Mengawal Produk Pemilu Legislatif 2014

MENGAWAL PRODUK PEMILU LEGISLATIF 2014
Ali Ridho
([email protected])
Kompetisi memperebutkan kursi kehormatan di gedung Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) memang sudah suai. Proses penghitungan sampai saat ini tengah
dilakukan guna menentukan individu definitf yang akan menduduki kursi idaman yang
diperebutkan oleh 6.607 orang calon legislatif (caleg) DPR. Sambil menunggu proses
penghitungan selesai dan kemudian ditetapkan secara resmi oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU), kini kita mulai menebak-nebak seperti apakah komposisi parlemen
negeri ini untuk lima tahun ke depan?, masih mirip atau mungkin sama dengan wakil
rakyat periode sebelumnya atau sebaliknya?. Apabila mengamati sejumlah hasil
penghitungan suara sementara caleg, besar kemungkinan harapan untuk mendapatkan
wakil rakyat yang bersih, etos tinggi dan berkwalitas unggul perlu disimpan dalamdalam. Pasalanya, sejumlah tokoh lama yang diindikasikan memiliki masalah hukum
dalam sejumlah kasus, seperti korupsi akan melenggang kembali dan menduduki kursi
empuk di Senayan.
Terlepas adanya wajah baru yang akan duduk di parlemen, namun lolosnya
politisi yang dinilai bermasalah tentu akan menjadi persoalan tersendiri dalam proses
penentuan arah kebijakan dan pembangunan bangsa ke depan. Pertanyaan sederhanya
adalah bagaimana mungkin seorang yang tidak bersih mampu merumuskan dan
menggolkan kebijakan pro rakyat, yang ada malah sangat mungkin politikus lawas akan
berlomba-lomba atau bermufakat jahat mencari jalan untuk membangun kebijakan anti

rakyat. Dengan kata lain, debutan legislator tersebut justru akan lebih asyik mewakili
syahwat pribadi dan golongan ketimbang mewakili rakyat. Maka dari itu, bisa di
bayangkan spektrum macam apakah pembangunan bangsa ini jika diserahkan kepada
orang yang memilih politik bukan sebagai jalan perjuangan, melainkan sebagai arena
kontestasi mencari keuntungan. Namun demikian, kita tentu tidak boleh hilang harapan.
Apapun kondisi dan hasilnya, sebagai warga negara yang telah menyampaikan hak
politiknya ataupun bagi yang memilih golput dalam proses pemilihan umum (Pemilu) 9
April 2014 lalu, jelas memiliki tanggung jawab moral untuk mengawal dan
memonitoring.
Pengawalan terhadap legislator kian menjadi penting apabila kita menginginkan
arah pembangunan lima tahun ke depan berjalan pada relnya, yaitu pembangunan yang
bertumpu pada; pertama, pembangunan yang berpijak pada sendi-sendi Pancasila dan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI 1945), khususnya
pembangunan ekonomi yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan dan dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Kedua, pembangunan politik, hukum dan keamanan yang bermartabat dan anti
intervensi asing. Oleh karena itu, langkah konkret yang perlu dilakukan ke depan adalah
dengan terus bersikap cerdas dan kritis terhadap setiap kebijakan yang berpotensi

merugikan rakyat. Langkah lain yang masih mungkin dilakukan adalah dengan memilih

presiden dengan cerdas dan anti money politics. Sebagai makhluk sosial yang
bereksistensi, kesadaran anti politik uang penting untuk menjadi landasan mewujudakan
pemerintah dan pembangunan yang baik dan bersih. Momentum pemilihan presiden
yang anti politik uang bisa menjadi langkah lanjutan untuk mewujudkan komitmen
bersama dalam membangun negeri yang madani. Wallahua’lam.