Peranan pendidikan agama islam dalam pembentukan kepribadian siswa di SMP Negeri 66 Kebayoran Lama Jakarta Selatan

(1)

i

PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KEPRIBADIAN SISWA DI SMP N66 KEBAYORAN LAMA JAKARTA SELATAN

Peran pendidikan agama Islam dalam pembentukan kepribadian siswa di SMP N66 Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Skripsi. Jakarta program studi pendidikan agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Pendidikan agama Islam adalah segala usaha yang dikerahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam sehingga dapat bermuamalah sesuai dengan yang telah dimilikinya demi terwujudnya kebahagiaan hidup baik dunia maupun akhirat.

Pembentukan kepribadian di pengaruhi oleh faktor internal berupa pembawaan dari lahir seperti emosi, tempramen, kecerdasan, sikap, minat, dan bakat, sedangkan faktor ekternal meliputi faktor pendidikan, keluarga, masyarakat tempat ia tinggal, serta teman. Pembentukan kepribadian sangat dipengaruhi oleh dua faktor tersebut.namun yang paling menentukan adalah faktor ekternal, mengingat semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah dengan pembawaan segenap potensinya yang masih pasif, maka disinilah arti penting pendidikan baik keluarga sekolah maupun masyarakat.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran peranan pendidikan agama Islam di SMP N66 Jakarta Selatan terhadap pembentukan kepribadian siswa.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif, sedangkan metode penelitianya adalah korelasional deskriptif ini di harapkan dapat diperoleh gambaran sesungguhnya mengenai variabel-variabel penelitian sehingga dapat di ketahui hubungan hubungan antara dua variabel tersebut. Adapun jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 40 responden yang diambil dari kelas VIII, berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai r hitung sebesar 0,336. Jika nilai r hitung disbanding dengan nilai r tabel yang di dapat sebesar 0,325 pada tarap signifikan 5%dapat di ambil kesimpulan bahwa nilai r hitung > r tabel, dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan bagi pelaksanaan pendidikan agama Islam terhadap pembentukan kepribadian siswadi SMP N66 Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Kata kunci: Pendidikan Agama Islam Pembentukan Kepribadian


(2)

JENIS KELAMIN:

PETUNJUK

1.

Sebelum menjawab pertanyaan hendaknya membaca basmalah!

2.

Lingkarilah diantara jawaban (a, b, c dan d) yang tersedia sesuai pendapat dan

keyakinan anda!

3.

Setiap petranyaan hanya satu jawaban!

PERTANYAAN

A.

PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (VARIABEL X)

1.

Guru agama saya menerapkan materi yang telah dijelaskan

a.

Selalu c. Kadang-kadang

b.

Sering d. Tidak Pernah

2.

Guru agama saya memberikan tugas diakhir pembelajaran

a.

Selalu c. Kadang-kadang

b.

Sering d. Tidak Pernah

3.

Saya aktif mengikuti pelajaran agama

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

4.

Saya memehami materi pelajaran agama yang di berikan guru agama

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

5.

Guru agama menyuruh saya untuk menghormati Orang Tua, guru dan teman

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

6.

Guru agama memberikan bimbingan dan nasihat pada saat belajar

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

7.

Guru agama saya hadir pada saat jam pelajaran agama


(3)

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

9.

Guru agama saya menyuruh saya untuk mengikuti pengajian dirumah

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

10. Guru agama saya menyuruh saya untuk mengikuti pesantren kilat

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

11. Guru agama saya memberikan motivasi untuk memperdalam ilmu agama

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

12. Guru agama saya mengajak saya sholat zuhur berjamaah

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

B.

Kepribadian muslim siswa (variabel Y )

13. Saya berdoa sebelum belajar

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

14. Saya melaksanakan sholat lima waktu dalam sehari semalam

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

15.Saya berpuasa di bulan Ramadhan

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

16. Saya membaca Al-Qur’an pada waktu siang dan malam

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah


(4)

18. Saya meminta izin orang tua ketika keluar dari rumah

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

19. Saya merasa berdosa bila berbohong pada guru dan orang tua

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

20. Saya berjabat tangan dan memberi salam jika bertemu guru di jalan

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

21. Saya memperhatikan bapak/ibu guru menjelaskan materi PAI

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

22. Saya menghormati orang tua,guru dan teman ketika bertemu dan mengucapkan salam

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

23. Saya membentu teman yang meminta pertolongan dalanm hal belajar

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

24. Saya mengikuti pesantren kilat pada bulan ramadhan

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

25. Saya mengikuti kegiatan rohis di sekolah

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

26. Saya memberi salam dan mencium tanggan orang tua ketika mau sekolah

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah


(5)

(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Agam Islam adalah agama yang universal yang mengajarkan kepada umat

manusia mengenai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Salah satu ajaran

Islam adalah mengajarkan kepada umat manusia untuk melaksanakan pendidikan.

Karena menurut ajaran Islam pendidikan merupakan kebutuhan hidup manusia

mutlak yang harus dipenuhi demi tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia

dan di akhirat.

Salah satu aspek yang di perhatikan Islam adalah pendidikan. Oleh karena itu

pendidikan adalah merupakan perubahan yang di inginkan dan di usahakan oleh

proses pendidikan atau usaha pendidik, baik tingkah laku individual dalam kehidupan

pribadinya maupun dalam kehidupan bermasyarakat serta alam sekitarnya.

Proses pembentukan tingkah laku atau kepribadian ini hendaknya di mulai

dari masa kanak-kanak, yang di mulai dari selesainya masa menyusui hingga anak

berumur enam atau tujuh tahun.

1

Masa ini termasuk masa yang sangat sensitif bagi

perkembangan kemampuan berbahasa, cara berpikir, dan sosaialisasi anak. Di

dalamnya terjadilah proses pembentukan jiwa .

Untuk mewujudkan terbentuknya kepribadian anak didik tersebut maka

penekanannya dititik beratkan melalui pendidikan agama Islam.

“Sebagaimana di kemukakan oleh Drs. Ahmad D Marimba, beliau

mangatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan

1


(7)

rohani berdasarkan hukum-hukum ajaran Islam menuju kepada terbentuknya

kepribadian yang utama menurut ukuran-ukuran Islam”.

2

Dengan demikian jelas bahwa tujuan dari pendidikan agama Islam tidak

terlepas dari tujuan hidup manusia yang menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah

yang selalu bertaqwa kepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan yang bahagia di

dunia dan di akhirat.

Sebagaimana di ketahui bahwa siswa sekolah menengah pertama adalah siswa

yang sedang memasuki masa remaja yang penuh dengan kontradiktif. Masa remaja

ini ditandai oleh ketidak mantapan remaja yang berpindah-pindah dari prilaku atau

norma-norma lama atau ke norma-norma baru atau sebaliknya. Masa ini sering

disebut “

strum and drung

“. Artinya adalah emosi seorang remaja sering timbul

dengan cepat sehingga menimbulkan kemauan-kemauan yang keras. Ia mulai sadar

dengan dirinya sendiri dan ingin melepaskan dirinya dari segala bentuk kekangan dan

bentrokan terhadap norma-norma yang berlaku yang kiranya tidak di kehendakinya.

3

Dengan demikian guru agama di sekolah menengah pertama ini selain di

tuntut untuk menyampaikan materi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu

dalam pelaksanaannya, guru agama Islam di tuntut untuk mampu mengorientasikan

pendidikan agama Islam bukan hanya agar anak didik menjadi manusia yang beriman

dan bartaqwa kepada Allah SWT, tetapi juga harus mampu mengupayakan

bagaimana agar anak didik mempunyai kepedulian sosial yang tinggi, mempunyai

semangat kerja yang sesuai dengan nilai-nili ajaran Islam dan mampu berinteraksi

dengan sesamanya ( teman, guru, orang tua dan lingkungan) dengan baik.

“Dalam masyarakat tujuan pendidikan agama Islam sering di pertanyakan

mereka menggap bahwa pendidikan agama yang di berikan di sekolah hanya

ditekankan pada aspek ibadah. Bukan untuk membangun moral siswa. Sehingga

banyak yang menyarankan pendidikan agama Islam di dekatkan pada masalah

moralitas saja. Sedangkan masalah ibadah sebaiknya diserahkan kepada keluarga.”

4

2

Ahmad D Marimba, Pengantar Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’Arif, 1980) h…

3

H.salihin A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja.(Jakarta, kalam mulia, 1999), Cet, 1 . h. 64

4

Departemen Agama RI, Pendidikan Islam dan Nasional,(Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam , 2005) H.40


(8)

Pendidikan agama di sekolah sangat penting untuk pembinaan dan

penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan agama

mempunyai dua aspek terpenting, yakni aspek pendidikan agama yang ditunjukan

kepada jiwa atau pembentukan kepribadian, dalam hal ini anak didik di bimbing agar

terbiasa kepada peraturan yang baik yang sesuai dengan ajaran agama,aspek kedua

ditunjukan kepada pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri, yakni kepercayaan

kepada tuhan.

Begitu pentingnya pendidikan agama dalam pembentukan kepribadian maka

apabila pendidikan agama di sekolah dilakukan dengan baik maka pembentukan

pribadi anak terbentuk dengan baik pula, dan sebaliknya apabila pendidikan agama

dilakukan dengan tidak baik maka, kepribadian anak akan sulit di bentuk.

Begitu pentingnya agama bagi pembentukan kepribadian siswa. Memandang

perlu untuk menciptakan suasana yang betul-betul Islami di lingkungan sekolah.

Karena pendidikan disekolah merupakan pendidikan lanjutan yang dilakukan oleh

keluarga. Kita ketahui juga bahwa tujuan penting dari pendidikan Islam adalah

membentuk atau mencapai suatu akhlak atau budi pekerti yang mulia dan sempurna

karena ruh dari pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak.

Di zaman sekarang ini kita banyak mengetahui bahwa anak-anak sekolah itu

banyak yang melakukan prilaku yang tidak terpuji baik itu di sekolah maupun di luar

sekolah itu sendiri para siswa terkadang tidak mematuhi peraturan yang sudah di

berikan oleh pihak sekolah, baik berupa dari segi pakaian atau sopan santun terhadap

guru, sedangkan yang dari luar itu sendiri para siswa pulang dari sekolah kebanyakan

duduk-duduk di pinggir jalan bahkan terkadang melakukan perkelahian antar pelajar

bahkan ada juga antar teman sendiri melakukan keributan, sehingga dapat

meresahkan masyarakat sekitar.

Kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha

pembentukan. Jika manusia membiasakan perbuatan jahat, maka ia akan menjadi

orang yang jahat. Oleh karena itu akhlak harus diajarkan, yaitu dengan melatih jiwa

kepada pekerjaan, sikap tingkah laku yang mulia.


(9)

Pentingnya pendidikan itu di berikan sejak dini, orang tua harus dapat

membimbing anak sejak kecil kepada hal-hal yang baik dan benar. Pendidikan agama

Islam terhadap anak didik akan mempengaruhi dan mewanai watak, pribadi pola

pikir, sikap prilaku serta tutur katanya setelah dewasa kelak.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis ingin meneliti

apakah pendidikan agama Islam memberikan pengaruh yang signifikan dalam

pembentukan kepribadian siswa di SMPN 66 Kebayoran Lama Jakarta Selatan yang

di kemas dalam sebuah skripsi yang berjudul

“ Peranan Pendidikan Agama Islam

Dalam Pembentukan Kepribadian Siswa di SMP N 66 Kebayoran Lama Jakarta

Selatan”.

B.

Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.

Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat di identifikasi masalah

yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut:

a.

Terdapat kesalahan-kesalahan dalam penerapan metode pembelajaran

pendidikan agama Islam sehingga tidak berpengaruh terhadap kepribadian

siswa.

b.

Akhlak siswa SMP N 66 kebayoran lama Jakarta selatan kurang baik

c.

Keadaan lingkungan SMPN 66 kebayoran lama Jakarta selatan kurang

mendukung.

d.

Pembelajaran agama Islam di sekolah masih bersifat memberikan pemahaman

kognisi saja.

2.

Pembatasan masalah

Untuk mempermudah dan memperjelas masalah yang akan diteliti, maka

penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut:

a.

Pendidikan agama Islam yang di maksud adalah pendidikan agama Islam di

SMP yang akan dilihat dari unsur pengetahuan, perasaan keagamaan, prilaku

dan langkah-langkah yang di lakukan guru agama dalam membentuk

kepribadian siswa.


(10)

b.

Kepribadian yang dimaksud di sini adalah kepribadian muslim, yakni jati diri

seseorang yang dapat diperoleh dari cara berbuat dalam kehidupan sehari-hari,

baik di rumah maupun di sekolah yang diwarnai oleh ajaran agama Islam.

3.

Perumusan masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

a.

Bagaimana peran pendidikan agama Islam dalam pembentukan kepribadian

siswa di SMP N66 Kebayoran Lama Jakarta selatan?

C.

Tujuan dan Manfaat penelitian

a.

Untuk mengetahui peran pendidikan agama Islam terhadap siswa SMP N 66

kebayoran lama Jakarta selatan.

b.

Memberikan gambaran mengenai peran pendidikan agama Islam dalam

pembentukan kepribadian siswa.

Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:

a.

Bagi penulis guna menambah wawasan serta pengalaman mengenai

penelitian, baik teoritis maupun praktis.

b.

Bagi sekolah yang bersangkutan sebagai informasi serta bahan masukan guna

menerapkan pendidikan agama Islam yang lebih baik.

c.

Bagi fakultas dan universitas penelitian yang sudah dikemas dalam skripsi ini

dapat menambah koleksi kepustakaan lainnya yang membutuhkan informasi

khususnya tentang peran pendidikan agama Islam terhadap kepribadian

siswa.

D.

Sistematika Pembahasan Skripsi

Pembahasan skripsi ini di bagi kepada lima bab, masing-masing

pembahasannya disusun sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan: latar belakang masalah, identofikasi, pembatasan dan

perumusan masalahtujuan penulisan skripsi dan sistematika pembahasan skripsi.

Bab II. Kajian teori,bidang studi pendidikan agama Islam, pengertian, dan

tujuan pendidikan agama Islam di SMP, ruanglingkup materi pendidikan agama


(11)

Islam di SMP, kepribadian siswa dan tujuan pembentukannya, faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap kepribadian siswa, pentingnya pendidikan agama Islam

dalam upaya pembentukan kepribadian siswa tingkat SMP.

Bab III. Metodologi penelitian terdiri dari: tujuan penelitian, populasi dan

sampel, metode penelitian,teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan

analisis data,hipotesa dan waktu penelitian.

Bab IV. Hasil penelitian terdiri dari: kondisi obyektif SMP N66 kebayoran

lama Jakarta selatan,pelaksanaan bidangstudi pendidikan agama Islam di SMP N

66 Jakarta Selatan, deskrpsi data, analisis data

Bab V. Penutup terdiri dari: kesimpulan dan saran terakhir sekali merupakan

daftar pustaka dan lampiran.


(12)

7 BAB II KAJIAN TEORI

A.Bidang Studi Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan bagi umat manusia di muka bumi termasuk bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat, tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.

Untuk memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola secara sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dan cita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriah maupun batiniah, duniawi dan ukhrawi. Namun cita-cita demikian tak mungkin dicapai jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya seoptimal mungkin melalui proses pendidikan, karena proses kependidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita tersebut.

Secara etimologi pendidikan berakar dari kata "didik" bentuk kata kerjanya adalah "mendidik", artinya memelihara dan memberi latihan mengenai makhluk dan kecerdasan fikiran." Kernudian kata didik mendapat awalan (pe) dan akhiran (an) maka menjadi Pendidikan yang berarti perbuatan


(13)

(hal-hal cara dan sebagainya) mendidik".5 Untuk proses pembentukannya adalah "bila pembentukan itu berasal satu kata kerja yang menggunakan awalan me maka akan mengambil pe+an, dengan konfiks pe-an menyatakan hal perbuatan".6

Untuk membahas pengertian pendidikan agama, maka harus dimengerti terlebih dahulu apa sebenarnya yang disebut dengan pendidikan itu sendiri. Pada dasarnya pengertian pendidikan dapat dilihat dari dua sisi sebagai berikut:

1. Segi Individual

Dari segi individual, pendidikan dapat diartikan sebagai proses bimbingan dan pengarahan yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik ke arah pertumbuhan dan perkembangan kemampuan dasar atau pembawaan sampai pada titik optimalnya. Pertumbuhan dan perkembangan kemampuan tersebut berlangsung secara bertahap yang berbeda-beda intensitas dan ekstensitasnya bagi masing-masing individu peserta didik. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut berjalan berdasarkan atas hukum-hukum, yaitu hukum perkembangan kesatuan organis yang didasarkan atas teori psikologi Gestalt, yang menganggap bahwa perkembangan manusia itu berlangsung secara menyeluruh baik fungsi-fungsi kejiwaannya maupun fungsi-fungsi fisiologisnya, yang satu sama lain saling berkaitan. Hukum perkembangan berdasarkan tempo (hukum tempo) yang dibenarkan oleh Prof. Dr. Mennicke berdasarkan atas timbulnya masa-masa peka ( fevoelige periode) dalam perkembangan anak, ialah yang menyatakan bahwa setiap anak/manusia berbeda-beda kesepatan perkembangan baik yang berkaitan dengan fungsi-fungsi kejiwaannya maupun fisiologisnya. Hukum yang ketiga ialah konvergensi yang dipelopori oleh William Sterm, yaitu yang menyatakan bahwa perkembangan anak/manusia berlangsung secara interaktif (saling pengaruh-mempengaruhi) antara kernampuan dasar dan kemampuan sekitar.

5

W.J.S. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasan Indonesia, (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1976), h. 250.

6


(14)

2. Segi Sosial-Kultural

Jika pendidikan dilihat dari segi kebudayaan maka dapat didefinisikan sebagai proses kebudayaan manusia melalui nilai-nilai kultural rnasyarakat dengan cara transfer (pengalihan) atau transformasi (pengubah) nilai-nilai kebudayaan tersebut untuk diwariskan kepada generasi yang lebih muda oleh generasi yang lebih tua. Pengertian pendidikan menurut pandangan sosiokultural ini mengandung makna pelestarian nilai-nilai kultural masyarakat dari generasi ke generasi.7

Menurut Ki Hajjar Dewantara "Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak, dimana bagian-bagian tersebut tidak boleh dipisahkan, agar supaya kita dapat mewujudkan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan peseta didik yang selaras dengan dunianya". Pendidikan dalam konteks permkiran Ki Hajjar tidak cukup hanya membuat anak menjadi pintar atau unggul dalam aspek kognitifnya. Pendidikan haruslah mengembangkan seluruh potensi yang di miliki anak seperti daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (psikomotorik). Pendidikan juga harus mampu mengembangankan anak menjadi mandiri dan sekaligus memiliki rasa kepedulian terhadap orang lain, bangsa, dan kemanusiaan. Dengan demikian, pendidikan akan mampu membawa anak menjadi seorang yang humanis dan lebih berbudaya.8

Menurut Mochtar Buchori pendidikan ialah proses mempersiapkan masa depan anak didik dalam mencapai tujuan hidup secara efektif dan efesien.9

Mortimer J adler mendefinisikan pendidikan sebagaimana yang di kutip oleh Zuhairini dkk, adalah semua dimana kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang di peroleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, di sempurnakan oleh pembiasaan, di sempurnakan dengan kebiasaan yang baik

7

M. Arifin , M.Ed, dan Aminuddin Rasyad, Modul "Materi Pokok Dasar-Dasar Kependidikan" (Jakarta: Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Depag, 1991), h. 39.

8

K.H. Dewantara, Karya KH Dewantara Bagian Pertama: Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1962), h. 14-15.

9

Hasniyati Gani Ali, M.Pd, ilmu pendidikan Islam (Jakarta:quantum teaching, 2008), h. 13.


(15)

melalui sarana secara artistik di buat dan di pakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang di tetapkan yaitu kebiasaan yang baik.10

Menurut Ki Hajjar Dewantara "Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak, dimana bagian-bagian tersebut tidak boleh dipisahkan, agar supaya kita dapat mewujudkan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan peseta didik yang selaras dengan dunianya". Pendidikan dalam konteks pemikiran Ki Hajjar tidak cukup hanya membuat anak menjadi pintar atau unggul dalam aspek kognitifnya. Pendidikan haruslah mengembangkan seluruh potensi yang di miliki anak seperti daya cipta (kognitit), daya rasa (afektif), dan daya karsa (psikomotorik). Pendidikan juga harus mampu mengembangkan anak menjadi mandiri dan sekaligus memiliki rasa kepedulian terhadap orang lain, bangsa, dan kemanusiaan. Dengan demikian, pendidikan akan mampu membawa anak menjadi seorang yang humanis dan lebih berbudaya.11

John Dewey berpendapat bahwa pendidikan adalah proses yang tanpa akhir (Education in the process without and)12 Pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (daya intelektual) maupun daya emosional (perasaan) yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya. Karena John Dewey berpaham behaviorisme, di mana pengaruh pendidikan dipandang dapat membentuk manusia menjadi apa saja yang diinginkan oleh pendidik maka istilah pembentukan merupakan ciri khas yang menunjukkan kekuasaan pendidik terhadap peserta didik.

Berpijak dari paduan pendapat di atas dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan proses atau usaha yang dilakukan dengan sadar, seksama dan dengan pembiasaan melalui bimbingan, latihan dan sebagainya yang semuanya

10

Zuhairini dkk,Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta :bumi aksara,1995), Cet. Ke -2, h.92

11

K.H. Dewantara, Karya KH Dewantara Bagian Pertama: Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1962), h. 14-15.

12


(16)

bertujuan untuk membentuk kepribadian peserta didik menuju kedewasaan. Apabila ketiga rumusan pendidikan tersebut dipadukan maka dapat dimengerti, bahwa pendidikan mempunyai pengertian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, seksama, terencana dan bertujuan, yang dilaksanakan oleh orang dewasa dalam arti memiliki bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan menyampaikannya kepada peserta didik secara bertahap. Apa yang diberikan kepada anak didik itu sedapat mungkin dapat menolong tugas dan perannya di masyarakat, dimana kelak mereka hidup.

Jadi pendidikan adalah usaha atau ikhtiar manusia dewasa secara sengaja untuk membantu dan mengarahkan fitrah peserta didik serta berusaha menumbuhkembangkannya sampai pada batas maksimal sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

Dari beberapa defenisi tokoh pendidikan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan dapat dipahami sebagai sebuah proses bimbingan, latihan, pembinaan yang dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab dalam pendidikan yaitu orang tua, masyarakat dan pemerintah dalam menumbuh-kembangkan potensi-potensi yang ada pada peserta didik secara maksimal dengan cara mengalihkan pengetahuan, pengamalan dan kecapakan serta keterampilan ke peserta didik sehingga mereka bisa bertanggung jawab dan menjadi pribadi yang mandiri dan dalam jangka panjang diharapkan peranannya dalam membangun peradaban kearah yang lebih baik dan maju.

Setelah di ketahui pengertian pendidikan maka dengan sendirinya dapat di ketahui pula pengertian pendidikan agama Islam menurut ditbinpaisun pengertian ”pendidikan agama Islam adalah suatu bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan


(17)

keselamatan dunia akhirat kelak.13

Syahmina Zaini merumuskan bahwa pendidikan Islam adalah usaha mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran agama, agar terwujud kehidupan yang makmur dan bahagia.14

Menurut Zakiah Daradjat pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.15

Ramlan Saleh menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam ialah segala usaha yang dikerahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam.16

Dalam pengertian tersebut tampak jelas bahwa pendidikan agama Islam menekankan suatu kehidupan yang mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam secara komprehensif.dengan demikian pendidikan agama Islam memberi pengaruh yang luas, tidak saja menyangkut sudut pandang psikologis berupa pikiran, perasaan dan minat tetapi juga menyentuh aspek nilai-nilai sosial sebagai bagian yang tak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan yang menyangkut norma,etika dan estetika.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMP

a. Setelah mempelajari qolqolah dan Ra siswa dapat membaca Al-quran dengan benar.

b. Siswa dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah melalui Al-quran sebagai pedoman hidupnya dan mencintai Al-quran. c. Siswa dapat berprilaku sesuai dengan tuntutan ajaran islam yang

senantiasa mempersiapkan diri akan hari akhir.

d. Setelah siswa mempelajari tentang akhlak tercela dan bahayanya diharapkan siswa senantiasa mawas diri dan waspada untuk menghindari akhlak tercela dan menjadi anak sholeh dan berbudi luhur.

13

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta:Bumi Aksara,1992), Cet.2, h.88

14

Yunus Namsa, ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: pustaka firdaus, 2000) ke-1, hal.22

15

Zakiah Daradjat, ilmu pendidikan Islam…, hal 86

16

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, ilmu pendidikan,(Jakarta: PT Rieneka Cipta 2001),cet ke-11, hal.110-111


(18)

e. Setelah siswa mempelajari dan memahami hikmah sholat sunah rawatib diharapkan dapat mengamalkan atau membiasakan sholat sunnah rawatib setiap hari.

f. Siswa dapat mengamalkan fikih ibadah dalam kehidupan sehari-hari dengan pengetahuan yang telah di pelajarinya, yakni tentang tata cara sujud syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah.

g. Siswa dapat melaksanakan puasa dengan benar dengan ketentuan-ketentuan yang sudah diajarkan Rosullulah SAW.

h. Siswa dapat memiliki jiwa sosial melalui pengalaman zakat dalam kehidupan sehari-hari.

i. Siswa dapat meneladani perjuangan Nabi Muhammad Saw dan para sahabat melalui pengalaman akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari.

j. Setelah mempelajari mad dan waqaf siswa dapat membaca al-quran dengan benar.

k. Siswa dapat menjelaskan tugas-tugas para nabi dan rosul Allah, serta dapat mengamalkan sunah-sunahnya.

l. Siswa dapat menerapkan atau mempraktikan adab makan dan minum dengan benar sesuai ketentuan Islam dalam kehidupan sehari-hari.

m.Siswa dapat menghindari prilaku tercela yaitu pendendam dan munafik. n. Siswa dapat membedakan jenis hewan yang halal dimakan dan haram

dimakan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari serta dapat menghindari makanan yang haram.

o. Siswa dapat termotifasi dalam mencari ilmu, siswa dapat meneladani tokoh-tokoh ilmuan muslim dalam belajar.17

3. Ruang Lingkup Materi Bidang Studi Agama Islam di SMP a. Memahami hukum bacaan qalqalah dan ra.

b. Meningkatkan keimanan kepada kitab-kitab Allah. c. Membiasakan prilaku terpuji (zuhud dan tawakal).

17

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kurikulum tingkat satuan pendidikan SMP/MTS


(19)

d. Menghindari prilaku tercela. e. Mengenal tatacara shalat sunnah. f. Memahami macam-macam sujud. g. Memahami tata cara puasa. h. Memahami zakat.

i. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW. j. Menerapkan hukum bacaan Mad dan waqaf. k. Meningkatkan iman kepada Rosul Allah. l. Membiasakan prilaku terpuji.

m.Menghindari prilaku tercela.

n. Memahami hukum Islam tentang hewan sebagai bahan makanan. o. Memahami sejarah dakwa Islam.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

a. Anak didik. b. Pendidik.

c. Tujuan pendidikan. d. Alat-alat pendidikan. e. Millieu atau lingkungan.

Anak didik adalah merupakan salah satu faktor pendidikan yang sangat penting, karena tanpa adanya faktor tersebut maka pendidikan tidak akan berlangsung, oleh karena itu faktor anak didik tidak dapat di gantikan oleh faktor yang lainnya.

Pendidik adalah merupakan salah satu faktor pendidikan yang sangat penting karena pendidikan itulah yang bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi anak didiknya. Terutama pendidikan agama ia mempunyai pertanggung jawaban yang lebih berat dibanding pada pendidik pada umumnya, karena selain bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab terhadap Allah SWT.


(20)

karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu, demikian pula halnya dalam pendidikan agama, maka tujuan pendidikan agama itulah yang hendak di capai dalam kegiatan/ pelaksanaan pendidikan agama.

Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam usaha untuk mencapai tujuan dari pada pendidikan dengan demikian alat pendidikan agama ialah segala sesuatu yang dipakai dalam mencapai tujuan agama.

Milieu/lingkungan adalah mempunyai peranan yang sangat penting terhadap berhasil atau tidaknya pendidikan agama, karena perkembangan jiwa anakitu sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkunggannya.lingkungan dapat memberikan pengaruh yang positif maupun pengaruh yang negative terhadap pertumbuhan jiwanya, sikapnya, dalam perasaan agamanya. Pengaruh tersebut terutama datang dari teman-teman sebaya dan masyarakat sekitarnya.18

B.Kepribadian Siswa dan Pembentukannya 1. Pengertian Kepribadian

Kata kepribadian dalam bahasa inggris disebut "Personality dan asal mulanya berasal dari bahasa latin personare yang berarti suara tembus".19 Istilah ini dipergunakan untuk rnenggambarkan suatu percakapan seorang aktor melalui topeng, yaitu tutup muka yang sering dipakainya, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku atau watak seseorang. "personality yang berarti topeng pada zaman yunani kuno, para aktor memakai topeng untuk menutupi identitasnya sehingga ia mampu memainkan karakter dalam sandiwara.” 20

Kepribadian itu sendiri berasal dari kata pribadi yang artinya manusia sebagai perseorang. Sedangkan arti kepribadian adalah keadaan manusia sebagai perseorang, keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak orang atau dapat dikatakan juga sikap hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakan dari orang lain.

18

Zuhairini dkk, Metodik khusus pendidikan agama Islam,(Surabaya:Usaha Nasional Surabaya , 1983), Cet. Ke-8, h. 28-54

19

Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bum Aksara, 1991), Cet. Ke-5, h. 10.

20

T.Sutihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung:PT. Refika Aditama,2006), Cet.1,h.51


(21)

Secara operasional kepribadian didefinisikan Allfort sebagai The dynamic organization within the individualis unique adjustment to the environment. (kepribadian pada hakikatnya adalah organisasi /susunan yang dinamis dari pada sistem psiko-pisik yang ada dalam diri individu sebagai sarana agar yang bersangkutan mampu menyesuaikan dirinya secara unik atau khas terhadap lingkungannya). Istilah Dinamic dalam definisi tersebut menunjukkan bahwa pada hakikatnya kepribadian itu dapat berubah, baik dalam hal kuwalitas maupun tingkah lakunya. Sedangkan kata Organisasi merujuk pada pengertian bahwa kepribadian itu terbentuk sebagai sebuah struktur yang kokoh, dan istilah sistem psikopisik merujuk pada kebiasaan-kebiasaan, sikap, nilai keyakinan, kondisi, emosi, statemen, motif dan sebagainya. Kesemuanya menunjukkan bahwa meski kepribadian bersifat psikologis, akan tetapi pada dasarnya ia melibatkan dan diekspresikan oleh organ pisiknya, yakni oleh saraf, kelenjar, sifat (straits), watak, dan kondisi tubuh pada umumnya.21

Dalam kehidupan sehari-hari kepribadian diartikan sebagai kesan-kesan yang ditirnbulkan oleh sifat-sifat lahiriah seseorang. Kepribadian dalam artian psikologis sangat luas meliputi segala aspek kehidupan seseorang keseluruhan kualitas dirinya yang dapat diperlihatkan dalam caranya berbuat, berfikir, berpendapat, sikap, minat, berfalsafah dan sebagainya.

Kepribadian bersifat psikofisik yang berarti baik faktor jasmani maupun rohani individu itu sama-sarna berperan penting dalam mernbentuk kepribadian seseorang. Di samping itu juga kepribadian bersifat unik, artinya kepribadian seseorang sifatnya khusus atau khas, yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang menbedakan dari individu yang lain. Kepribadian itu bersifat dinamis, yang menunjukkan bentuk tingkah laku yang terintegrasi dan menggambarkan suatu interaksi antara potensi-potensi yang diperoleh dari lahir dan berbagai pengaruh dari lingkungan dimana ia hidup.

Pola kepribadian setiap individu bersifat unik, artinya pola kepribadian tiap individu bervariasi dalam kombinasi dan organisasi sifat-sifat yang

21


(22)

membentuk suatu pola, bervariasi dalam kekuatan sifat yang berbeda. Individualitas dalam kepribadian berkaitan dengan perbedaan dalam konsep diri dan juga perbedaan dalam sifat. Beberapa sifat rnerupakan sifat yang biasa dijumpai pada orang-orang umumnya, tetapi karena pengaruh lingkungan sosial, faktor keturunan dan pengalaman pribadi menyebabkan sifat yang umum itu mengandung elemen-elemen yang unik sehingga tidak ada dua manusia yang mempunyai sifat yang sama pada derajat yang sama.22

Zuhairini mengartikan kepribadian manusia sebagai “Suatu perwujudan keseluruhan manusia dari segi manusiawinya yang unik baik lahir maupun batin dan dalam hubungannya dengan kehidupan sosial dan individualnya”.23 Menurut Mar. A. May bahwa kepribadian adalah “apa yang memungkinkan seseorang berbuat secara efektif atau rnemungkinkan seseorang mempunyai pengaruh, terhadap orang lain. Dengan kata lain kepribadian adalah nilai perangsang sosial seseorang”.24 Menurut G.W. Allport yang diikuti oleh Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, dalam bukunya Pengantar umum Psikologi, yaitu bahwa kepribadian adalah “susunan atau organisasi dinamis sebagai sistem psikofisik yang terdapat dalam diri seseorang yang menentukan ia dapat atau tidak menyesuaikan diri dengan lingkungannya”. Sedangkan William Stem mengartikan “kepribadian sebagai gambaran totalitas yang penuh arti pada diri seseorang yang tertuju kepada suatu tujuan dan bebas menetapkan diri sendiri”.25

Kepribadian menurut R.S. Woodworth dan D.G. Marquis yang dikutip oleh Abu Ahmad, mengatakan bahwa ”kepribadian ialah keseluruhan kualitas dari tingkah laku individual, seperti cara dan corak berfikir dan merasa yang telah rnenjadi kebiasaan dari sikap dan minatnya, dari cara bertindak dari falsafah hidupnya”.26 Sedangkan menurut Prof. Dr. Ramayulis bahwa kepribadian adalah ”sifat khas seseorang yang menyebabkan seseorang

22

T. Sutihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Cet. I, h. 54.

23

Zuhairi et. all., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. Ke-1, h. 186.

24

Jalaluddin dan Rahmayulis, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: dalam Mulia, 1993), Cet.1, h. 88.

25

M. Arifin dan Dr. Aminuddin Rasyad, "Modul" Dasar-Dasar Kependidikan, h. 338.

26


(23)

mempunyai sifat yang berbeda dari yang lain”.27

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono yang dikutip oleh Zikri Neni Iska dalam bukunya Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan menyatakan bahwa "Kepribadian, terdapat beberapa karakteristik untuk mengenalinya, yaitu: penampilan fisik, temperament, kecerdasan, kemampuan, arah minat dan pandangan mengenai nilai-nilai, sikap sosial, kecenderungan dalam motivasi, cara-cara pembawaan diri, serta kecenderungan patologis.28

Dari beberapa definisi di atas kita dapat melihat adanya titik persarnaan tentang pengertian kepribadian, titik persarnaan tersebut terletak pada:

Pertama, kepribadian selalu ditimbulkan dari struktur yang terorgarisir. Struktur yang dimaksud adalah berupa konstitusi fisik dan psikis atau aspek-aspek kepribadian seperti biologis, psikologis, sosiologi, dan lainnya.

Kedua, kepribadian seseorang bersifat dinamis. Artinya bentuk tingkah laku itu terintegrasi yang menggambarkan suatu interaksi antar potensi yang diperoleh dari warisan keturunan dan lingkungan. Proses inilah yang akhirnya menimbulkan dinamika pertumbuhan dan perkembangan kepribadian.

Ketiga, kepribadian merupakan hakekat manusia yang sesungguhanya dan mencerminkan karakteristik dalam diri individu, citra manusia atau seseorang akan tampak ketika ia rnelibatkan diri dalam komunitas sosialnya. Jadi kepribadian disini menemukan pola dan gaya sosial individu Seseorang. 2. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pembentukan

Kepribadian a. Faktor biologis

Faktor biologis dari kepribadian ini adalah faktor yang orisinil, dari faktor inilah kedua faktor yang lain di asalkan. Biologis berfungsi berpegang pada prinsif “ kenikmatan”yaitu mencari kenikmatan dan menghindarkan diri dari ketidakenakan.

27

Jalaluddin dan Ramayulis, Ilmu jiwa Agama, Cet. I, h. 87.

28

Zikri Neni Iska, Psikologis Pengantar Pemahaman DO dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother, 2006), Cent. 1. h. 112


(24)

b. Faktor psikologis

Faktor psikologis pada kepribadian ini timbul dari kebutuhan organisme untuk dapat berhubungan dengan dunia luar secara realistis. Di dalam berfungsinya biologis itu berpegang pada prinsif “realitas”. Tujuannya masih dalam garis kepentingan organisme yaitu mendapatkan keenakan dan menghindarkan diri dari ketidak enakan, tetapi dalam bentuk dan cara yang sesuai dengan kondisi-kondisi dunia rill, sesuai dengan kenyataan, baik itu kenyataan benda-benda, maupun kenyataan nilai-nilai sosial.

c. Faktor sosiologis

Faktor sosiologis dari pada kepribadian ini merupakan wakil nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya yang di ajarkan dengan berbagai perintah dan larangan. Faktor sosiologis merupakan hal yang “ideal” dari pada hal yang “rill”, lebih mendekatkan kesempurnaan dari pada kesenangan.karena faktor sosiologis dapat pula dianggap sebagai aspek moral dari pada kepribadian.

Ada beberapa aspek kepribadian yang penting yang berhubungan dengan pendidikan dalam rangka pembentukan pribadi anak didik, diantaranya sebagai berikut:

1) Sifat-sifat kepribadian (personality traits) yaitu sifat-sifat yang ada pada individu seperti, penakut, pernarah, suka bergaul, peramah, suka menyendiri, sombong dan lainnya.

2) Intelegensi, termasuk didalamnya kewaspadaan, kemampuan belajar, kecepatan berfikir, dan kemampuan mengambil kesimpulan atau keputusan.

3) Kesehatan, kesehatan jasmani sangat erat hubungannya dengan kepribadian seseorang.

4) Pengetahuan, Kualitas pengetahuan yang dimiliki seseorang, dan jenis pengetahuan apa yang dikuasainya, terlebih pengetahuan tentang agama yang kesemua itu turut mempengaruhi kepribadian seseorang.


(25)

Dari beberapa aspek di atas, tentu saja berbeda antara kepribadian seorang dengan orang lain. Ini semua disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masing-masing. Hal inilah yang membutuhkan tenaga ekstra dari seorang guru (terutarna guru agama) untuk mampu membentuk kepribadian siswa, sehingga mereka terhindar dan terjaga dari prilaku yang menyimpang tentunya.

Dengan demikian, membentuk kepribadian siswa berat membimbing siswa menemukan jati dirinya sehingga mampu berhubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan lingkungan atau alam sekitarnya. Maka fase anak didik merupakan proses untuk menemukan eksistensi dirinnya secara utuh. Oleh karena itulah diperlukan pihak orang dewasa untuk membina dan mengarahkan proses penemuan tersebut, agar mencapai hasil yang lebih efektif dan efesien.29 Maka pada posisi inilah guru berperan aktif dalam mernbentuk kepribadian peserta didik.

Di samping itu, perlunya membentuk kepribadian pada diri siswa, khususnya pada siswa sekolah menengah, yang dilandasi oleh kenyataan bahwa siswa sekolah rnenengah seperti juga disebutkan dalam psikologi perkernbangan berada pada tahap pembentukan watak dan kepribadian.

Pada tahap ini anak mengalami perubahan biologis yang drastis. Postur tubuh hampir menyamai orang dewasa walaupun taraf kematangan jiwanya belum mengimbanginya. Pada masa ini anak mengalami masa transisi, masa yang menuntut anak untuk hidup dalam kebirnbangan, antara norma masyarakat yang telah melembaga agaknya tidak cocok dengan pergaulan hidupnya sehari-hari, sehingga ia ingin melepaskan diri dari belenggu norma dan susila masyarakat untuk mencari jati dirinya, ia ingin hidup seperti orang dewasa, diakui dan dihargai, tetapi aktivitas yang dilakukannya masih kekanak-kanakan.30

Dalam buku psikologi agama karangan Heny dan Andri dijelaskan,

29

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru,

(Jakarta: PT. Raja Gratindo Persada, 1994), cet. ke-5, h. 111.

30

Muhaimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), h.179


(26)

bahwa "pertumbuhan fisik cepat terjadi pada masa antara Amur 13-16 tahun walaupun tidak secara serentak dan tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Pertumbuhan fisik cepat mulai tampak jelas pada tinggi tubuh, sedangkan berat badan bertambah beberepa waktu kemudian.”31 Dalam hal pertumbuhan fisik, pada umumnya wanita lebih cepat dari pada pria, sehingga wanita tampak lebih tinggi dan lebih besar dari teman prianya yang seusia. Sehingga perubahan yang berlangsung cepat itu, rnengakibatkan terjadinya perubahan lain dari segi sosial, dan kejiwaan. Remaja semakin peka dan sikapnya berubah-ubah, tidak stabil, demikian pula kelakuannya.

Sebaliknya rangsangan lingkungan tidak akan membina kepribadian yang lingkunga ideal tanpa didasari faktor hereditas. Penentuan kepribadian seseorang ditentukan oleh kerja yang integral antara internal (potensi bawaan) dan faktor eksternal (lingkungan pendidikan). Kepribadian manusia ditentukan oleh faktor Dasar dan Ajar, kedua faktor ini mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia hanya saja salah satu dari kedua faktor itu ada yang lebih dominan dalam pernbentukankepribadian sementara faktor yang lainnya lebih sedikit proporsinya. Aliran ini dipelopori oleh William Sterm (1871-1838). C.Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Upaya Pembentukan

Kepribadian Siswa SMP

Masalah pendidikan rnerupakan faktor yang sangat penting dalam pembangunan manusia seutuhnya, karena kemampuan, kecerdasan dan kepribadian suatu bangsa yang akan datang banyak ditentukan oleh pendidikan yang ada sekarang ini. Kemajuan suatu masyarakat atau bangsa banyak ditentukanoleh pendidikannya. Oleh karena itu pendidikan memegang peranan central dalam pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Dengan demikian maka problem pendidikan bagi setiap bangsa dan Negara akan senantiasa up to date sepanjang masa selama masih terdapat manusia di dalamnya. Terutama menyangkut masalah remaja yang masih tetap menjadi salah satu fokus perhatian bagi setiap bangsa. Sejarah dunia dari abad ke abad telah menunjukkan bahwa para remaja merupakan unsur yang sangat

31


(27)

penting dalam kehidupan suatu bangsa. Demikian juga mengenai remaja di Negara Republik Indonesia.

Dunia pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku, seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan agar anak memaharninya dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya. Semula anak belum tahu perhitungan, setelah memasuki dunia pendidikan, ia secara bertahap akan mengerti. Begitu juga apabila anak diberi pendidikan agama, ia akan memahami bagaimana seharusnya manusia itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya dan kepada penciptannya (Tuhan).

Pendidikan agama bukanlah sekedar mengajarkan pengetahuan agama dan melatih keterampilan anak dalam melaksanakan ibadah. Akan tetapi pendidikan agama jauh lebih luas dari pada itu, pertama bertujuan untuk membentuk kepribadian siswa. Pendidikan agama hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak sesuai dengan ajaran agama.

Pendidikam agama hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak, sehingga agama itu benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam hidupnya di kemudian hari. Pendidikan agama menyangkut manusia seutuhnya, seorang guru tidak hanya membekali siswa dengan pengetahuan agama saja, tetapi ia menyangkut keseluruhan dari pribadi siswa, baik yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, manusia dan alam, serta manusia dengan dirinya sendiri. Agar pendidikan agama itu benar-benar dapat di hayati, di pahami dan digunakan sebagai pedoman hidup bagi manusia, maka agama itu hendaknya menjadi unsur-unsur dalam kepribadiannya.

Pendidikan agama yang baik, tidak saja memberi manfaat bagi yang bersangkutan, akan tetapi membawa keuntungan dan manfaat bagi masyarakat lingkungannya bahkan masyarakat ramai dan umat manusia seluruhnya.32

32


(28)

29 BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Kondisi Obyektif SMP Negeri 66 Jakarta Selatan

1. Sejarah Berdiri

SMP N 66 Jakarta Selatan berdiri pada tanggal 30 Mei 1965, berlokasi di Rawa Kemiri Kebayoran Lama Jakarta Selatan, dengan kepala sekolah Bapak S. Soemarno. SMP Negeri ini merupakan kepindahan status dari swasta (BAPERKI) yang saat itu sangat dominan siswa/siswinya bermata sipit, WNI keturunan sampai kurun waktu yang cukup panjang. Bahkan pada saat tahun 1979, keadaan kelas masih di dominasi mereka, seolah-olah seperti mengajar di tepi sungai Hoang Ho, karena kalau mengabsen siswa siswi masih dengan panggilan The Tjui lie, Tjong Tjing Tju, NgGwee yu, tek po dan sebagainya. Setelah sistem rayon diberlakukan sedikit demi-sedikit hilang himpunan nama-nama tersebut di atas dan munculah himpunan nama-nama yang baru seperti Maimunah, Maisaroh, Muaz, Abdillah, Joko dan Sebagainya.

Sejak berdiri sampai sekarang SMP Negeri 66 Jakarta Selatan sudah beberapa kali mengalami pergantian kepemimpinan

1. S. Soemarsono 1965-1968

2. Drs. H. M. Hasan Sadjali 1968-1980

3. Kusnadi Juni 1980-1981

4. Drs. A. Ismail 1981-1984

5. S. Soemarsono 1984-1986

6. Marliyah Soemartono (Alm) 1987-1993 7. Drs. Kuncoro AS Februari 1993-1995


(29)

8. Drs. Iskandar 1995-1998 9. Drs. H. Boestamy Yakub 1998-2004 10. Drs. H. Suroto Hadisantoso, MM. 2004-2006

Saat ini SMP Negeri 66 di pimpin oleh Dra. Irawati dan merupakan pimpinan sekolah yang ke 11, saat ini sudah memasuki tahun yang ke-2. Sudah banyak sepak terjang, kiat, gaya, prestasi, konsep, dan strategi dalam memajukan sekolah.

2. Visi dan Misi

Visi : Sekolah Unggul, cerdas, berkarakter, berlandaskan Imtaq. Indikator Visi :

a.Unggul dalam perencanaan pendidikan b.Unggul dalam pembelajaran

c.Unggul dalam SDM pendidikan d.Unggul dalam prestasi akademis e.Unggul dalam prestasi ekstrakurikuler f. Unggul dalam Imtaq

g.Cerdas yang berkarakter Misi Sekolah

a. Melaksanakan perangkat pembelajaran b. melakukan inovasi dalam pembelajaran

c. Melaksanakan pengembangan SDM guru dan karyawan d. Melaksanakan diversifikasi pembelajaran

e. Melaksanakan diversifikasi ekstrakurikuler f. Melaksanakan kerja cerdas berkarakter


(30)

3. Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi SMP Negeri 66 dapat di lihat pada bagan di bawah ini:


(31)

4. Kurikulum

Kurikulum yang dipergunakan oleh SMP Negeri 66 Jakarta Selatan adalah Kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) yang terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, Kalender pendidikan, dan silabus dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian standar isi yang ditetapkan dengan permendiknas No. 22 tahun 2006 dan standar kompetensi lulusan yang ditetapkan dengan kepmendiknas No. 23 tahun 2006.

Struktur Kurikulum SMP Negeri 66 Jakarta Selatan

KOMPONEN

Kelas dan Alokasi Waktu

VII VIII IX

Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam 2 2 2

Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

Bahasa Indonesia 4 4 4

Bahasa Inggris 4 4 4

Matematika 4 4 4

Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4

Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

Seni budaya 2 2 2

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan 2 2 2

Teknologi Informasi dan Teknologi 2 2 2

Muatan Lokal

01. PLKJ 1 1 1

02.Tata Busana 2 2 2

Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*)


(32)

5. Keadaan Guru dan Murid SMP N 66 a. Jumlah guru SMP N 66 2008-2009

Guru adalah salah satu komponen penting dalam pendidikan yang kehadiran dan perannya sangat di butuhkan serta diharapkan dalam proses belajar mengajar.adapun jumlah guru di SMP N 66 Jakarta Selatan sebagai berikut:

Data Dewan Guru SMP N 66 Jakarta Selatan

No Nama Guru Pend.

Akhir

Alamat Mata pelajaran

1 Dra. Irawati S1 Tanggerang 2 Drs . H. Hanom

Iskandar, MM

S1 Tanggerang Penjaskes + TIK

3 Drs. Yurianto, MM S1 Jakarta IPA

4 Sri Harpini D3 Jakarta Tata busana +PLKJ 5 Drs. Nahrowi Abadi S1 Tanggerang Penjaskes

6 Trie Ariani, AM. Pd D3 Tanggerang Bahasa Indonesia 7 Agus Subali, S. Pd S1 Jakarta Matematika 8 Drs. Ismurni Abdul

Muis

S1 Tanggerang Bahasa Indonesia

9 Drs. Djauharuddin S1 Tanggerang PKn + BK 10 Zulyetni Syawir, S. Pd S1 Tanggerang Bahasa Inggris 11 Arman Achmad, S. Pd S1 Tanggerang Matematika 12 Suparno, S. Pd S1 Bekasi PKn + IPA 13 Drs. Zaenal Abidin S1 Tanggerang Agama Islam 14 Erni Suryanti D3 Jakarta Tata Busana 15 Diah Nur Pancawati,

S.Pd

S1 Tanggerang Bahasa Inggris

16 Drs. Jati Kusworo S1 Tanggerang IPS


(33)

18 Drs. Imam firmansyah S1 Tanggerang IPS + PKn 19 Siti Rohmah, S. Ag S1 Tanggerang Agama Islam +

BK 20 Slamet Riyadi D3 Jakarta TIK

21 Kumodjoyo, S. Pd S1 Jakarta Seni Budaya + Penjaskes 22 Dra. Farianis S1 Jakarta IPS

23 Suwarti, S. Pd S1 Jakarta Bahasa Indonesia 24 Yulia Madhani, S. Pd S1 Jakarta Matematika 25 Lestari Kurniawati,

S.Pd

S1 Jakarta IPA

26 Dra. Junimar S1 Jakarta PLKJ

27 Nina Sukesti, S. Pd S1 Tanggerang IPA

28 Faturrahmah, S. Pd S1 Jakarta Bahasa Inggris 29 Ainul Wardah, S. Pd S1 Jakarta Seni Budaya

b. Jumlah siswa-siswi SMP N 66 Jakarta Selatan.

Kelas Jumlah

VII 200

VIII 330

IX 148

6. Sarana Prasarana SMP N 66

Untuk keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di sekolah tidak terlepas dari sarana prasarana yang memadai. Suatu kegiatan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya sarana prasarana yang di butuhkan sarana dan prasarana yang dimiliki SMPN 66 dapat di lihat pada tabel berikut:


(34)

Fasilitas Sekolah

No Ruang Sekolah Jumlah

1 Ruang belajar 12 ruang

2 Ruang Lab. IPA 1 ruang

3 Ruang Lab. Bahasa 1 ruang

4 Ruang Ultimedia 1 ruang

5 Ruang Komputer 1 ruang

6 Ruang Perpustakaan 1 ruang

7 Ruang Mushola 1 ruang

8 Ruang BP/BK 1 ruang

9 Ruang OSIS 1 ruang

10 RuangKepala Sekolah 1 ruang

11 Ruang Wakil 1 ruang

12 Ruang Guru 1 ruang

13 Ruang Tata Usaha 1 ruang

14 Ruang Gudanng 1 ruang

15 Ruang Jaga/Penjaga 1 ruang

16 Ruang WC Guru 8 ruang

17 Ruang WC Siswa 16 ruang

18 Sanggar Pramuka 1 ruang

19 Sanggar PMR 1 ruang

Fasilitas Kantor

No Perlengkapan Tata Usaha Jumlah

1 Mesin TIK 2

2 Komputer 4

3 Printer 2

4 Audio Visual 1


(35)

6 Mesin Faximili 1

7 Filling Kabinet 2

8 LCD/OHP 1

9 Televisi 1

B. Pelaksanaan Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 66 Jakarta Selatan

1. Angket Tentang Pendidikan Agama Islam

Dalam analisis deskriptif ini peneliti menjelaskannya dalam bentuk tabel. Tabel 1.

Guru agama saya menerapkan materi yang telah di jelaskan

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

34 6

- -

85 15 - -

Jawaban 40 100

Tabel 2.

Guru agama saya memberikan tugas di akhir pembelajaran

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

18 17 5 -

45 42,5 12,5 -

Jawaban 40 100

Bila dilihat dari hasil tabel 1 dan 2, siswa yang secara keseluruhan menjawab selalu, dimana prosentasenya mencapai (85%), untuk tabel 1 (45%) untuk tabel 2. Sedangkan yang menjawab sering untuk tabel 1 sebesar (15%) dan tabel 2 memperoleh (42,5%). Sedangkan untuk prosentase jawaban yang kadang-kadang dantidak pernah pada tabel 1 nihil, sedangkan


(36)

untuk tabel 2 hanya (12,5%) untuk mereka yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah nihil.

Tabel 3.

Saya aktif mengikuti pelajaran agama

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

24 14 2

-

60 35 5 -

Jawaban 40 100

Tabel 4.

Saya memahami pelajaran agama yang di berikan guru agama

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

22 17 1

-

55 42,5

2,5 -

Jawaban 40 100

Bila kita perhatikan hasil angket di atas dimana untuk tabel 3 diketahui bahwa prosentase jawaban untuk taraf selalu mencapai (60%) dan mereka yang hanya menjawab sering (35%) sedang mereka yang kadang-kadang prosentasenya hanya (5%) dan untuk tidak pernah prosentasenya nihil. Sedangkan untuk tabel 4 dimana prosentase antara jawaban selalu 55% dan untuk jawaban sering 42,5% dan kadang-kadang 2,5% jawaban tidak pernah nihil.


(37)

Tabel 5.

Guru agama menyuruh saya menghormati guru dan teman

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

28 8 4 - 70 20 10 -

Jawaban 40 100

Tabel 6.

Guru agama memberikan bimbingan dan nasehat pada saat belajar

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

34 4 2 - 8,5 10 5

Jawaban 40 100

Bila kita perhatikan hasil angket di atas dimana untuk tabel 5 diketahui bahwa prosentase jawaban untuk taraf selalu mencapai (70%) dan mereka yang hanya menjawab sering (20%) sedang mereka yang menjawab kadang-kadang prosentasenya hanya (10%) dan untuk tidak pernah prosentasenya nihil. Sedangkan untuk tabel 6 dimana prosentase antara jawaban selalu 85% dan untuk jawaban sering 10% dan kadang-kadang 5% jawaban tidak pernah nihil.

Tabel 7.

Guru agama saya hadir pada saat ada pelajaran agama

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

22 16 2 - 55 40 5 -


(38)

Jawaban 40 100

Tabel 8.

Guru agama saya mewajibkan muridnya untuk mengikuti rohis

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

27 13 - -

67,5 32,5 - -

Jawaban 40 100

Bila kita perhatikan hasil angket di atas dimana untuk tabel 7 diketahui bahwa prosentase jawaban untuk taraf selalu mencapai (55%) dan mereka yang hanya menjawab sering (40%) sedang mereka yang menjawab kadang-kadang prosentasenya hanya (5%) dan untuk tidak pernah prosentasenya nihil. Sedangkan untuk tabel 8 dimana prosentase antara jawaban selalu 67,5% dan untuk jawaban sering 32,5% jawaban kadang-kadang dan tidak pernah nihil.

Tabel 9.

Guru agama saya menyuruh mengikuti pengajian di rumah

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

21 15 2 2

52,5 37,5 5 5


(39)

Tabel 10.

Guru agama saya menyuruh saya mengikuti pesantren kilat

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

10 24 4 2

25 60 10 5

Jawaban 40 100

Bila kita perhatikan hasil angket di atas dimana untuk tabel 9 diketahui bahwa prosentase jawaban untuk taraf selalu mencapai (52,5%) dan mereka yang hanya menjawab sering (37,5%) sedang mereka yang menjawab kadang-kadang prosentasenya hanya (5%) dan untuk tidak pernah prosentasenya 5%. Sedangkan untuk tabel 10 dimana prosentase untuk jawaban selalu (25%) dan untuk jawaban sering (60%) jawaban kadang-kadang (10%) dan tidak pernah (5%)

Tabel 11.

Guru agama saya memberikan motivasi untuk memperdalam ilmu agama

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

21 15 2 2

52,5 37,5 5 5


(40)

Tabel 12.

Guru agama saya mengajak saya shalat zuhur berjamaah

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

25 8 7 -

62,5 20 17,5

-

Jawaban 40 100

Bila kita perhatikan hasil angket di atas dimana untuk tabel 11 diketahui bahwa prosentase jawaban untuk taraf selalu mencapai (52,5%) dan mereka yang hanya menjawab sering (37,5%) sedang mereka yang menjawab kadang-kadang prosentasenya hanya (5%) dan untuk tidak pernah prosentasenya 5%. Sedangkan untuk tabel 12 dimana prosentase untuk jawaban selalu (62,5%) dan untuk jawaban sering (20%) jawaban kadang-kadang (17,5%) dan tidak pernah nihil.

2. Angket tentang kepribadian muslim siswa

Tabel 13.

Saya berdoa sebelum belajar

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

20 16 3 -

50 40 7,5 -


(41)

Tabel 14.

Saya melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

32 6 2 -

80 15 5

-

Jawaban 40 100

Bila kita perhatikan hasil angket di atas dimana untuk tabel 13 diketahui bahwa prosentase jawaban untuk taraf selalu mencapai (50%) dan mereka yang hanya menjawab sering (16%) sedang mereka yang menjawab kadang-kadang prosentasenya hanya (7,5%) dan untuk tidak pernah prosentasenyanihil. Sedangkan untuk tabel 14 dimana prosentase untuk jawaban selalu (80%) dan untuk jawaban sering (15%) jawaban kadang-kadang (5%) dan tidak pernah nihil.

Tabel 15.

Saya berpuasa di bulan Ramadhan

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

32 6 1 1

80 15 2,5 2,5


(42)

Tabel 16.

Saya membaca al-quran pada waktu siang dan malam

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

7 10 22 1

17,5 25 55 2,5

Jawaban 40 100

Bila kita perhatikan hasil angket di atas dimana untuk tabel 15 diketahui bahwa prosentase jawaban untuk taraf selalu mencapai (80%) dan mereka yang hanya menjawab sering (15%) sedang mereka yang menjawab kadang-kadang prosentasenya hanya (2,5%) dan untuk tidak pernah prosentasenya (2,5%). Sedangkan untuk tabel 16 dimana prosentase untuk jawaban selalu (17,5%) dan untuk jawaban sering (25%) jawaban kadang-kadang (55%) dan tidak pernah (2,5%).

Tabel 17.

Saya melaksanakan sholat karena kemauan sendiri

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

27 10 2 1

67,5 25

5 2,5


(43)

Tabel 18.

Saya meminta izin orang tua ketika keluar dari rumah

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

25 8 7 -

62,5 20 17,5

-

Jawaban 40 100

Bila kita perhatikan hasil angket di atas dimana untuk tabel 17 diketahui bahwa prosentase jawaban untuk taraf selalu mencapai (67,5%) dan mereka yang hanya menjawab sering (25%) sedang mereka yang menjawab kadang-kadang prosentasenya hanya (5%) dan untuk tidak pernah prosentasenya (2,5%). Sedangkan untuk tabel 18 dimana prosentase untuk jawaban selalu (62,5%) dan untuk jawaban sering (20%) jawaban kadang-kadang (17,5%) dan tidak pernah nihil.

Tabel 19.

Saya merasa berdosa bila berbohong pada guru dan orang tua

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

18 17 4 -

45 42,5

10 -


(44)

Tabel 20.

Saya berjabat tangan dan memberi salam jika bertemu dengan guru di jalan

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

24 11 3 2

60 27,5

75 5

Jawaban 40 100

Bila kita perhatikan hasil angket di atas dimana untuk tabel 19 diketahui bahwa prosentase jawaban untuk taraf selalu mencapai (67,5%) dan mereka yang hanya menjawab sering (25%) sedang mereka yang menjawab kadang-kadang prosentasenya hanya (5%) dan untuk tidak pernah prosentasenya (2,5%). Sedangkan untuk tabel 20 dimana prosentase untuk jawaban selalu (60%) dan untuk jawaban sering (27,5%) jawaban kadang-kadang (75%) dan tidak pernah (5%).

Tabel 21.

Saya memperhatikan bapak /ibu guru menjelaskan materi pai

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

32 6 2 -

80 15 5 -


(45)

Tabel 22.

Saya menghormati orang tua, guru dan teman ketika bertemu mengucapkan salam

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

12 7 21

-

30 17,5 52,5 -

Jawaban 40 100

Bila kita perhatikan hasil angket di atas dimana untuk tabel 21 diketahui bahwa prosentase jawaban untuk taraf selalu mencapai (80%) dan mereka yang hanya menjawab sering (15%) sedang mereka yang menjawab kadang-kadang prosentasenya hanya (5%) dan untuk tidak pernah prosentasenya nihil. Sedangkan untuk tabel 22 dimana prosentase untuk jawaban selalu (30%) dan untuk jawaban sering (17,5%) jawaban kadang-kadang (52,5%) dan tidak pernah nihil.

Tabel 23.

Saya membantu teman yang membutuhkan pertolongan dalam hal belajar

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

4 10 23 3

10 25 57,5

7,5


(46)

Tabel 24.

Saya mengikuti pesantren kilat pada bulan Ramadhan

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

- 4 17 18

- 10 42,5

45

Jawaban 40 100

Bila kita perhatikan hasil angket di atas dimana untuk tabel 23 diketahui bahwa prosentase jawaban untuk taraf selalu mencapai (10%) dan mereka yang hanya menjawab sering (25%) sedang mereka yang menjawab kadang-kadang prosentasenya hanya (57,5%) dan untuk tidak pernah prosentasenya (7,5). Sedangkan untuk tabel 24 dimana prosentase untuk jawaban selalu nihil dan untuk jawaban sering (10%) jawaban kadang-kadang (42,5%) dan tidak pernah (45%).

Tabel 25.

Saya mengikuti kegiatan Rohis di sekolah

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

23 5 10

1

57,5 12,5 25 2,5


(47)

Tabel 26.

Saya memberi salam dan mencium tangan orang tua ketika mau sekolah

Alternatif jawaban F %

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

19 8 13

-

47,5 20 32,5

-

Jawaban 40 100

Bila kita perhatikan hasil angket di atas dimana untuk tabel 25 diketahui bahwa prosentase jawaban untuk taraf selalu mencapai (57,5%) dan mereka yang hanya menjawab sering (12,5%) sedang mereka yang menjawab kadang-kadang prosentasenya hanya (25%) dan untuk tidak pernah prosentasenya (2,5). Sedangkan untuk tabel 26 dimana prosentase untuk jawaban selalu (47,5%) dan untuk jawaban sering (20%) jawaban kadang-kadang (32,5%) dan tidak pernah nihil.

C.Deskripsi Data

1. Variabel pendidikan agama Islam (X)

Berdasarkan data yang diperoleh dari respondent sebanyak 40 orang siswa dari 26 item pertanyaan-pertantanyaan, dapat di ketahui bahwa nilai tertingginya adalah 64 dan nilai terendahnya 51, dari jumlah nilai keseluruhannya, didapat nilai rata-rata 56,25 dan nilai tengah dari jumlah keseluruhan atau nilai median yaitu sebesar 54,1, adapun nilai angket yang sering muncul atau paling banyak yang di sebut modus yaitu 56,7.

Tabel 27.

Variabel Pendidikkan Agama Islam

Interval F x X’ X-x Fx’ fkb fka


(48)

62-63 1 62,5 62,5 +6,45 +6,45 39 2 60-61 1 60,5 60,5 +4,45 +4,45 38 3

58-59 4 58,5 234 +345 +9,8 37 7

56-57 18 56,5 1017 0,45 8,1 33 25 54-55 9 54,5 490,5 -1,55 -13,95 15 34 52-53 5 52,5 262,5 -3,55 -17,75 6 39 50-51 1 50,5 50,5 -5,55 -5,55 1 40

Jumlah 40=N 460 2242 354,15 0 209 151

2. Variabel Pembentukan Kepribadian Siswa (Y)

Berdasarkan data yang di peroleh dari 40 responden dengan jumlah 12 item pertanyaan, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi 40 dan nilai terendahnya 30. Dari jumlah nilai keseluruhannya, didapat nilai rata-rata atau yang disebut mean yaitu 35,59 yang di bulatkan menjadi 56,5 sedang nilai tengah atau yang di sebut median yaitu 34,5. Adapun nili yang paling banyak muncul atau yang di sebut dengan modus yaitu 36,5. Untuk lebih mudah memahaminya di bawah ini akan divisualisasikan dalam bentuk tabel.

Tabel 28.

Variabel Pembentukan Kepribadian (Y)

Interval F y y’ y-y Fy’ fkb fka

40-41 4 40,5 162 +4,55 +182 40 4

38-39 10 38,5 185 +2,55 +255 36 14

36-37 12 36,5 438 0,55 6,6 26 26

34-35 10 34,5 345 -1,45 -14,5 14 36 32-33 3 32,5 97,5 -3,45 -10,35 4 39 30-31 1 30,5 30,5 -5,45 -5,45 1 40


(49)

D.Analisis Data

Hasil masing-masing variabel bebas (Pendidikan Agama Islam) dan variabel terikat (Pembentukan kepribadian Siswa) melalui korelasi sederhana atau korelasi product moment maka hasil yang di dapat sebagai berikut.

Tabel 29.

Hasil Perhitungan Korelasi Product Moment

Respondent X Y X2 Y2 YX

1 56 41 3136 1681 2296

2 55 34 3025 1156 1870

3 62 39 3844 1521 2418

4 54 36 2916 1296 1944

5 55 34 3025 1156 1870

6 53 32 2809 1024 1696

7 53 35 2809 1225 1855

8 57 35 3249 1225 1955

9 57 33 3249 1089 1881

10 57 36 3249 1296 2052

11 56 38 3136 1444 2128

12 61 30 3721 900 1830

13 54 36 3844 1296 1944

14 57 41 3249 1681 2337

15 56 35 3136 1225 1960

16 57 39 3249 1521 2223

17 56 35 3136 1225 1960

18 64 40 4096 1600 2560

19 52 41 2704 1681 2132

20 59 34 3481 1156 2006

21 59 37 3481 1369 2183


(50)

23 53 37 2809 1369 1961

24 57 35 3249 1225 1995

25 58 37 3364 1369 2146

26 55 36 3025 1296 1980

27 52 38 2704 1444 1976

28 54 36 3844 1296 1944

29 55 39 3025 1521 2145

30 56 39 3136 1521 2184

31 57 36 3249 1296 2052

32 56 35 3136 1225 1960

33 56 36 3136 1296 2016

34 56 37 3136 1369 2072

35 56 39 3136 1521 2184

36 57 33 3249 1089 1881

37 56 38 3136 1444 2128

38 59 39 3481 1521 2301

39 51 34 2601 1156 1734

40 55 37 3025 1369 2034

2233 1460 128829 53538 81846

Adapun untuk mengetahui peranan pendidikan agama Islam dalam pembentukan kepribadian siswa, maka penulis menganalisa data dalam bentuk analisis kuantitatif dengan rumus Korelasi product moment:

N∑XY - (∑ X) (∑Y) rxy =

(N∑X2) - (∑ X2) . (N∑Y2) - (∑Y2) rxy = 40(81846) - 2233 (1460)

[40 (128829) - (2233)] x [40(53538) - (1460)]

= 3273840-3260180


(51)

= 13660 16687 x 9920

= 13660 1655360320 = 13660 40686, 1195

= 0, 3357

= 0, 336

Berdasarkan hasil perhitungan product moment dapat diketahui bahwa hubungan antara variabel pendidikan agama Islam (X) dengan pembentukan kepribadian siswa (Y) sebesar 0,336 dalam arah positif, dengan kata lain jika pendidikan agama Islam semakin baik maka pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian siswa semakin baik juga. Koefisiensi korelasi sebesar 0,336 tersebut jika di interpretasikan dalam bentuk tabel koefisien korelasi termasuk dalam kategori rendah.

Tabel 30.

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Kategori

0,00-0,19 Sangat rendah

0,20-0,39 Rendah

0,40-0,69 Sedang

0,70-0,89 Kuat

0,90-1,00 Sangat kuat

Setelah mendapatkan nilai korelasi sebesar 0,336 kemudian nilai tersebut dikonsultasikan pada nilai r tabel dengan rumus: df = N –nr =40-2=38 maka hasilnya sebagai berikut:

Jumlah sampel Df r-Hitung r-Tabel Kesimpulan

N=40 Df =N-nr 40-2=38

0,336 5%=0,325 Ha diterima dan Ho ditolak


(1)

53

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ha: Pendidikan agama Islam mempunyai peranan yang signifikan dalam pembentukan kepribadian siswa.

Ho: Pendidikan agama Islam tidak mempunyai peranan yang signifikan dalam pembentukan kepribadian siswa.

Sedangkan untuk mengetahui kontribusi yang di berikan variabel ( X ) terhadap variabel ( Y) guna menghitung seberapa jauh hubungan keduanya atau koefisiensi determin. Hasil perhitungan koefisiensi determinasi adalah sebagai berikut:

KD = r2 x 100% = (0,336)2 x100% = 0,1128 x 100% =11,28 =11,3%

Tabel 31.

Nilai Koefisien Determinasi

R R2 Prosentase

0,336 11,3 11,3%

Berdasarkan hasil perhitungan KD dari 100% dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel X dan Y memiliki pengeruh yang signifikan. Adapun koefisiensi penentuanya (R2) yang berarti bahwa peranan pendidikan agama Islam memberikan kontribusi dalam membentuk kepribadian siswa sebesar 11,3% sedangkan sisanya yaitu 88,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti perhatian dan keteladanan yang diberikan orang tua, guru pengaruh lingkungan dan lain-lain. Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMN 66 Kebayoran Lama Jakarta Selatan dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam terhadap kepribadian siswa hanya memberikan kontribusi yang relatif rendah.


(2)

54 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Setelah melalui proses penelitian dan pembahasan data-data penelitian, akhirnya peneliti mendapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara keseluruhan dari hasil penelitian dapat dipahami bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pelaksanaan pendidikan agama Islam terhadap pembentukan kepribadian siswa di SMP N66 Jakarta Selatan. Indikasi ini berdasarkan perhitungan dengan menggunakan korelasi product moment terdapat koefisiensi korelasi atau nilai r Hitungnya sebesar 0,336. Jika nilai r Hitung dibandingkan dengan nilai r Tabel yang didapat sebesar 0,325 pada tarap signifikan 5%dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai r Hitung > r Tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan bagi pelaksanaan pendidikan agama Islam terhadap kepribadian siswa di SMP N 66 Jakarta Selatan.

2. Dari hasil determinasi guna mengetahui seberapa besar hubungan kedua variabel X dan Y. Diketahui bahwa peranan pendidikan agama Islam terhadap pembentukan kepribadian siswa di SMP N 66 Jakarta Selatan. Memberikan pengaruh besar 11,3%. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh pengajaran pendidikan agama Islam yang di berikan di SMP N 66 Jakarta Selatan terhadap kepribadian siswa hanya sedikit saja. Sedangkan sisanya yaitu 88,7% dipengaruhi faktor-faktor lain seperti, pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh pihak sekolah melalui ekstrakurikuler,


(3)

55

perhatian dan pengawasan yang diberikan orang tua di rumah, pengaruh teman, pengaruh lingkungan, pengaruh televisi dan media informasi lainnya. 3. Aktivitas guru pendidikan agama Islam mempunyai peranan yang sangat penting karena materi pendidikan agama Islam bagi siswa, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang berkepribadian Muslim. Di samping itu dapat membentuk akhlak mulia dan menumbuhkan generasi muda untuk mengenal kebajikan dan mau mengamalkan secara nyata, juga mengenalkan keburukan dan akibat-akibatnya untuk dijauhi.

B.Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dipahami bahwa hal-hal yang perlu di evaluasi baik bagi pihak yang bersangkutan, akademis ataupun kalangan praktisi yang secara khusus berkecimping dalam dunia pendidikan terkhusus pendidikan agama Islam guna terbentuknya anak yang berkepribadian baik atau utama yang cerdas secara intelektual dan secara spiritual (pengalaman apa yang telah diajarkan dalam pendidikan agama Islam) sehingga kelak dapat menjadi tumpuan dan harapan bangsa.

1. Bagi sekolah yang secara instansi terlibat langsung dalam pendidikan agama Islam, hendaknya tidak merasa puas dangan pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam yang diadakan di kelas. Melainkan juga harus lebih meningkatkan lagi kualitas pembelajaran baik dari sisi media maupun metodologi.

2. Bagi orang tua. Hendaknya turut membantu dan mengawasi peserta didik ketika mereka berada di rumah sehingga antara sekolah dan orang tua terjalin hubungan yang baik. Terlebih jika kita melihat kontribusi yang diberikan oleh lingkungan luar sekolah dari hasil penelitian di atas sangat besar yaitu mencapai 88, 7% pembentukan kepribadian siswa di pengaruhi oleh factor luar sekolah. Dengan demikian selaku orang tua hendaklah memberikan perhatian yang ekstra kepada peserta didik ketika mereka berada di rumah, baik dengan siapa ia berteman, menghindarkan mereka dari tontonan-tontonan yang tidak layak untuk di tonton serta memberikan contoh yang baik dan lain-lain.


(4)

56

3. Bagi pemerintah dan tokoh masyarakat setempat, hendaknya menindak secara tegas bagi para penebar kerusakan seperti Perjudian, Miras, Narkoba, temat-tempat hiburan yang bernafas kemaksiatan .karena hal ini berdampak negatif dan sangat tidak baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak (peserta didik) untuk jangka panjang.

Dengan demikian bila beberapa poin diatas dapat di perbaiki maka kedepan pendidikan kita akan semakin baik dan berkualitas sehingga bisa melahirkan peserta didik cerdas secara intelektual dan cerdas secara spiritual (moralitas), sehingga diharapkan dapat ikut berperan aktif dalam mewujudkan pembangunan bangsa Indonesia yang sedang mengalami keterpurukan baik di bidang ekonomi terlebih moralitasnya. Adapun bagi siapa saja yang tertarik untuk meneliti permasalahan ini, hendak nya memperhatikan hal-hal diatas serta tidak terpaku pada hasil penelitian ini, mengingat peneliti menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini.


(5)

57

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu, Psikologi Umum, Surabaya: Bina Ilmu, 1983, Cet. I.

Alisuf Sabri, M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2007 Cet. III.

Arifin, M, dan Rasyad Aminuddin, Materi Pokok Dasar-Dasar Kependidikan;” Modul”, Jakarta: Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Depag, 1991.

Arikunto,prosedur penelitian,Jakarta:Rieneka cipta,1998

Amin, Ahmad, Etika Ilmu Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995, Cet. VIII.

Azhari, Akyas, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Teraju, 2004, Cet. I. Bahreisy, Hussein, Ajaran-Ajaran Akhlak Imam Ghazali, Surabaya: PT.

Al-Ikhlas, 1981, Cet. I.

Djalaluddin dan Ramayulis, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 1998. Daradjat, Zakiyah, Peran Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung

Agung, 1978.

Dewantara, karya K.H. Dewantara Bagian Pertama: pendidikan Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1962.

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemahan Al-Qur’an, 1971).

Fadjar, A. Malik. Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Fajar Dunia: 1999, Cet. I Fadliyanuar, Lingkungan Perkembangan Anak Didik, Blogspot. Com.

Keraf, Gorys, Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1980) Cet. VII. Indrakusuma, Amir Daien, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha

Nasional, 1973.

Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother, 2006.

Jalaluddin dan Idi, Abdullah, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), Cet. I.


(6)

58

Hidayati, Heny Narendrany dan Yudiantoro, Andri, Psikologi Agama, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003, Cet. I.

Sholeh, Asronun Niam, Reorientasi Pendidikan Islam; “Mengurai Konsep Al-Ghazali Dalam Konteks Kekinian”, Jakarta: Elsas, 2006, Cet. III.

Nasir, Sakilul A, Peran Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja, Jakarta: 1999.

Nur, Muhamad dan Suaid, Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rosullulah, Kairo: Dar al-Tiba’a Wal-Islamiyah, 1988, Cet. II.

Namsa yunus, metodologi pengajaran agama Islam Jakarta : Pustaka firdaus, 2000

Rencana tinggkat pembelajaran (RPP) tingkat satuan pendidikan SMP/MT Sujanto, Agus, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, Cet. VI. Tain, Dambar, Menginstal Akhlak Anak, Jakarta: PT. Grafindo Media Pratama,

2008

Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam 1, Bandung: Pustaka Setia, 2005, Cet.III. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, RI. No. 2 Tahun 1989 dan

Peraturan Pelaksanaannya, Jakarta: Sinar Grafika, 1992, Cet. III.

Poerwadaminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1976.

Zuhairini et. all, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, Cet. I. Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Cet. II.