Henny Rosmawati, Hal; 99 – 116
104
Rumus perhitungan efisiensi pemasaran : Total Biaya Pemasaran
Efisiensi = x 100
Nilai Produk Dengan kaidah keputusan :
a. 0 – 33 = efisisen
b. 34 – 67 = kurang efisien
c. 68 – 100 = tidak efisien
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Contoh
Jumlah petani contoh yang diambil masing-masing desa adalah 30 orang petani dengan lapisan 10 orang petani dengan luas lahan 0,36 ha, 10 orang petani dengan luas lahan 0,72 ha
dan 10 orang petani dengan luas lahan 1,44 ha sehingga jumlah seluruh petani contoh pada 3 desa adalah 90 orang petani. Untuk mengetahui latar belakang keadaan petani contoh akan
dikemukakan karakteristik petani meliputi struktur umur, jumlah anggota keluarga, dan pendidikan.
1. Umur
Menurut Hernanto 1996, umur petani merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi pendapatan usahatani, karena akan berhubungan dengan produktif atau
tidaknya seorang petani dalam mengelola usahataninya. Ada kecenderungan bahwa semakin lanjut usia petani, maka kemampuannya secara pisik akan berkurang sehingga
mempengaruhi produksi yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur petani contoh adalah berkisar antara 25-68 tahun, dengan rata-rata tingkat umur 44
tahun. Golongan umur petani contoh dapat dilihat pada Tabel 6 :
Tabel 6. Identitas Petani Contoh
Berdasarkan Golongan Umur di Kecamatan Buay Madang 2005
Jumlah petani
No Umur
Strata Proporsi
Strata Proporsi
Strata Proporsi
tahun I
II III
1. 2.
3. 4.
25 - 35 36 - 46
47 - 57 58 - 68
8 14
5 3
27,00 46.67
16,33 10,00
5 14
8 3
16,33 46.67
27,00 10,00
1 12
11 6
4,00 40,00
36,00 20,00
Jumlah 30
100,00 30
100,00 30
100,00
Tabel 6 menunjukkan bahwa petani contoh yang diamati, persentase terbesar adalah pada golongan umur 36 tahun sampai dengan 46 tahun yaitu sebesar 45 persen atau 40 jiwa dari
jumlah keseluruhan, dengan demikian mayoritas petani contoh berada dalam usia produktif dalam bekerja.
Henny Rosmawati, Hal; 99 – 116
105
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan petani contoh sebagian besar tamat SD, lalu tamat SMP dan SMU serta ada juga yang tamat Diploma. Meskipun demikian ada juga petani contoh yang tidak sekolah.
Jumlah petani contoh berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7. berikut :
Tabel 7. Identitas Petani Contoh Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Buay Madang, 2005
Jumlah petani
No Pendidikan
Strata Proporsi
Strata Proporsi
Strata Proporsi
I II
III 1.
2. 3.
4. 5.
TS SD
SMP SMUSTM
Diploma 2
21 3
3 1
6,67 70,00
10,00 10,00
3,33 5
18 4
3 -
16,67 60,00
13,33 10,00
- 5
18 6
1 -
16,67 60,00
20,00 3,33
-
Jumlah 30
100,00 30
100,00 30
100,00
Pada Tabel 7 terlihat bahwa sebagian besar petani contoh yang diamati hanya menyelesaikan pendidikannya sebatas Sekolah Dasar yaitu sebanyak 57 jiwa atau 63,34
persen dan 13 jiwa atau 14,45 persen telah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama dan 7 jiwa atau 7,77 persen menyelesaikan pendidikan di Sekolah
Menengah Umum bahkan 1 jiwa atau 1,11 persen dari seluruh petani contoh telah menyelesaikan pendidikannya hingga ke jenjang Perguruan Tinggi sedangkan sisanya 12
jiwa atau 13,34 persen tidak sekolah.
3.
Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga petani contoh berkisar antara 3 sampai 7 jiwa dalam satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan cucu. Untuk lebih jelas jumlah anggota
keluarga petani contoh dapat dilihat pada Tabel 8 :
Tabel 8. Jumlah anggota keluarga petani contoh di Kecamatan Buay Madang,2005
Jumlah Petani
No Jlh Agt Kel
Strata Proporsi
Strata Proporsi
Strata Proporsi
jiwa I
II III
1. 2.
3. 4.
5. 3
4 5
6 7
9 18
3 -
- 30,00
60,00 10,00
- -
8 11
9 1
1 26,67
36,67 30,00
3,33 3,33
5 12
7 2
4 16,67
40,00 23,33
6,67 13,33
Jumlah 30
100,00 30
100,00 30
100,00
Pada Tabel 8 diketahui bahwa jumlah anggota keluarga petani contoh terbanyak adalah 4 jiwa yaitu sebanyak 41 keluarga atau 45,56 persen, sedangkan jumlah anggota keluarga
terkecil adalah 6 jiwa yaitu sebanyak 3 keluarga atau 3,34 persen. Sedangkan rata-rata jumlah anggota keluarga adalah sebanyak 4 jiwa dalam satu keluarga.
Henny Rosmawati, Hal; 99 – 116
106
Surplus Beras Petani Kecamatan Buay Madang
Sebagai daerah penghasil padi maka Kecamatan Buay Madang juga merupakan daerah produksi beras. Jenis padi yang diusahakan di Kecamatan Buay Madang adalah Varitas IR 64
dan Varitas Ciliwung dengan rata-rata tingkat produksi 6 ton GKPhaMT. Sedangkan kualitas beras yang dihasilkan adalah beras asalan dan batik. Untuk kualitas batik biasanya terjadi
apabila pada saat panen padi tidak dapat dijemur secara optimal, sehingga beras yang dihasilkan berwarna agak kekuningan. Dalam pengusahaannya budidaya padi masih
menggunakan IP 2, yaitu dalam 1 tahun padi diusahakan sebanyak 2 kali, namun demikian ada juga petani yang menanam palawija sebagai tanaman selingan meskipun tidak semua lahannya
ditanami palawija.
Pada tahun 2004 Kecamatan Buay Madang merupakan penghasil padi terbesar untuk Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur yaitu sebesar 117.107,70 ton GKG. Penghasil beras
kedua dan ketiga masing-masing adalah Kecamatan Semendawai Suku III sebesar 73.373,45 ton GKG dan Kecamatan Belitang sebesar 35.682,08 ton GKG.
Dengan jumlah produksi sebesar 117.107,70 ton GKG dan jumlah penduduk 96.611 jiwa, serta konsumsi per kapita penduduk 135 kg per tahun maka kecamatan Buay Madang
mengalami surplus beras sebesar 101.430,96 ton. Dan pada tahun 2005 produksi beras sebesar 121.148,80 ton GKG dengan jumlah penduduk 116.124 jiwa dan konsumsi 120 kg per kapita,
surplus beras kecamatan Buay Madang meningkat menjadi 235.372,28 ton. Dari hasil penelitian jumlah surplus beras petani contoh adalah sebesar 529.873,4 ton beras dengan
rata-rata surplus 5.887,5 ton beras per tahun, maka cukup relavan bila Kecamatan Buay Madang dikatakan daerah surplus beras. Meskipun demikian masih ada beberapa penduduk di
daerah penelitian yang penduduknya belum surplus beras. Hal ini disebabkan karena kepemilikan lahan yang sempit yaitu ¼ bau atau 1800 m
2
. Produksi GKP dalam ¼ bau adalah 9 kwintal
900 kg gabah kering panen yang apabila dikonversikan ke beras menjadi 558 kg beras tingkat konversi GKP ke beras 0,62 sehingga untuk kebutuhan konsumsi mereka
menambahkannya dengan oyek. Perimbangan penggunaannya sangat beragam ada yang 3 : 1, 2 : 1 dan ada juga yang 3 : 2. Oyek adalah bahan makanan terbuat dari ubi kayu yang telah
diolah sedemikian rupa kemudian dikeringkan dan disimpan.
Untuk daerah penelitian Desa Sumber Harjo oyek biasanya di konsumsi setelah MT I yaitu sekitar bulan September. Namun tidak semua penduduk Desa Sumber Harjo
mengkonsumsi bahan tersebut. Tetapi ada juga keluarga petani yang sudah surplus beras sekalipun mereka masih saja ada yang mengkonsumsi oyek, hal ini dikarenakan oyek sudah
merupakan makanan yang sudah dikonsumsi secara turun temurun oleh masyarakat Jawa yang ada di Kecamatan Buay Madang. Untuk membuat oyek biasanya petani mendapatkan ubi kayu
dari kebun mereka sendiri kemudian diolah dan dikeringkan kemudian disimpan untuk sampai saatnya nanti digunakan. Jadi pada saat MT I keluarga petani yang lahan sawahnya sempit
sudah mulai membuat oyek sehingga pada saat paceklik mereka tidak kekurangan bahan makanan.
Produksi Usahatani Padi Sawah Irigasi
Produksi adalah hasil dari usahatani padi sawah irigasi berupa gabah kering panen. Pada tahun 2004 jumlah produksi Desa Kurungan Nyawa adalah sebesar 16.442 ton gkg yang
apabila di konversikan ke beras menjadi 10.391, 35 ton beras tingkat konversi 62,3. Jumlah konsumsi beras penduduk Desa Kurungan Nyawa sebesar 8.679,45 ton beras, sehingga
Desa Kurungan Nyawa mempunyai surplus beras sebesar 8.679,75 ton beras. Untuk Desa Sumber Mulyo, jumlah produksi adalah sebesar 4.886 ton gkg atau setara dengan 3.087.96 ton
Henny Rosmawati, Hal; 99 – 116
107
beras. Konsumsi penduduk Desa Sumber Mulyo sebesar 816,9 ton beras dengan demikian surplus yang dihasilkan oleh Desa Sumber Mulyo adalah sebesar 2.271,06 ton beras.
Sedangkan Desa Sumber Harjo, jumlah produksi yang dihasilkan sebesar 4.701 ton gkg atau 2.971 ton beras dan konsumsi penduduk Desa Sumber Harjo sebesar 892,4 ton beras
maka jumlah surplus berasnya sebesar 2.078,64 ton beras. Adapun produksi yang di terima oleh petani contoh dapat di lihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-Rata Produksi dan Produktivitas Usaha Tani Padi Sawah Irigasi
Masing-Masing Strata Petani Contoh di Buay Madang, 2005
Strata Luas lahan
Produksi Produktivitas
ha gkpkg
gkpkgha
I II
III 0.36
0.72 1,44
2.237,1 5.571,2
11.328,4 6.214,2
7.737,8 7.866,9
Pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa rata-rata produksi petani contoh dengan luas lahan 0,36 ha di ketiga desa sampel adalah sebesar 2,2 ton gkpth, petani contoh dengan luas lahan
0,72 ha sebesar 5,5 ton gkpth dan petani contoh dengan luas lahan 1,44 ha rata-ratanya produksinya sebesar 11,3 ton gkpth. Semakin luas lahan maka produksi juga akan semakin
meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh produtifitas lahan yang tinggi serta didukung oleh adanya bendungan komering yang mengairi sawah-sawah di ketiga desa sampel.
Marketable Surplus
Marketable surplus adalah jumlah tanaman pangan yang dijual petani ke pasar yang merupakan kelebihan produksi dari jumlah yang di konsumsi oleh keluarganya Krishna,
1962. Sehubungan dengan pengertian tersebut maka jumlah surplus beras petani contoh di ketiga desa sampel berdasarkan strata kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 10 :
Tabel 10. Jumlah Surplus Beras Masing-Masing Strata Petani Contoh di Buay Madang, 2005
Strata Produksi Kg
Konsumsi Kg Surplus kgth
I II
III 67.111,4
167.135,9 339.851,1
13.222 14.955
16.048 53.889.4
152.180,9 323.803,1
Jumlah 574.098,4
44.225 529.873,4
Rata-rata 6.378,9
491,4 5.887,5
persentase 7,7
92,3
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah surplus beras di ketiga desa sample pada masing-masing stratanya cukup tinggi. Sehingga cukup relavan bila Kecamatan Buay Madang
dikatakan daerah sentra produksi beras di Kabupaten OKU Timur.
Henny Rosmawati, Hal; 99 – 116
108
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Surplus Beras di Tingkat Petani
Dalam penelitian ini yang diduga mempengaruhi surplus beras di tingkat petani antara lain lahan X
1
, jumlah anggota keluarga X
2
, harga beras X
3
, pendapatan petani X
4
, jumlah produksi X
5
, tingkat pendidikan kepala keluarga D
1
, jenis kelamin yang dominan dalam keluarga D
2
. Hasil regresi dari model yang digunakan diperoleh nilai koefisien determinasi R
2
dengan jumlah sampel sebanyak n 90 petani yang terdiri atas petani strata I, strata II dan strata III.
Hasil perhitungan nilai koefisien determinasi R
2
didapat angka sebesar 0,997 yang berarti 99 persen variasi variabel terikat yaitu
marketable surplus
dapat dijelaskan oleh variabel bebas, sedangkan sisanya 1 persen variasi
marketable surplus
tersebut dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Hasil analisis terhadap variabel-variabel penjelas yang
membentuk model penelitian didapatkan pendugaan parameter masing-masing variabel seperti terlihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Pendugaan Beberapa Variabel yang
Mempengaruhi Surplus Beras di Tingkat Petani di Kecamatan Buay Madang, 2005
Variabel Nilai Parameter
t-hitung Signifikansi Keterangan
Intersep X
1
lahan X
2
agt kelrg X
3
harga beras X
4
pendapatan X
5
prod.beras D
1
pendidikan D
2
jenis kelmn 1238,001
4437,050 -71,576
-0,638 2,275
4,437 10,963
8,979 F
hit
= 2187,885 Sig = 0,000
0,232 12,378
-2,131 -0,322
9,766 1,519
0,152 0,105
0,817 0,000 Nyata
0,036 Nyata 0,749 Tidak nyata
0,000 Nyata 0,133 Nyata
0,880 Tidak nyata 0,916 Tidak nyata
Hasil perhitungan pendugaan persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi surplus beras pada Tabel 11 maka dapat dibuat model pendekatan persamaan pendugaan yaitu :
MS =
1238,001+4437,050X
1
–71,576X
2
–0,638X
3
+2,275X
4
+4,437X
5
+10,963D
1
+8,979D
2
. Pengaruh variabel bebas yaitu lahan, jumlah anggota keluarga, harga beras, pendapatan,
produksi beras, dumm y tingkat pendidikan kepala keluarga, dan dummy jenis kelamin yang dominan dalam keluarga secara bersama-sama simultan berpengaruh nyata terhadap surplus
beras petani pada taraf = 1. Hasil analisis regresi menyatakan bahwa nilai F statistik F
hitung adalah sebesar 2197,885 dan berpengaruh nyata pada taraf = 1 dengan signifikansi
sebesar 0,000. 1.
Faktor Lahan
Berdasarkan hasil regresi koefisien faktor jumlah produksi beras memperlihatkan tanda yang positif yang berarti luas lahan berpengaruh terhadap
marketable surplus
petani dengan arah yang sama. Secara statistik luas lahan berpengaruh nyata terhadap
marketable surplus
petani pada taraf = 1. Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien
variabel luas lahan sebesar 4437,050 artinya setiap penambahan luas lahan 1 ha maka
marketable surplus
petani meningkat sebesar 4437,050 kg per tahun. Nilai elastisitas
Henny Rosmawati, Hal; 99 – 116
109
faktor luas lahan sebesar 0,64 menjelaskan bahwa bertambahnya luas lahan 1 akan menambah marketable surplus beras sebesar 0,64 .
2. Faktor Jumlah Anggota Keluarga