5 Berdasarkan beberapa definisi di atas, konsep bencana alam dalam
penelitian ini adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa karena faktor alam yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat. Faktor-faktor alam tersebut antara lain dari adanya aktivitas geologis dan geomorfologis dan klimatologis yang berupa erupsi gunungapi,
gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan banjir, serta gerakan massa. Dalam penelitian ini, jenis bencana alam yang dikaji adalah erupsi gunungapi
dan gerakan massa longsor. Menyimpulkan dari definisi di atas, maka terjadinya bencana alam ditimbulkan oleh adanya ancaman bahaya dari
faktor alam dan kerawanankerentanan sehingga menimbulkan risiko bencana alam.
B. Risiko Bencana
Risiko adalah derajad kehilangan atau nilai dugaan dari kerugian kematian, luka-luka, properti yang diakibatkan oleh suatu bencana. Risiko
bencana merupakan fungsi dari bahaya hazard,exposure, dan kerentanan vulnerability Thywissen, 2006. Sedangkan menurut UURI No 24 Tahun
2007 tentang penanggulangan bencana, Risiko didefinisikan sebagai potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana di suatu wilayah dan kurun waktu
tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan
kegiatan masyarakat. Elemen risiko meliputi bahaya hazard, kerawanan vulnerability
yang dapat dikombinasikan dengan kemampuan mengatasi bencana coping capacity. Secara sederhana risiko dapat dituliskan sebagai R = f H, V, C
dimana R adalah risiko, H adalah bahaya, V adalah kerawanan, dan C adalah kemampuan mengatasi bencana Sunarto dkk, 2010.
Pengertian bahaya tidak sama dengan bencana. Seringkali bencana disaser disama-artikan dengan bahaya hazard. Bahaya adalah ancaman
yang dapat menimbulkan suatu bencana, jadi belum mempengaruhi kehidupan manusia. Sedangkan bencana adalah bahaya yang sudah
melanda atau mempengaruhi kehidupan manusia sehingga manusia mengalami kerugian atau menjadi korban Sunarto, 2011. Adapun
kerawanan bencana merupakan kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
6 hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu UURI No 24 Tahun 2007.
Analisis risiko bencana mempunyai kedudukan penting dalam kegiatan penanggulangan bencana. Dalam UURI No 24 Tahun 2007 dan PPRI No 21
Tahun 2008 diamanatkan bahwa setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan bencana dipersyaratkan wajib
dilengkapi dengan analisis risiko bencana sebagai bagian dari penanggulangan bencana. Analisis risiko bencana adalah kegiatan
penelitian dan studi tentang kegiatan memungkinkan terjadi bencana Sunarto, 2011. Adapun dalam Peraturan Menteri ESDM No 15 Tahun 2011
tentang Pedoman Mitigasi Bencana Gunungapi, Gerakan Tanah, Gempa Bumi, dan Tsunami, disebutkan bahwa salah satu pertimbangan dalam
penilaian risiko bencana adalah hasil analisis kawasan rawan bencana Sagala dan Yasaditama, 2012.
C. Kemampuan dalam menghadapi bencana
Kemampuan dalam menghadapi bencana adalah kapasistas masyarakat untuk dapat melakukan tindakan-tindakan yang mengurangi
kerugian akibat bencana. Sunarto dkk 2010 menjelaskan bahwa kemampuan dalam menghadapi bencana merupakan bagian dari analisis
risiko bencana. Kemampuan dalam menghadapi bencana diambil dari istilah coping capacity. Thomas 2004 membuat batasan yang setara dengan
coping capacity yaitu resilence. Istilah-istilah kebencanaan dalam Bahasa Indonesia menerjemahkan resilence sebagai kelentingan, yang memiliki
makna sama dengan kemampuan dalam menghadapi bencana.
D. Pengelolaan Kebencanaan
Sistem pengelolaan bencana alam merupakan kebutuhan nasional yang bersifat sinambung baik bagi pemerintah maupun masyarakat
berkaitan dengan adanya bencana alam Sudibyakto, 1997. Siklus pengelolaan bencana merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri atas