Analisa Kasus Penahanan Wakil Konsuler I

ANALISA KASUS
PENAHANAN WAKIL KONSULER INDIA DI AMERIKA SERIKAT
“DEVYANI KHOBRAGADE”

Dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Kapita Selekta Hukum Internasional
Oleh:
TRISUHARTO CLINTON
11010111130403

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

Kasus Posisi
Dr. Devyani Khobragade adalah perempuan kelahiran kota Tarapur wilayah bagian
Maharashtra, berkebangsaan India. Khobragade masuk ke dinas Kementerian Luar Negeri
India pada tahun 1999. Kemudian pada September 2012 dia menjabat sebagai Deputi
Konsulat Jenderal India

di New York, Amerika Serikat. Saat dia menjabat di AS, dia


mendapatkan perhatian dunia internasional karena kasus pemalsuan informasi pengajuan izin
tinggal (visa) atau dikenal dengan visa fraud1 di AS milik pembantunya yaitu Sangeeta
Richard yang diajukan pada bulan November 2012. Karena itu pada tanggal 11 Desember
2013, Khobragade ditangkap dan diperiksa oleh otoritas keamanan AS atas laporan dari
Sangeeta Richard melalui komunitas India di New York dengan tuduhan Khobragade
mempekerjakan tenaga kerja (Sangeeta Richard) di bawah upah minimal yang ditetapkan
hukum AS.
Kasus ini berawal pada 15 Oktober 2012, Khobragade mengajukan aplikasi
permohonan visa online ke website U.S. Department of State’s Consular Electronic
Application Center dengan jenis visa A-3 untuk Sangeeta Richard. Dalam permohonan visa
tersebut terdapat keterangan pendapatan bulanan Sangeeta Richard sebesar US$ 4.500
(Empat Ribu Lima Ratus Dollar AS) per bulan atau sebesar kurang lebih US$ 10 (Sepuluh
Dollar AS) per jam, namun pada kenyataannya Khobragade hanya memberi upah kurang dari
US$ 3 (Tiga Dollar AS) per jamnya.2
Tindakan Khobragade yang membayar tenaga kerja tidak sesuai dengan
pernyataannya di visa milik tenaga kerjanya membuatnya masuk ke dalam masalah. Standar
upah minimum tenaga kerja di AS sebesar US$ 9.75 (Sembilan Dollar Tujuh Puluh Lima Sen
AS) per jamnya, yang membuat Khobragade memasukan angka manipulasi US$ 10 (Sepuluh
Dollar) per jamnya agar Sangeeta dapat memperoleh visa A-3. Di lain hal Khobragade juga
melanggar Title 28, United States Code, section 1746 yang mengatur tentang penipuan visa

dengan sengaja dan dibawah sumpah, karena keterangan mengenai penghasilan Sangeeta
Richard di visanya fiktif.
Pada tanggal 21 Juni 2013, Khobragade meninggalkan anak-anaknya dalam
perawatan Sangeeta Richard untuk tugas di luar kota. Namun sekembalinya Khobragade dari
luar kota pada tanggal 23 Juni 2013, pembantu rumah tangganya tersebut menghilang dari
1 Visa fraud dalam bahasa Indonesia berarti penipuan visa
2 Indictment 14 Crim 008 U.S.A against Devyani Khobragade, U.S. District Court Southern
District of New York

rumahnya. Kemudian pada tanggal 25 Juni 2013, Khobragade mengajukan laporan orang
hilang pada NYPD (New York Police Department) , namun kemudian NYPD menutup kasus
orang hilang tersebut karena yang bersangkutan tidak kunjung ditemukan.
Ternyata Sangeeta Richard setelah keluar dari kediaman Khobragade hidup dengan
komunitas India di New York. Penulis tidak mengetahui secara jelas motiv mengapa Sangeeta
Richard pergi dari kediaman majikannya Khobragade. Kemudian pada 30 Juni 2013 sebuah
organisasi nirlaba yang bernama Safe Horizon yang bergerak di bidang anti perdagangan
manusia membawa Sangeeta Richard ke U.S. Department of State (Departemen Dalam
Negeri AS) dengan tuduhan pemalsuan visa.
Pada tanggal 1 Juli 2013, Khobragade menerima telepon dari seseorang yang
mengaku pengacara Sangeeta Richard dan memintanya untuk mengubah status visa dari

Sageeta Richard dan memberikan kompensasi 19 jam kerja per hari. Khobragade mengira
orang yang meneleponnya tersebut bermaksud untuk memerasnya. Semakin rumitnya kasus,
akhirnya Kedutaan Besar India di AS meminta bantuan pada U.S. Department of Foreign
State (Departemen Luar Negeri AS) untuk mengklarifikasikan segera permasalahan ini.
Pada tanggal 18 Juli 2013, sebuah kantor hukum yang mewakili Sangeeta Richard
menyerukan pertemuan dengan Khobragade dan dalam pertemuan itu Sangeeta mengajukan
beberapa permintaan kepada Khobragade, sebagai berikut:
1. Sangeeta meminta upah kompensasi bekerjanya dibayarkan sebesar US$ 10 per
jamnya termasuk waktu tidak aktifnya selama ia berada di luar kediaman Khobragade
2. Sangeeta meminta Khobragade mengkonversi paspor diplomatiknya ke sebuah paspor
biasa
3. Bantuan pengurusan visa agar Sangeeta bisa terus tinggal di AS.
Atas permintaan tersebut, kemudian petugas diplomat India memberitahu Sangeeta
bahwa dia diharuskan kembali ke India terlebih dahulu untuk mengurus paspornya ke paspor
biasa dan menjanjikan akan membayar seluruh upah yang belum dibayarkan sesuai dengan
permintaannya sebelum keberangkatannya ke India. Setelah pertemuan tersebut pemerintah
India mencabut paspor diplomatik Sangeeta.
Pada 4 September 2013, Departemen Luar Negeri AS mengirimkan surat kepada Duta
Besar India di AS untuk menyelidiki lebih lanjut kasus Sangeeta dan mengusut tentang bukti
upah minimum yang dibayarkan Sangeeta. Karena surat tersebut, pemerintah India


mengajukan protes keras terhadap pemerintah AS, karena menganggap AS tidak
menghormati kekebalan diplomatik perwakilan diplomatik India di AS dimana mereka bebas
terhadap tuntutan hukum AS.
Di sisi India, pengadilan Delhi mengeluarkan surat perintah penangkapan Sangeeta
Richard karena dianggap sebagai provokator dan merusak stabilitas politik luar negeri India,
kemudian surat itu diteruskan kepada Kedutaan Besar AS di India untuk disampaikan lagi
kepada Departemen Luar Negeri AS untuk penangkapan langsung karena saat itu Sangeeta
masih berada di AS.
Pada tanggal 10 Desember 2013, Philip Richard, bersama dengan dua anak, pergi ke
Amerika Serikat dengan visa T; visa ini memungkinkan korban perdagangan manusia dan
kerabat dekat mereka untuk tinggal di AS untuk bersaksi melawan orang-orang yang dituduh
melakukan kejahatan perdagangan manusia. Media India mengklaim bahwa biaya tiket
pesawat untuk Philip Richard, dan dua anak Jennifer dan Jatin, dibayar oleh Kedutaan Besar
AS untuk India.
Pada tanggal 11 Desember 2013 Khobragade didakwa dengan penipuan visa.
Dakwaan menuduh bahwa dia melakukan penipuan visa dengan sengaja dan di bawah
sumpah yang diatur dalam Title 28, United States Code, Section 1746. Lebih lanjut menuduh
bahwa Khobragade mengajukan kontrak kerja kepada Departemen Luar Negeri AS, untuk
mendukung permohonan visa yang diajukan oleh Khobragade untuk individu lain, yang dia

tahu mengandung pernyataan palsu dan penipuan. Tuduhan penipuan visa dengan ancaman
hukuman maksimal 10 tahun penjara dan laporan palsu biaya ancaman hukuman maksimal
lima tahun.
Berdasarkan tuntutan yang diajukan oleh agen khusus dengan Departemen Luar
Negeri AS, Biro Keamanan Diplomatik, Amerika Serikat Hakim Hakim Debra Freeman
mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Khobragade. Khobragade ditangkap oleh
US Department of Diplomatic Security Service State pada 12 Desember 2013 sekitar 09:30
setelah mengantar anak-anaknya di sekolah di Barat 97th Street di Manhattan. Namun
kemudian dibebaskan lagi dengan pembayaran jaminan sebesar US$ 250.000 (Dua Ratus
Lima Puluh Ribu Dollar AS) dan menyerahkan paspornya.

Saat dibebaskan, Khobragade mengirimkan email kepada rekan-rekannya di India di
Departemen Luar Negeri bahwa ia mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi saat
menjalani pemeriksaan oleh otoritas AS. Berikut ini kutipan emailnya:
I am so grateful for all the outpouring of unequivocal support and backing that has
been available to me from the fraternity. I take comfort in the confidence that this invaluable
support will also be translated into strong and swift action, to ensure the safety of me and my
children, as also to preserve the dignity of our service which is unquestionably under siege.
While I was going through it, although I must admit that I broke down many times as the
indignities of repeated handcuffing, stripping and cavity searches, swabbing, hold up with

common criminals and drug addicts were all being imposed upon me despite my incessant
assertions of immunity, I got the strength to regain composure and remain dignified thinking
that I must represent all of my colleagues and my country with confidence and pride. I feel I
can continue to do so thanks to this strong and prolific support.
Pada tanggal 18 Desember 2013, Nikki credic-Barrett, juru bicara US Marshals
Service, menyatakan bahwa Khobragade tidak mengalami tindakan yang tidak manusiawi.
Bahwa peraturan lembaga, pemeriksa dapat menyertakan "inspeksi visual" dari rongga tubuh.
Credic-Barrett juga menyatakan bahwa siapa pun dibawa ke sel tahanan dari gedung
pengadilan federal New York secara otomatis mengalami penggeledahan telanjang jika
mereka ditempatkan di antara tahanan lainnya. Dengan mengacu pada swabbing DNA,
credic-Barrett mengatakan bahwa tanggung jawab untuk koleksi dari sampel DNA ada di
badan menangkap, Departemen Luar Negeri AS, Biro Keamanan Diplomatik.
Pemerintah India kemudian mengajukan Khobragade untuk dipidahkan ke perwakilan
misi India di PBB, dimana ia dapat memperoleh hak kekebalan diplomatik penuh. Atas reaksi
India tersebut, Deplu AS menjelaskan bahwa kesepakatan saat Khobragade ditempatkan di
AS tidak berlaku surut yang artinya pihak India masih terikat kespakatan diplomatik dengan
India.
Khobragade diberikan visa G-1 oleh Amerika Serikat melalui Departemen Luar
Negeri. Pada tanggal 8 Januari 2014 di bawah persyaratan Section 15 UN Headquarters
Agreement between UN and USA diberikan kekebalan diplomatik penuh dan akan

menghalangi pengadilan yurisdiksi atas Khobragade. Para pejabat AS mengatakan bahwa
Departemen Luar Negeri tidak punya pilihan selain untuk memberikan Khobragade

kekebalan diplomatik penuh setelah ia terakreditasi untuk PBB karena dia tidak menimbulkan
ancaman keamanan nasional.

Dasar Hukum
Versi Amerika Serikat
Dari prespektif pemerintah Amerika Serikat, Khobragade terbukti melanggar Title
28, United States Code, Section 1746 - Correction of conveyance documents yang mengatur
penipuan visa dengan sengaja dan di bawah sumpah. Lebih lanjut menuduh bahwa
Khobragade mengajukan kontrak kerja kepada Departemen Luar Negeri AS, untuk
mendukung permohonan visa yang diajukan oleh Khobragade untuk individu lain, yang dia
tahu mengandung pernyataan palsu dan penipuan. Tuduhan penipuan visa dengan ancaman
hukuman maksimal 10 tahun penjara dan laporan palsu biaya ancaman hukuman maksimal
lima tahun.
Pihak berwenang yang menahan Khobragade mengatakan mereka juga melakukan itu
pada tahanan lain dan kekebalan diplomatic yang dimiliki Devyani Khobragade hanya
berlaku saat menjalankan tugas resmi. Statemen dikeluarkan oleh Depdagri AS dan kantor
kejaksaan Distrik Selatan kota New York, dasar penangkapan Khobragade adalah Konvensi

Vienna pasal 43 ayat (1), yang menyatakan :
“consular officers and consular employees shall not be amenable to the jurisdiction
of the judicial or administrative authorities of the receiving State in respect of acts performed
in the exercise of consular functions.”
Ini berarti bahwa AS tidak menganggap bahwa pengangkatan atau penunjukan
pegawai personal oleh pejabat konsulat adalah sesuatu yang penting bagi kelancaran tugastugas konsuler sehingga hak-hak imunitas tidak diberlakukan saat terjadi pelanggaran.
Versi India
Dari prespektif pemerintah India, terdapat 3 teori yang mendasari pemberian hak-hak
istimewa dan imunitas bagi para pejabat dan perwakilan diplomatic di luar negeri. Pertama,
teori Eksteriorialitas. Menurut teori ini para diplomat dianggap tidak meninggalkan
negaranya sehingga ketentuan Negara dimana dia berada tidak berlaku padanya. Teori yang

kedua adalah teori Representatif dimana pejabat diplomatic mewakili Negara pengirimnya
dan kepala Negaranya sehingga dengan sendirinya ia berhak atas keistimewaan-keistimewaan
tertentu di Negara penerima. Teori ketiga adalah teori kebutuhan fungsional. Para pejabat dan
perwakilan Negara –menurut teori ini, diberikan hak-hak istimewa dan kekebalan agar dapat
menjalankan tugas dengan baik dan lancer. Pasal 29 Konvensi Vienna menegaskan:
“Pejabat diplomatik tidak boleh diganggu gugat, tidak boleh ditangkap dan ditahan.
Mereka harus diperlakukan dengan penuh hormat dan Negara penerima harus mengambil
langkah-langkah yang layak untuk mencegah serangan atas diri, kebebasan dan

martabatnya.”
Kekebalan dari kekuasaan hukum ini memiliki ketentuan bahwa kekebalan hukum
pejabat diplomatik di Negara penerima tidak membebaskannya dari kekuasaan hukum
negaranya sendiri. Jika terjadi pelanggaran-pelanggaran terjadi, maka diplomat tersebut dapat
dipanggil pulang atau dinyatakan sebagai persona non grata.

Analisa Hukum
Secara yuridis, dakwaan seberat-beratnya dan meskipun perwakilan
diplomatik India itu memang benar terbukti bersalah karena melanggar hukum AS yaitu Title
28, United States Code, Section 1746 - Correction of conveyance documents yang mengatur
penipuan visa dengan sengaja dan di bawah sumpah dan ditambah dengan Khobragade
mengajukan kontrak kerja kepada Departemen Luar Negeri AS, untuk mendukung
permohonan visa yang diajukan oleh Khobragade untuk individu lain, yang dia tahu
mengandung pernyataan palsu dan penipuan dan tuduhan penipuan visa tersebut dapat
diancam dengan hukuman maksimal 10 tahun penjara dan pada laporan palsu ancaman
hukuman maksimal lima tahun; tetap saja tindakan AS tersebut keliru karena setiap
perwakilan diplomatik memiliki hak imunitas atau hak kekebalan terhadap hukum di negara
penerima sesuai dengan pasal 29 Konvensi Vienna 1961: “Pejabat diplomatik tidak boleh
diganggu gugat, tidak boleh ditangkap dan ditahan. Mereka harus diperlakukan dengan
penuh hormat dan Negara penerima harus mengambil langkah-langkah yang layak untuk

mencegah serangan atas diri, kebebasan dan martabatnya.”
Sesuai dengan pernyataan pasal tersebut, AS dan India secara hukum kebiasaan
internasional terikat pacta sunt servanda yang mewajibkan kedua pihak menyepakati

perjanjian internasional tersebut karena kedua negara telah meratifikasinya dalam instrumen
hukum nasionalnya masing-masing. Dimana ratifikasi berdasarkan hukum perjanjian
internasional pada hakikatnya adalah tindakan konfirmasi konstitusional oleh negara terhadap
perbuatan

hukum

yang

telah

dilakukan

sebelumnya

oleh


pemerintah

(melalui

penandatanganan perjanjian)3.
U.S. Law No. 1546 section 18 tentang pemalsuan dan penyalahgunaan Visa, izin
tinggal dan dokumen lain pada pasal (b) menyebutkan:
“Whoever uses—
(1) An identification document, knowing (or having reason to know) that the
document was not issued lawfully for the use of the possessor,
(2) An identification document knowing (or having reason to know) that the document
is false, or
(3) A false attestation, for the purpose of satisfying a requirement of section 274A(b)
of the Immigration and Nationality Act, shall be fined under this title, imprisoned not more
than 5 years, or both.”
Atas dasar inilah pemerintah AS melakukan penahanan atas Devyani Khobragade.
Dan walaupun menuntut perrtanggungjawaban AS atas perlakuan tidak menyenangkan yang
dia terima, khobragade tidak menyanggah bahwa dia membayar pembantunya dibawah upah
minimum yang berlaku di AS.
Namun demikian pemerintah AS telah melanggar hukum internasional setidaknya
pada 2 peraturan Konvensi Vienna 1961, yakni bab 41 ayat 1 dan 2:
Pada bab 41 ayat (1): “consular officers shall not be liable to arrest or detention
pending trial, except in the case of a grave crime and pursuant to a decision by the
competent judicial authority.”
Pada ayat kedua bab yang sama ditegaskan: “consular officers shall not be committed
to prison or be liable to any other form of restriction on their personal freedom save in
execution of a judicial decision of final effect.”

3 Damos Dumoli Agusman, Hukum Perjanjian Internasional: Kajian dan Praktik Indonesia,
Refika Aditama, Bandung, 2010, h.91

Dalam kasus Khobragade, harus diketahui bahwa Indian Foreign Service (IFS =
Kantor Pelayanan Luar Negeri India) menyediakan post asisten rumah tangga [ baca:
pembantu] untuk pejabat senior dan misi-misi diplomatic. Meski pos ini disediakan dan
dianggarkan dari uang Negara, para asisten rumah tangga ini tidak diakui sebagai bagian dari
staff diplomatic oleh banyak Negara penerima.
Bab pembukaan pada Konvensi Vienna 1961 jelas menyatakan:
“Tujuan pemberian hak-hak istimewa dan kekebalan tersebut bukan untuk
menguntungkan orang-perorang, tetapi untuk membantu efisiensi pelaksanaan misi-misi
diplomatic

sebagai

wakil

dari

negara”

Apapun dalih penahanannya, pemerintah AS sendiri akan sulit menolak alasan bahwa
kedatangan asisten rumah tangga pada keluarga Khobragade akan membantu pelaksanaan
tugas Khobragade sebagai orang nomor dua di Konjen India di New York secara efisien.
Dengan mengacu prembule konvensi diatas, maka pernyataan bahwa situasi
Khobragade tidak masuk dalam ketentuan hak istimewa dan imunitas terbantahkan dengan
sendirinya.
Diluar hukum yang tertuang dalam Konvensi Vienna, perlakuan selama Khobragade
dalam penahanan yaitu pemborgolan, penelanjangan dan cavity searches, serta pengambilan
sampel (DNA) yang dipaksakan padanya merupakan tindakan berlebihan. Hal ini merupakan
pelecehan dan pelanggaran atas hak-hak asasi wanita tersebut.

Implikasi
Rakyat India pun bereaksi keras atas ulah pihak berwenang Amerika. Mereka
langsung meminta pemerintah mengusir semua pejabat Negara Adidaya itu dan menolak
permohonan mereka hendak berkunjung ke New Delhi.
Hingga 29 Desember 3013 New Delhi terus mendesak Washington untuk mencabut
kasus hukum diplomat perempuan yang dituduh memalsukan dokumen visa tersebut.
Lantaran pemerintahan Presiden Barack Obama ngotot untuk melanjutkan proses hukum
terhadap Khobragade. Belakangan, mereka mencabut imunitas politik para istri atau suami

serta anak-anak diplomat AS yang bertugas di negara mereka. Pelucutan imunitas itu
merupakan salah satu bentuk kekesalan India.
Bagi masyarakat India, menelanjangi seorang perempuan terpelajar dari keluarga
terpandang seperti Khobragade merupakan pelecehan. Aksi semacam itu, menurut kacamata
warga India, hanya bisa terjadi dalam kasus kriminal.
’’Para pasangan dan anak-anak diplomat AS tidak lagi kebal hukum. Jadi, jika mereka
melanggar apa pun, petugas kami berhak menindak atau menahan mereka,’’ jelas salah
seorang pejabat pemerintah di Kota Bangalore. Peristiwa itu menjadi peringatan bagi istri
atau suami serta anak-anak diplomat AS yang selama ini bisa bebas melakukan pelanggaran
ringan, khususnya melanggar lalu lintas.
Selain melucuti imunitas politik para istri atau suami serta anakanak diplomat AS,
India melakukan serangkaian aksi balas dendam lainnya. Termasuk meneliti ketertiban para
diplomat AS dalam membayar pajak. Jika ada pasangan diplomat atau anak-anaknya yang
mengemplang pajak, New Delhi tidak segan-segan menindak mereka secara hukum.
Beberapa waktu lalu, India juga membersihkan halaman Kedutaan Besar AS di New Delhi
dari barikade pengamanan. Selama ini selain dijaga ketat, Kedutaan Besar AS di ibu kota
India itu dilapisi barikade pengaman untuk menghindari serangan langsung ke kantor
perwakilan Negeri Paman Sam tersebut. Tetapi, pascainsiden Khobragade, barikade
pengaman itu dibersihkan.
Namun terjadi schadenfreude4 diseputar penahanan Khobragade – warga India selama
ini frustasi melihat banyak orang kaya dan berkuasa di India terlihat kebal hukum, sehingga
ada kelegaan saat salah satu dari mereka menghadapi konsekuensi tindakan mereka – dalam
hal ini Khobragade.
Kasus ini mengakibatkan adanya gangguan hubungan bilateral antara AS dan India,
timbul reaksi balasan dari India atas tindakan AS terhadap perwakilan diplomatik India yang
dianggap dilecehkan. Hal ini karena, seorang perwakilan diplomatik merupakan representasi
dari sebuah negara terhadap negara penerimanya dan sudah patut rasa nasionalisme sebuah
bangsa akan terbakar ketika perwakilannya di luar negeri dilecehkan.

4 Schadenfreude (bahasa Jerman) yang berarti kegembiraan

Kesimpulan
Berdasarkan mekanisme hukum internasional, pihak AS telah melakukan tindakan
pelanggaran terhadap hukum internasional yakni tidak melindungi atau mentaati ketentuanketentuan mengenai perwakilan diplomatik yang memiliki hak kekebalan. Apabila AS sebatas
melakukan tindakan persona non grata itu justru diperbolehkan dalam hukum internasional,
tetapi apabila sampai menahan bahkan tidak menghargai hak asasi perwakilan diplomatik itu
merupakan kesalahan besar karena akan mengakibatkan panasnya hubungan diplomatik
kedua negara.
Penulis menganggap upaya yang dilakukan AS terhadap Dr. Devyani Khobragade
merupakan tindakan yang tidak menjunjung tinggi itikad baik dalam melakukan hubungan
diplomatik dengan negara lain.

DAFTAR PUSTAKA

Agusman, Damos Dumoli, Hukum Perjanjian Internasional: Kajian Teori dan Praktik
Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2010

Indictment U.S. District Court Southern District of New York, Form No. USA-33s274 (Ed. 9-25-58) atau Surat Dakwaan terhadap Devyani Khobragade

Vienna Convention on Diplomatic Relations and Optional Protocols 1961

Vienna Convention on The Law of The Treaties 1969

http://www.thehindu.com/news/international/world/devyani-khobragade-featured-inus-human-trafficking-report/article61343 diakses pada 17 Juli 2014 pukul 16.00 WIB

http://www.en.wikipedia.org/wiki/Devyani_Khobragade_incident
Juli 2014 pukul 17.20 WIB

diakses pada 17