PERANAN KELUARGA DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RW. 05 KELURAHAN SUNGAI BAMBU JAKARTA UTARA

PERANAN KELUARGA DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RW. 05 KELURAHAN SUNGAI BAMBU JAKARTA UTARA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh: Muhammad Nuh Suhendra JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/ 1429 H

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI PERANAN KELUARGA DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RW. 05 KELURAHAN SUNGAI BAMBU JAKARTA UTARA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

M. Nuh Suhendra

NIM: 103011026688

Dibawah Bimbingan

Dra. Hj. Elo Al-Bugis, M.A

NIP: 150268587

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2008M.

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama

: Muhammad Nuh Suhendra

Tempat/Tgl Lahir

: Jakarta, 03 Juli 1984

: Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Peranan Keluarga dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Rw. 05 Kelurahan Sungai Bambu Jakarta Utara Pembimbing

: Dra. Hj. Elo Al-Bugis, M.A

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini adalah hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 (Stara 1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi saya bukan hasil karya saya pribadi atau merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.

Jakarta, 26 Juni 2008 Penulis

M. Nuh Suhendra

Manusia terbagi dalam empat golongan:

Orang yang mengerti dan mengerti bahwa ia mengerti,

itulah orang pandai, maka ikutilah dia.

Orang yang mengerti tapi tidak mengerti bahwa ia mengerti,

itulah orang yang lalai, maka peringatilah ia.

Orang yang tidak mengerti dan ia mengerti bahwa ia tidak mengerti,

itulah orang yang sadar diri, maka ajarkanlah ia.

Orang yang tidak mengerti dan tidak mengerti bahwa ia tidak mengerti,

itulah orang yang bodoh, maka tinggalkanlah ia.

Mahfŭzhãt

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul: “Peranan Keluarga dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Rw. 05 Kelurahan Sungai Bambu Jakarta Utara” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada, 22 Juli 2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.

Jakarta, 8 September 2008

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

Dr. H. A. Fattah Wibisono, MA ............. ....................... NIP. 150236009

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag

............. ....................... NIP. 150299477

Penguji I Drs. Choliluddin AS, MA

............. ....................... NIP. 150013058

Penguji II Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag

............. ....................... NIP. 150299477

Mengetahui: Dekan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 150231256

ABSTRAK

M. Nuh Suhendra 103011026688 Peranan Keluarga dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Rw. 05 Kelurahan Sungai Bambu Jakarta Utara.

Peranan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan jiwa anak, apabila orang tua salah mendidik maka anak pun akan mudah terbawa arus kepada hal-hal yang tidak baik, maka dengan adanya peranan masing-masing hendaknya orang tua saling melengkapi sehingga dapat membentuk keluarga yang utuh dan harmonis dan dapat menjalankan perintah agama dengan sebaik-baiknya.

Pendidikan agama Islam membentuk aspek jasmani dan rohani seseorang berdasarkan kepada nilai-nilai agama Islam yang terdapat dalam kitab suci Al- Qur’an dan sunnah Rasululah. Kedua aspek tersebut diharapkan tumbuh seimbang, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan antara kebutuhan rohaniah dengan kebutuhan jasmaniah, dengan hidup yang seimbang inilah seseorang akan terhindar dari sikap mementingkan diri sendiri.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peranan keluarga dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di wilayah Rw. 05 Kelurahan Sungai Bambu Jakarta Utara. Penelitian ini memakai metode deskriptif analisis dan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara. Dari penelitian yang telah dilakukan kepada sejumlah orang tua yang menjadi sampel, penulis melakukan analisa data yang merupakan bagian penting dalam metode ilmiah untuk menjawab masalah penelitian ini.

Dalam menganalisa data, penulis memberikan kesimpulan bahwa sangat besar Peranan Keluarga dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, ini terbukti dari para orang tua yang menjawab selalu dan sering (70%-80%) memberikan perhatian dan mengajarkan pendidikan agama Islam pada anaknya.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. Tuhan semesta alam, berkat rahmat, taufik dan inayah-Nyalah, skripsi ini dapat di selesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah kepada Rasulullah saw., beserta keluarganya, sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam di seluruh alam.

Karya tulis yang sederhana ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan penulis miliki, demi terselesainya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca umumnya.

Sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua penulis, dengan curahan cinta dan kasih sayangnya telah mengantarkan penulis sehingga menjadi sarjana, semoga semua jasa yang diberikan menjadi amal saleh serta diterima Allah swt., dan semoga Allah selalu memberikan hidayah, taufiq serta inayah-Nya kepada mereka.

Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, penulis banyak mendapatkan bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para pembantu dekan.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta staf-stafnya.

3. Ibu Dra. Hj. Elo Al-Bugis, MA. selaku dosen pembimbing skripsi, terima kasih segala waktu, tenaga dan ilmu serta kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan penulis, dalam menyusun skripsi.

4. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama penulis mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan dapat menjadi penerang serta petunjuk bagi penulis dalam mengarungi dunia ini.

5. Kepala Perpustakaan Utama UIN Jakarta, Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’ beserta staf-stafnya yang telah

membantu penulis dalam mencari reverensi.

6. Kawan-kawan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2003 khususnya kelas B (Syamsudin, Mpie, Rokib, Setiawan, Murtaqi, Nuri, Nurhikmah, Hamdah), yang selalu menghiasi hari-hariku selama masih aktif kuliah.

7. Semua pihak yang tiada dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kepada semuanya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga Allah swt. membalas kebaikan yang mereka berikan. Apabila penulis memiliki kesalahan; kekurangan; serta kekhilafan mohon dimaafkan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari sistematika, bahasa, maupun dari segi materi. Atas dasar ini, komentar, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin...

Jakarta, 8 September 2008

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang utama dan pertama bagi seorang anak, sebelum ia berkenalan dengan dunia sekitarnya, ia akan berkenalan telebih dahulu dengan situasi keluarga. Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan anak untuk masa yang akan datang. Keluargalah yang akan memberikan warna kehidupan seorang anak, baik perilaku, budi pekerti maupun adat kebiasaan sehari-hari. Keluarga jualah tempat dimana seorang anak mendapat tempaan pertama kali yang kemudian menentukan baik buruk kehidupan setelahnya di masyarakat hingga tak salah lagi kalau keluarga adalah elemen penting dalam menentukan

baik-buruknya masyarakat. 1

Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peranan orang tua dalam keluarga amat penting, terutama ibu. Dialah yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan

suaminya. 2 Dalam hal ini peranan seorang ibu sangat besar dalam menentukan

1 Athiyah Al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Cet. 7, h. 133

2 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung: CV Ruhama, 1995), Cet. 2, h. 47 2 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung: CV Ruhama, 1995), Cet. 2, h. 47

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Dalam hal ini faktor penting yang memegang peranan dalam menentukan kehidupan anak selain pendidikan, yang selanjutnya digabungkan menjadi pendidikan agama.

Pada setiap anak terdapat suatu dorongan dan suatu daya untuk meniru. Dengan dorongan ini anak dapat mengerjakan sesuatu yang dikerjakan oleh orang tuanya. Oleh karena itu orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Apa saja yang didengarnya dan dilihat selalu ditirunya tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Dalam hal ini sangat diharapkan kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua. Karena masa meniru ini secara tidak langsung turut membentuk watak anak di kemudian hari. Sebagaimana Rasulullah SAW., bersabda:

Artinya: “Dari Abu Hurairah, r.a., berkata: Bersabda Rasulullah SAW.: “Tidaklah seseorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanyalah yang meyahudikannya atau menasronikannya atau

memajusikannya”. 3 (HR. Bukhari)

Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orangtuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerima. Karena manusia adalah milik Allah SWT, mereka harus mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah SWT. Mengingat strategisnya jalur pendidikan keluarga, dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN, ps. 10. 5) juga disebutkan arah yang seharusnya ditempuh yakni: pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang

3 Bukhari, Shahih Bukhari jilid II (Penterjemah H. Zainuddin Hamidy dkk.), (Jakarta: Fa. Wijaya, 1992), Cet. IX, h. 89 3 Bukhari, Shahih Bukhari jilid II (Penterjemah H. Zainuddin Hamidy dkk.), (Jakarta: Fa. Wijaya, 1992), Cet. IX, h. 89

budaya, nilai moral dan keterampilan. 4

Pendidikan agama yang di berikan sejak dini menuntut peran serta keluarga, karena telah diketahui sebelumnya bahwa keluarga merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama yang dapat memberikan pengaruh kepada anak. Pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam keluarga di pengaruhi oleh adanya dorongan dari anak itu sendiri dan juga adanya dorongan keluarga.

Setiap orang mengharapkan rumah tangga yang aman, tentram dan sejahtera. Dalam kehidupan keluarga, setiap keluarga mendambakan anak- anaknya menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Anak merupakan amanat Allah SWT kepada orang tuanya untuk diasuh, dipelihara, dan dididik dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian orang tua dalam pandangan agama Islam mempunyai peran serta tugas utama dan pertama dalam kelangsungan pendidikan anak-anaknya, baik itu sebagai guru, pedagang, atau dia seorang petani. Tugas orang tua untuk mendidik keluarga khusus anak-anaknya, secara umum Allah SWT tegaskan dalam al-Qur’an surat At Tahrim (66) ayat 6:

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman periharalah dirimu, dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

mengerjakan apa yang diperintahkan. 5

Dengan demikian pendidikan dalam lingkungan keluarga sangat memberikan pengaruh dalam pembentukan keagamaan, watak serta kepribadiaan anak.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis akan membahas tentang hal yang berkaitan dengan “Peranan Keluarga dalam Pelaksanaan

4 HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), Cet. 1, h. 103

5 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1989), h. 951

Pendidikan Agama Islam di Rw. 05 Kelurahan Sungai Bambu Jakarta Utara”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk mempermudah dan menghindari salah pengertian serta mempertegas ruang lingkup pembahasan, maka penulis memandang perlu menyampaikan batasan-batasan terhadap beberapa istilah yang terdapat dalam judul di atas. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan antara lain :

1. Peranan keluarga terhadap pelaksanaan pendidikan agama pada anak. Kata peranan menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern adalah sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan terutama dalam terjadinya sesuatu atau peristiwa. Sedangkan yang dimaksud keluarga adalah sesuatu lingkungan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Dalam hal ini yang berperan di dalam keluarga adalah orang tua.

2. Pendidikan agama yang dimaksud disini adalah pendidikan aqidah, ibadah dan pendidikan akhlak.

3. Anak yang dimaksud disini adalah anak yang masih usia sekolah. Berdasarkan pada masalah tersebut, maka penulis membatasi hanya pada

wilayah Rw. 05 Kelurahan Sungai Bambu Jakarta Utara, dengan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah peranan keluarga terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada anak ?

2. Usaha-usaha apa sajakah yang telah dilakukan keluarga terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada anak ?

3. Bagaimanakah tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada anak ?

4. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi keluarga dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di wilayah Rw. 05 Kelurahan Sungai Bambu Jakarta Utara.

2. Untuk Mengetahui seberapa besar peranan keluarga dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di wilayah Rw. 05 Kelurahan Sungai Bambu Jakarta Utara.

3. Untuk mengetahui usaha-usaha apa yang dilakukan oleh keluarga terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada anak.

4. Untuk mengetahui apakah Pendidikan Agama Islam itu sangat penting dalam keluarga.

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Peranan dan Kedudukan Keluarga dalam Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Keluarga

Ada beberapa pandangan, keluarga adalah lembaga sosial resmi yang terbentuk setelah adanya perkawinan. Menurut pasal 1 Undang-undang perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, menjelaskan bahwa “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Anggota keluarga terdiri dari suami, istri atau orang tua (ayah dan ibu) serta anak. Ikatan dalam keluarga tersebut didasarkan kepada cinta kasih sayang antara suami istri yang melahirkan anak-anak. Oleh karena itu hubungan pendidikan dalam keluarga adalah didasarkan atas adanya hubungan kodrati antara orang tua dan anak. Pendidikan dalam keluarga dilaksanakan atas dasar cinta kasih sayang yang kodrati, rasa kasih sayang yang murni, yaitu rasa cinta kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Rasa kasih sayang inilah yang menjadi sumber kekuatan menjadi pendorong orang tua untuk tidak jemu-jemunya

membimbing dan memberikan pertolongan yang dibutuhkan anak-anaknya. 1 Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting didalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk

1 HM. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. 1, h. 21-22 1 HM. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. 1, h. 21-22

Menurut Badan Penasehat Perkawinan Perselesihan dan Perceraian DKI Jakarta, keluarga adalah masyarakat yang terkecil sekurang-kurangnya terdiri dari pasangan suami atau istri sebagai intinya berikut anak-anak yang lahir dari mereka. Unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari dua orang lebih tinggal

bersama karena ikatan perkawinan atau darah, terdiri dari ayah, ibu, dan anak. 2 Menurut pandangan sosiologi, keluarga dalam arti luas meliputi semua

pihak yang mempunyai hubungan darah dan atau keturunan, sedangkan dalam arti sempit keluarga meliputi orang tua dengan anak-anaknya. 3

Menurut Ramayulis keluarga adalah unit pertama dan institusi pertama di dalam masyarakat dimana hubungan-hubungan yang terdapat di dalamnya sebagian besar sifatnya hubungan langsung. Disitulah perkembangan individu dan disitulah terbentuknya tahap-tahap awal perkembangan dan mulai interaksi dengannya, ia memperoleh pengetahuan, keterampilan, minat dan sikap dalam

hidup. 4 Menurut Ibrahim Amini, keluarga adalah orang-orang yang secara terus

menerus atau sering tinggal bersama si anak, seperti ayah, ibu, kakek, nenek, saudara laki-laki dan saudara perempuan dan bahkan pembantu rumah tangga, diantara mereka disebabkan mempunyai tanggung jawab menjaga dan memelihara si anak dan yang menyebabkan si anak terlahir ke dunia, mempunyai peranan yang sangat penting dan kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan si anak. Menjadi ayah dan ibu tidak hanya cukup dengan melahirkan anak, kedua orang tua dikatakan memiliki kelayakan menjadi ayah dan ibu manakala mereka bersungguh-sungguh dalam mendidik anak mereka. Islam menganggap pendidikan sebagai salah satu hak anak, yang jika kedua orang tua melalaikannya berarti mereka telah menzalimi anaknya dan kelak pada hari kiamat mereka dimintai pertanggung jawabannya. Rasulullah saw bersabda, “Semua kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya atas orang yang dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pemimpin dan penanggung jawab rakyatnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin dan penanggung jawab

2 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), Cet. II, h. 104 3 Jalaluddin Rakhmat, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. 2, h. 20 4 Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 1987), Cet.

1, h. 10-11 1, h. 10-11

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan keluarga adalah kesatuan unsur terkecil yang terdiri dari bapak, ibu dan beberapa anak. Masing-masing unsur tersebut mempunyai peranan penting dalam membina dan menegakkan keluarga, sehingga bila salah satu unsur tersebut hilang maka keluarga tersebut akan guncang atau kurang seimbang.

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupannya (usia pra- sekolah), sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan pada diri anak akan

sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sesudahnya. 6 Dari sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat.

2. Fungsi Keluarga

Dalam kehidupan manusia, keperluan dan hak kewajiban, perasaan dan keinginan adalah hak yang komplek. Pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari keluarga sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan diri seseorang, dan akan binasalah pergaulan seseorang bila orang tua tidak menjalankan tugasnya sebagai pendidik.

Secara sosiologis keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk menciptakan suatu masyarakat yang aman, tenteram, bahagia dan sejahtera, yang semua itu harus dijalankan oleh keluarga sebagai lembaga sosial terkecil. Dalam buku Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, dijelaskan bahwa “ Berdasarkan pendekatan budaya, keluarga sekurangnya mempunyai tujuh fungsi,

5 Ibrahim Amini, Agar tidak Salah Mendidik Anak, (Jakarta: Al Huda, 2006), Cet. 1, h.

107-108 6 Yusuf Muhammad Al Hasan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Darul Haq,

1998), Cet. 1, h. 10 1998), Cet. 1, h. 10

a. Fungsi biologik; yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak; secara biologis anak berasal dari orang tuanya. Mula-mula dari dua manusia, seorang pria dan wanita yang hidup bersama dalam ikatan nikah, kemudian berkembang dengan lahirnya anak-anaknya sebagai generasi penerus atau dengan kata lain kelanjutan dari identitas keluarga.

b. Fungsi afeksi; yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman).

c. Fungsi sosialisasi; yaitu fungsi keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.

d. Fungsi pendidikan; yaitu keluarga sejak dahulu merupakan institusi pendidikan. Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dan ekonomi di masyarakat. Sekarangpun keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak. Selain itu keluarga/orang tua menurut hasil penelitian psikologi berfungsi sebagai faktor pemberi pengaruh utama bagi motivasi belajar anak yang pengaruhnya begitu mendalam pada setiap langkah perkembangan anak yang dapat bertahan hingga ke perguruan tinggi.

e. Fungsi rekreasi; yaitu keluarga merupakan tempat/medan rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan dan kegembiraan.

f. Fungsi keagamaan; yaitu keuarga merupakan pusat pendidikan, upacara dan ibadah agama bagi para anggotanya, disamping peran yang dilakukan

7 Jalaluddin Rahmat, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. 2, h. 20-21 7 Jalaluddin Rahmat, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. 2, h. 20-21

“Setiap anak dilahirkan secara fitrah, orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi”.

g. Fungsi perlindungan; yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat dan melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya. Fungsi ini oleh keluarga sekarang tidak dilakukan sendiri tetapi banyak dilakukan oleh badan- badan sosial seperti tempat perawatan bagi anak-anak cacat tubuh mental,

anak yatim piatu, anak-anak nakal dan perusahaan asuransi. 8 Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat terlindung dari

gangguan-gangguan seperti gangguan udara dengan berusaha menyediakan rumah, gangguan penyakit dengan berusaha menyediakan obat-obatan dan gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan senjata, pagar/tembok dan lain-lain. Menurut Abu Ahmadi, ia menambahkan satu fungsi keluarga selain

ketujuh fungsi diatas yaitu fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi adalah keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok, diantaranya kebutuhan makan dan minum, kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya dan kebutuhan tempat tinggal. Berhubung dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok ini maka orang tua diwajibkan untuk berusaha keras agar supaya setiap anggota keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian serta tempat

tinggal. 9 Dari berbagai fungsi keluarga yang telah diuraikan di atas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa setiap orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar di

8 HM. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu..., h. 23-24 9 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Bina Aksara, 1998), Cet. I, h. 89-90 8 HM. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu..., h. 23-24 9 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Bina Aksara, 1998), Cet. I, h. 89-90

1. Memelihara dan membesarkan anaknya.

2. Melindungi dan menjamin keselamatan, baik jasmani maupun rohani, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafat hidup dan agama yang dianutnya.

3. Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.

4. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.

3. Lingkungan Keluarga

Sebelum kita membahas masalah lingkungan keluarga, terlebih dahulu penulis akan menyebutkan beberapa bagian lingkungan. Diantaranya, Menurut Sartain lingkungan itu dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut:

a. Lingkungan alam/luar, ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, seperti: rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, suhu, geografis, waktu pagi siang dan malam, hewan dan sebagainya.

b. Lingkungan dalam, ialah segala sesuatu yang termasuk lingkungan luar/alam. Contoh: makanan yang sudah di dalam perut kita, kita katakan berada antara external dan internal environment kita. Karena makanan yang sudah dalam perut itu sudah/sedang dalam pencernaan dan peresapan ke dalam pembuluh- pembuluh darah. Makanan dan air yang telah berada di dalam pembuluh- pembuluh darah atau di dalam cairan limpa, mereka mempengaruhi tiap-tiap sel di dalam tubuh, dan benar-benar termasuk ke dalam internal environment/lingkungan dalam.

c. Lingkungan sosial/masyarakat, ialah semua orang/manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang kita terima secara langsung dan yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung, seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga kita, teman- c. Lingkungan sosial/masyarakat, ialah semua orang/manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang kita terima secara langsung dan yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung, seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga kita, teman-

lain. 10 Manusia lahir ke dunia, dalam suatu lingkungan dengan pembawaan tertentu. Pembawaan yang potensial itu tidak spesifik melainkan bersifat umum dan dapat berkembang menjadi bermacam-macam kenyataan akibat interaksi dengan lingkungan. Pembawaan menentukan batas-batas kemungkinan yang dapat dicapai oleh seseorang, akan tetapi lingkungan menentukan menjadi seseorang individu dalam kenyataan. Tentang fungsi pembawaan dan lingkungan, Henry E. Garret mengatakan sebagai berikut: jelaslah pembawaan dan lingkungan bukanlah hal yang bertentangan melainkan saling membutuhkan. Lingkungan yang buruk dapat merintangi pembawaan yang baik, tetapi lingkungan yang baik

tidak dapat menjadi pengganti suatu pembawaan yang baik. 11 Lingkungan keluarga terdiri dari dua kata yaitu: kata “Lingkungan” dan

kata “Keluarga”. Menurut Prof. Dr. Zakiyah Daradjat yang dimaksud dengan lingkungan adalah: “Ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan insan yang dapat berwujud benda-benda seperti air, udara, bumi, langit, matahari, dan sebagainya, dan berbentuk bukan benda, seperti insan pribadi, kelompok, institusi,

sistem, undang-undang, adat-istiadat, iklim dan sebagainya”. 12 Sedangkan dalam buku Psikologi Pendidikan dijelaskan bahwa lingkungan

adalah “segala sesuatu yang ada di dalam dan di luar dari individu yang bersifat mempengaruhi sikap tingkah laku dan perkembangannya”. 13

Menurut Ibrahim Amini, keluarga adalah orang-orang yang secara terus menerus atau sering tinggal bersama si anak, seperti ayah, ibu, kakek, nenek, saudara laki-laki dan saudara perempuan dan bahkan pembantu rumah tangga,

10 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1985), Cet. II, h. 26-27

11 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h.128

12 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1991), Cet. 2, h. 56

13 HM. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 42 13 HM. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 42

yang sangat penting dan kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan si anak. 14 Orang tua adalah figur dan cermin bagi anak-anaknya, apa yang diperbuat

dan dicontohkan orang tua kepada anaknya itulah yang akan ditiru dan diikuti. Pepatah mengatakan “buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”. Untuk itulah apabila kita menginginkan anak-anak kita beraqidah/berkeyakinan kuat dalam sanubarinya, bahwa tidak ada Tuhan seain Allah dan Nabi Muhammad S A W adalah utusan Allah serta yakin dengan seluruh jiwa terhadap rukun iman yang diaktualisasikan dalam sikap dan perilaku hidup sehari-hari, yang tercermin dalam akhlaqul karimah, maka orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga haruslah dalam setiap sikap dan tindakannya; lebih-lebih yang berhubungan langsung dengan remaja harus disadarkan/dilandasi dengan ajaran-ajaran Islam apabila hal tersebut tidak dapat dipenuhi/dilaksanakan oleh orang tua, maka harapan untuk mempunyai generasi yang beraqidah adalah hal yang sangat sulit

untuk diwujudkan. 15 Dari beberapa penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

keluarga adalah lingkungan pertama dalam pendidikan karena dalam keluarga inilan anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Dan keluarga disebut sebagai lingkungan pendidikan yang utama karena sebagian besar hidup anak berada dalam keluarga, maka pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Dalam hal ini faktor penting yang memegang peranan dalam menentukan kehidupan anak selain pendidikan, yang selanjutnya digabungkan menjadi pendidikan agama. Karena sangat pentingnya pendidikan agama, maka para orang tua harus berusaha memberikan pendidikan agama kepada anak-anak mereka.

14 Ibrahim Amini, Agar tidak Salah..., h. 107 15 Sofyan Syafri Harahap dan Anshori Siregar, Pedoman Pendidikan Aqidah Remaja,

(Jakarta: PT. Pustaka Quantum, 2002), Cet. 1, h. 180

B. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Menurut Zakiyah Darajat Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Sedangkan menurut A. Tafsir pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan

ajaran Islam. 16 Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-qur’an dan al-hadits, melalui kegiatan bimbingan

pengajaran latihan serta penggunaan pengalaman. 17 Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 18 Dari beberapa pengertian pendidikan agama Islam diatas. Penulis

menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk menyiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran

16 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 1, h. 130

17 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. IV, h. 21.

18 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. III, h. 78 18 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. III, h. 78

2. Kedudukan Pendidikan Agama Islam

Bila seseorang percaya bahwa agama itu adalah sesuatu yang benar, maka timbullah perasaan suka terhadap agama. Perasaan seperti ini merupakan komponen afektif dari sikap kegamaan. Selanjutnya dari adanya kepercayaan dan perasaan senang seseorang itu akan mendorong untuk berperilaku keagamaan atau yang dikenal dengan pengamalan ajaran agama. Dengan demikian konsisten antara kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif, perasaan terhadap agama sebagai komponen afektif dengan perilaku terhadap agama sebagai komponen kognitif menjadi landasan pembentukan sikap keagamaan. Baik buruknya keagamaan seseorang tergantung kepada tingkat kepercayaan terhadap agama.

Sikap keagamaan mencakup semua aspek yang berhubungan dengan keagamaan sepanjang yang bisa dirasakan dan dijangkau oleh anak di lingkungan keluarga dan sekolah, seperti sikap yang berhubungan dengan aspek keimanan, ibadah, akhlak dan muamalah.

Sikap keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Ada tiga komponen sikap keagamaan:

1. Komponen Kognisi, adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala fikiran seperti ide, kepercayaan dan konsep.

2. Komponen Afeksi, adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala perasaan (emosional: seperti senang, tidak senang, setuju)

3. Komponen Konasi, adalah merupakan kecenderungan untuk berbuat, seperti memberi pertolongan, menjauhkan diri, mengabdi dan sebagainya. 19

Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama, karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak anak-anak didik dan mengangkat mereka kederajat yang tinggi, serta berbahagia dalam hidup dan

19 Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Press, 1996), Cet. I, h. 212 19 Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Press, 1996), Cet. I, h. 212

Pendidikan agama memelihara anak-anak, supaya mereka tidak menuruti nafsu yang murka, dan menjaga mereka supaya jangan jatuh ke lembah kehinaan dan kesesatan. Pendidikan agama menerangi anak-anak supaya melalui jalan yang lurus, jalan kebaikan, jalan kesurga. Sebab itu mereka patuh mengikuti perintah Allah, serta berhubungan baik dengan teman sejawatnya dan bangsanya,

berdasarkan cinta-mencintai, tolong-menolong dan nasehat-menasehati. 20 Oleh sebab itu pendidikan agama harus diberikan mulai dari Taman Kanak-kanak

sampai keperguruan tinggi. Dengan demikian pendidikan agama sangat berperan dalam memperbaiki akhlak anak-anak untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa mereka. Agar mereka berkepribadian baik dalam kehidupannya. Dengan pendidikan agama, maka anak-anak menjadi tahu dan mengerti akan kewajibannya sebagai umat beragama, sehingga ia mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan menjauhi larangan agama.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu: (1) dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (2) dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (3) dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran agama Islam; dan (4) dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah

20 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1983), Cet. XI, h. 7-8 20 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1983), Cet. XI, h. 7-8

bernegara. 21 Tujuan Pendidikan agama dalam segala tingkat pengajaran umum adalah sbb:

a. Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati kanak-kanak yaitu dengan mengingatkan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya.

b. Menanamkan itikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam dada kanak-kanak.

c. Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya mengikut suruhan Allah dan meninggalkan segala laranganNya, baik terhadap Allah ataupun terhadap masyarakat, yaitu dengan mengisi hati mereka, supaya takut kepada Allah dan ingin akan pahalanya.

d. Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya membiasakan akhlak yang mulia dan adat kebiasaan yang baik.

e. Mengajar pelajaran-pelajaran, supaya mengetahui macam-macam ibadat yang wajib dikerjakan dan cara melakukannya, serta mengetahui hikmah-hikmah dan faedah-faedahnya dan pengaruhnya untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Begitu juga mengajarkan hukum-hukum agama yang perlu diketahui oleh tiap-tiap orang Islam, serta taat mengikutnya.

f. Memberi petunjuk mereka untuk hidup di dunia dan menuju akhirat.

g. Memberikan contoh dan tiru teladan yang baik, serta pengajaran dan nasehat- nasehat.

h. Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik yang berbudi luhur dan berakhlak mulia, serta berpegang teguh dengan ajaran agama. 22

21 Muhaimin, Paradigma Pendidikan..., h. 78 22 Mahmud Yunus, Metodik Khusus..., h. 13

Dari berbagai penelitian tentang tujuan pendidikan agama diatas, bahwa Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan. Karena itu terdapat beberapa konsep dari tujuan pendidikan agama Islam itu sendiri, diantaranya bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk membina serta memelihara Islam sesuai dengan syari’ah serta memanfaatkannya sesuai dengan Aqidah dan akhlak Islami. Sebagaimana dalam fiman Allah Swt dalam surat Adz-Dzariyaat ayat 56 yang berbunyi:

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Q.S ADz Dzaariyaat: 51:56 ) 23

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk menyempurnakan hubungan manusia dengan Allah, menyempurnakan hubungan manusia dengan sesamanya, memelihara, memperbaiki dan meningkatkan hubungan antar manusia dan lingkungan.

4. Pentingnya Pendidikan Agama dalam Keluarga

Setiap orang tua tentu mendambakan anaknya menjadi anak yang saleh, yang memberi kesenangan dan kebanggaan kepada mereka. Kehidupan seorang anak tak lepas dari keluarga (orang tua), karena sebagian besar waktu anak terletak dalam keluarga. Peran orang tua yang paling mendasar didalam mendidik agama kepada anak-anak mereka adalah sebagai pendidik yang pertama dan utama, karena dari orangtualah anak pertama kali menerima pendidikan,baik itu pendidikan umum maupun agama.

Adapun peranan orang tua dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) orang tua berfungsi sebagai pendidik keluarga, 2) orang tua berfungsi sebagai

pemelihara serta pelindung keluarga. 24

24 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an..., h. 862 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di lingkungan sekolah dan keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang: 1978), Cet. IV, h. 80

1. Orang tua sebagai pendidik keluarga Dari orangtualah anak-anak menerima pendidikan, dan bentuk pertama

dari pendidikan itu terdapat dalam keluarga, oleh karena itu orang tua memegang peranan penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak.

Agar pendidikan anak dapat berhasil dengan baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orangtua dalam mendidik antara lain:

a. Mendidik dengan ketauladanan (contoh) Ketauladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah metode yang paling efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual dan sosial. Seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya.

Apabila kita perhatikan cara Luqman mendidik anaknya yang terdapat dalam surat Luqman ayat 15 bahwa nilai-nilai agama mulai dari penampilan pribadi luqman yang beriman, beramal saleh, bersyukur kepada Allah Swt dan bijaksana dalam segala hal, kemudian yang di didik dan di nasehatkan kepada anaknya adalah kebulatan iman kepada Allah Swt semata, akhlak dan sopan santun terhadap kedua orang tua, kepada manusia dan taat beribadah.

Sehubungan dengan hal tersebut, hendaklah orangtua selaku memberikan contoh yang ideal kepada anak-anaknya, sering terlihat oleh anak melaksanakan sholat, bergaul dengan sopan santun. Berbicara dengan lemah lembut dan lain- lainnya. Dan semua itu akan ditiru dan dijadikan contoh oleh anak.

b. Mendidik dengan adab pembiasaan dan latihan Setiap anak dalam keadaan suci, artinya ia dilahirkan di atas fitrah (kesucian) bertauhid dan beriman kepada Allah Swt. Oleh karena itu menjadi kewajiban orang tua untuk memulai dan menerapkan kebiasaan, pengajaran dan pendidikan serta menumbuhkan dan mengajak anak kedalam tauhid murni dan akhlak mulia.

Hendaknya setiap orangtua menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan itu Hendaknya setiap orangtua menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan itu

Abdullah Nashih Ulwan mengemukakan bahwa, “Pendidikan dengan pembiasaan dan latihan merupakan salah satu penunjang pokok pendidikan dan merupakan salah satu sarana dalam upaya menumbuhkan keimanan anak dan

meluruskan moralnya”. 25 Di sinilah bahwa pembiasaan dan latihan sebagai suatu cara atau metode mempunyai peranan yang sangat besar sekali dalam menanamkan pendidikan pada anak sebagai upaya membina akhlaknya. Peranan pembiasaan dan latihan ini bertujuan agar ketika anak tumbuh besar dan dewasa, ia akan terbiasa melaksanakan ajaran-ajaran agama dan tidak merasa berat melakukannya.

Pembiasaan dan latihan jika dilakukan berulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan itulah yang nantinya membuat anak cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk dengan mudah.

c. Mendidik dengan nasehat Diantara mendidik yang efektif di dalam usaha membentuk keimanan anak, mempersiapkan moral, psikis dan sosial adalah mendidik dengan nasehat. Sebab nasehat ini dapat membukakan mata anak-anak tentang hakikat sesuatu dan mendorongnya menuju situasi luhur, menghiasinya dengan akhlak mulia, serta

membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. 26 Nasehat yang tulus berbekas dan berpengaruh jika memasuki jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang bijak dan

berpikir. Nasehat tersebut akan mendapat tanggapan secepatnya dan meniggalkan bekas yang dalam. Al Qur’an telah menegaskan pengetian ini dalam banyak ayatnya, dan berulang kali menyebutkan manfaat dari peringatan dengan kata-kata

yang mengandung petunjuk dan nasehat yang tulus, 27 diantaranya:

25 Abdullah Nashih Ulwan, Kaidah-kaidah Dasar (Pendidikan anak menurut Islam), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), Cet. 1, h. 65

26 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan anak dalam Islam, (Jakarta Pustaka Amani, 1995), Cet. I, h. 66

27 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan anak..., h. 70

Artinya: “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (Q.S Qaaf: 50:37)

Artinya: “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfa'at bagi orang-orang yang beriman”.(Q.S Dzariyat: 51:55)

Nasehat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala hakekat serta menghiasinya dengan akhlak mulia. Nasehat orang tua jauh lebih baik dari pada orang lain, karena orang tualah yang selalu memberikan kasih sayang serta contoh perilaku yang baik kepada anaknya. Disamping memberikan bimbingan serta dukungan ketika anak mendapat kesulitan atau masalah, begitupun sebaliknya ketika anak mendapatkan prestasi.

d. Mendidik dengan pengawasan Pendidikan yang disertai pengawasan yaitu mendampingi anak dalam upaya membentuk akidah dan moral, mengasihinya dan mempersiapkan secara psikis dan sosial, memantau secara terus menerus tentang keadaannya baik dalam pendidikan jasmani maupun dalam hal belajarnya.

Mendidik yang disertai pengawasan bertujuan untuk melihat langsung tentang bagaimana keadaan tingkah laku anak sehari-harinya baik dilingkungan keluarga maupun sekolah. Dilingkungan keluarga hendaknya anak tidak selalu di marahi apabila ia berbuat salah, tetapi ditegur dan dinasehati dengan baik. Sedangkan dilingkungan sekolah, pertama-tama anak hendaknya diantar apabila ia ingin pergi kesekolah. Supaya ia nanti terbiasa berangkat kesekolah dengan sendiri. Begitu pula setelah anak tiba dirumah ketika pulang dari sekolah hendaknya ditanyakan kembali pelajaran yang ia dapat dari gurunya.

2. Orang tua sebagai pemelihara dan pelindung keluarga Selain mendidik, orang tua juga berperan dan bertugas melindungi

keluarga dan memelihara keselamatan keluarga, baik dari segi moril maupun materil, dalam hal moril antara lain orang tua berkewajiban memerintahkan anak- keluarga dan memelihara keselamatan keluarga, baik dari segi moril maupun materil, dalam hal moril antara lain orang tua berkewajiban memerintahkan anak-