut tidak harus menyakiti
kepribadian orang lain atau menggunakan kala-kata kotor dan jorok.
Islam sangat menjunjung tinggi pendidikan seorang Muslim dengan
tetap menjaga kesucian lisan dan menjauhkan cemoohan serta kata
jorok.
Kebiasaan l11enggunakan kata-kata buruk merupakan kekurangan.
Seseorang dengan kebiasaan buruk seperti itu tidak akan pernah
l11al11pu menjadi pemimpin, sek.1lipun berpendidikan dan kaya raya.
Orang seperti ini akan dipandang rendah. Kebiasaan ini boleh jadi
berasal dari pengalaman masa keci!. Misal, dikarenakan ayah atau
teman sekolahnya punya kebiasaan buruk semacam itU. 32
Jika si anak mel11iliki kebiasaan tersebut, l11aka jangan biarkan itu
l11engakar sal11pai dirinya dewasa. Bila tidak, niscaya dia akan membayar
mahal ongkos kebiasaannya itu, setinggi apapun kedudukannya. Bahkan
ongkosnya akan lebih mahallagi bila kedudukannya rendah. 33
)2
J3
Ibnu Hasan Najafi dan Mohammed A. KhaIfan, Ibid,
Ibnu Hasan Najafi dan Mohammed A. KhaIfan, Ibid,
, h. 247
, h. 249
17
Tanggung jawab
pengasuhan,
orang tua terhadap
pemeliharaan
dan
pendidikan
anaknya
anak,
dalam
ajaran
hal
Islam
.l
b
' b'l
menggans
cannya
se agal
en (lit: 34
a. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan akidah
Maksud tanggung jawab ini adalah mengikat anak dengan dasar-dasar
keimanan, keislaman, sejak anak mulai mengerti dan dapat memahami
sesuatu. Dasar-dasar keil11anan dalam pengeltian ini adalah segala
sesuatu yang telah ditetapkan dengan jalan khabar secara benar berupa
hakekat keimanan dan masalah ghaib.
b. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan akhlak
Tanggung jawab ini maksudnya adalah bahwa pendidikan dan
pembinaan mengenai dasar-dasar moral dan keutamaan perangai,
tabiat yang hanls dimiliki anak sejak anak masih kecil, hingga ia
dewasa atau mukallaf Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh
lbnu Abbas, Rasulullah SAW berkata "dekatilah anak-anakmu dan
didiklah
serta
binalah
akhlak-akhlaknya".
Akhlak
adalah
implel11entasi dari iman dalam segala bentuk perilaku. Pendidikan dan
pembinaan akhlak anak dalam keluarga dilaksanakan dengan contoh
dan teladan dari orang tua.
c. Tanggung jawab pemeliharaan kesehatan anak
Maksud
dari
tanggung
jawab
ini
adalah
berkaitan
dengan
pengembangan, pembinaan fisik anak agar anak menjadi anak yang
sehat, cerdas, tangguh dan pemberani. Oleh karena itu, orang tua
berkewajiban untuk memberi makan dengan makanan yang halal dan
baik (halaalan thayyiban), menjaga kesehatan fisik, membiasakan
anak l11akan dan minum dengan makanan dan minuman yang
diperbolehkan dan bergizi.
34
A. 'falsiI', dkk, Cakrawala Pelllikiran Pendidikan Islam, (Bandung : Mimbar Pustaka, 2004),
Cet. 1, h. 114
18
d. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan intelektual
Tanggung jawab ini maksudnya adalah pembentukan dan pembinaan
berfikir anak dengan segala sesuatu yang bermanfaat serta kesadaran
berfikir dan berbudaya. Tanggung jawab intelektual ini berpusat pada
tiga hal, yaitu: kewaj iban mengajar, penyadaran berfikir dan kesehatan
berfikir.
e. Tanggung jawab kepribadian dan sosial anak
Tanggung jawab ini maksudnya adalah kewajiban orang tua untuk
menanamkan kepada anak sejak keeil agar terbiaa menjalankan adab
sosial dan pergaulan sesamanya. Ketika anak yang masih suci fitrahnya memelihara bahwa orang-orang dewasa mempunyai perhatian
yang besar kepadanya, maIm j iw" sosial dan perhatian yang benar
terhadap orang lain itulah yang akan tumbuh lmat di dalam j iwanya.
Untuk mengembangkan kepribadian anak seeara sempurna, ada
beberapa metode yang tertuang dalam poin penting berikut ini: 35
a. Bersikap tidak membedakan
Salah satu eara yang salah, yang sering dilakukan oleh para bapak dan
ibu, yang membuat anaknya menjadi jahat adalah sikap membedakan
antar anak. Sebagian ibu kadang lebih eondong pada anak laki-Ialdnya
daripada anak perempuannya, atau sebaliknya. Sebagian ayah lebih
condong pada anak laki-Iakinya daripada anak perempuannya, atau
sebaliknya. Sikap membedakan yang demikian ini akan meninggalkan
pengaruh negatif pada kej i,yaan anak. Pengaruh negatif ini akan
berkembang
seiring
dengan
berkembangnya
kedewasaan
yang
kemudian akan mengantar mereka pada kehaneuran, bahkan takjarang
pengaruh negatif ini menular pada anak eueu mereka.
Setiap anak pasti memerlukan perhatian orang tua demi memuaskan
egonya, dengan mengekspresikan diri melalui pembiearaannya, tugastugas keeil yang diselesaikan, dan lain-lain; sehingga, penting bagi
35
Husain Mazhahiri, Pintar A1endidikAnak, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 2001), eet. IV, h.
258-263
19
orang tua memuaskan hatinya. Jika berlaku adil, kita pasti akan
mengetahui bahwa ini bukan hanya kebutuhan anak, melainkan juga
kebutuhan siapapun (termasuk orang tua).36
b. Perhatian dan pengarahan yang baik
Salah satu sarana untuk menghindarkan anak dari sifat jahat adalah
dengan pendekatan psikologis, bersikap seperti anak dan mengajak
bicara dengan bahasa yang mudah dipahami olehnya dan dengan
perkataan yang lemah lembut. Dasar teori pendidikan yang demikian
ini, dan nilai pembicaraan yang lemah lembut ini, dapat kita lihat
dalam firm an Allah, "Maka bicaralah kamu berdua kepadanya dengan
kala-kala yang lemah lembuI, mudah-mudahan ia ingal alau lakuI."
(QS. Thaha: 44)
c. Menanamkan takwa dalam jiwa
Seluruh dosa, sumbernya adalah sifat-sifat yang hina. Oleh karenanya
al-Qur'an menerapkan sebuah teor! yang tercantum dalam firman-Nya,
"Kalakanlah, tiap-tiap orang berbual menurul keadaannya masingl11osing." Ayat ini menjelaskan bahwa hati dan jiwa manusia akan
mengeluarkan apa yang ada di dalamnya dalam bentuk sikap dan
perangai. Apabila hatinya keras dan gelap, pasti perangai orang
tersebut penuh dosa.
Sebenarnya, untuk menyelamatkan dir! dar! dosa, jalan keluarnya
adalah menanamkan ketakwaan dalam jiwa. Apabila tangkai-tangkai
pohon kejahatan itu layu dan daun-daunnya rontok berjatuhan, maka
akar-akarnyapun akan tum bang dan mati. Artinya, dalam kehidupan
sosial, wanita dan pria yang secara umum memilki perangai buruk,
dapat meninggalkan semua dosa yang bersumber dar! sifat-sifat hina
ini. Jika seseorang bisa meninggalkan kebiasaan menggunjing orang
lain,
melukainya, atau kebiasaan menyebar isu bohong, maka
kemampuan sikap tersebut akan menjadikan dia terselamatkan dar!
36 Ibnu Hasan Najat1 dan Mohammed A, Khalfan, Pendidikan dan Psikologi Anak, (Jakarta:
Cahaya. 2006), h. 83
20
dosa kedengkian dan mampu memangkas akar-akarnya dari dalam
jiwa.
d. Berlindung kepada Allah
Pokok utama dalam metode ke empat ini adalah ber-tawassul dan ber-
tawajuh kepada Allah, berdoa dan memohon agar diberi hati dan jiwa
yang bersih serta sifat-sifat yang terpuji.
3. Islam dan Pendidikan
Islam merupakan dasar pendidikan yang sarat dengan sistem nilai
dan merupakan pondasi pendidikan yang kokoh. Hal tersebut melahirkan
azaz, strategi, dan sistem pendidikan yang mendukung, menjiwai,
memberi corak dan bentuk proses pendidikan yang berlangsung dalam
berbagai
model
kelembagaan
pendidikan.
Pendidikan
Islam
mengisyaratkan misi Islam dalam tiga dimensi pengembangan kehidupan
manusia, yaitu: 37
a. Dimensi kehidupan duniawi yang mendorong manusia sebagai hamba
Allah SWT, llntllk mengembangkan dirinya dalam ilmu pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai yang mendasari kehidupan, yaitu nilainilai Islam.
b. Dimensi
kehidupan
ukhrawi,
mendorong
manusia
untuk
mengembangkan dirinya dalam pola hubungan yang serasi dan
seimbang dengan Tuhannya. Dimensi inilah yang melahirkan berbagai
usaha agar kegiatan ubudiyah manusia senantiasa berada dalam nilainilai Islam.
c. Dimensi hllbungan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi mendorong
manusia untuk berusaha menjadikan dirinya sebagai hamba Allah yang
utuh dan paripurna dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan dan
menjadi pendukung selia pelaksana nilai-nilai Islam.
J7 A.
Tafsir, dkk, Ibid,
, h. 281
21
4. Pondasi Pendidikan Islam
Pondasi pendidikan Islam identik dengan dasar Islam itn sendiri.
Keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu al-Qur'an dan al-Hadits.
Dari kedua sumber inilah, kemudian muncul pemikiran-pemikiran
mengenai masalah ke-Islaman dalam berbagai aspek, termasuk pendidikan
Islam 38
a. Al-Qur'an
Al-Qur'an seCat'a bahasa berarti bacaan. seCat'a tenninologis al-Qur'an
ade.lah firman Allah SWT, berupa wahyu yang disampaikan oleh
Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Menurut Rasyid Ridha,
al-Qur'an secat'a operasional berarti kalam mulia yang diturunkan oleh
Allah kepada jiwa Nabi yang paling sempurna (Muhammad SAW)
yang ajarannya mencakup ilmu pengetahuan yang tinggi dan ia
merupakan sumber mulia yang esensinya tidak dapat dimengerti
kecuali oleh orang-orang yang suci (berjiwa suci) dan berakal cerdas.39
Al-Qur'an merupakan pondasi atau dasar pendidikan Islam, karena di
dalamnya memuat sejumlah penjelasan yang mempunyai nilai penting
guna mengembangkan pendidikan Islam. Selain itu, ia juga merupakan
kerangka normatif-teoritis pendidikan Islam. Sebagai kerangka dasar
pemikiran Islam, al-Qur'an telah banyak memberikan inspirasi
kependidikan yang perlu dikembangkan baik secara fiIosofis, maupun
konseptual keilmuan. Ia adalah sumber nilai kehidupan manusia dalam
berbagai aspeknya, yang telah memperkenalkan dan mengajarkan
manusia untuk selalu berpikir, sehingga ia harus dijadikan sebagai
pondasi ideal pendidikan Islam. 4o
A. TarsiI', dkk, Ibid
A. TafsiI', dkk, Ibid,
40 A. TarsiI', dkk, Ibid,
)8
J9
, h. 288
h. 288
, h. 289
22
b. Hadits Nabi
Hadits merupakan penafsiran ai-QuI"an dan landasan praktek ajaran
Islam secara faktual. Pribadi Nabi Muhammad SAW merupakan
perwujudan dari al-Qur'an yang ditafsirkan untuk manusia sebagai
aktualisasi ajaran Islam yang dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karenanya, hadits menjadi salah satu sumber ajaran Islam. Hal
tersebut didasarkan kepada beberapa argumentasi baik berupa dalil
naqli maupun aqli. 41
Pendidikan anak (tarbiyah al-aulad) merupakan tanggung jawab
dan perhatian semua pihak, terutama orang tua dan para pendidik. 42 Allah
SWT mengingatkan dalam firman-Nya, "Hendaklah mereka takut kepada
Allah jika meninggalkan generasi yang lemah di belakang mereka, yang
mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh karena itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang
benar"(QS al-Nisa' : 4).
Sebagai sebuah proses, pendidikan akan mencapai hasil yang baik
apabila dilakukan secara pericdik dan berkesinambungan. Pendidikan
sesungguhnya tidak mengenal batas usia. Hal ini sejalan dengan prinsip
Islam bahwa menuntut ilmu itu dimulai sejak lahir (mahd) sampai liang
lahat (iahd).
AI-Qur'an aI-Karim mengajarkan kepada kedua orang tua cara
berbicara dengan anak-anaknya melalui contoh yang terkandung dalam
surah Luqman ayat (13): "Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada
anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya,
'wahai anakku
janganlah kamumenyekutukan Allah, sesunguhnya menyekutukan Allah
adalah benar-benar kela/lman yang besar. "
A. Tafsir, dkk, Ibid, _.. __ ... __ ...... h.289
Abdul Mustaqim, Melyadi Orang TUG Bijak, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2005), Cet. t, h.
20-21
41
42
23
Teks al-Qur'an ini mengarahkan seCaI'a halus kepada kedua orang
tua cara berbicara kepada anak-anaknya. Kita dapat mengambil manfaat
dari ayat ini tiga hal berikut: 43
a.
Ayat ini menggunakan ungkapar, kata "wahai anakku". Artinya,
seorang ayah atau ibu apabila berbicara dengan putera-puterinya
hendaknya
menggunakan
kata
kekasihku,
belahan
jiwaku,
kehidupanku, dan ungkapan-ungkapan lain yang serupa.
b.
"Ketika dia memberi pelajaran pada anaknya". Ungkapan ini
menunjukkan betapa pentingnya kata yang lembut disertai rasa cinta
kasih ketika kedua orang tua berbicara dengan anak-anaknya.
c.
Firman Allah mengatakan, "Sesungguhnya mempersekutukan Allah
benar-benar kelaliman yang besar. " Ini menyarankan kepada kedua
orang tua agar ketika menyuruh dan melarang harus menggunakan
argumentasi yang logis. Ketika seorang ibu melarang putrinya pergi
sendirian
ketempat-tempat
セ・イエ ョ オL
larangan
tersebut
harus
menggunakan alasan yang tepal. Misalnya mengatakan, "Kepergianmu
sendirian itu, dapat membuatmu dituduh yang bukan-bukan oleh
musuh atau orang yang dengki kepadamu, dan kala itu kamu sullt
membersihkan tuduhan tersebut dari dirimu."
Ada beberapa tahap dalam pendidikan anak menurut al-Qur'an dan
al-Sunnah yang harus dilalui, antara lain: 44
a. Tahap pranatal (sebelum bayi lahir)
Tahap ini berlangsung sejak proses pembuahan hingga anak lahir, itu
sekitar sembilan bulan. Meskipun relatif singkat, proses perkembangan
pada tahap ini begitu penting. Sebab, pada saat hamil itulah seorang
ibu mulai berperan dalam mendidik anak.
Kesehatan jasmani ruhani anak juga dipengaruhi oleh sikap dan
kondisi ibu ketika hami!. Ashley Montague, seorang psikolog,
43 Husain Mazhahiri, Pintar lvlendidik Anak, (Jakarta: Lentera Basritama, 2001), eet. IV, h.
216-217
44 Abdul Mustaqim, A1enjadi Orang Tlua Bijak, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2005), eet. I,
h.28-38
25
tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang mantap dan memiliki
komitmen moral yang tinggi.
2)
Penanaman kesadaran bertindak (berakhlak), yaitu kesadar?ln
yang didasarkan pada keyakinan bahwa setiap gerak dan
langkah manusia selalu berada dalam pengawasan Allah.
Dengan keyakinan ini, manusia akan selalu sadar bahwa setiap
tindakan akan bernilai berimplikasi pada sebuah hasil: baik
atau buruk.
3)
Perintah untuk mengerjakan shalat dan amar ma'ruf nahi
mungkar. Shalat harus mulai ditanamkan sejak kecil, sehingga
ketika dewasa, anak telah terbiasa dan disiplin dalam
menjalankan shalat.
4)
Pelatihan kesabaran. Kesabaran pertu ditanamkan sejak dini.
Sebab, hidup ini penuh dengan tantangan, hambatan dan
rintangan. Tanpa kesabaran, seseorang akan mudah putus asa
dan patah semangat dalam meraih cita-citanya.
5)
Larangan bersikap sombong dan angkuh. Kesombongan perlu
dihindari karena akan mengantarkan pada kehinaan dan
kerendahan mat1abat, baik di mata Allah maupun di mata
manusia.
d. Tahap remaja
Pada tahap remaja, orang tua harus lebih waspada dan hali-hali kepada
anak-anaknya. Sebab, inilah saat paling kritis dalam pembentukan
kepribadian anak. Masa ini, oleh para psikolog, disebut dengan masa
pancaroba atau peralihan masa kanak-kanak menjadi dewasa.
Untuk menghadapi anak remaja, orang tua harus bijak, pandai, dan
banyak wawasan. Orang tua perlu memahami apa yang diinginkan
anak remajanya dan meyampaikan harapan yang diinginkan orang tua.
Sikap ini memupuk hubungan interpersonal yang baik antara anak dan
orang
tua,
sekaligus
Iingkungan keluarga.
menyuburkan
proses
pendidikan
dalam
26
B. Konsep Dasar tentang Agama, Keluarga, dan Anal{
1. Agama
Nasrudin Razak (1986 : 61) menyatakan bahwa, ditilik dari
dimensi kebahasaan, kata agama berasal dari bahasa Sansekerta "a tidak
gama kaeau", yang berarti orang yang beragama kehidupannya tidak
kaeau, akan teratur, karena memiliki ugeran. Meskipun demikian, dalam
peristilahan bahasa Arab dan konsep al-Qur'an, kata agama dapat searti
dengan kata ai-din apabila kata itu berdiri sendiri. Untuk sekadar
menyebut eontoh dapat dilihat dalam surat al-Kafirun ayat 6. Akan tetapi
apabila kata al·din itu dirangkaikan, dinisbat-kan denganlafadz Allah atau
dengan lafadz al-haq, berarti mengandung pengertian bahwa ia adalah
agama yang datang dari Allah atau agama yang baik. Dengan demikian, ia
adalah agama Islam.
45
Seeara terminologi, kata agama sama dengan peristilahan yang
digunakan dalam bahaa Inggris: religion atau dalam peristilahan seharihari, religi. Nasrudin Razak menyatakan bahwa dalam religi ini
diterangkan sebagai berikllt: Belief in and Worshif of God of the Super
Natural (kepereayaan dan penyembahan kepada Tuhan atau kepada Yang
Maha Mengetahlli).46
O'dea sebagaimana dikutip Ahmad Tafsir menyeblltkan enam
fllngsi agama bagi kehidllpan manllsia, antara lain: 47
a. Agama mendasarkan perhatiannya pada sesuatu yang ada di luar
jangkauan manusia yang melibatkan takdir dan kesejahteraan,
menyediakan bagi pemelllknya sllatu dukungan, pelipur lara dan
rekonsiliasi.
Nasruddin Razak, Diefllfllslam, (Bandung: Al-Ma'arif, 1986), h. 61
Nasruddin Razak, Ibid,
, h. 62
47 A. Tafsil', dkk,Ibid.
, h. 101-102
45
46
27
b. Agama menawarkan suatu hubungan transendentalmelalui pemujaan
dan upacara ibadah, karena itu agama memberikan dasar emosional
bagi rasa aman baru dan identitas yang lebih kuat di tengah
ketidakpastian dan ketidakmungkinan kondisi manusia dan arus serta
perubahan sejarah.
c. Agama mensucikan nOlma-nonna dan nilai masyarakat yang telah
terbentuk,
mempertahankan dominasi tujuan kelompok di atas
dorongan hati individu.
d. Agama juga melakukan fungsi nubuat atau risalat, yaitu fungsi yang
bisa bertentangan dengan fungsi sebelumnya. Agama dapat memberi
standar nilai dalam arti dimana norma-norma yang telah terbelenggu,
dapat dikaj i kembali secara kritis dan kebetulan masyarakat sedang
membutuhkannya.
e. Agama melakukan fungsi-fungsi identitas yang penting. Agama
mempengaruhi pengerlian individu tentang "siapa ia" dan "apa ia".
f.
Agama bersangkut pula dengan pertumbuhan dan kedewasaan
individu, dan peljalanan hidup melalui tingkat usia yang ditentukan
oleh masyarakat.
Tujuan agama adalah menjadikan seliap manusia di muka bumi ini
mereguk ketenteraman dan hanya tunduk kepada Allah SWT seCaI"a total.
Dengan demikian manusia akan memperoleh kemudahan dan kenyamanan
dalam segala hal di dunia, serta mendapat karunia kemurahan Allah di
akhirat kelak. 48
2. Keluarga
Fowler (1995 : 428) sebagaimana dikutip Ibnu Hasan Najafi, dkk,
menyatakan bahwa, ditinjau dari aspek kebahasaan, di dalam bahasa
lnggris kata "keluarga" adalah "family" yang berasal dari kata "familier'
yang berarti dikenal dengan baik atau dikenal. Selanjutnya kata family
48 Ibnu Hasan Najafi dan Mohammed A. Khalfan, Pendidikan dan Psikologi anak, (Jakarta:
Cahaya, 2006), h. 27
29
d. Keluarga Gabungan (Joint Family) yaitu, keluarga yang terdiri dari
orang-orang yang berhak atas hasil milik keluarga. Mereka itu antara .
lain saudara laki-laki pada setiap generasi.
3. Anak
Anak sebagaimana dirumuskan dalam al-Qur'an surat al-Nisa ayat
"tercipta melalui ciptaan Allah dengan perkawinan seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan dengan kelahirannya". Dalam ayat lain
dikatakan bahwa "anak adalah perhiasan duniawt' (QS. al-Kahfi : 46)
dan "anak sebagai cobaan" (QS. al-Anfal : 28).52
Pendidikan seca\'a amaliah (praktek nyata) memiliki dampak
sangat dalam dan berpengaruh besar daripada pendidikan secara teoritis.
Artinya, keclua orang tua harus memberikan contoh dengan sikap,
perbuatan clan panutan yang baik bagi anak-anak mereka. Jika seorang
ayah mellliliki nilai kemanusiaan, Illaka sikap demikian, akan pindah
kepada anaknya.
senantiasa
Seandainya seorang ibu selalu bertakwa dengan
menjaga
kehormatannya
dan
berhijab
dalam
setiap
perbuatannya, maka sikap tersebut akan c1iwarisi oleh anak perempuannya.
Pendidikan amaliah pacla c1asarnya sejalan dengan atm'an meniru.
Orang, khususnya di masa muda, memiliki kecenderungan untuk
Illengikuti clan mengidolakan perilaku orang lain. Fenomena mengidolakan
ini pada sikap anak jauh lebih banyak, sebab mereka cenderung mengikuti
sikap orang lain secara ikut-ikutan tanpa alasan.
Lawan dari meniru, adalah menerima berdasarkan dalil dan bukti.
Fenomena inilah yang dipuji oleh al-Qur'an dan c1ikehendaki sebagai
syarat utama bagi manusia Muslim. Allah berfirman, "Sampaikanlah
berita itu kepada hamba-hambaKu yang mendengarkan perkataan lalu
mengikuti yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang
52
A. Tafsil', dkk, Ibid,
, h. 108
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI AL-ITTIHADIYAB, JI. Kalibaru
Barat VI RT. 012 RW. 015 No. 48, Cilincing, Jakarta Utara pada tanggal 5
sampai dengan 7 Juni 2007.
B. Metode Pengumpulan Data
1.
Data Penelitian
a. Data Primer
Data primer atau data tangan pertama, adalah data yang diperoleh
langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran
atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber
informasi yang dicari. 54
Data Primer pada penelitian ini adalah jawaban kuesioner siswasiswi kelas IV dan V Ml Al-lttihadiyah.
b. Data Sekunder
Data sekunder atau data tangan kedua, adalah data yang diperoleh
lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dan subyek
penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi
atau data yang telah tersedia. 55
Data Sekunder pada penelitian ini meliputi profit sekolah, data
jumlah guru dan murid, data sarana dan prasarana belajar siswa.
54
55
Moh. Nazir, Aletode Pene/Wan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 91
Moh. Nazir, Metode Peneli/ian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 91
33
2. Cara Pengumpulan Data56
a. Kuesioner
Adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada siswasiswi kelas IV dan V MI Al-lttihadiyah.
b. Observasi
Dengan mengamati langsung tempat siswa-siswi belajar, ikut aktif di
dalam kelas dengan cara mengajar. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan siswa dan melihat langsung pribadinya.
c. Interview/Wawancara
Interview dilakukan terhadap orang tua murid, guru sekolah terutama
wali kelas dan kepaIa sekoIah.
d. Dokumentasi
Dokumentasi berupa buku profil sekolah, surat-surat keterangan,
peratll ran-peraturan.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi MI AI-Ittihadiyah
Cilincing Jakarta Utara beljumlah 120 orang siswa-siswi.
b. Sampel
Sam pel pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV dan V MI AIIttihadiyah Cilincing Jakarta Utara berjumlah 40 orang siswa-siswi.
4. Pemberian Bobot Nilai Kuesioner
Pemberian bobot nilai ini digunakan untuk mengolah hasil jawaban
responden
untuk
dihitung
secara
statistik
dengan
metode
SPSS
11.0.Setelah data hasil angket terkumpul, selanjutnya diberikan nilai bobot
pada setiap altenatif jawaban yang disediakan dengan menggunakan skala
Likert, yaitu skala alternatif jawaban yang berjumlah 3, 4 atau 5 kategori,
S6 Suharsimi Arikunto l Prosedur Penelitian "Suatu Pendekatan Praktek", (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), Cet. 12, h. 128-136
35
-. Ketllilisan dan
Keadilan
a. anjuran beramal
b. anj lIran meminta maaf
c. berbicara dengan bahasa yang baik
16
I
I
I
17
18
18
Jm!. total soal
2.
Kisi-kisi Instrllmen Penelitian Kepribadian Anak
Tabel3.3
Kisi-Kisi Instrument Ke ribadian Anak
· Penghargaan
dan
Penerimaan
· Cinta dan kasih
sayang
1
a. berbicara so an
b. membaca do'a
c. menghormati g lebih tua
a. memaafkan
2
3
4
b. membantu orang yg susah
c. bel'S ukur men uca Alhamdulillah
d. ikhlas melakllkan pekerjaan
a. menya an i adik
b. melerai teman berkelahi
c. beramal baik k d sesama manusia
5
6
7
8
9
10
· Pengetah uan dan イN]。G」Zエ[Mゥ、cォLiQ・Nョ]」ッZセエ[ォ⦅M エセiZ」⦅[M
Kemampuan
b.shalat lima wkt membaca al- ur'an tiap mlam
c. men ulan Jelajaran sekolah
d. senantiasa menyiapkan buku pelajaran
a. membantu ekerjaan oran tua
-. Ketulusan dan
Keadilan
b. melakanakan hukuman dengan baik
c. berteman tanpa memandang status
Jm!. total soal
12
13
14
15
16
17
D. Variabel dan Paradigma Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh
·
Iannya. 57
I(esllnpu
57
peneliti
untuk
dipeJajari
dan
kemudian
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 61
ditarik
I
I
1
1
1
1
1
1
1
I
I
1
1
I
I
I
17
36
a. Variabel Independen (X)
Variabel Independen (X) atau variabel bebas pada penelitian ini
adalah pendidikan agama Islam dalam keluarga.
b. Variabel Dependen (Y)
Variabel Dependen (Y) atau variabel terikat pada penelitian ini
adalah kepribaclian anak
2. Paradigma Penelitian
Paracligma
penelitian
adalah
merupakan
pola
pikir
yang
menunjukkan hubungan antm'a variabel yang akan diteliti. Berdasarkan hal
tersebut, maIm penelitian yang merumuskan paracligma adalah penelitian
yang bersifat asosiati/S8
Jacli paradigma dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang
menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus
mencerminkan jcnis clan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab
mclalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis,
jenis dan jumlah hipotesis, clan tekhnik analisis yang akan c1igunakan. 59
Aclapun bentuk paradigma dalam penelitian ini adalah paradigma
scderhana, yaitu paradigma yang menunjukkan hubungan antara satu
variabel independen (X : Pendidikan Islam Dalam Keluarga) dengan satu
vriabel c1ependen
(Y: Kepribadian Anak), c1apat digambarkan sebagai
berikut:
Penclidikan Islam
Dalam Keluarga
(Variabel X)
Pengaruh dan
Hubungan
Kepribadian Anak
(Variabel Y)
Gambar 3.1
Paracligma Penelitian
" Sugiyono, Statistika Un/uk Penetilian,(Bandung: alfabela, 2005), Cet. VII!, h. 5
" Sugiyono, Metode Penetilian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 66
38
b. Uji Reliabilitas
Untuk mengukur reliabilitas instrumen digunakan tekhnik Testretest. Dimana j ika rhl'uog > r"beb maka instrumen dapat dinyatakan
reliabel.
Reliabilitas menyangkut ketepatan alat ukur. Suatu alat ukur
disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika alat
ukur itu mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil,
dapat
diandalkan
(dependability)
dan
dapat
diramalkan
(predictability). Suatu alat ukur yang mantap tidak berubah-ubah
pengukurannya dan dapat diandalkan karena penggunaan alat ukur
tcrscbllt bcrkali-kali akan mCll1bcrikan hasil yang serllpa. 62
2.
Analisis Data
Pada penelitian ini, bentuk rUlllusan hipotesisnya adalah hipotesis
hllbllngan (asosiatif), sehingga tekhnik korelasi yang digllnakan adalah
Korelasi Product Moment. Tekhnik ini digunakan untuk mencari
hubllngan dan ll1ell1buktikan hipotesis hllbungan dua variabel bila data
kedua variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua
variabel atau lebih adalah sama. 63
Berikut ini dikemukakan rumus yang paling sederhana yang tepat
digunakan untuk menghitung koefisien korelasi, yaitu: 64
Lxy
_ y2)
r,y = セHlクR
(Rumus 3)
dimana:
rxy
= Korelasi antara variabel x dan y
x
=
y =
62
63
64
(x, -:I:)
(y, - y)
Moh. Nazir, iVetode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 133
Sugiyono, Sialistika Unluk Penelilian, (Bandung: alfabeta, 2005), Cet. VIII, h. 212
Sugiyono, Sialistika UnlukPenelilian, (Bandung: alfabeta, 2005), Cet. VIII, h. 213
39
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y
x
Skor liap item dari responden uj i coba kelompok X
y
=
Skor tiap item dari responden
N
=
.J umlah Responden
lU i coba kelompok Y
Pengujian signifikansi koefisien korelasi dapat dihitung dengan uji 1. 65
I
= セ イ.jj::;i
(Rumus 5)
Dimana:
r
Harga koefisien korelasi
n
.Jumlah sampel
Adapun pasangan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho : Tidak ada hubungan positif yang nyata antara pendidikan agama Islam
dalam keluarga dengan pembentukan kepribadian anak.
Ha
:
Terdapat hubungan positif yang nyata antara pendidikan agama Islam
dalam keluarga dengan pembentukan k