Faktor Jenis Kelamin Dominan dalam Keluarga

Henny Rosmawati, Hal; 99 – 116 110 marketable surplus petani meningkat sebesar 10,963 kg. Dengan meningkatnya taraf pendidikan petani maka pengetahuan petani pun akan bertambah dengan demikian petani berusaha untuk meningkatkan produksi sawahnya dengan cara intensifikasi atau ekstensifikasi. Dengan meningkatnya produksi dan jumlah konsumsi yang tetap maka jumlah marketable surplus petani pun akan meningkat. Peningkatan produksi dengan cara intensifikasi masih dapat dilakukan selama penambahan faktor-faktor produksi belum melebihi ukuran yang dianjurkan, apabila penambahan faktor-faktor produksi yang telah melebihi anjuran maka penambahan tersebut akan menyebabkan kenaikan hasil yang berkurang deminishing of return . Demikian pula halnya peningkatan produksi dengan cara ekstensifikasi harus memperhatikan lahan yang masih tersedia. Selama lahan yang belum diolah masih ada maka peningkatan produksi dengan cara tersebut masih dapat dilakukan.

7. Faktor Jenis Kelamin Dominan dalam Keluarga

Faktor Jenis Kelamin yang dominan dalam keluarga menunjukkan tanda yang positif artinya faktor jenis kelamin dominan dalam keluarga berpengaruh terhadap marketable surplus petani dengan arah yang sama. Namun secara statistik faktor jenis kelamin dominan dalam keluarga berpengaruh tidak nyata terhadap marketable surplus petani pada taraf  = 5. Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien variabel jenis kelamin yang dominan dalam keluarga sebesar 8,979 artinya keluarga yang rata-rata jumlah anggota keluarganya lebih dari separuh laki-laki maka konsumsinya meningkat sebesar 8,979 kg per tahun. Analisis Pemasaran Beras 1. Saluran Pemasaran Berdasarkan hasil penelitian di lapangan lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyaluran komoditi beras adalah pedagang pengumpul, Rice Miling Unit RMU, pedagang besar kecamatan dan pedagang pengecer desa. Adapun saluran pemasaran yang terjadi ada dua saluran. Saluran pemasaran yang pertama adalah dari petani ke penggilingan RMU kemudian dijual ke pedagang pengumpul desa dan langsung ke pedagang besar kecamatan. Selanjutnya didistribusikan ke daerah-daerah seperti Lubuk Linggau, Lahat, Kayu Agung, Palembang bahkan ke daerah Propinsi Lampung. Saluran kedua yaitu dari petani langsung dijual ke pedagang pengumpul yang sifatnya tengkulak sehingga ketika panen mereka tidak bisa menjual ke tempat lain karena telah terikat sistem ijon, kemudian dijual ke pedagang besar kecamatan atau langsung ke pedagang pengecer. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa dari 90 orang responden sebagian besar mereka menggunakan rantai pemasaran yang panjang yaitu petani, RMU, pedagang pengumpul, pedagang besar kecamatan kemudian terakhir konsumen. Hal ini biasanya terjadi karena para petani telah biasanya menggunakan pinjaman modal dari penggilingan, sehingga ketika mereka panen hasil panennya langsung diserahkan ke penggilingan tersebut setelah sebelumnya disisihkan untuk konsumsi keluarga. Untuk konsumsi keluarga para petani menyimpannya di rumah dalam bentuk gabah dan ada juga yang menitipkannya di penggilingan atau di lumbung pangan desa. Para pedagang pengumpul kemudian membeli hasil penggilingan yang kemudian menjualnya ke pedagang besar kecamatan. Biasanya para pedagang pengumpul datang ke penggilingan Henny Rosmawati, Hal; 99 – 116 111 dengan ongkos angkut ditanggung oleh penggilingan atau RMU. Untuk lebih jelas saluran pemasaran beras di daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. 1 2 2 Keterangan : 1 = Saluran pemasaran pertama 62,23 2 = Saluran pemasaran kedua 31,37 Gambar 3. Saluran Pemasaran Beras Kecamatan Buay Madang Persentase saluran pertama lebih besar dikarenakan dari 90 orang responden, 56 orang atau 62,23 diantaranya menjual hasil panennya pada saluran pemasaran pertama sedangkan sisanya menjual pada saluran pemasaran kedua. Pada saat penelitian dilakukan, harga jual yang berlaku adalah Rp 1.250 – Rp 1.300 untuk Gabah Kering Panen dan Rp 2.650 – Rp 2.800 untuk harga beras. Penetapan harga biasanya dilakukan oleh pedagang pengumpul. Hal yang mempengaruhi harga jual petani adalah musim panen dimana pada saat panen biasanya harga lebih rendah bila dibandingkan saat paceklik dimana harga beras relatif tinggi, sehingga pada saat panen petani selalu menyisihkan beras untuk keperluan konsumsi keluarganya. Setelah dikurangi untuk konsumsi barulah hasil keseluruhannya dijual. Namun demikian tidak selalu harga beras pada saat musim panen harga beras turun, hal ini dapat kita lihat pada Gambar 4. yang menunjukkan kan harga beras pada bulan Januari dan Februari cukup tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan paceklik. Untuk musim tanam 20042005 harga beras tertinggi adalah Rp 3.700 yaitu pada minggu ke IV Januari. Pada akhir bulan Januari adalah merupakan masa panen untuk kecamatan Gumawang, sedangkan bulan Februari adalah puncak panen Kecamatan Buay Madang. Gambar 4. Grafik Harga Beras MT 20042005 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 Okt 04 Nop 04 Des 04 Jan 05 Feb 05 Mar 05 Apr 05 Mei 05 Juni 05 Juli 05 Agt 05 Sept 05 Harga Minggu I Harga Minggu II Harga Minggu III Harga Minggu IV Petani padi RMU PP desa PP desa PB Kecamatan P. Pengecer PB Kecamatan Kec. Lain dlm kabupaten Konsumen Propinsi lain Kab lain dlm propinsi Henny Rosmawati, Hal; 99 – 116 112 Berdasarkan hasil wawancara dengan petani contoh pada umumnya petani tidak berani untuk menjual seluruh hasil panen kemudian untuk konsumsi mereka membeli beras yang baru. Karena menurut mereka harga beras sangat fluktuatif dimana sewaktu-waktu dapat berubah naik sehingga uang hasil panen tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup. Selain itu dalam berusahatani para petani biasanya meminjam modal kepada para tengkulak untuk membeli sarana usahatani dengan perjanjian mereka akan menjual hasil panennya kepada para tengkulak tersebut. KUD yang merupakan sarana bagi masyarakat desa terutama petani untuk membeli bahan-bahan pertanian tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini dikarenakan masyarakat belum memahami kegiatan organisasi koperasi sehingga masyarakat tidak merasakan perlunya KUD tersebut. Padahal peranan KUD cukup besar dalam membantu petani untuk mendapatkan harga gabah dan beras sesuai dengan harga dasar, khususnya pada saat musim panen raya. Sehingga dengan adanya KUD masyarakat dapat terbebas dari jeratan tengkulak dan pendapatan petani juga akan meningkat. Demikian pula halnya dengan Perum Bulog Divre Sumsel, sebagai lembaga pemerintah yang mempunyai tugas menjamin harga yang layak bagi konsumen petani masih belum dapat dirasakan keberadaannya oleh masyarakat tani, hal ini disebabkan Perum Bulog Divre Sumsel belum memberikan kontribusi yang maksimal terhadap masyarakat tani. Seharusnya Perum Bulog Divre Sumsel dapat memberikan sedikit penyuluhan kepada masyarakat tani bagaimana perlakuan terhadap hasil panen petani agar dapat sesuai dengan persyaratan mutu yang berlaku dalam pembelian gabah dan beras yang dilakukan oleh Perum Bulog.

2. Margin Pemasaran