Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Asimilasi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seperti yang telah diketahui, fonem-fonem yang merupakan abstraksi bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat-alat bicara. Ketika bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan, tentu ada yang mendapat hambatan, dan ada pula yang dihasilkan tanpa halangan. Selain itu, antara fonem yang satu dengan yang lain terjadi saling pengaruh. Telah diketahui pula bahwa setiap bahasa mempunyai sistem, termaksud sistem yang berhubungan dengan fonologi. Fonem yang ada pada suatu bahasa tertentu, belum ada pada bahasa tertentu. Dapat dikatakan, fonem-fonem dalam berbagai bahasa memperlihatkan persamaan, dan juga perbedaan.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini, yakni: 1. Jelaskan apa itu asimilasi 2. Jelaskan apa itu netralisasi dan arkifonem 3. Jelaskan apa itu faringalisasi 4. Jelaskan apa itu laringalisasi 5. Jelaskan apa itu palatalisasi 6. Jelaskan tentang perubahan fonem 7. Jelaskan apa itu velarisasi

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu asimilasi 2. Untuk mengetahui apa itu netralisasi dan arkifonem 3. Untuk mengetahui apa itu faringalisasi 4. Untuk mengetahui apa itu laringalisasi 5. Untuk mengetahui apa itu palatalisasi 6. Untuk mengetahui perubahan fonem 7. Untuk mengetahui apa itu velarisasi 1 BAB II PEMBAHASAN

2.1. Asimilasi

Chaer 2009: 98 mengatakan asimilasi ialah perubahan bunyi secara fonetis akibat pengaruh yang berada sebelum atau sesudahnya. Asimilasi juga adalah sebuah fenomena dimana dua fonem yang berbeda dan letaknya berdekatan menjadi sama. Dalam linguistik asimilasi adalah proses perubahan bunyi yang menyebabpkannya mirip atau sama dengan bunyi lain yang ada didekatnya, seperti kata ‘sabtu’ dalam bahasa Indonesia diucapkan ‘saptu’. Menurut pengaruhnya terhadap fonem, asimilasi dibagi menjadi dua yaitu: 1. Asimilasi fonemis, yang menyebapkan berubahnya identitas suatu fonem. 2. Asimilasi fonetis, yang tidak menyebapkan perubahan identitas suatu fonem. Menurut letak bunyi yang diubah asimilasi dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Asimilasi progresif, jika bunyi yang diubah terletak dibelakang bunyi yang memengaruhinya. Misalnya, bunyi [t] adalah bunyi apikoalveolar atau apiko dental; tetapi pada kata stasiun bunyi [t] itu dilafalkan sebagai bunyi [t] laminoalveolar. Perubahan bunyi hambat apikoalveolar [t] menjadi bunyi hambat laminoalveolar adalah karena pengaruh secara progresif dari bunyi geseran laminopalatal [s]. 2. Asimilasi regresif, jika bunyi yang diubah terletak di depan. Umpamanya bunyi [p] adalah bunyi hambat bilabial; tetapi bunyi [p] pada silabel pertama kata pantun dilafalkan secara apikoalveolar. Perubahan bunyi hambat bilabial [p] menjadi bunyi hambat apikoalveolar adalah karena pengaruh nasal apikoalveolar [n]. 3. Asimilasi resiprokal, akibat saling pengaruh antara dua fonem yang berurutan yang menyebapkan kedua fonem itu menjadi fonem yang lain dari semula. Verhar dalam Pateda 2011: 117 memberikan contoh yang diambilnya dari bahasa Batak Toba. Dalam bahasa batak toba terdapat kata bereng b  r   2 ‘lihat’, yang apabila diikuti oleh kata hemu h a m u ‘kamu’, maka n dan h menjadi k sehingga diperoleh bentuk berek kamu ‘lihat oleh kamu’.

2.2. Netralisasi dan Arkifonem